Meningkatkan Kemampuan Menulis Prosa mel
Meningkatkan Kemampuan Menulis Prosa
melalui Teknik Parafrase Puisi bagi Siswa Kelas VI
SD Negeri 2 Pamijen pada Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009
Oleh: Iksan
ABSTRAK
Tujuan umum penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis prosa
melalui teknik parafrase puisi. Kemudian, tujuan khususnya adalah mengetahui upaya
meningkatkan kemampuan menulis prosa melalui teknik parafrase puisi bagi siswa kelas
VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun pelajaran 2008/2009.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 2 Pamijen Kecamatan Baturraden
Kabupaten Banyumas. Subjek penelitian adalah semua siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen
Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas semester I tahun pelajaran 2008/2009 dengan
jumlah siswa laki-laki 6 orang dan perempuan berjumlah 18 orang, jumlah siswa 24 orang.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(PTK). PTK ini terdiri dua siklus, yaitu: Siklus I dan Siklus II. Hasil penelitian
membuktikan bahwa kondisi awal sebelum guru menggunakan pembelajaran menulis prosa
melalui teknik parafrase puisi, semula kemampuan menulis siswa rendah, yaitu nilai ratarata hanya 50,56. Kemudian, setelah guru mengadakan tindakan pada siklus I dengan cara
guru melaksanakan pembelajaran menulis prosa menggunakan teknik parafrase puisi tanpa
dibimbing guru, pada kondisi awal nilai rata-rata hanya 50,56 pada siklus I, ternyata nilai
rata-rata naik menjadi 63,33 atau naik 25,25 %. Setelah guru mengadakan tindakan pada
siklus II dengan cara guru melaksanakan pembelajaran menulis prosa menggunakan teknik
parafrase puisi dengan dibimbing guru, yang semula nilai rata-rata siklus I 63,33, pada
siklus II naik menjadi 71,56 atau naik 41,53 %.
Kesimpulan dalam PTK ini berdasarkan kajian teoritis sebagaimana terdapat pada
kerangka berpikir pada BAB II dan data empirik ternyata melalui teknik parafrase puisi
bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun pelajaran 2008/2009 terjadi
peningkatan. Dengan demikian, dapat dilihat dengan jelas bahwa kesimpulan secara
teoritis sejalan dengan kesimpulan secara empirik. Jadi, hipotesis yang peneliti ajukan pada
PTK ini benar-benar “terbukti”.
Kata Kunci: Kemampuan Menulis Prosa, Teknik Parafrase Puisi
PENDAHULUAN
Menurut
standar kompetensi menulis siswa kelas VI yang terdapat pada
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 22/2006 tentang Standar Isi yang
merupakan awal pemberlakuan Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), tentulah sangat berat bila dihadapkan pada kenyataan di sekolah dasar.
Hal ini karena diantaranya masih ada guru sekolah dasar yang belum mengetahui cara
1
menulis prosa atau membuat karangan atau mengarang. Kebanyakan guru sekolah dasar
tidak membimbing siswa untuk menulis prosa dengan baik. Guru hanya memberikan tugas
menulis prosa atau membuat karangan atau mengarang, tanpa penyusunan rencana
pembelajaran yang sistematis. Hasil karya siswa (karangan atau mengarang atau menulis
prosa) tidak pernah ada tindak lanjut. Demikian juga teknik atau cara pembelajaran menulis
prosa atau
membuat karangan atau mengarang, kurang dikuasai guru sekolah dasar.
Akibatnya, kemampuan siswa dalam menulis prosa atau membuat karangan atau
mengarang kurang berkembang. Guru tidak pernah mengevaluasi dengan baik siswanya
yang mampu menulis prosa dan yang tidak mampu. Hal ini yang menyebabkan strandar
kompetensi menulis prosa atau membuat karangan atau mengarang, yang harus dimiliki
siswa tidak tercapai.
Ada anggapan menulis prosa atau membuat karangan atau mengarang, selama ini
dianggap sulit bagi guru sekolah dasar di beberapa sekolah. Ada yang belum mengetahui
cara mengajarkan kemampuan menulis prosa atau membuat karangan atau mengarang,
kepada siswanya. Menulis prosa atau membuat karangan atau mengarang haruslah seorang
penulis yang berbakat. Hal ini, menyebabkan menulis prosa atau membuat karangan atau
mengarang tidak menarik minat siswa. Padahal peran guru sekolah dasar sangat penting
dalam menciptakan situasi dan kondisi dalam pembelajaran menulis prosa atau membuat
karangan atau mengarang.
Dengan mencermati latar belakang masalah di atas, peneliti membuat rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu apakah melalui teknik parafrase puisi
dapat
meningkatkan kemampuan menulis prosa bagi Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada
Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009?
Tujuan umum penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis prosa
melalui teknik parafrase puisi, sedangkan tujuan khususnya adalah mengetahui upaya
meningkatkan kemampuan menulis prosa melalui teknik parafrase puisi bagi siswa kelas
VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun pelajaran 2008/2009. Manfaat secara teoritis
untuk memberi sumbangan informasi dan masukan dalam pengembangan teori
pembelajaran kemampuan menulis prosa melalui teknik parafrase puisi. Manfaat secara
praktis:
a) Bagi Guru
2
1) Penelitian
ini bermanfaat untuk memberi sumbangan informasi dan masukan
pengetahuan serta pengalaman bagi guru tentang pembelajaran kemampuan menulis
prosa melalui teknik parafrase puisi. yang dapat digunakan sebagai alternatitf
pembelajaran menulis di sekolah dasar.
2) Guru dapat mencoba meningkatkan pembelajaran kemampuan menulis prosa
melalui teknik parafrase puisi. bagi siswa sekolah dasar di tempat mereka bertugas.
b) Bagi Siswa
1) Pembelajaran kemampuan menulis prosa melalui teknik parafrase puisi.bagi siswa
sekolah dasar dapat mengembangkan keingintahuan dan imajinasi sehingga dapat
diketahui pula potensi yang dimilikinya.
2) Siswa perlu dilatih untuk terbiasa bekerja mandiri, bekerja sama, dan berkompetisi.
Sehingga perlu disediakan tugas yang mendorong kerja mandiri, memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat secara sportif dan juga
menyediakan kegiatan yang mendorong untuk bekerja sama dengan menjunjung
solidaritas.
c) Bagi Sekolah
1) Kegiatan pembelajaran kemampuan menulis prosa melalui teknik parafrase
puisi.bagi siswa sekolah dasar dapat mengembangkan kreatifitas siswa.
2) Pembelajaran kemampuan menulis prosa melalui teknik parafrase puisi. bagi siswa
sekolah dasar dapat diarahkan untuk kegiatan pengisian pada majalah dinding
(mading) di sekolah dasar.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Pengertian Kemampuan Menulis Prosa
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai
berikut: 1) mendengarkan, 2) Berbicara, 3) membaca, dan 4) menulis (Depdiknas, 2007:6).
Kemudian, keterampilan berbahasa menurut H.G. Tarigan (1985: 21) ada empat, yaitu:
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan
menulis. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti mengacu pada istilah kemampuan bukan
keterampilan. Hal ini sesuai dengan istilah yang digunakan oleh Badan Standar Nasional
(BNSP).
3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan artinya kesanggupan,
kecakapan; kekuatan (Depdiknas, 2005:707-708). Lalu, kemampuan bahasa artinya
kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa.
Pengertian menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1990: 968) yaitu
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti: mengarang, membuat surat) dengan tulisan.
Kemudian, menulis menurut H.G. Tarigan (1985: 21) menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Kemudian, kemampuan
menulis adalah kemampuan seseorang menggunakan bahasa untuk menyelesaikan tugas
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa
yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 899) arti kata prosa
adalah karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yang tedapat dalam puisi). Menurut
Muchlisoh dkk menjelaskan bahwa prosa sebagai berikut:
“Prosa adalah karangan bebas. Maksudnya penulis prosa dapat secara
bebas meuliskan apa yang di dalam pikirannya tanpa harus terikat oleh
aturan tertentu. Penulis tidak perlu menggunakan bentuk kata yang dibuatbuat agar terasa indah. Penulis tidak perlu susah payah mencari kata-kata
atau huruf-huruf yang bunyinya sama akhir kalimat. Tak perlu menghitung
jumlah huruf, suku kata, dan kata yang dipergunakan untuk mengutarakan
ide atau pesannya secara tertulis. Itulah kebebasan yang dimaksud menulis
prosa.
Kebebasan dalam menulis prosa, tidak berarti kebebasan tanpa batas.
Karena ada bentuk prosa yang memperhatikan keindahan bahasa di
samping merupakan pemerian langsung. Jadi, ada prosa yang
menitikbertakan pada kejelasan objek yang diuraikan dan ada prosa yang
menitikberatkan pada unsur keindahan bahasa yang dipergunakan dalam
pemerian suatu objek tertentu (Depdikbud, 1992: 347)”.
Muchlisoh dkk menjelaskan pula bahwa prosa yang merupakan pemerian
langsung dan menitikbertakan pada kejelasan objek yang diuraikan disebut prosa yang
bukan merupakan cipta sastra atau disebut juga karangan nonfiksi (1992: 348). Kemudian,
prosa yang merupakan pemerian langsung dan menitikbertakan pada unsur keindahan
bahasa disebut prosa yang merupakan cipta sastra atau disebut juga karangan fiksi.
4
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prosa
adalah karangan bebas yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Sebuah karangan tidak terikat pada jumlah
kalimat tertentu. Banyaknya kalimat bergantung pada panjang pendeknya karangan.
2)
Tiap kalimat tidak terikat oleh ketentuan
banyaknya kata maupun suku kata.
3)
Tidak
ada
ketentuan
yang
menyangkut
persamaan bunyi.
Berdasarkan pengertian di atas bahwa menulis adalah kemampuan seseorang
menggunakan bahasa untuk menyelesaikan tugas menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,
sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Kemudian, prosa adalah karangan bebas. Jadi,
menulis prosa pada penelitian ini adalah menulis karangan bebas sesuai kemampuan seperti
pada ciri-ciri prosa di atas.
Kemampuan Menulis Prosa Tanpa Bimbingan
Bimbingan merupakan bagian yang integral dari pendidikan, sebab bimbingan
merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan program pendidikan. Bimbingan merupakan
sebagian dari keseluruhan program pendidikan yang dilakukan agar anak didik dapat
mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Moh. Surya (1996 : 23), menjelaskan bahwa
bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari
pembimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri,
pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal
dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Fungsi utama dari bimbingan adalah membantu siswa dalam mengatasi
masalah-masalah pribadi dan sosial yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran.
Menurut H. Abu Ahmadi (1990 : 112), menjelaskan bahwa fungsi bimbingan ada 4 macam
yaitu : 1) preservatif yaitu memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan
tetap diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar, 2) preventif yaitu mencegah
sebelum terjadinya masalah, 3) kuratif yaitu mengusahakan penyembuhan, pembentukan,
dalam mengatasi masalah, dan 4) rehabilitasi yaitu mengadakan tindak lanjut secara
5
penempatan sesudah diadakan treatment yang memadai. Jadi, kemampuan menulis prosa
tanpa bimbingan maksudnya kemampuan menulis prosa yang dilakukan oleh siswa tanpa
dituntun atau dibimbing oleh gurunya.
Kemampuan Menulis Prosa dengan Bimbingan
Menulis menulis prosa dengan bimbingan adalah menulis prosa bacaan dengan
cara guru membimbing atau memandu anak secara sistematis tahap demi tahap, kata demi
kata, baris demi baris, sampai akhirnya tersusun sebuah prosa atau peristiwa. Dengan
bimbingan guru diharapkan
siswa dapat menulis prosa. Akhirnya, peneliti berharap
kemampuan menulis prosa siswa dapat meningkat sebagai tujuan penelitian ini.
Pengertian Teknik Parafrase Puisi
Pengertian kata teknik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara
(kepandaian dsb.) membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni;
metode atau sistem mengerjakan sesuatu (Depdiknas, 2005: 1158). Menurut T. Raka Joni
(dalam Sri Anitah W.: 2008: 1.25) menyatakan bahwa teknik pembelajaran mengacu pada
ragam khas penerapan suatu metode sesuai dengan latar penerapan tertentu, seperti:
kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan kesiapan siswa, dan sebagainya. Teknik
pembelajaran merupakan wujud konkret dari penggunaan metode, strategi, dan pendekatan
pembelajaran. Dari langkah-langkah atau teknik pembelajaran, kita dapat mengetahui
metode, strategi, dan pendekatan yang digunakan dalam suatu proses pembelajaran.
Menurut Sri Anitah W. (2008: 1.27-1.28) membedakan pendekatan, strategi,
metode, dan teknik sebagai berikut:
1.
Pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam
memandang pembelajaran.
2.
Strategi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan
segala sumber belajar yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3.
Metode mengajar adalah berbagai cara kerja yang
bersifat relative umum yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
4.
Teknik pembelajaran adalah ragam khas penerapan
suatu metode sesuai dengan latar penerapan tertentu. Teknik pembelajaran
menggambarkan langkah-langkah penggunaan metode mengajar, yang sifatnya
operasional.
6
Berdasarkan pendapat di atas peneliti berkesimpulan bahwa teknik adalah
usaha-usaha guru, atau cara-cara yang digunakan guru menyampaikan dalam pembelajaran
untuk mencapai kompetensi pembelajaran tertentu.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian parafrase dijabarkan
dalam 2 pengertian (dwi makna), yakni; 1) proses atau hasil pengungkapan kembali suatu
tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi yang lain tanpa mengubah
pengertian 2) penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata)
yang lain, dengan maksud untuk dapat menerangkan lebih jelas makna yang tersembunyi.
Kegiatan parafrase menurut Djago Tarigan dkk (1997:11.4) dapat dilakukan
melalui langkah-langkah berikut:
1. membaca dan memahami secara keseluruhan suatu karya sastra;
2. memahami jenis perubahan yang akan dilakukan, baik bentuknya berupa
puisi, prosa, atau drama, maupun redaksinya atau penggunaan
bahasanya;
3. mengungkapkan kembali dengan redaksi bahasa dan bentuk yang berbeda
Menurut H.G. Tarigan (dalam Muchlisoh, 1993:360) istilah puisi berasal dari
bahasa Yunani, yakni poiesis yang berarti penciptaan. Istilah tersebut lama-kelamaan
semakin sempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun
menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata
kiasan.
Mengutip pendapat Watts dalam H.G. Tarigan mengatakan (dalam Muchlisoh,
1993:360), bahwa puisi adalah ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran
manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Kemudian, pendapat Proyek PPPG (dalam
Muchlisoh, 1993:360) bahwa puisi atau sanjak adalah salah satu bentuk (perwujudan)
penghayatan pengarang yang memiliki ciri-ciri khas bila dibandingkan dengan bentuk
sastra lainnya. Secara lahiriah, puisi atau sanjak tertulis biasanya terdiri atas beberapa larik,
dan larik itu memperlihatkan pertalian makna serta membentuk sebuah bait atau lebih.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang puisi di atas dapat peneliti
menyimpulkan bahwa puisi adalah salah satu bentuk cipta sastra atau karya tulis yang
bersifat terikat. Penulisan puisi terikat oleh hal-hal sebagai berikut:
1)
terikat oleh banyaknya baris yang membentuk sebuah bait;
2)
disusun atas dasar ekspresi dari pengalaman yang bersifat imajinatif;
7
3)
penggunaan kata-kata yang benar-benar direncanakan secara matang dan tepat
guna;
4) menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata kiasan; dan
5) menggunakan bahasa emosional dan berirama.
Materi puisi yang akan peneliti sajikan merupakan puisi anak. Menurut Yusi
Rosdiana dkk (2008: 7.11) menjelaskan bahwa puisi anak adalah puisi untuk dikonsumsi
anak, yang isinya sesuai dengan lingkungan anak, dan memiliki nilai-nilai yang dapat
membentuk sikap, budi pekerti yang luhur, serta memiliki nilai seni. Berfungsi sebagai
media anak dalam mengekspresikan apa yang dirasakan anak, menambah wawasan dan
pengalaman anak serta serta dikemas dengan kesederhanaan bentuk, pemakaian bahasa dan
gaya penyampaian secara langsung.
Menurut Hendry Guntur Tarigan (dalam Solchan T.W., 2008: 9.26-9.31)
menjelaskan ada 19 teknik dalam pembelajaran menulis, terdiri dari: 1) menyusun kalimat,
2)memperkenalkan kalimat, 3)meniru model, 4)karangan bersama, 5) mengisi, 6)
menyusun kembali, 7)menyelesaikan cerita, 8)menjawab pertanyaan, 9)meringkas bacaan,
10)parafrase, 11) reka cerita gambar, 12)memerikan, 13)mengembangkan kata kunci,
14)mengembangkan kalimat topic, 15)mengembangkan judul, 16)mengembangkan
peribahasa, 17)menulis surat, 18)menyusun dialog, dan 19)menyusun wacana.
Berdasarkan teknik dalam pembelajaran menulis tersebut di atas, salah satunya
adalah teknik parafrase. Menurut Solchan T.W. (2008: 9.29) bahwa dalam pengajaran
menulis dapat juga digunakan teknik parafrase dengan jalan guru memberi karangan puisi
yang harus diubah oleh siswa dalam bentuk prosa atau sebaliknya.
Menurut Honiatri Euis (2003: 23) menjelaskan urutan teknik atau cara membuat
parafrase sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
bacalah informasi dengan cermat;
pahami isi informasi;
menuliskan inti atau pokok informasi yang anda tangkap;
kembangkan inti atau pokok informasi dengan kalimat sendiri;
pengembangan inti dapat dengan cara mencari kata atau ungkapan
yang memiliki pengertian yang sama (bersinonim);
6.
ungkapkan kembali, secara lisan dengan kalimat sendiri.
8
Menurut Hanif Nurcholis (2007:91) langkah-langkah parafrase puisi menjadi
bentuk prosa sebagai berikut:
1. Membaca puisi berulang-ulang sampai memahami isinya.
2. Mengartikan kata-kata sulit atau mencari makna kata-kata sulit
3. Merangkai kata-kata yang sudah diartikan menjadi cerita.
A.
Kerangka Berpikir
Guru: Belum
menggunkan
teknik
parafrase puisi
Siswa: Kemampuan
menulis prosa bagi
siswa rendah
Dalam
pembelajaran guru
menggunkan
teknik
parafrase
puisi
Siklus
I
dalam
pembelajaran
menggunkan
teknik
parafrase puisi tanpa
dibimbing guru
KONDIS
I AWAL
TINDAKA
N
KONDISI
AKHIR
Diduga
melalui
menggunkan
teknik
parafrase puisi dapat
meningkatkan
Kemampuan menulis
Siklus
II
dalam
pembelajaran
menggunkan
teknik
parafrase puisi dengan
dibimbing guru
GAMBAR 1
SKEMA KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan
kajian teori di atas, kerangka berpikir penelitian ini adalah
diduga melalui teknik parafrase puisi dapat meningkatkan kemampuan menulis prosa bagi
siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun pelajaran 2008/2009.
B.
Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan
hipotesis tindakan sebagai berikut: melalui teknik parafrase puisi dapat meningkatkan
kemampuan menulis prosa bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun
pelajaran 2008/2009.
METODOLOGI PENELITIAN
9
Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan pada semester I tahun pelajaran
2008/2009 bulan Juli s.d. Desember 2008 pada jam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Penelitian dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 2 Pamijen Kecamatan Baturraden
Kabupaten Banyumas. Tepatnya, penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Pamijen
dianggap memenuhi syarat untuk tempat penelitian. Hal ini karena peneliti
sering
mengamati kemampuan menulis prosa dengan teknik parafrase puisi siswa SD Negeri 2
Pamijen masih sangat rendah. Menulis prosa dengan teknik paraphrase puisi tersebut
belum pernah secara detail bagi guru dan siswa sehingga perlu diadakan penelitian.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen
Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas semester I tahun pelajaran 2008/2009 dengan
jumlah siswa laki-laki 6 orang dan perempuan berjumlah 18 orang, jumlah siswa 24 orang.
Jadi, 24 anak kelas VI sebagai responden penelitian. Untuk menjaga objektifitas setiap
nama anak hanya ditulis singkatan inisial singkatan nama pada responden subjek penelitian.
Sumber Data
Penelitian Tindakan Kelas ini hanya menggunakan sumber data primer yang
berupa nilai hasil belajar. Nilai hasil belajar tersebut diperoleh melalui tes pada akhir tiap
siklus. Karena penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus maka terdapat 2 nilai. Nilai
pertama diperoleh melalui tes di akhir siklus pertama, dan nilai kedua diperoleh melalui tes
di akhir siklus kedua.
Sumber data primer penelitian berupa hasil karya menulis prosa melalui
teknik parafrase puisi sebagai hasil tes tertulis siswa kelas VI sebagai subjek penelitian
setelah selesai setiap siklus. Wujud data berupa angka nilai-nilai kuantitatif karya menulis
prosa setiap anak kelas VI.
Sumber data sekunder penelitian dari guru dan teman sebaya kelas VI. Guru
Kelas VI dapat membantu peneliti untuk menilai setiap karya siswa kelas VI. Guru Kelas
VI dan peneliti dapat sebagai juri menulis prosa melalui teknik parafrase puisi bagi siswa
kelas VI.
10
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian tindakan kelas ini diperlukan
teknik dan alat pengumpulan data. Hal tersebut dapat peneliti jelaskan sebagai berikut.
1. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui tes dan nontes. Dalam penelitian ini
pengumpulan data dilakukan dengan cara tes berbentuk tes secara tertulis berupa uraian.
Uraian yang dimaksud adalah hasil tes atau sebuah karya menulis prosa melalui teknik
parafrase puisi siswa yang dituangkan pada selembar kertas yang disediakan oleh
peneliti.
2. Alat pengumpul data berupa perangkat butir soal tes tertulis yang dibuat oleh peneliti
sebagai guru pengampu. Buah karya menulis prosa melalui teknik parafrase puisi siswa
sebagai hasil kemampuan menulis tersebut dituangkan pada selembar kertas.
Kemudian, karya siswa tersebut dinilai oleh guru dan peneliti sebagai penilai / juri.
3. Perangkat butir soal tes tertulis diberikan setiap akhir siklus I dan siklus II kepada siswa
kelas VI.
Validasi Data
Untuk keabsahan hasil penelitian, peneliti menyusun perangkat penelitian tiap
siklus sebagai berikut:
1. Kisi-kisi Penelitian;
2. Butir Soal Penelitian;
3.
Kriteria Penilaian Penelitian;
4. Hasil Tes Penelitian;
Analisis Data
Penelitian ini tidak menggunakan uji statistik karena penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas (PTK). Kegiatan analisis data pada penelitian ini dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Hasil tes siklus I dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata, nilai
tertinggi dan nilai terendah semua siswa.
2.
Hasil tes siklus II dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata nilai
tertinggi dan nilai terendah semua siswa.
11
3.
Mengalisis rata-rata nilai tersebut dengan cara menggunakan analisis
deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai rata-rata siklus I dan siklus II dan
kondisi awal sebelum penelitian.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode PTK. PTK ini terdiri dua
siklus, yaitu: Siklus I dan Siklus II. Langkah-langkah dalam setiap siklus ada empat terdiri
dari:
1.
Planning / Perencanaan Tindakan
2.
Acting / Pelaksanaan Tindakan
3.
Observing / Melakukan Pengamatan
4.
Reflecting / Melakukan Refleksi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti mengadakan kegiatan
pretes. Pretes ini baru dapat dilaksanakan pada hari Senin, 3 November 2008 untuk semua
responden / subjek penelitian. Hal ini karena bulan September dan Oktober padat kegiatan
dan libur bulan Ramadhan/Puasa serta libur Hari Raya Idul Fitri 1429 Hijriah. Subjek
penelitian adalah semua siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen Kecamatan Baturraden
Kabupaten Banyumas semester I tahun pelajaran 2008/2009. Untuk menjaga objektifitas
setiap nama anak hanya ditulis singkatan inisial singkatan nama pada responden subjek
penelitian.
Setelah siswa melaksanakan pretes, kemudian hasil karya siswa / menulis prosa
siswa dinilai oleh dua orang juri (Guru Kelas VI dan Peneliti). Kemudian, hasil penilaian
dua orang dijumlahkan dan dibagi dua. Peneliti sadar penilaian menulis merupakan
penilaian yang bersifat subjektif sehingga perlu dua orang penilai agar penilaian ini
objektif. Hasil pretes kemampuan menulis prosa siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen
diperoleh nilai tertinggi 80 sedangkan nilai terendah 21,5 dan nilai rata-rata 50,56.
Deskripsi Hasil Siklus I
Siklus I pelaksanaan tindakan penelitian pada minggu kedua hari Senin dan
Selasa tanggal 10 dan 11 November 2008. Hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus I
12
berupa nilai hasil tes tertulis, terhadap buah karya menulis prosa melalui teknik parafrase
puisi “Menyesal” siswa kelas VI. Hasil tes kemampuan menulis prosa siswa siklus I
diperoleh nilai tertinggi 81, nilai terendah 39 dan nilai rata-ratanya 63,33.
Berdasarkan nilai hasil tes pada kondisi awal dan setelah tindakan pada siklus I
dapat diambil kesimpulan sementara bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata. Pada kondisi
awal nilai rata-rata anak 50,56, kemudian pada siklus I nilai rata-rata anak meningkat
menjadi 63,33.
Untuk menghitung persentase kenaikan nilai digunakan rumus sebagai
berikut:
Persentase =
NilaiKenaikan
x100%
NilaiKondisiAwal
Berdasarkan rumus persentase di atas, yang semula nilai rata-rata kondisi
sebesar 50,56 dan nilai rata-rata siklus I sebesar 63,33 maka diperoleh persentase
peningkatan sebesar 25,25 %. Dengan demikian dapat disimpulkan sementara bahwa
terjadi kenaikan yang tinggi, yaitu: nilai rata-rata kondisi awal: 50,56, nilai rata-rata siklus
I: 63,33 pada siklus I nilai rata-rata naik sebesar 25,25 %.
Adapun penyebab nilai rata-rata pada siklus I naik adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada jam pertama sehingga suasana anak
masih segar, anak masih bersengat untuk belajar;
2. Guru / peneliti dapat menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan siswa dengan cara memberi contoh membaca puisi berjudul ”Buku”
secara bervariasi dan ekspresif.
3. Guru / peneliti mengajar menggunakan alat peraga dan demontrasi baca puisi sehingga
membuat belajar suasana tambah ceria dan bersemangat.
4. Siswa menulis prosa bebas di sekitar lingkungan sekolah. Kemudian, siswa menulis
prosa. Hal ini menurut siswa baru pertama dilakukan sehingga siswa merasa senang dan
bebas.
Deskripsi Hasil Siklus II
Siklus II pelaksanaan tindakan penelitian baru dapat dilakukan pada minggu
ketiga hari Senin dan Selasa tanggal 17 dan 18 November 2008. Hasil pengamatan yang
diperoleh pada siklus I berupa nilai hasil tes tertulis, terhadap buah karya prosa siswa kelas
13
VI. Hasil tes kemampuan menulis prosa siswa siklus I diperoleh nilai tertinggi: 81 nilai
terendah: 39 dan nilai rata-ratanya 63,33. Hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus I
berupa nilai hasil tes tertulis, terhadap buah karya prosa siswa kelas VI.
Selanjutnya, hasil tes kemampuan menulis prosa siswa siklus II diperoleh nilai
tertinggi 86,5, nilai terendah 57,5 dan nilai rata-ratanya 71,56. Hasil pengamatan yang
diperoleh pada siklus II juga berupa nilai hasil tes tertulis, terhadap buah karya menulis
prosa siswa kelas VI sama dengan siklus I.
Berdasarkan nilai hasil tes pada kondisi awal dan setelah tindakan pada siklus I
dapat diambil kesimpulan sementara bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata. Pada siklus I
nilai rata-rata anak 63,33, kemudian pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 71,56.
Berdasarkan persentase, yang semula rata-rata nilai siklus I sebesar 63,33 dan
nilai rata-rata siklus II sebesar 71,56 maka diperoleh persentase peningkatan sebesar
12,99%. Dengan demikian dapat disimpulkan sementara bahwa terjadi kenaikan yang
tinggi, yaitu: nilai rata-rata siklus I sebesar 63,33, nilai rata-rata siklus II 71,56 pada siklus
II nilai rata-rata naik sebesar 71,56 atau 12,99%.
Adapun penyebab nilai rata-rata pada siklus 1 naik adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tindakan siklus II sama dengan siklus I, hanya berbeda judul puisi. Siklus
II juga dilaksanakan pada jam pertama sehingga suasana anak masih segar, anak masih
bersengat untuk belajar;
2. Guru/peneliti
dapat
menciptakan
suasana
kegiatan
belajar
mengajar
yang
menyenangkan siswa dengan cara membacakan puisi secara bervariasi dan ekpresif .
3. Guru/peneliti mengajar menggunakan alat peraga dan demontrasi baca puisi yang
menarik anak. Guru juga mampu membawa siswa mengarahkan siswa memahami
makna dan pesan isi puisi.
4. Siswa menulis prosa bebas di sekitar lingkungan sekolah sekolah secara langsung. Hal
ini menurut siswa lebih menyenangkan menulis prosa di luar ruangan seperti pada
siklus II sehingga siswa merasa senang dan dan bebas.
5. Siswa mendapat bimbingan guru tentang cara menulis prosa melalui teknik parafrase
secara intesif. Hasil karya menulis prosa juga koreksi dari teman sekelas dan guru kelas
serta peneliti. Kemudian, hasil menulis dibacakan di depan kelas.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
14
Adapun hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini.
Gambar Diagram Batang Hasil Pengamatan
Persentase kenaikan nilai rata-rata dapat peneliti uraikan sebagai berikut:
1.
Nilai rata-rata kondisi awal semula 50,56 pada tindakan siklus I naik menjadi 63,33
atau naik 25,25 % .
2.
Nilai rata-rata siklus I semula 63,33 pada tindakan siklus II naik menjadi 71,56 atau
naik 12,99%.
3.
Nilai rata-rata kondisi awal semula 50,56 pada tindakan siklus II juga naik menjadi
71,56 atau naik 41,53 %.
Kesimpulan dari Hasil Penelitian
Berdasarkan data empirik dalam penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti
mulai kondisi awal, tindakan pada siklus I dan siklus II maka dapat peneliti simpulkan
bahwa melalui teknik parafrase puisi dapat meningkatkan kemampuan menulis prosa bagi
siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun pelajaran 2008/2009 Kec.
Baturraden Kab. Banyumas.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan data empirik pada hasil penelitian tindakan kelas (PTK), dapat
peneliti sajikan data-data sebagai berikut:
1. Kondisi awal sebelum guru menggunakan pembelajaran menulis prosa melalui teknik
parafrase puisi semula kemampuan menulis siswa rendah, yaitu nilai rata-rata hanya
50,56.
2. Kemudian, setelah guru mengadakan tindakan pada siklus I dengan cara guru
melaksanakan pembelajaran menulis prosa menggunakan teknik parafrase puisi tanpa
dibimbing guru, pada kondisi awal nilai rata-rata hanya 50,56 pada siklus I ternyata
nilai rata-rata naik menjadi 63,33 atau naik 25,25 %
15
3. Setelah guru mengadakan tindakan pada siklus II dengan cara guru melaksanakan
pembelajaran menulis prosa menggunakan teknik parafrase puisi dengan dibimbing
guru, yang semula nilai rata-rata siklus I 63,33, pada siklus II naik menjadi 71,56 atau
naik 41,53 %.
4. Perbandingan nilai rata-rata kondisi awal dengan siklus II semula 46,53 pada tindakan
siklus II juga naik menjadi 68,05 atau naik 46,24 %.
Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana terdapat pada kerangka berpikir pada
bab II bahwa melalui teknik parafrase puisi dapat meningkatkan kemampuan menulis prosa
bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun pelajaran 2008/2009
Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Dengan demikian, dapat dilihat dengan jelas
bahwa kesimpulan secara teoritis sejalan dengan kesinpulan secara empirik. Jadi, hipotesis
yang peneliti ajukan pada PTK ini benar-benar “terbukti”.
Implikasi
Berdasarkan laporan hasil PTK ini secara teoritis bagi peneliti khususnya dan
para guru umumnya semakain menyadari bahwa melalui teknik parafrase puisi dapat
meningkatkan kemampuan menulis prosa bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada
semester I tahun pelajaran 2008/2009 Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.
Kemudian, secara praktis, teknik parafrase puisi dapat mengatasi rendahnya kemampuan
menulis prosa siswa.
Saran
Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian di atas peneliti ingin memberikan
saran-saran kepada para guru dan pihak terkait sebagai berikut.
a.
Bagi Siswa
1) Pembelajaran menulis prosa dengan teknik parafrase puisi bagi siswa sekolah dasar
dapat mengembangkan keingintahuan dan imajinasi sehingga dapat diketahui pula
potensi yang dimilikinya.
2) Siswa perlu dilatih untuk terbiasa bekerja mandiri, bekerja sama, dan berkompetisi.
Sehingga perlu disediakan tugas yang mendorong kerja mandiri, memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat secara sportif dan juga
menyediakan kegiatan yang mendorong untuk bekerja sama dengan menjunjung
solidaritas.
16
b. Bagi Guru
1)
Penelitian ini bermanfaat untuk memberi sumbangan dan masukan
pengetahuan serta pengalaman bagi guru tentang pembelajaran menulis yang dapat
digunakan sebagai alternatif pembelajaran menulis prosa di sekolah dasar.
2)
Guru
disarankan
mencoba
meningkatkan
pembelajaran
kemampuan menulis prosa dengan teknik parafrase puisi.
c. Bagi Sekolah
1) Kegiatan pembelajaran menulis prosa dengan teknik parafrase puisi bagi siswa
sekolah dasar dapat mengembangkan kreatifitas siswa.
2) Pembelajaran menulis prosa dengan teknik parafrase puisi dapat diarahkan untuk
kegiatan pengisian pada majalah dinding (mading) di sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Djeniah. 1996. Lancar Berbahasa Indonesia untuk Kelas 5. Jakarta. Depdikbud.
Ahmadi, Abu. 2000. Metodologi Penelitian,Jakarta. Bumi Aksara
Anitah, W. Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Cet. KetigaJakarta: Universitas
Terbuka.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
Depdiknas. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Pustaka.
_______. 2006. Standar Isi, Standar Kriteria Kelulusan, Implementasi Standar Isi dan
Standar Kriteria Kelulusan. Jakarta: Peraturan Menteri No. 22, 23,24 Tahun
2006.
Dinas P dan K Propinsi Jawa Tengah. 1995. Bahan Orientasi Pengelolaan Perpustakaan
Sekolah bagi Kepala Sekolah dan Guru Sekolah Dasar. Semarang: Dinas P dan
K Propinsi Jawa Tengah.
Erman Amti Marjohan. 1992. Bimbingan dan Konseling, Jakarta.
Euis, Hiniarti. 2003. Memahami Bahasa Indonesia untuk SMK Tingkat I. Bandung: CV
Armico.
17
Kartosedono, Soekarman. 2002. Modul Materi Pokok Pengembangan Perpustakaan
untuk Pelatihan Pengelola Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan
Masyarakat. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Moh. Surya. 1988. Dasar-Dasar Konseling Pendidikan (Konsep Dasar Teori)
Yogyakarta : Kota Kembang.
Muchlisoh, dkk. 1992. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Proyek
Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II dan Pendidikan Kependudukan Depdikbud.
Nurcholis, Hanif dan Mafrukhi. 2007. Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah
Dasar Kelas VI. Jakarta: Erlangga.
Rosdiana, Yusi dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Cet. Kedua. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sudjamiko. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Menunjang Kecakapan Hidup
Siswa. Jakarta: Depdiknas.
Solchan T.W. dkk. 2008. Buku Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia di
SD.Cetakan Ketiga Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, H.G. 1983. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Djago. 1997. Buku Materi Pokok PGSD Kependidikan Keterampilan Berbahasa.
Jakarta: Universitas Terbuka
18
BIODATA PENULIS
1. Nama Lengkap
Drs. IKSAN
2. NIP
131728849
3. Jabatan Guru
Guru Pembina tk. I, TMT 30 Juni 2007
4. Pangkat dan Golongan
Pembina tk. I, IV/b, TMT 1 April 2008
5. Tanggal Lahir
13 Maret 1966
6. Tempat Lahir
Banyumas
7. Jenis Kelamin
Pria
8. Agama
Islam
9. Sekolah
SD Negeri 2 Pamijen
10. Jabatan
Kepala Sekolah
11. Alamat Sekolah
Jalan Desa Pamijen Kec. Baturraden Kab.
Banyumas Kode Pos 53151
12. Telepon
(0281) 7922813
13. Status Perkawinan
Kawin
14. Alamat
15. Telepon
a. Jalan
Riyanto, Gang Cempaka
b. Kelurahan
Sumampir RT 05 RW 03
c. Kecamatan
Purwokerto Utara
d. Kabupaten
Banyumas
e. Provinsi
Jawa Tengah
a. Rumah
-
b. HP
085291334449
19
16. Keterangan
Juara I Kepala Sekolah Berprestasi tingkat
Kabupaten Banyumas Tahun 2007
PENGALAMAN MENULIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
No.
Judul Penelitian
Tahun
Posisi Penulis
Pemberi Dana
1.
”Upaya Meningkatkan Minat
Belajar Mata Pelajaran IPS
Sejarah dengan Menggunakan
Alat Peraga pada Siswa Kelas 4
SD Negeri 1 Kemutug Lor Kec.
Baturraden Kab. Banyumas
semester II tahun pelajaran
2002/2003”
Vol 3 No.
2 Januari
2004
Penulis Utama:
- Swadana dan
Jurnal Tekeldikdas
FKIP Universitas
Terbuka
UPBJJ
Purwokerto
“Meningkatkan
Kemampuan
Menulis Puisi melalui Model
Webbing bagi Siswa Kelas V SD
Negeri 2 Karangtengah pada
Semester II Tahun Pelajaran
2006/2007”
2007
Meningkatkan
Keterampilan
Menulis
Ringkasan
Buku
Bacaanmelalui
Pemanfaatan
Perpustakaan Sekolah bagi
Siswa Kelas VI SD Negeri 2
Karangtengah Semester 1 Tahun
Pelajaran 2007/2008
2007
“Meningkatkan
Kemampuan
Menulis Puisi melalui Model
Webbing bagi Siswa Kelas V SD
Negeri 2 Karangtengah pada
Semester II Tahun Pelajaran
2006/2007”
Vol 7
Tahun 3
April
2008
Penulis Utama:
Meningkatkan
Kemampuan
Menulis Prosa melalui Teknik
2008
Penulis Utama:
2.
3.
4.
5.
Drs. Iksan
Penulis
Pembantu:
Tri Susilowati
Penulis Utama:
-
Swadana
-
Swadana
-
Swadana
-
Swadana
Drs. Iksan
Penulis Utama:
Drs. Iksan
Drs. Iksan
Drs. Iksan
20
Parafrase Puisi bagi Siswa Kelas
VI SD Negeri 2 Pamijen pada
Semester I Tahun Pelajaran
2008/2009
PENGALAMAN MENULIS MAKALAH/TULISAN POPULER
No.
Judul Karya Tulis
1 “Bahasa Pewara, Banyak yang
Salah?”
2 “Pendekatan Pengajaran Bahasa”
3
“SD Unggulan Abad
Tantangan dan Harapan”
4
“Mengenal Karakteristik Bahasa
Ilmiah”
5
”Upaya Meningkatkan Minat
Belajar Mata Pelajaran IPS
Sejarah dengan Menggunakan
Alat Peraga pada Siswa Kelas 4
SD Negeri 1 Kemutug Lor Kec.
Baturraden
Kab.
Banyumas
semester II tahun pelajaran
2002/2003”
“Dimensi Kepemimpinan yang
Mandiri Kepala SD dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan”
“Pentingnya Teknik Desensitiasi
Sistematis
sebuah
Upaya
Meningkatkan Perilaku Percaya
Diri pada Siswa Sekolah Dasar
dalam Pembelajaran”
“Stategi Pembelajaran IPS Kelas
5 Sekolah Dasar Menyongsong
Kurikulum Berbasis Kompetensi”
6
7
8
ke-21,
Tahun
September 1996
Oktober 1996
Maret 1997
Oktober 1997
Vol 3 No. 2
Januari 2004
2004
Dimuat Pada
Krida Wiyata PD I PGRI
Jateng No. 18/Th XI/1996
Krida Wiyata PD I PGRI
Jateng No. 20/Th XI/1996
Krida Wiyata PD I PGRI
Jateng
No.
05/Th
XII/1997
Krida Wiyata PD I PGRI
Jateng
No.
20/Th
XII/1997
Jurnal Teknik
Pembelajaran Pendidikan
Dasar , FKIP Universitas
Terbuka UPBJJ
Purwokerto
Majalah Suara Guru No.
04/LIV/2004
Vol 1 No. 2 Juni Jurnal Pendidikan Widya
2004
Tama LPMP Jateng
Vol 3 No. 3 Juli Jurnal Teknik
2004
Pembelajaran Pendidikan
Dasar, FKIP Universitas
Terbuka UPBJJ
21
9
10.
11.
Purwokerto
Vol 1
Jurnal Paedagog, PGRI
No. 1 Desem ber dan Dinas Pendidikan
2005
Kab. Banyumas
Pentingnya Penerapan Analisis
Tingkah Laku terhadap Siswa
yang Malas Belajar di Sekolah
Dasar”
“Upaya
Bimbingan
terhadap
2005
Makalah Disimpan di
Siswa yang Mengalami Rendah
Perpustakaan SD
Diri di Sekolah Dasar”
“Upaya Bimbingan bagi Siswa 20
Oktober Makalah /prasaran dalam
yang Malas Belajar melalui 2005.
seminar.
Analisis Tingkah Laku di Sekolah
Dasar”
22
melalui Teknik Parafrase Puisi bagi Siswa Kelas VI
SD Negeri 2 Pamijen pada Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009
Oleh: Iksan
ABSTRAK
Tujuan umum penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis prosa
melalui teknik parafrase puisi. Kemudian, tujuan khususnya adalah mengetahui upaya
meningkatkan kemampuan menulis prosa melalui teknik parafrase puisi bagi siswa kelas
VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun pelajaran 2008/2009.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 2 Pamijen Kecamatan Baturraden
Kabupaten Banyumas. Subjek penelitian adalah semua siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen
Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas semester I tahun pelajaran 2008/2009 dengan
jumlah siswa laki-laki 6 orang dan perempuan berjumlah 18 orang, jumlah siswa 24 orang.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(PTK). PTK ini terdiri dua siklus, yaitu: Siklus I dan Siklus II. Hasil penelitian
membuktikan bahwa kondisi awal sebelum guru menggunakan pembelajaran menulis prosa
melalui teknik parafrase puisi, semula kemampuan menulis siswa rendah, yaitu nilai ratarata hanya 50,56. Kemudian, setelah guru mengadakan tindakan pada siklus I dengan cara
guru melaksanakan pembelajaran menulis prosa menggunakan teknik parafrase puisi tanpa
dibimbing guru, pada kondisi awal nilai rata-rata hanya 50,56 pada siklus I, ternyata nilai
rata-rata naik menjadi 63,33 atau naik 25,25 %. Setelah guru mengadakan tindakan pada
siklus II dengan cara guru melaksanakan pembelajaran menulis prosa menggunakan teknik
parafrase puisi dengan dibimbing guru, yang semula nilai rata-rata siklus I 63,33, pada
siklus II naik menjadi 71,56 atau naik 41,53 %.
Kesimpulan dalam PTK ini berdasarkan kajian teoritis sebagaimana terdapat pada
kerangka berpikir pada BAB II dan data empirik ternyata melalui teknik parafrase puisi
bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun pelajaran 2008/2009 terjadi
peningkatan. Dengan demikian, dapat dilihat dengan jelas bahwa kesimpulan secara
teoritis sejalan dengan kesimpulan secara empirik. Jadi, hipotesis yang peneliti ajukan pada
PTK ini benar-benar “terbukti”.
Kata Kunci: Kemampuan Menulis Prosa, Teknik Parafrase Puisi
PENDAHULUAN
Menurut
standar kompetensi menulis siswa kelas VI yang terdapat pada
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 22/2006 tentang Standar Isi yang
merupakan awal pemberlakuan Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), tentulah sangat berat bila dihadapkan pada kenyataan di sekolah dasar.
Hal ini karena diantaranya masih ada guru sekolah dasar yang belum mengetahui cara
1
menulis prosa atau membuat karangan atau mengarang. Kebanyakan guru sekolah dasar
tidak membimbing siswa untuk menulis prosa dengan baik. Guru hanya memberikan tugas
menulis prosa atau membuat karangan atau mengarang, tanpa penyusunan rencana
pembelajaran yang sistematis. Hasil karya siswa (karangan atau mengarang atau menulis
prosa) tidak pernah ada tindak lanjut. Demikian juga teknik atau cara pembelajaran menulis
prosa atau
membuat karangan atau mengarang, kurang dikuasai guru sekolah dasar.
Akibatnya, kemampuan siswa dalam menulis prosa atau membuat karangan atau
mengarang kurang berkembang. Guru tidak pernah mengevaluasi dengan baik siswanya
yang mampu menulis prosa dan yang tidak mampu. Hal ini yang menyebabkan strandar
kompetensi menulis prosa atau membuat karangan atau mengarang, yang harus dimiliki
siswa tidak tercapai.
Ada anggapan menulis prosa atau membuat karangan atau mengarang, selama ini
dianggap sulit bagi guru sekolah dasar di beberapa sekolah. Ada yang belum mengetahui
cara mengajarkan kemampuan menulis prosa atau membuat karangan atau mengarang,
kepada siswanya. Menulis prosa atau membuat karangan atau mengarang haruslah seorang
penulis yang berbakat. Hal ini, menyebabkan menulis prosa atau membuat karangan atau
mengarang tidak menarik minat siswa. Padahal peran guru sekolah dasar sangat penting
dalam menciptakan situasi dan kondisi dalam pembelajaran menulis prosa atau membuat
karangan atau mengarang.
Dengan mencermati latar belakang masalah di atas, peneliti membuat rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu apakah melalui teknik parafrase puisi
dapat
meningkatkan kemampuan menulis prosa bagi Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada
Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009?
Tujuan umum penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis prosa
melalui teknik parafrase puisi, sedangkan tujuan khususnya adalah mengetahui upaya
meningkatkan kemampuan menulis prosa melalui teknik parafrase puisi bagi siswa kelas
VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun pelajaran 2008/2009. Manfaat secara teoritis
untuk memberi sumbangan informasi dan masukan dalam pengembangan teori
pembelajaran kemampuan menulis prosa melalui teknik parafrase puisi. Manfaat secara
praktis:
a) Bagi Guru
2
1) Penelitian
ini bermanfaat untuk memberi sumbangan informasi dan masukan
pengetahuan serta pengalaman bagi guru tentang pembelajaran kemampuan menulis
prosa melalui teknik parafrase puisi. yang dapat digunakan sebagai alternatitf
pembelajaran menulis di sekolah dasar.
2) Guru dapat mencoba meningkatkan pembelajaran kemampuan menulis prosa
melalui teknik parafrase puisi. bagi siswa sekolah dasar di tempat mereka bertugas.
b) Bagi Siswa
1) Pembelajaran kemampuan menulis prosa melalui teknik parafrase puisi.bagi siswa
sekolah dasar dapat mengembangkan keingintahuan dan imajinasi sehingga dapat
diketahui pula potensi yang dimilikinya.
2) Siswa perlu dilatih untuk terbiasa bekerja mandiri, bekerja sama, dan berkompetisi.
Sehingga perlu disediakan tugas yang mendorong kerja mandiri, memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat secara sportif dan juga
menyediakan kegiatan yang mendorong untuk bekerja sama dengan menjunjung
solidaritas.
c) Bagi Sekolah
1) Kegiatan pembelajaran kemampuan menulis prosa melalui teknik parafrase
puisi.bagi siswa sekolah dasar dapat mengembangkan kreatifitas siswa.
2) Pembelajaran kemampuan menulis prosa melalui teknik parafrase puisi. bagi siswa
sekolah dasar dapat diarahkan untuk kegiatan pengisian pada majalah dinding
(mading) di sekolah dasar.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Pengertian Kemampuan Menulis Prosa
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai
berikut: 1) mendengarkan, 2) Berbicara, 3) membaca, dan 4) menulis (Depdiknas, 2007:6).
Kemudian, keterampilan berbahasa menurut H.G. Tarigan (1985: 21) ada empat, yaitu:
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan
menulis. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti mengacu pada istilah kemampuan bukan
keterampilan. Hal ini sesuai dengan istilah yang digunakan oleh Badan Standar Nasional
(BNSP).
3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan artinya kesanggupan,
kecakapan; kekuatan (Depdiknas, 2005:707-708). Lalu, kemampuan bahasa artinya
kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa.
Pengertian menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1990: 968) yaitu
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti: mengarang, membuat surat) dengan tulisan.
Kemudian, menulis menurut H.G. Tarigan (1985: 21) menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Kemudian, kemampuan
menulis adalah kemampuan seseorang menggunakan bahasa untuk menyelesaikan tugas
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa
yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 899) arti kata prosa
adalah karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yang tedapat dalam puisi). Menurut
Muchlisoh dkk menjelaskan bahwa prosa sebagai berikut:
“Prosa adalah karangan bebas. Maksudnya penulis prosa dapat secara
bebas meuliskan apa yang di dalam pikirannya tanpa harus terikat oleh
aturan tertentu. Penulis tidak perlu menggunakan bentuk kata yang dibuatbuat agar terasa indah. Penulis tidak perlu susah payah mencari kata-kata
atau huruf-huruf yang bunyinya sama akhir kalimat. Tak perlu menghitung
jumlah huruf, suku kata, dan kata yang dipergunakan untuk mengutarakan
ide atau pesannya secara tertulis. Itulah kebebasan yang dimaksud menulis
prosa.
Kebebasan dalam menulis prosa, tidak berarti kebebasan tanpa batas.
Karena ada bentuk prosa yang memperhatikan keindahan bahasa di
samping merupakan pemerian langsung. Jadi, ada prosa yang
menitikbertakan pada kejelasan objek yang diuraikan dan ada prosa yang
menitikberatkan pada unsur keindahan bahasa yang dipergunakan dalam
pemerian suatu objek tertentu (Depdikbud, 1992: 347)”.
Muchlisoh dkk menjelaskan pula bahwa prosa yang merupakan pemerian
langsung dan menitikbertakan pada kejelasan objek yang diuraikan disebut prosa yang
bukan merupakan cipta sastra atau disebut juga karangan nonfiksi (1992: 348). Kemudian,
prosa yang merupakan pemerian langsung dan menitikbertakan pada unsur keindahan
bahasa disebut prosa yang merupakan cipta sastra atau disebut juga karangan fiksi.
4
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prosa
adalah karangan bebas yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Sebuah karangan tidak terikat pada jumlah
kalimat tertentu. Banyaknya kalimat bergantung pada panjang pendeknya karangan.
2)
Tiap kalimat tidak terikat oleh ketentuan
banyaknya kata maupun suku kata.
3)
Tidak
ada
ketentuan
yang
menyangkut
persamaan bunyi.
Berdasarkan pengertian di atas bahwa menulis adalah kemampuan seseorang
menggunakan bahasa untuk menyelesaikan tugas menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,
sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Kemudian, prosa adalah karangan bebas. Jadi,
menulis prosa pada penelitian ini adalah menulis karangan bebas sesuai kemampuan seperti
pada ciri-ciri prosa di atas.
Kemampuan Menulis Prosa Tanpa Bimbingan
Bimbingan merupakan bagian yang integral dari pendidikan, sebab bimbingan
merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan program pendidikan. Bimbingan merupakan
sebagian dari keseluruhan program pendidikan yang dilakukan agar anak didik dapat
mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Moh. Surya (1996 : 23), menjelaskan bahwa
bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari
pembimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri,
pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal
dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Fungsi utama dari bimbingan adalah membantu siswa dalam mengatasi
masalah-masalah pribadi dan sosial yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran.
Menurut H. Abu Ahmadi (1990 : 112), menjelaskan bahwa fungsi bimbingan ada 4 macam
yaitu : 1) preservatif yaitu memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan
tetap diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar, 2) preventif yaitu mencegah
sebelum terjadinya masalah, 3) kuratif yaitu mengusahakan penyembuhan, pembentukan,
dalam mengatasi masalah, dan 4) rehabilitasi yaitu mengadakan tindak lanjut secara
5
penempatan sesudah diadakan treatment yang memadai. Jadi, kemampuan menulis prosa
tanpa bimbingan maksudnya kemampuan menulis prosa yang dilakukan oleh siswa tanpa
dituntun atau dibimbing oleh gurunya.
Kemampuan Menulis Prosa dengan Bimbingan
Menulis menulis prosa dengan bimbingan adalah menulis prosa bacaan dengan
cara guru membimbing atau memandu anak secara sistematis tahap demi tahap, kata demi
kata, baris demi baris, sampai akhirnya tersusun sebuah prosa atau peristiwa. Dengan
bimbingan guru diharapkan
siswa dapat menulis prosa. Akhirnya, peneliti berharap
kemampuan menulis prosa siswa dapat meningkat sebagai tujuan penelitian ini.
Pengertian Teknik Parafrase Puisi
Pengertian kata teknik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara
(kepandaian dsb.) membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni;
metode atau sistem mengerjakan sesuatu (Depdiknas, 2005: 1158). Menurut T. Raka Joni
(dalam Sri Anitah W.: 2008: 1.25) menyatakan bahwa teknik pembelajaran mengacu pada
ragam khas penerapan suatu metode sesuai dengan latar penerapan tertentu, seperti:
kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan kesiapan siswa, dan sebagainya. Teknik
pembelajaran merupakan wujud konkret dari penggunaan metode, strategi, dan pendekatan
pembelajaran. Dari langkah-langkah atau teknik pembelajaran, kita dapat mengetahui
metode, strategi, dan pendekatan yang digunakan dalam suatu proses pembelajaran.
Menurut Sri Anitah W. (2008: 1.27-1.28) membedakan pendekatan, strategi,
metode, dan teknik sebagai berikut:
1.
Pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam
memandang pembelajaran.
2.
Strategi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan
segala sumber belajar yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3.
Metode mengajar adalah berbagai cara kerja yang
bersifat relative umum yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
4.
Teknik pembelajaran adalah ragam khas penerapan
suatu metode sesuai dengan latar penerapan tertentu. Teknik pembelajaran
menggambarkan langkah-langkah penggunaan metode mengajar, yang sifatnya
operasional.
6
Berdasarkan pendapat di atas peneliti berkesimpulan bahwa teknik adalah
usaha-usaha guru, atau cara-cara yang digunakan guru menyampaikan dalam pembelajaran
untuk mencapai kompetensi pembelajaran tertentu.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian parafrase dijabarkan
dalam 2 pengertian (dwi makna), yakni; 1) proses atau hasil pengungkapan kembali suatu
tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi yang lain tanpa mengubah
pengertian 2) penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata)
yang lain, dengan maksud untuk dapat menerangkan lebih jelas makna yang tersembunyi.
Kegiatan parafrase menurut Djago Tarigan dkk (1997:11.4) dapat dilakukan
melalui langkah-langkah berikut:
1. membaca dan memahami secara keseluruhan suatu karya sastra;
2. memahami jenis perubahan yang akan dilakukan, baik bentuknya berupa
puisi, prosa, atau drama, maupun redaksinya atau penggunaan
bahasanya;
3. mengungkapkan kembali dengan redaksi bahasa dan bentuk yang berbeda
Menurut H.G. Tarigan (dalam Muchlisoh, 1993:360) istilah puisi berasal dari
bahasa Yunani, yakni poiesis yang berarti penciptaan. Istilah tersebut lama-kelamaan
semakin sempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun
menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata
kiasan.
Mengutip pendapat Watts dalam H.G. Tarigan mengatakan (dalam Muchlisoh,
1993:360), bahwa puisi adalah ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran
manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Kemudian, pendapat Proyek PPPG (dalam
Muchlisoh, 1993:360) bahwa puisi atau sanjak adalah salah satu bentuk (perwujudan)
penghayatan pengarang yang memiliki ciri-ciri khas bila dibandingkan dengan bentuk
sastra lainnya. Secara lahiriah, puisi atau sanjak tertulis biasanya terdiri atas beberapa larik,
dan larik itu memperlihatkan pertalian makna serta membentuk sebuah bait atau lebih.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang puisi di atas dapat peneliti
menyimpulkan bahwa puisi adalah salah satu bentuk cipta sastra atau karya tulis yang
bersifat terikat. Penulisan puisi terikat oleh hal-hal sebagai berikut:
1)
terikat oleh banyaknya baris yang membentuk sebuah bait;
2)
disusun atas dasar ekspresi dari pengalaman yang bersifat imajinatif;
7
3)
penggunaan kata-kata yang benar-benar direncanakan secara matang dan tepat
guna;
4) menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata kiasan; dan
5) menggunakan bahasa emosional dan berirama.
Materi puisi yang akan peneliti sajikan merupakan puisi anak. Menurut Yusi
Rosdiana dkk (2008: 7.11) menjelaskan bahwa puisi anak adalah puisi untuk dikonsumsi
anak, yang isinya sesuai dengan lingkungan anak, dan memiliki nilai-nilai yang dapat
membentuk sikap, budi pekerti yang luhur, serta memiliki nilai seni. Berfungsi sebagai
media anak dalam mengekspresikan apa yang dirasakan anak, menambah wawasan dan
pengalaman anak serta serta dikemas dengan kesederhanaan bentuk, pemakaian bahasa dan
gaya penyampaian secara langsung.
Menurut Hendry Guntur Tarigan (dalam Solchan T.W., 2008: 9.26-9.31)
menjelaskan ada 19 teknik dalam pembelajaran menulis, terdiri dari: 1) menyusun kalimat,
2)memperkenalkan kalimat, 3)meniru model, 4)karangan bersama, 5) mengisi, 6)
menyusun kembali, 7)menyelesaikan cerita, 8)menjawab pertanyaan, 9)meringkas bacaan,
10)parafrase, 11) reka cerita gambar, 12)memerikan, 13)mengembangkan kata kunci,
14)mengembangkan kalimat topic, 15)mengembangkan judul, 16)mengembangkan
peribahasa, 17)menulis surat, 18)menyusun dialog, dan 19)menyusun wacana.
Berdasarkan teknik dalam pembelajaran menulis tersebut di atas, salah satunya
adalah teknik parafrase. Menurut Solchan T.W. (2008: 9.29) bahwa dalam pengajaran
menulis dapat juga digunakan teknik parafrase dengan jalan guru memberi karangan puisi
yang harus diubah oleh siswa dalam bentuk prosa atau sebaliknya.
Menurut Honiatri Euis (2003: 23) menjelaskan urutan teknik atau cara membuat
parafrase sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
bacalah informasi dengan cermat;
pahami isi informasi;
menuliskan inti atau pokok informasi yang anda tangkap;
kembangkan inti atau pokok informasi dengan kalimat sendiri;
pengembangan inti dapat dengan cara mencari kata atau ungkapan
yang memiliki pengertian yang sama (bersinonim);
6.
ungkapkan kembali, secara lisan dengan kalimat sendiri.
8
Menurut Hanif Nurcholis (2007:91) langkah-langkah parafrase puisi menjadi
bentuk prosa sebagai berikut:
1. Membaca puisi berulang-ulang sampai memahami isinya.
2. Mengartikan kata-kata sulit atau mencari makna kata-kata sulit
3. Merangkai kata-kata yang sudah diartikan menjadi cerita.
A.
Kerangka Berpikir
Guru: Belum
menggunkan
teknik
parafrase puisi
Siswa: Kemampuan
menulis prosa bagi
siswa rendah
Dalam
pembelajaran guru
menggunkan
teknik
parafrase
puisi
Siklus
I
dalam
pembelajaran
menggunkan
teknik
parafrase puisi tanpa
dibimbing guru
KONDIS
I AWAL
TINDAKA
N
KONDISI
AKHIR
Diduga
melalui
menggunkan
teknik
parafrase puisi dapat
meningkatkan
Kemampuan menulis
Siklus
II
dalam
pembelajaran
menggunkan
teknik
parafrase puisi dengan
dibimbing guru
GAMBAR 1
SKEMA KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan
kajian teori di atas, kerangka berpikir penelitian ini adalah
diduga melalui teknik parafrase puisi dapat meningkatkan kemampuan menulis prosa bagi
siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun pelajaran 2008/2009.
B.
Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan
hipotesis tindakan sebagai berikut: melalui teknik parafrase puisi dapat meningkatkan
kemampuan menulis prosa bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun
pelajaran 2008/2009.
METODOLOGI PENELITIAN
9
Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan pada semester I tahun pelajaran
2008/2009 bulan Juli s.d. Desember 2008 pada jam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Penelitian dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 2 Pamijen Kecamatan Baturraden
Kabupaten Banyumas. Tepatnya, penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Pamijen
dianggap memenuhi syarat untuk tempat penelitian. Hal ini karena peneliti
sering
mengamati kemampuan menulis prosa dengan teknik parafrase puisi siswa SD Negeri 2
Pamijen masih sangat rendah. Menulis prosa dengan teknik paraphrase puisi tersebut
belum pernah secara detail bagi guru dan siswa sehingga perlu diadakan penelitian.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen
Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas semester I tahun pelajaran 2008/2009 dengan
jumlah siswa laki-laki 6 orang dan perempuan berjumlah 18 orang, jumlah siswa 24 orang.
Jadi, 24 anak kelas VI sebagai responden penelitian. Untuk menjaga objektifitas setiap
nama anak hanya ditulis singkatan inisial singkatan nama pada responden subjek penelitian.
Sumber Data
Penelitian Tindakan Kelas ini hanya menggunakan sumber data primer yang
berupa nilai hasil belajar. Nilai hasil belajar tersebut diperoleh melalui tes pada akhir tiap
siklus. Karena penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus maka terdapat 2 nilai. Nilai
pertama diperoleh melalui tes di akhir siklus pertama, dan nilai kedua diperoleh melalui tes
di akhir siklus kedua.
Sumber data primer penelitian berupa hasil karya menulis prosa melalui
teknik parafrase puisi sebagai hasil tes tertulis siswa kelas VI sebagai subjek penelitian
setelah selesai setiap siklus. Wujud data berupa angka nilai-nilai kuantitatif karya menulis
prosa setiap anak kelas VI.
Sumber data sekunder penelitian dari guru dan teman sebaya kelas VI. Guru
Kelas VI dapat membantu peneliti untuk menilai setiap karya siswa kelas VI. Guru Kelas
VI dan peneliti dapat sebagai juri menulis prosa melalui teknik parafrase puisi bagi siswa
kelas VI.
10
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian tindakan kelas ini diperlukan
teknik dan alat pengumpulan data. Hal tersebut dapat peneliti jelaskan sebagai berikut.
1. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui tes dan nontes. Dalam penelitian ini
pengumpulan data dilakukan dengan cara tes berbentuk tes secara tertulis berupa uraian.
Uraian yang dimaksud adalah hasil tes atau sebuah karya menulis prosa melalui teknik
parafrase puisi siswa yang dituangkan pada selembar kertas yang disediakan oleh
peneliti.
2. Alat pengumpul data berupa perangkat butir soal tes tertulis yang dibuat oleh peneliti
sebagai guru pengampu. Buah karya menulis prosa melalui teknik parafrase puisi siswa
sebagai hasil kemampuan menulis tersebut dituangkan pada selembar kertas.
Kemudian, karya siswa tersebut dinilai oleh guru dan peneliti sebagai penilai / juri.
3. Perangkat butir soal tes tertulis diberikan setiap akhir siklus I dan siklus II kepada siswa
kelas VI.
Validasi Data
Untuk keabsahan hasil penelitian, peneliti menyusun perangkat penelitian tiap
siklus sebagai berikut:
1. Kisi-kisi Penelitian;
2. Butir Soal Penelitian;
3.
Kriteria Penilaian Penelitian;
4. Hasil Tes Penelitian;
Analisis Data
Penelitian ini tidak menggunakan uji statistik karena penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas (PTK). Kegiatan analisis data pada penelitian ini dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Hasil tes siklus I dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata, nilai
tertinggi dan nilai terendah semua siswa.
2.
Hasil tes siklus II dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata nilai
tertinggi dan nilai terendah semua siswa.
11
3.
Mengalisis rata-rata nilai tersebut dengan cara menggunakan analisis
deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai rata-rata siklus I dan siklus II dan
kondisi awal sebelum penelitian.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode PTK. PTK ini terdiri dua
siklus, yaitu: Siklus I dan Siklus II. Langkah-langkah dalam setiap siklus ada empat terdiri
dari:
1.
Planning / Perencanaan Tindakan
2.
Acting / Pelaksanaan Tindakan
3.
Observing / Melakukan Pengamatan
4.
Reflecting / Melakukan Refleksi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti mengadakan kegiatan
pretes. Pretes ini baru dapat dilaksanakan pada hari Senin, 3 November 2008 untuk semua
responden / subjek penelitian. Hal ini karena bulan September dan Oktober padat kegiatan
dan libur bulan Ramadhan/Puasa serta libur Hari Raya Idul Fitri 1429 Hijriah. Subjek
penelitian adalah semua siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen Kecamatan Baturraden
Kabupaten Banyumas semester I tahun pelajaran 2008/2009. Untuk menjaga objektifitas
setiap nama anak hanya ditulis singkatan inisial singkatan nama pada responden subjek
penelitian.
Setelah siswa melaksanakan pretes, kemudian hasil karya siswa / menulis prosa
siswa dinilai oleh dua orang juri (Guru Kelas VI dan Peneliti). Kemudian, hasil penilaian
dua orang dijumlahkan dan dibagi dua. Peneliti sadar penilaian menulis merupakan
penilaian yang bersifat subjektif sehingga perlu dua orang penilai agar penilaian ini
objektif. Hasil pretes kemampuan menulis prosa siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen
diperoleh nilai tertinggi 80 sedangkan nilai terendah 21,5 dan nilai rata-rata 50,56.
Deskripsi Hasil Siklus I
Siklus I pelaksanaan tindakan penelitian pada minggu kedua hari Senin dan
Selasa tanggal 10 dan 11 November 2008. Hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus I
12
berupa nilai hasil tes tertulis, terhadap buah karya menulis prosa melalui teknik parafrase
puisi “Menyesal” siswa kelas VI. Hasil tes kemampuan menulis prosa siswa siklus I
diperoleh nilai tertinggi 81, nilai terendah 39 dan nilai rata-ratanya 63,33.
Berdasarkan nilai hasil tes pada kondisi awal dan setelah tindakan pada siklus I
dapat diambil kesimpulan sementara bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata. Pada kondisi
awal nilai rata-rata anak 50,56, kemudian pada siklus I nilai rata-rata anak meningkat
menjadi 63,33.
Untuk menghitung persentase kenaikan nilai digunakan rumus sebagai
berikut:
Persentase =
NilaiKenaikan
x100%
NilaiKondisiAwal
Berdasarkan rumus persentase di atas, yang semula nilai rata-rata kondisi
sebesar 50,56 dan nilai rata-rata siklus I sebesar 63,33 maka diperoleh persentase
peningkatan sebesar 25,25 %. Dengan demikian dapat disimpulkan sementara bahwa
terjadi kenaikan yang tinggi, yaitu: nilai rata-rata kondisi awal: 50,56, nilai rata-rata siklus
I: 63,33 pada siklus I nilai rata-rata naik sebesar 25,25 %.
Adapun penyebab nilai rata-rata pada siklus I naik adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada jam pertama sehingga suasana anak
masih segar, anak masih bersengat untuk belajar;
2. Guru / peneliti dapat menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan siswa dengan cara memberi contoh membaca puisi berjudul ”Buku”
secara bervariasi dan ekspresif.
3. Guru / peneliti mengajar menggunakan alat peraga dan demontrasi baca puisi sehingga
membuat belajar suasana tambah ceria dan bersemangat.
4. Siswa menulis prosa bebas di sekitar lingkungan sekolah. Kemudian, siswa menulis
prosa. Hal ini menurut siswa baru pertama dilakukan sehingga siswa merasa senang dan
bebas.
Deskripsi Hasil Siklus II
Siklus II pelaksanaan tindakan penelitian baru dapat dilakukan pada minggu
ketiga hari Senin dan Selasa tanggal 17 dan 18 November 2008. Hasil pengamatan yang
diperoleh pada siklus I berupa nilai hasil tes tertulis, terhadap buah karya prosa siswa kelas
13
VI. Hasil tes kemampuan menulis prosa siswa siklus I diperoleh nilai tertinggi: 81 nilai
terendah: 39 dan nilai rata-ratanya 63,33. Hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus I
berupa nilai hasil tes tertulis, terhadap buah karya prosa siswa kelas VI.
Selanjutnya, hasil tes kemampuan menulis prosa siswa siklus II diperoleh nilai
tertinggi 86,5, nilai terendah 57,5 dan nilai rata-ratanya 71,56. Hasil pengamatan yang
diperoleh pada siklus II juga berupa nilai hasil tes tertulis, terhadap buah karya menulis
prosa siswa kelas VI sama dengan siklus I.
Berdasarkan nilai hasil tes pada kondisi awal dan setelah tindakan pada siklus I
dapat diambil kesimpulan sementara bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata. Pada siklus I
nilai rata-rata anak 63,33, kemudian pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 71,56.
Berdasarkan persentase, yang semula rata-rata nilai siklus I sebesar 63,33 dan
nilai rata-rata siklus II sebesar 71,56 maka diperoleh persentase peningkatan sebesar
12,99%. Dengan demikian dapat disimpulkan sementara bahwa terjadi kenaikan yang
tinggi, yaitu: nilai rata-rata siklus I sebesar 63,33, nilai rata-rata siklus II 71,56 pada siklus
II nilai rata-rata naik sebesar 71,56 atau 12,99%.
Adapun penyebab nilai rata-rata pada siklus 1 naik adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tindakan siklus II sama dengan siklus I, hanya berbeda judul puisi. Siklus
II juga dilaksanakan pada jam pertama sehingga suasana anak masih segar, anak masih
bersengat untuk belajar;
2. Guru/peneliti
dapat
menciptakan
suasana
kegiatan
belajar
mengajar
yang
menyenangkan siswa dengan cara membacakan puisi secara bervariasi dan ekpresif .
3. Guru/peneliti mengajar menggunakan alat peraga dan demontrasi baca puisi yang
menarik anak. Guru juga mampu membawa siswa mengarahkan siswa memahami
makna dan pesan isi puisi.
4. Siswa menulis prosa bebas di sekitar lingkungan sekolah sekolah secara langsung. Hal
ini menurut siswa lebih menyenangkan menulis prosa di luar ruangan seperti pada
siklus II sehingga siswa merasa senang dan dan bebas.
5. Siswa mendapat bimbingan guru tentang cara menulis prosa melalui teknik parafrase
secara intesif. Hasil karya menulis prosa juga koreksi dari teman sekelas dan guru kelas
serta peneliti. Kemudian, hasil menulis dibacakan di depan kelas.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
14
Adapun hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini.
Gambar Diagram Batang Hasil Pengamatan
Persentase kenaikan nilai rata-rata dapat peneliti uraikan sebagai berikut:
1.
Nilai rata-rata kondisi awal semula 50,56 pada tindakan siklus I naik menjadi 63,33
atau naik 25,25 % .
2.
Nilai rata-rata siklus I semula 63,33 pada tindakan siklus II naik menjadi 71,56 atau
naik 12,99%.
3.
Nilai rata-rata kondisi awal semula 50,56 pada tindakan siklus II juga naik menjadi
71,56 atau naik 41,53 %.
Kesimpulan dari Hasil Penelitian
Berdasarkan data empirik dalam penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti
mulai kondisi awal, tindakan pada siklus I dan siklus II maka dapat peneliti simpulkan
bahwa melalui teknik parafrase puisi dapat meningkatkan kemampuan menulis prosa bagi
siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun pelajaran 2008/2009 Kec.
Baturraden Kab. Banyumas.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan data empirik pada hasil penelitian tindakan kelas (PTK), dapat
peneliti sajikan data-data sebagai berikut:
1. Kondisi awal sebelum guru menggunakan pembelajaran menulis prosa melalui teknik
parafrase puisi semula kemampuan menulis siswa rendah, yaitu nilai rata-rata hanya
50,56.
2. Kemudian, setelah guru mengadakan tindakan pada siklus I dengan cara guru
melaksanakan pembelajaran menulis prosa menggunakan teknik parafrase puisi tanpa
dibimbing guru, pada kondisi awal nilai rata-rata hanya 50,56 pada siklus I ternyata
nilai rata-rata naik menjadi 63,33 atau naik 25,25 %
15
3. Setelah guru mengadakan tindakan pada siklus II dengan cara guru melaksanakan
pembelajaran menulis prosa menggunakan teknik parafrase puisi dengan dibimbing
guru, yang semula nilai rata-rata siklus I 63,33, pada siklus II naik menjadi 71,56 atau
naik 41,53 %.
4. Perbandingan nilai rata-rata kondisi awal dengan siklus II semula 46,53 pada tindakan
siklus II juga naik menjadi 68,05 atau naik 46,24 %.
Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana terdapat pada kerangka berpikir pada
bab II bahwa melalui teknik parafrase puisi dapat meningkatkan kemampuan menulis prosa
bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada semester I tahun pelajaran 2008/2009
Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Dengan demikian, dapat dilihat dengan jelas
bahwa kesimpulan secara teoritis sejalan dengan kesinpulan secara empirik. Jadi, hipotesis
yang peneliti ajukan pada PTK ini benar-benar “terbukti”.
Implikasi
Berdasarkan laporan hasil PTK ini secara teoritis bagi peneliti khususnya dan
para guru umumnya semakain menyadari bahwa melalui teknik parafrase puisi dapat
meningkatkan kemampuan menulis prosa bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Pamijen pada
semester I tahun pelajaran 2008/2009 Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.
Kemudian, secara praktis, teknik parafrase puisi dapat mengatasi rendahnya kemampuan
menulis prosa siswa.
Saran
Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian di atas peneliti ingin memberikan
saran-saran kepada para guru dan pihak terkait sebagai berikut.
a.
Bagi Siswa
1) Pembelajaran menulis prosa dengan teknik parafrase puisi bagi siswa sekolah dasar
dapat mengembangkan keingintahuan dan imajinasi sehingga dapat diketahui pula
potensi yang dimilikinya.
2) Siswa perlu dilatih untuk terbiasa bekerja mandiri, bekerja sama, dan berkompetisi.
Sehingga perlu disediakan tugas yang mendorong kerja mandiri, memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat secara sportif dan juga
menyediakan kegiatan yang mendorong untuk bekerja sama dengan menjunjung
solidaritas.
16
b. Bagi Guru
1)
Penelitian ini bermanfaat untuk memberi sumbangan dan masukan
pengetahuan serta pengalaman bagi guru tentang pembelajaran menulis yang dapat
digunakan sebagai alternatif pembelajaran menulis prosa di sekolah dasar.
2)
Guru
disarankan
mencoba
meningkatkan
pembelajaran
kemampuan menulis prosa dengan teknik parafrase puisi.
c. Bagi Sekolah
1) Kegiatan pembelajaran menulis prosa dengan teknik parafrase puisi bagi siswa
sekolah dasar dapat mengembangkan kreatifitas siswa.
2) Pembelajaran menulis prosa dengan teknik parafrase puisi dapat diarahkan untuk
kegiatan pengisian pada majalah dinding (mading) di sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Djeniah. 1996. Lancar Berbahasa Indonesia untuk Kelas 5. Jakarta. Depdikbud.
Ahmadi, Abu. 2000. Metodologi Penelitian,Jakarta. Bumi Aksara
Anitah, W. Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Cet. KetigaJakarta: Universitas
Terbuka.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
Depdiknas. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Pustaka.
_______. 2006. Standar Isi, Standar Kriteria Kelulusan, Implementasi Standar Isi dan
Standar Kriteria Kelulusan. Jakarta: Peraturan Menteri No. 22, 23,24 Tahun
2006.
Dinas P dan K Propinsi Jawa Tengah. 1995. Bahan Orientasi Pengelolaan Perpustakaan
Sekolah bagi Kepala Sekolah dan Guru Sekolah Dasar. Semarang: Dinas P dan
K Propinsi Jawa Tengah.
Erman Amti Marjohan. 1992. Bimbingan dan Konseling, Jakarta.
Euis, Hiniarti. 2003. Memahami Bahasa Indonesia untuk SMK Tingkat I. Bandung: CV
Armico.
17
Kartosedono, Soekarman. 2002. Modul Materi Pokok Pengembangan Perpustakaan
untuk Pelatihan Pengelola Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan
Masyarakat. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Moh. Surya. 1988. Dasar-Dasar Konseling Pendidikan (Konsep Dasar Teori)
Yogyakarta : Kota Kembang.
Muchlisoh, dkk. 1992. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Proyek
Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II dan Pendidikan Kependudukan Depdikbud.
Nurcholis, Hanif dan Mafrukhi. 2007. Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah
Dasar Kelas VI. Jakarta: Erlangga.
Rosdiana, Yusi dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Cet. Kedua. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sudjamiko. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Menunjang Kecakapan Hidup
Siswa. Jakarta: Depdiknas.
Solchan T.W. dkk. 2008. Buku Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia di
SD.Cetakan Ketiga Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, H.G. 1983. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Djago. 1997. Buku Materi Pokok PGSD Kependidikan Keterampilan Berbahasa.
Jakarta: Universitas Terbuka
18
BIODATA PENULIS
1. Nama Lengkap
Drs. IKSAN
2. NIP
131728849
3. Jabatan Guru
Guru Pembina tk. I, TMT 30 Juni 2007
4. Pangkat dan Golongan
Pembina tk. I, IV/b, TMT 1 April 2008
5. Tanggal Lahir
13 Maret 1966
6. Tempat Lahir
Banyumas
7. Jenis Kelamin
Pria
8. Agama
Islam
9. Sekolah
SD Negeri 2 Pamijen
10. Jabatan
Kepala Sekolah
11. Alamat Sekolah
Jalan Desa Pamijen Kec. Baturraden Kab.
Banyumas Kode Pos 53151
12. Telepon
(0281) 7922813
13. Status Perkawinan
Kawin
14. Alamat
15. Telepon
a. Jalan
Riyanto, Gang Cempaka
b. Kelurahan
Sumampir RT 05 RW 03
c. Kecamatan
Purwokerto Utara
d. Kabupaten
Banyumas
e. Provinsi
Jawa Tengah
a. Rumah
-
b. HP
085291334449
19
16. Keterangan
Juara I Kepala Sekolah Berprestasi tingkat
Kabupaten Banyumas Tahun 2007
PENGALAMAN MENULIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
No.
Judul Penelitian
Tahun
Posisi Penulis
Pemberi Dana
1.
”Upaya Meningkatkan Minat
Belajar Mata Pelajaran IPS
Sejarah dengan Menggunakan
Alat Peraga pada Siswa Kelas 4
SD Negeri 1 Kemutug Lor Kec.
Baturraden Kab. Banyumas
semester II tahun pelajaran
2002/2003”
Vol 3 No.
2 Januari
2004
Penulis Utama:
- Swadana dan
Jurnal Tekeldikdas
FKIP Universitas
Terbuka
UPBJJ
Purwokerto
“Meningkatkan
Kemampuan
Menulis Puisi melalui Model
Webbing bagi Siswa Kelas V SD
Negeri 2 Karangtengah pada
Semester II Tahun Pelajaran
2006/2007”
2007
Meningkatkan
Keterampilan
Menulis
Ringkasan
Buku
Bacaanmelalui
Pemanfaatan
Perpustakaan Sekolah bagi
Siswa Kelas VI SD Negeri 2
Karangtengah Semester 1 Tahun
Pelajaran 2007/2008
2007
“Meningkatkan
Kemampuan
Menulis Puisi melalui Model
Webbing bagi Siswa Kelas V SD
Negeri 2 Karangtengah pada
Semester II Tahun Pelajaran
2006/2007”
Vol 7
Tahun 3
April
2008
Penulis Utama:
Meningkatkan
Kemampuan
Menulis Prosa melalui Teknik
2008
Penulis Utama:
2.
3.
4.
5.
Drs. Iksan
Penulis
Pembantu:
Tri Susilowati
Penulis Utama:
-
Swadana
-
Swadana
-
Swadana
-
Swadana
Drs. Iksan
Penulis Utama:
Drs. Iksan
Drs. Iksan
Drs. Iksan
20
Parafrase Puisi bagi Siswa Kelas
VI SD Negeri 2 Pamijen pada
Semester I Tahun Pelajaran
2008/2009
PENGALAMAN MENULIS MAKALAH/TULISAN POPULER
No.
Judul Karya Tulis
1 “Bahasa Pewara, Banyak yang
Salah?”
2 “Pendekatan Pengajaran Bahasa”
3
“SD Unggulan Abad
Tantangan dan Harapan”
4
“Mengenal Karakteristik Bahasa
Ilmiah”
5
”Upaya Meningkatkan Minat
Belajar Mata Pelajaran IPS
Sejarah dengan Menggunakan
Alat Peraga pada Siswa Kelas 4
SD Negeri 1 Kemutug Lor Kec.
Baturraden
Kab.
Banyumas
semester II tahun pelajaran
2002/2003”
“Dimensi Kepemimpinan yang
Mandiri Kepala SD dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan”
“Pentingnya Teknik Desensitiasi
Sistematis
sebuah
Upaya
Meningkatkan Perilaku Percaya
Diri pada Siswa Sekolah Dasar
dalam Pembelajaran”
“Stategi Pembelajaran IPS Kelas
5 Sekolah Dasar Menyongsong
Kurikulum Berbasis Kompetensi”
6
7
8
ke-21,
Tahun
September 1996
Oktober 1996
Maret 1997
Oktober 1997
Vol 3 No. 2
Januari 2004
2004
Dimuat Pada
Krida Wiyata PD I PGRI
Jateng No. 18/Th XI/1996
Krida Wiyata PD I PGRI
Jateng No. 20/Th XI/1996
Krida Wiyata PD I PGRI
Jateng
No.
05/Th
XII/1997
Krida Wiyata PD I PGRI
Jateng
No.
20/Th
XII/1997
Jurnal Teknik
Pembelajaran Pendidikan
Dasar , FKIP Universitas
Terbuka UPBJJ
Purwokerto
Majalah Suara Guru No.
04/LIV/2004
Vol 1 No. 2 Juni Jurnal Pendidikan Widya
2004
Tama LPMP Jateng
Vol 3 No. 3 Juli Jurnal Teknik
2004
Pembelajaran Pendidikan
Dasar, FKIP Universitas
Terbuka UPBJJ
21
9
10.
11.
Purwokerto
Vol 1
Jurnal Paedagog, PGRI
No. 1 Desem ber dan Dinas Pendidikan
2005
Kab. Banyumas
Pentingnya Penerapan Analisis
Tingkah Laku terhadap Siswa
yang Malas Belajar di Sekolah
Dasar”
“Upaya
Bimbingan
terhadap
2005
Makalah Disimpan di
Siswa yang Mengalami Rendah
Perpustakaan SD
Diri di Sekolah Dasar”
“Upaya Bimbingan bagi Siswa 20
Oktober Makalah /prasaran dalam
yang Malas Belajar melalui 2005.
seminar.
Analisis Tingkah Laku di Sekolah
Dasar”
22