Hukum Waris Menurut Hukum Islam (1)

Hukum Waris
Menurut Hukum
Islam
Afni Rasyid

Pengertian
Sudah menjadi kodrat bahwa setiap manusia dalam perjalanan
hidupnya akan melewati suatu masa, dilahirkan, hidup di dunia dan
meninggal dunia. Masa-masa tersebut tidak terlepas dari kedudukan
kita sebagai mahluk Tuhan, karena dari Dia-lah kita berasal dan
suatu saat kita akan kembali berada di pangkuanNya. Selain
sebagai mahluk individu manusia juga berkedudukan sebagai
mahluk sosial bagian dari suatu masyarakat yang mempunyai hak
dan kewajiban terhadap anggota masyarakat lainnya.
Berbicara mengenai perjalanan hidup manusia, ketika manusia
melewati masa-masa hidup di dunia, ia juga mempunyai hak-hak
dan kewajiban-kewajiban terhadap barang-barang yang berada
dalam masyarakat tersebut. Ketika manusia itu meninggal dunia
maka hak- hak dan kewajibannya akan berpindah kepada
keturunannya, hal ini dapat diartikan adanya macam-macam
hubungan hukum antara anggota masyarakat yang erat sifatnya.


203

Namun dengan adanya peristiwa meninggalnya seseorang tidak
berakibat hilangnya perhubungan-perhubungan tadi, karena hukum
telah mengatur bagaimana cara perhubungan itu dapat diselamatkan
agar masyarakat selamat sesuai dengan tujuan dengan hukum yang
mengaturnya dari kepentingan-kepentingan yang timbul sebagai
akibat adanya peristiwa itu. Salah satu hal yang diatur dalam Islam
setelah seseorang meninggal dunia adalah masalah harta warisan.
Harta warisan biasa juga disebut dengan harta pusaka yaitu
harta milik pewaris sendiri, tidak tercampur sedikitpun dengan milik
orang lain, yang ditinggalkan mati (meninggal dunia) oleh pewaris.
Pewaris adalah orang yang memiliki dan meninggalkan harta,
serta ahli waris disaat ia meninggal dunia. Ahli waris adalah orang
yang berhak menerima harta warisan. Harta warisan adalah harta
peninggalan orang yang meninggal dunia yang diterima oleh ahli
waris.1 Dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (selanjutnya
disebut KHI) dijelaskan bahwa harta peninggalan adalah harta yang
ditinggalkan oleh pewaris baik berupa harta benda miliknya atau

hak-haknya (KHI, 1991:73).

Kewajiban
Warisan

yang

Berkaitan

dengan

Harta

Apabila seseorang meninggal dunia dan meninggalkan harta,
baik harta yang bergerak maupun tidak bergerak, baik harta yang
berwujud benda maupun yang berupa hak-hak, ahli warisnya harus
melaksanakan beberapa kewajiban terhadap harta tersebut sebelum
ia dibagi sebagai harta warisan tersebut (KHI, BAB II, Pasal 175).
Kewajiban-kewajiban tersebut adalah: pertama, biaya perawatan
jenazah sampai dikuburkan merupakan hak yang berkaitan dengan

kepentingan pewaris dibebankan kepada harta yang ditinggalkan
pewaris. Kedua, pelunasan semua hutang pewaris, baik hutang
kepada
Mujieb, Abdul, dkk. Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus,
1994, hlm. 100101.
1

Allah seperti zakat, nazar dan haji maupun hutang kepada sesama
manusia sebagai hak kreditur. Ketiga, melaksanakan wasiat (pesan
pewaris berkaitan dengan hartanya selagi ia masih hidup) dengan
batas maksimal 1/3 (sepertiga) harta. Kempat, membagikan harta
warisan kepada ahli waris (yang berhak menerima) sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan syari’ah Islam. Kelima, bagi pewaris
yang meninggalkan suami atau isteri, berarti memiliki harta
bersama atau “gono gini”, hak suami atau isteri sebesar ½ (seperdua)
dari harta warisan harus diserahkan terlebih dahulu (KHI BAB
XIII, pasal
97:46).

Hukum

Warisan

dan

Manfaat

Pembagian

Hukum pembagian harta warisan yang lazim disebut dengan
hukum faraid adalah hukum Islam yang khusus mengatur peralihan
harta milik seseorang yang telah meninggal dunia kepada orang
yang masih hidup. Menurut sebagian ulama, hukum pembagian
harta warisan dipahami bersifat ijbari atau memaksa, karena ia
merupakan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, yang wajib dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap muslim. Firman Allah diakhir ayat 14
dalam surat an-Nisa’dengan jelas menyebutkan;

... �‫ران هلخخخدي هدودح دعخختيو هلوسخخ رو‬
‫ هلل� صعي نمو‬Siapa yang durhaka kepada Allah dan RasulNya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, akan
dimasukkan ke dalam api neraka. (QS. an-Nisa [4]: 14).

Selanjutnya, Nabi juga bersabda:

�‫هلخخل� باتخخخك ىلخخع ضئ�رف خخل� له� نيخ خب لمل‬
‫ ��ومسخخق‬Bagilah

harta (waris) antara ahli-ahli waris

menurut Kitab Allah (al-Qur’an). (HR. Muslim dan Abu
Daud)

Bahkan, Rasul SAW memerintahkan untuk mempelajari dan
mengajarkan ilmu pembagian harta warisan, sebagaiman hadits Rasul
SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Nasa’i dan al-Daruqutni:

‫لو� وه و ىسني وهو ملعل� فصن هنإف اهوملعو‬
‫ضئ�رفل� �وملعت‬
‫ىتم� نم عزني‬
‫ء يش‬
Pelajarilah ilmu faraid serta ajarkanlah kepada orangorang. Karena saya akan meninggal, sesungguhnya ilmu ini
akanl dcabutt. Jika terjadi pertengkaran karena memperebutkan

harta waris, maka tidak ada yang sanggup memberi fatwa
(jika ilmu itu tidak dipelajari dan diajarkan). (HR. Ahmad, anNasa’i dan ad-Daruqutni)
Adapun manfaatnya adalah untuk kemaslahatan umat manusia,
agar tidak terjadi perselisihan antara sesama ahli waris dan semua
ahli waris mendapat bagian secara adil dan berimbang.

Ahli Waris dan Bagian Masing-masing
Ahli waris secara umum dapat dibagi menjadi tiga kelompok.
Yakni dzaw al-furud, `asabah dan dzaw al-arham. Kelompok dzaw
al-furud, yaitu orang yang mempunyai hubungan kelurga tertentu
dengan pewaris dan memperoleh bagian yang sudah ditentukan
dalam al-Qur’an atau al-Hadits, mereka terdiri dari 7 (tujuh)
kelompok, yaitu:
1. Kelompok yang mendapat 2/3 dari harta warisan
Kelompok ini adalah sebagai berikut:
a.

Dua atau lebih anak perempuan jika pewaris tidak mempunyai anak laki-laki. Ketentuan ini terdapat dalam surat
an-Nisa’[4]: 11;


... ‫كرت ام اثلخث نهلف نيتنخث� قوف ءاسن نك‬
‫نإف‬
maka apabila anak perempuan ada dua orang atau
lebih, maka mereka men dapat 2/3 dari harta warisan .
. . (QS. an-Nisa [4]: 11).
b.

Dua atau lebih cucu perempuan dari anak laki-laki jika
pewaris tidak mempunya cucu laki-laki.2

c.

Dua atau lebih saudari kandung jika pewaris tidak memiliki
saudara kandung, firman Allah SWT menetapkan dalam
surat an-Nisa’[4]: 176;

… ‫كرت امم ناثلخثل� امهلف نيتخنث� اتناك‬
‫نإف‬
: . . . tetapi jika saudara perempuan itu dua orang,
maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang

ditinggalkan oleh yang meninggal . . . (QS. an-Nisa
[4]: 176).
d.

Dua atau lebih saudari sebapak jika pewaris tidak mempunyai anak atau saudari kandung atau cucu kandung atau
saudara laki-laki sebapak (an-Nisa’ [4]: 176).

2. Kelompok yang mendapat 1/3 dari harta warisan
Kelompok ini adalah sebagai berikut:
a.

Ibu kandung, jika pewaris tidak mempunyai anak kandung
atau dua saudara, an-Nisa’ [4]: 11 menegaskan bagian
mereka;

… ‫ثلخثل� هملف ه�وب� هثروو دلو هل نكي‬
‫مل نإف‬
Jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak
dan ia diwarisi oeh ibu-bapanya (saja), maka


ibunya mendapat sepertiga . . .(QS. an-Nisa [4]: 11).
2

Fatchur Rahman, Ilmu Waris, Bandung: Al-Marif, 1981, hlm. 175.

b.

Dua atau lebih saudari seibu atau sebapak jika pewaris tidak
mempunyai anak atau saudara kandung. Allah menetapkan
bagian mereka dalam an-Nisa’ [4]: 12 sebagai berikut;

… �‫ثلخثل� ىف ءاكرش مهف كلخ خذ نم رثخخخك‬
‫ �وناك نإف‬Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih
dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu . . . (QS. an-Nisa [4]: 12).
3. Kelompok yang mendapat 1/3 dari sisa harta warisan
Yang mendapat bagian ini hanyalah ibu kandung jika
pewaris mempunyai bapak, janda, atau duda. Dengan kata lain
ahli warisnya terdiri dari ibu, bapak, dan duda atau janda
dikenal dengan kasus gharawain.3

4. Kelompok yang mendapat 1/6 dari harta warisan
Kelompok ini adalah sebagai berikut:
a.

Ibu kandung jika pewaris mempunyai anak atau cucu atau
dua saudara atau lebih:

‫هل ناك نإ كرت امم سدسل� امهنم دح�و‬
‫لكل هيوب لو‬

‫ دل خو‬Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masingmasing- nya seperenam dari harta yang ditinggal . .
(QS. an- Nisa [4]: 11).
b.

Bapak kandung jika pewaris mempunya anak atau cucu dari
anak laki-laki (an-Nisa’ [4]: 11).

3

Fatchur Rahman, Ilmu Waris…, hlm. 238.


c.

Kakek kandung dari bapak, jika pewaris mempunyai anak
atau cucu dari anak laki-laki.4

d.

Nenek kandung dari bapak jika pewaris tidak mempunyai
ibu.5

e.

Saudara laki-laki atau perempuan jika pewaris hanya mempunyai seorang anak peperempuan.6

f.

Saudara sebapak bila seorang saja.7

5. Kelompok yang mendapat 1/2 dari harta warisan
Kelompok ini adalah sebagai berikut:
a.

Seorang anak perempuan jika pewaris tidak mempunyai
anak laki-laki dalam surat an-Nisa’ [4]: 11, ditentukan;

… ‫فصنل� اهلف ةدح�و تناك‬
‫ نإو‬Jika anak

perempuan itu seorang saja, maka

ia memperoleh separoh harta . . . (QS. an-Nisa [4]:
11).
b.

Seorang cucu perempuan dari anak laki-laki jika pewaris
tidak mempunya anak.8

c.

Duda jika pewaris tidak mempunyai anak atau cucu lakilaki dari anak laki-laki firman Allah menetukan dalam
surat an-Nisa’[4]: 12;

… ‫دلو نهل نكي مل نإ مكج�وز� كرتام فصن‬
‫مكلو‬
Fatchur Rahman, Ilmu Waris…, hlm. 268.
Fatchur Rahman, Ilmu Waris…, hlm. 246.
6
Fatchur Rahman, Ilmu Waris…, hlm. 329.
7
Masyfuq Zuhdi, Studi Islam, Jilid II: Muamalah, Jakarta: Pt. Raja
Grafindo Persada,
4
5

8

1993, hlm. 66.
Fatchur Rahman, Ilmu Waris…, hlm. 175.

Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak
mempunyai anak . . .(QS. an-Nisa [4]: 12).
d.

Seorang saudari kandung jika pewaris tidak memiliki
saudara laki-laki ditetapkan dalam surat an-Nisa’[4]: 176;

‫فصن اهلف تخ� هلو دلو هل سيل كله �ؤرم� نإ‬
... ‫كرتخخا‬
‫ م‬Maka bagi saudaranya yang perempuan itu
seperdua dari harta yang ditinggalkannya . . .(QS. anNisa [4]:
12).
e.

Seorang saudari sebapak jika pewaris tidak memiliki anak
kandung perempua atau cucu perempuan atau saudara
kandung (Rahman, 1981:311).

6. Kelompok yang mendapat ¼ dari harta warisan
Kelompok ini adalah sebagai berikut:
a.

Duda jika pewaris memiliki anak atau cucu dari anak lakilaki.

... ‫نكرت امم عبرل� مكلف دلو نهل ناك‬
‫نإف‬
Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu
mendapat seperempat dari harta yabg ditinggalkannya.
. . (QS. an-Nisa’[4]: 12).
b.

Janda jika pewaris tidak memilik anak atau cucu dari anak
laki-aki.

… ‫دلو مكل نكي مل نإ متخ خكرت امم‬

‫عبرل� نهلو‬

Dan bagi para isteri memperoleh seperempat harta yang
kamu tinggalkan jika kami tidak mempunyai anak . . .
(QS. an-Nisa’[4]: 12).
7. Kelompok yang mendapat 1/8 dari harta warisan
Yang mendapatkan bagian ini hanyalah janda jika pewaris
mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki;

... ‫متخكرت امم نمثل� نهلف دلو مكل‬
‫ ناك نإف‬Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan
. . .(QS. an- Nisa’[4]: 12).
Besarnya bagian masing-masing ahli waris ini juga dapat dilihat
dalam KHI pada BAB III, pasal 176-182.
Semua yang disebutkan di atas hanya mendapatkan harta
warisan sesuai dengan ketentuan. Namun jika harta waris kurang
sementara ahli waris masih ada yang belum kebagian maka bagian
mereka masing-masing dikurangi, kasus ini disebut dengan aul.
Sebaliknya, jika harta warisan berlebih (sisa) setelah dibagi, kasus
ini disebut dengan râd, ahli waris dapat menerima sisa (tambahan)
sebesar ketentuan jika bersama-sama dengan dzaw al-furud yang
lain kecuali duda atau janda, bagian mereka ini (duda dan janda)
dikurangi dalam kasus aul dan tidak ditambah dalam kasus rad. Cara
penyelesaian kedua kasus ini terdapat dalam KHI BAB V. pasal
192 dan 193.

Kelompok `Ashabah
Kelompok `ashabah yaitu kelompok yang mendapat bagian
seluruh harta waisan, menghabisi semua harta warisan, atau mene-

rima sisa harta warisan. Mereka dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
yakni `asabah bi an-nafsi, `asabah bi al-ghair, dan `asabah ma’a al-ghair.
`Asabah bi an-nafsi artinya menjadi `asabah karena dirinya
sendiri. Mereka semua laki-laki dan harus berurutan dalam
kedudukannya, yaitu: Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak lakilaki dan terus ke bawah, bapak, kakek (bapak dari bapak) dan
terus ke atas, saudara laki-aki sekandung, saudara laki-laki sebapak,
paman kandung, (sau- dara kandung bapak), paman sebapak
(saudara sebapak dari bapak), anak laki-laki paman kandung
(sepupu), anak laki-laki paman sebapak.9
`Asabah bi al-ghair artinya orang yang menjadi `asabah sebab
atau ditarik orang lain. Mereka adalah: anak laki-laki dapat menarik
saudaranya yang perempuan menjadi `asabah, dengan ketentuan
bagian laki-laki mendapat dua kali perempuan; cucu laki-laki dapat
menarik saudarinya yang perempuan menjadi `asabah; dan saudara
laki-laki sebapak dapat menarik saudarinya yang perempuan yang
menjadi `asabah; saudara laki-laki kandung dapat menarik
saudarinya yang perempuan menjadi `asabah; dan saudara laki-laki
sebapak dapat menarik saudarinya yang perempuan menjadi
`asabah.10 Dengan demikian ahli waris perempuan dapat menjadi
`asabah jika ada ahli waris laki-laki yang dapat menariknya untuk
menjadi `asabah.11
`Asabah ma’a al-ghair artinya seseorang menjadi `asabah bersama
orang lain, semuanya perempuan, yakni: saudari kandung bersama
anak perempuan atau cucu perempuan kandung. Saudari sebapak
bersama anak perempuan atau cucu perempuan. Mereka mendapat
sisa atau menghabiskan harta warisan (`asabah ma’a al-ghair).12

9
10
11
12

Masyfuq Zuhdi, Studi Islam,…, hlm. 66.
Masyfuq Zuhdi, Studi Islam,…, hlm. 67.
Masyfuq Zuhdi, Studi Islam…, hlm. 67.
Masyfuq Zuhdi, Studi Islam…, hlm. 67-68.

Dzaw al-Arhâm dan Hijab-Mahjub
Kelompok ketiga adalah dzaw al-arham yaitu ahli waris yang
mempunyai hubungan kekeluargaan dengan pewaris, tetapi tidak
termasuk kelompok dzaw al-furud dan `asabah. Mereka baru berhak
mendapat bagian dari harta warisan jika dzaw al-furud dan `asabah
(baik menghabiskan harta warisan maupun yang menerima sisa
harta setelah dibagi) tidak ada.13
Bila dilihat dari kedekatan hubungan ahli waris dengan pewaris,
maka ahli waris dza al-furud itu dapat dibagi menjadi dua
kelompok. Pertama; kelompok yang akrab (lebih dekat/langsung)
dengan pewaris. Kelompok ini tidak akan terhalang oleh siapapun
atau ahli waris yang lain, mereka adalah anak, ibu, bapak, janda
atau duda. Sebaliknya mereka (kecuali duda atau janda) dapat
menghalangi ahli waris yang hubungannya agak jauh (tidak akrab)
dengan pewaris. Kedua, kelompok ini dekat hubungannya dengan
pewaris karena ada perantara jadi tidak langsung, seperti kakek, dan
cucu. Jika kelompok yang dekat (akrab) ada, mereka bisa
terhijab (terhalang) untuk mendapat harta warisan.
Ahli waris yang termasuk kelompok mahjub atau dapat
terhalang itu adalah;
1. Kakek dapat terhalang jika bapak masih hidup.
2. Nenek terhalang jika ibu masih hidup.
3. Cucu terhalang jika ada anak laki-laki masih hidup.
4. Saudara laki-laki kandung terhalang oleh anak laki-laki, cucu
laki-laki, atau bapak.
5. Saudari perempuan kandung terhalang oleh anak laki-laki, cucu
laki-laki, atau bapak.

Syarifuddin, Amir, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam
Lingkungan Hukum
Adat Minangkabau, Jakarta: Gunung Agung, 1984, hlm. 83.
13

6. Saudara (laki-laki atau perempuan) sebapak terhalang oleh
anak, cucu, bapak, atau saudara kandung.
7.

Saudara seibu terhalang oleh anak, cucu, bapak, dan atau kakek.

8.

Keponakan laki-laki (anak saudara kandung) terhalang oleh
anak laki-laki, cucu, bapak, saudara kandung, atau saudara
sebapak.

9.

Keponakan laki-laki sebapak (anak saudara bapak) terhalang
oleh anak, cucu, kakek, saudara kandung, saudara sebapak,
atau keponakan laki-laki kandung.

10. Paman kandung terhalang oleh keponakan sebapak dan atau
mereka yang sebelumnya.
11. Anak laki-laki dari paman kandung terhalang oleh paman
sebapak, dan atau mereka yang sebelumnya.
12.

Anak laki-laki dari paman sebapak dengan bapak terhalang
oleh anak laki-laki paman kandung, dan atau ahli waris
sebelumnya.

13. Cucu perempuan terhalang oleh anak laki-laki, dua orang anak
perempuan jika pewaris tidak memiliki cucu laki-laki.14 Dengan
demikian, Islam mengakui adanya prinsip keutamaan hubungan
terdekat dalam kekerabatan dalam masalah pembagian harta
warisan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketentuan waris
cenderung patriarki. Ini terlihat seperti dalam hal sistem `ashabah,
cucu yang diakui sebagai ahli waris hanya dari keturunan anak
laki-laki, kasus gharawain, dan pembagian laki-laki dua kali lipat
perempuan. Pelaksanaan pembagian harta warisan menurut hukum
Islam adalah wajib, setelah melaksanakan semua kewajiban terhadap
harta warisan.

Ma’rifat Iman KH dan Nandi Rahman, Al-Islam 3, Jakarta: Perkasa,
1990, hlm. 5814

59.

Daftar Ketentuan Bagian untuk Ahli Waris
(Dzaw al-Furud)
Bagia
n
2/3

1/3

1/3
sis
a
1/6

1/2

1/4
1/8

Untuk
1. Dua atau lebih
anak
perempuan
2. Dua atau lebih
cucu perempuan
dari anak laki-laki
3. Dua atau lebih
saudari kandung
4. Dua atau lebih
saudari sebapak

Dalam keadaan

tidak mempunyai anak
laki-laki tidak ada anak
pr/lk kandung atau cucu
laki-laki
tidak punya saudara
kandung tidak
mempunyai anak atau
saudari kandung atau
cucu kandung atau
saudara laki-laki
sebapak
1. Ibu kandung
tidak ada anak kndung atau
2. Dua atau lebih
2
saudari
saudara
seibu
tidak mempunyai anak atau
1. Ibu kandung
Ada bapak, isteri atau
suami
Ada anak/cucu dr ank lk
1. Bapak Kandung
kandung Ada anak atau
2. Ibu kandung
3. Kakek kandung dari cucu/ 2 saudari/ lebih
Ada anak lk/cucu dan
bapa
tdk ada bpk
k
4. Nenek kandung dari Tidak ada ibu
bapa
Tidak ada anak
k
Hanya ada ada seorang ank
5. Saudara seibu lk/pr prempuan
6. Cucu dari anak laki- Hanya ada seorg saudari
kandung
laki
1. Seorang
tidak mempunyai anak
anak
laki-laki tidak mempunya
perempua
anak
n
tidak ada ank/cucu dr
2. Seorang cucu pr dr ank lk tidak memiliki
saudara laki-laki tidak
lk
memiliki anak kandung
3. Suami/Duda
perempuan atau cucu
4. Seorang saudari
perempuan
atau
saudara
Ada anak atau
cucu
dari
1. Suami/duda
anak laki Tidak ada
2. Isteri/janda
anak/cucu dari anak lakilaki
1. Isteri/janda
Ada anak atau cucu
dari anak laki-laki

Contoh Penyelesaian Pembagian Harta Warisan

1) Harta warisan Rp 48.000.000,-. Ahli waris terdiri dari janda,
ibu, dan bapak. Masing-masing mereka akan mendapat
sebagai berikut:
Janda: 1/4 = 3/12 x Rp 48.000.000,- = Rp 12.000.000,Ibu: 1/3 x sisa = 1/3 x 3/4 = 3/12 x 48.000.000,- = Rp
12.000.000,- Bapak: `ashabah (sisa) = 6/12 x Rp 48.000.000,- =
Rp 24.000.000,2) Harta warisan 650 gram emas,-. Ahli waris; duda, dua anak
perempuan, dan seorang cucu perempuan. Bagian mereka
masing-masing adalah:
Duda: 1/4 = 3/12 k = 3/13 x 650 gram = 150 gram emas
2 anak pr: 2/3 = | 8/12 p = | 13 = 8/13 x 650 gram = 400
gram emas
Ibu : 1/6 = 2/12 t = 2/13 x 650 gram = 100 gram emas
13/12
Cucu Perempuan; terhalang atau terhijab oleh anak
3) Harta warisan tanah seluas 300 ha. Ahli waris; duda dan ibu.
Masing-masing mendapat bagian sebanyak:
Duda : 1/2
| KPT = 6 |
Ibu
: 1/3

|

|

1/2 = 3/6

|
5/6

|

1/3 = 2/6

berarti ada sisa 1/6 untuk ibu
Dengan demikian ibu mendapat 2/6 + 1/6 = 3/6
Duda mendapat: 3/6 x 300 ha = 150 ha
Ibu mendapat : 3/6 x 300 ha = 150 ha

4) Harta warisan $ 72.000. Ahli waris; ibu, suami, anak laki-laki
dan anak perempuan. Berapa bagian mereka masing-masing?
Ibu: 1/6 = 2/12 x $ 72.000 = $ 12.000
Suami: ¼ = 3/12 x $ 72.000 = $ 18.000
Ank lk & pr = `asabah bi al-ghair = 7/12 x $ 72.000 = $ 42.000
Ank lk : ank pr = 2:1 =3 berarti 2/3 :1/3
Ank lk : 2/3 x $ 42.000 = $ 28.000
Ank pr : 1/3 x $ 42.000 = $ 14.000

DAF TAR PUSTAKA
Imam KH, Ma’rifat dan Nandi Rahman, Al-Islam 3, Jakarta: Perkasa, 1990.
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Direktorat Pembinaan Badan
Peradilan Agama, 1991.
Mujieb, Abdul, dkk. Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.
Rahman, Fatchur, Ilmu Waris, Bandung: Al-Marif, 1981.
Syarifuddin, Amir, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan
Hukum Adat Minangkabau, Jakarta: Gunung Agung, 1984.
Zuhdi, Masyfuq, Studi Islam, Jilid II: Muamalah, Jakarta: Pt. Raja Grafindo
Persada, 1993.

‫‪Lampiran (ayat waris):‬‬

‫نك نإف نييثنل� ظح لثخ خم ركخخخذلل مكخخ دلو� ىخخف هلخخخل�‬
‫مكيصوي اهلف ةدحو تناك نإو كرت ام اثلخخث نهلخخف نيتنث�‬
‫قوف �ءاسن هل ناك نخخإ كرت امخخم سدسخخل� امهنخخخم‬
‫دحو لكخخل هي خ خوبلو فصخخنل� هل نخخاك نخخإف ثلثخ خل� هملف‬
‫ه�وب� هثروو دلو هل نكي مل نإف دلو مكؤاب�ء نيخ خد‬
‫و� اهب ىصوي ةيصو دعب نم سدسخخل� هملف ةوخخخإ‬
‫نإ هلل� نم ةضيرف اعفن مكل برق� مهي� نخخوردت ل‬
‫مكؤانب�و‬
‫‪ ﴿١١‬اميكح اميلع ناك﴾‬
‫هلل� نهل ناك نإف دلو نهل نكي مل نإ مكجوز� كرت‬
‫ام فصن مكلو‬
‫نيخ خد و� اهب نيصوي ةيصو دعب نم نكخخ رت امم عخبرل�‬
‫مكلف دلو‬
‫دلو مكل ناك نإف دلو مكل نكي مل نإ مت خ خ خكرت امم‬
‫عبرل� نهلخ خو نإو نيخ خد و� اهب نوصخخوت ةيصخخو دعخخب نم‬
‫مت خ خك رت امم نمثخ خل� نهلف امهنم دحو لكلخخف تخ� و�‬
‫خ� هلو ة�رم� و� ةللك ثروي لجر ناك نم ثلثخ خل� ىف‬
‫ءاكرش مهف كلذ نم رثخك� �وناك نإف سدسل� هلخخل�و‬
‫هلل� نم ةيصخخو راضم ري خغ نيخ خد و� اهب ىصخخوي ةيصخخو‬
‫دعب‬

‫‪ ﴿١٢‬ميلح ﴾‬
‫ميلع نم ىرجت تنج هلخدي هلوسرو هلل� عطي نمو‬
‫هلل� دودح كلت‬
‫‪ ﴿١٣‬ميظعل� زوفل� كلذو اهيف نيدلخ رهنل�﴾‬
‫اهتحت‬

11.Allah mensyari›atkan bagimu tentang (pembagian pusaka
untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama
dengan bagahian dua orang anak perempuan[272]; dan jika
anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi
mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak
perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta.
dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya
seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal
itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),
Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu
mempunyai beberapa saudara, Maka
ibunya mendapat
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah
dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar
hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak- anakmu, kamu
tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat
(banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
12. Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai
anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah
dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar
hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang
kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu
mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan
dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang
kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu.
Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang
tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang
saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari
kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-

saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu
dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat
olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi
mudharat (kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang
demikian itu sebagai) syari›at yang benar-benar dari Allah, dan
Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.
13. (Hukum-hukum
tersebut) itu adalah ketentuanketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan RasulNya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang
mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di
dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar.

272] Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena
kewajiban laki-laki lebih berat dari perempuan, seperti kewajiban
membayar maskawin dan memberi nafkah. (Lihat surat An Nisaa
ayat 34).
[
273] Lebih dari dua Maksudnya : dua atau lebih sesuai dengan yang
diamalkan Nabi.
[
274] Memberi mudharat kepada waris itu ialah tindakantindakan seperti: a.
Mewasiatkan lebih dari sepertiga harta pusaka. b. Berwasiat
dengan maksud
mengurangi harta warisan. Sekalipun kurang dari sepertiga
bila ada niat
mengurangi hak waris, juga tidak diperbolehkan.
[