PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA PELAJARAN KELISTRIKAN OTOMOTIF KELAS XI SMK NEGERI 5 SURAKARTA | Firdzaus K | Jurnal Nosel 2886 6466 1 SM
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING PADA PELAJARAN KELISTRIKAN OTOMOTIF
KELAS XI SMK NEGERI 5 SURAKARTA
Muhammad Firdzaus K., M. Akhyar, Suharno
Prodi. Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, FKIP, UNS
Kampus UNS Pabelan, Jl. Ahmad Yani 200, Surakarta, Tlp/Fax 0271 718419
E-mail : [email protected]
Abstract
The purpose of this research improves activeness and learning outcomes of student XI TO B class on learning
theory at automotive electrical lesson SMK Negeri 5 Surakarta for academic year 2012/2013. This data the
research were activeness and learning outcomes of student. The Collecting of the data by using four ways,
there was interview, observation, test, and questionaire. The observation sheet use six indicators of activeness
: asking, argue, listening, reading, writing, and discussion. The data of the research was analyzed with
descriptive analyse techniques. The research includes action research in education, namely classroom action
research (PTK). This research was by one meeting activities before the cycle. PTK was carried out with two
cycle’s, each cycle two meeting’s with one test in last of second meeting. Based on the result, result of
research was concluded that application of Problem Solving Learning Method improved 9,25% activeness
of student XI TO B class on learning theory at automotive electrical lesson SMK Negeri 5 Surakarta
for academic year 2012/ 2013. Beside that application of Problem Solving Learning Method improved
learning outcome of student XI TO B class on learning theory at automotive electrical lesson SMK Negeri 5
Surakarta for academic year 2012/2013.
Key word : problem solving, student activeness, learning outcomes, automotive electrical.
A. Pendahuluan
Tujuan pendidikan kejuruan adalah
membekali
siswa
kompetensi
perilaku
kejuruan
tertentu
agar
dalam
memiliki
bidang
sehingga
yang
Pembelajaran
di
pembelajaran
teori
SMK
dan
terbagi
dua
pembelajaran
praktik, kedua-duanya harus seiring dan
senantiasa
praktik
melengkapi.
tidak
akan
Pembelajaran
efektif
sebelum
bersangkutan mampu bekerja (memiliki
didahului
kinerja) demi masa depan dan untuk
pelajaran teori tidak akan mendalam
kesejahteraan
pemahamannya
bangsa
(Chippers
&
Patriana, 1993). Untuk mencapai tujuan
dengan
tanpa
teori,
sedangkan
adanya
praktik
langsung.
tersebut maka pembelajaran yang baik
SMK Negeri 5 Surakarta merupakan
merupakan hal yang sangat diperhatikan.
salah satu sekolah unggulan di Surakarta.
Hal ini terbukti dengan siswa SMK Negeri
menaruh perhatian, dan akhirnya keaktifan
5
dalam
mereka untuk terlibat dalam pembelajaran
kendaraan
menjadi kurang. Hal ini tentu akan
Surakarta
ikut
mengembangkan
merek
andil
perakitan
“ESEMKA”.
Keberadaannya
sebagai salah satu sekolah unggulan di
berdampak
mengadakan
perbaikan
–
pada
pembelajaran
praktek siswa nantinya.
Keaktifan siswa yang kurang dalam
Surakarta mengharuskan sekolah ini untuk
senantiasa
pula
pembelajaran
teori
kemungkinan
perbaikan agar kualitas pembelajarannya
disebabkan
meningkat.
pembelajaran yang jarang diperhatikan,
Kelas XI TOB merupakan salah satu
metode
antara
yang
lebih
lain
metode
cenderung
pada
kelas dari Program Studi Keahlian Teknik
penyampaian materi saja, kemungkinan
Otomotif di SMK Negeri 5 Surakarta.
akan
Kelas ini diduga termasuk kelas yang
Berbeda
rendah tingkat perhatian dan partisipasinya
digunakan
dibanding
masalah, akan membuat
kelas
yang
lain
dalam
membuat
halnya
siswa
merasa
jenuh,
metode
yang
siswa
suatu
jika
memberikan
pembelajaran teori, terkhusus lagi pada
tertantang
pelajaran kelistrikan otomotif. Berdasarkan
memperhatikan
pengamatan
berlangsung. Untuk itu dibutuhkan suatu
pada
kegiatan
prasiklus,
dan
siswa lebih
termotivasi
selama
untuk
pembelajaran
dalam pembelajarannya banyak siswa yang
pengaturan
kurang memperhatikan guru dan suka
dengan penerapan metode pembelajaran
ramai sendiri, terlihat keaktifan mereka
problem
dalam pembelajaran masih kurang. Hasil
menyajikan
belajar siswa XI TOB sampai akhir uji
problem solving pada pembelajaran teori
kompetensi ketiga, baru sekitar 55% yang
pelajaran kelistrikan otomotif kelas XI
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
TOB SMK Negeri 5 Surakarta.
(KKM) sedangkan sisanya 45% belum
B. Kajian Teori
mencapai KKM, jelas hal ini perlu untuk
ditingkatkan.
mendominasi
Kegiatan
cerama
pembelajaran
pembelajaran
solving
dan
penerapan
diantaranya
makalah
ini
pembelajaran
Berdasarkan asal katanya arti kata
lebih
aktif adalah giat; gigih; dinamis atau
teori,
bertenaga; mampu beraksi dan bereaksi.
akibatnya siswa merasa jenuh, tidak
Sedangkan
keaktifan
ialah
kegiatan;
kesibukan
(Suharso
&
Dengan
Retnoningsih,
menggunakan
metode
2009). Sehingga bisa dikatakan bahwa
pembelajaran yang tepat, kegiatan siswa
keaktifan
kegiatan/
akan senantiasa terwujud. Siswa secara
proses
otomatis akan meningkatkan interaksinya
siswa
kesibukan
merupakan
mereka
selama
dengan materi pelajaran. Interaksi siswa
pembelajaran.
Terdapat empat dasar kegiatan siswa
terhadap
materi
pelajaran
bervariasi.
dalam pembelajaran yaitu; a) berbicara dan
Sebagai bentuk kegiatan siswa dalam
mendengarkan; b) menulis; c) membaca,
pembelajaran
dan; d) merefleksi (Center of Teaching and
(University of Texas, 2011). Melalui
Learning/ CTL, 2008).
diskusi siswa saling bertukar pengalaman.
Dalam
pembelajaran
pula
adalah
berdiskusi
keaktifan
Bahkan dengan berdiskusi tingkat kegiatan
berbicara dapat berupa beberapa hal,
selama pembelajaran dapat mencapai 70 %
diantaranya bertanya dan berpendapat.
(Joe Landsberger , 2011).
Dengan
Sedangkan untuk mendengar dapat berupa
kegiatan
siswa
menyimak
pelajaran.
demikian
berdasarkan
beberapa pendapat tersebut di atas dapat
Menulis merupakan penuangan gagasan,
disimpulkan
bahwa
pemahaman ke dalam bentuk tulisan.
untuk mengamati keaktifan siswa dalam
Membaca merupakan salah satu daya
pembelajaran
dukung bagi siswa untuk memahami
berpendapat c) menyimak d) menulis e)
pelajaran. Dalam kegiatan membaca siswa
membaca, dan f) berdiskusi.
yaitu
indikator-indikator
a)
bertanya
b)
melakukan
kegiatan
berpikir
dalam
Bloom dalam Nana Sudjana (1995)
mengolah
informasi.
Adapun
untuk
secara garis besar membagi hasil belajar
memahami pelajaran lebih jauh siswa,
menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif,
membutuhkan waktu mencerminkan antara
ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
informasi baru yang diperoleh dengan
Ranah
pengalaman yang sudah ada sebelumnya
kemampuan intelektual. Ranah afektif,
dengan
berkenaan
merefleksi.
Selama
kegiatan
kognitif,
dengan
berkaitan
sikap
dengan
dan
nilai.
pembelajaran merefleksi cukup sulit untuk
Sedangkan ranah psikomotoris, merupakan
dilihat secara langsung, karena berkenaan
ranah
yang
berkenaan
dengan proses internal siswa.
dengan..keterampilan
seseorang dalam
perbuatan
dan
kemampuan
bertindak
memanfaatkan berbagai media dan sumber
belajar” (hlm. 17).
secara mandiri.
Robert M. Gagne. Gagne (1985)
Sehingga dapat dikatakan, belajar
menyimpulkan ada lima bentuk hasil
adalah usaha sadar dalam perubahan yang
belajar :
terjadi pada seseorang akibat interaksi
a) Kemampuan intelektual,
kemampuan
memecahkan
masalah
berdasarkan konsep. b) Strategi kognitif,
dengan lingkungan yang diciptakan oleh
pendidik.
kemampuan memilah masalah kedalam
Metode
bagian-bagian yang lebih sederhana, dalam
solving
menyelesaikan
pemecahan
masalah.
c)
Informasi
pembelajaran
problem
dikenal juga dengan metode
masalah.
Dijelaskan
oleh
verbal, kemampuan untuk menjelaskan
Abdul Majid (2012) “metode pemecahan
kembali informasi yang telah diberikan. d)
masalah (problem solving) merupakan cara
Kemampuan keterampilan motorik (skill),
memberikan
kemampuan melaksanakan tugas dengan
menstimulasi
tepat
Sikap,
memperhatikan, menelaah dan berpikir
kemampuan untuk menentukan sikap diri
tentang suatu masalah untuk selanjutnya
menghadapi berbagai situasi.
menganalisis masalah tersebut sebagai
sesuai
prosedur.
e)
Menurut Abdillah (2002), belajar
adalah
usaha
sadar
yang
dilakukan
seseorang dalam perubahan tingkah laku
pengertian
anak
dengan
didik
untuk
upaya untuk memecahkan masalah” (hlm.
142).
Langkah-langkah
dalam
problem
melalui latihan dan pengalaman yang
solving menurut John Dewey (1910)
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
adalah
psikomotorik untuk memperoleh tujuan
mengidentifikasi
tertentu (Aunurrahman, 2009: 35).
mengumpulkan
Sedangkan menurut Hartono, dkk
membuat
yang bersifat individual dan sosial yang
masalah.
diciptakan
oleh
pendidik
dengan
menemukan
kesulitan
masalahnya
berbagai
b)
c)
kemungkinan
penyebab d) menentukan akar masalah e)
(2012) “belajar merupakan proses mental
dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang
a)
kesimpulan
Haryanti
(2010)
penanganan
melakukan
penelitian di SMP Negeri 2 Jatiyoso tahun
ajaran 2009/ 2010 menerapkan metode
problem solving pada pelajaran IPS. Hasil
pertengahan bulan April sampai awal
penelitiannya menunjukkan peningkatan
bulan Juni 2013.
keaktifan siswa dari 71% menjadi 74% (
Data yang diambil adalah data
siklus I), padasiklus II 85%. peningkatan
keaktifan dan hasil belajar siswa yang
pencapaian hasil belajar siswa dari 70%
kesemuanya merupakan data kuantitatif.
atau 28 siswa menjadi 80% atau 32 siswa.
Data keaktifan siswa dijabarkan dengan
Dengan
pembelajaran
penerapan
problem
Metode
juga,
solving
dua cara, secara jumlah dan mutu. Secara
jumlah
yakni
dihitung
berdasarkan
mengatasi
persentase jumlah siswa, dan secara mutu
permasalahan pada pada Siswa Kelas XI
yakni dihitung berdasarkan skor keaktifan
SMA N 1 Banyudono Tahun Pelajaran
siswa.
Sriyani
2006/
(2007)
2007.
berusaha
Hasil
penelitian
ini
Metode pengumpulan data dilakukan
menyebutkan bahwa, penggunaan metode
dengan
pembelajaran
problem
meningkatkan
keaktifan
bertanya
0
dari
%
empat
cara
1)
wawancara
solving
dapat
berstruktur, 2) observasi, 3) tes, dan 4)
siswa
yaitu
angket.
menjadi
8
%,
Data
penelitian
dianalisis
mengerjakan PR dari 80% menjadi 100%,
menggunakan teknik analisis deskriptif.
menjawab
Analisis
pertanyaan
guru
dari
4%
deskriptif
merupakan
teknik
menjadi 24%, membawa buku pegangan
analisis bertujuan memberikan deskripsi
dari 52% menjadi 80%, dan masuk kelas
mengenai subjek penelitian berdasarkan
tepat waktu dari 84% menjadi 96%.
data dari variabel yang diperoleh dari
C. Metode Penelitian
kelompok subjek yang diteliti (Azwar,
Penelitian merupkan jenis Penelitian
2005). Perhitungan statistik sederhana
Tindakan Kelas (PTK). PTK dilakukan
yang digunakan dengan ketentuan :
dengan urutan kegiatan : (a) perencanaan,
1. Persentase jumlah keaktifan
(b) tindakan, (c) pengamatan, (d) refleksi.
Subjek penelitian adalah kelas XI
TOB SMK Negeri 5 Surakarta. Jumlah
siswa kelas tersebut 36 siswa. Penelitian
dilakukan pada semester kedua pada
dijabarkan dengan rumus :
a. Bertanya
dan
berpendapat:
b. Menyimak, membaca, menulis, dan
D = rendah; C = sedang; B = tinggi; A
= sangat tinggi
berdiskusi :
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kondisi Sebelum Penerapan Problem
Hal
ini
dikarenakan
mengimbangi
bertanya
untuk
Solving
dan
berpendapat secara jumlah.
2. Persentase mutu keaktifan dijabarkan
dengan rumus :
60
40
20
0
Perolehan skor
x 100%
Skor maksimum 36 siswa
Kemudian data dikategorikan sesuai
dengan kriteria yang telah dirumuskan
sebagai berikut :
Tabel 1. Pembagian Kriteria
Persentase Mutu Keaktifan
M : Rata-rata
S : Simpangan baku
�� 2
Gambar 1. Grafik Persentase Jumlah
Keaktifan Setiap Indikator
pada Kegiatan Prasiklus
60
40
20
0
Gambar 2. Grafik Persentase Mutu
Keaktifan Setiap Indikator
padaKegiatan Prasiklus
N
X : persentase skor
Persentase tertinggi terdapat pada
N : banyak item persentase skor
indikator berpendapat 52,78%, namun
(Sumber: Sudjana, N. 1995: 122)
banyak
Dengan keterangan :
pendapatnya. Persentase bertanya sebesar
siswa
yang
kurang
spesifik
11,11% dengan pertanyaan yang kurang
berbobot,
menyimak
27,78%,
Pada kegiatan siklus I persentase
dalam
jumlah keaktifan menyimak dan membaca
membaca
masing-masing 38,89%, dengan semakin
sebesar 30,56%, menulis sebesar 11,11%,
baiknya mereka dalam memperhatikan.
dan berdiskusi sebesar 30,56%.
Persentase bertanya sebesar 2,78%, dengan
menunjukkan
memperhatikan.
baiknya
sebesar
mereka
Persentase
Hasil belajar siswa masih tergolong
mutu keaktifan tergolong sangat rendah.
perlu untuk ditingkatkan karena dari 36
Persentase berpendapat sebesar 27,78%,
siswa hanya 55% yang telah mencapai
dengan mutu keaktifan tergolong rendah.
KKM (≥75), sedangkan 45% siswa yang
Persentase
lain belum mencapai KKM (˂75).
dengan mutu keaktifan tergolong sedang.
Penerapan Problem Solving Siklus I
Persentase berdiskusi sebesar 16,67%,
menulis
sebesar
13,89%,
dengan mutu keaktifan tergolong sedang.
50
40
30
20
10
0
Hasil belajar siswa, pada siklus I
rata-rata kelas sebesar 77 dan dari 36
siswa, yang telah mencapai KKM terdapat
22 siswa (sekitar 61%).
Penerapan Problem Solving Siklus II
Gambar 3. Grafik Persentase Jumlah
Keaktifan Setiap Indikator
pada Kegiatan Siklus I
60
50
40
30
20
10
0
Gambar 4. Grafik Persentase Mutu
Keaktifan Setiap Indikator
padaKegiatan Siklus I
100
80
60
40
20
0
Gambar 5. Grafik Persentase Jumlah
Keaktifan Setiap Indikator
pada Kegiatan Siklus II
Hasil dari wawancara berstruktur
80
60
40
20
0
menunjukkan bahwa secara umum siswa
merasa tertarik dengan penerapan metode
pembelajaran problem solving, karena
mereka merasa tertantang. Berdasarkan
data hasil pengisian angket skala penilaian,
diperoleh informasi
Gambar 6. Grafik Persentase Mutu
Keaktifan Setiap Indikator
pada Kegiatan Siklus II
pembelajaran
bahwa penerapan
problem
solving
dapat
mendorong siswa lebih aktif terutama
dalam hal bertanya.
Pada siklus II persentase jumlah
keaktifan menyimak dan membaca 80,56%
dan 61,11%, dengan mutu keaktifan
keduanya
tergolong
Persentase
bertanya
sangat
sebesar
tinggi.
Pembahasan
Tabel 2. Jumlah dan Mutu Keaktifan
Siswa Kegiatan Prasiklus-Siklus
II
11,11%,
dengan mutu keaktifan tergolong rendah.
berpendapat sebesar 44,44%, dengan mutu
keaktifan yang lebih baik dari sebelumnya.
Persentase menulis sebesar 2,78%, dengan
mutu keaktifan yang tergolong sedang.
Persentase berdiskusi sebesar 19,44%,
dengan mutu keaktifan yang tergolong
sedang pula.
Pada tabel 2 memberikan informasi
Adapun untuk hasil belajar siswa,
nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar
79. Jumlah siswa yang mencapai KKM
pada siklus II sebanyak 28 siswa (sekitar
yang
ada,
membaca
indikator
mengalami
menyimak
dan
peningkatan
berurutan, sedangkan pada empat indikator
78%).
Hasil
bahwa diantara enam indikator keaktifan
Wawancara
Berstruktur
Angket Skala Penilaian
dan
yang lain tidak mengalami peningkatan
yang berurutan.
Secara
mutu
peningkatan
persentase secara berurutan juga terletak
Keaktifan ini meningkat terutama pada
keaktifan menyimak dan membaca.
pada indikator menyimak dan membaca,
Untuk hasil belajar, nilai rata-rata
sedangkan pada empat indikator yang lain
kelas XI TO B mengalami peningkatan.
tidak
Pada kegiatan prasiklus didapati rata-rata
mengalami
peningkatan
yang
kelas 74, kegiatan siklus I 77, dan pada
berurutan.
siklus II 79. Banyak siswa yang mencapai
Rata-rata
40
30
20
10
0
KKM yakni ≥75, mengalami peningkatan
dari kegiatan prasiklus sampai siklus II.
Pada kegiatan prasiklus jumlah siswa yang
Rata-rata
mencapai KKM 20 siswa (55%), pada
siklus I 22 siswa (61%) dan pada siklus II
28 siswa (78%).
Gambar 7. Rata-Rata Persentase Jumlah
Keaktifan Siswa
E. Penutup
Kesimpulan
Penerapan
Problem
Rata-rata
Solving
Metode
Pembelajaran
dapat
meningkatkan
keaktifan siswa kelas XI TO B dalam
60.00
40.00
20.00
0.00
pembelajaran teori, pelajaran kelistrikan
otomotif di SMK Negeri 5 Surakarta tahun
Rata-rata
pelajaran 2012/ 2013. Hal ini terlihat dari
rata-rata persentase jumlah keaktifan siswa
pada kegiatan Prasiklus 27,32% dengan
Gambar 8. Rata-Rata Persentase Mutu
Keaktifan Siswa
mutu sedang, Siklus I 23,15% dengan
mutu sedang, dan Siklus II 36,57% dengan
mutu sedang.
Terjadi peningkatan keaktifan siswa
Penerapan
metode
pembelajaran
dari kegiatan prasiklus sampai dengan
Problem Solving dapat meningkatkan hasil
siklus II, baik secara jumlah maupun mutu.
belajar siswa kelas XI TO B dalam
pembelajaran teori pelajaran kelistrikan
otomotif di SMK Negeri 5 Surakarta tahun
pelajaran 2012/ 2013. Hal ini dapat
diketahui dari meningkatnya nilai rata-rata
kelas dan jumlah siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai
rata-rata kelas pada Prasiklus 74, Siklus I
77 dan Siklus II 79. Jumlah siswa yang
mencapai KKM pada Prasiklus 20 siswa,
Siklus I 22 siswa dan Siklus II 28 siswa.
Saran
Untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran hendaknya 1) siswa berperan
aktif selama pembelajaran berlangsung dan
tidak malu untuk bertanya. 2) guru banyak
mengeksplorasi
menjabarkan
bahan
materi
materi
yang
untuk
sederhana,
sehingga lebih mudah untuk disampaikan
dan mudah untuk dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. (2009). Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azwar, S. 2005. Metode Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hartono,
dkk.
(2012).
Paikem
(Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif
Efektif dan Menyenangkan). Riau:
Zanafa.
Kwartolo, Y. (2009). Sembilan Peristiwa
Belajar Gagne. Tabloid Penabur
Jakarta , 7 (25), 9.
Landsberger, J. (2011). Active Learning.
http://www.studygs.net/activelearn.h
tm diakses 18 November 2012.
Majid,
A.
(2012).
Perencanaan
Pembelajaran
Mengembangkan
Standar Kompetensi Guru. Bandung:
ROSDA.
Muijs, Daniel & David Reynolds. (2008).
Effective Teaching Teori dan
Aplikasi.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
Sudjana , N. (1995). Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar . Bandung:
Rosda Karya
University of Minnesota, Center for
Teaching and Learning. (2008).
What
Is
Active
Learning? http://www1.umn.edu/ohr/
teachlearn/tutorials/active/what/inde
x.html diakses pada 18 November
2012.
University of Texas, (2011). Active
Learning.
http://activelearning.uta.edu/p2.htm
diakses pada 18 November 2012.
Warsita, B. (2008). Teori Belajar Robert
M. Gagne dan Implikasinya pada
Pentingnya Pusat Sumber Belajar.
Jurnal Teknodik, 12 (1), 68.
MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING PADA PELAJARAN KELISTRIKAN OTOMOTIF
KELAS XI SMK NEGERI 5 SURAKARTA
Muhammad Firdzaus K., M. Akhyar, Suharno
Prodi. Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, FKIP, UNS
Kampus UNS Pabelan, Jl. Ahmad Yani 200, Surakarta, Tlp/Fax 0271 718419
E-mail : [email protected]
Abstract
The purpose of this research improves activeness and learning outcomes of student XI TO B class on learning
theory at automotive electrical lesson SMK Negeri 5 Surakarta for academic year 2012/2013. This data the
research were activeness and learning outcomes of student. The Collecting of the data by using four ways,
there was interview, observation, test, and questionaire. The observation sheet use six indicators of activeness
: asking, argue, listening, reading, writing, and discussion. The data of the research was analyzed with
descriptive analyse techniques. The research includes action research in education, namely classroom action
research (PTK). This research was by one meeting activities before the cycle. PTK was carried out with two
cycle’s, each cycle two meeting’s with one test in last of second meeting. Based on the result, result of
research was concluded that application of Problem Solving Learning Method improved 9,25% activeness
of student XI TO B class on learning theory at automotive electrical lesson SMK Negeri 5 Surakarta
for academic year 2012/ 2013. Beside that application of Problem Solving Learning Method improved
learning outcome of student XI TO B class on learning theory at automotive electrical lesson SMK Negeri 5
Surakarta for academic year 2012/2013.
Key word : problem solving, student activeness, learning outcomes, automotive electrical.
A. Pendahuluan
Tujuan pendidikan kejuruan adalah
membekali
siswa
kompetensi
perilaku
kejuruan
tertentu
agar
dalam
memiliki
bidang
sehingga
yang
Pembelajaran
di
pembelajaran
teori
SMK
dan
terbagi
dua
pembelajaran
praktik, kedua-duanya harus seiring dan
senantiasa
praktik
melengkapi.
tidak
akan
Pembelajaran
efektif
sebelum
bersangkutan mampu bekerja (memiliki
didahului
kinerja) demi masa depan dan untuk
pelajaran teori tidak akan mendalam
kesejahteraan
pemahamannya
bangsa
(Chippers
&
Patriana, 1993). Untuk mencapai tujuan
dengan
tanpa
teori,
sedangkan
adanya
praktik
langsung.
tersebut maka pembelajaran yang baik
SMK Negeri 5 Surakarta merupakan
merupakan hal yang sangat diperhatikan.
salah satu sekolah unggulan di Surakarta.
Hal ini terbukti dengan siswa SMK Negeri
menaruh perhatian, dan akhirnya keaktifan
5
dalam
mereka untuk terlibat dalam pembelajaran
kendaraan
menjadi kurang. Hal ini tentu akan
Surakarta
ikut
mengembangkan
merek
andil
perakitan
“ESEMKA”.
Keberadaannya
sebagai salah satu sekolah unggulan di
berdampak
mengadakan
perbaikan
–
pada
pembelajaran
praktek siswa nantinya.
Keaktifan siswa yang kurang dalam
Surakarta mengharuskan sekolah ini untuk
senantiasa
pula
pembelajaran
teori
kemungkinan
perbaikan agar kualitas pembelajarannya
disebabkan
meningkat.
pembelajaran yang jarang diperhatikan,
Kelas XI TOB merupakan salah satu
metode
antara
yang
lebih
lain
metode
cenderung
pada
kelas dari Program Studi Keahlian Teknik
penyampaian materi saja, kemungkinan
Otomotif di SMK Negeri 5 Surakarta.
akan
Kelas ini diduga termasuk kelas yang
Berbeda
rendah tingkat perhatian dan partisipasinya
digunakan
dibanding
masalah, akan membuat
kelas
yang
lain
dalam
membuat
halnya
siswa
merasa
jenuh,
metode
yang
siswa
suatu
jika
memberikan
pembelajaran teori, terkhusus lagi pada
tertantang
pelajaran kelistrikan otomotif. Berdasarkan
memperhatikan
pengamatan
berlangsung. Untuk itu dibutuhkan suatu
pada
kegiatan
prasiklus,
dan
siswa lebih
termotivasi
selama
untuk
pembelajaran
dalam pembelajarannya banyak siswa yang
pengaturan
kurang memperhatikan guru dan suka
dengan penerapan metode pembelajaran
ramai sendiri, terlihat keaktifan mereka
problem
dalam pembelajaran masih kurang. Hasil
menyajikan
belajar siswa XI TOB sampai akhir uji
problem solving pada pembelajaran teori
kompetensi ketiga, baru sekitar 55% yang
pelajaran kelistrikan otomotif kelas XI
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
TOB SMK Negeri 5 Surakarta.
(KKM) sedangkan sisanya 45% belum
B. Kajian Teori
mencapai KKM, jelas hal ini perlu untuk
ditingkatkan.
mendominasi
Kegiatan
cerama
pembelajaran
pembelajaran
solving
dan
penerapan
diantaranya
makalah
ini
pembelajaran
Berdasarkan asal katanya arti kata
lebih
aktif adalah giat; gigih; dinamis atau
teori,
bertenaga; mampu beraksi dan bereaksi.
akibatnya siswa merasa jenuh, tidak
Sedangkan
keaktifan
ialah
kegiatan;
kesibukan
(Suharso
&
Dengan
Retnoningsih,
menggunakan
metode
2009). Sehingga bisa dikatakan bahwa
pembelajaran yang tepat, kegiatan siswa
keaktifan
kegiatan/
akan senantiasa terwujud. Siswa secara
proses
otomatis akan meningkatkan interaksinya
siswa
kesibukan
merupakan
mereka
selama
dengan materi pelajaran. Interaksi siswa
pembelajaran.
Terdapat empat dasar kegiatan siswa
terhadap
materi
pelajaran
bervariasi.
dalam pembelajaran yaitu; a) berbicara dan
Sebagai bentuk kegiatan siswa dalam
mendengarkan; b) menulis; c) membaca,
pembelajaran
dan; d) merefleksi (Center of Teaching and
(University of Texas, 2011). Melalui
Learning/ CTL, 2008).
diskusi siswa saling bertukar pengalaman.
Dalam
pembelajaran
pula
adalah
berdiskusi
keaktifan
Bahkan dengan berdiskusi tingkat kegiatan
berbicara dapat berupa beberapa hal,
selama pembelajaran dapat mencapai 70 %
diantaranya bertanya dan berpendapat.
(Joe Landsberger , 2011).
Dengan
Sedangkan untuk mendengar dapat berupa
kegiatan
siswa
menyimak
pelajaran.
demikian
berdasarkan
beberapa pendapat tersebut di atas dapat
Menulis merupakan penuangan gagasan,
disimpulkan
bahwa
pemahaman ke dalam bentuk tulisan.
untuk mengamati keaktifan siswa dalam
Membaca merupakan salah satu daya
pembelajaran
dukung bagi siswa untuk memahami
berpendapat c) menyimak d) menulis e)
pelajaran. Dalam kegiatan membaca siswa
membaca, dan f) berdiskusi.
yaitu
indikator-indikator
a)
bertanya
b)
melakukan
kegiatan
berpikir
dalam
Bloom dalam Nana Sudjana (1995)
mengolah
informasi.
Adapun
untuk
secara garis besar membagi hasil belajar
memahami pelajaran lebih jauh siswa,
menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif,
membutuhkan waktu mencerminkan antara
ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
informasi baru yang diperoleh dengan
Ranah
pengalaman yang sudah ada sebelumnya
kemampuan intelektual. Ranah afektif,
dengan
berkenaan
merefleksi.
Selama
kegiatan
kognitif,
dengan
berkaitan
sikap
dengan
dan
nilai.
pembelajaran merefleksi cukup sulit untuk
Sedangkan ranah psikomotoris, merupakan
dilihat secara langsung, karena berkenaan
ranah
yang
berkenaan
dengan proses internal siswa.
dengan..keterampilan
seseorang dalam
perbuatan
dan
kemampuan
bertindak
memanfaatkan berbagai media dan sumber
belajar” (hlm. 17).
secara mandiri.
Robert M. Gagne. Gagne (1985)
Sehingga dapat dikatakan, belajar
menyimpulkan ada lima bentuk hasil
adalah usaha sadar dalam perubahan yang
belajar :
terjadi pada seseorang akibat interaksi
a) Kemampuan intelektual,
kemampuan
memecahkan
masalah
berdasarkan konsep. b) Strategi kognitif,
dengan lingkungan yang diciptakan oleh
pendidik.
kemampuan memilah masalah kedalam
Metode
bagian-bagian yang lebih sederhana, dalam
solving
menyelesaikan
pemecahan
masalah.
c)
Informasi
pembelajaran
problem
dikenal juga dengan metode
masalah.
Dijelaskan
oleh
verbal, kemampuan untuk menjelaskan
Abdul Majid (2012) “metode pemecahan
kembali informasi yang telah diberikan. d)
masalah (problem solving) merupakan cara
Kemampuan keterampilan motorik (skill),
memberikan
kemampuan melaksanakan tugas dengan
menstimulasi
tepat
Sikap,
memperhatikan, menelaah dan berpikir
kemampuan untuk menentukan sikap diri
tentang suatu masalah untuk selanjutnya
menghadapi berbagai situasi.
menganalisis masalah tersebut sebagai
sesuai
prosedur.
e)
Menurut Abdillah (2002), belajar
adalah
usaha
sadar
yang
dilakukan
seseorang dalam perubahan tingkah laku
pengertian
anak
dengan
didik
untuk
upaya untuk memecahkan masalah” (hlm.
142).
Langkah-langkah
dalam
problem
melalui latihan dan pengalaman yang
solving menurut John Dewey (1910)
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
adalah
psikomotorik untuk memperoleh tujuan
mengidentifikasi
tertentu (Aunurrahman, 2009: 35).
mengumpulkan
Sedangkan menurut Hartono, dkk
membuat
yang bersifat individual dan sosial yang
masalah.
diciptakan
oleh
pendidik
dengan
menemukan
kesulitan
masalahnya
berbagai
b)
c)
kemungkinan
penyebab d) menentukan akar masalah e)
(2012) “belajar merupakan proses mental
dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang
a)
kesimpulan
Haryanti
(2010)
penanganan
melakukan
penelitian di SMP Negeri 2 Jatiyoso tahun
ajaran 2009/ 2010 menerapkan metode
problem solving pada pelajaran IPS. Hasil
pertengahan bulan April sampai awal
penelitiannya menunjukkan peningkatan
bulan Juni 2013.
keaktifan siswa dari 71% menjadi 74% (
Data yang diambil adalah data
siklus I), padasiklus II 85%. peningkatan
keaktifan dan hasil belajar siswa yang
pencapaian hasil belajar siswa dari 70%
kesemuanya merupakan data kuantitatif.
atau 28 siswa menjadi 80% atau 32 siswa.
Data keaktifan siswa dijabarkan dengan
Dengan
pembelajaran
penerapan
problem
Metode
juga,
solving
dua cara, secara jumlah dan mutu. Secara
jumlah
yakni
dihitung
berdasarkan
mengatasi
persentase jumlah siswa, dan secara mutu
permasalahan pada pada Siswa Kelas XI
yakni dihitung berdasarkan skor keaktifan
SMA N 1 Banyudono Tahun Pelajaran
siswa.
Sriyani
2006/
(2007)
2007.
berusaha
Hasil
penelitian
ini
Metode pengumpulan data dilakukan
menyebutkan bahwa, penggunaan metode
dengan
pembelajaran
problem
meningkatkan
keaktifan
bertanya
0
dari
%
empat
cara
1)
wawancara
solving
dapat
berstruktur, 2) observasi, 3) tes, dan 4)
siswa
yaitu
angket.
menjadi
8
%,
Data
penelitian
dianalisis
mengerjakan PR dari 80% menjadi 100%,
menggunakan teknik analisis deskriptif.
menjawab
Analisis
pertanyaan
guru
dari
4%
deskriptif
merupakan
teknik
menjadi 24%, membawa buku pegangan
analisis bertujuan memberikan deskripsi
dari 52% menjadi 80%, dan masuk kelas
mengenai subjek penelitian berdasarkan
tepat waktu dari 84% menjadi 96%.
data dari variabel yang diperoleh dari
C. Metode Penelitian
kelompok subjek yang diteliti (Azwar,
Penelitian merupkan jenis Penelitian
2005). Perhitungan statistik sederhana
Tindakan Kelas (PTK). PTK dilakukan
yang digunakan dengan ketentuan :
dengan urutan kegiatan : (a) perencanaan,
1. Persentase jumlah keaktifan
(b) tindakan, (c) pengamatan, (d) refleksi.
Subjek penelitian adalah kelas XI
TOB SMK Negeri 5 Surakarta. Jumlah
siswa kelas tersebut 36 siswa. Penelitian
dilakukan pada semester kedua pada
dijabarkan dengan rumus :
a. Bertanya
dan
berpendapat:
b. Menyimak, membaca, menulis, dan
D = rendah; C = sedang; B = tinggi; A
= sangat tinggi
berdiskusi :
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kondisi Sebelum Penerapan Problem
Hal
ini
dikarenakan
mengimbangi
bertanya
untuk
Solving
dan
berpendapat secara jumlah.
2. Persentase mutu keaktifan dijabarkan
dengan rumus :
60
40
20
0
Perolehan skor
x 100%
Skor maksimum 36 siswa
Kemudian data dikategorikan sesuai
dengan kriteria yang telah dirumuskan
sebagai berikut :
Tabel 1. Pembagian Kriteria
Persentase Mutu Keaktifan
M : Rata-rata
S : Simpangan baku
�� 2
Gambar 1. Grafik Persentase Jumlah
Keaktifan Setiap Indikator
pada Kegiatan Prasiklus
60
40
20
0
Gambar 2. Grafik Persentase Mutu
Keaktifan Setiap Indikator
padaKegiatan Prasiklus
N
X : persentase skor
Persentase tertinggi terdapat pada
N : banyak item persentase skor
indikator berpendapat 52,78%, namun
(Sumber: Sudjana, N. 1995: 122)
banyak
Dengan keterangan :
pendapatnya. Persentase bertanya sebesar
siswa
yang
kurang
spesifik
11,11% dengan pertanyaan yang kurang
berbobot,
menyimak
27,78%,
Pada kegiatan siklus I persentase
dalam
jumlah keaktifan menyimak dan membaca
membaca
masing-masing 38,89%, dengan semakin
sebesar 30,56%, menulis sebesar 11,11%,
baiknya mereka dalam memperhatikan.
dan berdiskusi sebesar 30,56%.
Persentase bertanya sebesar 2,78%, dengan
menunjukkan
memperhatikan.
baiknya
sebesar
mereka
Persentase
Hasil belajar siswa masih tergolong
mutu keaktifan tergolong sangat rendah.
perlu untuk ditingkatkan karena dari 36
Persentase berpendapat sebesar 27,78%,
siswa hanya 55% yang telah mencapai
dengan mutu keaktifan tergolong rendah.
KKM (≥75), sedangkan 45% siswa yang
Persentase
lain belum mencapai KKM (˂75).
dengan mutu keaktifan tergolong sedang.
Penerapan Problem Solving Siklus I
Persentase berdiskusi sebesar 16,67%,
menulis
sebesar
13,89%,
dengan mutu keaktifan tergolong sedang.
50
40
30
20
10
0
Hasil belajar siswa, pada siklus I
rata-rata kelas sebesar 77 dan dari 36
siswa, yang telah mencapai KKM terdapat
22 siswa (sekitar 61%).
Penerapan Problem Solving Siklus II
Gambar 3. Grafik Persentase Jumlah
Keaktifan Setiap Indikator
pada Kegiatan Siklus I
60
50
40
30
20
10
0
Gambar 4. Grafik Persentase Mutu
Keaktifan Setiap Indikator
padaKegiatan Siklus I
100
80
60
40
20
0
Gambar 5. Grafik Persentase Jumlah
Keaktifan Setiap Indikator
pada Kegiatan Siklus II
Hasil dari wawancara berstruktur
80
60
40
20
0
menunjukkan bahwa secara umum siswa
merasa tertarik dengan penerapan metode
pembelajaran problem solving, karena
mereka merasa tertantang. Berdasarkan
data hasil pengisian angket skala penilaian,
diperoleh informasi
Gambar 6. Grafik Persentase Mutu
Keaktifan Setiap Indikator
pada Kegiatan Siklus II
pembelajaran
bahwa penerapan
problem
solving
dapat
mendorong siswa lebih aktif terutama
dalam hal bertanya.
Pada siklus II persentase jumlah
keaktifan menyimak dan membaca 80,56%
dan 61,11%, dengan mutu keaktifan
keduanya
tergolong
Persentase
bertanya
sangat
sebesar
tinggi.
Pembahasan
Tabel 2. Jumlah dan Mutu Keaktifan
Siswa Kegiatan Prasiklus-Siklus
II
11,11%,
dengan mutu keaktifan tergolong rendah.
berpendapat sebesar 44,44%, dengan mutu
keaktifan yang lebih baik dari sebelumnya.
Persentase menulis sebesar 2,78%, dengan
mutu keaktifan yang tergolong sedang.
Persentase berdiskusi sebesar 19,44%,
dengan mutu keaktifan yang tergolong
sedang pula.
Pada tabel 2 memberikan informasi
Adapun untuk hasil belajar siswa,
nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar
79. Jumlah siswa yang mencapai KKM
pada siklus II sebanyak 28 siswa (sekitar
yang
ada,
membaca
indikator
mengalami
menyimak
dan
peningkatan
berurutan, sedangkan pada empat indikator
78%).
Hasil
bahwa diantara enam indikator keaktifan
Wawancara
Berstruktur
Angket Skala Penilaian
dan
yang lain tidak mengalami peningkatan
yang berurutan.
Secara
mutu
peningkatan
persentase secara berurutan juga terletak
Keaktifan ini meningkat terutama pada
keaktifan menyimak dan membaca.
pada indikator menyimak dan membaca,
Untuk hasil belajar, nilai rata-rata
sedangkan pada empat indikator yang lain
kelas XI TO B mengalami peningkatan.
tidak
Pada kegiatan prasiklus didapati rata-rata
mengalami
peningkatan
yang
kelas 74, kegiatan siklus I 77, dan pada
berurutan.
siklus II 79. Banyak siswa yang mencapai
Rata-rata
40
30
20
10
0
KKM yakni ≥75, mengalami peningkatan
dari kegiatan prasiklus sampai siklus II.
Pada kegiatan prasiklus jumlah siswa yang
Rata-rata
mencapai KKM 20 siswa (55%), pada
siklus I 22 siswa (61%) dan pada siklus II
28 siswa (78%).
Gambar 7. Rata-Rata Persentase Jumlah
Keaktifan Siswa
E. Penutup
Kesimpulan
Penerapan
Problem
Rata-rata
Solving
Metode
Pembelajaran
dapat
meningkatkan
keaktifan siswa kelas XI TO B dalam
60.00
40.00
20.00
0.00
pembelajaran teori, pelajaran kelistrikan
otomotif di SMK Negeri 5 Surakarta tahun
Rata-rata
pelajaran 2012/ 2013. Hal ini terlihat dari
rata-rata persentase jumlah keaktifan siswa
pada kegiatan Prasiklus 27,32% dengan
Gambar 8. Rata-Rata Persentase Mutu
Keaktifan Siswa
mutu sedang, Siklus I 23,15% dengan
mutu sedang, dan Siklus II 36,57% dengan
mutu sedang.
Terjadi peningkatan keaktifan siswa
Penerapan
metode
pembelajaran
dari kegiatan prasiklus sampai dengan
Problem Solving dapat meningkatkan hasil
siklus II, baik secara jumlah maupun mutu.
belajar siswa kelas XI TO B dalam
pembelajaran teori pelajaran kelistrikan
otomotif di SMK Negeri 5 Surakarta tahun
pelajaran 2012/ 2013. Hal ini dapat
diketahui dari meningkatnya nilai rata-rata
kelas dan jumlah siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai
rata-rata kelas pada Prasiklus 74, Siklus I
77 dan Siklus II 79. Jumlah siswa yang
mencapai KKM pada Prasiklus 20 siswa,
Siklus I 22 siswa dan Siklus II 28 siswa.
Saran
Untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran hendaknya 1) siswa berperan
aktif selama pembelajaran berlangsung dan
tidak malu untuk bertanya. 2) guru banyak
mengeksplorasi
menjabarkan
bahan
materi
materi
yang
untuk
sederhana,
sehingga lebih mudah untuk disampaikan
dan mudah untuk dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. (2009). Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azwar, S. 2005. Metode Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hartono,
dkk.
(2012).
Paikem
(Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif
Efektif dan Menyenangkan). Riau:
Zanafa.
Kwartolo, Y. (2009). Sembilan Peristiwa
Belajar Gagne. Tabloid Penabur
Jakarta , 7 (25), 9.
Landsberger, J. (2011). Active Learning.
http://www.studygs.net/activelearn.h
tm diakses 18 November 2012.
Majid,
A.
(2012).
Perencanaan
Pembelajaran
Mengembangkan
Standar Kompetensi Guru. Bandung:
ROSDA.
Muijs, Daniel & David Reynolds. (2008).
Effective Teaching Teori dan
Aplikasi.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
Sudjana , N. (1995). Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar . Bandung:
Rosda Karya
University of Minnesota, Center for
Teaching and Learning. (2008).
What
Is
Active
Learning? http://www1.umn.edu/ohr/
teachlearn/tutorials/active/what/inde
x.html diakses pada 18 November
2012.
University of Texas, (2011). Active
Learning.
http://activelearning.uta.edu/p2.htm
diakses pada 18 November 2012.
Warsita, B. (2008). Teori Belajar Robert
M. Gagne dan Implikasinya pada
Pentingnya Pusat Sumber Belajar.
Jurnal Teknodik, 12 (1), 68.