Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976:5)

menyatakan bahwa “agency relationship as a contract under which one or more person
(the principals) engage another person (the agent) to perform some service on their
behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.

Menurut Pujiastuti (2008:185) teori keagenan menyatakan bahwa “principal
adalah

pemegang

saham

sedangkan


agen

adalah

para

profesional/manajemen/CEO, yang dipercaya oleh principal untuk mengelola
perusahaan, dan dalam menjalankan usaha biasanya pemilik menyerahkan kepada
manajer yang menyebabkan timbulnya hubungan keagenan”.
Pemisahan dua fungsi antara kepemilikan dan pengelolaan pada perusahaan
seringkali mengakibatkan terjadinya konflik karena perbedaan kepentingan antara
pihak principal dan pihak manajemen sebagai agent. Menurut Gapenski dan
Daves (1999) dalam Pujiastuti (2008:185) konflik keagenan bisa terjadi antara
shareholders dan manajer, manajer dengan debtholders, serta manajer dan
shareholders dengan debtholders. Konflik antara manajer dengan debtholders
dimana manajer lebih menyukai dividen yang ditahan digunakan sebagai modal
untuk ekspansi perusahaan tetapi debtholders lebih menyukai bahwa dividen yang
ditahan digunakan sebagai dana untuk membayar hutang perusahaan.

11

Universitas Sumatera Utara

Debtholders khawatir apabila laba yang digunakan untuk ekspansi perusahaan
tidak sesuai yang diharapkan sehingga hutang perusahaan tidak dapat dibayarkan.
Konflik antara pemilik (shareholders) dan manajer terjadi ketika pihak
manajemen (agen) melakukan perbuatan opportunistic untuk meningkatkan
kesejahteraan sendiri dalam menjalankan operasi perusahaan, hal ini bertentangan
dengan tujuan utama yaitu memakmurkan kemakmuran stockholders. Pembagian
dividen yang tinggi kurang disukai oleh manajemen karena akan mengurangi
utilitas manajemen yang disebabkan oleh semakin kecil dana yang berada dalam
pengendaliannya (Putra dan Ratnadi, 2008 dalam Wicaksana, 2012:11).
Manajemen lebih menyukai memperlakukannya sebagai laba ditahan, kecuali
mengetahui dana tersebut tidak memberikan net present value (NPV) yang positif
pada tambahan investasi.

Pihak manajemen (agen) cenderung melakukan

investasi yang berlebihan melalui peningkatan dana pertumbuhan dengan tujuan
untuk memperbesar kekuasaan, prestise atau memperbesar kemampuan untuk
mendominasi dewan komisaris, maupun penghargaan bagi dirinya sendiri, namun

dapat menghancurkan kesejahteraan pemegang sahamnya (principal). Keinginan
manajer yang menginginkan pembagian dividen yang kecil tidak lain adalah untuk
memperkuat keuangan perusahaan bersangkutan terhadap masalah investasi
perusahaan di masa depan. Pada sisi yang berbeda, para pemegang saham
biasanya lebih memilih masalah tambahan dana perusahan tersebut diambilkan
dari hutang perusahaan, tetapi tentu saja manajer tidak akan bisa sejalan dengan
para pemegang saham dikarenakan pengambilan hutang dari luar memiliki resiko
yang lebih tinggi. Konflik yang terjadi karena perbedaan kepentingan antara

12
Universitas Sumatera Utara

pihak pemegang saham dan pihak manajemen tersebut disebut juga sebagai
konflik keagenan atau agency conflict. Hal ini disebabkan karena pihak manajer
yang cenderung mempunyai tujuan yang bertentangan dengan kepentingan
pemegang

saham yaitu untuk kesejahteraannya sendiri daripada untuk

memakmurkan para pemegang saham.

Pemegang saham tidak menyukai ambisi pribadi para manajer, karena hal
itu dapat menyebabkan timbulnya tambahan biaya bagi perusahaan, hal ini dengan
sendirinya akan menurunkan tingkat laba perusahaan. Biaya-biaya yang timbul ini
disebut dengan biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976:6)
mendefinisikan biaya keagenan atau agency cost sebagai berikut:
1.

2.

3.

2.2

The monitoring expenditures by the principal yaitu biaya untuk
memonitor perilaku manajemen agar tidak melakukan tindakan
penyimpangan. Biaya tersebut ditanggung oleh pihak principal.
The bonding expenditures by the agent, yaitu biaya yang ditanggung
oleh pihak manajemen sebagai agent dalam membentuk mekanisme
untuk menjamin bahwa manajemen akan bertindak sesuai dengan
kepentingan principal dan tidak akan mengambil tindakan yang dapat

membahayakan pihak principal.
The residual loss, yaitu biaya untuk mendorong manajer bertindak
sesuai dengan kemampuannya untuk kepentingan pemegang saham.

Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan suatu ukuran tertentu yang digunakan

perusahaan untuk menilai keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Kinerja perusahaan adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan
dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi
perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan yang

13
Universitas Sumatera Utara

ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi
operasi di masa lalu.
Salah satu cara untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.

Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat
bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai perusahaan dan
menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan
manajemen serta mampu menciptakan nilai perusahaan itu sendiri kepada para
stakeholder.
Rasio keuangan merupakan bentuk informasi akuntansi yang penting bagi
perusahaan selama suatu periode tertentu. Berdasarkan rasio tersebut, dapat dilihat
keuangan yang dapat mengungkapkan posisi, kondisi keuangan, maupun kinerja
ekonomis di masa depan dengan kata lain informasi akuntansi.
Menurut Harahap, Sofyan Syafri (2013:301) ada beberapa rasio keuangan
yang sering digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas, menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Solvabilitas/Leverage, menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajibankewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.
3. Rasio
Rentabilitas/Profitabilitas,
menggambarkan
kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber

yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah cabang dan sebagainya.
4. Rasio Aktivitas, menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan
dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian
dan kegiatan lainnya.
5. Rasio Pertumbuhan, menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos
perusahaan dari tahun ke tahun.
6. Penilaian Pasar, menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan di
pasar modal.

14
Universitas Sumatera Utara

Dari beberapa rasio di atas, yang di gunakan dalam penelitian ini hanya
kelompok rasio profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Equity (ROE)
dan likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio (CR).

2.2.1 Return On Equity (ROE)
ROE merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan
(The Common Stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat

pengembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan
oleh pemilik perusahaan. ROE menunjukkan keuntungan yang akan
dinikmati oleh pemilik saham. (Suprantiningrum dan Sabat, 2013:86).
Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang
semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang
diperoleh perusahaan, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor
serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal
dalam bentuk saham. Rasio ini berguna untuk mengetahui efisiensi
manajemen dalam menjalankan modalnya, semakin tinggi ROE berarti
semakin efisien dan efektif perusahaan menggunakan ekuitasnya, dan
akhirnya kepercayaan investor atas modal yang diinvestasikannya terhadap
perusahaan lebih baik serta dapat memberi pengaruh positif bagi harga
sahamnya di pasar.
Return on Equity (ROE) sering disebut rentabilitas modal sendiri yang
dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi
hak pemilik modal sendiri (Martono dan Harjito, 2003:60). Salah satu
alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang

15
Universitas Sumatera Utara


bermanfaat bagi para pemegang saham, ukuran dari keberhasilan
pencapaian alasan ini adalah angka Return on Equity (ROE) berhasil
dicapai. Semakin besar Return on Equity (ROE) mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang
saham.

2.2.2 Curent Ratio (CR)
Current ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan dalam
penilaian tingkat likuiditas suatu perusahaan. Menurut Kasmir (2012:134),
“Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio
lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat
keamanan (margin of safety).”
Elemen-elemen yang digunakan dalam perhitungan modal kerja dapat
dinyatakan dalam rasio, yang membandingkan antara total aktiva lancar dan
utang lancar. Aktiva lancar meliputi kas,surat berharga, piutang dagang, dan
persediaan. Sementara itu hutang lancar terdiri dari hutang dagang, wesel
hutang jangka pendek, hutang jangka panjang yang sudah jatuh tempo,

pendapatan yang ditangguhkan dan biaya-biaya lain yang ditangguhkan.

2.3

Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi

akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi nilai

16
Universitas Sumatera Utara

perusahaan maka akan semakin besar tingkat kemakmuran yang akan diterima
oleh pemegang saham (pemilik perusahaan). Bagi perusahaan yang menerbitkan
saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan
indikator nilai perusahaan. Menurut Andri dan Hanung (2007) dalam Reny
(2012:86) nilai perusahaan adalah nilai jual perusahaan atau nilai tambah bagi
pemegang saham, nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya.
Harga saham yang tinggi akan membuat nilai perusahaan itu tinggi.
Menurut Sukamulja (2004) dalam purwaningtyas (2011:37) salah satu rasio

yang dinilai bisa memberikan informasi paling baik adalah Tobin’s Q, karena
rasio ini bisa menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan, seperti
misalnya terjadinya perbedaan cross-sectional dalam pengambilan keputusan
investasi serta hubungan antara kepemilikan saham manajemen dan nilai
perusahaan.
Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan,
tidak hanya unsur saham biasa. Perusahaan dengan Tobin’s Q yang tinggi
biasanya mememiliki brand image perusahaan yang sangat kuat. Faktor penentu
dari penghitungan nilai perusahaan dengan Tobin’s Q adalah variabel nilai pasar
ekuitas, nilai buku dari total utang dan nilai buku dari total ekuitas dimana
variabel-variabel tersebut dianggap cukup signifikan dalam menghitung nilai
perusahaan.

2.4

Good Corporate Governance
Istilah Good Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh

Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

17
Universitas Sumatera Utara

laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini
dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik
Good Corporate Governance di seluruh dunia. Komite Cadbury mendefenisikan
Good

Corporate

Governance

sebagai

prinsip

yang

mengarahkan

dan

mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta
kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada para
shareholder khususnya dan stakeholder pada umumnya.
Menurut Keputusan Mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/MMBU/2002, corporate governance adalah: ”Suatu proses dari struktur yang
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang

dengan

tetap

memerhatikan

kepentingan

stakeholder

lainnya,

berlandaskan peraturan perundang – undangan dan nilai etika.”
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) mendefenisikan
Good Corporate Governance sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan
oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberi nilai tambah
perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya berlandaskan moral, etika,
budaya dan aturan berlaku lainnya.
Good Corporate Governance didefenisikan sebagai seperangkat aturan dan
prinsip-prinsip antara lain fairness, transparency, accountability, responsibility
dan independency yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajemen,
perusahaan (direksi dan komisaris), kreditur, karyawan, serta stakeholders lainnya

18
Universitas Sumatera Utara

Corporate governance merupakan mekanisme yang dikembangkan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dan perilaku manajemen. Beberapa mekanisme
corporate governance adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran komite
audit.
Penerapan corporate governance memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan
nilai tambah bagi prinsipal atau pemegang saham. Pada prinsipnya jika corporate
governance dalam perusahaan berjalan dengan baik maka perusahaan tersebut
dapat meningkatkan nilai tambah baik dari segi material maupun non material.
Prinsipal dan agen akan mendapatkan keuntungan. Prinsipal akan mendapatkan
deviden yang besar sementara agen akan mendapat bonus yang lebih besar juga.
Corporate governance sendiri diharapkan mampu menjembatani kensenjangan
yang terjadi sehingga biaya keagenan (agency cost) dapat berkurang dan kedua
belah pihak mendapat keuntungan masing-masing.
Hubungan antara corporate governance dengan kinerja keuangan
perusahaan sebagaimana disebutkan oleh FCGI (Forum for Corporate
Governance in Indonesia) adalah bahwa corporate governance memudahkan
memperoleh modal, cost of capital jadi lebih rendah, sehingga meningkatkan
efisiensi, berpengaruh baik terhadap kinerja keuangan.
CG timbul karena kepentingan perusahaan untuk memastikan kepada pihak
penyandang dana (principal/investor) bahwa dana yang ditanamkan digunakan
secara tepat dan efisien. Selain itu dengan CG, perusahaan memberikan kepastian
bahwa manajemen (agent) bertindak yang terbaik demi kepentingan perusahaan.

19
Universitas Sumatera Utara

Penerapan good corporate governance diyakini mampu menciptakan kondisi
yang kondusif dan landasan yang kokoh untuk menjalankan operasional
perusahaan yang baik, efisien dan menguntungkan. Pemegang saham saat ini
sangat aktif dalam meninjau kinerja perusahaan karena mereka menganggap
bahwa CG yang lebih baik akan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi bagi
mereka.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kepemilikan manajerial sebagai
proksi dari good corporate governance dengan pemikiran bahwa semakin tinggi
kepemilikan manajerial diharapkan pihak manajemen akan berusaha semaksimal
mungkin untuk kepentingan para pemegang saham. Hal ini disebabkan oleh pihak
manajemen juga akan memperoleh keuntungan bila perusahaan memperoleh laba.

2.4.1 Kepemilikan Manajerial
Gideon (2005:175) menyebutkan bahwa persentase kepemilikan
saham oleh pihak

manajemen cenderung

mempengaruhi tindakan

manajemen laba. Kepemilikan manajerial diartikan sebagai persentase
kekuasaan atau kepemilikan dalam suatu perusahaan. Kepemilikan
manajerial diukur dengan jumlah persentase saham yang dimiliki
manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar.
Salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan
meningkatkan kepemilikan saham manajerial. Agency cost timbul karena
adanya perbedaan informasi antara agen dan prinsipal. Agency cost sendiri
bisa diminimalkan dengan cara meningkatkan jumlah saham yang dimiliki
manajemen. Semakin besar jumlah saham kepemilikan manajemen maka

20
Universitas Sumatera Utara

manajemen akan cenderung berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk
kepentingan dirinya sendiri yang sebagai pemegang saham juga.
Manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan.
Motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba akan menghasilkan
besaran yang berbeda. Kepemilikan seorang manajer akan menentukan
kebijakan dan pengambilan keputusan dalam penyusunan laporan keuangan,
sehingga kepemilikan saham oleh manajemen akan mempengaruhi tindakan
manajemen laba.

2.5

Peneliti Terdahulu
Rahayu,Sri (2010:60) melakukan penelitian tentang pengaruh kinerja

keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan CSR dan good
corporate governance sebagai variabel moderasinya. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah nilai perusahaan dan diukur dengan menggunakan Tobin’s Q.
Variabel independennya yaitu kinerja keuangan yang diukur denagn return on
equity (ROE). Variabel moderasinya yaitu kepemilikan manajerial dan
pengungkapan CSR. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini mengindikasikan
bahwa ROE tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan, pengungkapan CSR tidak mampu memoderasi hubungan antara ROE
terhadap nilai perusahaan, dan kepemilikan manajerial juga bukan merupakan
variabel moderating yang mampu memoderasi hubungan antara ROE dan nilai
perusahaan.
Handoko, Yuanita (2010:11) melakukan penelitian tentang pengaruh kinerja
keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social

21
Universitas Sumatera Utara

responsibility dan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi.
Variabel dependen dalam penelitian ini nilai perusahaan. Variabel independennya
yaitu kinerja perusahaan (ROA dan ROE). Variabel moderasinya yaitu
pengungkapan CSR dan proporsi komisaris independen. Hasil yang didapat dari
penelitian ini mengindikasikan bahwa ROA dan ROE sebagai indikator kinerja
keuangan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Pengungkapan CSR mampu memoderasi hubungan antara kinerja keuangan
dengan nilai perusahaan dan proporsi komisaris independen sebagai proksi dari
GCG mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.
Pertiwi, Pratama (2012:126) melakukan penelitian tentang kinerja keuangan
yang diukur dengan ROA terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s
Q, serta menganalisis variabel Good Corporate Governance sebagai variabel
moderasi diantara keduanya. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan Food and
Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010. Hasil
penelitian menunjukkan kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
sedangkan Good Corporate Governance yang diproksikan dengan kepemilikan
manajerial bukanlah sebagai variabel pemoderasi hubungan kinerja keuangan
dengan nilai perusahaan.
Abriyani, dkk (2012:299) melakukan penelitian tentang The Effect Of Good
Corporate Governance And Financial Performance On The Corporate Social
Responsibility Disclosure Of Telecommunication Company In Indonesia. Variabel
dependen dalam penelitian ini pengungkapan CSR. Variabel independennya yaitu
kinerja keuangan (ROE, DER, Company Size) dan Good Corporate Governance.

22
Universitas Sumatera Utara

Hasil yang didapat dari penelitian ini megindikasikan bahwa good corporate
governance dan kinerja keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Putra, Wirawati (2013:650) melakukan penelitian tentang pengaruh
kepemilikan manajerial terhadap hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai
perusahaan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan dan
diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. Variabel independennya yaitu kinerja
keuangan yang diukur dengan return on assets (ROA). Sedangkan corporate
governance diukur menggunakan kepemilikan manajerial. Hasil yang didapatkan
dari penelitian ini mengindikasikan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan sedangkan kepemilikan manajerial mampu mempengaruhi
hubungan antara kinerja dengan nilai perusahaan.
Penelitian Gabriella (2015:66) yang berjudul pengaruh kinerja keuangan
terhadap nilai perusahaan dengan Good Corporate Governance (GCG) sebagai
variabel pemoderasi pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Hasil yang diperoleh bahwa Return on
Asset (ROA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
sedangkan Return on Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan dan Good Corporate Governance dengan proksi kepemilikan
manajerial tidak mampu memoderasi hubungan antara ROA dan ROE terhadap
nilai perusahaan.
Berikut

ini merupakan rangkuman dari penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Profitabilitas

23
Universitas Sumatera Utara

dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance
Sebagai Variabel Pemoderasi (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia) terdapat pada Tabel 2.1:

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1.

2.

3.

Nama
Judul Penelitian
Rahayu, Sri Pengaruh
Kinerja
Keuangan Terhadap
(2010)
Nilai
Perusahaan
dengan Pengungkapan
CSR dan GCG sebagai
Variabel Peoderasi
(Studi Empiris Pada
Perusahaan
Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia)

Variabel
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
(Tobin’s Q)

Handoko,
Yuanita
(2010)

Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan

Pertiwi,
Pratama
(2012)

Pengaruh
Kinerja
Keuangan Terhadap
Nilai
Perusahaan
Dengan
Pengungkapan CSR
dan GCG Sebagai
Variabel Pemoderasi
Pada
Perusahaan
Manufaktur
yang
Terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia
periode 2003-2009

Variabel Independen:
Kinerja Keuangan (ROE)
Variabel Pemoderasi:
Good
Corporate
Governance (Kepemilikan
Manajerial)
dan
Pengungkapan CSR

Variabel Independen:
Kinerja Keuangan (ROA
dan ROE)
Variabel Pemoderasi:
Pengungkapan CSR dan
Good
Corporate
Governance
(Proporsi
Komisaris Independen)

Pengaruh
Kinerja Variabel Dependen:
Keuangan,
Good Nilai Perusahaan
Corporate Governance (Tobin’s Q)

Hasil
ROE tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap
nilai
perusahaan,
pengungkapan CSR tidak
mampu
memoderasi
hubungan antara ROE
terhadap
nilai
perusahaan,
dan
kepemilikan manajerial
juga bukan merupakan
variabel moderating yang
mampu
memoderasi
hubungan antara ROE
dan nilai perusahaan..
ROA dan ROE sebagai
indikator
kinerja
keuangan
mempunyai
pengaruh positif terhadap
nilai
perusahaan.
Pengungkapan
CSR
mampu
memoderasi
hubungan antara kinerja
keuangan dengan nilai
perusahaan dan proporsi
komisaris
independen
sebagai proksi dari GCG
mampu
memoderasi
hubungan
kinerja
keuangan dengan nilai
perusahaan.
Kinerja
keuangan
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan,

24
Universitas Sumatera Utara

Terhadap
Nilai
Perusahaan Food and Variabel Independen:
Baverage
yang Kinerja Keuangan (ROA)
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Variabel Pemoderasi:
Good Corporate
Governance (Kepemilikan
Manajerial)
4.

Abriyani,
Wiryono,
Sumirat
(2012)

5.

Putra,
Wirawati
(2013)

6.

Gabriella
(2015)

The Effect Of Good
Corporate Governance
And
Financial
Performance On The
Corporate
Social
Responsibility
Disclosure
Of
Telecommunication
Company In Indonesia
Pengaruh Kepemilikan
Manajerial Terhadap
Hubungan
Antara
Kinerja
Keuangan
dengan
Nilai
Perusahaan
Pada
Perusahaan
Manufaktur
yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia 20092011
Pengaruh
Kinerja
Keuangan Terhadap
Nilai
Perusahaan
dengan
Good
Corporate Governance
sebagai
Variabel
Pemoderasi
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Sektor
Property dan Real
Estate periode 20102013

sedangkan
Good
Corporate Governance
yang diproksikan dengan
kepemilikan manajerial
bukanlah
sebagai
variabel
pemoderasi
hubungan
kinerja
keuangan dengan nilai
perusahaan.

Good
Corporate
Governance dan kinerja
keuangan
berpengaruh
secara
signifikan
Variabel Independen:
Kinerja Keuangan dan terhadap pengungkapan
Good Corporate
tanggung jawab sosial
Governance
perusahaan.
Variabel Dependen:
Pengungkapan CSR

Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
(Tobin’s Q)
Variabel Independen:
Kinerja Keuangan (ROA)

ROA
berpengaruh
negatif terhadap nilai
perusahaan
sedangkan
kepemilikan manajerial
mampu mempengaruhi
hubungan antara kinerja
dengan nilai perusahaan.

Variabel Pemoderasi:
Good Corporate
Governance (Kepemilikan
Manajerial)
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
(Tobin’s Q)

ROA
berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan
sedangkan
ROE
berpengaruh positif dan
Variabel Independen:
Kinerja Keuangan (ROA signifikan terhadap nilai
dan ROE)
perusahaan dan Good
Governance
Corporate
Variabel Pemoderasi:
Good Corporate
tidak
mampu
Governance (Kepemilikan memoderasi
hubungan
Manajerial)
antara ROA dan ROE
terhadap
nilai
perusahaan.
Sumber : berbagai jurnal dan penelitian terdahulu

25
Universitas Sumatera Utara

2.6

Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya serta kuat

lemahnya hubungan antara variabel dependen berupa nilai perusahaan dan good
corporate governance sebagai variabel pemoderasi dengan variabel independen
berupa profitabilitas dan likuiditas. Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan
bahwa variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan good
corporate governance sebagai pemoderasi variabel. Berdasarkan tinjauan pustaka,
penelitian terdahulu yang sudah diuraikan, maka kerangka konseptual ini dapat
digambarkan pada gambar 2.1 berikut:
H5

Kinerja
Return Keuangan:
On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE)
(X1)
(X1)
CurrentRatio
Ratio(CR)
(CR)
Current
(X2)
(X2)

H1

Nilai Perusahaan
(Tobins’Q)

H3

(Y)

H2
H4

Good Corporate Governance
(Kepemilikan Manajerial)

26
Universitas Sumatera Utara

2.6.1 Hubungan Return On Equity (ROE) Terhadap Nilai Perusahaan
Para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat
profitabilitas perusahaan karena profitabilitas dapat mengukur seberapa
efektif perusahaan bagi para investor. Peneliti menggunakan Return On
Equity (ROE) sebagai alat analisis utama dalam indikator penilaian kinerja.
Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas diwakili oleh Return on
Equity (ROE). ROE merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham
perusahaan (Syahyunan, 2004:85). Adanya pertumbuhan Return on Equity
(ROE) menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena adanya
potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Semakin tinggi Return on Equity (ROE) maka akan semakin besar
nilai profitabilitas perusahaan, yang pada akhirnya dapat menjadi sinyal
positif bagi investor dalam melakukan investasi (Suprantiningrum dan
Sabat, 2013:86), Dengan demikian, maka secara teoritis kinerja keuangan
perusahaan dikatakan baik, yang berakibat pula naiknya harga saham
perusahaan. Dimana, harga saham dan jumlah saham yang beredar akan
mempengaruhi nilai Tobin’s Q sebagai proksi dari nilai perusahaan. Jika
harga saham dan jumlah saham yang beredar naik maka nilai Tobin’s Q juga
akan naik (Kusumadilaga, 2010:24). Berdasarkan uraian tersebut diajukan
hipotesisi pertama berikut ini.
H1 = Return On Equity berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.

27
Universitas Sumatera Utara

2.6.2 Moderasi Good Corporate Governance Pada Profitabilitas
Terhadap Nilai Perusahaan
GCG mensyaratkan adanya tata kelola perusahaan yang baik. Tata
kelola perusahaan yang baik menggambarkan bagaimana usaha manajemen
mengelola aset dan modalnya dengan baik agar menarik para investor.
Pengelolaan aset dan modal suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja
keuangan yang ada. Jika pengelolaannya dilakukan dengan baik maka
otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan. Proksi dari GCG yang
digunakan adalah kepemilikan manajerial. Menurut Vitalia dan Widyawati
(2016:3), penyatuan kepentingan pemegang saham, debtholders, dan
manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalahmasalah (agency problem). Agency problem dapat dipengaruhi oleh struktur
kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional).
Struktur kepemilikan dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan
yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai
tujuan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang
mereka miliki. Hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan akan
diperkuat oleh kepemilikan manajerial karena semakin besar proporsi
kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih
giat untuk kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah
dirinya sendiri. Dengan adanya motivasi tersebut, maka manajer akan
berusaha semaksimal mungkin untuk memaksimalkan nilai perusahaan.

28
Universitas Sumatera Utara

Perusahaan yang menerapkan sistem GCG diharapkan kinerja perusahaan
tersebut akan meningkat menjadi lebih baik, dengan meningkatnya kinerja
perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan
sebagai indikator dari nilai perusahaan, sehingga nilai perusahaan
meningkat. Berdasarkan uraian tersebut diajukan hipotesisi kedua berikut
ini.
H2 = Good Corporate Governance memoderasi hubungan Return On
Equity dengan Nilai Perusahaan.
2.6.3 Hubungan Current Ratio (CR) Terhadap Nilai Perusahaan
Current ratio merupakan salah satu ukuran dari likuiditas yang
merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
melalui sejumlah kas dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank
yang dapat ditarik setiap saat yang dimiliki perusahaan. “Semakin tinggi
current ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi
(membayar) kewajiban jangka pendeknya” (Brigham, 2006:210). Semakin
tinggi likuiditas maka semakin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur.
Terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat
membayar kewajibannya tepat pada waktunya. “Di lain pihak ditinjau dari
segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungan
karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang
sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang
menguntungkan perusahaan” (Tunggal, 1995:98). Berdasarkan uraian
tersebut diajukan hipotesisi ketiga berikut ini.

29
Universitas Sumatera Utara

H3 = Current Ratio berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
2.6.4 Moderasi Good Corporate Governance Pada Likuiditas Terhadap
Nilai Perusahaan
Sebuah perusahaan dalam menjalankan operasinya membutuhkan
dana yang sangat besar, baik untuk produksi maupun untuk investasi.
Kebutuhan dana ini tidak dapat sepenuhnya dipenuhi menggunakan modal
sendiri, oleh karena itu perusahaan harus melakukan peminjaman dana ke
pihak lain ataupun melakukan penundaan pembayaran beberapa kewajiban.
Hutang yang dimiliki oleh perusahaan harus dikelola sedemikian rupa
sehingga tidak menambah beban bagi perusahaan yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kerugian (Kepemilikan Manajerial = Investor). Rasio hutang
dalam sebuah laporan keuangan menunjukkan seberapa besar asset yang
dibiayai dengan hutang. Rasio ini menekankan pada peran penting
pendanaan hutang bagi perusahaan dengan menunjukkan presentase aktiva
perusahaan

yang

didukung

oleh

pendanaan

hutang.

Sedangkan

hubungannya dengan nilai perusahaan yaitu ketika perusahaan mampu
membayar utangnya untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya maka
secara langsung akan meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan uraian
tersebut diajukan hipotesis keempat berikut ini.
H4 = Good Corporate Governance memoderasi hubungan Current
Ratio dengan Nilai Perusahaan.

30
Universitas Sumatera Utara

2.6.5 Pengaruh Return On Equity

(ROE) dan Current Ratio (CR)

terhadap Nilai Perusahaan
ROE merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan
(Syahyunan, 2004:85). Adanya pertumbuhan Return on Equity (ROE)
menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya
potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Current ratio
merupakan salah satu ukuran dari likuiditas yang merupakan kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi
likuiditas maka semakin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur.
Dengan semakin meningkatnya ROE dan CR maka akan meningkatkan
nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut diajukan hipotesis kelima
berikut ini.
H5 = Return On Equity dan Current Ratio berpengaruh secara
simultan terhadap Nilai Perusahaan.

31
Universitas Sumatera Utara

2.7

Hipotesis
H1 = Return On Equity berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
H2 = Good Corporate Governance memoderasi hubungan Return On Equity
dengan Nilai Perusahaan
H3 = Current Ratio berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
H4 = Good Corporate Governance memoderasi hubungan Current Ratio
dengan Nilai Perusahaan
H5 = Return On Equity dan Current Ratio berpengaruh secara simultan
terhadap Nilai Perusahaan

32
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

72 527 91

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Modal Kerja terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur meliputi Sektor Aneka Industri dan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 78 83

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leveragedan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi (Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

13 100 115

Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Chapter III V

0 0 35

Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN MODAL KERJA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR MELIPUTI SEKTOR ANEKA INDUSTRI DAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 4 11