Kepemimpinan Dan Budaya Kerja Terhadap P (1)

JBBE, Vol.09, No.2, Sep. 2016

ISSN: 2087-040X

KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA KERJA TERHADAP
PENINGKATAN KINERJA
Ihwan Satria Lesmana1), Muhammad Saleh2)
Jurusan Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bina Bangsa
Email: ihwansatrialesmana@gmail.com
2
Jurusan Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bina Bangsa
Email: abigifar165@gmail.com
1

Abstract
The research was conduxted to analyze some factors that influence the Performance Improvement,
which are the Leadership and Work Culture at Dinas Pendidikan in Banten Province. The research
used survey methods with 67 are employees at on duty Education Province Banten as respondents.
They were selected using Stratified Random Sampling. The research used instruments such as
Leadership, Work Culture and Performance Improvement which are self-extended conforming to
indicators. Hypothesis test used F-Test and t-Test. The results show that there is positive effect of

the Leadership (X1) and Work Culture (X2) simultaneously to Performance Improvement (Y), with
determination coefficient R2 = 0,929 and regression equality Ŷ = 20,444 + 0,312X1 + 0,361X2;
There is positive effect of the Leadership (X1) to Performance Improvement (Y). There is positive
effect of Work Culture (X2) to Performance Improvement (Y). Based on the analysis, it can be
concluded that Performance Improvement can be increased through the Leadership Improvement
and Work Culture.
Keywords: Leadership, work culture, performance improvement
1. PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia yang handal hanya
mampu
dicetak
melalui
pendidikan,
pendidikan harus ditangani serius, semua
komponen bangsa dari berbagai lapisan harus
memiliki visi yang sama terhadap pentingnya
pendidikan, termasuk di dalamnya dukungan
yang besar dari berbagai pihak baik
pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, para
praktisi hukum, para politisi dan dunia usaha.

Secara implisit, bahwa Pegawai Negeri
Sipil dalam menghadapi tugas-tugasnya akan
semakin luas dan kompleks di masa
mendatang menuju Indonesia baru, di mana
suatu era yang tidak mempunyai batas waktu
wilayah ekonomi, politik maupun budaya,
maka
pelaksanaan
kebijaksanaan
pendayagunaan Pegawai Negeri Sipil
hendaklah dilaksanakan secara tepat guna dan
hasil guna. Pada masa keterbukaan ini, bentuk
Pegawai Negeri Sipil yang ideal untuk
menuju Indonesia baru, dituntut untuk lebih
disiplin, kreatif, berdedikasi serta loyal. Hal
ini menyangkut bukan banyak hal yang
bersifat mekanisme hubungan-hubungan antar
bangsa tetapi lebih mendasar lagi yaitu proses
universalisasi nilai-nilai positif.


Berdasrkan beberapa teori dan hasil
penulisan menunjukan bahwa kesuksesan
seorang pemimpin memiliki relevansi kuat
dengan variabel pengetahuan, watak, moral,
situasi termasuk juga sosial budaya.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat
dipengaruhi kepemimpinan yang mencakup
kemampuan pemimpin dan interaksi sesama
pemimpin, bawahan, atasan organisasi ke
dalam maupun ke luar lingkungan. Walaupun
variabel yang mempengaruhi kepemimpinan
seseorang secara umum sama namun setiap
pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang
menjadi karakteristiknya seperti terlihat
melalui ucapan, sikap dan perilaku yang
ditampilkan.
Dalam menghadapi era globalisasi, maka
perlu kita mencari jawaban mengenai
bagaimana pemerintah melakukan motivasi
dan pembenahan serta meningkatkan kualitas

kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) baik sisi
kelembagaan, Manajemen Sumber Daya
Manusia, maupun perilaku aparatnya sendiri.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk
peningkatan kinerja dari aparat Pegawai
Negeri Sipil (PNS) baik yang bekerja di
lingkungan Departemen maupun di kantor-

14

JBBE, Vol.09, No.2, Sep. 2016
kantor pemerintah, sebagaimana pula yang
seharusnya terjadi di Dinas Pendidikan
Provinsi Banten.
Selama ini, kinerja para pegawai di Dinas
Pendidikan Provinsi Banten masih terlihat
rendah, baik Sumber Daya Manusianya,
maupun dalam pekerjaannya, hal ini dapat
dilihat dari masih banyaknya tingkat
pelanggaran indisiplinier, yang dilakukan

oleh para pegawai tentang hal ini harus
dibenahi secara menyeluruh karena pegawai
akan mempengaruhi kinerja dari lembaga
secara keseluruhan.
2. KAJIAN LITERATUR
Kepemimpinan
Sebelum penulis menjabarkan mengenai
kepemimpinan
pemerintahan
Indonesia,
terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa
definisi mengenai kepemimpinan, sebagai
berikut: Leadership is the art of coordinating
an demotivating in individuals and group to
achieve desired ends (Lateiner, A.R, 1985).
Kepemimpinan
adalah
seni
mengkoordinasikan dan memotivasi orang
lain baik sebagai individu maupun sebagai

kelompok untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Pengertian lain mengenai kepemimpinan
sebagai berikut: Kepemimpinan adalah
kemampuan dan keterampilan seseorang
dalam mempengaruhi orang lain, dalam hal
ini bawahan sehingga mau dan mampu
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu,
meskipun secara pribadi hal tersebut tidak
disenangi (Kartono, Kartini, 1990)
Selanjutnya pengertian lain mengenai
kepemimpinan adalah kemampuan seorang
pemimpin untuk mengendalikan, memimpin,
mempengaruhi pikiran, perasaan atau tingkah
laku orang lain untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya (Suradinata,
Ermaya, 1997)
Pendapat-pendapat mengenai pengertian
kepemimpinan di atas pada dasarnya
mempunyai

kesamaan,
di
mana
kepemimpinan merupakan aktivitas seseorang
dalam organisasi yang mempunyai jabatan
untuk mempengaruhi orang lain sebagai
bawahannya, dengan harapan orang lain
tersebut dapat mengikuti perintah dan
petunjuknya sebagai langkah dalam mencapai
tujuan organisasi. Jelasnya kepemimpinan

ISSN: 2087-040X
merupakan
kemampuan
pimpinan
mempengaruhi bawahannya.
Dalam kepemimpinan terdapat hubungan
antara yang dipimpin dengan yang memimpin
dalam mencapai tujuan dan keberhasilan
pencapaian tujuan berkat keberhasilan

pimpinan dalam menggerakkan, mengarahkan
dan meyakinkan bawahannya. Apabila
bawahan dapat mengikuti perintah dan
petunjuk atasannya, artinya pimpinan mampu
mempengaruhi perilaku bawahan.
Berdasarkan kajian teori yang dilakukan
para ahli tersebut di atas, penulis berpendapat
bahwa Kepemimpinan mengacu kepada
kepemimpinan pemerintahan Indonesia yang
merupakan
penerapan
dasar-dasar
kepemimpinan, pada umumnya dalam ruang
lingkup sistem pemerintahan Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam
hal ini kesuksesan kepemimpinan sangat
dipengaruhi oleh waktu, moral dan etika
termasuk budaya.
Budaya Kerja
Budaya

organisasi
pemerintahan
mempunyai cara-cara tersendiri dalam
meyakini, berpikir, bersikap dan berperilaku
sebagaimana tersirat dalam symbol, ritual,
norma dan aturan baku yang keseluruhan
menjadi budaya organisasi (Pamuji S. 1995).
Perilaku organisasi sebagai suatu bidang
yang menyelidiki dampak perorangan,
kelompok dan struktur pada perilaku dalam
organisasi dengan maksud menerapkan
pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki
keefektifan organisasi atau agar organisasi
bekerja dengan lebih efektif. Titik berat
perilaku organisasi ini dapat dilihat atau
selalu dikaitkan dengan pekerjaan, kerja,
kemangkiran, masuk berhentinya karyawan,
produktivitas, kinerja manusiawi dan
manajemen (Hicks, Herbert G. Ray Gullet,
1995)

Memahami
perilaku
diperlukan
pendekatan
sistematis
yang
akan
mengungkapkan faktor-faktor dan hubunganhubungan penting, dan memberikan suatu
dasar yang melaluinya dapat ditarik ramalan
yang lebih tepat terhadap perilaku. Artinya
bahwa perilaku tidaklah acak (random).
Perilaku disebabkan dan diarahkan menuju
suatu akhir yang diyakini baik benar maupun
salah (Davis, Keith, 1977)

15

JBBE, Vol.09, No.2, Sep. 2016
Dinyatakan juga bahwa umumnya
perilaku dapat diramalkan jika kita tahu

semua
orang
itu
menangkap
(mempersepsikan) situasinya dan apa yang
penting baginya. Sementara perilaku mungkin
tidak tampak rasional bagi orang luar, ada
alasan untuk meyakini bahwa oleh para
pelakunya
perilaku tersebut
biasanya
dimaksudkan agar rasional dan dilihat sebagai
tidak rasional. Sering seorang pengamat
melihat perilaku sebagai tak rasional karena
pengamat itu tidak mempunyai akses ke
informasi
yang
sama
atau
tidak
mempersepsikan lingkungan dengan cara
yang sama.
Berkaitan dengan konsep perilaku
organisasi ini, maka terdapat beberapa
variabelnya yaitu kepuasan kerja, disiplin
kerja, kemangkiran dan tingkat keluarga
karyawan/pegawai (Hicks, Herbert G. Ray
Gullet, 1995)
Kinerja
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masingmasing, dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum sesuai dengan moral
maupun etika (Prawirosentono, Suyadi, 1999)
Peningkatan kinerja pegawai dapat
dipengaruhi oleh beberapa indikator yang
dapat diuraikan, sebagai berikut:
1) Prosedur Kerja
Pentingnya pembahasan prosedur kerja
pegawai sesungguhnya berangkat dari
pandangan bahwa tidak ada manusia yang
memiliki tingkat kesempurnaan yang prima,
ia tidak pernah luput dari kekhilafan dan
kekurangan. Demikian juga dalam kehidupan
organisasi penerapan prosedur kerja penting
dilaksanakan oleh setiap komponen organisasi
yang berada di dalamnya, agar tujuan
organisasi dapat dicapai secara optimal.
Prosedur kerja merupakan langkah awal bagi
proses pengembangan disiplin kerja yang
pada gilirannya dapat meningkatkan mutu
sumber daya manusia, jadi prosedur kerja
adalah tata tertib yang harus dilaksanakan
setiap pegawai secara teratur sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya.
Prosedur kerja adalah tahap-tahap
kegiatan untuk menyelesaikan suatu kegiatan

ISSN: 2087-040X
pekerjaan menurut sistematika pekerjaan yang
harus dilaksanakan sesuai aturan kerja. Oleh
karena
itu,
prosedur
kerja
penting
dilaksanakan setiap pegawai, agar tujuan
kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai
secara optimal.
2) Tata Kerja
Menurut etimologi bahasa, tata kerja
berarti aturan atau sistem bekerja, sedangkan
tata kerja berarti aturan yang harus
dilaksanakan sesuai dengan sistem penataan
kerja yang telah ditetapkan. Tata kerja
menyangkut sistem penataan organisasi sesuai
dengan struktur tata kerja itu sendiri yang di
dalamnya memuat tentang volume dan beban
kerja yang harus dicapai organisasi.
3) Tujuan Kerja
Tujuan kerja adalah arah yang akan
dicapai dalam pekerjaan, seorang pegawai
wajib memiliki tujuan kerja sebelum ia
melaksanakan aktivitas kegiatan bekerja.
Keberhasilan atau kegagalan dalam bekerja
dapat dipengaruhi oleh tujuan kerja seorang
pegawai sebelum ia memulai pekerjaannya.
Tujuan kerja merupakan indentifikasi analisis
kegiatan bekerja, cara seperti ini dapat
merealisasi
target-target
yang
sudah
diperhitungkan dengan antisipasi perencanaan
berdasarkan volume dan beban kerja.
Sebaliknya kegagalan dalam bekerja terjadi
akibat pegawai sama sekali tidak memiliki
atau kurang memahami tujuan kerja.
4) Sasaran Kerja
Sesuatu aktivitas kerja yang telah
ditentukan berdasarkan sasaran kerja. Sasaran
lebih cenderung diarahkan kepada tujuan, ia
merupakan arah gambaran visi dan misi suatu
organisasi perlu menentukan sasaran kerja
secara rinci dan jelas, agar pelaksanaan kerja
lebih mudah dicapai.
5) Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja berarti ketepatan dalam
menjalankan suatu pekerjaan secara maksimal
dengan tidak mengabaikan waktu, tenaga dan
biaya. Efisiensi adalah penekanan terhadap
penggunaan waktu, tenaga dan biaya sehemat
mungkin dengan optimasi hasil yang sebesarbesarnya tanpa mengurangi beban kerja yang
diandalkan. Efisiensi kerja di sini lebih
menititk beratkan terhadap pendayagunaan
faktor tenaga kerja, penggunaan biaya untuk
program kegiatan, pendayagunaan waktu

16

JBBE, Vol.09, No.2, Sep. 2016
berlangsungnya kegiatan, dan pendayagunaan
sarana
pekerjaan
sebagai
faktor
pendukungnya.
Dimungkinkan
dengan
pendayagunaan faktor-faktor tersebut secara
optimal tingkat efisiensi dan produktivitas
kerja yang diinginkan akan tercapai.
6) Koordinasi Dalam Konteks Kerja
Koordinasi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam sistem tata kerja
organisasi. Koordinasi menyangkut kerjasama
antar individu maupun kelompok dalam suatu
organisasi. Koordinasi penting dilaksanakan
dalam kegiatan kerja, tanpa koordinasi yang
baik mustahil pelaksanaan kerja akan berjalan
lancar. Dalam kontek kinerja, koordinasi
merupakan
faktor
pendukung
bagi
peningkatan produktivitas kerja. Hubungan
antar pegawai dapat menumbuhkan suasana
kerja yang kondusif, tanpa menimbulkan
konflik antar pegawai, makin baik penerapan
koordinasi yang dilakukan, makin tinggi pula
tingkat produktivitas kerja yang dihasilkan.
Pada prinsipnya kinerja setiap pegawai
dapat
dipengaruhi
oleh
karakteristik
lingkungan organisasi. Para pegawai yang
memiliki dasar kinerja tinggi akan
berkembang, apabila motivasi menilai tinggi
kerja keras pegawai. Organisasi yang
mempunyai budaya kerja tinggi cenderung
menuntut pegawainya memiliki etos kerja
yang tinggi pula.
Pengajuan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis 1
Ho:b1= 0
: Tidak terdapat pengaruh
Kepemimpinan
terhadap
Peningkatan Kinerja
: Terdapat
pengaruh
H1:b1 0
Kepemimpinan
terhadap
Peningkatan Kinerja.
Hipotesis 2
Ho:b1= 0
: Tidak terdapat pengaruh
Budaya
Kerja
terhadap
Peningkatan Kinerja
: Terdapat pengaruh Budaya
H1:b1 0
Kerja terhadap Peningkatan
Kinerja.

ISSN: 2087-040X
3. METODE PENELITIAN
Hipotesis 3
Ho:b1= b2= 0

:

Tidak
terdapat
pengaruh
Kepemimpinan
dan
Budaya Kerja terhadap
Peningkatan Kinerja

H1:b1b2 0

:

Terdapat
pengaruh
Kepemimpinan
dan
Budaya Kerja terhadap
Peningkatan Kinerja.

Penelitian ini menggunakan metode
survey dengan analisis statistik deskriptif.
Data dan informasi dikumpulkan dari
responden dengan menggunakan kuisioner.
Setelah data diperoleh kemudian hasilnya
akan dipaparkan secara deskriptif dan
dianalisis untuk menguji hipotesis yang
diajukan pada awal penelitian ini.
Berkaitan dengan pengertian metode
deskriptif, penelitian ditinjau dari hadirnya
variabel dan saat terjadinya, maka penelitian
yang dilakukan dengan menjelaskan atau
menggambarkan variabel masa lalu dan
sekarang
(sedang
terjadi)
merupakan
pengertian penelitian deskriptif (Arikunto,
Suharsimi, 1998).
Berdasarkan pengertian di atas, maka
penulis menarik kesimpulan bahwa metode
survei deskriptif cocok untuk digunakan
dalam penelitian ini, karena sesuai dengan
maksud dari penelitian, yaitu untuk
memperoleh
gambaran
pengaruh
kepemimpinan dan budaya kerja terhadap
peningkatan kinerja pada Dinas Pendidikan
Provinsi Banten.
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh pegawai yang ada pada Dinas
Pendidikan Provinsi Banten, yakni sebanyak
67 orang. Karena jumlah populasinya kurang
dari 100, maka penentuan jumlah sampel
menggunakan sampel populasi (populasi
jenuh) yang berjumlah 67 orang. Dalam
teknik
penarikan
sample,
penulis
menggunakan simple random sampling
(sample acak), karena obyek penelitian
merupakan suatu keseluruhan yang homogen.

17

JBBE, Vol.09, No.2, Sep. 2016
4. HASIL DAN DISKUSI
Variabel Kepemimpinan (X1)
Variabel Kepemimpinan pada Dinas
Pendidikan Provinsi Banten dari 67
responden memiliki rata-rata nilai skor
sebesar 61,43 median 61,00 dengan standar
deviasi 5,790 dan varian 33,522. Variabel ini
memiliki rentang data sebanyak 24 dengan
nilai terendah 51 dan tertinggi 75 (dari
rentang teoritis 15 – 75). Jumlah skor
seluruhnya adalah 4116.

ISSN: 2087-040X
responden memiliki skor nilai dalam
kelompok nilai rata-rata dan sebanyak 33
(49.25%) responden memiliki skor nilai
dalam kelompok di atas rata-rata. Sedangkan
sisanya 32 (47.76%) responden memiliki skor
nilai dalam kelompok di bawah rata-rata.
Selanjutnya
distribusi
skor
jawaban
responden tentang Kepemimpinan tersebut
dapat disajikan dalam bentuk histogram,
sebagaimana tampak di dalam gambar,
sebagai berikut:

Adapun distribusi frekuensi skor variabel
Kepemimpinan dapat dilihat di dalam tabel
frekuensi, sebagaimana disajikan di dalam
tabel, sebagai berikut:
Tabel 1. Frekuensi Skor Kepemimpinan
Cumulati
ve
Frequen Perce Valid
Percent
cy
nt
Percent
Vali 51 3
4.5
4.5
4.5
d
52 2
3.0
3.0
7.5
53 1
1.5
1.5
9.0
54 3
4.5
4.5
13.4
55 4
6.0
6.0
19.4
56 2
3.0
3.0
22.4
57 5
7.5
7.5
29.9
58 3
4.5
4.5
34.3
59 4
6.0
6.0
40.3
60 5
7.5
7.5
47.8
61 2
3.0
3.0
50.7
63 1
1.5
1.5
52.2
64 9
13.4 13.4
65.7
65 5
7.5
7.5
73.1
66 2
3.0
3.0
76.1
67 7
10.4 10.4
86.6
68 2
3.0
3.0
89.6
69 1
1.5
1.5
91.0
70 5
7.5
7.5
98.5
75 1
1.5
1.5
100.0
Tota 67
100.0 100.0
l
Sumber data: Hasil olahan Angket (2009).

Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat
dijelaskan bahwa sebanyak 2 (2.98%)

Gambar 2.Histogram Variabel Kepemimpinan
Berdasarkan Gambar 1 diatas terlihat
bahwa penumpukan batang yang lebih banyak
terjadi pada kelas interval di atas rata-rata,
yaitu pada interval ke tiga belas dan enam
belas. Tetapi secara keseluruhan baik yang
termasuk di dalam kelompok nilai di bawah
rata-rata dan di atas rata-rata jumlah
penumpukan batang proporsinya mencapai 53
(79.10%).
Dengan demikian berdasarkan batasbatas data yang telah terkumpulkan tersebut,
maka
dapat
dikemukakan
bahwa
Kepemimpinan pada Dinas Pendidikan
Provinsi Banten tergolong dalam kategori
memuaskan.
Variabel Budaya Kerja (X2)
Variabel Budaya Kerja dari 67
responden memiliki rata-rata nilai skor
sebesar 58,72 median 59,00 dengan standar
deviasi 4,795 dan varian 22,994. Variabel ini
memiliki rentang data sebanyak 26, dengan
nilai terendah 48 dan tertinggi 74 (dari
rentang teoritis 15 – 75). Dengan demikian,
jumlah skor seluruhnya adalah 3934.
Adapun distribusi frekuensi skor
jawaban responden tentang variabel Budaya
Kerja, seperti terlihat di dalam tabel frekuensi
sebagaimana disajikan di dalam tabel sebagai
berikut:

18

JBBE, Vol.09, No.2, Sep. 2016
Tabel 2. Frekuensi Skor Budaya Kerja
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent
Percent
Valid 48
1
1.5
1.5
1.5
49
1
1.5
1.5
3.0
50
1
1.5
1.5
4.5
51
1
1.5
1.5
6.0
52
2
3.0
3.0
9.0
53
7
10.4
10.4
19.4
54
1
1.5
1.5
20.9
55
3
4.5
4.5
25.4
56
2
3.0
3.0
28.4
57
3
4.5
4.5
32.8
58
8
11.9
11.9
44.8
59
7
10.4
10.4
55.2
60
5
7.5
7.5
62.7
61
10
14.9
14.9
77.6
62
4
6.0
6.0
83.6
63
3
4.5
4.5
88.1
64
2
3.0
3.0
91.0
66
3
4.5
4.5
95.5
67
1
1.5
1.5
97.0
68
1
1.5
1.5
98.5
74
1
1.5
1.5
100.0
Total
67
100.0
100.0
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat
dijelaskan bahwa sebanyak 7 (10.4%)
responden memiliki skor nilai dalam
kelompok rata-rata dan sebanyak 30 (44.12%)
responden memiliki skor nilai dalam
kelompok di atas rata-rata. Sedangkan sisanya
sebanyak 30 (44.12%) responden memiliki
skor nilai dalam kelompok di bawah rata-rata
Selanjutnya distribusi skor jawaban
responden tentang Budaya Kerja tersebut,
dapat disajikan dalam bentuk histogram,
seperti tampak di dalam gambar sebagai
berikut:

ISSN: 2087-040X
Berdasarkan Gambar 3 tersebut terlihat
bahwa penumpukan batang yang lebih banyak
terjadi pada kelas interval yang keenam,
sebelas, dua belas, tiga belas, empat belas,
dan lima belas, tetapi secara keseluruhan baik
yang termasuk di dalam kelompok nilai di
bawah rata-rata dan di atas rata-rata jumlah
penumpukan batang proporsinya mencapai 54
(80.59%).
Dengan demikian dalam batas-batas data
yang telah terkumpulkan tersebut, maka dapat
dikemukakan bahwa tingkat Budaya Kerja
pada Dinas Pendidikan Provinsi Banten
tergolong dalam kategori sangat memuaskan.
Variabel Peningkatan Kinerja (Y)
Variabel Peningkatan Kinerja dari 67
responden memiliki rata-rata nilai skor
sebesar 60,78 median 61,00 dengan standar
deviasi 3,297 dan varian 10,873. Variabel
Peningkatan Kinerja pada Dinas Pendidikan
Provinsi Banten tersebut memiliki rentang
data sebanyak 17, dengan nilai terendah 53
dan tertinggi 70 (dari rentang teoritis 15 –
75). Dengan demikian jumlah skor seluruhnya
adalah 4072.
Selanjutnya
mengenai
distribusi
frekuensi skor jawaban responden tentang
variabel Peningkatan Kinerja pada Dinas
Pendidikan Provinsi Banten, seperti tampak di
dalam tabel frekuensi sebagaimana disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Frekuensi Skor Peningkatan Kinerja
Frequen Percen Valid
Cumulativ
cy
t
Percent e Percent
Val 53 1
1.5
1.5
1.5
id 55 3
4.5
4.5
6.0
56 4
6.0
6.0
11.9
57 5
7.5
7.5
19.4
58 4
6.0
6.0
25.4
59 5
7.5
7.5
32.8
60 8
11.9 11.9
44.8
61 6
9.0
9.0
53.7
62 10
14.9 14.9
68.7
63 7
10.4 10.4
79.1
64 6
9.0
9.0
88.1
65 6
9.0
9.0
97.0
67 1
1.5
1.5
98.5

Gambar 3 Histogram Variabel Budaya Kerja

19

JBBE, Vol.09, No.2, Sep. 2016
70 1
1.5
1.5
100.0
Total
67
100.0 100.0
Selanjutnya distribusi skor jawaban
responden tentang peningkatan kinerja pada
Dinas Pendidikan Provinsi Banten tersebut,
dapat disajikan dalam bentuk histogram,
sebagaimana tampak di dalam gambar 4.

Gambar 4 Histogram Variabel Peningkatan
Kinerja
Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa
penumpukan batang yang lebih banyak terjadi
pada kelas interval yang ketujuh hingga kedua
belas. Tetapi secara keseluruhan baik yang
termasuk di dalam kelompok nilai di bawah
rata-rata dan di atas rata-rata jumlah
penumpukan batang proporsinya mencapai 64
(95.52%).

ISSN: 2087-040X
berdasarkan perhitungan IBM SPSS Statistics
v19, diperoleh nilai koefisien thitung untuk b1,
sebagai berikut:
Tabel 4 Coefficients (a)
Unstandard Standardi
ized
zed
Coefficient Coefficie
s
nts
Std.
Model
B Error
Beta
1(Constant) 30. 2.141
302
Kepemimpin .49 .035 .871
an
6
a. Dependent Variable: Kinerja

Berdasarkan Tabel 4 diatas nilai thitung
yang diperoleh adalah sebesar 14,293
sedangkan ttabel (terlampir) dengan derajat
bebas 65 pada  (0,025) adalah sebesar 1,980.
Dengan demikian thitung (14.293) > ttabel
(1.980) sehingga jelas Ho ditolak dan H1
diterima, hal ini menunjukkan bahwa
Kepemimpinan dapat meningkatkan kinerja
pada Dinas Pendidikan Provinsi Banten.

Dengan demikian dalam batas-batas data
yang
terkumpulkan
tersebut,
dapat
dikemukakan bahwa tingkat peningkatan
kinerja pada Dinas Pendidikan Provinsi
Banten tergolong dalam kategori yang
kategori relatif sangat memuaskan.

b. Uji t untuk b2

Uji Hipotesis

Ho : b1= 0

Pengujian hipotesis dilakukan terhadap
masing-masing hipotesis tersebut, dengan
urutan-urutan langkah Uji F, Uji t untuk b1
dan Uji t untuk b2. Adapun hasil pengujian
dari ketiga hipotesis penulisan, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a.

Uji t untuk b1

Uji t untuk b1 dilakukan untuk menguji
hipotesis pertama, yaitu:

Uji t untuk b2 dilakukan untuk menguji
hipotesis kedua, yaitu:
Tidak terdapat
pengaruh
Budaya
Kerja
terhadap
Peningkatan Kinerja
: Terdapat pengaruh Budaya
H1 : b1  0;
Kerja terhadap Peningkatan
Kinerja.
Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima.

:

H1 : b1 0;

:

:

Hasil perhitungan uji t dengan bantuan
pengolahan
komputer
berdasarkan
perhitungan IBM SPSS Statistics v19,
diperoleh nilai koefisien thitung untuk b1,
sebagai berikut:

Hipotesis 1
Ho : b1= 0

t
Sig.
14.15 .000
0
14.29 .000
3

Tabel 5 Coefficients (a)
Tidak terdapat pengaruh
Kepemimpinan
terhadap
Peningkatan Kinerja
Terdapat
pengaruh
Kepemimpinan
terhadap
Peningkatan Kinerja.

Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima

Standardize
Unstandardized d
Coefficients
Coefficients
Model

B

Std. Error Beta

1 (Constant) 25.9 2.546
65
Bdy_Kerja .593 .043

t

Sig.

10.200 .000
.862

13.720 .000

a. Dependent Variable: KINERJA

Berdasarkan hasil perhitungan uji t
dengan bantuan pengolahan komputer

20

JBBE, Vol.09, No.2, Sep. 2016

ISSN: 2087-040X

Berdasarkan Tabel 5 hasil perhitungan
uji t dengan bantuan pengolahan komputer
berdasarkan perhitungan IBM SPSS Statistics
v19 diperoleh nilai koefisien thitung untuk b2
sebesar 13.720 sedangkan ttabel dengan
derajat bebas 65 pada
(0,025) adalah
sebesar 1,980. Dengan demikian, thitung
(13.720) > ttabel (1,980), sehingga jelas Ho
ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa budaya kerja dapat meningkatkan
kinerja pada Dinas Pendidikan Provinsi
Banten.
c.

d.

Koefisien
determinasi
merupakan
kuadrat dari nilai koefisien korelasi. Dengan
bantuan pengolahan komputer berdasarkan
perhitungan IBM SPSS Statistics v19
diperoleh nilai R² (R Square), sebagai berikut:
=
=

Ho: b1= b2= 0

:

H1 : b1b20;

:

Tidak terdapat pengaruh
Kepemimpinan dan Budaya
Kerja terhadap Peningkatan
Kinerja
Terdapat
pengaruh
Kepemimpinan dan Budaya
Kerja terhadap Peningkatan
Kinerja.

Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan H1
diterima.

Dengan bantuan pengolahan komputer
berdasarkan perhitungan IBM SPSS Statistics
v19, diperoleh nilai koefisien F hitung,
sebagai berikut:

666,709
717,642

= 0,929

Uji F

Uji F dilakukan untuk menguji hipotesis
pertama, yaitu:

Koefisien Determinasi

Besarnya nilai koefisien determinasi
yang diperoleh dengan perhitungan SPSS
tersebut sebesar 0,929. Hal ini menunjukkan
bahwa
92,90%
keragaman
variabel
peningkatan kinerja pada Dinas Pendidikan
Provinsi Banten disebabkan oleh perbedaan
keragaman variabel kepemimpinan dan
budaya kerja, sisanya sebanyak 6,71%
disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
e.

Persamaan Regresi Berganda

Hasil analisis data dengan bantuan
pengolahan
komputer
berdasarkan
perhitungan IBM SPSS Statistics v19, dalam
penulisan ini diperoleh persamaan regresi
berganda sebagai berikut:
Standard
ized
Unstandardized Coeffici
Coefficients
ents

Tabel 6. Anova (b)
df

Mean
Square

Regressi 666.709
on

2

333.354

Residual 50.933

64

.796

Total

66

Model
1

Sum
Squares

717.642

of

F

Sig.

418. .000a
876

Model

B

Std.
Error

1 Constant

20.444

1.415

Beta

t
14.45

.0
0

Kepemim .312

.024

.547

12.94

.0
0

BdyKerja .361

.029

.524

12.39

.0
0

a. Predictors: (Constant), Bdy_Kerja, Kepemimpinan
b. Dependent Variable: Kinerja

Berdasarkan Tabel 6 diatas, diperoleh
koefisien Fhitung sebesar 418,876. Dengan
membandingkan harga kritis nilai Ftabel
(terlampir) dengan derajat bebas pembilang 2
dan penyebut 64 pada  (0.05) diperoleh nilai
Ftabel sebesar 3.14
Dengan demikian, Fhitung (301.728) >
Ftabel (3.14), sehingga jelas Ho ditolak dan H1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara
bersama-sama Kepemimpinan dan Budaya
Kerja dapat meningkatkan Peningkatan
Kinerja pada Dinas Pendidikan Provinsi
Banten.

Si
g.

a. Dependent Variable: KINERJA

Berdasrkan Tabel 7 tersebut, dapat
disusun persamaan regresi untuk penulisan ini
adalah:

Y  a  b1 X 1  b2 X 2
Y  20,444  0,312X1  0,361X 2

Persamaan regresi ini berarti bahwa :
1. Setiap kenaikan 1 (satu) skor variabel
kepemimpinan dapat meningkatkan
0,312 skor variabel peningkatan kinerja
pada Dinas Pendidikan Provinsi Banten

21

JBBE, Vol.09, No.2, Sep. 2016

2.

1.

dengan asumsi variabel Budaya Kerja
konstant.
Setiap kenaikan 1 (satu) skor variabel
Budaya Kerja dapat meningkatkan 0,361
skor variabel peningkatan kinerja pada
Dinas Pendidikan Provinsi Banten
dengan asumsi variabel Kepemimpinan
konstant.
Pengaruh Kepemimpinan terhadap
Peningkatan Kinerja pada Dinas
Pendidikan Provinsi Banten.

Analisis
variabel
Kepemimpinan
terhadap peningkatan kinerja pada Dinas
Pendidikan Provinsi Banten berpengaruh
secara positif dan signifikan. Hal ini
ditunjukkan dari nilai thitung untuk b1 yang
diperoleh adalah sebesar 14,293 sedangkan
ttabel dengan derajat bebas 65 pada  (0,025)
adalah sebesar 1,980. Dengan demikian, thitung
(14,290) > ttabel (1,980). Hal ini menunjukkan
bahwa kepemimpinan dapat meningkatkan
kinerja pada Dinas Pendidikan Provinsi
Banten.
Berbicara mengenai kepemimpinan,
berarti juga berbicara mengenai pendekatan
kepemimpinan.
Dalam
pendekatan
kepemimpinan akan tercermin bagaimana
seorang pemimpin mendekati konsisten
terhadap orang yang dipimpinnya. Ada empat
pendekatan kepemimpinan, yaitu pendekatan
sifat, pendekatan gaya, pendekatan situasional
dan pendekatan fungsional (Sutarto, 1998).
Dalam pendekatan sifat kepemimpinan
akan dikemukakan beberapa sifat atau
karakter yang perlu dimiliki seorang
pemimpin adalah harus memiliki kecerdasan,
ketergantungan, pertanggungjawaban dan
ditambah dengan faktor fisik seperti
kesehatan. Secara lebih jelas seorang
pemimpin, hendaknya memiliki sifat antara
lain kecerdasan, kedewasaan, keleluasaan
hubungan sosial, budaya kerja diri dan
dorongan prestasi serta sikap hubungan kerja
kemanusiaan.
Berdasarkan berbagai pendapat yang
dikemukakan beberapa ahli menyebutkan ada
beberapa karakteristik atau sifat yang perlu
dimiliki seorang pemimpin, dan beliau
menyimpulkan
ada
beberapa
sifat
kepemimpinan (Manullang M, 1980) antara
lain:
1. Kecerdasan.

ISSN: 2087-040X
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Kemampuan mengawasi.
Inisiatif.
Ketenangan diri/tenang.
Kepribadian.
Adil.
Memiliki pengertian.
Memiliki pengetahuan umum.
Banyak mengetahui pekerjaan khusus.
Memiliki kejujuran yang tinggi.
Sebagai pemimpin dan delegator.
Memiliki daya khayal.
Beberapa
hal lain yang dapat
disimpulkan, penulis menambahkan dengan
sifat lain, misalnya takwa, sehat, cakap, jujur,
tegas, manusiawi, bijaksana, percaya diri,
berdaya cipta tinggi, berkemampuan keras,
berwawasan situasi dan lain-lain. Melihat
pendekatan sifat tersebut, maka hampir dapat
dipastikan bahwa hampir tidak semua
pemimpin memiliki perolehan sifat tersebut.
Ditinjau
dari
dimensi
variabel
Kepemimpinan yang diamati, Pertama, dari
dimensi “Motivasi” dan Kedua, dari dimensi
“Koordinasi” menunjukkan hasil yang belum
maksimal. Hal ini menandakan bahwa dalam
pembinaan pegawai, pemberian penghargaan
kepada pegawai yang berpartisipasi masih
kurang dalam pelaksanaannya, selain itu juga
dalam melaksanakan kerjasama untuk
menyelesaikan
tugas
masih
kurang
dilaksanakan dengan maksimal.
Begitu pula dengan dimensi ketiga
“Komunikasi”,
Keempat
“Pengambilan
Keputusan”
dan
Kelima
“Hubungan
Masyarakat” masih menunjukkan hasil yang
belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari
cara berkomunikasi pimpinan kepada pihak
lain baik secara langsung maupun tidak
langsung belum berjalan sebagaimana
mestinya, dalam pengambilan keputusan baik
yang terprogram maupun yang tidak
terprogram
masih
belum
maksimal
dilaksanakan. Selain itu, pimpinan masih
belum ideal dalam menjalin hubungan dengan
masyarakat, sehingga masyarakat kurang
mendukung terhadap program-program yang
telah,
sedang
maupun
yang
akan
dilaksanakan.
Dengan demikian, Kepemimpinan sangat
penting
dalam
upaya
peningkatan

22

JBBE, Vol.09, No.2, Sep. 2016
Peningkatan Kinerja Pada Dinas Pendidikan
Provinsi Banten.

2. Pengaruh Budaya Kerja terhadap
Peningkatan Kinerja pada Dinas
Pendidikan Provinsi Banten.
Analisis variabel Budaya Kerja
terhadap Peningkatan Kinerja pada Dinas
Pendidikan Provinsi Banten berpengaruh
secara positif dan signifikan. Hal ini
ditunjukkan dari nilai thitung untuk b2 yang
diperoleh adalah sebesar 13,720 sedangkan
ttabel dengan derajat bebas 65 pada  (0,025)
adalah sebesar 1,980. Dengan demikian thitung
(13,720) > ttabel (1,980). Hal ini menunjukkan
bahwa budaya kerja dapat meningkatkan
kinerja pada Dinas Pendidikan Provinsi
Banten.
Agar suatu organisasi dapat berjalan
dengan baik dalam arti dapat memaksimalkan
tujuan secara efektif dan efisien, perlu
diperhatikan beberapa asas atau prinsipprinsip organisasi. Menurut Manullang
prinsip-prinsip tersebut adalah perumusan
tujuan dengan jelas, pembagian kerja,
delegasi wewenang, rentangan kekuasaan,
tingkat pengawasan, kesatuan komando dan
tanggung jawab koordinasi (Supriatna,
Tjahya, 1993)
Budaya
organisasi
pemerintahan
mempunyai cara-cara tersendiri dalam
meyakini, berpikir, bersikap dan berperilaku
sebagaimana tersirat dalam symbol, ritual,
norma dan aturan baku yang keseluruhan
menjadi budaya organisasi.
Kemudian
untuk
membudayakan
pembelajaran organisasi pemerintahan lokal,
pimpinan pemerintahan lokal yang visioner
dan kolaboratif berperan sebagai “spoken
person, coach, direction setter, dan change
agent” melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Komitmen top manajemen membina
pembelajaran organisasi;
2. Mengaitkan pembelajaran organisasi
dengan tujuan, strategi, program dan
kegiatan;
3. Memahami pendekatan sistem dalam cara
berfikir dan bertindak;
4. Menentukan pembelajaran organisasi
dikaitkan dengan motivasi, penghargaan,
konvensasi, inovasi staf/karyawan dalam
tugasnya;

ISSN: 2087-040X
5. Memberdayakan
dan
menciptakan
karyawan profesional, produktif dan
efektif;
6. Menyederhanakan birokrasi dan struktur
organisasi sesuai kebutuhan;
7. Memperluas
pembelajaran
melalui
jaringan kerja;
8. Menguasai IPTEK (Knowledge is
Power);
9. Penggunaan teknologi dan multimedia
bagi
kinerja
organisasi
dengan
memanfaatkan telematika;
10. Belajar mengenai”How to learn” dalam
pembelajaran organisasi.
Ditinjau dari dimensi variabel Budaya
Kerja yang diamati, pertama, dari dimensi
“Kepuasan Kerja” dan dimensi kedua
“Disiplin Kerja” menunjukkan bahwa,
Budaya Kerja dikalangan pegawai pada Dinas
Pendidikan Provinsi Banten masih belum
dalam keadaan yang ideal. Hal ini dapat
dilihat dari pekerjaan-pekerjaan yang
dikerjakan oleh orang yang bukan ahlinya dan
masih kurangnya perlengkapan, informasi
maupun pendapatan yang kurang memadai,
sehingga dalam pencapaian hasil kerjapun
masih belum maksimal. Terkait dengan itu,
juga tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku
pegawai yang masih kurang ideal juga dapat
menghambat tercapainya hasil kerja yang
maksimal. Berdasarkan uraian tersebut, maka
Budaya Kerja sangat penting dalam upaya
Peningkatan Kinerja pada Dinas Pendidikan
Provinsi Banten.
3. Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya
Kerja secara bersama-sama terhadap
Peningkatan Kinerja pada Dinas
Pendidikan Provinsi Banten.
Sebagaimana diuraikan pada bagian uji
hipotesis, bahwa variabel Kepemimpinan dan
Budaya
Kerja
secara
bersama-sama
berpengaruh positif terhadap Peningkatan
Kinerja pada Dinas Pendidikan Provinsi
Banten. Hal ini ditunjukkan dari nilai Fhitung
yang diperoleh sebesar 418,876, sementara
harga kritis nilai Ftabel dengan derajat bebas
pembilang 2 dan penyebut 64 pada  (0,05)
sebesar 3,14, sehingga terbukti bahwa Fhitung
(418,876) > Ftabel (3,14). Dengan demikian,
bahwa variabel kepemimpinan dan budaya
kerja
secara
bersama-sama
dapat
meningkatkan kinerja pada Dinas Pendidikan
Provinsi Banten.

23

JBBE, Vol.09, No.2, Sep. 2016
Hasil penulisan ini juga menggambarkan
bahwa sebanyak 92,90% keragaman variabel
peningkatan kinerja pada Dinas Pendidikan
Provinsi Banten disebabkan oleh perbedaan
keragaman variabel kepemimpinan dan
budaya kerja, sisanya sebanyak 7,10%
disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Dengan demikian, pengaruh kedua faktor
tersebut terhadap peningkatan kinerja pada
Dinas Pendidikan Provinsi Banten sangat
berarti.
Tercapainya tujuan suatu organisasi
hanya dimungkinkan karena upaya para
pelaku yang terdapat pada organisasi atau
lembaga tersebut dengan adanya hubungan
antara kinerja perorangan dengan kinerja
organisasi/lembaga. Dengan kata lain, apabila
kinerja perorangan/pegawai baik, maka
kemungkinan
besar
kinerja
organisasi/lembaga menjadi baik karena
organisasi merupakan wadah/tempat di mana
orang-orang tersebut melakukan kegiatan.
Dengan demikian, kinerja organisasi/
lembaga dapat dilihat dari sudut makro,
sedangkan kinerja perorangan dapat dilihat
dari sudut mikro dalam suatu organisasi.
Secara umum kinerja berhubungan
dengan
sikap
mental
yang
selalu
berpandangan bahwa keadaan atau mutu
kehidupan saat ini harus lebih baik dari hari
kemarin maupun sebelumnya, dan hari esok
harus lebih baik dari hari ini.
Hasil baik dan kurang baik sangat
tergantung pada manusianya yang mengatur
sumber kerja seperti pikiran, waktu, tenaga
jasmani, ruangan, material atau bahan baku,
mesin maupun mekanisme kerja yang dapat
menunjang
kelancaran
tugas
untuk
menghasilkan kinerja yang diharapkan.
Kinerja seorang pegawai akan baik bila
ia mempunyai: (1) keahlian (skill) yang tinggi
sesuai dengan pekerjaannya, (2) bersedia
bekerja karena digaji atau diberi upah sesuai
dengan perjanjian, dan (3) mempunyai
harapan (expectation) masa depan dengan
lebih baik. Mengenai gaji dan adanya harapan
(expectation)
merupakan
hal
yang
menciptakan motivasi seorang karyawan
bersedia melaksanakan kegiatan kerja dengan
kinerja yang baik. Bila keseluruhan pegawai
menghasilkan kinerja yang baik, maka secara
keseluruhan kinerja organisasi menjadi baik.

ISSN: 2087-040X
Ditinjau
dari
dimensi
variabel
Peningkatan Kinerja yang diamati, diperoleh
dari dimensi pertama “Prosedur Kerja” dan
Kedua “Tata Kerja“menunjukkan hasil yang
belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari
sistematika dalam pekerjaan belum ideal dan
juga dalam penataan organisasi yang belum
secara keseluruhan tepat sesuai kompetensi
pegawai.
Dimensi ketiga “Tujuan Kerja”, keempat
“Sasaran Kerja” dan Kelima “Efisiensi Kerja”
menunjukkan bahwa tujuan dan sasaran kerja
yang akan dicapai masih dalam keadaan yang
belum optimal dan juga faktor efisiensi kerja
yang kurang maksimal dilaksanakan. Hal ini
dapat dilihat dari proses perencanaan yang
kurang dimengerti oleh pelaksana dan masih
belum sesuai dengan visi dan misi organisasi.
Selain itu, dalam mendayagunakan sumber
daya masih perlu untuk ditingkatkan baik dari
segi manusia, biaya maupun peralatan masih
belum maksimal.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
Peningkatan Kinerja pegawai pada Dinas
Pendidikan
Provinsi
Banten
perlu
ditingkatkan. Peningkatan Kinerja ini dapat
dilakukan
melalui
peningkatan
Kepemimpinan serta peningkatan Budaya
Kerja.
5. KESIMPULAN
Terdapat
pengaruh
yang
positif
Kepemimpinan (X1) terhadap Peningkatan
Kinerja (Y). Melalui uji signifikansi dengan
statistik uji t, diperoleh nilai thitung untuk b1
sebesar 14,293 sedangkan ttabel dengan derajat
bebas 65 pada  (0,025) adalah sebesar 1,980.
Dengan demikian. thitung (14,293) > ttabel
(1,980). Hal ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan dapat meningkatkan kinerja
pada Dinas Pendidikan Provinsi Banten.
Terdapat pengaruh yang positif budaya
kerja (X2) terhadap peningkatan kinerja (Y).
Melalui uji signifikansi dengan statistik uji t,
diperoleh nilai thitung untuk b2 sebesar 13,720
sedangkan ttabel dengan derajat bebas 65 pada
 (0,025) adalah sebesar 1,980. Dengan
demikian, thitung (13,720) > ttabel (1,980). Hal
ini menunjukkan bahwa budaya kerja dapat
meningkatkan kinerja pada Dinas Pendidikan
Provinsi Banten.
Terdapat
pengaruh
yang
positif
kepemimpinan (X1) dan budaya kerja (X2)
secara bersama-sama terhadap peningkatan

24

JBBE, Vol.09, No.2, Sep. 2016
kinerja (Y). Melalui uji signifikansi dengan
menggunakan distribusi F, diperoleh nilai
Fhitung sebesar 418,876, sementara harga kritis
nilai Ftabel dengan derajat bebas pembilang 2
penyebut 64 pada  (0,05) diperoleh nilai
Ftabel sebesar 3,14, sehingga terbukti bahwa
Fhitung (418,876) > Ftabel (3,14). Dengan
demikian, bahwa variabel kepemimpinan dan
budaya kerja secara bersama-sama dapat
meningkatkan kinerja pada Dinas Pendidikan
Provinsi Banten. Berdasarkan perhitungan
SPSS, besarnya nilai koefisien determinasi
yang diperoleh adalah sebesar 0,929. Hal ini
menunjukkan bahwa 92,90% keragaman
variabel peningkatan kinerja disebabkan oleh
perbedaan keragaman variabel kepemimpinan
dan budaya kerja, sisanya sebanyak 7,10%
disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
6. REFERENSI
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur
Penulisan: Suatu Pendekatan
Praktek. Cetakan Kesembilan. Edisi
Revisi II. Penerbit PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Davis, Keith. (1977). Human Relation at
Work, Kagakusha Company Ltd.
Tokyo.

ISSN: 2087-040X
Hicks, Herbert G. Ray Gullet. (1995).
Organisasi Teori dan Tingkah Laku,
Bumi Aksara. Jakarta.
Kartono, Kartini. 1990. Pemimpin dan
Kepemimpinan, Rajawali. Jakarta.
Lateiner, A.R. (1985). Teknik Memimpin
Pekerja. Bina Aksaran. Jakarta.
Manullang,
M.
(1980).
Manajemen
Personalia. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Pamuji

S.
(1995).
Kepemimpinan
Pemerintahan Jakarta di Indonesia.
Bumi Aksara. Jakarta.

Prawirosentono, Suyadi. (1999). Kebijakan
Kinerja
Karyawan.
BPFE.
Yogyakarta.
Supriatna, Tjahya.
(1993). Sistem
Administrasi
Pemerintahan
Di
Daerah. Bumi Aksara. Jakarta.
Suradinata, Ermaya. (1997). Pemimpin dan
Kepemimpinan
Pemerintahan:
Pendekatan Budaya, Moral dan Etika.
Gramedia. Jakarta.
Sutarto. (1998). Dasar-Dasar Organisasi.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

25