Determinan Pemilihan Metode Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur Di Desa Pangombusan Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir Tahun 2014

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana

Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang diterbitkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional , Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Keluarga Berencana menurut Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan adalah upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Dalam rangka menegakkan upaya KB, pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.

2.1.2 Visi dan Misi Program Keluarga Berencana

Visi dari program Keluarga Berencana adalah untuk mewujudkan keluarga kecil dalam mencapai penduduk tumbuh seimbang 2015, dan misi dari program KB yaitu meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB dalam rangka mencapai kesertaan dan


(2)

Guna mewujudkan visi dan misi tersebut strategi yang di tetapkan dalam program KB adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan pembinaan dan kesertaan KB jalur pemerintah 2. Peningkatan pembinaan dan kesertaan KB jalur swasta.

3. Meningkatkan pembinaan dan kesertaan KB jalur wilayan dan sasaran khusus. 4. Meningkatkan kualitas promosi dan konseling kesehatan reproduksi.

2.1.3 Tujuan Program Keluarga Berencana

Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/angka kematian ibu dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitasdalam mencapai penduduk tumbuh seimbang 2015.

2.2 Pasangan Usia Subur

Yang dimaksud dengan Pasangan Usia Subur ialah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15 tahun sampai dengan 49 tahun, dan secara operasional pula pasangan suami istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tetapi belum menopause. (Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2011)


(3)

2.3 Kontrasepsi

2.3.1 Pengertian Kontrasepsi

Menurut etimologinya Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra” yang artinya melawan dan “konsepsi” yang memiliki arti penyatuan sel telur dan sel sperma yang kemudian disebut dengan pembuahan. Maksud dari kontrasepsi adalah obat, alat, atau cara untuk mencegah terjadinya konsepsi (kehamilan). Secara umum jenis kontrasepsi ada dua macam, yaitu :

1. Kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan implant). 2. Kontrasepsi non-hormonal (IUD,Kondom).

Efektivitas dan tingkat kenyamanan penggunaan kontrasepsi bersifat individual tergantung klien yang menggunakan, oleh karena itu berbagai faktor harus dipertimbangkan seperti status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan dan kehamilah yang tidak diinginkan, rencana besarnya jumlah keluarga, persetujuan orang tua dan pasangan, pada dasarnya penggunaan alat ataupun metode kontrasepsi berbeda antara satu klien dengan klien lainnya, tergantung pada kesesuaian alat dengan kondisi klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah :

1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan.

2. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat mencegah terjadinya kehamilan.

3. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat.


(4)

4. Harganya terjangkau oleh masyarakat

5. Bila metode dihentikan penggunaannya klien akan segera kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.

2.3.2 Jenis Metode Kontrasepsi

1. Metode Amenorea Laktasai (MAL)

a. MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif. b. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila : menyusui secara penuh, lebih

efektif jika pemberian sebelum haid, dengan frekuensi 8 x sehari, dan usia bayi kurang dari 6 bulan.

c. Efektif sampai dengan jangka waktu 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya

Keuntungan metode MAL :

- Efektifitas tinggi (keberhasilan sampai dengan 98% pada 6 bulan pertama setelah melahirkan).

- Tidak mengganggu proses senggama.

- Tidak ditemukan efek samping secara sistemik. - Tidak memerlukan pengawasan medis dan biaya.

- Mengurangi pendarahan post partum sekaligus mengurangi resiko anemia. Keterbatasan metode MAL:

- Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan.


(5)

- Kemungkinan sulit dilaksanakan karena kondisi sosial. - Efektifitas tinggi hanya sampai dengan 6 bulan.

- Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual.

- Hanya dapat digunakan oleh ibu yang menyusui secara eksklusif, dan belum mendapat haid setelah melahirkan.

2. Metode Kontrasepsi Alamiah

Metode kontrasepsi alamiah efektif bila dilaksanakan secara tertib. Yang termasuk ke dalam metode kontrasepsi alamiah adalah :

a. Metode Kalender (Ogino-Knaus) b. Metode Suhu Badan Basal (Termal) c. Metode Lendir Serviks (Ovulasi Billings) d. Metode Sympto-Termal.

e. Metode senggama terputus (Coitus Interuptus 3. Metode Barier

).

Metode Barier bertujuan untuk menghalangi terjadinya proses pembuahan, yang termasuk dalam metode barier :

a. Kondom untuk pria

Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet (lateks) berbentuk tabung tidak tembus cairan, dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sprema yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah ke dalam vagina. Kondom menghalangi


(6)

terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet sehingga sperma tidak tercurah ke dalam alat reproduksi wanita saat berhubungan seksual. Keuntungan menggunakan kondom :

1. Relatif murah.

2. Tidak perlu memerlukan pemeriksaan medis, supervise atau follow-up. 3. Cara pemakaian mudah.

4. Dapat diandalkan. 5. Reversibel

6. Tingkat proteksi tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS). 7. Pria ikut secara aktif dalam program KB.

(Hartanto, 2010). Keterbatasan kondom :

1. Angka kegagalan relatif tinggi.

2. Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks. 3. Pada beberapa orang menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan

ereksi.

4. Pemakaian harus konsisten setiap kali berhubungan seksual. (Hartanto, 2010).

b. Barier Intra Vaginal pada perempuan, terbagi atas : - Diafragma


(7)

- Spons

- Kondom perempuan

- Spermisida Vaginal dengan kemasan suppositoria, aerosol (busa), ataupun krim.

4. Metode Kontrasepsi Hormonal

a. Kontrasepsi Hormon Steroid : Pil Oral Kombinasi dan Mini Pil (hanya berisi Progestin).

Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesterone. Pil ini bekerja menekan ovulasi, yakni mencegah lepasnya sel telur dari indung telur dan mengendalikan lendir mulut rahim sehingga lebih kental dan sperma sukar masuk ke dalam rahim.

Keuntungan menggunakan Pil : 1. Reversibilitasnya tinggi. 2. Mudah dalam penggunaan.

3. Mengurangi rasa sakit ketika menstruasi. 4. Mencegah anemia.

5. Mengurangi resiko kanker ovarium.

6. Mengurangi kemungkinan infeksi panggul dan kehamilan ektopik. 7. Tidak mengganggu hubungan seksual (Suratun dkk, 2008).


(8)

1. Memerlukan disiplin dalam pemakaian. 2. Tidak mencegah penyakit menular seksual. 3. Tidak boleh diberikan kepada wanita menyusui. 4. Relatif Mahal .

5. Repot

(Atikah dkk, 2010). b. Kontrasepsi Suntikan

Terdapat 2 jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. Jenis yang beredar di Indonesia :

1. Suntikan progestin saja (DMPA dan NET-EN).

2. Suntikan yang mengandung 25 mg Medroxy progesterone acetat dan 5 mg estradiol cypionate (Cyclofem) diberikan injeksi intramuscular sebulan sekali, dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan secara injeksi intramuscular sebulan sekali.

Alat kontrasepsi ini bekerja dengan mencegah lepasnya sel telur dari indung telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga menghambat spermatozoa masuk ke rahim, dan menipiskan endometrium sehingga tidak siap untuk kehamilan. Efektifitas cara kontrasepsi suntik sangat tinggi, dimana kegagalan sebesar 0,7% untuk kontrasepsi Depot Medroxyprogesteron asetat (Depo-Provera).


(9)

1. Praktis, efektif dan aman.

2. Efek samping terhadap resiko kesehatan kecil 3. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami-istri. 4. Jangka panjang.

5. Klien tidak perlu repot menyimpan obat suntik. Keterbatasan suntik :

1. Terjadi perubahan pola haid.

2. Pengguna sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan 3. Peningkatan berat badan pada beberapa kasus.

4. Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual (Pinem, 2009).

5. Kontrasepsi Implan (Subdermal) atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) Implant adalah alat kontrasepsi yang diinsersikan di bawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau di bawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk kipas.

Jenis implant :

a. Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 5 tahun.

b. Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang 40 mm, diameter 2mm, diisi dengan 68 mg 3 Keto desogestrel dengan lama kerja 3 tahun.


(10)

c. Jadena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Lenovorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Jenis yang paling sering digunakan di Indonesia adalah Norplant. Cara kerja susuk/implan dalam mencegah kehamilan pada dasarnya hampir sama dengan pil dan suntik.

Keuntungan menggunakan implan :

1. Daya guna tinggi (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan). 2. Memberi perlindungan jangka panjang (5 tahun).

3. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant dicabut. 4. Tidak mengganggu kegiatan senggama.

5. Tidak mengganggu produksi ASI.

6. Dapat dicabut setiap saat jika dibutuhkan. Keterbatasan menggunakan implan :

1. Tidak member perlindungan terhadap infeksi menular seksual.

2. Memerlukan tindakan medis dalam pemasangan maupun pencabutannya, sehingga tidak dapat dilakukan oleh klien sendiri.

3. Efektivitasnya menurun jika penggunaan bersamaan dengan obat epilepsy maupun obat TBC.

4. Cara ini belum begitu dikenal sehingga beberapa masih enggan memakainya 5. Implan terlihat di bawah kulit.


(11)

Jenis AKDR :

a. Un-Medicated Devices b. Medicated Devices

- Yang mengandung logam

- Yang mengandung hormone : Progesterone atau levonorgestrel. 7. Kontrasepsi Mantap

Terdiri dari 2 jenis, yaitu :

a. Medis Operatif Wanita (MOW).

Tubektomi, adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan kesuburan dengan oklusi tuba falopii sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum.

Keuntungan Tubektomi :

- Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan).

- Permanen.

- Tidak mempengaruhi produksi ASI dan proses menyusui. - Tidak dipengaruhi faktor senggama.

- Baik digunakan oleh klien yang mengalami resiko serius bila hamil. - Pembedahan sederhana.

- Tidak ada efek samping dalam jangka panjang. - Tidak terdapat perubahan fungsi seksual.


(12)

- Mengurangi resiko kanker ovarium. Keterbatasan Tubektomi :

- Bersifat permanen, sehingga membutuhkan pertimbangan matang dari pasangan.

- Ditemukan rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah pemasangan.

- Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual. b. Medis Operatif Pria (MOP).

Vasektomi, adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.

Keuntungan Vasektomi: - Sangat efektif.

- Aman, morbiditas rendah. - Sederhana dan cepat.

- Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan. - Biaya relatif murah.

Keterbatasan Vasektomi:

- Diperlukan tindakan operasi.


(13)

- Tidak langsung memberikan perlindungan total sampai dengan 20 kali ejakulasi atau 3 bulan.

- Problem psikologis yang berhubungan dengan prilaku seksual mungkin timbul.

2.4. Konsep Perilaku Kesehatan

Menurut teori Lawrence W Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) faktor perilaku seseorang yang memengaruhi kesehatan individu dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu :

1. Faktor Predisposisi (Predisposing factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap akseptor terhadap metode kontrasepsi tertentu, tradisi dan kepercayaan masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.

a. Usia

Usia berpengaruh terhadap proses perkembangan organ reproduksi seorang wanita, sehingga seiring pertambahan usianya, perlu dikaji metode kontrasepsi apa yang cocok terhadap wanita pada kelompok umur tertentu, dan alasan yang mendasari pemberian kontrasepsi harus jelas.

Dua kelompok pemakai, yaitu remaja dan wanita peri-menopause perlu mendapat perhatian khusus. Secara umum dasar pemberian kontrasepsi pada remaja adalah untuk mencegah kehamilan dan penularan infeksi menular


(14)

memberikan efek samping serta mudah dalam proses pengembalian kesuburannya. Dasar pemberian kontrasepsi pada wanita perimenopause adalah dikarenakan oleh terdapatnya peningkatan morbiditas dan mortalitas jika mengalami kehamilan, pada kelompok usia perimenopause besar kemungkinannya memiliki kontra indikasi medis untuk menggunakan metode tertentu, sehingga diperlukan kontrasepsi yang lebih aman secara medis dan lebih efektif.

b. Tingkat Pendidikan

Menurut Feldstein yang dikutip oleh Zulikfan (2004), bahwa tingkat pendidikan dipercaya memengaruhi permintaan akan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang tinggi memengaruhi dalam proses penerimaan informasi, sehingga dalam proses penyampaian informasi tentang metode dari program KB diperlukan penyesuaian dengan tingkat pendidikan sasaran. Pendidikan juga akan mempengaruhi pengetahuan dan persepsi seseorang tentang tujuan dari program KB.

Pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan rendah, keikutsertaannya dalam program KB hanya ditujukan untuk mengatur kelahiran. Sementara itu pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan tinggi, keikutsertaannya dalam program KB selain untuk mengatur kelahiran juga untuk meningkatkan kualitas hidup anak dalam keluarga. Hal ini dikarenakan seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki pandangan yang lebih luas tentang suatu hal


(15)

dan lebih mudah untuk menerima ide atau cara kehidupan baru. Dengan demikian, tingkat pendidikan juga memiliki hubungan dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan (Bappenas, 2009).

c. Penghasilan keluarga

Kemampuan daya beli mempengaruhi dalam pemilihan metode kontrasepsi tertentu, dengan daya beli yang semakin tinggi, pasangan suami-istri lebih leluasa untuk memilih jenis metode kontrasepsi tertentu dengan pertimbangan medis yang lebih menyeluruh.

d. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan berupa penerimaan.

Pelayanan kontrasepsi akan berhasil dengan baik bila masyarakat mengenal berbagai jenis kontrasepsi yang tersedia. Akan tetapi, pengenalan berbagai jenis kontrasepsi ini cukup sulit karena hal ini menyangkut pola pengambilan keputusan dalam masyarakat itu sendiri.

Proses pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi meliputi empat tahap yaitu tahap pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan keputusan (decision), dan tahap konfirmasi (confirmation).


(16)

Suatu inovasi dapat diterima maupun ditolak setelah melalui tahap-tahap tersebut.

Inovasi ditolak bila inovasi tersebut dipaksakan oleh pihak lain, inovasi tersebut tidak dipahami, inovasi tersebut dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk. Sementara itu, inovasi yang diterima tidak akan diterima secara menyeluruh tetapi bersifat selektif dengan berbagai macam pertimbangan. Tingkat pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi penerimaan program KB di masyarakat. Pengetahuan yang benar tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB (Notoatmodjo, 2003).

2. Faktor Pendorong (Reinforcing factors)

Faktor pendorong terwujud dalam ada atau tidaknya dukungan maupun larang dari budaya setempat, dukungan dari pasangan dan keluarga.

a. Dukungan Pasangan

Menurut Taylor dalam Sulistyorini (2007), dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan keluarga berupa barang, jasa, informasi dan nasehat yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai dan tentram. Dalam pemilihan jenis metode kontrasepsi yang digunakan, dukungan pasangan berupa kerja-sama dan toleransi dalam menjalani jenis-jenis metode kontrasepsi tertentu mempengaruhi tingkat keberhasilan dari metode kontrasepsi tersebut.


(17)

b. Faktor Budaya

Norma dan nilai yang berlaku pada komunitas masyarakat tertentu perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis metode kontrasepsi. Beberapa hal yang dianggap sebagai sesuatu yang melanggar aturan sosial dapat mempengaruhi jenis metode kontrasepsi yang akan di gunakan oleh pasangan suami istri. Oleh karena itu, agar program KB dapat berjalan dengan lancar diperlukan pendekatan secara menyeluruh termasuk pendekatan kepada tokoh masyarakat ataupun tokoh agama. Peran tokoh masyarakat dan agama dalam program KB sangat penting karena peserta KB memerlukan pegangan, pengayoman dan dukungan yang kuat yang hanya dapat diberikan oleh tokoh masyarakat ataupun tokoh agama (BkkbN, 2010).

2.5. Metode Kontrasepsi menurut waktu pemakaian

Menurut BKKBN, alat-alat kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor KB, terbagi atas 2 metode menurut waktu efektif kontrasepsi bermanfaat :

a. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Yang tergolong didalamnya adalah jenis-jenis kontrasepsi dengan durasi jangka waktu pemakaian panjang dan atau bersifat permanen.

Terdiri atas IUD, implant, MOP (vasektomi), dan MOW (tubektomi). b. Metode Kontrasepsi non Jangka Panjang (non MKJP)


(18)

Yang tergolong didalamnya adalah jenis-jenis kontrasepsi dengan durasi jangka waktu pemakaian relatif singkat dan atau bersifat berulang.

Terdiri atas kontrasepsi suntikan, pil, dan kondom.

2.6. Determinan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Menurut WHO dalam Wiknjosastro (1999), faktor-faktor penting bagi pasangan untuk memilih metode kontrasepsi adalah apakah metode tersebut :

a. Permanen atau reversible b. Efektif

c. Relatif murah d. Aman

e. Mudah didapat

f. Mudah digunakan dan tidak putus pakai g. Memiliki efek samping yang rendah h. Dapat digunakan pada saat menyusui i. Melindungi terhadap PMS

j. Membutuhkan kerjasama pasangan


(19)

2.7 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.8 Hipotesis

Dari gambar kerangka konsep diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh predisposisi (meliputi : usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, penghasilan keluarga), pendorong (meliputi : dukungan pasangan) terhadap pemilihan metode kontrasepsi pada pasangan usia subur di Desa Pangombusan Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir tahun 2014.

Faktor predisposisi : - Usia

- Tingkat pendidikan - Penghasilan keluarga - Tingkat pengetahuan

Faktor pendorong : - Dukungan pasangan - Budaya setempat

Pemilihan Metode Kontrasepsi


(1)

memberikan efek samping serta mudah dalam proses pengembalian kesuburannya. Dasar pemberian kontrasepsi pada wanita perimenopause adalah dikarenakan oleh terdapatnya peningkatan morbiditas dan mortalitas jika mengalami kehamilan, pada kelompok usia perimenopause besar kemungkinannya memiliki kontra indikasi medis untuk menggunakan metode tertentu, sehingga diperlukan kontrasepsi yang lebih aman secara medis dan lebih efektif.

b. Tingkat Pendidikan

Menurut Feldstein yang dikutip oleh Zulikfan (2004), bahwa tingkat pendidikan dipercaya memengaruhi permintaan akan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang tinggi memengaruhi dalam proses penerimaan informasi, sehingga dalam proses penyampaian informasi tentang metode dari program KB diperlukan penyesuaian dengan tingkat pendidikan sasaran. Pendidikan juga akan mempengaruhi pengetahuan dan persepsi seseorang tentang tujuan dari program KB.

Pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan rendah, keikutsertaannya dalam program KB hanya ditujukan untuk mengatur kelahiran. Sementara itu pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan tinggi, keikutsertaannya dalam program KB selain untuk mengatur kelahiran juga untuk meningkatkan kualitas hidup anak dalam keluarga. Hal ini dikarenakan seseorang dengan tingkat


(2)

dan lebih mudah untuk menerima ide atau cara kehidupan baru. Dengan demikian, tingkat pendidikan juga memiliki hubungan dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan (Bappenas, 2009).

c. Penghasilan keluarga

Kemampuan daya beli mempengaruhi dalam pemilihan metode kontrasepsi tertentu, dengan daya beli yang semakin tinggi, pasangan suami-istri lebih leluasa untuk memilih jenis metode kontrasepsi tertentu dengan pertimbangan medis yang lebih menyeluruh.

d. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan berupa penerimaan.

Pelayanan kontrasepsi akan berhasil dengan baik bila masyarakat mengenal berbagai jenis kontrasepsi yang tersedia. Akan tetapi, pengenalan berbagai jenis kontrasepsi ini cukup sulit karena hal ini menyangkut pola pengambilan keputusan dalam masyarakat itu sendiri.

Proses pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi meliputi empat tahap yaitu tahap pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan keputusan (decision), dan tahap konfirmasi (confirmation).


(3)

Suatu inovasi dapat diterima maupun ditolak setelah melalui tahap-tahap tersebut.

Inovasi ditolak bila inovasi tersebut dipaksakan oleh pihak lain, inovasi tersebut tidak dipahami, inovasi tersebut dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk. Sementara itu, inovasi yang diterima tidak akan diterima secara menyeluruh tetapi bersifat selektif dengan berbagai macam pertimbangan. Tingkat pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi penerimaan program KB di masyarakat. Pengetahuan yang benar tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB (Notoatmodjo, 2003).

2. Faktor Pendorong (Reinforcing factors)

Faktor pendorong terwujud dalam ada atau tidaknya dukungan maupun larang dari budaya setempat, dukungan dari pasangan dan keluarga.

a. Dukungan Pasangan

Menurut Taylor dalam Sulistyorini (2007), dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan keluarga berupa barang, jasa, informasi dan nasehat yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai dan tentram. Dalam pemilihan jenis metode kontrasepsi yang digunakan, dukungan pasangan berupa kerja-sama dan toleransi dalam menjalani jenis-jenis metode kontrasepsi tertentu mempengaruhi tingkat


(4)

b. Faktor Budaya

Norma dan nilai yang berlaku pada komunitas masyarakat tertentu perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis metode kontrasepsi. Beberapa hal yang dianggap sebagai sesuatu yang melanggar aturan sosial dapat mempengaruhi jenis metode kontrasepsi yang akan di gunakan oleh pasangan suami istri. Oleh karena itu, agar program KB dapat berjalan dengan lancar diperlukan pendekatan secara menyeluruh termasuk pendekatan kepada tokoh masyarakat ataupun tokoh agama. Peran tokoh masyarakat dan agama dalam program KB sangat penting karena peserta KB memerlukan pegangan, pengayoman dan dukungan yang kuat yang hanya dapat diberikan oleh tokoh masyarakat ataupun tokoh agama (BkkbN, 2010).

2.5. Metode Kontrasepsi menurut waktu pemakaian

Menurut BKKBN, alat-alat kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor KB, terbagi atas 2 metode menurut waktu efektif kontrasepsi bermanfaat :

a. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Yang tergolong didalamnya adalah jenis-jenis kontrasepsi dengan durasi jangka waktu pemakaian panjang dan atau bersifat permanen.

Terdiri atas IUD, implant, MOP (vasektomi), dan MOW (tubektomi). b. Metode Kontrasepsi non Jangka Panjang (non MKJP)


(5)

Yang tergolong didalamnya adalah jenis-jenis kontrasepsi dengan durasi jangka waktu pemakaian relatif singkat dan atau bersifat berulang.

Terdiri atas kontrasepsi suntikan, pil, dan kondom.

2.6. Determinan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Menurut WHO dalam Wiknjosastro (1999), faktor-faktor penting bagi pasangan untuk memilih metode kontrasepsi adalah apakah metode tersebut :

a. Permanen atau reversible b. Efektif

c. Relatif murah d. Aman

e. Mudah didapat

f. Mudah digunakan dan tidak putus pakai g. Memiliki efek samping yang rendah h. Dapat digunakan pada saat menyusui i. Melindungi terhadap PMS

j. Membutuhkan kerjasama pasangan


(6)

2.7 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.8 Hipotesis

Dari gambar kerangka konsep diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh predisposisi (meliputi : usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, penghasilan keluarga), pendorong (meliputi : dukungan pasangan) terhadap pemilihan metode kontrasepsi pada pasangan usia subur di Desa Pangombusan Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir tahun 2014.

Faktor predisposisi : - Usia

- Tingkat pendidikan - Penghasilan keluarga - Tingkat pengetahuan

Faktor pendorong : - Dukungan pasangan - Budaya setempat

Pemilihan Metode Kontrasepsi