PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA PELAJARAN KELISTRIKAN OTOMOTIF KELAS XI SMK NEGERI 5 SURAKARTA | Firdzaus K | Jurnal Nosel 2886 6466 1 SM

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING PADA PELAJARAN KELISTRIKAN OTOMOTIF

KELAS XI SMK NEGERI 5 SURAKARTA
Muhammad Firdzaus K., M. Akhyar, Suharno
Prodi. Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, FKIP, UNS
Kampus UNS Pabelan, Jl. Ahmad Yani 200, Surakarta, Tlp/Fax 0271 718419
E-mail : [email protected]

Abstract
The purpose of this research improves activeness and learning outcomes of student XI TO B class on learning
theory at automotive electrical lesson SMK Negeri 5 Surakarta for academic year 2012/2013. This data the
research were activeness and learning outcomes of student. The Collecting of the data by using four ways,
there was interview, observation, test, and questionaire. The observation sheet use six indicators of activeness
: asking, argue, listening, reading, writing, and discussion. The data of the research was analyzed with
descriptive analyse techniques. The research includes action research in education, namely classroom action
research (PTK). This research was by one meeting activities before the cycle. PTK was carried out with two
cycle’s, each cycle two meeting’s with one test in last of second meeting. Based on the result, result of
research was concluded that application of Problem Solving Learning Method improved 9,25% activeness
of student XI TO B class on learning theory at automotive electrical lesson SMK Negeri 5 Surakarta

for academic year 2012/ 2013. Beside that application of Problem Solving Learning Method improved
learning outcome of student XI TO B class on learning theory at automotive electrical lesson SMK Negeri 5
Surakarta for academic year 2012/2013.
Key word : problem solving, student activeness, learning outcomes, automotive electrical.

A. Pendahuluan
Tujuan pendidikan kejuruan adalah
membekali

siswa

kompetensi

perilaku

kejuruan

tertentu

agar

dalam

memiliki
bidang

sehingga

yang

Pembelajaran

di

pembelajaran

teori

SMK
dan


terbagi

dua

pembelajaran

praktik, kedua-duanya harus seiring dan
senantiasa
praktik

melengkapi.

tidak

akan

Pembelajaran

efektif


sebelum

bersangkutan mampu bekerja (memiliki

didahului

kinerja) demi masa depan dan untuk

pelajaran teori tidak akan mendalam

kesejahteraan

pemahamannya

bangsa

(Chippers

&


Patriana, 1993). Untuk mencapai tujuan

dengan

tanpa

teori,

sedangkan

adanya

praktik

langsung.

tersebut maka pembelajaran yang baik

SMK Negeri 5 Surakarta merupakan


merupakan hal yang sangat diperhatikan.

salah satu sekolah unggulan di Surakarta.

Hal ini terbukti dengan siswa SMK Negeri

menaruh perhatian, dan akhirnya keaktifan

5

dalam

mereka untuk terlibat dalam pembelajaran

kendaraan

menjadi kurang. Hal ini tentu akan

Surakarta


ikut

mengembangkan
merek

andil

perakitan

“ESEMKA”.

Keberadaannya

sebagai salah satu sekolah unggulan di

berdampak

mengadakan

perbaikan




pada

pembelajaran

praktek siswa nantinya.
Keaktifan siswa yang kurang dalam

Surakarta mengharuskan sekolah ini untuk
senantiasa

pula

pembelajaran

teori

kemungkinan


perbaikan agar kualitas pembelajarannya

disebabkan

meningkat.

pembelajaran yang jarang diperhatikan,

Kelas XI TOB merupakan salah satu

metode

antara

yang

lebih

lain


metode

cenderung

pada

kelas dari Program Studi Keahlian Teknik

penyampaian materi saja, kemungkinan

Otomotif di SMK Negeri 5 Surakarta.

akan

Kelas ini diduga termasuk kelas yang

Berbeda

rendah tingkat perhatian dan partisipasinya


digunakan

dibanding

masalah, akan membuat

kelas

yang

lain

dalam

membuat
halnya

siswa

merasa

jenuh,

metode

yang

siswa

suatu

jika

memberikan

pembelajaran teori, terkhusus lagi pada

tertantang

pelajaran kelistrikan otomotif. Berdasarkan

memperhatikan

pengamatan

berlangsung. Untuk itu dibutuhkan suatu

pada

kegiatan

prasiklus,

dan

siswa lebih

termotivasi
selama

untuk

pembelajaran

dalam pembelajarannya banyak siswa yang

pengaturan

kurang memperhatikan guru dan suka

dengan penerapan metode pembelajaran

ramai sendiri, terlihat keaktifan mereka

problem

dalam pembelajaran masih kurang. Hasil

menyajikan

belajar siswa XI TOB sampai akhir uji

problem solving pada pembelajaran teori

kompetensi ketiga, baru sekitar 55% yang

pelajaran kelistrikan otomotif kelas XI

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum

TOB SMK Negeri 5 Surakarta.

(KKM) sedangkan sisanya 45% belum

B. Kajian Teori

mencapai KKM, jelas hal ini perlu untuk
ditingkatkan.
mendominasi

Kegiatan

cerama

pembelajaran

pembelajaran

solving

dan

penerapan

diantaranya

makalah

ini

pembelajaran

Berdasarkan asal katanya arti kata

lebih

aktif adalah giat; gigih; dinamis atau

teori,

bertenaga; mampu beraksi dan bereaksi.

akibatnya siswa merasa jenuh, tidak

Sedangkan

keaktifan

ialah

kegiatan;

kesibukan

(Suharso

&

Dengan

Retnoningsih,

menggunakan

metode

2009). Sehingga bisa dikatakan bahwa

pembelajaran yang tepat, kegiatan siswa

keaktifan

kegiatan/

akan senantiasa terwujud. Siswa secara

proses

otomatis akan meningkatkan interaksinya

siswa

kesibukan

merupakan

mereka

selama

dengan materi pelajaran. Interaksi siswa

pembelajaran.
Terdapat empat dasar kegiatan siswa

terhadap

materi

pelajaran

bervariasi.

dalam pembelajaran yaitu; a) berbicara dan

Sebagai bentuk kegiatan siswa dalam

mendengarkan; b) menulis; c) membaca,

pembelajaran

dan; d) merefleksi (Center of Teaching and

(University of Texas, 2011). Melalui

Learning/ CTL, 2008).

diskusi siswa saling bertukar pengalaman.

Dalam

pembelajaran

pula

adalah

berdiskusi

keaktifan

Bahkan dengan berdiskusi tingkat kegiatan

berbicara dapat berupa beberapa hal,

selama pembelajaran dapat mencapai 70 %

diantaranya bertanya dan berpendapat.

(Joe Landsberger , 2011).
Dengan

Sedangkan untuk mendengar dapat berupa
kegiatan

siswa

menyimak

pelajaran.

demikian

berdasarkan

beberapa pendapat tersebut di atas dapat

Menulis merupakan penuangan gagasan,

disimpulkan

bahwa

pemahaman ke dalam bentuk tulisan.

untuk mengamati keaktifan siswa dalam

Membaca merupakan salah satu daya

pembelajaran

dukung bagi siswa untuk memahami

berpendapat c) menyimak d) menulis e)

pelajaran. Dalam kegiatan membaca siswa

membaca, dan f) berdiskusi.

yaitu

indikator-indikator

a)

bertanya

b)

melakukan

kegiatan

berpikir

dalam

Bloom dalam Nana Sudjana (1995)

mengolah

informasi.

Adapun

untuk

secara garis besar membagi hasil belajar

memahami pelajaran lebih jauh siswa,

menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif,

membutuhkan waktu mencerminkan antara

ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

informasi baru yang diperoleh dengan

Ranah

pengalaman yang sudah ada sebelumnya

kemampuan intelektual. Ranah afektif,

dengan

berkenaan

merefleksi.

Selama

kegiatan

kognitif,

dengan

berkaitan

sikap

dengan

dan

nilai.

pembelajaran merefleksi cukup sulit untuk

Sedangkan ranah psikomotoris, merupakan

dilihat secara langsung, karena berkenaan

ranah

yang

berkenaan

dengan proses internal siswa.

dengan..keterampilan

seseorang dalam

perbuatan

dan

kemampuan

bertindak

memanfaatkan berbagai media dan sumber
belajar” (hlm. 17).

secara mandiri.
Robert M. Gagne. Gagne (1985)

Sehingga dapat dikatakan, belajar

menyimpulkan ada lima bentuk hasil

adalah usaha sadar dalam perubahan yang

belajar :

terjadi pada seseorang akibat interaksi

a) Kemampuan intelektual,

kemampuan

memecahkan

masalah

berdasarkan konsep. b) Strategi kognitif,

dengan lingkungan yang diciptakan oleh
pendidik.

kemampuan memilah masalah kedalam

Metode

bagian-bagian yang lebih sederhana, dalam

solving

menyelesaikan

pemecahan

masalah.

c)

Informasi

pembelajaran

problem

dikenal juga dengan metode
masalah.

Dijelaskan

oleh

verbal, kemampuan untuk menjelaskan

Abdul Majid (2012) “metode pemecahan

kembali informasi yang telah diberikan. d)

masalah (problem solving) merupakan cara

Kemampuan keterampilan motorik (skill),

memberikan

kemampuan melaksanakan tugas dengan

menstimulasi

tepat

Sikap,

memperhatikan, menelaah dan berpikir

kemampuan untuk menentukan sikap diri

tentang suatu masalah untuk selanjutnya

menghadapi berbagai situasi.

menganalisis masalah tersebut sebagai

sesuai

prosedur.

e)

Menurut Abdillah (2002), belajar
adalah

usaha

sadar

yang

dilakukan

seseorang dalam perubahan tingkah laku

pengertian
anak

dengan

didik

untuk

upaya untuk memecahkan masalah” (hlm.
142).
Langkah-langkah

dalam

problem

melalui latihan dan pengalaman yang

solving menurut John Dewey (1910)

menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

adalah

psikomotorik untuk memperoleh tujuan

mengidentifikasi

tertentu (Aunurrahman, 2009: 35).

mengumpulkan

Sedangkan menurut Hartono, dkk

membuat

yang bersifat individual dan sosial yang

masalah.

diciptakan

oleh

pendidik

dengan

menemukan

kesulitan

masalahnya
berbagai

b)
c)

kemungkinan

penyebab d) menentukan akar masalah e)

(2012) “belajar merupakan proses mental
dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang

a)

kesimpulan

Haryanti

(2010)

penanganan

melakukan

penelitian di SMP Negeri 2 Jatiyoso tahun
ajaran 2009/ 2010 menerapkan metode

problem solving pada pelajaran IPS. Hasil

pertengahan bulan April sampai awal

penelitiannya menunjukkan peningkatan

bulan Juni 2013.

keaktifan siswa dari 71% menjadi 74% (

Data yang diambil adalah data

siklus I), padasiklus II 85%. peningkatan

keaktifan dan hasil belajar siswa yang

pencapaian hasil belajar siswa dari 70%

kesemuanya merupakan data kuantitatif.

atau 28 siswa menjadi 80% atau 32 siswa.

Data keaktifan siswa dijabarkan dengan

Dengan
pembelajaran

penerapan
problem

Metode
juga,

solving

dua cara, secara jumlah dan mutu. Secara
jumlah

yakni

dihitung

berdasarkan

mengatasi

persentase jumlah siswa, dan secara mutu

permasalahan pada pada Siswa Kelas XI

yakni dihitung berdasarkan skor keaktifan

SMA N 1 Banyudono Tahun Pelajaran

siswa.

Sriyani

2006/

(2007)

2007.

berusaha

Hasil

penelitian

ini

Metode pengumpulan data dilakukan

menyebutkan bahwa, penggunaan metode

dengan

pembelajaran

problem

meningkatkan

keaktifan

bertanya

0

dari

%

empat

cara

1)

wawancara

solving

dapat

berstruktur, 2) observasi, 3) tes, dan 4)

siswa

yaitu

angket.

menjadi

8

%,

Data

penelitian

dianalisis

mengerjakan PR dari 80% menjadi 100%,

menggunakan teknik analisis deskriptif.

menjawab

Analisis

pertanyaan

guru

dari

4%

deskriptif

merupakan

teknik

menjadi 24%, membawa buku pegangan

analisis bertujuan memberikan deskripsi

dari 52% menjadi 80%, dan masuk kelas

mengenai subjek penelitian berdasarkan

tepat waktu dari 84% menjadi 96%.

data dari variabel yang diperoleh dari

C. Metode Penelitian

kelompok subjek yang diteliti (Azwar,

Penelitian merupkan jenis Penelitian

2005). Perhitungan statistik sederhana

Tindakan Kelas (PTK). PTK dilakukan

yang digunakan dengan ketentuan :

dengan urutan kegiatan : (a) perencanaan,

1. Persentase jumlah keaktifan

(b) tindakan, (c) pengamatan, (d) refleksi.
Subjek penelitian adalah kelas XI
TOB SMK Negeri 5 Surakarta. Jumlah
siswa kelas tersebut 36 siswa. Penelitian
dilakukan pada semester kedua pada

dijabarkan dengan rumus :
a. Bertanya

dan

berpendapat:

b. Menyimak, membaca, menulis, dan

D = rendah; C = sedang; B = tinggi; A
= sangat tinggi

berdiskusi :

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kondisi Sebelum Penerapan Problem
Hal

ini

dikarenakan

mengimbangi

bertanya

untuk

Solving

dan

berpendapat secara jumlah.
2. Persentase mutu keaktifan dijabarkan
dengan rumus :

60
40
20
0

Perolehan skor
x 100%
Skor maksimum 36 siswa
Kemudian data dikategorikan sesuai
dengan kriteria yang telah dirumuskan
sebagai berikut :
Tabel 1. Pembagian Kriteria
Persentase Mutu Keaktifan

M : Rata-rata
S : Simpangan baku
�� 2

Gambar 1. Grafik Persentase Jumlah
Keaktifan Setiap Indikator
pada Kegiatan Prasiklus

60
40
20
0

Gambar 2. Grafik Persentase Mutu
Keaktifan Setiap Indikator
padaKegiatan Prasiklus

N

X : persentase skor

Persentase tertinggi terdapat pada

N : banyak item persentase skor

indikator berpendapat 52,78%, namun

(Sumber: Sudjana, N. 1995: 122)

banyak

Dengan keterangan :

pendapatnya. Persentase bertanya sebesar

siswa

yang

kurang

spesifik

11,11% dengan pertanyaan yang kurang

berbobot,

menyimak

27,78%,

Pada kegiatan siklus I persentase

dalam

jumlah keaktifan menyimak dan membaca

membaca

masing-masing 38,89%, dengan semakin

sebesar 30,56%, menulis sebesar 11,11%,

baiknya mereka dalam memperhatikan.

dan berdiskusi sebesar 30,56%.

Persentase bertanya sebesar 2,78%, dengan

menunjukkan
memperhatikan.

baiknya

sebesar
mereka

Persentase

Hasil belajar siswa masih tergolong

mutu keaktifan tergolong sangat rendah.

perlu untuk ditingkatkan karena dari 36

Persentase berpendapat sebesar 27,78%,

siswa hanya 55% yang telah mencapai

dengan mutu keaktifan tergolong rendah.

KKM (≥75), sedangkan 45% siswa yang

Persentase

lain belum mencapai KKM (˂75).

dengan mutu keaktifan tergolong sedang.

Penerapan Problem Solving Siklus I

Persentase berdiskusi sebesar 16,67%,

menulis

sebesar

13,89%,

dengan mutu keaktifan tergolong sedang.
50
40
30
20
10
0

Hasil belajar siswa, pada siklus I
rata-rata kelas sebesar 77 dan dari 36
siswa, yang telah mencapai KKM terdapat
22 siswa (sekitar 61%).
Penerapan Problem Solving Siklus II

Gambar 3. Grafik Persentase Jumlah
Keaktifan Setiap Indikator
pada Kegiatan Siklus I

60
50
40
30
20
10
0

Gambar 4. Grafik Persentase Mutu
Keaktifan Setiap Indikator
padaKegiatan Siklus I

100
80
60
40
20
0

Gambar 5. Grafik Persentase Jumlah
Keaktifan Setiap Indikator
pada Kegiatan Siklus II

Hasil dari wawancara berstruktur

80
60
40
20
0

menunjukkan bahwa secara umum siswa
merasa tertarik dengan penerapan metode
pembelajaran problem solving, karena
mereka merasa tertantang. Berdasarkan
data hasil pengisian angket skala penilaian,
diperoleh informasi

Gambar 6. Grafik Persentase Mutu
Keaktifan Setiap Indikator
pada Kegiatan Siklus II

pembelajaran

bahwa penerapan

problem

solving

dapat

mendorong siswa lebih aktif terutama
dalam hal bertanya.

Pada siklus II persentase jumlah
keaktifan menyimak dan membaca 80,56%
dan 61,11%, dengan mutu keaktifan
keduanya

tergolong

Persentase

bertanya

sangat
sebesar

tinggi.

Pembahasan
Tabel 2. Jumlah dan Mutu Keaktifan
Siswa Kegiatan Prasiklus-Siklus
II

11,11%,

dengan mutu keaktifan tergolong rendah.
berpendapat sebesar 44,44%, dengan mutu
keaktifan yang lebih baik dari sebelumnya.
Persentase menulis sebesar 2,78%, dengan
mutu keaktifan yang tergolong sedang.
Persentase berdiskusi sebesar 19,44%,
dengan mutu keaktifan yang tergolong
sedang pula.
Pada tabel 2 memberikan informasi

Adapun untuk hasil belajar siswa,
nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar
79. Jumlah siswa yang mencapai KKM
pada siklus II sebanyak 28 siswa (sekitar

yang

ada,

membaca

indikator
mengalami

menyimak

dan

peningkatan

berurutan, sedangkan pada empat indikator

78%).
Hasil

bahwa diantara enam indikator keaktifan

Wawancara

Berstruktur

Angket Skala Penilaian

dan

yang lain tidak mengalami peningkatan
yang berurutan.

Secara

mutu

peningkatan

persentase secara berurutan juga terletak

Keaktifan ini meningkat terutama pada
keaktifan menyimak dan membaca.

pada indikator menyimak dan membaca,

Untuk hasil belajar, nilai rata-rata

sedangkan pada empat indikator yang lain

kelas XI TO B mengalami peningkatan.

tidak

Pada kegiatan prasiklus didapati rata-rata

mengalami

peningkatan

yang

kelas 74, kegiatan siklus I 77, dan pada

berurutan.

siklus II 79. Banyak siswa yang mencapai

Rata-rata
40
30
20
10
0

KKM yakni ≥75, mengalami peningkatan
dari kegiatan prasiklus sampai siklus II.
Pada kegiatan prasiklus jumlah siswa yang
Rata-rata

mencapai KKM 20 siswa (55%), pada
siklus I 22 siswa (61%) dan pada siklus II
28 siswa (78%).
Gambar 7. Rata-Rata Persentase Jumlah
Keaktifan Siswa

E. Penutup
Kesimpulan
Penerapan
Problem

Rata-rata

Solving

Metode

Pembelajaran

dapat

meningkatkan

keaktifan siswa kelas XI TO B dalam
60.00
40.00
20.00
0.00

pembelajaran teori, pelajaran kelistrikan
otomotif di SMK Negeri 5 Surakarta tahun
Rata-rata

pelajaran 2012/ 2013. Hal ini terlihat dari
rata-rata persentase jumlah keaktifan siswa
pada kegiatan Prasiklus 27,32% dengan
Gambar 8. Rata-Rata Persentase Mutu
Keaktifan Siswa

mutu sedang, Siklus I 23,15% dengan
mutu sedang, dan Siklus II 36,57% dengan
mutu sedang.

Terjadi peningkatan keaktifan siswa

Penerapan

metode

pembelajaran

dari kegiatan prasiklus sampai dengan

Problem Solving dapat meningkatkan hasil

siklus II, baik secara jumlah maupun mutu.

belajar siswa kelas XI TO B dalam
pembelajaran teori pelajaran kelistrikan

otomotif di SMK Negeri 5 Surakarta tahun
pelajaran 2012/ 2013. Hal ini dapat
diketahui dari meningkatnya nilai rata-rata
kelas dan jumlah siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai
rata-rata kelas pada Prasiklus 74, Siklus I
77 dan Siklus II 79. Jumlah siswa yang
mencapai KKM pada Prasiklus 20 siswa,
Siklus I 22 siswa dan Siklus II 28 siswa.
Saran
Untuk

meningkatkan

kualitas

pembelajaran hendaknya 1) siswa berperan
aktif selama pembelajaran berlangsung dan
tidak malu untuk bertanya. 2) guru banyak
mengeksplorasi
menjabarkan

bahan
materi

materi
yang

untuk

sederhana,

sehingga lebih mudah untuk disampaikan
dan mudah untuk dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. (2009). Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azwar, S. 2005. Metode Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hartono,
dkk.
(2012).
Paikem
(Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif
Efektif dan Menyenangkan). Riau:
Zanafa.
Kwartolo, Y. (2009). Sembilan Peristiwa
Belajar Gagne. Tabloid Penabur
Jakarta , 7 (25), 9.

Landsberger, J. (2011). Active Learning.
http://www.studygs.net/activelearn.h
tm diakses 18 November 2012.
Majid,
A.
(2012).
Perencanaan
Pembelajaran
Mengembangkan
Standar Kompetensi Guru. Bandung:
ROSDA.
Muijs, Daniel & David Reynolds. (2008).
Effective Teaching Teori dan
Aplikasi.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
Sudjana , N. (1995). Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar . Bandung:
Rosda Karya
University of Minnesota, Center for
Teaching and Learning. (2008).
What
Is
Active
Learning? http://www1.umn.edu/ohr/
teachlearn/tutorials/active/what/inde
x.html diakses pada 18 November
2012.
University of Texas, (2011). Active
Learning.
http://activelearning.uta.edu/p2.htm
diakses pada 18 November 2012.
Warsita, B. (2008). Teori Belajar Robert
M. Gagne dan Implikasinya pada
Pentingnya Pusat Sumber Belajar.
Jurnal Teknodik, 12 (1), 68.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS 5 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Problem Solving pada siswa kelas 5 SD Negeri Cepokosawit II Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS 5 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Problem Solving pada siswa kelas 5 SD Negeri Cepokosawit II Tahun Ajaran 2012/2013.

0 2 11

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DENGAN Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ips Melalui Metode Problem Solving Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas Iv Sdn Kal

0 2 16

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DENGAN Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ips Melalui Metode Problem Solving Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas Iv Sdn Kal

0 1 12

PENINGKATAN PENALARAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING Peningkatan Penalaran Dan Hasil Belajar Matematika Dengan Strategi Pembelajaran Problem Solving ( PTK Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 4 Surakarta Tahun 2012/20

0 1 14

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN Peningkatan Keaktifan Dan Kreativitas Belajar Matematika Siswa Melalui Metode Pembelajaran Problem Solving (Penelitian PTK Pada Siswa Kelas X TKJ-2 SMK Muhammadi

0 2 14

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA PELAJARAN KELISTRIKAN OTOMOTIF KELAS XI SMK NEGERI 5 SURAKARTA.

0 0 21

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENGENDALI MAGNETIK SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING.

0 1 204

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK SISWA KELAS X SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014 2015 | Hidayat | Jurnal Nosel 8209 17201 1 SM

0 0 8

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ENQUIRING MINDS TERHADAP HASIL BELAJAR MOTOR OTOMOTIF SISWA KELAS XI TKR SMK NEGERI 5 SURAKARTA | Rizando | Jurnal Nosel 8099 16983 1 SM

0 0 9