Teori Akuntansi Bab 1 Sejarah Akuntansi

Teori Akuntansi 2015

BAB 1
SEJARAH AKUNTANSI

DAN

TINJAUAN

MENYELURUH

TEORI AKUNTANSI
Oleh: Ridho Dharul Fadli – F0312102
A. ARTI PENTING TEORI AKUNTANSI
Praktik akuntansi memiliki sifat yang dinamis dalam menghadapi isu-isu praktis dan
professional. Hal tersebut mendasari adanya teori akuntansi yang mana memiliki fungsi sebagai
penambah pemahaman seorang praktisi dalam menjalankan praktik akuntansi. Teori akuntansi
merupakan fundamental dalam menyelesaikan permasalahan akuntansi secara logis maupun etis
sehingga penyelesaian akuntansi dapat dipertanggung jawabkan.
Pengetahuan teoritis akan menambah wawasan praktisi akuntansi yang mana memerlukan
nilai lebih selain pengalaman yang memadai untuk menyelesaikan permasalahan akuntansi.

Dengan memahami teori akuntansi, seorang praktisi akuntansi dapat memiliki pandangan yang
lebih luas dan lebih spesifik. Karena bagaimanapun juga, dengan mengandalkan praktik saja
dianggap tidak efisien. Sehingga dalam melakukan pemecahan masalah perlu didukung dengan
pengembangan kerangka kerja yang berdasarkan pada teori agar pemecahan masalah lebih
terarah dan lebih fokus.
Teori akuntansi didefinisikan oleh Hendriksen dalam (Coetsee 2010) sebagai:
accounting theory may be defined as a logical reasoning in the form of a set of broad
principles that (1) provide a general frame of reference by which accounting practice can
be evaluated and (2) guide the development of new practices and procedures.

B. PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Dalam pembukaan tulisannya, (Carnegie and Napier 2012) menjelaskan bahwa dalam
perkembangannya, akuntansi merupakan interaksi antara dua pihak yaitu individu dan organisasi.
Baik individu maupun organisasi tersebut merupakan “pembelajar” yang mana tindakan mereka
1

Teori Akuntansi 2015

didasari pada pengalaman masa lalu yang mempengaruhi kejadian masa depan. Baik informasi
maupun praktik terhdahulu merupakan produk dari pengalaman tersebut. Hal tersebut yang

mendasari bahwa terdapat dua pandangan akuntansi, yaitu sebagai ilmu profesi (praktis) dan
sebagai ilmu pengetahuan yang dilihat dari perkembangannya.
Akuntansi dapat dipandang dalam dua perspektif, yaitu sebagai ilmu profesi akuntan yang
menerapkan pengetahuan akuntansi dalam dunia profesional, dan juga sebagai ilmu pengetahuan
yang dikembangan dan dipelajari. Sebagai ilmu profesi, akuntansi menyediakan serangkaian
metode dan teknik beserta panduan dalam menjalankan tugas seorang akuntan. Sementara
sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang dikembangkan dan dipelajari, akuntansi kembali dibagi
dua menjadi teori dan praktik. Pada perspektif ini, peran akuntansi berorientasi dalam
memberikan penjelasan dan deskripsi yang memadai mengenai praktik dan fenomena akuntansi
yang terjadi. Keduanya merupakan cakupan dari teori akuntansi.
Sebuah institusi pendidikan memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu akuntansi,
dimana seorang akademisi diharapkan dapat mengembangkan teori terhadap perkembangan
praktik akuntansi dan juga menjelaskan mengenai praktik akuntansi yang baik. Hal tersebut
didukung oleh Hendriksen dalam (Coetsee 2010) yang menyatakan bahwa,
accounting theory may also be used to explain existing practices to obtain a better
understanding of them. But the most important goal of accounting theory should be to
provide a coherent set of principles that form the general frame of reference for the
evaluation and development of sound accounting practices.
Selain itu, institusi pendidikan juga bertugas dalam mempersiapkan peserta didiknya agar
cakap dan terampil dalam melakukan praktik akuntansi di dunia profesional. Meskipun terdapat

perbedaan orientasi, tetapi sudah menjadi keharusan bahwa kedua perspektif ini berjalan secara
harmonis dan saling melengkapi.
Beberapa tahun belakangan ini, orientasi akuntansi sebagai ilmu pengetahuan lebih
berkembang dengan banyaknya penelitian di bidang akuntansi. Hal ini menjelaskan bahwa
terdapat pergeseran posisi antara ilmu profesi dan ilmu pengetahuan yang seharusnya berjalan
harmonis. Penempatan akuntansi sebagai ilmu pengetahuan (sains) membawa konsekuensi
bahwa teori akuntansi harus bebas dari pertimbangan nilai (value-judgment) dan bersifat
2

Teori Akuntansi 2015

deskriptif (Suwardjono 2005). Oleh karena itu, sekarang ini banyak sekali penelitian akuntansi
yang membahas ilmu akuntansi secara mendalam dan ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi
daripada membahas mengenai standar akuntansi yang berlaku dalam praktik akuntansi. Hal
tersebut menyebabkan kesulitan bagi para praktisi yang memerlukan pertimbangan terhadap
keputusannya.
Menurut Kinney dalam (Suwardjono 2005) menggambarkan tiga aspek yang merupakan
dasar yang penting dalam pengembangan akuntansi sebagai ilmu pengetahuan, yaitu riset,
pengajaran, dan praktik. Ilustrasi tiga aspek tersebut adalah sebagai berikut:


(Sumber: Suwardjono 2005)
Ketiga aspek ini saling berinteraksi sehingga dapat mengembangan akuntansi sebagai
ilmu pengetahuan. Riset merupakan bagian terpenting yang mana mengolah teori deskriptif
sebagai sebuah ide yang didapat melalui proses pengajaran, menjadi suatu solusi dalam
memecahkan masalah praktik. Sementara itu, proses pengajaran didasari pada aturan maupun
praktik, sementara praktik didasari oleh pengetahuan yang didapat melalui proses pengajaran.
Jadi, ketiga aspek ini secara tidak sadar saling memberikan kontribusi satu sama lain.
3

Teori Akuntansi 2015

C. PENGERTIAN AKUNTANSI
Dilihat dari luas cakupannya, akuntansi adalah kumpulan dari beberapa ilmu pengetahuan
yang saling berhubungan dan terdokumentasi secara sistematis. Hal tersebut membuat akuntansi
menjadi salah satu ilmu profesi jika dilihat dari komponen pengetahuan yang ada di dalamnya
dan juga menjadi bidang studi yang dapat diajarkan. Akuntansi juga berperan sebagai penyedia
informasi keuangan yang berguna dalam kehidupan ekonomi di suatu negara tertentu yang
menerapkan prinsip-prinsip akuntansi. Oleh karena itu, praktik akuntansi juga memiliki implikasi
dengan lingkungannya dengan mempertimbangan beberapa faktor seperti ekonomi, sosial, dan
politik. Dalam arti lain, dalam mendefinisikan akuntansi kita juga harus melihat kedudukan

akuntansi dalam tatanan pengetahuan karena akuntansi dapat terlibat dalam beberapa ruang
lingkup seperti yang dijelaskan di atas.
Akuntansi dalam arti sempti sebagai suatu proses, fungsi, atau praktik didefinisikan oleh
(Suwardjono 2005) sebagai:
proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan, pengklasifikasian,
penggabungan peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar (bahan olah akuntansi) yang
terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi, atau kegiatan operasi suatu unit organisasi
dengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang
berkepentingan.
D. AKUNTANSI SEBAGAI SENI, SAINS, ATAU TEKNOLOGI
Beberapa definisi terdahulu mendefinisikan akuntansi sebagai suatu seni dalam hal
pembukuan yang membutuhkan keterampilan dan keahlian khusus yang dilakukan oleh para
akuntan. Namun seiring berjalannya waktu, definisi tersebut sudah tidak relevan lagi. Pasalnya,
dengan perkembangan akuntansi yang ada, akuntansi sudah dipandang sebagai seperangkat ilmu
pengetahuan.
Di lain sisi, beberapa ahli berpendapat bahwa ilmu pengetahuan menjelaskan suatu
masalah secara pasti dan tidak terpengaruh faktor-faktor lain. Dalam arti lain, sains tidak
ditujukan untuk membahas permasalahan yang bersifat ekonomis dan tidak ditujukan untuk
menghasilkan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.


Selain itu sains adalah cabang
4

Teori Akuntansi 2015

pengetahuan yang memiliki tujuan mencari kebenaran mengenai suatu masalah dengan
menggunakan metode ilmiah. Sehingga, dengan melihat paparan di atas, sebenarnya akuntansi
tidak dapat disebut sebagai sains.
Selain diartikan sebagai seni dan juga sain, akuntansi kerap diartikan sebagai suatu
teknologi. Teknologi sendiri merupakan sarana pemecahan suatu fenomena yang tampak nyata
dalam suatu lingkungan tertentu yang juga memiliki tujuan tertentu. Adanya praktik pengolahan
data menjadi suatu informasi menjadikan akuntansi dipandang menjadi suatu teknologi. Selain itu
pandangan lain yang menyebut akuntansi sebagai suatu teknologi adalah bahwa akuntansi dapat
digunakan dalam perekayasaan laporan keuangan, yang mana perekayasaan sendiri mengandung
arti suatu proses yang terencana dan sistematis yang melibatkan serangkaian pemikiran dan
pertimbangan, dengan menggunakan konsep dan teori untuk menghasilkan suatu produk. Hal
tersebut merepresentasikan suatu sistem pelaporan keuangan yang mana melibatkan suatu proses
kerja dari mulai pengakuan hingga penyajian yang sistematis, melibatkan pertimbangan, dan
menggunakan kerangka konseptual untuk menghasilkan suatu laporan keuangan.
E. PERSPEKTIF TEORI AKUNTANSI

Akuntansi dapat dipandang dalam berbagai perspektif. Menurut (Macintosh and Baker
2002), sifat akuntansi memiliki sifat yang representasional yang mana untuk memahami sifat
laporan akuntansi dibutuhkan pendekatan sastra dari sudut pandang teori linguistik semiotik.
Selain itu, untuk memahami lebih jauh lagi dibutuhkan banyak ilmu-ilmu sosial dan humaniora
untuk memahami.
Namun, kebenaran dari berbagai pandangan lain terhadap teori akuntansi belum ada yang
dapat memastikannya. Hal yang pasti adalah teori akuntansi merupakan suatu cara untuk mencari
justifikasi mengenai fenomena akuntansi seperti berbagai macam metode akuntansi, adanya
pergeseran basis kas menuju akrual, adanya double entry system, dan lainnya.
F. TEORI AKUNTANSI SEBAGAI PENALARAN LOGIS
Teori berasal dari suatu penalaran yang logis yang kemudian mendasari praktik. Teori
memberikan justifikasi terhadap suatu hal sehingga praktik dapat berlaku sebagaimana mestinya.
Penalaran logis didukung oleh beberapa faktor seperti asumsi, konsep, dasar pemikiran, dan juga
5

Teori Akuntansi 2015

argument yang kemudian membentuk suatu conceptual framework. Hal tersebut menjadi satu
pandangan baru terhadap akuntansi yang mana akuntansi juga dianggap sebagai hasil penalaran
logis karena dapat menjelaskan perlakuan-perlakuan dalam akuntansi. Selain itu, teori akuntansi

juga menjadi gagasan yang mendasar dalam pembentukan sebuah kerangka konseptual.
Hubungan antara penalaran logis, kerangka konseptual, dan praktik akuntansi dapat digambarkan
seperti model di bawah ini:

(Sumber: Suwardjono 2005)
G. ASPEK SASARAN TEORI
Aspek sasaran teori dibedakan menjadi teori akuntansi positif dan teori akuntansi
normatif. Pengklasifikasian ini didasarkan pada adanya perbedaan sasaran yang ingin dicapai
oleh teori akuntansi. Teori positif menjelaskan tentang sesuatu apa adanya yang berdasarkan fakta
atau pengamatan empiris. Teori ini memberikan penjelasan mengenai benar atau salahnya suatu
pernyataan atas dasar yang ilmiah. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Watts and Zimmerman
(1986) dalam (Waweru, Ntui et al. 2011) bahwa teori positif menjelaskan suatu fenomena
akuntansi yang berdasarkan pada observasi. Sementara itu, teori normatif menjelaskan baik atau
buruknya sesuatu atas dasar penalaran. Sehingga teori ini dapat mendukung dalam hal
pengambilan keputusan. Perbedaan yang mendasar diantara keduanya adalah orientasi masalah,
dimana teori positif menjelaskan fakta, sementara teori normatif menjelaskan nilai.
6

Teori Akuntansi 2015


Inanga dan Schneider (2005) dalam (Coetsee 2010) membandingkan kedua teori ini
sebagai berikut:
Positive theories attempt to describe real world situations as they are. Research based on
positive theories involves empirical observations of the relevant phenomena from which a
problem is defined. Data relevant to the problem are then collected and hypotheses
formulated and tested by independent process. If the theory that results is an accurate
representation (description) of the empirical phenomena, such a theory can be used for
predictive purposes. (Inanga & Schneider 2005:230).
A normative theory is a goal-oriented theory that represents real world situations, not as
they are, but as they should be. It is prescriptive rather than descriptive theory that
explains, and sets out, principles of what ought to be. Normative theories are
characterised by goal assumptions and deduction (Inanga & Schneider 2005:231).
Dari sasaran atau tujuannya, teori positif menjelaskan bagaimana kenyataan yang ada
secara objektif tanpa dilandasi dengan pertimbangan nilai. Di sisi lain, teori normatif menjelaskan
atau memberi penalaran mengapa perlakuan akuntansi satu dengan lainnya berbeda dari sisi baik
buruknya. Dengan kata lain, teori akuntansi positif dikatakan sebagai teori formal, dan teori
akuntansi normatif dianggap sebagai teori informal.
H. ASPEK TATARAN SEMIOTIKA
Akuntansi biasa disebut sebagai bahasa bisnis yang berarti bahwa akuntansi menjadi
sarana komunikasi bisnis sebagai hasil dari penyedia dan penyampaian informasi keuangan.

Dalam ilmu bahasa, bidang komunikasi dibagi menjadi tiga, yaitu semiotik, linguistik, dan
logika. Semiotika adalah bidang komunikasi yang memaparkan teori mengenai tanda-tanda
linguistik. Sedangkan linguistik itu sendiri memaparkan fonetik, gramatika, morfologi dan makna
kata. Dan logika memaparkan mengenai validitas penalaran. Ketiga bidang ini menjadi dasar
terbentuknya suatu komunikasi yang baik.
Semiotika sendiri kemudian membentuk tiga level terkait dengan informasi. Yang pertama
adalah sintaktika, yang mmengidentifikasi logika dan bahasa menjadi suatu hubungan yang logis.
7

Teori Akuntansi 2015

Yang kedua adalah semantika, yang mengidentifikasi hubungan antara kenyataan dengan tandatandanya. Dan yang terakhir adalah pragmatika, yang mengidentifikasi perubahan perilaku
penerima yang berdampak pada keefektifan komunikasi.
1. Teori Akuntansi Semantik
Teori akuntansi semantik menjelaskan penyimbolan suatu fenomena menjadi suatu
bentuk simbol akuntansi. Misalkan, kegiatan perusahaan yang dinyatakan ke dalam
laporan keuangan. Atau dalam arti lain, teori ini menafsirkan makna dari setiap unsure
yang ada di dalam laporan keuangan. Tujuannya agar pembaca dapat memperkirakan
keadaan perusahaan yang sesungguhnya tersebut tanpa harus melihat dan terlibat
langsung ke dalam kegiatan perusahaan tersebut. Informasi terbentuk dengan

merumuskan tiga unsur, yaitu objek, ukuran, dan hubungan kedua elemen tersebut.
Informasi yang terbentuk itulah yang menjadi komunikasi akuntansi yang efektif.
2. Teori Akuntansi Sintaktik
Bebeda dengan teori semantik, teori akuntansi sintaktik berorientasi pada perwujudan
suatu informasi semantik menjadi suatu laporan keuangan. Teori sintaktik
memberikan penjelasan mengenai apa saja yang harus dilaporkan, siapa saja yang
dilaporkan, kapan harus dilaporkan, dan bagaimana cara melaporkannya.
3. Teori Akuntansi Pragmatik
Teori akuntansi pragmatik berorientasi pada perilaku pengguna laporan keuangan
yang dipengaruhi oleh informasi keuangan. Teori ini menguji keefektifan komunikasi
apakah informasi dapat diterima dengan baik oleh pengguna laporan keuangan atau
tidak dan apakah informasi tersebut dapat dijadikan dasar dalam pengambilan
keputusan atau tidak. Dengan kata lain, teori ini menjelaskan pengujian manfaat
informasi dari sisi pelaporan keuangan eksternal dan juga manajerial.
I. ASPEK PENDEKATAN PENALARAN
Penalaran logis dibutuhkan dalam penjelasan ilmiah, dimana penalaran sendiri adalah
proses berpikir logis secara sistematis untuk mendapatkan suatu keyakinan terhadap suatu
pernyataan atau teori. Semakin baik proses penalaran, teori yang disusun akan semakin valid.
Dalam hal menyimpulkan sebuah teori, dibutuhkan dua penalaran, yaitu deduktif dan induktif.
1. Penalaran Deduktif
8

Teori Akuntansi 2015

Penalaran dedukti merupakan penalaran yang berawal dari suatu pernyataan-pernyataan
yang bersifat umum ke dalam sebuah pernyataan yang bersifat khusus atau kesimpulan.
Pernyataan umum yang dimaksud dapat berupa teori, prinsip, doktrin, atau norma yang
dianggap baik atau buruk yang terkait dengan tujuan penyimpulan. Penalaran deduktif
bertujuan untuk menilai kelayakan suatu prinsip akuntansi.
2. Penalaran Induktif
Berbeda dengan penalaran deduktif, penalaran induktif merupakan kebalikan dari
penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan penalaran yang berawal dari suatu
pernyataan khusus yang diuraikan menjadi pernyataan yang dapat digeneralisasi. Karena
pernyataan tersebut dapat digeneralisasi, maka kebenaran yang diungkapkan oleh
pernyataan umum tidak selalu 100%. Dalam akuntansi, penalaran induktif diterapkan
dalam menerjemahkan suatu fenomena akuntansi menjadi pernyataan-pernyataan umum
dan bahkan sebuah teori apabila tingkat validitasnya tinggi.
Dalam praktik, kedua penalaran ini saling berkaitan. Dan apabila dihubungkan dengan
perspektif teori akuntansi yang lain, penalaran deduktif digunakan dalam teori akuntansi
normatif, sementara penalaran induktif digunakan dalam teori akuntansi positif. Dan dalam
cakupan yang lebih luas, pandangan teori akuntansi sebagai penalaran logis bersifat normatif,
sintaktik, semantik, dan deduktif. Sedangkan pandangan teori akuntansi sebagai ilmu
pengetahuan bersifat positi, pragmatik, dan induktif.
J. VERIFIKASI TEORI AKUNTANSI
Prosedur verifikasi teori akuntansi dilakukan untuk meyakinkan validitas atau kebenaran
suatu teori. Pendekatan untuk mengevaluasi validitas teori bergantung pada sasaran dan tataran
teori yang diverifikasi. Teori akuntansi normatif diuji kebenarannya berdasarkan penalaran logis
karena teori ini didasari pada kesepakatan asumsi-asumsi yang kemudian menghasilkan prinsipprinsip akuntansi. Valid atau tidaknya prinsip yang dihasilkan dilihat dari apakah asumsi yang
digunakan masuk akal atau tidak.
Teori akuntansi positif diuji kebenarannya berdasarkan kenyataan fenomena akuntansi
yang disesuaikan dengan teorinya. Pengujian kebenarannya menggunakan observasi fakta secara
objektif yang diperoleh dari suatu metode ilmiah. Berbeda dengan verifikasi teori akuntansi
normatif, verifikasi teori akuntansi positif menggunakan studi empiris.
9

Teori Akuntansi 2015

Teori akuntansi sintaktik tidak berkaitan langsung dengan fakta sehingga verifikasi
validitasnya hanya mengandalkan penalaran logis. Teori akuntansi semantik diverifikasi secara
empiris dengan mengamati fakta. Sementara teori akuntansi pragmatik diverifikasi dengan
melakukan penelitian empiris berdasarkan asumsi yang menyatakan bahwa informasi dapat
bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
Dalam memverifikasi suatu teori, ketiga teori akuntansi (semantik, sintaktik, dan
pragmatik) dilibatkan bersama-sama karena sifatnya yang saling berkaitan. Dalam arti lain, teori
harus diverifikasi validitasnya atas dasar penalaran logis, bukti empiris, daya prediksi, dan
pertimbangan nilai yang telah disepakati.

DAFTAR PUSTAKA
Carnegie, G. D. and C. J. Napier (2012). "Accounting's past, present and future: the unifying
power of history." Accounting, Auditing & Accountability Journal 25(2): 328-369.
Coetsee, D. (2010). "The role of accounting theory in the development of accounting principles."
Meditari Accountancy Research 18(1): 1-16.
Macintosh, N. B. and C. R. Baker (2002). "A literary theory perspective on accounting."
Accounting, Auditing & Accountability Journal 15(2): 184-222.
Suwardjono (2005). Teori Akuntansi. Yogyakarta, BPFE Yogyakarta.
Waweru, N. M., et al. (2011). "Determinants of different accounting methods choicevin Tanzania
A positive accounting theory approach." Journal of Accounting in Emerging Economies 1(2):
144-159.

10