Makalah Belajar dan Pembelajaran. docx

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DOSEN PENGAMPU AS’AD, S.Pd, S.Th.I

DISUSUN OLEH
Kelompok 4
Ulfah Lutfiyah

201621500197

Ajeng Tina Mulya

201621500241

Titik Junia Ningsih

201621500220

Dirham Muhammad

201621500252


Nida Nabilah

201621500256

Nida Yuhanida

201621500201

Saniah

201621500187

Anita Yuliana

201621500188

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA

2017

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang pembelajaran kooperatif.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang pembelajaran
kooperatif dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bogor, Januari 2018
Penyusun


1

DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN

1

A.

Latar Belakang

1


B.

Rumusan Masalah 3

C.

Tujuan

3

PEMBAHASAN 4
A.

Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

B.

Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif


8

C.

Prinsip – Prinsip Pembelajaran Kooperatif

9

D.

Prosedur Pembelajaran Kooperatif10

E.

Model Model Pembelajaran Kooperatif

PENUTUP
A.

Kesimpulan


25
25

2

4

11

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Teori

yang

melandasi


pembelajaran

kooperatif

adalah

teori

konstruktivisme. Pada dasarnya, pendekatan teori konstriktivisme dalam
belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual
menemukan

dan

mentransformasikan

informasi

yang


kompleks,

menemukan informasi dengan aturan yang ada, dan merevisinya bila perlu.
(Soejadi dalam Teti Sobari, 2006: 15). Menurut Slavin (2007), pembelajaran
kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam
kelompok. Ini membolehkan pertukaran idea dan pemeriksaan idea sendiri
dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.
Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengondisikan, dan
memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan
potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas),
sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran.
Dalam teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran
siswa yang dihadapkan pada masalah-masalah kompleks untuk dicari
solusinya, selanjutnya menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana atau
keterampilan yang diharapkan. Model pembelajaran ini dikembangkan dari
teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky.
Berdasarkan

penelitian


Piaget

yang

pertama

dikemukakan

bahwa

pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak. (Ratna, 1988: 181)
Dalam model pembelajaran kooperatif ini guru lebih berperan sebagai
fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kea rah pemahaman
yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya
memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun
pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan pengalaman langsumg dalam menerapkan ide-ide mereka, ini
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ideide mereka sendiri.


1

Menurut pandangan Piaget dan Vygotsky mengemukakan adanya
hakikat social dari sebuah proses belajar dan juga mengemukakan tentang
penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya
yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan
bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam
pikiran siswa. Oleh Karena itu, belajar adalah tindakan kreatif di mana
konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan peristiwa dan
bereaksi pada objek dan peristiwa tersebut.
Di samping aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah
proses pembelajaran dituntut interaksi yang seimbang, interaksi yang
dimaksudkan adalah adanya interaksi atau komunikasi antara guru dan
siswa, siswa dan siswa, serta siswa dan guru. Diharapkan dalam proses
belajar adalah komunikasi banyak arah, yang memungkinkan akan
terjadinya aktivitas, kreativitas yang diharapkan.
Pandangan konstruktivisme Piaget dan Vygotsky dapat berjalan
berdampingan

dalam


proses

belajar

konstruktivisme

Piaget

yang

menekankan pada kegiatan internal individu terhadap objek yang dihadapi
dan pengalaman yang dimiliki orang tersebut, sedangkan konstruktivisme
Vygotsky menekankan pada interaksi social dan melakukan konstruksi
pengetahuan dari lingkungan sosialnya.
Berkaitan dengan karya Vygotsky dan penjelasan Piaget, para
konstruktivis menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya
melalui pembentukan kelompok belajar. Melalui kelompok belajar
memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif dan kesempatan untuk
mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan siswa kepada teman akan
membantunya untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat
ketidaksesuaian pandangan mereka sendiri.

2

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan laar belakang di atas penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :

C.

1.

Apakah yang dimaksud konsep dasar pembelajaran kooperatif?

2.

Bagaimana karakteristik model pembelajaran kooperatif?

3.

Apa saja prinsip – prinsip pembelajaran kooperatif?

4.

Bagaimana prosedur pembelajaran kooperatif?

5.

Apa saja model model pembelajaran kooperatif?

Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.

Untuk mengetahui konsep dasar pembelajaran kooperatif

2.

Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran kooperatif

3.

Untuk mengetahui prinsip – prinsip pembelajaran kooperatif

4.

Untuk mengetahui prosedur pembelajaran kooperatif

5.

Untuk mengetahui model model pembelajaran kooperatif

3

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok,
oleh karena itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh
dalam cooperative learning, karenanya mereka beranggapan telah biasa
melakukan cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun
sebenarnya tidak semua belajar kelompokdikatakan cooperative learning,
seperti

dijelaskan

Abdulhak

(2001:

19-20)

bahwa

“pembelajaran

cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar,
sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara leserta belajar
itu sendiri.”
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas,
yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dan siswa, siswa
dan siswa serta siswa dan guru (multi way trafic comunication).
Pembelajaran

kooperatif

adalaha

strategi

pembelajaran

yang

melibatkan partisispasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling
berinteraksi.” (Nurulhayati, 2002: 25). Dalam sistem belajar yang
kooperatif, siswa belajar bekerja sama bersama anggota lainnya. Dalam
model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk
dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.
Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat
melakukannya seorang diri.
Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang
dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah
adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam

4

kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. (Sanjaya 2006: 239).
Menurut Tom V. Savage (1987:217) bahwa cooperative language
adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan
partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.
Dalam sistem belajar kooperatif siswa belajar bekerja bersama anggota
lainnya. (Nurulhayati, 2002: 25.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam
kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan
dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan
prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam
pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru
kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya.
Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada
pembelajaran oleh guru.
Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya
siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil
yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative adalah
pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan
siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar
anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Jhonson dalam Hasan, 1996).
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dala kelompok-kelompok, untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat empat hal
penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni: (1) adanya peserta
didik dalam kelompok ; (2) adanya aturan main; (3) adanya upaya belajar
dalam kelompok; dan (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh
kelompok.
Berkenaan

dengan

pengelompokan

siswa

dapat

ditentukan

berdasarkan atas: (1) minat bakat siswa; (2) latar belakang kemampuan

5

siswa; dan (3) perpaduan antara minat serta bakat siswa dan latar
kemampuan siswa.
Nurulhayati, (2002: 25-28), mengemukakan lima unsur dasar model
cooperative learning, yaitu: (1) ketergantungan yang positif; (2)
pertanggung jawaban individual; (3) kemampuan bersosialisasi; (4) tatap
muka; dan (5) evaluasi proses kelompok.
Ketergantungan yang positif adalah suatu bentuk kerja sama yang
sangat erat kaitannya antara anggota kelompok. Kerja sama ini dibutuhkan
untuk mencapai tujuan. Siswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan
kelompok tergantung pada kesuksesan anggotanya.
Maksud dari pertanggung jawaban individual adalah kelompok
tergantung pada cara belajar perseorangan seluruh anggota kelompok.
Pertanggung jawaban memfokuskan aktivitas kelompok dalam menjelaskan
konsep pada satu orang dan memastikan bahwa setiap orang dalam
kelompok siap mengahadapi aktivitas lain di mana siswa harus menerima
tanpa pertolongan anggota kelompok. Kemampuan bersosialisasi adalah
sebuah kemampuan bekerja sama yang biasa digunakan dalam aktivitas
kelompok. Kelompok tidak berfungsi secara efektif jika siswa tidak
memiliki kemampuan bersosialisasi yang dibutuhkan.
Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa bentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka
agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif .
Senada dengan penjelasan tersebut Siaahan (2005: 2) mengutarakan 5
unsur esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (a)
saling ketergantungan yang positif; (b) interaksi berhadapan (face to face
interaction); (c) tanggung jawab individu (individual responsibility); (d)
keterampilan sosial (social skill); dan (e) terjadi proses dalam kelompok
(group processing).
Pembelajaran cooperative mewadahi bagaimana siswa dapat bekerja
sama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi

6

kooperatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok,
siswa harus merasakna bahwa mereka akan mencapai tujuan maka siswa
lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota
kelompok bersikap kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya.
Mengapa perlu pembelajran kooperatif (cooperative learning)? Dalam
situasi belajar pun sering terlihat sifat individualis siswa. Siswa cenderung
berkompetisi secara individual, bersikapter tertutup terhadap teman, kurang
memberi perhatian padateman sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu,
ingin menang sendiri, dan sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak
mustahil akan dihasilkan warga negara yang egois, inklusif, introver, kurang
bergaul di masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan,
kurang menghargai orang lain, tidak mau menerima kelebihan atau
kelemahan orang lain. Gejala seperti ini kiranya mulai terlihat pada
masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main keroyokan, saling sikut
dan mudah terprovokasi.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli
pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan
oleh Slavin (1995) mengemukakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat
meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan
menghargai pendapat orang lain; dan (2) pembelajaran kooperatif dapat
memenuhi kebutuhan siswa akan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut
strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni; (1) cooperative
task atau tugas kerja sama dan (2) cooperative incentive structure atau
struktur insentif kerja sama. Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal
yang menyebabkan anggota kelompok kerja sama dalam menyelesaikan
tugas yang telah diberikan. Adapun struktur insentif kerja sama merupakan
suatu hal yang membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerja sama

7

dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran
kooperatif adanya upaya peningkatan prestasi belajar siswa (student
achievement) dampak penyerta yaitu sikap toleransi dan menghargai
pendapat orang lain.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: (1) guru
menekankan pentingnya usaha berasama di samping usaha secara
individual; (2) jika guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam
belajar; dan (3) jika guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar
melalui teman sendiri, jika guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi
aktif siswa, jika guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan
berbagai permasalahan. (Sanjaya 2006)
B.

Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang
lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin
dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan
materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan
materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari
cooperative learning.
Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa prespektif,
yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial dan perspektif prkembangan
kognitif.
Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada
kelompok yang dalam kegiatanya saling membantu untuk memperjuangkan
keberhasilan kelompok. Prespektif sosial artinya melalui kooperatif setiap
siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan
semua

anggota

kelompok

memperoleh

keberhasilan.

Perspektif

perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota
kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah
berbagai informasi. (Sanjaya, 2006: 242)

8

Karakteristik atau ciri – ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.

Pembelajaran secara tim.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim
harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus
saling membantu untuk mencapai tujuan pemebelajaran.

2.

Didasarkan pada manajemen kooperatif
Manajemen kooperatif mempunyai tiga fungsi yaitu : (a) fungsi
manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan, (b) fungsi manajemen
sebagai organisasi, (c) fungsi manajemen sebagai kontrol

3.

Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama
perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama
yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang
optimal.

4.

Keterampilan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa
perlu

didorong

untuk

mau

dan

sanggup

berinteraksi

dan

berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan
C.

Prinsip – Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur dasar
dalam pembelajararan KOOPERATIF (cooperative learning), sebagai
berikut:
1.

Perinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu
dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian
tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

9

Keberhasiln kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing
anggota kelompok. Oleh karena itu, semua angota dalam kelomok
akan merasa saling ketergantungan.
2.

Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu
keberhasilankelompok sangat tergantung dari masing-masing angota
kelompoknya. Oleh karna itu, setiap anggota kelompok mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok
tersebut.

3.

Interaksi tatap muka (face-to-face promotion interaction), yaitu
memberikan kesempatanyang luas kepada setiap anggota kelompok
untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling
memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4.

Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu
melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan komunikasi dalam
kegiatan pembelajaran.

5.

Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khususbagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja
sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan efektif.

D.

Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur atau langkah – langkah pembelajaran kooperatif pada
prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut :
1.

Penjelasan Materi : tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok –
pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.
Tujuan utama tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok
materi pelajaran.

2.

Belajar Kelompok : tahap ini dilakukan setelah guru memberikan
penjelasan materi, siswa bekerja dlam kelompok yang telah dibentuk
sebelumnya.

3.

Penilaian : penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan
melalui tes atau kuis.

10

4.

Pengakuan Tim : penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau
tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau
hadiah.

E.

Model Model Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif,
walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah.
Jenis-jenis model tersebut, sebagai berikut:
1.

Model Student Teams Achievment Division (STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas Jhon Hopkin. Menurut Slavin, model STAD
(Student Teams Achievment Division) merupakan variasi pembelajaran
koperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah
diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa
Inggris, teknik, dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah
dasar sampai perguruan tinggi.
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan
empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya.
Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok
itu memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai
pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan
tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling
membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan
dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan
nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi
peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu
melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian
dijumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat
mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiahhadiah yang lainnya. Keseluruhan siklus aktivitas itu, mulai dari
paparan guru ke kerja kelompok sampai kuis, biasanya memerlukan
tiga sampai sampai lima kali pertemuan kelas. STAD adalah yang

11

paling tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti,
seperti perhitungan dan penerapan matematika, pengunaan bahasa dan
mekanika, geografi dan keterampilan perpetaan, dan konsep-konsep
sains lainnya.
Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama di
belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan
membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang
diajarkan guru. “ Jika siswa menginginkan kelompok mereka
memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok
mereka dalam mempelajari pelajaran.
teman

sekelompok

mereka

untuk

Mereka harus mendorong
melakukan

yang

terbaik,

memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga,
dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama
setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu
ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi
itu (tanggung jawab perseorangan).
Para siswa mungkin bekerja berpasangan dan bertukar jawaban,
mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain,
mereka

bisa

mendiskusikan

pendekatan-pendekatan

untuk

memecahkan masalah itu, atau mereka bisa saling memberikan
pertanyaan tentang isi dari meteri yang mereka pelajari itu. Mereka
mengajarai teman sekelompok mereka dan menaksir kelebihan dan
kekurangan mereka untuk membantu mereka agar bisa berhasil
menjalani tes. Karena skor kelompok didasarkan pada kemajuan yang
diperoleh siswa atas nilai sebelumnya (kesempatan yang sama untuk
berhasil), siapapun dapat menjadi “bintang” kelompok dalam satu
minggu itu, karena nilainya lebih baik dari nilai sebelumnya atau
karena makalahnya dianggap sempurna, sehingga selalu menghasilkan
nilai yang maksimal tanpa mempertimbangkan nilai rata-rata siswa itu
yang sebelumnya.

12

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD;
a.

Penyampaian Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar

b.

Pembagian Kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap
kelompok tersdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan
heteroginitas (keragaman) kelas dalam presentasi akademik,
gender/jenis kelamin, ras, dan etnik.

c.

Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan meteri pelajaran dengan terlebih dahulu
menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut
dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar
dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru
dibantu oleh media, dan demontrasi, pertanyaan atau masalah
nyata yang terjadi dalamkehidupan sehari-hari. Di jelaskan juga
tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai
siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara
mengerjakannya.

d.

Kegiatan Belajar dalam Tim (kerja Tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk.

Guru

menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja
kelompok, sehingga semua anggota betul-betul menguasai dan
masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja,
guru

melakukan

pengamatan,

memberikan

bimbingan,

dorongan, dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan
ciri terpenting dari STAD.
e.

Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang
materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap
presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan

13

kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini
dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu
bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan
ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk
setiap soal, misalnya: 60, 75, 84, dan sterusnya sesuai dengan
tingkat kesulitan siswa.
f.

Penghargaan Presentasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan
diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian
penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh
guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.

Menghitung Skor Individu
Menurut Slavin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung
perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat
dilihat pada tabel 10.2 sebagai berikut:

Tabel 10.2 Penghitungan Perkembangan Skor Individu
No

Nilai Tes

Skor Perkembangan

.
1

Lebih dari 10 poin di bawah skor 0 point

2

dasar
10 sampai 1 point di bawah skor 10 point

3

dasar
Skor 0 sampai 10 point di atas skor 20 point

4
5

dasar
Lebih dari 10 point di atas skor dasar 30 point
Pekerjaan
sempurna
(tanpa 30 point
memperhatikan skor dasar)
2.

Menghitung Skor Kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan

anggota

menjumlahkan

semua

kelompok,
skor

yaitu

dengan

perkembangan

individu

anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota

14

kelompok

tersebut.

Sesuai

dengan

rata-rata

skor

perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok
sebagaimana dalam Tabel 10.3 sebagai berikut:
Tabel 10.3 Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok
No

Rata-rata Skor

Kualifikasi

.
1
2
3
4

0 ≤N ≤5
6 ≤ N≤15
16 ≤ N≤20
21 ≤ N ≤30

Tim yang Baik (Good Team)
Tim yang Baik Sekali (Great Team)
Tim yang Istimewa ( Super Team)

3.

Pemberian Hadiah dan Pengakuan Skor Kelompok
Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh
predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan
kepada

masing-masing

kelompok

sesuai

dengan

prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru)
STAD

merupakan

suatu

metode

generik

tentang

pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran komprehensif
untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi
mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi
kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi kebanyakan guru
menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau
mengganti materi-materi ini.
2.

Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan
teman-temannya di Universitas Texas.
Arti jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada
juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki
menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw
ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa
melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan
siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
15

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi
yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya,
guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang
terdiri

dari

empat

orang

siswa

sehingga

setiap

anggota

bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik
yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masingmasing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang
membentuk kelompok lagi yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik
bagiannya; dan (b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik
bagiannya kepada anggota kelompok semulanya. Setelah itu, siswa
tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli”
dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam
subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga
bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk
enunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan
oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus
menguasai topik secara keseluruhan.
Langkah-langkah
a.

Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.

b.

Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda.

c.

Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama
membentuk kelompok baru (kelompok ahli).

d.

Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali
kekelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok
tentang subbab yang mereka kuasai.

e.

Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

f.

Pembahasan.

g.

Penutup.
Model pembelajaran kooperatif medel jigsaw adalah sebuah

model belajar kooperatif yang menitikberatkan kepada kerja

16

kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan
oleh Lie (1999: 73), bahwa “pembelajaran kooperatif model jigsaw ini
merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara
heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan
bertanggung jawab secara mandiri.”
Dalam model kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak
kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi
yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi,
anggota

kelompok

bertanggung

jawab

terhadap

keberhasilan

kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat
menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.
Lie (1994) menyatakan bahwa jigsaw merupakan salah satu tipe
atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak riset telah
dilakukan erkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar
jigsaw.Riset tersebut secara konsisten menunjukkann bahwa siswa
yang terlbat di dalam pembelajaran model kooperatif model jigsaw ini
memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan
lebih positif terhadap pembelajaran, di samping saling menghargai
perbedaan dan pendapat orang lain.
Jhonson and Jhonson (dalam Teti Sobari 2006: 31) melakukan
penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang
hasilnya menunjukkan bahwa inteaksi kooperatif memiliki berbagai
pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif
tersebut, yaitu:
a.

Meningkatkan hasil belajar;

b.

Meningkatkan daya ingat;

c.

Dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi;

d.

Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individul);

e.

Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen;

f.

Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah;

g.

Meningkatkan sikap positif terhadap guru;

17

h.

Menigkatkan harga diri anak;

i.

Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan

j.

Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.
Pembelajaran model jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif

para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada
permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap
kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda
membahas materi yang sama, kita sebut sebagai tim ahli yang
bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutny, hasil
pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada
anggota kelompoknya.
Kegiatan yang dilakukan, sebagai berikut:
a.

Melakukan

membaca

untuk

menggali

informasi.

Siswa

memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga
mendapatkan informasi dari permasalahn tersebut;
b.

Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik
permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau
kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik
permasalahan tersebut;

c.

Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal
dan menjelaskan hasil dan yang didapatkan dari diskusi tim ahli.

d.

Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang
dibicarakan tadi dan;

e.

Perhitungan skor kelompok dan menetukan penghargaan
kelompok;
Stephen, Sikes and Snapp (1978), mengemukakan langkah-

langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw sebagai berikut:
a.

Siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggto tim;

b.

Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda;

c.

Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan;

18

d.

Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari
bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru
( kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka;

e.

Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan saksama;

3.

f.

Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi’

g.

Guru memberi evaluasi; dan

h.

Penutup.

Grup Investigatian (Investigasi Kelompok)
Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shiomo
Sharan dan Yel Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum,
perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik
kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan
beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari
keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan
kemudian

membuat

atau

menghasilakan

laporan

kelompok.

Selajutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan
laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar
informasi temuan mereka. (Burns et al.,t.th.).Menurut Slavian
(1995a), strategi kooperatif GI sebernarnya dilandai oleh filosofi
belajar John Dewey. Teknik kooperatif ini telah secara meluas
digunakan dalam penelitian dan memperlihatkan kesuksesannya
terutama untuk program –program pembelajaran dengan tugas-tugas
spesifik.
Pengembangan belajaran kooperatif GI didasarkan atas suatu
premis bahwa proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam
domain.

19

4.

Model Make a Match (Membuat Pasangan)
Metode make a match (membuat pasangan) merupakan salah
satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan
teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Penerapan metode ini dimulai dengan teknik yaitu siswa disuruh
mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Langkah-langkah pembelajaran:
a.

Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu
berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).

b.

Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau
soal dari kartu yang dipegang.

c.

Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban)

d.

Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.

e.

Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

f.
5.

Kesimpulan.

Model TGT (Teams Games Tournaments)
Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan
dengan anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka
masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis
berupa pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadangkadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan
kelompok (identitas kelompok mereka).
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan yang ditulis
pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan

20

mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen
harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan
(kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya.
Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah
untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak
mempenyai

kemungkinan

memberi

skor

bagi

kelompoknya.

Permainan yang dikemas dalam bentuk turname ini dpat berperan
sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi
pembelajaran.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang beranggotakan 5
sampai 6 orang siswa yang memilikikemampuan, jenis kelamin dan
suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa
bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja
kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas
yang

diberikan

dikerjakan

bersama-sama

dengan

anggota

kelompoknya. Apabila ada dari angggota kelompok yang tidak
mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang
lain

bertanggung

jawab

untuk

memberikan

jawaban

atau

menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada
guru.
Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari
lima langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas (class precentation),
belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan
(tournament),

dan

perhargaan

kelompok

(team

recognition).

Berdasarkan apa yang diungkapan oleh Slavin, maka model
pembelajaran kooperatif tipe.
TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.

Siswa bekerja dalam kelompok –kelompok kecil.

b.

Games tornament.

c.

Penghargaan kelompok.

21

6.

Model Struktural
Menurut pendapat Spance dan Miguel Kagan (shiomo Sharan
2009; 267) bahwa terdapat enam komponen utama di dalam
pembelajaran

kooperatif

tipe

pendekatan

struktural.

Keenam

komponen itu. Sebagai berikut:
a.

Struktur dan Konstruk yang Berkaitan
Premis dasar dari pendekatan struktural adalah bahwa ada
hubungan kuat antara yang siswa lakukan dan yang siswa
pelajari, yaitu interaksi di dalam kelas telah membri pengaruh
besar pada perkembangan siswa pada sisi sosial , kognitif, dan
akademisnya.
perkembangan

Konstruksi
bahsa

dan

dan

pemerolehan

kognisi,

dan

pengetahuan,
perkembangan

keterampilan sosial merupakan fungsi dari situasi di mana siswa
berinteraksi.
b.

Prinsip-prinsip Dasar
Ada empat prinsip dasar yang penting untuk pendekatan
struktural pemebalajaran kooperatif, yaitu: interaksi serentak,
partisipasi sejajar, interdependensi positif, dan akuntabilitas
perseorangan.

c.

Pembentukan Kelompok dan Pembentukan Kelas
Kagan (Shiomo Sharan, 2009: 287) membedakan lima tujuan
pembentukan kelompok dan memberikan struktur yang tepat
untuk masing-masing. kelima tujuan pembentukan kelompok
itu, sebagai berikut: (1) agar dikenal: (2) identitas kelompok: (3)
dukungan timbale-balik; (4) memnilai perbedaan ; dan (5)
mengembangkan sinergi.

d.

Kelompok
Kelompok belajar kooperatif memiliki identitas kelompok yang
kuat, yang iedalnya terdiri dari empat anggota yang berlangsung
lama. Kagan (shiomo Sharan, 2009:288) membedakan empat
tipe kelompok belaja tersebut, sebagai berikut:
1)

Kelompok heterogen;

22

a.

2)

Kelompok acak;

3)

Kelompok minat, dan

4)

Kelompok bahasa homogen

Tata Kelola
Dalam kelas kooperatif ditekankan adanya interaksi siswa
dengan siswi, dan karenanya manejemen melibatkan berbagai
keterampilan berbeda. Beberapa dari perhatian manajemen
diperkenalkan

bersamaan

dengan

pengenalan

kelompok,

termasuk susunan tempat duduk, tingkat suara, pemberian
arahan, distribusi dan penyimpanan materi kelompok, dan
metode pembentukan sikap kelompok.
b.

Keterampilan Sosial
The Structured Natural Approach untuk pemerolehan
keterampilan sosial menggunakan empat alat, yakni:
1)

Peran dan gerakan pembuka;

2)

Pemodelan dan penguatan;

3)

Struktural dan penstrukturan, dan

4)

Refleksi dan waktu perencanaan.
Perbandingan karakteristik dari masing-masing model

pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada Tabel 10,4 berikut
ini:
Tabel 104 Perbandingan Karakteristik Model-Model Pembelajaran
Kooperatif
KARAKTE
RISTIK
Tujuan

STAD

JIGSAW

Informasi

Kognitif

INVESTIGASI

STRUKTUR

Informasi

KELOMPOK
Informasi

AL
Informasi

akademik

akademik

akademik tingkat

akademik

sederhana

sederhana

tinggi dan

sederhana

keterampilan
Tujuan Sosial

Kerja

inkuiri
Kerja sama dalam

Kerja

23

Keterampilan

Struktur Tim

kelompok

kelompok

kelompok

kelompok

dan kerja

dan kerja

kompleks

dan

sama

sama

keterampilan

Kelompok

Kerja

Kelompok belajar

sosial
Bervariasi

belajar

kelompok

dengan 5-6

berdua,

heterogen

dan kerja

anggota homogen

bertiga,

dengan 4-5

sama

kelompok

orang

dengan 4-6

anggota

anggota

24

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah
umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk
mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa.
Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan
pembelajaran,

yaitu

hasil

belajar

akademik,

penerimaan

terhadap

keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial
Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986)
yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk
mendukung perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung
oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning.
Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah
memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan
didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif.
Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada
teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung
pembelajaran
Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaatmanfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa
keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru,
kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar
dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara
verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa
belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga
menerima perbedaan ini.

25