Budaya Kerja Di Perusahaan Jepang

BABII
FILOSOFI DAN PRINSIP KERJA DIPERUSAHAAN JEPANG

2.1 Pengenalan Filosofi Perusahaan
Salah satu ciri khas budaya perusahaan Jepang adalah adanya filosofi perusahaan yang
jelas,yaitu suatu konsep yang memiliki perusahaan untuk memandu dan mengilhami para
karyawan. Filosofi perusahaan ini berisikan tata nilai atau tujuan yang " menggerakan hati nurani
manusia " yang mengikat tujuan individual dan organisasi menjadi satu. Filosofi perusahaan
merupakan sarana mempersatukan aktivitas-aktivitas para karyawan melalui pengertian bersama
akan tujuan dan tata nilai. Filosofi perusahaan yang baik harus mencakup tujuan atau sasaran
organisasi,prosedur pengoperasian organisasi

dan kendala- kendala yang diletakkan pada

organisasi oleh lingkungan sosial dan ekonomis.
Filosofi perusahaan pada awalnya lahir dari nilai dan anggapan -anggapan yang dibuat
oleh pendiri perusahaan.

Lambat laun dengan semakin kompleksnya permasalahan yang

dihadapi perusahaan serta cara pemecahannya filosofi perusahaan akan semakin nyata dan

mendekati idealis melalu keputusan - keputusan yang diambil oleh seluruh karyawan perusahaan
sehingga menjadi filosofi moral perusahaan.
Suatu pernyataan filosofi yang disebarluaskan kepada seluruh karyawan merupakan suatu
mekanisme untuk menjaga kelangsungan kegiatan diperusahan denga baik. Setiap pegawai akan
memahami filosofi ini dalam hubungannya dengan hak karyawan dan partasipasinya dalam
pengambilan keputusan. Adanya sosialisasi filosofi yang dipatuhi semua personel membuat
semua orang berbicara dalam bahasa yang sama. Dengan makin terikatnya setiap karyawan

4

dengan filofosi perusahaan,maka filosofi tersebut akan benar-benar dihayati dan dilaksanakan
dengan sebaik- baiknya,tidak hanya sekedar formalitas saja.

2.2 Pegawai sebagai bagian masyarakat ( Shakaijin)
Istilah shakaijinberasal dari kata shakai yang berarti sosial masyarakat dan jin yang
berarti orang,sehingga secara harfiah shakaijin dapat diartikan sebagai orang yang bersosial
masyarakat. Istilah ini telah menjadi sesuatu yang dihormati dan dijunjung tinggi dalam tatanan
sosial masyarakat Jepang,sehingga jika seseorang berkunjung ke Jepang untuk belajar atau
bekerja,dia pasti akan sangat sering mendengar istilah ini. Hal ini dikarenakan seseorang yang
telah menjadi shakaijin identik dengan seseorang yang sudah mencapai tingkat kemampuan

untuk memahami dan menjalankan segala macam bentuk kewajiban dan norma yang berlaku di
dalam masyarakat .
Dengan kata lain, seorang pegawai baik itu yang bekerja di perusahaan,pemerintahan
atau institusi pendidikan ,merupakan penggerak utama kehidupan bermasyarakat.Dengan
mendedikasikan diri untuk bekerja dengan baik ,maka seorang pegawai secara tidak langsung
telah menopang berdirinya sebuah bangsa dan negara. Peninggian derajat seorang shakaijin telah
memberikan banyak dampak positif bagi masyarakat Jepang,salah satunya adalah munculnya
kesadaran yang tinggi dalam diri seseorang ketika dia,bekerja semangat bekerja tumbuh dengan
etos kerja yang tinggi untuk memberikan yang terbaik kepada keluarga dan masyarakat .
2.3 Empat Prinsip Kerja Yang Umumnya Diterapkan Di Perusahaan Jepang
Di dalam perusahaan ada aturan- aturan atau kode etik bekerja yang harus dipatuhi semua
pegawai demi terciptanya suasana kerja yang baik.Prinsip kerja tersebut adalah kodo
yongensoku.Secara harfiah kodo berarti aktivitas,yon berarti empat ,dan gensoku artinya aturan

5

atau prinsip ,sehingga kodo yon gensoku bisa diterjemahkan sebagai empat prinsip.Masyarakat
Jepang justru berhasil mengubahnya menjadi sebuah metode yang mampu membuat lingkungan
kerja menjadi lingkungan positif dan kondusif sehingga produktivitas para pekerja bisa
meningkat.Empat prinsip kerja yang diterapkan di perusahaan jepang

( Pratama,2013: 9) yaitu :
1. Bersuara keras (okina koe de )
Orang Jepang percaya bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan suara yang keras dan
tegas akan memberikan manfaat yang baik dalam bekerja.Misalnya,dapat menambah semangat
bekerja,mencegah rasa kantuk,bahkan dapat juga menambah kepercayaan diri.Jadi dengan
bersuara keras sebenarnya tidak hanya sedang mengirimkan pesan yang ingin disampaikan,tapi
kita juga menularkan aura semangat kepada lawan bicara kita.Selain itu,hal ini akan menambah
kepercayaan diri. Suara yang keras dan tegas akan terdengar lebih meyakinkan dan benar.
Bersuara keras tentu tidak sampai harus berteriak dan memekik kencang.Volume suara
harus tetap disesuaikan dengan situasi dan kondisi,karena jika terlalu keras justru bisa tidak
terdengar atau mungkin akan ada yang marah karena terganggu.Jadi,sebaiknya jika sedang
berada di dalam pabrik yang bising berbicara dengan volume kencang menjadi sebuah
keharusan.Tapi jika sedang berada di dalam kantor atau ruangan,bersuaralah dengan volume
yang cukup tapi tegas.

2. Bergerak Sigap (Kibikibi kodo)
Bergerak sigap dapat diartikan sebagai bekerja dengan cepat,tangkas,dan penuh
semangat.Meskipun seseorang sedang tidak dalam mood atau kondisi yang baik , dia harus tetap
bisa berpura-pura bergerak sigap jika masih dalam jam kerja. Dengan demikian diharapkan


6

tercipta suasana kerja yang senantiasa aktif progresif.Penerapan prinsip ini di Jepang umumnya
dilakukan oleh semua jenis pekerja baik itu pegawai di kantor,di toko swalayan,di restoran,atau
di tempat hiburan sekalipun karena pada dasarnya prinsip ini tidak hanya dilakukan terhadap
atasan saja tapi utamanya adalah terhadap konsumen/pelanggan.Oleh karena itu,akan sangat
sering dijumpai pegawai-pegawai orang Jepang yang bergerak sigap dalam keseharian
pekerjaannya.Semua bergegas dan sigap dalam bekerja untuk membuat para pelanggan termasuk
atasan senang dan puas karena merasa dilayani dengan kemampuan terbaik.Kecepatan bekerja
harusnya dapat ditingkatkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang sudah sering dilakukan dengan cara
melatih diri secara perlahan dan bertahap agar kesigapan dan kecepatan bekerja yang optimal
bisa tercapai.
3. Memberi salam lebih dulu ( Jibun karaaisatsu )
Salam yang dimulai dari diri sendiri atau selalu lebih dulu dari orang lain merupakan
kunci dari prinsip kerja yang ketiga ini. Dengan cara ini, orang yang tadinya tidak dikenal
sekalipun secara perlahan akan semakin dekat karena keduanya saling berbalas salam setiap
hari.Suasana yang sangat hangat dan akrab ini jika direalisasikan secara bersama-sama, maka
secara alamiah akan tercipta komunitas impian,yaitu komunitas yang sangat kondusif dan
positif.Kemudian penerapan prinsip ini harus digabungkan dengan prinsip kerja yang pertama,
yaitu bersuara keras,sehingga orang yang ingin kita sapa dapat mendengar dengan jelas salam

yang kita berikan dan merasakan bahwa salam yang diberikan benar-benar tulus dan bukan
dibuat-buat karena merasa kewajiban.
Sikap ketika memberikan salam juga diatur mengikuti budaya umum orang Jepang.Orang
Jepang tidak memberi salam dengan

cara berjabat tangan,melainkan dengan

membungkukkan badan. Cara membungkukkan badan ada banyak jenisnya tergantung

7

cara
siapa

yang ingin disapa. Semakin tua dan semakin tinggi status seseorang,maka semakin lama dan
semakin membungkuk salam yang diberikan.Pada kehidupan sehari-hari, menyapa dengan
membungkuk 15 derajat merupakan cara yang paling umum.Pada situasi yang lebih
santai,menyapa dengan menganggukkan kepala saja sudah dianggap cukup. Namun, pada situasi
formal seperti ketika bertemu konsumen atau ketika ingin mengungkapkan rasa terima kasih dan
hormat,badan harus membungkuk antara 45 sampai 60 derajat. Orang yang disapa pun harus

menyambutnya dengan membalas membungkukkan badan atau minimal menganggukkan kepala
jika statusnya lebih tinggi dan umurnya lebih tua daripada orang yang memberikan
salam.Seseorang akan dianggap tidak mengerti norma atau sopan santun jika tidak membalas
bungkukkan badan dari seseorang, walaupun orang tersebut tidak dikenalnya.

4. Melakukan segala sesuatu dengan ceria (Akarui egao )
Prinsip kerja yang terakhir adalah akaruiegao yang memiliki makna bekerjalah dengan
senyuman yang cerah dan ceria. Prinsip kerja penutup ini adalah yang menghiasi tiga prinsip
sebelumnya,sebagai contoh, ketika seseorang sedang memberikan salam,maka selain dilakukan
dengan suara keras dan jelas serta dimulai dari diri sendiri,senyuman yang ceria juga harus
diberikan kepada lawan bicara kita atau ketika atasan memanggil,maka datanglah dengan wajah
yang ceria dan tersenyum.
Demikianlah empat prinsip kerja yang berlaku di perusahaan-perusahaan Jepang.Prinsip
yang semula hanya,sebuah teori moral semata,namun ternyata berhasil diubah oleh masyarakat
Jepang menjadi sebuah prosedur standar kerja yang mampu meningkatkan efisiensi,
produktivitas kerja dan di saat yang sama mampu membantu mengurangi beban tekanan kerja.

8

Oleh karena itu,sangat diperlukan kerja tim yang kompak dan arahan pimpinan yang tegas,

sehingga para pegawai tidak malas untuk menerapkan empat prinsip kerja ini.Perlu juga
diberikan pengingat berulang-ulang hingga empat prinsip kerja ini benar-benar mendarah daging
menjadi kebiasaan para pegawai.

2.4 Aktifitas Mencari Kerja
Aktifitas mencari kerja di jepang ( shusyokukatsudo) sangatlah unik karena mencari kerja
dengan dua cara yaitu mencari kerja dua tahun sebelum lulus universitas dan tanpa rekomendasi
dari sekolah. Dibawah ini akan di jelaskan satu persatu cara mencari kerja .

2.4.1 Mencari kerja dua tahun sebelum lulus universitas
Aktifitas mencari kerja di Jepang, sangat unik karena proses pencarian kerja justru dimulai
dua tahun sebelum lulus universitas dan bahkan ada sistem perekrutan dengan rekomendasi dari
sekolah.Sistem perekrutan yang mengutamakan riwayat pendidikan dari pada nilai IPK seperti
inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa proses mencari kerja sebelum lulus menjadi
mungkin di Jepang.
Proses pencarian kerja di Jepang ini tampak rapi sekali seperti proses pendaftaran masuk
sekolah/universitas. Betapa proses persiapan dilakukan dari bulan april hingga bulan desember,
sedangkan proses nyata pendaftaran kerja hingga ujian hanyalah empat bulan, dari bulan januari
hingga bulan april.Pada bulan januari,pihak fakultas akan membuat suatu kegiatan bagi
mahasiswa yang isinya berupa penjelasan mengenai perusahaan apa saja yang bisa didaftarkan

dengan sistem rekomendasi sekolah dan perusahaan apa saja yang tidak bisa didaftar dengan
sistem rekomendasi sekolah. Di samping itu, fakultas pun menunjukan salah satu dosen yang
9

bertugas mengkoordinasikan masalah yang terkait komunikasi antara perusahaan dan mahasiswa
yang memerlukan diskusi atau konsultasi seputar hal mencari pekerjaan.Setelah melalui proses
pendaftaran

dan

melalui

serangkaian

tes

serta

wawancara


yang

diselenggarakan

perusahaan,seseorang pencari kerja akan diberitahu perihal penerimaan kerja dibulan meijika
lulus, dia akan mendapatkan surat naitei atau surat yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
akan direkrut oleh suatu perusahaan mulai tahun depan setelah lulus dari universitas.

2.4.2 Aplikasi kerja dengan dan tanpa rekomendasi sekolah/universitas
Sistem perekrutan, yaitu dimana mahasiswa membawa nama pribadi kemudian mendaftrakan
dirinya ke banyak perusahaan yang ingin merekrutnya, mahasiswa tersebut bisa memilih untuk
bekerja di perusahaan yang dia suka.Sistem perekrutan seperti ini di Jepang dikenal dengan nama
perekrutan tanpa rekomendasi sekolah atau perekrutan bebas.
Namun, lebih daripada itu, lembaga pendidikan di Jepang juga mengemban tanggung jawab
sebagai pengarah masa depan anak didiknya dan sebagai pencetak generasi-generasi penggerak
ekonomi negara yang diperlihatkan dengan betapa serius lembaga pendidikan mempersiapkan
dan memberikan fasilitas kepada anak didiknya untuk mencari pekerjaan.jadi,bukan hanya
sistem perekrutan yang dijadikan tolak ukur keberhasilan pendidikan dan pekerjaan,tapi juga
peran aktif pendidik dan penyedia lapangan kerja untuk memikirkan masa depan generasi
penerus pun menjadi kunci keharmonisan dunia pendidikan dan dunia kerja.


10