Sumber Belajar
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1.
Sumber Belajar
a.
Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar memiliki pengertian yang sangat luas. Sumber
belajar menurut Ahmad Rohani & Abu Ahmadi (1995: 152) adalah
guru dan bahan-bahan pelajaran berupa buku bacaan atau
semacamnya. Pengertian selanjutnya dari sumber belajar adalah
segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses
pembelajaran baik langsung maupun tidak langsung, di luar diri
peserta didik yang melengkapi diri mereka pada saat pembelajaran
berlangsung.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat mendukung
proses belajar sehingga memberikan perubahan yang positif. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Arif S Sadiman (dalam Ahmad
Rohani & Abu Ahmadi, 1995: 152-153) yang berpendapat bahwa
sumber belajar adalah segala macam sumber yang ada di luar yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Peranan sumber-sumber
belajar (seperti: guru, dosen, buku, film, majalah, laboratorium,
peristiwa, dan sebagainya) memungkinkan individu berubah dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari
9
10
tidak terampil menjadi terampil, dan menjadikan individu dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Jadi segala
apa yang bisa mendatangkan manfaat atau mendukung dan
menunjang individu untuk berubah ke arah yang lebih positif,
dinamis, atau menuju perkembangan dapat disebut sumber belajar.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan
informasi
dalam
pembelajaran.
Abdul
Majid
(2008:170)
mengungkapkan bahwa sumber belajar ditetapkan sebagai informasi
yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang
dapat membantu siswa dalam belajar, sebagai perwujudan dari
kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan,
video, perangkat lunak, atau kombinasi dari beberapa bentuk
tersebut yang dapat digunakan siswa dan guru. Sumber belajar juga
dapat diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan, orang, dan
benda yang mengandung imformasi yang menjadi wahana bagi
siswa untuk melakukan proses perubahan perilaku.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat membantu
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Wina Sanjaya (2010:
175) menyebutkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang
dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan
pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Sumber belajar disini meliputi, orang, alat dan bahan, aktivitas, dan
lingkungan.
11
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
oleh siswa untuk mempelajari suatu hal. Pengertian dari sumber
belajar sangat luas. Sumber belajar tidak terbatas hanya buku saja
tetapi dapat berupa, orang, alat, bahan, dan lingkungan yang dapat
mendukung proses pembelajaran.
b. Klasifikasi Sumber Belajar
Pengertian sumber belajar sangat luas. Namun secara umum
ada beberapa klasifikasi sumber belajar. AECT (Association of
Education Communication Technology) mengklasifikasikan sumber
belajar dalam enam macam yaitu message, people, materials, device,
technique, dan setting (Akhmad Rohani & Abu Ahmadi, 1995: 155).
Enam klasifikasi sumber belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1)
Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh
komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data.
2)
People (orang), yakni manusia yang bertindak sebagai
penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Termasuk kelompok
ini misalnya dosen, guru, tutor, dll.
3)
Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung
pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat/perangkat
keras, ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media
12
termasuk kategori materials, seperti transportasi, slide, film,
audio, video, modul, majalah, buku dan sebagainya.
4)
Device (alat), yakni sesuatu (perangkat keras) yang digunakan
yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan
dalam bahan. Misalnya overhead proyektor, slide, video
tape/recorder , dll
5)
Technique
(teknik),
yaitu
prosedur
atau
acuan
yang
dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang,
lingkungan untuk menyampaikan pesan. Misalnya pengajaran
terprogram/modul, simulasi, demonstrasi, tanya jawab, dll.
6)
Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar dimana
pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik ataupun non fisik.
Teori lain mengklasifikasikan sumber belajar menjadi lima hal
yaitu tempat, benda, orang, buku, dan peristiwa. Hal tersebut
diungkapkan oleh Abdul Majid (2008: 170-171). Klasifikasi tersebut
secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Tempat atau lingkungan sekitar dimana seseorang dapat
belajar dan melakukan perubahan tingkah laku, seperti sungai,
pasar, gunung, museum, dll.
2)
Segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan
tingkah laku peserta didik, misalnya situs, dll.
3)
Orang yang memiliki keahlian tertentu sehingga siswa dapat
belajar sesuatu kepada orang tersebut.
13
4)
Segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh
siswa.
5)
Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi.
Berdasarkan klasifikasi di atas, sumber belajar dapat
digolongkan menjadi: pesan, orang, alat, bahan, teknik, dan
lingkungan. Penelitian ini mengembangkan sumber belajar bentuk
majalah. Berdasarkan klasifikasi di atas, dapat dilihat majalah
merupakan salah satu bentuk sumber belajar yang termasuk ke dalam
klasifikasi
sumber
belajar
bahan
atau
materials.
Majalah
mengandung pesan yang dapat menjadi sumber belajar bagi siswa.
Majalah merupakan sumber informasi aktual yang dapat digunakan
secara mandiri oleh siswa.
c.
Manfaat Sumber Belajar
Sumber belajar memiliki berbagai manfaat penting dalam
kegiatan pembelajaran. Sumber belajar tidak hanya bermanfaat
untuk menyalurkan pesan, tetapi juga strategi, metode, dan
tekniknya. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan dari FIP UPI (2007:
201)
mengungkapkan
Meningkatkan
manfaat
produktifitas
sumber
belajar
pembelajaran;
2)
adalah:
1)
Memberikan
kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual; 3)
Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran; 4)
Lebih memantapkan pembelajaran; 5) Memungkinkan belajar secara
seketika; dan 6) Memungkinkan pembelajaran yang lebih luas.
14
Sumber belajar bermanfaat untuk memfasilitasi kegiatan
belajar agar menjadi lebih efektif dan efisien. Eveline Siregar &
Hartini Nara (2010: 128-129) menjelaskannya secara rinci sebagai
berikut: 1) memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dan
langsung; 2) menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan,
dikunjungi, atau dilihat secara langsung; 3) menambah dan
memperluas cakrawala sains yang ada di dalam kelas; 4)
memberikan informasi yang akurat dan terbaru; 4) membantu
memecahkan masalah pendidikan dalam lingkup makro maupun
mikro; 5) memberikan motivasi positif; dan 6) merangsang untuk
berfikir kritis, merangsang untuk bersikap lebih positif serta
berkembang lebih jauh.
Berdasarkan beberapa manfaat yang diungkapkan ahli tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa sumber belajar tidak hanya
menyalurkan pesan saja, melainkan juga dapat meningkatkan
efektifitas proses pembelajaran. Peningkatan proses pembelajaran
pada akhirnya akan meningkatkan kualistas siswanya. Khususnya
untuk sumber belajar bentuk majalah yang dikembangkan dalam
penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk
memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret, memperluas
cakrawala, memberi informasi yang akurat, serta merangsang untuk
berfikir kritis.
15
d. Komponen-Komponen Sumber Belajar
Komponen adalah bagian-bagian yang selalu ada di dalam
sumber belajar, dan bagian-bagian itu merupakan satu kesatuan yang
sulit berdiri sendiri sekalipun mungkin dapat dipergunakan secara
terpisah. Komponen-komponen sumber belajar menurut Nana
Sudjana & Ahmad Rivai (1989: 81-83) diantaranya adalah: 1)
tujuan, misi, atau fungsi sumber belajar; 2) bentuk, format, atau
keadaan fisik sumber belajar; 3) pesan yang dibawa oleh sumber
belajar; dan 4) tingkat kesulitan atau kompleksitas pemahaman
sumber belajar.
Komponen-komponen sumber belajar di atas dapat diuraikan
lebih jauh sebagai berikut:
1)
Tujuan, misi, atau fungsi sumber belajar, artinya setiap sumber
belajar selalu memiliki tujuan atau misi yang akan dicapai.
Tujuan setiap sumber itu selalu ada, baik secara eksplisit
maupun secara implisit. Tujuan sangat dipengaruhi oleh sifat
dan bentuk sumber belajar itu sendiri.
2)
Bentuk, format, atau keadaan fisik sumber belajar satu dengan
lainnya berbeda-beda. Keadaan fisik sumber belajar ini
merupakan
komponen
penting.
Penggunaan
atau
pemanfatannya hendaknya dengan memperhitungkan segi
waktu, pembiayaan dan sebagainya.
16
3)
Pesan yang dibawa oleh sumber belajar. Setiap sumber belajar
selalu membawa pesan yang dimanfaatkan atau dipelajari oleh
para pemakainya. Komponen pesan merupakan informasi yang
penting. Oleh karena itu para pemakai sumber belajar
hendaknya memperhatikan bagaimana pesan disimak. Hal-hal
yang perlu diperhatikan antara lain: isi pesan harus sederhana,
sukup jelas, lengkap, mudah disimak maknanya.
4)
Tingkat kesulitan atau kompleksitas pemakaian sumber
belajar. Tingkat kompleksitas penggunaan sumber belajar
berkaitan dengan keadaan fisik dan pesan sumber belajar.
Sejauh
mana
menentukan
kompleksitasnya
apakah
sumber
perlu
belajar
diketahui
itu
masih
guna
bisa
dipergunakan, mengingat waktu dan biaya yang terbatas.
Komponen-komponen tersebut saling berkaitan sehingga
membentuk satu sistem yang menyusun sumber belajar. Setiap
komponen merupakan satu kesatuan yang sulit berdiri sendiri
sekalipun mungkin dapat dipergunakan secara terpisah. Dalam
penelitian dan pengembangan ini, peneliti mengembangkan sumber
belajar dengan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan KI dan KD
yang telah dipilih. Bentuknya berupa majalah cetak, dengan memuat
pesan berbagai rubrik yang mendukung materi dan disajikan dengan
bahasa yang populer atau ringan sehingga lebih mudah dipahami.
17
e.
Evaluasi Sumber Belajar
Pengembangan sumber belajar memerlukan evaluasi untuk
mengetahui mutu dari sumber belajar tersebut. Evaluasi sumber
belajar IPS bentuk majalah ini mengadopsi dari evaluasi buku teks
yang disampaikan oleh Masnur Muslich (2010: 291-313), yang
kemudian disesuaikan dengan evaluasi pembuatan majalah. Evaluasi
sumber belajar meliputi kelayakan isi, kelayakan penyajian,
kelayakan kebahasaan dan kelayakan kegrafikan. Secara lebih rinci
evaluasi sumber belajar dijabarkan dalam berbagai indikator berikut
ini:
1)
Penilaian kelayakan isi
Ada tiga indikator yang harus diperhatikan. Yaitu kesesuaian
uraian materi dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar
yang
terdapat
dalam
kurikulum
mata
pelajaran
yang
bersangkutan, keakuratan materi, dan materi pendukung
pembelajaran.
2)
Penilaian kelayakan penyajian
Terdapat tiga indikator yang harus diperhatikan dalam
kelayakan penyajian, yaitu: teknik penyajian, penyajian
pembelajaran, dan kelengkapan penyajian.
3)
Penilaian kelayakan bahasa
Ada tiga indikator yang harus diperhatikan dalam menilai
kelayakan bahasa, yaitu: kesesuaian pemakaian bahasa dengan
18
tingkat
perkembangan
komunikatif,
dan
siswa,
pemakaian
pemakaian
bahasa
bahasa
memenuhi
yang
syarat
keruntutan dan keterpaduan alur berpikir.
4)
Penilaian kelayakan kegrafikan
Ada tiga indikator yang harus diperhatikan dalam hal
kegrafikan, yaitu ukuran buku, desain kulit buku, dan desain isi
buku
Evaluasi sumber belajar bentuk majalah ini akan mengadobsi
dari kriteria evaluasi tersebut yang disesuaikan dengan kriteria
majalah yang baik. Evaluasi sumber belajar dilakukan oleh ahli
materi, ahli media, dan guru. Sehingga instrumen evaluasi
disesuaikan dengan kepentingan masing-masing.
2.
Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP
a.
Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diajarkan pada siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Terdapat beberapa pengertian IPS menurut ahli yang akan
dijabarkan di bawah ini.
Menurut National Council for Sosial Studies (NCSS) (dalam
Supardi, 2011: 182) menyebutkan bahwa:
Social studies are the integrated study of the sosial
sciences and humanities to promote civic competence. Within
the school program, sosial studies provides coordinated,
sistematic study drawing upon such disciplines as antropology,
archaeology, economics, geography, history, law, philosophy,
political science, psycology, religion, and sociology, as well as
19
appropriate content from the humanities, mathematics, and the
natural sciences.
Menurut Numan Somantri (2001: 44) batasan dan tujuan IPS
adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi,
filsafat, ideologi negara dan agama yang diorganisasikan, disajikan
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Berdasarkan
batasan tujuan tersebut, maka IPS untuk tingkat sekolah diartikan
sebagai: 1) pendidikan yang menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai
kewarganegaraan, moral, ideologi negara dan agama; 2) pendidikan
yang menekankan pada isi dan metode berpikir ilmuan sosial; 3)
pendidikan yang menekankan pada reflectif inquiry; dan 4)
pendidikan yang mengambil kebaikan-kebaikan dari butir 1, 2, dan 3
tersebut.
Menurut beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa IPS adalah integrasi dari berbagai macam ilmu sosial seperti
geografi, sejarah, sosiologi, ekonomi, politik, hukum, psikologi, dan
lain-lain yang disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan
pendidikan. Tetapi secara konseptual seperti yang diungkapkan
Sapriya (2011: 200-201) bahwa pelajaran IPS di SMP belum
mencakup dan mengakomodasi seluruh disiplin ilmu sosial. Jadi
pembelajaran IPS di SMP saat ini merupakan integrasi empat bidang
ilmu sosial yaitu geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi.
20
b. Tujuan Pendidikan IPS di SMP
Pendidikan IPS tidak hanya bertujuan untuk memberikan
pengetahuan saja kepada siswa, tetapi harus sampai kepada
penerapan pengetahuannya dalam kehidupan. Hal tersebut dapat
dilihat dalam tujuan pendidikan IPS yang termuat dalam NCSS
(Supardi, 2011: 184-185) yang meliputi: tujuan informasi dan
pengetahuan (knowledge and information), nilai dan tingkah laku
(attitude and values), dan tujuan ketrampilan (skill): sosial, bekerja
dan belajar, kerja kelompok, dan ketrampilan intelektual. Gross
(dalam Etin Sholihatin & Raharjo, 2009: 14) menyebutkan bahwa
tujuan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara
yang baik dalam kehidupannya di masyarakat dan mengembangkan
kemampuan siswa untuk menggunakan penalaran dalam mengambil
keputusan yang dihadapinya.
Sesuai dengan tingkatannya mata pelajaran IPS di SMP
disusun secara sistematis dan terpadu dalam pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam masyarakat. Dalam hal ini,
Sapriya (2011: 201) merumuskan tujuan IPS ditingkat SMP adalah:
1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya; 2) memiliki kemampuan dasar untuk
berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, keterampilan sosial
dalam memecahkan masalah; 3) memiliki komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan 4) memiliki
21
kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, serta berkompetisi dalam
masyarakat majemuk.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan IPS di SMP bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan kepada siswa, memperbaiki nilai dan tingkah laku, dan
mengembangkan keterampilan. Selain itu, pendidikan IPS di sekolah
juga mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik
dan mampu menggunakan penalaran untuk mengambil keputusan.
3.
Majalah
a.
Pengertian Majalah
Majalah adalah sekumpulan artikel atau kisah yang diterbitkan
teratur secara berkala (Marcel Danesi, 2010: 89). Majalah
menampilkan beragam informasi, opini, dan hiburan konsumsi
massa dengan berbagai ilustrasi pendukung.
Nurudin (2009: 14) mengungkapkan bahwa majalah (biasanya
terbit mingguan, tengah bulanan, bulanan, atau triwulanan)
menampilkan tulisan yang lebih mendalam disertai data dan analisis
yang tajam. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Indah Suryawati
(2011: 42) yang mendeskripsikan majalah sebagai media komunikasi
yang menyajikan informasi secara dalam, tajam, dan memiliki nilai
aktualitas yang lama serta menampilkan gambar/foto yang banyak.
Halaman muka (cover ) dan foto dalam majalah memiliki daya tarik
22
tersendiri.
Majalah
dapat
diterbitkan
secara
mingguan,
dwimingguan, bulanan, bahkan dwi atau triwulan.
Slamet Soeseno (1997: 8-11) memberikan batasan mengenai
majalah yaitu berisi kumpulan tulisan yang menghibur dan
menyenangkan pembacanya. Majalah lebih banyak berisi feature
penyuluhan, kisah perjalanan, artikel masalah dan pendirian
penulisnya, cerita kocak, laporan hasil penyelidikan, sajak dan jenisjenis kesusasteraan lainnya. Majalah sering kali disertai dengan foto
dan gambar ilustrasi. Majalah lebih mementingkan kemenarikan
bahan yang ditulis daripada aktualitasnya. Karena sifat tulisan dari
majalah adalah tak lekang oleh waktu.
Dari beberapa definisi majalah di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa majalah adalah kumpulan tulisan yang
menghibur dan menyenangkan pembacanya melalui berbagai rubrik
seperti: feature, artikel dan kisah. Majalah memiliki ciri-ciri:
menyajikan informasi yang menarik, disajikan secara mendalam,
disertai gambar, dan terbit secara berkala.
b. Jenis-Jenis Majalah
Majalah terbagi menjadi dua kategori yaitu majalah umum
(untuk semua golongan masyarakat) dan majalah khusus (untuk
bidang profesi/golongan/kalangan tertentu) (Indah Suryawati, 2011:
42). Tipe majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang hendak
23
dituju, artinya redaksi sudah menentukan sebelumnya siapa yang
akan menjadi sasaran pembacanya.
Dominick
(dalam
Indah
Suryawati:
2011:
43)
mengklasifikasikan majalah ke dalam lima kategori yaitu: 1) general
consumer magazine (majalah konsumen umum); 2) business
publication (majalah bisnis); 3) literacy reviews and academic jurnal
(kritik sastra dan majalah ilmiah); 4) newsletter (majalah khusus
terbitan berkala); dan 5) public relations magazines (majalah
humas).
Slamet Soeseno (1997: 8) menggolongkan majalah menjadi
dua jenis, yaitu majalah yang bersifat umum dan majalah yang
bersifat khusus. Majalah bersifat khusus hanya mengurusi bidangbidang tertentu, seperti pertanian, kedokteran, kewanitaan, sport,
film, fotografi, hobi, atau keilmuan tertentu.
Dalam
penelitian
pengembangan
ini,
peneliti
mengembangkan majalah dalam kategori majalah khusus, yaitu
majalah yang digunakan sebagai sumber belajar IPS dengan materi
interaksi manusia dan lingkungan untuk siswa SMP kelas VII.
Karena tujuan dari pengembangan majalah sebagai sumber belajar,
maka majalah yang dikembangkan bersifat ilmiah populer.
Majalah ilmiah populer ringan untuk dibaca. Menurut Mien
A. Rifai (2005: 59) majalah ilmiah populer berisi tulisan ilmiah
untuk orang awam. Isinya ditulis dengan menggunakan bahasa yang
24
sederhana, sering kali kocak dan bercanda, penuh bunga-bunga, serta
sedikit sekali memakai istilah teknis. Karena ditujukan untuk
konsumsi masyarakat umum itu, kosakata yang dipakai biasanya
tidak sampai berjumlah 1500.
Ada dua ciri majalah ilmiah populer. Slamet Soeseno (1997:
83-100) mengungkapkan majalah ilmiah populer memiliki ciri
kedalaman pembahasan materi dan keobjektifan pandangan yang
dikemukakan. Tulisan tidak hanya mengungkapkan mengapa dan
bagaimana suatu fakta, tetapi juga mengapa dan bagaimana suatu
proses disertai penjelasan ilmiahnya. Ciri yang selanjutnya adalah
pembahasan tersebut ditulis dengan bahasa yang populer.
Majalah dalam penelitian ini disusun khusus sebagai sumber
belajar IPS dengan materi pokok mengenai interaksi manusia dan
lingkungan. Majalah disajikan dengan memunculkan tiga feature
disertai beberapa rubrik pendukung dan diungkapkan dengan bahasa
yang populer. Sasaran pembaca yang dituju adalah siswa kelas VII
SMP. Sehingga penyusunan majalah disesuaikan dengan sasaran dan
fungsi majalah tersebut.
c.
Syarat Majalah Ilmiah Populer
Majalah ilmiah populer berisi artikel atau tulisan ilmiah
populer. Menurut Sugihastuti (2000: 116) tulisan ilmiah populer
harus memenuhi syarat, antara lain: 1) fakta atau gejala dan hasil
analisisnya objektif dan 2) teknik penulisannya populer, mudah
25
dimengerti, tetapi bukan berbentuk tulisan sendau gurau. Tulisan
dalam majalah bersifat ilmiah dan disajikan secara populer.
Tulisan ilmiah populer diharapkan mampu menjelaskan
mengapa dan bagaimana objek, fakta, dan gejala itu terjadi secara
objektif. Tulisan mengandung kebenaran secara objektif karena
didukung oleh informasi yang sudah teruji kebenarannya. Data yang
disajikan bukan data subjektif. Tulisan disajikan secara mendalam
berkat penalaran dan analisis yang tidak pandang bulu.
Majalah ilmiah populer disajikan dengan bahasa yang populer.
Populer tidak berarti ceroboh. Istilah populer digunakan untuk
menyatakan topik yang akrab, menyenangkan bagi populus (rakyat),
atau disukai oleh orang kebanyakan karena menarik dan mudah
dipahami. Agar dapat menarik harus enak dibaca, teratur dan lancar
bahasanya. Agar mudah dipahami, tulisan yang menarik itu harus
mampu pula menyederhanakan persoalan yang dikemukakan.
Tulisan ilmiah populer dikonsumsi oleh massa, sehingga ada
beberapa hal yang harus dipenuhi yaitu singkat, padat, sederhana,
lancar, lugas, menarik, dan populer. Tulisan ilmiah populer
menggunakan kalimat-kalimat yang pendek, padat, dan sederhana.
d. Langkah-Langkah Membuat Majalah
Langkah-langkah membuat majalah meliputi empat tahap,
yaitu: tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan dokumentasi.
26
Kanis Barung, Djony Hervan & Joko Pinurbo (1998: 86-94)
menjelaskan secara rinci sebagai berikut:
1)
Tahap Perencanaan
Pembuatan majalah harus memiliki perencanaan yang
matang. Hal-hal yang harus direncanakan dalam pembuatan
majalah meliputi perencanaan jenis majalah, perencanaan kala
penerbitan, perencanaan rubrik, perencanaan perwajahan,
perencanaan biaya, perencanaan personalia, dan perencanaan
evaluasi.
2)
Tahap Pelaksanaan
Inti
kegiatan
pembuatan
majalah
adalah
tahap
pelaksanaan. Pada tahap ini setidaknya ada tiga sub tahap yang
harus dilaksanakan. Ketiga sub tahap tersebut adalah
pengadaan bahan, pengelolaan bahan, dan produksi/penerbitan.
3)
Tahap Evaluasi
Ada beberapa hal yang harus dievaluasi, diantaranya: hasil
yang dicapai bermutu atau tidak, ada unsur kreativitas atau
monoton, bahan yang muncul menarik atau tidak; ilustrasi
yang muncul bernilai didaktis atau destruktif, serta bagaimana
penataan kolom, alur dan grafisnya.
27
4)
Tahap Dokumentasi
Pada tahapan ini redaksi menghimpun bahan yang pernah
terbit dengan cara tertentu sebagai arsip yang bermanfaat pada
kesempatan lain.
Dalam penelitian dan pengembangan ini, langkah pembuatan
majalah mengikuti langkah-langkah tersebut. Untuk memenuhi
persyaratan majalah ilmiah populer seperti yang diungkapkan
sebelumnya, maka dalam tahapan pengelolaan bahan diperlukan
pedoman penulisan majalah ilmiah populer.
Penulisan ilmiah populer mengikuti pada pedoman yang
disampaikan oleh Slamet Soeseno. Slamet Soeseno (1997: 15-32)
mengungkapkan ada empat langkah dalam menulis majalah ilmiah
populer, yaitu: 1) menelaah tema; 2) menguji kelayakan topik
(pokok bahasan yang akan ditulis); 3) mengumpulkan bahan sumber
tulisan; dan 4) menyususn bahan informasi menjadi salah satu
bentuk penulisan yang cocok. Secara lebih rinci, langkah-langkah
tersebut dijelaskan di bawah ini.
Menelaah tema dilakukan agar tidak mengalami salah tafsir
yang akhirnya akan salah dalam mencari dan mengumpulkan bahan
informasi. Menelaah tema tidak hanya cukup dengan hanya mencari
jawaban atas pertanyaan “apa”, tetapi perlu mencari jawaban atas
pertanyaan “bagaimana”.
28
Langkah
selanjutnya
adalah
menguji
kelayakan
topik.
Kelayakan topik dapat dilihat dari kemenarikan suatu topik untuk
dibahas, serta apakah topik tersebut dapat menambah pengetahuan
pembaca atau mampu memecahkan suatu permasalahan. Jika kedua
hal tersebut terpenuhi, maka topik tersebut layak untuk ditulis.
Setelah tema dan topik ditentukan, maka langkah selanjutnya
adalah pengumpulan bahan tulisan. Hal ini dilakukan untuk mencari
dasar-dasar atau informasi lebih mendalam dalam tulisannya. Ketika
bahan telah terkumpul tibalah saatnya untuk menulis sesuai dengan
bentuk tulisan yang cocok.
e.
Langkah-Langkah
Penggunaan
Majalah
Sebagai
Sumber
Belajar
Majalah merupakan sember belajar dalam bentuk bacaan.
Terdapat beberapa hal dalam penggunaan majalah sebagai sumber
balajar bentuk bacaan. Kokom Komalasari (2013: 129-130)
menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:
1)
Sumber belajar bacaan dapat digunakan siswa sebagai sumber
referensi penunjang pemahaman siswa untuk mendampingi
buku teks.
2)
Sumber belajar bacaan dimanfaatkan guru dalam pembelajaran
dengan memberi kesempatan kepada siswa secara individual
untuk membaca dengan saksama, merangkum, membuat
29
pertanyaan dari bacaan, dan menjawab pertanyaan yang
tersedia.
3)
Teknik pemanfaatan sumber belajar bacaan dapat pula
menggunakan kelompok belajar kooperatif, dimana guru
menyodorkan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa dengan cara membaca sumber belajar tersebut, kemudian
siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
4)
Guru dapat mebuat pointer-pointer penting dari isi bacaan
untuk memperjelas pemahaman siswa tentang isi bacaan
tersebut.
Majalah sebagai sumber belajar bacaan dalam pembelajaran
IPS khususnya pada penerapan kurikulum 2013 dapat digunakan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Guru memberikan satu atau beberapa permasalahan sosial
kepada siswa. Siswa diminta untuk memecahkan permasalahan
tersebut dengan menggunakan berbagai sumber.
2)
Siswa menyusun pertanyaan-pertanyaan yang kemudian akan
digunakan untuk mengumpulkan data.
3)
Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
membaca, memahami, dan mengumpulkan data-data dari
majalah. Jadi, peran majalah disini adalah sebagai sumber data
bagi siswa.
30
4)
Siswa menganalisis dan menarik kesimpulan dari data-data
yang telah dikumpulkan.
5)
Langkah
terakhir,
siswa
mempresentasikan
hasil
pengamatannya di depan kelas.
Langkah-langkah tersebut tidak harus dilaksanakan secara
paten. Guru dapat menggunakannya secara fleksibel. Tetapi yang
perlu menjadi catatan adalah fungsi dari majalah itu sendiri adalah
sebagai sumber data yang dapat dugunakan saat siswa melakukan
pengamatan dan pengumpulan data.
f.
Format Sumber Belajar IPS Bentuk Majalah.
Majalah disusun sebagai sumber belajar IPS mengikuti format
penulisan majalah ilmiah populer yang disesuaikan dengan kriteria
sumber belajar. Tulisan di dalamnya bersifat ilmiah, tetapi disajikan
dengan bahasa yang ringan. Sajian materi yang ditampilkan
disesuaikan dengan materi interaksi manusia dan lingkungan.
Majalah diterbitkan dalam dua edisi. Edisi pertama mengangkat tema
pokok Hakikat Interaksi Manusia dan Lingkungan, dan edisi kedua
mengankat tema pokok Dampak Aktivitas Manusia terhadap
Lingkungan Alam, Ekonomi, dan Sosial Budaya. Majalah sebagai
sumber belajar IPS disesuaikan dengan KI dan KD yang telah
ditentutan dengan materi interaksi manusia dan lingkungan.
Majalah sebagai sumber belajar IPS diterbitkan dalam dua
edisi berkala mingguan. Majalah menampilkan materi dengan cara
31
menyajikan
rubrik-rubrik
yang
mendukung
materi
tersebut.
Berdasarkan sifat isinya, Kanis Barung, dkk (1998: 49-65)
mengklasifikasikan rubrik dalam tiga golongan besar yaitu rubrik
opini, rubrik informasi, dan rubrik berita. Rubrik opini terdiri dari
tajuk rencana, pojok, karikatur, surat pembaca, artikel, silang
pendapat dan esai. Rubrik informasi atau berita terdiri dari pengantar
redaksi, berita, resensi, ruang iptek, feature, apa dan siapa, kronik,
dan kosakata. Rubrik hiburan terdiri dari puisi, cerita pendek,
anekdot, kartun, kata-kata mutiara, dan vinyet. Majalah sebagai
sumber belajar IPS ini menyajikan rubrik Dari Editor, Pariwara
Khusus, Kini, Kelak, Sajian Utama berupa tiga feature, Refleksi,
Cerpen, dan Socia Word.
Ukuran majalah adalah B5 (17x22,5cm) dengan jumlah
halaman adalah 24 dan disajikan dalam dua kolom. Hal ini sesuai
dengan format majalah yang disampaikan oleh R Masri Sareb Putra
(2008: 98-99) yang menyebutkan bahwa paling ideal, jumlah
halaman majalah adalah 16, 24, 32, 48, 56, atau 64. Sedangkan
ukuran majalah berkisar pada lima format, yaitu: 13x20cm,
17x22.5cm, 14x21cm, 15x23cm, dan 22x28.5cm. Kelima format
tersebut dianjurkan karena efektif dan ekonomis. Format pertama
bagus jika diset satu kolom. Format kedua sampai keempat dapat
diset tiga kolom, sedangkan format lima diset tiga kolom.
32
Tim Redaksi majalah terdiri dari ketua, sekertaris, penyunting,
pembantu penyunting, dan penata letak. Tim redaksi merupakan
mahasiswa Pendidikan IPS 2010 Fakultas Ilmu Sosial UNY. Feature
yang disajikan sebagai sajian utama ditulis oleh enam mahasiswa
Pendidikan IPS UNY angkatan 2010 dan diolah oleh tim redaksi
majalah. Hal ini untuk menyiasati keterbatasan peneliti dalam
mengembangkan majalah sebagai sumber belajar. Majalah IPS yang
sudah tersusun kemudian divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan
guru sebagai sarana perbaikan produk. Setelah dinyatakan layak
pada tahapan validasi, produk kemudian diujicobakan kepada siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan terhadap penelitian ini sebagai berikut:
1.
Penelitian yang dilakukan oleh Anita Hartini Suryaman (2010) yang
berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Geografi Bentuk Majalah
untuk Siswa SMA pada Materi Hidrosfer dan Dampaknya Terhadap
Kehidupan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media pembelajaran
geografi bentuk majalah layak digunakan dengan penilaian oleh ahli
materi 4, ahli media 4.42, guru 4.21, dan siswa 4.45. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
pengembangan majalah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
yang dilakukan peneliti adalah pada fungsi majalah, materi dan sasaran
pembaca. Dalam penelitian ini majalah berfungsi sebagai media,
sedangkan peneliti mengembangkan majalah sebagai sumber belajar.
33
Materi dalam penelitian ini adalah Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan dengan sasaran pembaca siswa SMA, sedangkan peneliti
mengembangkan majalah dengan materi Interaksi Manusia dan
lingkungan dengan sasaran pembaca siswa SMP kelas VII.
2.
Penelitian oleh Dian Ardhina (2012) dengan judul Pengembangan Media
Pembelajaran Geografi Bentuk Majalah Elektronik untuk Siswa SMA
Kelas X. Penelitian ini sampai pada kesimpulan bahwa media
pembelajaran geografi bentuk majalah elektronik layak digunakan untuk
pembelajaran di kelas maupun belajar mandiri. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah pengembangan
majalah. Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan
adalah pada bentuk produk majalahnya. Penelitian ini menghasilkan
produk majalah elektronik, sedangkan peneliti menghasilkan produk
berupa majalah cetak.
3.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fajar Rahmawati (2012) dengan
judul Pengembangan Majalah Kimia Reaksi Redoks dan Elektrokimia
sebagai Alternatif Sumber Belajar Mandiri pada Mata Pelajaran Kimia
untuk Peserta Didik SMA/MA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan majalah kimia reaksi redoks dan elektrokimia sebagai
alternatif sumber belajar mandiri pada mata pelajaran kimia untuk peserta
didik SMA/MA menunjukkan hasil baik dengan skor rata-rata penilaian
4,09. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah mengembangkan produk bentuk majalah. Perbedaan penelitian ini
34
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai materi
sasaran pembacanya. Materi dalam majalah yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah reaksi redoks dan elektrokimia dengan sasaran
pembaca siswa SMA sedangkan majalah yang dikembangkan oleh
peneliti
menghadirkan
materi mengenai
Interaksi
Manusia dan
Lingkungan dengan sasaran pembaca siswa SMP kelas VII.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan dalam latar belakang
masalah, dapat kita lihat bahwa pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah
saat ini belum maksimal. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya sumber
belajar di sekolah, terutama sumber belajar IPS.
Kurangnya sumber belajar di sekolah, mempengaruhi pembelajaran IPS
oleh guru di kelas. Terutama dengan adanya tuntutan kurikulum 2013 yang
menuntut penggunaan berbagai macam sumber belajar untuk memperluas dan
memperdalam materi, mengingat buku paket yang tersedia hanya menyajikan
pokok-pokok materi saja. Ketersediaan sumber belajar yang sesuai dengan
kurikulum 2013 masih terbatas. Ditambah lagi dengan tuntutan pembelajaran
IPS yang harus lebih kontekstual. Salah satu sumber belajar yang diharapkan
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran IPS tersebut adalah sumber belajar
bentuk
majalah. Dalam
penelitian
dan
pengembangan
ini
peneliti
mengembangkan majalah IPS dengan materi interaksi manusia dan
lingkungan.
35
Produk yang dikembangkan divalidasi oleh ahli materi dan ahli media,
kemudian dilakukan revisi tahap pertama. Produk hasil revisi dinilai oleh dua
guru SMP dan kemudian dilakukan revisi tahap kedua. Hasil dari revisi
tersebut kemudian diujicobakan kepada 32 siswa kelas VII SMP. Melalui
tahapan-tahapan tersebut maka didapatkan produk akhir sumber belajar
bentuk majalah yang layak untuk digunakan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disusun skema alur berpikir
sebagai berikut.
Ketersediaan sumber belajar
yang sesuai dengan
kurikulum 2013 masih
terbatas
Ketersediaan sumber
belajar IPS di SMP masih
terbatas
Tuntutan pembelajaran
IPS yang lebih kontekstual
Perlu adanya pengembangan sumber
belajar yang kontekstual dan menarik
dalam pembelajaran IPS
Pengembangan sumber belajar
Sociamagz
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pikir
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, dapat diidentifikasi
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimana mengembangkan sumber belajar IPS bentuk majalah?
2.
Bagaimana penilaian ahli materi terhadap sumber belajar IPS bentuk
majalah yang dikembangkan dalam penelitian ini?
36
3.
Bagaimana penilaian ahli media terhadap sumber belajar IPS bentuk
majalah yang dikembangkan dalam penelitian ini?
4.
Bagaimana penilaian guru terhadap sumber belajar IPS bentuk majalah
yang dikembangkan dalam penelitian ini?
5.
Bagaimana tanggapan siswa terhadap sumber belajar IPS bentuk majalah
yang dikembangkan dalam penelitian ini?
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1.
Sumber Belajar
a.
Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar memiliki pengertian yang sangat luas. Sumber
belajar menurut Ahmad Rohani & Abu Ahmadi (1995: 152) adalah
guru dan bahan-bahan pelajaran berupa buku bacaan atau
semacamnya. Pengertian selanjutnya dari sumber belajar adalah
segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses
pembelajaran baik langsung maupun tidak langsung, di luar diri
peserta didik yang melengkapi diri mereka pada saat pembelajaran
berlangsung.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat mendukung
proses belajar sehingga memberikan perubahan yang positif. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Arif S Sadiman (dalam Ahmad
Rohani & Abu Ahmadi, 1995: 152-153) yang berpendapat bahwa
sumber belajar adalah segala macam sumber yang ada di luar yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Peranan sumber-sumber
belajar (seperti: guru, dosen, buku, film, majalah, laboratorium,
peristiwa, dan sebagainya) memungkinkan individu berubah dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari
9
10
tidak terampil menjadi terampil, dan menjadikan individu dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Jadi segala
apa yang bisa mendatangkan manfaat atau mendukung dan
menunjang individu untuk berubah ke arah yang lebih positif,
dinamis, atau menuju perkembangan dapat disebut sumber belajar.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan
informasi
dalam
pembelajaran.
Abdul
Majid
(2008:170)
mengungkapkan bahwa sumber belajar ditetapkan sebagai informasi
yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang
dapat membantu siswa dalam belajar, sebagai perwujudan dari
kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan,
video, perangkat lunak, atau kombinasi dari beberapa bentuk
tersebut yang dapat digunakan siswa dan guru. Sumber belajar juga
dapat diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan, orang, dan
benda yang mengandung imformasi yang menjadi wahana bagi
siswa untuk melakukan proses perubahan perilaku.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat membantu
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Wina Sanjaya (2010:
175) menyebutkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang
dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan
pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Sumber belajar disini meliputi, orang, alat dan bahan, aktivitas, dan
lingkungan.
11
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
oleh siswa untuk mempelajari suatu hal. Pengertian dari sumber
belajar sangat luas. Sumber belajar tidak terbatas hanya buku saja
tetapi dapat berupa, orang, alat, bahan, dan lingkungan yang dapat
mendukung proses pembelajaran.
b. Klasifikasi Sumber Belajar
Pengertian sumber belajar sangat luas. Namun secara umum
ada beberapa klasifikasi sumber belajar. AECT (Association of
Education Communication Technology) mengklasifikasikan sumber
belajar dalam enam macam yaitu message, people, materials, device,
technique, dan setting (Akhmad Rohani & Abu Ahmadi, 1995: 155).
Enam klasifikasi sumber belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1)
Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh
komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data.
2)
People (orang), yakni manusia yang bertindak sebagai
penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Termasuk kelompok
ini misalnya dosen, guru, tutor, dll.
3)
Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung
pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat/perangkat
keras, ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media
12
termasuk kategori materials, seperti transportasi, slide, film,
audio, video, modul, majalah, buku dan sebagainya.
4)
Device (alat), yakni sesuatu (perangkat keras) yang digunakan
yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan
dalam bahan. Misalnya overhead proyektor, slide, video
tape/recorder , dll
5)
Technique
(teknik),
yaitu
prosedur
atau
acuan
yang
dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang,
lingkungan untuk menyampaikan pesan. Misalnya pengajaran
terprogram/modul, simulasi, demonstrasi, tanya jawab, dll.
6)
Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar dimana
pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik ataupun non fisik.
Teori lain mengklasifikasikan sumber belajar menjadi lima hal
yaitu tempat, benda, orang, buku, dan peristiwa. Hal tersebut
diungkapkan oleh Abdul Majid (2008: 170-171). Klasifikasi tersebut
secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Tempat atau lingkungan sekitar dimana seseorang dapat
belajar dan melakukan perubahan tingkah laku, seperti sungai,
pasar, gunung, museum, dll.
2)
Segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan
tingkah laku peserta didik, misalnya situs, dll.
3)
Orang yang memiliki keahlian tertentu sehingga siswa dapat
belajar sesuatu kepada orang tersebut.
13
4)
Segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh
siswa.
5)
Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi.
Berdasarkan klasifikasi di atas, sumber belajar dapat
digolongkan menjadi: pesan, orang, alat, bahan, teknik, dan
lingkungan. Penelitian ini mengembangkan sumber belajar bentuk
majalah. Berdasarkan klasifikasi di atas, dapat dilihat majalah
merupakan salah satu bentuk sumber belajar yang termasuk ke dalam
klasifikasi
sumber
belajar
bahan
atau
materials.
Majalah
mengandung pesan yang dapat menjadi sumber belajar bagi siswa.
Majalah merupakan sumber informasi aktual yang dapat digunakan
secara mandiri oleh siswa.
c.
Manfaat Sumber Belajar
Sumber belajar memiliki berbagai manfaat penting dalam
kegiatan pembelajaran. Sumber belajar tidak hanya bermanfaat
untuk menyalurkan pesan, tetapi juga strategi, metode, dan
tekniknya. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan dari FIP UPI (2007:
201)
mengungkapkan
Meningkatkan
manfaat
produktifitas
sumber
belajar
pembelajaran;
2)
adalah:
1)
Memberikan
kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual; 3)
Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran; 4)
Lebih memantapkan pembelajaran; 5) Memungkinkan belajar secara
seketika; dan 6) Memungkinkan pembelajaran yang lebih luas.
14
Sumber belajar bermanfaat untuk memfasilitasi kegiatan
belajar agar menjadi lebih efektif dan efisien. Eveline Siregar &
Hartini Nara (2010: 128-129) menjelaskannya secara rinci sebagai
berikut: 1) memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dan
langsung; 2) menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan,
dikunjungi, atau dilihat secara langsung; 3) menambah dan
memperluas cakrawala sains yang ada di dalam kelas; 4)
memberikan informasi yang akurat dan terbaru; 4) membantu
memecahkan masalah pendidikan dalam lingkup makro maupun
mikro; 5) memberikan motivasi positif; dan 6) merangsang untuk
berfikir kritis, merangsang untuk bersikap lebih positif serta
berkembang lebih jauh.
Berdasarkan beberapa manfaat yang diungkapkan ahli tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa sumber belajar tidak hanya
menyalurkan pesan saja, melainkan juga dapat meningkatkan
efektifitas proses pembelajaran. Peningkatan proses pembelajaran
pada akhirnya akan meningkatkan kualistas siswanya. Khususnya
untuk sumber belajar bentuk majalah yang dikembangkan dalam
penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk
memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret, memperluas
cakrawala, memberi informasi yang akurat, serta merangsang untuk
berfikir kritis.
15
d. Komponen-Komponen Sumber Belajar
Komponen adalah bagian-bagian yang selalu ada di dalam
sumber belajar, dan bagian-bagian itu merupakan satu kesatuan yang
sulit berdiri sendiri sekalipun mungkin dapat dipergunakan secara
terpisah. Komponen-komponen sumber belajar menurut Nana
Sudjana & Ahmad Rivai (1989: 81-83) diantaranya adalah: 1)
tujuan, misi, atau fungsi sumber belajar; 2) bentuk, format, atau
keadaan fisik sumber belajar; 3) pesan yang dibawa oleh sumber
belajar; dan 4) tingkat kesulitan atau kompleksitas pemahaman
sumber belajar.
Komponen-komponen sumber belajar di atas dapat diuraikan
lebih jauh sebagai berikut:
1)
Tujuan, misi, atau fungsi sumber belajar, artinya setiap sumber
belajar selalu memiliki tujuan atau misi yang akan dicapai.
Tujuan setiap sumber itu selalu ada, baik secara eksplisit
maupun secara implisit. Tujuan sangat dipengaruhi oleh sifat
dan bentuk sumber belajar itu sendiri.
2)
Bentuk, format, atau keadaan fisik sumber belajar satu dengan
lainnya berbeda-beda. Keadaan fisik sumber belajar ini
merupakan
komponen
penting.
Penggunaan
atau
pemanfatannya hendaknya dengan memperhitungkan segi
waktu, pembiayaan dan sebagainya.
16
3)
Pesan yang dibawa oleh sumber belajar. Setiap sumber belajar
selalu membawa pesan yang dimanfaatkan atau dipelajari oleh
para pemakainya. Komponen pesan merupakan informasi yang
penting. Oleh karena itu para pemakai sumber belajar
hendaknya memperhatikan bagaimana pesan disimak. Hal-hal
yang perlu diperhatikan antara lain: isi pesan harus sederhana,
sukup jelas, lengkap, mudah disimak maknanya.
4)
Tingkat kesulitan atau kompleksitas pemakaian sumber
belajar. Tingkat kompleksitas penggunaan sumber belajar
berkaitan dengan keadaan fisik dan pesan sumber belajar.
Sejauh
mana
menentukan
kompleksitasnya
apakah
sumber
perlu
belajar
diketahui
itu
masih
guna
bisa
dipergunakan, mengingat waktu dan biaya yang terbatas.
Komponen-komponen tersebut saling berkaitan sehingga
membentuk satu sistem yang menyusun sumber belajar. Setiap
komponen merupakan satu kesatuan yang sulit berdiri sendiri
sekalipun mungkin dapat dipergunakan secara terpisah. Dalam
penelitian dan pengembangan ini, peneliti mengembangkan sumber
belajar dengan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan KI dan KD
yang telah dipilih. Bentuknya berupa majalah cetak, dengan memuat
pesan berbagai rubrik yang mendukung materi dan disajikan dengan
bahasa yang populer atau ringan sehingga lebih mudah dipahami.
17
e.
Evaluasi Sumber Belajar
Pengembangan sumber belajar memerlukan evaluasi untuk
mengetahui mutu dari sumber belajar tersebut. Evaluasi sumber
belajar IPS bentuk majalah ini mengadopsi dari evaluasi buku teks
yang disampaikan oleh Masnur Muslich (2010: 291-313), yang
kemudian disesuaikan dengan evaluasi pembuatan majalah. Evaluasi
sumber belajar meliputi kelayakan isi, kelayakan penyajian,
kelayakan kebahasaan dan kelayakan kegrafikan. Secara lebih rinci
evaluasi sumber belajar dijabarkan dalam berbagai indikator berikut
ini:
1)
Penilaian kelayakan isi
Ada tiga indikator yang harus diperhatikan. Yaitu kesesuaian
uraian materi dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar
yang
terdapat
dalam
kurikulum
mata
pelajaran
yang
bersangkutan, keakuratan materi, dan materi pendukung
pembelajaran.
2)
Penilaian kelayakan penyajian
Terdapat tiga indikator yang harus diperhatikan dalam
kelayakan penyajian, yaitu: teknik penyajian, penyajian
pembelajaran, dan kelengkapan penyajian.
3)
Penilaian kelayakan bahasa
Ada tiga indikator yang harus diperhatikan dalam menilai
kelayakan bahasa, yaitu: kesesuaian pemakaian bahasa dengan
18
tingkat
perkembangan
komunikatif,
dan
siswa,
pemakaian
pemakaian
bahasa
bahasa
memenuhi
yang
syarat
keruntutan dan keterpaduan alur berpikir.
4)
Penilaian kelayakan kegrafikan
Ada tiga indikator yang harus diperhatikan dalam hal
kegrafikan, yaitu ukuran buku, desain kulit buku, dan desain isi
buku
Evaluasi sumber belajar bentuk majalah ini akan mengadobsi
dari kriteria evaluasi tersebut yang disesuaikan dengan kriteria
majalah yang baik. Evaluasi sumber belajar dilakukan oleh ahli
materi, ahli media, dan guru. Sehingga instrumen evaluasi
disesuaikan dengan kepentingan masing-masing.
2.
Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP
a.
Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diajarkan pada siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Terdapat beberapa pengertian IPS menurut ahli yang akan
dijabarkan di bawah ini.
Menurut National Council for Sosial Studies (NCSS) (dalam
Supardi, 2011: 182) menyebutkan bahwa:
Social studies are the integrated study of the sosial
sciences and humanities to promote civic competence. Within
the school program, sosial studies provides coordinated,
sistematic study drawing upon such disciplines as antropology,
archaeology, economics, geography, history, law, philosophy,
political science, psycology, religion, and sociology, as well as
19
appropriate content from the humanities, mathematics, and the
natural sciences.
Menurut Numan Somantri (2001: 44) batasan dan tujuan IPS
adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi,
filsafat, ideologi negara dan agama yang diorganisasikan, disajikan
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Berdasarkan
batasan tujuan tersebut, maka IPS untuk tingkat sekolah diartikan
sebagai: 1) pendidikan yang menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai
kewarganegaraan, moral, ideologi negara dan agama; 2) pendidikan
yang menekankan pada isi dan metode berpikir ilmuan sosial; 3)
pendidikan yang menekankan pada reflectif inquiry; dan 4)
pendidikan yang mengambil kebaikan-kebaikan dari butir 1, 2, dan 3
tersebut.
Menurut beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa IPS adalah integrasi dari berbagai macam ilmu sosial seperti
geografi, sejarah, sosiologi, ekonomi, politik, hukum, psikologi, dan
lain-lain yang disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan
pendidikan. Tetapi secara konseptual seperti yang diungkapkan
Sapriya (2011: 200-201) bahwa pelajaran IPS di SMP belum
mencakup dan mengakomodasi seluruh disiplin ilmu sosial. Jadi
pembelajaran IPS di SMP saat ini merupakan integrasi empat bidang
ilmu sosial yaitu geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi.
20
b. Tujuan Pendidikan IPS di SMP
Pendidikan IPS tidak hanya bertujuan untuk memberikan
pengetahuan saja kepada siswa, tetapi harus sampai kepada
penerapan pengetahuannya dalam kehidupan. Hal tersebut dapat
dilihat dalam tujuan pendidikan IPS yang termuat dalam NCSS
(Supardi, 2011: 184-185) yang meliputi: tujuan informasi dan
pengetahuan (knowledge and information), nilai dan tingkah laku
(attitude and values), dan tujuan ketrampilan (skill): sosial, bekerja
dan belajar, kerja kelompok, dan ketrampilan intelektual. Gross
(dalam Etin Sholihatin & Raharjo, 2009: 14) menyebutkan bahwa
tujuan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara
yang baik dalam kehidupannya di masyarakat dan mengembangkan
kemampuan siswa untuk menggunakan penalaran dalam mengambil
keputusan yang dihadapinya.
Sesuai dengan tingkatannya mata pelajaran IPS di SMP
disusun secara sistematis dan terpadu dalam pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam masyarakat. Dalam hal ini,
Sapriya (2011: 201) merumuskan tujuan IPS ditingkat SMP adalah:
1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya; 2) memiliki kemampuan dasar untuk
berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, keterampilan sosial
dalam memecahkan masalah; 3) memiliki komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan 4) memiliki
21
kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, serta berkompetisi dalam
masyarakat majemuk.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan IPS di SMP bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan kepada siswa, memperbaiki nilai dan tingkah laku, dan
mengembangkan keterampilan. Selain itu, pendidikan IPS di sekolah
juga mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik
dan mampu menggunakan penalaran untuk mengambil keputusan.
3.
Majalah
a.
Pengertian Majalah
Majalah adalah sekumpulan artikel atau kisah yang diterbitkan
teratur secara berkala (Marcel Danesi, 2010: 89). Majalah
menampilkan beragam informasi, opini, dan hiburan konsumsi
massa dengan berbagai ilustrasi pendukung.
Nurudin (2009: 14) mengungkapkan bahwa majalah (biasanya
terbit mingguan, tengah bulanan, bulanan, atau triwulanan)
menampilkan tulisan yang lebih mendalam disertai data dan analisis
yang tajam. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Indah Suryawati
(2011: 42) yang mendeskripsikan majalah sebagai media komunikasi
yang menyajikan informasi secara dalam, tajam, dan memiliki nilai
aktualitas yang lama serta menampilkan gambar/foto yang banyak.
Halaman muka (cover ) dan foto dalam majalah memiliki daya tarik
22
tersendiri.
Majalah
dapat
diterbitkan
secara
mingguan,
dwimingguan, bulanan, bahkan dwi atau triwulan.
Slamet Soeseno (1997: 8-11) memberikan batasan mengenai
majalah yaitu berisi kumpulan tulisan yang menghibur dan
menyenangkan pembacanya. Majalah lebih banyak berisi feature
penyuluhan, kisah perjalanan, artikel masalah dan pendirian
penulisnya, cerita kocak, laporan hasil penyelidikan, sajak dan jenisjenis kesusasteraan lainnya. Majalah sering kali disertai dengan foto
dan gambar ilustrasi. Majalah lebih mementingkan kemenarikan
bahan yang ditulis daripada aktualitasnya. Karena sifat tulisan dari
majalah adalah tak lekang oleh waktu.
Dari beberapa definisi majalah di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa majalah adalah kumpulan tulisan yang
menghibur dan menyenangkan pembacanya melalui berbagai rubrik
seperti: feature, artikel dan kisah. Majalah memiliki ciri-ciri:
menyajikan informasi yang menarik, disajikan secara mendalam,
disertai gambar, dan terbit secara berkala.
b. Jenis-Jenis Majalah
Majalah terbagi menjadi dua kategori yaitu majalah umum
(untuk semua golongan masyarakat) dan majalah khusus (untuk
bidang profesi/golongan/kalangan tertentu) (Indah Suryawati, 2011:
42). Tipe majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang hendak
23
dituju, artinya redaksi sudah menentukan sebelumnya siapa yang
akan menjadi sasaran pembacanya.
Dominick
(dalam
Indah
Suryawati:
2011:
43)
mengklasifikasikan majalah ke dalam lima kategori yaitu: 1) general
consumer magazine (majalah konsumen umum); 2) business
publication (majalah bisnis); 3) literacy reviews and academic jurnal
(kritik sastra dan majalah ilmiah); 4) newsletter (majalah khusus
terbitan berkala); dan 5) public relations magazines (majalah
humas).
Slamet Soeseno (1997: 8) menggolongkan majalah menjadi
dua jenis, yaitu majalah yang bersifat umum dan majalah yang
bersifat khusus. Majalah bersifat khusus hanya mengurusi bidangbidang tertentu, seperti pertanian, kedokteran, kewanitaan, sport,
film, fotografi, hobi, atau keilmuan tertentu.
Dalam
penelitian
pengembangan
ini,
peneliti
mengembangkan majalah dalam kategori majalah khusus, yaitu
majalah yang digunakan sebagai sumber belajar IPS dengan materi
interaksi manusia dan lingkungan untuk siswa SMP kelas VII.
Karena tujuan dari pengembangan majalah sebagai sumber belajar,
maka majalah yang dikembangkan bersifat ilmiah populer.
Majalah ilmiah populer ringan untuk dibaca. Menurut Mien
A. Rifai (2005: 59) majalah ilmiah populer berisi tulisan ilmiah
untuk orang awam. Isinya ditulis dengan menggunakan bahasa yang
24
sederhana, sering kali kocak dan bercanda, penuh bunga-bunga, serta
sedikit sekali memakai istilah teknis. Karena ditujukan untuk
konsumsi masyarakat umum itu, kosakata yang dipakai biasanya
tidak sampai berjumlah 1500.
Ada dua ciri majalah ilmiah populer. Slamet Soeseno (1997:
83-100) mengungkapkan majalah ilmiah populer memiliki ciri
kedalaman pembahasan materi dan keobjektifan pandangan yang
dikemukakan. Tulisan tidak hanya mengungkapkan mengapa dan
bagaimana suatu fakta, tetapi juga mengapa dan bagaimana suatu
proses disertai penjelasan ilmiahnya. Ciri yang selanjutnya adalah
pembahasan tersebut ditulis dengan bahasa yang populer.
Majalah dalam penelitian ini disusun khusus sebagai sumber
belajar IPS dengan materi pokok mengenai interaksi manusia dan
lingkungan. Majalah disajikan dengan memunculkan tiga feature
disertai beberapa rubrik pendukung dan diungkapkan dengan bahasa
yang populer. Sasaran pembaca yang dituju adalah siswa kelas VII
SMP. Sehingga penyusunan majalah disesuaikan dengan sasaran dan
fungsi majalah tersebut.
c.
Syarat Majalah Ilmiah Populer
Majalah ilmiah populer berisi artikel atau tulisan ilmiah
populer. Menurut Sugihastuti (2000: 116) tulisan ilmiah populer
harus memenuhi syarat, antara lain: 1) fakta atau gejala dan hasil
analisisnya objektif dan 2) teknik penulisannya populer, mudah
25
dimengerti, tetapi bukan berbentuk tulisan sendau gurau. Tulisan
dalam majalah bersifat ilmiah dan disajikan secara populer.
Tulisan ilmiah populer diharapkan mampu menjelaskan
mengapa dan bagaimana objek, fakta, dan gejala itu terjadi secara
objektif. Tulisan mengandung kebenaran secara objektif karena
didukung oleh informasi yang sudah teruji kebenarannya. Data yang
disajikan bukan data subjektif. Tulisan disajikan secara mendalam
berkat penalaran dan analisis yang tidak pandang bulu.
Majalah ilmiah populer disajikan dengan bahasa yang populer.
Populer tidak berarti ceroboh. Istilah populer digunakan untuk
menyatakan topik yang akrab, menyenangkan bagi populus (rakyat),
atau disukai oleh orang kebanyakan karena menarik dan mudah
dipahami. Agar dapat menarik harus enak dibaca, teratur dan lancar
bahasanya. Agar mudah dipahami, tulisan yang menarik itu harus
mampu pula menyederhanakan persoalan yang dikemukakan.
Tulisan ilmiah populer dikonsumsi oleh massa, sehingga ada
beberapa hal yang harus dipenuhi yaitu singkat, padat, sederhana,
lancar, lugas, menarik, dan populer. Tulisan ilmiah populer
menggunakan kalimat-kalimat yang pendek, padat, dan sederhana.
d. Langkah-Langkah Membuat Majalah
Langkah-langkah membuat majalah meliputi empat tahap,
yaitu: tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan dokumentasi.
26
Kanis Barung, Djony Hervan & Joko Pinurbo (1998: 86-94)
menjelaskan secara rinci sebagai berikut:
1)
Tahap Perencanaan
Pembuatan majalah harus memiliki perencanaan yang
matang. Hal-hal yang harus direncanakan dalam pembuatan
majalah meliputi perencanaan jenis majalah, perencanaan kala
penerbitan, perencanaan rubrik, perencanaan perwajahan,
perencanaan biaya, perencanaan personalia, dan perencanaan
evaluasi.
2)
Tahap Pelaksanaan
Inti
kegiatan
pembuatan
majalah
adalah
tahap
pelaksanaan. Pada tahap ini setidaknya ada tiga sub tahap yang
harus dilaksanakan. Ketiga sub tahap tersebut adalah
pengadaan bahan, pengelolaan bahan, dan produksi/penerbitan.
3)
Tahap Evaluasi
Ada beberapa hal yang harus dievaluasi, diantaranya: hasil
yang dicapai bermutu atau tidak, ada unsur kreativitas atau
monoton, bahan yang muncul menarik atau tidak; ilustrasi
yang muncul bernilai didaktis atau destruktif, serta bagaimana
penataan kolom, alur dan grafisnya.
27
4)
Tahap Dokumentasi
Pada tahapan ini redaksi menghimpun bahan yang pernah
terbit dengan cara tertentu sebagai arsip yang bermanfaat pada
kesempatan lain.
Dalam penelitian dan pengembangan ini, langkah pembuatan
majalah mengikuti langkah-langkah tersebut. Untuk memenuhi
persyaratan majalah ilmiah populer seperti yang diungkapkan
sebelumnya, maka dalam tahapan pengelolaan bahan diperlukan
pedoman penulisan majalah ilmiah populer.
Penulisan ilmiah populer mengikuti pada pedoman yang
disampaikan oleh Slamet Soeseno. Slamet Soeseno (1997: 15-32)
mengungkapkan ada empat langkah dalam menulis majalah ilmiah
populer, yaitu: 1) menelaah tema; 2) menguji kelayakan topik
(pokok bahasan yang akan ditulis); 3) mengumpulkan bahan sumber
tulisan; dan 4) menyususn bahan informasi menjadi salah satu
bentuk penulisan yang cocok. Secara lebih rinci, langkah-langkah
tersebut dijelaskan di bawah ini.
Menelaah tema dilakukan agar tidak mengalami salah tafsir
yang akhirnya akan salah dalam mencari dan mengumpulkan bahan
informasi. Menelaah tema tidak hanya cukup dengan hanya mencari
jawaban atas pertanyaan “apa”, tetapi perlu mencari jawaban atas
pertanyaan “bagaimana”.
28
Langkah
selanjutnya
adalah
menguji
kelayakan
topik.
Kelayakan topik dapat dilihat dari kemenarikan suatu topik untuk
dibahas, serta apakah topik tersebut dapat menambah pengetahuan
pembaca atau mampu memecahkan suatu permasalahan. Jika kedua
hal tersebut terpenuhi, maka topik tersebut layak untuk ditulis.
Setelah tema dan topik ditentukan, maka langkah selanjutnya
adalah pengumpulan bahan tulisan. Hal ini dilakukan untuk mencari
dasar-dasar atau informasi lebih mendalam dalam tulisannya. Ketika
bahan telah terkumpul tibalah saatnya untuk menulis sesuai dengan
bentuk tulisan yang cocok.
e.
Langkah-Langkah
Penggunaan
Majalah
Sebagai
Sumber
Belajar
Majalah merupakan sember belajar dalam bentuk bacaan.
Terdapat beberapa hal dalam penggunaan majalah sebagai sumber
balajar bentuk bacaan. Kokom Komalasari (2013: 129-130)
menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:
1)
Sumber belajar bacaan dapat digunakan siswa sebagai sumber
referensi penunjang pemahaman siswa untuk mendampingi
buku teks.
2)
Sumber belajar bacaan dimanfaatkan guru dalam pembelajaran
dengan memberi kesempatan kepada siswa secara individual
untuk membaca dengan saksama, merangkum, membuat
29
pertanyaan dari bacaan, dan menjawab pertanyaan yang
tersedia.
3)
Teknik pemanfaatan sumber belajar bacaan dapat pula
menggunakan kelompok belajar kooperatif, dimana guru
menyodorkan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa dengan cara membaca sumber belajar tersebut, kemudian
siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
4)
Guru dapat mebuat pointer-pointer penting dari isi bacaan
untuk memperjelas pemahaman siswa tentang isi bacaan
tersebut.
Majalah sebagai sumber belajar bacaan dalam pembelajaran
IPS khususnya pada penerapan kurikulum 2013 dapat digunakan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Guru memberikan satu atau beberapa permasalahan sosial
kepada siswa. Siswa diminta untuk memecahkan permasalahan
tersebut dengan menggunakan berbagai sumber.
2)
Siswa menyusun pertanyaan-pertanyaan yang kemudian akan
digunakan untuk mengumpulkan data.
3)
Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
membaca, memahami, dan mengumpulkan data-data dari
majalah. Jadi, peran majalah disini adalah sebagai sumber data
bagi siswa.
30
4)
Siswa menganalisis dan menarik kesimpulan dari data-data
yang telah dikumpulkan.
5)
Langkah
terakhir,
siswa
mempresentasikan
hasil
pengamatannya di depan kelas.
Langkah-langkah tersebut tidak harus dilaksanakan secara
paten. Guru dapat menggunakannya secara fleksibel. Tetapi yang
perlu menjadi catatan adalah fungsi dari majalah itu sendiri adalah
sebagai sumber data yang dapat dugunakan saat siswa melakukan
pengamatan dan pengumpulan data.
f.
Format Sumber Belajar IPS Bentuk Majalah.
Majalah disusun sebagai sumber belajar IPS mengikuti format
penulisan majalah ilmiah populer yang disesuaikan dengan kriteria
sumber belajar. Tulisan di dalamnya bersifat ilmiah, tetapi disajikan
dengan bahasa yang ringan. Sajian materi yang ditampilkan
disesuaikan dengan materi interaksi manusia dan lingkungan.
Majalah diterbitkan dalam dua edisi. Edisi pertama mengangkat tema
pokok Hakikat Interaksi Manusia dan Lingkungan, dan edisi kedua
mengankat tema pokok Dampak Aktivitas Manusia terhadap
Lingkungan Alam, Ekonomi, dan Sosial Budaya. Majalah sebagai
sumber belajar IPS disesuaikan dengan KI dan KD yang telah
ditentutan dengan materi interaksi manusia dan lingkungan.
Majalah sebagai sumber belajar IPS diterbitkan dalam dua
edisi berkala mingguan. Majalah menampilkan materi dengan cara
31
menyajikan
rubrik-rubrik
yang
mendukung
materi
tersebut.
Berdasarkan sifat isinya, Kanis Barung, dkk (1998: 49-65)
mengklasifikasikan rubrik dalam tiga golongan besar yaitu rubrik
opini, rubrik informasi, dan rubrik berita. Rubrik opini terdiri dari
tajuk rencana, pojok, karikatur, surat pembaca, artikel, silang
pendapat dan esai. Rubrik informasi atau berita terdiri dari pengantar
redaksi, berita, resensi, ruang iptek, feature, apa dan siapa, kronik,
dan kosakata. Rubrik hiburan terdiri dari puisi, cerita pendek,
anekdot, kartun, kata-kata mutiara, dan vinyet. Majalah sebagai
sumber belajar IPS ini menyajikan rubrik Dari Editor, Pariwara
Khusus, Kini, Kelak, Sajian Utama berupa tiga feature, Refleksi,
Cerpen, dan Socia Word.
Ukuran majalah adalah B5 (17x22,5cm) dengan jumlah
halaman adalah 24 dan disajikan dalam dua kolom. Hal ini sesuai
dengan format majalah yang disampaikan oleh R Masri Sareb Putra
(2008: 98-99) yang menyebutkan bahwa paling ideal, jumlah
halaman majalah adalah 16, 24, 32, 48, 56, atau 64. Sedangkan
ukuran majalah berkisar pada lima format, yaitu: 13x20cm,
17x22.5cm, 14x21cm, 15x23cm, dan 22x28.5cm. Kelima format
tersebut dianjurkan karena efektif dan ekonomis. Format pertama
bagus jika diset satu kolom. Format kedua sampai keempat dapat
diset tiga kolom, sedangkan format lima diset tiga kolom.
32
Tim Redaksi majalah terdiri dari ketua, sekertaris, penyunting,
pembantu penyunting, dan penata letak. Tim redaksi merupakan
mahasiswa Pendidikan IPS 2010 Fakultas Ilmu Sosial UNY. Feature
yang disajikan sebagai sajian utama ditulis oleh enam mahasiswa
Pendidikan IPS UNY angkatan 2010 dan diolah oleh tim redaksi
majalah. Hal ini untuk menyiasati keterbatasan peneliti dalam
mengembangkan majalah sebagai sumber belajar. Majalah IPS yang
sudah tersusun kemudian divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan
guru sebagai sarana perbaikan produk. Setelah dinyatakan layak
pada tahapan validasi, produk kemudian diujicobakan kepada siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan terhadap penelitian ini sebagai berikut:
1.
Penelitian yang dilakukan oleh Anita Hartini Suryaman (2010) yang
berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Geografi Bentuk Majalah
untuk Siswa SMA pada Materi Hidrosfer dan Dampaknya Terhadap
Kehidupan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media pembelajaran
geografi bentuk majalah layak digunakan dengan penilaian oleh ahli
materi 4, ahli media 4.42, guru 4.21, dan siswa 4.45. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
pengembangan majalah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
yang dilakukan peneliti adalah pada fungsi majalah, materi dan sasaran
pembaca. Dalam penelitian ini majalah berfungsi sebagai media,
sedangkan peneliti mengembangkan majalah sebagai sumber belajar.
33
Materi dalam penelitian ini adalah Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan dengan sasaran pembaca siswa SMA, sedangkan peneliti
mengembangkan majalah dengan materi Interaksi Manusia dan
lingkungan dengan sasaran pembaca siswa SMP kelas VII.
2.
Penelitian oleh Dian Ardhina (2012) dengan judul Pengembangan Media
Pembelajaran Geografi Bentuk Majalah Elektronik untuk Siswa SMA
Kelas X. Penelitian ini sampai pada kesimpulan bahwa media
pembelajaran geografi bentuk majalah elektronik layak digunakan untuk
pembelajaran di kelas maupun belajar mandiri. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah pengembangan
majalah. Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan
adalah pada bentuk produk majalahnya. Penelitian ini menghasilkan
produk majalah elektronik, sedangkan peneliti menghasilkan produk
berupa majalah cetak.
3.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fajar Rahmawati (2012) dengan
judul Pengembangan Majalah Kimia Reaksi Redoks dan Elektrokimia
sebagai Alternatif Sumber Belajar Mandiri pada Mata Pelajaran Kimia
untuk Peserta Didik SMA/MA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan majalah kimia reaksi redoks dan elektrokimia sebagai
alternatif sumber belajar mandiri pada mata pelajaran kimia untuk peserta
didik SMA/MA menunjukkan hasil baik dengan skor rata-rata penilaian
4,09. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah mengembangkan produk bentuk majalah. Perbedaan penelitian ini
34
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai materi
sasaran pembacanya. Materi dalam majalah yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah reaksi redoks dan elektrokimia dengan sasaran
pembaca siswa SMA sedangkan majalah yang dikembangkan oleh
peneliti
menghadirkan
materi mengenai
Interaksi
Manusia dan
Lingkungan dengan sasaran pembaca siswa SMP kelas VII.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan dalam latar belakang
masalah, dapat kita lihat bahwa pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah
saat ini belum maksimal. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya sumber
belajar di sekolah, terutama sumber belajar IPS.
Kurangnya sumber belajar di sekolah, mempengaruhi pembelajaran IPS
oleh guru di kelas. Terutama dengan adanya tuntutan kurikulum 2013 yang
menuntut penggunaan berbagai macam sumber belajar untuk memperluas dan
memperdalam materi, mengingat buku paket yang tersedia hanya menyajikan
pokok-pokok materi saja. Ketersediaan sumber belajar yang sesuai dengan
kurikulum 2013 masih terbatas. Ditambah lagi dengan tuntutan pembelajaran
IPS yang harus lebih kontekstual. Salah satu sumber belajar yang diharapkan
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran IPS tersebut adalah sumber belajar
bentuk
majalah. Dalam
penelitian
dan
pengembangan
ini
peneliti
mengembangkan majalah IPS dengan materi interaksi manusia dan
lingkungan.
35
Produk yang dikembangkan divalidasi oleh ahli materi dan ahli media,
kemudian dilakukan revisi tahap pertama. Produk hasil revisi dinilai oleh dua
guru SMP dan kemudian dilakukan revisi tahap kedua. Hasil dari revisi
tersebut kemudian diujicobakan kepada 32 siswa kelas VII SMP. Melalui
tahapan-tahapan tersebut maka didapatkan produk akhir sumber belajar
bentuk majalah yang layak untuk digunakan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disusun skema alur berpikir
sebagai berikut.
Ketersediaan sumber belajar
yang sesuai dengan
kurikulum 2013 masih
terbatas
Ketersediaan sumber
belajar IPS di SMP masih
terbatas
Tuntutan pembelajaran
IPS yang lebih kontekstual
Perlu adanya pengembangan sumber
belajar yang kontekstual dan menarik
dalam pembelajaran IPS
Pengembangan sumber belajar
Sociamagz
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pikir
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, dapat diidentifikasi
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimana mengembangkan sumber belajar IPS bentuk majalah?
2.
Bagaimana penilaian ahli materi terhadap sumber belajar IPS bentuk
majalah yang dikembangkan dalam penelitian ini?
36
3.
Bagaimana penilaian ahli media terhadap sumber belajar IPS bentuk
majalah yang dikembangkan dalam penelitian ini?
4.
Bagaimana penilaian guru terhadap sumber belajar IPS bentuk majalah
yang dikembangkan dalam penelitian ini?
5.
Bagaimana tanggapan siswa terhadap sumber belajar IPS bentuk majalah
yang dikembangkan dalam penelitian ini?