PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK SISWA KELAS X SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014 2015 | Hidayat | Jurnal Nosel 8209 17201 1 SM
PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW
PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK SISWA KELAS X
SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015
Kusnan Hidayat, Suharno, Indah Widiastuti
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, FKIP, UNS.
Kampus UNS Pabelan Jl. Ahmad Yani Nomor 200, Surakarta, Telp/Fax 0271 718419 / 716266
e-mail : [email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study is to improve the activeness of student learning and student
learning outcomes that daily tests test scores in Engineering Mechanics graders learning XM-1
SMK Pancasila Surakarta by applying cooperative learning model Jigsaw. This research is a
classroom action research. The research was conducted in two cycles. Each cycle consists of
planning, action, observation, and reflection. Subjects were students in grade XM-1 SMK Pancasila
Surakarta totaling 28 students. Source data comes from teachers and students. Data collection
techniques are observation, interview, test, and documentation. Validity of data using content
validity and construct validity. The data analysis using descriptive analysis techniques and
descriptive qualitative comparative. The results showed that the implementation of cooperative
learning model of Jigsaw can enhance the activity of learning and student learning outcomes of pra
cycle to the first cycle and from cycle I to cycle II. Learning process on pra cycle be teacher
centered so that the students' learning activeness low with a percentage of 37.14% and the learning
outcomes of students who graduated by 50%. The increase occurred in the I. cycle student learning
activeness increased, although not optimal, namely 70.71%, and learning outcomes of students who
graduated by 75%. Implementation of the second cycle causing learning activeness increased to
77.14% and the learning outcomes of students who graduated amounted to 82.14% so that it can
support a quality learning. The conclusions of this study is to apply the cooperative learning model
of Jigsaw enhance the activity of learning and learning outcomes in learning class student of
Mechanics Engineering XM-1 SMK Pancasila Surakarta
Keywords: Learning, Jigsaw, active learning, learning outcomes.
para peserta didik dapat mengembangkan
A. PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
besar
memiliki
berbagai
ketrampilannya.
permasalahan.
Sekolah
Menengah
Kejuruan
(SMK)
Permasalahan bangsa yang sangat mencolok
adalah wujud dari pendidikan kejuruan
adalah masalah pendidikan yang kurang
tersebut dan sebagai dasar atau awal para
menghasilkan lulusan siap kerja. Banyak
peserta
lulusan yang kurang memiliki ketrampilan
keterampilannya.
khusus.
mencetak dan menyiapkan lulusan menjadi
Oleh
mengambil
karena
keputusan
itu
pemerintah
untuk
didik
SMK
mengembangkan
memiliki
tujuan
fokus
tenaga kerja yang terampil sesuai dengan
membekali pada ketrampilan siap kerja untuk
bidang keahliannya serta berkesempatan
pendidikan tingkat menengah. Pendidikan
untuk melanjutkan belajarnya ke jenjang
kejuruan adalah salah satu wadah dimana
yang lebih tinggi. Pendidikan kejuruan
melatih peserta didik untuk menguasai
1
kompetensi
dan
kemampuan
yang
Mekanika Teknik. Nilai siswa yang di atas
dibutuhkan oleh industri sebagai modal untuk
KKM hanya 13 siswa dari 28 siswa yaitu
pengembangan
46,43%.
diri.
SMK
harus
Salah
satu
alternatif
solusi
adalah
dengan
menghasilkan angkatan kerja yang terdidik
permasalahan
dan terampil. Peserta didik seharusnya
menerapkan model pembelajaran kooperatif.
mampu mengikuti perkembangan teknologi
Model pembelajaran kooperatif merupakan
agar dapat memiliki daya saing untuk
model
memasuki dan ikut berperan dalam dunia
kelompok.
industri. Pendidikan sangat penting untuk
menggunakan pendekatan strategi khusus
menentukan masa depan, baik masa depan
yang dirancang untuk digunakan peserta
sekolah, peserta didik, dunia industri maupun
didik
dunia usaha. Masa depan peserta didik akan
berkelompok. Pada proses pembelajaran
ditentukan oleh pengalaman belajar dalam
siswa diberi kesempatan bekerja dalam
hidupnya. Hal ini mempunyai maksud SMK
kelompok kecil untuk mendiskusikan dan
perlu meningkatkan model pembelajaran
memecahkan masalah.
yang menarik dalam penerapan di sekolah
tersebut
pembelajaran
Model
dalam
Model
dengan
sistem
pembelajaran
bekerja
pembelajaran
sama
ini
secara
kooperatif
yang
untuk meningkatkan kualitas peserta didik.
dipakai sebagai alternatif mengatasi masalah
SMK
tersebut
harus
menyediakan
sistem
adalah
model
pembelajaran
pembelajaran untuk menyongsong masa
kooperatif Jigsaw. Pembelajaran kooperatif
depan tersebut.
Jigsaw membagi siswa menjadi beberapa
SMK
Pancasila
Surakarta
memiliki
kelompok
dengan
karakteristik
yang
beberapa permasalahan yang ditemukan saat
heterogen. Anggota dari berbagai kelompok
proses pembelajaran berlangsung. Salah satu
yang berbeda memiliki tanggung jawab
permasalahan
ialah
untuk mempelajari suatu bahan materi yang
tingkat keaktifan belajar siswa masih cukup
sama dan selanjutnya berkumpul dalam
rendah. Guru merasa kesulitan melibatkan
kelompok ahli untuk saling membantu
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
mengkaji bagian bahan tersebut. Selanjutnya
dikarenakan
yang
siswa yang berada dalam kelompok ahli
digunakan kurang menarik dan kurang
kembali ke kelompok semula untuk mengajar
bervariasi sehingga menyebabkan proses
anggota lain mengenai materi yang telah
pembelajaran kurang memuaskan. Selain itu
dipelajari dalam kelompok ahli. Siswa
SMK Pancasila Surakarta juga memiliki
dievaluasi secara individual mengenai bahan
permasalahan dengan hasil belajar siswa.
yang
Banyak siswa yang memiliki hasil belajar
diskusi.
yang
model
terindetifikasi
dan
media
yang rendah khususnya pada mata pelajaran
2
telah
dipelajari
setelah
diadakan
bertanya,
Adanya tanggung jawab mengajarkan
mengemukakan
materi kepada anggota kelompok lain pada
pembelajaran
kooperatif
meningkatkan
dorongan
Jigsaw
mempertanyakan
gagasan
dalam
dan
proses
pembelajaran.
dapat
kebutuhan
Menurut Sudjana (2010 :61) keaktifan
belajar serta melatih rasa percaya diri siswa.
siswa dapat dilihat dalam hal : (a) Turut serta
Melalui pembelajaran kooperatif Jigsaw
dalam melaksanakan tugas belajarnya, (b)
ketekunan siswa untuk mengerjakan tugas
Terlibat dalam pemecahan masalah, (c)
dapat ditingkatkan, karena siswa harus
Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru
melaksankan tugas membaca agar dapat
apabila tidak memahami persoalan yang
mengajarkan
anggota
dihadapinya, (d) Berusaha mencari berbagai
kelompok sehingga keaktifan belajar siswa
informasi yang diperoleh untuk pemecahan
bisa ditingkatkan.
masalah,
materi
dan
kepada
(e)
Melaksanakan
diskusi
masalah
kelompok, (f) Menilai kemampuan dirinya
tersebut di atas, maka dilakukan penelitian
dan hasil yang diperolehnya, (g) Melatih diri
dengan
Keaktifan
dalam memecahkan soal/ masalah, yaitu
Belajar dan Hasil Belajar Melalui Model
siswa dapat mengerjakan soal/ permasalahan,
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw pada Mata
dengan mengerjakan LKS, (h) Kesempatan
Pelajaran Mekanika Teknik Siswa Kelas X
menggunakan/menerapkan
SMK Pancasila Surakarta Tahun Ajaran
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas /
2014/2015”.
persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan
latar
judul:
belakang
“Peningkatan
apa
yang
Dari ciri keaktifan menurut Sudjana di
B. KAJIAN PUSTAKA
atas, maka dapat diambil delapan indikator :
1. Pengertian Keaktifan Belajar
(a)
Belajar memang merupakan proses aktif
dari
si
pembelajar
dalam
Melaksanakan
tugas
belajar,
(b)
Mengeluarkan pendapat, (c) Bertanya, (d)
membangun
Membaca,
(e)
Berdiskusi,
(f)
pengetahuannya, bukan proses pasif yang
Memperhatikan, (g) Melatih kemampuan
hanya menerima kucuran ceramah guru
diri, (h) Menerapkan kemampuan.
tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif
Berdasarkan indikator di atas, maka
adalah proses belajar yang menumbuhkan
dalam penelitian ini indikator keaktifan
dinamika
belajar meliputi memperhatikan, bertanya,
belajar
bagi
peserta
didik.
Dinamika untuk mengartikulasikan dunia
mengeluarkan
idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan
memecahkan soal.
dunia
realitas
yang
dihadapinya.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
Keaktifan belajar adalah peserta didik aktif
3
pendapat,
membaca,
dan
masalah konflik yang diakibatkan oleh
2. Pengertian Hasi Belajar
“Hasil belajar adalah perubahan yang
adanya perbedaan-perbedaan (suku /ras /
mengakibatkan manuasia berubah dalam
agama)
sikap dan tingkah lakunya”. (Winkel,1996:51
pembelajaran
dikutip oleh Purwanto,2009:45). Selanjutnya
nyaman.
dinyatakan
bahwa:”aspek
mengacu
kepada
perubahan
taksonomi
itu
diantara
Menurut
para
menjadi
Mel
siswa,
dan
baik
serta
lebih
Silbermen
yang
tujuan
diterjemahkan oleh Sarjuli dkk (2002:161)
pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom,
prosedur belajar dengan tehnik Jigsaw adalah
Simpson dan Harrow mencakup aspek
sebagai berikut : (a) Pilihlah materi belajar
kognitif,
psikomotorik.”
yang dapat dipisah menjadi bagian- bagian,
(Winkel,1996:244 dikutip oleh Purwanto,
(b) Bagilah bagian materi menjadi sub bagian
2009:45).
yang disesuaikan dengan jumlah peserta
afektif
dan
Secara garis besar klasifikasi hasil
didik,
(c)
Setelah
selesai,
bentuklah
belajar terbagi menjadi tiga ranah (Benyamin
kelompok Jigsaw learning, (d) Mintalah
Bloom yang dikutip oleh Nana Sudjana,
anggota kelompok ahli untuk mengajarkan
1991:22),
kognitif
materi yang telah dipelajari kepada yang lain,
berkenaan dengan hasil belajar intelektual,
(e) Kumpulkan kembali peserta didik ke
(b) Ranah afektif berkenaan dengan sikap, (c)
kelas besar untuk memberi ulasan.
yaitu:
(a)
Ranah
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil
belajar
ketrampilan
dan
kemampuan
ranah
itu,
bertindak
“Diantara
ketiga
ranah
kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh
para guru di sekolah karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran” (Nana Sudjana, 1991:23).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam
Gambar 2.1 Ilustrasi Model Pembelajaran
penelitian ini peneliti hanya mengukur hasil
Kooperatif Jigsaw Sumber Mel Silbermen
belajar dari ranah kognitif yaitu berupa hasil
Oleh Sarjuki dkk (2002:161)
nilai ulangan harian siswa.
4. Mekanika Teknik di SMK
3. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Mekanika
Teknik pembelajaran kooperatif Jigsaw
memberikan
beberapa
adalah
ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang
adalah sebuah model pembelajaran yang
akan
Teknik
mekanika benda padat yang berhubungan
keuntungan
dengan pemecahan masalah gaya-gaya
yaitu: dapat mencegah dan mengurangi
4
yang bekerja pada suatu struktur yang
siswa kelas XM-1 SMK Pancasila Surakarta
tidak dapat dipisahkan dari struktur itu
tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 28
sendiri.
Pengaruh
struktur
dinyatakan
terhadap
sistem
siswa. Penelitian ini memiliki sumber data
dalam
bentuk
berupa peristiwa dan dokumen. Peristiwa ini
momen, gaya normal, gaya melintang dan
misalnya
momen torsi. Hal-hal yang dipelajari
mengajar. Dokumen dapat berupa daftar
dalam
nama siswa, hasil tes, silabus, Rencana
mekanika
teknik
mencakup
pada
proses
kegiatan
belajar
yang
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan foto
bekerja dalam suatu sistem struktur,
kegiatan pembelajaran. Berdasarkan sumber
perilaku struktur akibat beban (gaya luar)
data yang digunakan ada empat macam
yang diterima.
metode
deskripsi
komponen-komponen
yang
digunakan
untuk
Mekanika Teknik dalam Sekolah
mengumpulkan data dalam penelitian ini,
Menengah Kejuruan (SMK) mencakup
yaitu: (1) metode observasi, (2) metode
materi
dokumentasi, (3) metode wawancara, (4)
tentang
deskripsi
komponen-
metode tes.
komponen yang bekerja pada suatu
Dalam penelitian ini untuk menguji
sistem serta perilaku struktur akibat
beban atau gaya luar yang diterima.
validitas
Dalam silabus Mekanika Teknik di SMK
konstruk. Konstruk adalah bagian variabel
mempelajari materi diantaranya sebagai
yang dapat diukur yaitu variabel keaktifan
berikut : (a) Besaran, Satuan, dan Hukum
belajar siswa., maka pada proses validasi
Newton, (b) Gaya dan Momen, (c)
konstruk
Diagram
Teori
(Expert Judgement) atau penelaahan pakar
Keseimbangan, (d) Tegangan, (e) Gaya
yakni orang yang menguasai konten dari
Aksi dan Gaya Reaksi dari Macam-
variabel
macam Tumpuan, (f) Fungsi dan Prinsip
penelitian ini ahli yang dimaksud adalah ahli
Kerja Sambungan, (g) Poros, kopling,
pembelajaran
dan Roda Gigi.
pendidikan.
Benda
Bebas
dan
data
menggunakan
instrument
yang
dilakukan
hendak
yaitu
validitas
melalui
diukur.
pakar
Dalam
teknologi
Untuk mengukur variabel hasil belajar
siswa menggunakan validitas isi yaitu berupa
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMK
kisi-kisi soal. Pengujian validitas instrumen
Pancasila Surakarta yang terletak di Jl. Apel
ini peneliti menggunakan teknik Expert
No. 5 Jajar, Laweyan, Surakarta. Penelitian
Judgement
ini dilaksanakan selama delapan bulan yakni
kepada guru yang mengampu mata pelajaran
mulai dari bulan Desember 2014 sampai
Mekanika
bulan Juli 2015. Subjek penelitian ini adalah
Pancasila Surakarta.
5
dengan
Teknik
mengkonsultasikan
kelas
XM-1
SMK
Pada
penelitian
ini
menggunakan
D. HASIL
analisis data yaitu: (1) analisis data pada
keaktifan
belajar
siswa
PENELITIAN
PEMBAHASAN
Ditinjau dari hasil setiap siklus selama
menggunakan
deskriptif kualitatif berdasarkan pada hasil
penelitian
observasi dan refleksi, (2) analisis data pada
dijelaskan sebagai berikut:
tes prestasi belajar menggunakan analisis
1. Prasiklus
awal
dengan
nilai
tes
telah
siswa
dilakukan
yang
dapat
kurang
memperhatikan penjelasan guru. Pengamatan
akhir
yang telah dilakukan pada prasiklus ini
penelitian.
diperoleh tingkat keaktifan siswa kelas XM-1
Indikator kerja dapat dilihat secara
umum
yang
Banyak
komparatif yaitu membandingkan nilai tes
kondisi
DAN
dengan
membandingkan
SMK
tingkat
Pancasila
Surakarta
dalam
mata
keberhasilan dari satu siklus ke siklus
pelajaran Mekanika Teknik terbilang rendah
berikutnya.
yaitu prosentase keaktifan belajar siswa
Penelitian
tindakan
kelas
merupakan proses pengkajian melalui sistem
dalam
bersiklus.
tahap
Pengambilan data keaktifan belajar siswa
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
menggunakan motode pembelajaran ceramah
pengamatan, dan refleksi.
yang biasa digunakan oleh guru dalam
Berikut
Setiap
desain
siklus
melalui
Penelitian
satu
mengajar
Tindakan
kelas
adalah
sehari-hari.
37,14%.
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan oleh
Kelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
pengamat keaktifan belajar siswa rendah atau
kurang.
Siswa
terlihat
bosan
kurang
bersemangat pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Banyak siswa yang kurang
memperhatikan penjelasan guru. Prestasi
belajar siswa pada prasiklus ini masih jauh
dari
indikator
keberhasilan
yang
telah
ditentukan dengan nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) sebesar 70. Hal ini
disebabkannya siswa kurang aktif dalam
proses pembelajaran sehingga materi sulit
dipahami. Hasil belajar siswa pada siklus ini
hanya 50% siswa yang nilainya diatas KKM.
2. Siklus 1
Gambar 2 Diagram Siklus Penelitian
Keaktifan belajar siswa pada siklus ini
sudah meningkat. Guru menggunakan model
6
pembelajaran kooperatif Jigsaw pada proses
lebih cepat memahami materi yang diberikan
pembalajaran. Data yang diperoleh hasil
oleh guru. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
penelitian siklus 1 tentang keaktifan belajar
gambar perbandingan keaktifan dan prestasi
siswa menggunakan model pembelajaran
belajar siswa pada setiap siklus di bawah ini:
kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran
Perbandingan Prosentase
Keaktifan Belajar Antar Siklus
las dasar kelas X M2 SMK PGRI 1 Surakarta
dengan rata-rata persentase dalam satu kelas
90%
adalah 70,71% siswa yang aktif. Hasil belajar
80%
77,14%
70,71%
70%
siswa pada siklus 1 sudah sesuai harapan dan
60%
target, yaitu sebanyak 75% siswa mencapai
50%
nilai ketuntasan dimana targetnya 75% siswa
40%
30%
nilai tuntas.
Prosentase
20%
3. Siklus 2
Siklus
37,14%
10%
2
dilakukan
dalam
0%
rangka
perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan
yang ada pada siklus 1. Guru berulang kali
menyampaikan
untuk
memaksimalkan
pembelajaran dengan cara memanfaatkan
Gambar 3 Histogram Perbandingan
peralatan yang ada, menanyakan materi yang
Keaktifan Belajar Tiap Siklus
kurang paham. Guru mendorong siswa untuk
selalu aktif dalam proses pembelajaran.
90%
Termaksimalkannya
80%
proses
pembalajaran
70%
dengan model pembelajaran kooperatif tipe
60%
Jigsaw ini memperoleh hasil sesuai target.
40%
2
yang
30%
sebelumnya 70,71%. Hasil belajar siswa
20%
sudah baik yaitu mengalami peningkatan
10%
menjadi
77,14%
Ketuntasan
Minimum
Siswa Lulus
KKM
25%
17,86%
Siswa Tidak
Lulus KKM
0%
menjadi 82,14% siswa sudah mencapai nilai
Kriteria
50%
50%
50%
Rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus
meningkat
82,14%
75%
(KKM).
Keaktifan belajar siswa dapat meningkat
kemudian diikuti dengan prestasi belajar
siswa
juga
meningkat.
Gambar 4 Grafik Perbandingan Hasil Belajar
Penggunaan
Tiap Siklus
pembelajarann Jigsaw terbukti lebih baik dari
pada metode pembelajaran ceramah. Siswa
7
Muhadi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Shira Media.
E. KESIMPULAN
1. Penerapan
model
pembelajaran
Nana Sudjana. 1996. Cara belajar Siswa
Aktif dalam Proses belajar mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa kelas XM-1 SMK
Pancasila
Surakarta
tahun
ajaran
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2014/2015. Prosentase keaktifan belajar
siswa dalam kelas pada pra tindakan
Purwanto,
Ngalim.
2008.
Evaluasi
Pengajaran, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,
sebesar 37,14% dan siklus I meningkat
menjadi 70,71% kemudian siklus II
Silberman, Malvin L. 2006. Active Learning
101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung : Nusamedia
menjadi 77,14%.
2. Penerapan
model
pembelajaran
kooperatif Jigsaw dapat menigkatkan
Slavin,
hasil belajar siswa kelas XM-1 SMK
Pancasila
Surakarta
tahun
ajaran
Robert E. 2008. Cooperative
Learning, Teori, Riset dan Praktik.
Bandung : Nusa Media
Sri Rumini, dkk. 1993. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta : UPP IKIP Yogyakarta
2014/1025. Siswa yang lulus KKM pada
pra tindakan sebesar 50% yaitu 14 siswa
Sugiyono.
2007.
Metode
Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
dan siklus I meningkat menjadi 75%
yaitu 21 siswa kemudian siklus II
menjadi 82,14% yaitu 23 siswa.
F. DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperatif Learning
Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta : Pustaka Belajar
Jannah, Miftachul. (2010). Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Untuk
Meningkatkan
Motivasi
Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran
Biologi Di Kelas XI IPA 2 SMA
Batik Surakarta Tahun Pelajaran
2009/2010. Diakses pada tanggal 19
Januari
2015,
dari
http://eprints.uns.ac.id/6403/1/171861
512201011021.pdf
Johnson, Elaine B. 2007. Contectual
Teaching and Learning. Bandung :
Mizan Learning Center (MLC)
8
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW
PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK SISWA KELAS X
SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015
Kusnan Hidayat, Suharno, Indah Widiastuti
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, FKIP, UNS.
Kampus UNS Pabelan Jl. Ahmad Yani Nomor 200, Surakarta, Telp/Fax 0271 718419 / 716266
e-mail : [email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study is to improve the activeness of student learning and student
learning outcomes that daily tests test scores in Engineering Mechanics graders learning XM-1
SMK Pancasila Surakarta by applying cooperative learning model Jigsaw. This research is a
classroom action research. The research was conducted in two cycles. Each cycle consists of
planning, action, observation, and reflection. Subjects were students in grade XM-1 SMK Pancasila
Surakarta totaling 28 students. Source data comes from teachers and students. Data collection
techniques are observation, interview, test, and documentation. Validity of data using content
validity and construct validity. The data analysis using descriptive analysis techniques and
descriptive qualitative comparative. The results showed that the implementation of cooperative
learning model of Jigsaw can enhance the activity of learning and student learning outcomes of pra
cycle to the first cycle and from cycle I to cycle II. Learning process on pra cycle be teacher
centered so that the students' learning activeness low with a percentage of 37.14% and the learning
outcomes of students who graduated by 50%. The increase occurred in the I. cycle student learning
activeness increased, although not optimal, namely 70.71%, and learning outcomes of students who
graduated by 75%. Implementation of the second cycle causing learning activeness increased to
77.14% and the learning outcomes of students who graduated amounted to 82.14% so that it can
support a quality learning. The conclusions of this study is to apply the cooperative learning model
of Jigsaw enhance the activity of learning and learning outcomes in learning class student of
Mechanics Engineering XM-1 SMK Pancasila Surakarta
Keywords: Learning, Jigsaw, active learning, learning outcomes.
para peserta didik dapat mengembangkan
A. PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
besar
memiliki
berbagai
ketrampilannya.
permasalahan.
Sekolah
Menengah
Kejuruan
(SMK)
Permasalahan bangsa yang sangat mencolok
adalah wujud dari pendidikan kejuruan
adalah masalah pendidikan yang kurang
tersebut dan sebagai dasar atau awal para
menghasilkan lulusan siap kerja. Banyak
peserta
lulusan yang kurang memiliki ketrampilan
keterampilannya.
khusus.
mencetak dan menyiapkan lulusan menjadi
Oleh
mengambil
karena
keputusan
itu
pemerintah
untuk
didik
SMK
mengembangkan
memiliki
tujuan
fokus
tenaga kerja yang terampil sesuai dengan
membekali pada ketrampilan siap kerja untuk
bidang keahliannya serta berkesempatan
pendidikan tingkat menengah. Pendidikan
untuk melanjutkan belajarnya ke jenjang
kejuruan adalah salah satu wadah dimana
yang lebih tinggi. Pendidikan kejuruan
melatih peserta didik untuk menguasai
1
kompetensi
dan
kemampuan
yang
Mekanika Teknik. Nilai siswa yang di atas
dibutuhkan oleh industri sebagai modal untuk
KKM hanya 13 siswa dari 28 siswa yaitu
pengembangan
46,43%.
diri.
SMK
harus
Salah
satu
alternatif
solusi
adalah
dengan
menghasilkan angkatan kerja yang terdidik
permasalahan
dan terampil. Peserta didik seharusnya
menerapkan model pembelajaran kooperatif.
mampu mengikuti perkembangan teknologi
Model pembelajaran kooperatif merupakan
agar dapat memiliki daya saing untuk
model
memasuki dan ikut berperan dalam dunia
kelompok.
industri. Pendidikan sangat penting untuk
menggunakan pendekatan strategi khusus
menentukan masa depan, baik masa depan
yang dirancang untuk digunakan peserta
sekolah, peserta didik, dunia industri maupun
didik
dunia usaha. Masa depan peserta didik akan
berkelompok. Pada proses pembelajaran
ditentukan oleh pengalaman belajar dalam
siswa diberi kesempatan bekerja dalam
hidupnya. Hal ini mempunyai maksud SMK
kelompok kecil untuk mendiskusikan dan
perlu meningkatkan model pembelajaran
memecahkan masalah.
yang menarik dalam penerapan di sekolah
tersebut
pembelajaran
Model
dalam
Model
dengan
sistem
pembelajaran
bekerja
pembelajaran
sama
ini
secara
kooperatif
yang
untuk meningkatkan kualitas peserta didik.
dipakai sebagai alternatif mengatasi masalah
SMK
tersebut
harus
menyediakan
sistem
adalah
model
pembelajaran
pembelajaran untuk menyongsong masa
kooperatif Jigsaw. Pembelajaran kooperatif
depan tersebut.
Jigsaw membagi siswa menjadi beberapa
SMK
Pancasila
Surakarta
memiliki
kelompok
dengan
karakteristik
yang
beberapa permasalahan yang ditemukan saat
heterogen. Anggota dari berbagai kelompok
proses pembelajaran berlangsung. Salah satu
yang berbeda memiliki tanggung jawab
permasalahan
ialah
untuk mempelajari suatu bahan materi yang
tingkat keaktifan belajar siswa masih cukup
sama dan selanjutnya berkumpul dalam
rendah. Guru merasa kesulitan melibatkan
kelompok ahli untuk saling membantu
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
mengkaji bagian bahan tersebut. Selanjutnya
dikarenakan
yang
siswa yang berada dalam kelompok ahli
digunakan kurang menarik dan kurang
kembali ke kelompok semula untuk mengajar
bervariasi sehingga menyebabkan proses
anggota lain mengenai materi yang telah
pembelajaran kurang memuaskan. Selain itu
dipelajari dalam kelompok ahli. Siswa
SMK Pancasila Surakarta juga memiliki
dievaluasi secara individual mengenai bahan
permasalahan dengan hasil belajar siswa.
yang
Banyak siswa yang memiliki hasil belajar
diskusi.
yang
model
terindetifikasi
dan
media
yang rendah khususnya pada mata pelajaran
2
telah
dipelajari
setelah
diadakan
bertanya,
Adanya tanggung jawab mengajarkan
mengemukakan
materi kepada anggota kelompok lain pada
pembelajaran
kooperatif
meningkatkan
dorongan
Jigsaw
mempertanyakan
gagasan
dalam
dan
proses
pembelajaran.
dapat
kebutuhan
Menurut Sudjana (2010 :61) keaktifan
belajar serta melatih rasa percaya diri siswa.
siswa dapat dilihat dalam hal : (a) Turut serta
Melalui pembelajaran kooperatif Jigsaw
dalam melaksanakan tugas belajarnya, (b)
ketekunan siswa untuk mengerjakan tugas
Terlibat dalam pemecahan masalah, (c)
dapat ditingkatkan, karena siswa harus
Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru
melaksankan tugas membaca agar dapat
apabila tidak memahami persoalan yang
mengajarkan
anggota
dihadapinya, (d) Berusaha mencari berbagai
kelompok sehingga keaktifan belajar siswa
informasi yang diperoleh untuk pemecahan
bisa ditingkatkan.
masalah,
materi
dan
kepada
(e)
Melaksanakan
diskusi
masalah
kelompok, (f) Menilai kemampuan dirinya
tersebut di atas, maka dilakukan penelitian
dan hasil yang diperolehnya, (g) Melatih diri
dengan
Keaktifan
dalam memecahkan soal/ masalah, yaitu
Belajar dan Hasil Belajar Melalui Model
siswa dapat mengerjakan soal/ permasalahan,
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw pada Mata
dengan mengerjakan LKS, (h) Kesempatan
Pelajaran Mekanika Teknik Siswa Kelas X
menggunakan/menerapkan
SMK Pancasila Surakarta Tahun Ajaran
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas /
2014/2015”.
persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan
latar
judul:
belakang
“Peningkatan
apa
yang
Dari ciri keaktifan menurut Sudjana di
B. KAJIAN PUSTAKA
atas, maka dapat diambil delapan indikator :
1. Pengertian Keaktifan Belajar
(a)
Belajar memang merupakan proses aktif
dari
si
pembelajar
dalam
Melaksanakan
tugas
belajar,
(b)
Mengeluarkan pendapat, (c) Bertanya, (d)
membangun
Membaca,
(e)
Berdiskusi,
(f)
pengetahuannya, bukan proses pasif yang
Memperhatikan, (g) Melatih kemampuan
hanya menerima kucuran ceramah guru
diri, (h) Menerapkan kemampuan.
tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif
Berdasarkan indikator di atas, maka
adalah proses belajar yang menumbuhkan
dalam penelitian ini indikator keaktifan
dinamika
belajar meliputi memperhatikan, bertanya,
belajar
bagi
peserta
didik.
Dinamika untuk mengartikulasikan dunia
mengeluarkan
idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan
memecahkan soal.
dunia
realitas
yang
dihadapinya.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
Keaktifan belajar adalah peserta didik aktif
3
pendapat,
membaca,
dan
masalah konflik yang diakibatkan oleh
2. Pengertian Hasi Belajar
“Hasil belajar adalah perubahan yang
adanya perbedaan-perbedaan (suku /ras /
mengakibatkan manuasia berubah dalam
agama)
sikap dan tingkah lakunya”. (Winkel,1996:51
pembelajaran
dikutip oleh Purwanto,2009:45). Selanjutnya
nyaman.
dinyatakan
bahwa:”aspek
mengacu
kepada
perubahan
taksonomi
itu
diantara
Menurut
para
menjadi
Mel
siswa,
dan
baik
serta
lebih
Silbermen
yang
tujuan
diterjemahkan oleh Sarjuli dkk (2002:161)
pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom,
prosedur belajar dengan tehnik Jigsaw adalah
Simpson dan Harrow mencakup aspek
sebagai berikut : (a) Pilihlah materi belajar
kognitif,
psikomotorik.”
yang dapat dipisah menjadi bagian- bagian,
(Winkel,1996:244 dikutip oleh Purwanto,
(b) Bagilah bagian materi menjadi sub bagian
2009:45).
yang disesuaikan dengan jumlah peserta
afektif
dan
Secara garis besar klasifikasi hasil
didik,
(c)
Setelah
selesai,
bentuklah
belajar terbagi menjadi tiga ranah (Benyamin
kelompok Jigsaw learning, (d) Mintalah
Bloom yang dikutip oleh Nana Sudjana,
anggota kelompok ahli untuk mengajarkan
1991:22),
kognitif
materi yang telah dipelajari kepada yang lain,
berkenaan dengan hasil belajar intelektual,
(e) Kumpulkan kembali peserta didik ke
(b) Ranah afektif berkenaan dengan sikap, (c)
kelas besar untuk memberi ulasan.
yaitu:
(a)
Ranah
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil
belajar
ketrampilan
dan
kemampuan
ranah
itu,
bertindak
“Diantara
ketiga
ranah
kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh
para guru di sekolah karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran” (Nana Sudjana, 1991:23).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam
Gambar 2.1 Ilustrasi Model Pembelajaran
penelitian ini peneliti hanya mengukur hasil
Kooperatif Jigsaw Sumber Mel Silbermen
belajar dari ranah kognitif yaitu berupa hasil
Oleh Sarjuki dkk (2002:161)
nilai ulangan harian siswa.
4. Mekanika Teknik di SMK
3. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Mekanika
Teknik pembelajaran kooperatif Jigsaw
memberikan
beberapa
adalah
ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang
adalah sebuah model pembelajaran yang
akan
Teknik
mekanika benda padat yang berhubungan
keuntungan
dengan pemecahan masalah gaya-gaya
yaitu: dapat mencegah dan mengurangi
4
yang bekerja pada suatu struktur yang
siswa kelas XM-1 SMK Pancasila Surakarta
tidak dapat dipisahkan dari struktur itu
tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 28
sendiri.
Pengaruh
struktur
dinyatakan
terhadap
sistem
siswa. Penelitian ini memiliki sumber data
dalam
bentuk
berupa peristiwa dan dokumen. Peristiwa ini
momen, gaya normal, gaya melintang dan
misalnya
momen torsi. Hal-hal yang dipelajari
mengajar. Dokumen dapat berupa daftar
dalam
nama siswa, hasil tes, silabus, Rencana
mekanika
teknik
mencakup
pada
proses
kegiatan
belajar
yang
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan foto
bekerja dalam suatu sistem struktur,
kegiatan pembelajaran. Berdasarkan sumber
perilaku struktur akibat beban (gaya luar)
data yang digunakan ada empat macam
yang diterima.
metode
deskripsi
komponen-komponen
yang
digunakan
untuk
Mekanika Teknik dalam Sekolah
mengumpulkan data dalam penelitian ini,
Menengah Kejuruan (SMK) mencakup
yaitu: (1) metode observasi, (2) metode
materi
dokumentasi, (3) metode wawancara, (4)
tentang
deskripsi
komponen-
metode tes.
komponen yang bekerja pada suatu
Dalam penelitian ini untuk menguji
sistem serta perilaku struktur akibat
beban atau gaya luar yang diterima.
validitas
Dalam silabus Mekanika Teknik di SMK
konstruk. Konstruk adalah bagian variabel
mempelajari materi diantaranya sebagai
yang dapat diukur yaitu variabel keaktifan
berikut : (a) Besaran, Satuan, dan Hukum
belajar siswa., maka pada proses validasi
Newton, (b) Gaya dan Momen, (c)
konstruk
Diagram
Teori
(Expert Judgement) atau penelaahan pakar
Keseimbangan, (d) Tegangan, (e) Gaya
yakni orang yang menguasai konten dari
Aksi dan Gaya Reaksi dari Macam-
variabel
macam Tumpuan, (f) Fungsi dan Prinsip
penelitian ini ahli yang dimaksud adalah ahli
Kerja Sambungan, (g) Poros, kopling,
pembelajaran
dan Roda Gigi.
pendidikan.
Benda
Bebas
dan
data
menggunakan
instrument
yang
dilakukan
hendak
yaitu
validitas
melalui
diukur.
pakar
Dalam
teknologi
Untuk mengukur variabel hasil belajar
siswa menggunakan validitas isi yaitu berupa
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMK
kisi-kisi soal. Pengujian validitas instrumen
Pancasila Surakarta yang terletak di Jl. Apel
ini peneliti menggunakan teknik Expert
No. 5 Jajar, Laweyan, Surakarta. Penelitian
Judgement
ini dilaksanakan selama delapan bulan yakni
kepada guru yang mengampu mata pelajaran
mulai dari bulan Desember 2014 sampai
Mekanika
bulan Juli 2015. Subjek penelitian ini adalah
Pancasila Surakarta.
5
dengan
Teknik
mengkonsultasikan
kelas
XM-1
SMK
Pada
penelitian
ini
menggunakan
D. HASIL
analisis data yaitu: (1) analisis data pada
keaktifan
belajar
siswa
PENELITIAN
PEMBAHASAN
Ditinjau dari hasil setiap siklus selama
menggunakan
deskriptif kualitatif berdasarkan pada hasil
penelitian
observasi dan refleksi, (2) analisis data pada
dijelaskan sebagai berikut:
tes prestasi belajar menggunakan analisis
1. Prasiklus
awal
dengan
nilai
tes
telah
siswa
dilakukan
yang
dapat
kurang
memperhatikan penjelasan guru. Pengamatan
akhir
yang telah dilakukan pada prasiklus ini
penelitian.
diperoleh tingkat keaktifan siswa kelas XM-1
Indikator kerja dapat dilihat secara
umum
yang
Banyak
komparatif yaitu membandingkan nilai tes
kondisi
DAN
dengan
membandingkan
SMK
tingkat
Pancasila
Surakarta
dalam
mata
keberhasilan dari satu siklus ke siklus
pelajaran Mekanika Teknik terbilang rendah
berikutnya.
yaitu prosentase keaktifan belajar siswa
Penelitian
tindakan
kelas
merupakan proses pengkajian melalui sistem
dalam
bersiklus.
tahap
Pengambilan data keaktifan belajar siswa
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
menggunakan motode pembelajaran ceramah
pengamatan, dan refleksi.
yang biasa digunakan oleh guru dalam
Berikut
Setiap
desain
siklus
melalui
Penelitian
satu
mengajar
Tindakan
kelas
adalah
sehari-hari.
37,14%.
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan oleh
Kelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
pengamat keaktifan belajar siswa rendah atau
kurang.
Siswa
terlihat
bosan
kurang
bersemangat pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Banyak siswa yang kurang
memperhatikan penjelasan guru. Prestasi
belajar siswa pada prasiklus ini masih jauh
dari
indikator
keberhasilan
yang
telah
ditentukan dengan nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) sebesar 70. Hal ini
disebabkannya siswa kurang aktif dalam
proses pembelajaran sehingga materi sulit
dipahami. Hasil belajar siswa pada siklus ini
hanya 50% siswa yang nilainya diatas KKM.
2. Siklus 1
Gambar 2 Diagram Siklus Penelitian
Keaktifan belajar siswa pada siklus ini
sudah meningkat. Guru menggunakan model
6
pembelajaran kooperatif Jigsaw pada proses
lebih cepat memahami materi yang diberikan
pembalajaran. Data yang diperoleh hasil
oleh guru. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
penelitian siklus 1 tentang keaktifan belajar
gambar perbandingan keaktifan dan prestasi
siswa menggunakan model pembelajaran
belajar siswa pada setiap siklus di bawah ini:
kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran
Perbandingan Prosentase
Keaktifan Belajar Antar Siklus
las dasar kelas X M2 SMK PGRI 1 Surakarta
dengan rata-rata persentase dalam satu kelas
90%
adalah 70,71% siswa yang aktif. Hasil belajar
80%
77,14%
70,71%
70%
siswa pada siklus 1 sudah sesuai harapan dan
60%
target, yaitu sebanyak 75% siswa mencapai
50%
nilai ketuntasan dimana targetnya 75% siswa
40%
30%
nilai tuntas.
Prosentase
20%
3. Siklus 2
Siklus
37,14%
10%
2
dilakukan
dalam
0%
rangka
perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan
yang ada pada siklus 1. Guru berulang kali
menyampaikan
untuk
memaksimalkan
pembelajaran dengan cara memanfaatkan
Gambar 3 Histogram Perbandingan
peralatan yang ada, menanyakan materi yang
Keaktifan Belajar Tiap Siklus
kurang paham. Guru mendorong siswa untuk
selalu aktif dalam proses pembelajaran.
90%
Termaksimalkannya
80%
proses
pembalajaran
70%
dengan model pembelajaran kooperatif tipe
60%
Jigsaw ini memperoleh hasil sesuai target.
40%
2
yang
30%
sebelumnya 70,71%. Hasil belajar siswa
20%
sudah baik yaitu mengalami peningkatan
10%
menjadi
77,14%
Ketuntasan
Minimum
Siswa Lulus
KKM
25%
17,86%
Siswa Tidak
Lulus KKM
0%
menjadi 82,14% siswa sudah mencapai nilai
Kriteria
50%
50%
50%
Rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus
meningkat
82,14%
75%
(KKM).
Keaktifan belajar siswa dapat meningkat
kemudian diikuti dengan prestasi belajar
siswa
juga
meningkat.
Gambar 4 Grafik Perbandingan Hasil Belajar
Penggunaan
Tiap Siklus
pembelajarann Jigsaw terbukti lebih baik dari
pada metode pembelajaran ceramah. Siswa
7
Muhadi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Shira Media.
E. KESIMPULAN
1. Penerapan
model
pembelajaran
Nana Sudjana. 1996. Cara belajar Siswa
Aktif dalam Proses belajar mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa kelas XM-1 SMK
Pancasila
Surakarta
tahun
ajaran
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2014/2015. Prosentase keaktifan belajar
siswa dalam kelas pada pra tindakan
Purwanto,
Ngalim.
2008.
Evaluasi
Pengajaran, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,
sebesar 37,14% dan siklus I meningkat
menjadi 70,71% kemudian siklus II
Silberman, Malvin L. 2006. Active Learning
101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung : Nusamedia
menjadi 77,14%.
2. Penerapan
model
pembelajaran
kooperatif Jigsaw dapat menigkatkan
Slavin,
hasil belajar siswa kelas XM-1 SMK
Pancasila
Surakarta
tahun
ajaran
Robert E. 2008. Cooperative
Learning, Teori, Riset dan Praktik.
Bandung : Nusa Media
Sri Rumini, dkk. 1993. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta : UPP IKIP Yogyakarta
2014/1025. Siswa yang lulus KKM pada
pra tindakan sebesar 50% yaitu 14 siswa
Sugiyono.
2007.
Metode
Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
dan siklus I meningkat menjadi 75%
yaitu 21 siswa kemudian siklus II
menjadi 82,14% yaitu 23 siswa.
F. DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperatif Learning
Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta : Pustaka Belajar
Jannah, Miftachul. (2010). Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Untuk
Meningkatkan
Motivasi
Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran
Biologi Di Kelas XI IPA 2 SMA
Batik Surakarta Tahun Pelajaran
2009/2010. Diakses pada tanggal 19
Januari
2015,
dari
http://eprints.uns.ac.id/6403/1/171861
512201011021.pdf
Johnson, Elaine B. 2007. Contectual
Teaching and Learning. Bandung :
Mizan Learning Center (MLC)
8