Laporan Badan Kerdja Depernas Komisi I (Keuangan)

LAPORAN
BADAN KERDJA DEPERNAS
KOMISI

KEUANGAN

MASA SIDANG

SEPT – DES 1961

48/Dkt/C/Dep./XII/’61.
- 100 -

LAP O RAN
BADAN KE RD JA DE PE RNAS
K OMI S I I (K E UANGAN)

M A S A S I D A N G II
SEPTEMBER – DESEMBER 1961

ISI


BAB I.

PENEGASAN TENTANG PROJEK-PROJEK PEMBANGUNAN.

BAB II.

DISTRIBUSI UNTUK MELANTJARKAN PELAKSANAAN
PROJEK-PROJEK PEMBANGUNAN.

BAB III.

ANGGARAN PENDAPATAN UNTUK PEMBANGUNAN.

BAB IV.

ANGGARAN PEMBANGUNAN 1962.

BAB V.


PENETAPAN URUTAN URGENSI PROJEK-PROJEK.

----------oOo----------

BAB I.

PENEGASAN TENTANG PROJEK-PROJEK PEMBANGUNAN.

Membahas persoalan-persoalan jang berhubungan dengan Anggaran
Belandja Pembangunan untuk tahun anggaran 1962 ternjata tidak dapat dipisahkan dari penegasan dan penetapan tentang apa sesungguhnja jang dinamakan projek-projek pembangunan semesta. Hal ini perlu, karena dikalangan Pemerintah chususnja dan instansi-instansi
Pemerintahan pada umumnja tampak perbedaan pendapat mengenai hal
tersebut.
Apakah jang kita namakan projek-projek pembangunan semesta
itu semata-mata projek-projek jang terdapat didalam hasil karya
Depernas? Bagaimana kedudukannja projek-projek buah pikiran pelbagai Departemen jang tidak terjantum dalam Pola Projek dan bagaimana dengan projek-projek jang dimadjukan dan akan dilaksanakan oleh
Daerah-daerah Swatantra dan bagaimana pula dengan projekprojek Swasta? Mengenai hal-hal ini diantaranja belum ada pendapat jang sama dikalangan Pemerintah, dan karena tidak adanja pendirian jang tegas dari Pemerintah ini telah timbul projek-projek
diluar projek-projek Depernas dan kelihatannja djumlah projekprojek demikian itu akan bertambah besar, sehingga menimbulkan bahaja terhadap pelaksanaan projek-projek Depernas itu Berhubung
dengan
itu Komisi I merasa perlu mengadjak Badan Kerdja Depernas memadjukan
kepada Pemerintah suatu perumusan tentang apa jang se- harusnja dinamakan

projek-projek pembangunan semesta dan menertibkan keadaan tersebut
diatas.
1.
Komisi berpendapat, bahwa jang dimaksudkan dengan projekprojek pembangunan dalam arti kata jang luas ialah : segala kegiatan, segala usaha jang tidak bersifat pemeliharaan, tidak
bersifat routine, akan tetapi djelas merupakan usaha baru,
usaha penambahan atau perluasan, untuk mentjapai terwudjudnja
Masjarakat Sosialis Indonesia berdasarkan Pantja Sila.
Projek-projek harus ditetapkan menurut rentjana, karena
kita ingin mentjapai maksud kita dalam waktu sesingkat-singkatnja, sedangkan kita terikat oleh batas-batas kemampuan kita, jaitu kemampuan masjarakat Indonesia, dalam melaksanakannja. Batas-batas itu diantaranja adalah faktor-faktor biaja,
tenaga pelaksana, bahan perlengkapan dan aparatur Negara. Rentjana itu diperlukan, agar dengan kemampuan jang terbatas tertjapai hasil jang setinggi-tingginja dan sebesar-besarnja.
Dengan sendirinja, tidak mungkin kita menjusun Rentjana
jang menjantumkan semua projek-projek Pembangunan jang dimak- sud
diatas, tidak mungkin kita menjusun suatu Pola Projekm,
jang
memuat semua projek-projek Pembangunan menurut prinsip diatas.
Apa jang………
-2-

2.


Apa jang dapat kita masukkan didalam Pola Projek adalah Pro-jekprojek jang dapat kita kuasai sepenuhnja dan Projek-projek
itulah jang merupakan faktor-faktor inti jang memberikan garis
haluan kepada projek-projek lainnja. Djika demikian hal- nja,
timbul pertanjaan, projek-projek mana jang hendaknja ditjantumkan dalam Pola Projek, jang akan diberi nama Projekprojek Pembangunan (Projek dengan huruf besar).
Dalam hal ini Komisi berpendapat, bahwa tjara jang paling
mudah dan selaras ialah diambil dasar pembiajaannja. Semua
projek jang pembiajaannja (akan) dilakukan dari sumber-sumber
usaha pengerahan “funds and forces” oleh Pemerintah, hendak- nja
ditjantumkan dalam Pola Projek.
Tjara ini memberikan kemungkinan kepada Pemerintah untuk
memelihara keseimbangan antara kekuatan keuangan dan luasnja/
besarnja Projek-projek Pembangunan. “Funds” jang dikerah- kan
melalui Bank-bank pembangunan.
Karena itu Komisi I menjarankan, agar semua projek-projek
Pembangunan, jang pembiajaannja dilakukan oleh atau melalui
Bank-bank Pembangunan, dianggap mendjadi Projek-projek (P huruf besar) Pembangunan, dan harus ditjantumkan dalam Pola Projek. Bank-bank Pembangunan, jang kini telah atau dirantjangkan
akan didirikan ialah Bank Pembangunan Indonesia, Bank Pembangunan Daerah dan Bank Pembangunan Swasta. (Disini ditegaskan lagi pendirian Komisi I, bahwa Bank Pembangunan Swasta
tidak seharusnja bergantung pada kredit2 Pemerintah, melainkan dari kalangan Swasta sendiri).
Depernas telah menjusun suatu Pola Projek jang telah disahkan oleh M.P.R.S. Ternjata, bahwa diluar Projek-projek
Pembangunan jang terjantum dalam Pola Projek tersebut, Pemerintah telah menetapkan projek-projek tambahan, dan telah pula menjetudjui projek-projek Daerah Swantatra untuk didjadikan Projek-projek Pembangunan. Untuk mentjegah kesimpang-siuran dan agar kita tidak meningglkan prinsip bekerdja Berentjana dalam Pembangunan, hal ini memerlukan penindjauan kembali dari Pola Projek Depernas itu.

Dalam hal ini Komisi I menjarankan, agar penindjauan
kembali itu melampaui prosedur berikut :
a. Pemerintah meminta Depernas melakukan perobahan-perobahan
dari Pola projek Depernas untuk menampung projek-projek
Pembangunan………
-3-

3.

Pembangunan baru jang disarankan oleh Presiden, Departemendepartemen dan Daerah-daerah Swatantra.
b. Setelah Pola Projek Depernas jang baru selesai, usul-usul
jang datang kemudian mengenai pemasukan sesuatu projek
Pembangunan dalam Pola Projek, dapat dilakukan oleh Badan
Kerdja Depernas.
c. Dalam hal-hal jang mendesak, penerimaan sesuatu projek jang
diusulkan mendjadi Projek Pembangunan, dilakukan oleh Dewan Pembangunan.
Selandjutnja perlu ditegaskan, bahwa ditjantumkannja sesuatu Projek Pembangunan dalam Pola Projek tidaklah berarti,
bahwa projek-projek itu akan diselenggarakan Pelaksanaannja
oleh Pemerintah, Badan-badan Negara atau Perusahaan-perusahan Negara.
Dalam Pola Projek dimasukkan semua Projek Pembangunan dengan

tidak membeda-bedakan apakah Projek itu akan dilakukan pelaksanaan nja oleh Pemerintah Pusat, Daerah Swatantra atau Swasta.
Karena itu, setelah Pola Projek Depernas baru tersusun, perlu
Pemerintah menetapkan setjara nominatip dari Projek-projek
Pembangunan itu :
a. mana jang mutlak pelaksanaannja harus diselenggarakan
oleh Negara.
b. mana jang dapat diserahkan kepada Daerah Swatantra.
c. mana jang dapat diserahkan kepada Swasta.

BAB II. DISTRIBUSI ……….

-4-

BAB II. DISTRIBUSI UNTUK MELANTJARKAN PELAKSANAAN
PROJEK-PROJEK PEMBANGUNAN.

Tugas melakukan pemikiran tentang Projek-projek Pembangunan mana jang sebaiknja dipilih untuk dilaksanakan dalam
tahun 1962 dengan sendirinja membawa Komisi I kepada menelaah
faktor-faktor jang mempengaruhi pelaksanaan Projek-projek Pembangunan pada umumnja.
Diantara banjak faktor sebagian besar telah pula disinjalir

oleh Panitia Ad Hoc B Badan Kerdja. Jang disini akan ditondjolkan ialah masalah Distribusi.
Jang dimaksud disini ialah Distribusi jang ditudjukan
kepada dua maksud, jaitu :
1. membagikan barang-barang keperluan hidup jang pokok untuk
rakjat.
2. Usaha agar Projek-projek Pembangunan jang sedang berlangsung pelaksanaannja memperoleh segala keperluan tepat pada
waktunja.
Hal jang pertama adalah termasuk Projek Pembangunan jang
disarankan oleh Depernas dan ditondjolkan disini mengingat
kenjataan, bahwa keadaan Ekonomi Negara terasa bertambah berat, Guna memlihara semangat berdjoang dan kegairahan bekerdja dari rakjat (kedua-duanja sjarat mutlak dalam Membangun)
perlu soal barang-barang keperluan pokok ini mendapat perhatian.
Berhubung dengan itu, disini disarankan oleh Komisi I,
supaja Projek Distribusi, seperti jang direntjanakan Depernas
dan terapat didalam hasil karyanja Buku ke-enam, djilid XV,
hal
3281 s/d 3366, segera dilaksanakan sebagai Projek Pemba-ngunan.
Mengenai jang tersebut di nomor dua , oleh Komisi disarankan, agar supaja tjara2 distribusi tenaga2, bahan dan alat2 keperluan projek2 dipeladjari lebih landjut untuk menemukan tjara jang lebih efisien dan efektif dari pada jang digunakan hingga sekarang. Dalam hubungan ini hendaknja masalah
komunikasi didarat dan dilaut, jang besar sekali pengaruhnja
pada distribusi umumnja, mendapat tindjauan jang seksama.
Terutama masalah perhubungan dilaut, termasuk masalah pelabuhan. Dalam persoalan ini pemetjahan sementara tidak tertuama terletak pada penambahan “tonage”, akan tetapi harus lebih

ditudjukan (dalam tahun 1962) pada perbaikan2 fasilitas dan
“management”………
-5-

“management”, seperti telah dikemukakan pula oleh panitia Ad Hoc
B.
Meskipun pemikiran mengenai masalah distribusi itu ti- dak
termasuk tugas Komisi, berhubung dengan pengaruhnja soal ini
terhadap pelaksanaan Projek-projek, dibawah dimadjukan beberapa
pokok pikiran sebagai sumbangan bahan dalam mentja-hari pe metjahan dari soal jang muskil dan kompleks itu.
Lebih dulu hendak dikemukakan adanja faktor2 didalam
masjarakat jang sekurang-kurangnja tidak memperlantjar peredaran bahan dan alat keperluan pembangunan, seperti :
(1). Sistim distribusi jang masih bersandar pada susunan aparat distribusi jang berlapis-lapis, jang ditandai oleh
banjaknja perantara tangan tangan kesatu (distribusi besar, importir) dan tangan ketiga (pengetjer).
Kematjetan peredaran barang kerapkali ditimbulkan oleh
adanja perantara2 jang sebenarnja tidak diperlukan, karena hanja memperpandjang djalan peredaran barang dan menaikkan harga konsumsi.
(2). Dengan adanja Djawatan Harga dari Departemen Perdaganganpun, politik harga jang kita kenal hingga kini belum
sesuai dengan ketetapan M.P.R.S. jang berbunji :
“5. Politik harga.
Politik harga barang2 konsumsi dalam negeri

didasarkan kepada azas serendah mungkin sesuai
dengan daja beli rakjat dengan ketentuan-ketentuan
persediaan jang tjukup,
persediaan penimbunan,
pengendalian harga,
kelantjaran distribusi dan pengawasan
jang tjermat”.
Titik-tolak bekerdja Djawatan Harga masih lebih banjak
ditentukan oleh kepentingan produsen/pedagang dan tindakan moneter.
Dalam usaha untuk menghilangkan disparitas harga kepentingan rakjat konsumen umumnja kurang diperhatikan. Seharusnja Departemen Perdagangan mempertahankan harga
jang sekali sudah ditetapkannja.
(3). Politik……….
-6-

(3).

(4).
(5).

(6).


Politik moneter kerap kali mengganggu kelantjaran produksi didalam negeri. Pungutan2 seperti “meerwinst”,
komponen harga, padjak pendjualan, padjak pembangunan dll.
tidak menstablisir pembentukan harga, melainkan merupakan
faktor jang terus-menerus menjebabkan kenaik- an harga
barang2, baik jang diimpor maupun jang di- hasilkan didalam
negeri. Kenaikan harga membuat likwi- ditet perusahaan2
relatif berkurang, suatu hal jang pasti akan
mengakibatkan mundurnja kapasitas dan produkti-vitas
perusahaan2 itu.
Dan kemunduran produksi itu djelas tidak akan memperlantjar peredaran barang2, bahkan dapat menimbulkan semangat
berspekulasi ditengah-tengah masjarakat, suatu hal jang
sering mematjetkan distribusi bahan2, seperti umpamanja
minjak tanah, minjak kelapa, beras, bahan2 bangunan dsb.
Belum tampak koordinasi dan pengawasan jang efektif terhadap penjaluran barang2 jang sepenuhnja dikuasai oleh
Pemerintah, umpamanj semen, pupuk dan gula.
Penjaluran barang2 dari Perusahaan Dagang Negara ke-konsumen belum tjukp efisien, terutama oleh karena masih
terlampau banjak perusahaan2 bajangan memainkan peran
jang sebenarnja tidak perlu sepandjang saluran2 distribusi
antara P.D.N. dan konsumen itu.

Terlampau banjaknja instansi, bukan sadja di Pusat, bah- kan
terutama di Daerah, sampai pada Daerah2 asministratif
jang paling ketjil, sering pula merupakan faktor peng-hambat
kelantjaran distribusi. Sebagai tjontoh dapat dikemukakan
pengalaman projek Djatiluhur, jang pada sua- tu ketika tidak
dapat melandjutkan usahanja karena keku-rangan semen,
sedangkan dipaberik semen Gresik demikian besarnja
timbunan semen, hingga kelantjaran produksi bisa
terganggu karenanja.
Dalam menghadapi situasi distribusi jang demikian,
maka perlu sekali dipikirkan djalan untuk memperbaiki keadaan.
Terasa benar, bahwa seluruh sistim perlu direorganisasi
dan
diadakan politik personalia jang dapat mendjamin berlangsungnja organisasi baru itu. Dalam memperbaharui sistim distribusi ini hendaknja diutamakan terwudjudnja sua- tu
organisasi jang efektif dan efisien dengan mengadakan
penjusunan dari bawah keatas. Penempatan petugas2 didalam organisasi itu seharusnja merupakan tindakan penjempurnaan daripada djalannja distribusi.
Sebagai………
-7-

Sebagai tindakan perbaikan dibidang distribusi oleh
Komisi disarankan hal2 tersebut dibawah ini :
(1) Pemerintah seharusnja setjara konkrit dan berentjana menguasai dan mendjatah semua barang2 jang
diperlukan untuk pembangunan projek-projek. Penjaluran barang2 itu keperusahaan-perusahaan Negara atau ketempat2 pembangunan projek hendaknja dilaksanakan langsung oleh Perusahaan Dagang Negara jang ditundjuk tanpa menggunakan perantaraan
pihak lain.
(2) Kepada sesuatu instansi jang harus mendistribusikan barang hendaknja diberikan wewenang/kemudahan2
(“facileties”) jang tjukup besar untuk mengatur
pengangkutan barang2 jang dikuasainja ketempattempat dimana barang2 itu diperlukan.
(3) Prosedur penjampaian bahan2 sandang-pangan dari
importir atau grosser kerakjat konsumen hendaknja
mengikuti djalan jang sependek-pendeknja tanpa
menggunakan perantara2 jang tidak perlu.
(4) Semakin besar djumlah pengetjer jang wadjar semakin besar persaingan jang akan timbul diantara mereka itu dan semakin bailah pelajanan jang diberikan kepada konsumen. Berhubung dengan itu djum lah pengetjer itu tidak perlu dibatasi.
Dalam pada itu disarankan pula agar supaja Pemerintah mengembangkan dan menggiatkan koperasi2
primer sebagai pemegang peranan dalam penjampaian
barang2 kepada para konsumen.
(5) Adanja tambahan2 wewenang instansi2 didaerah diluar instansi sipil hendaknja ditjegah sedjauh
mungkin.
Umumnja dapat dikatakan, bahwa bersimpang-siurnja
wewenang dalam tubuh Pemerintah akan merupakan faktor penghambat dalam distribusi barang2.

BAB III. ………..

-8-

BAB III. ANGGARAN PENDAPATAN UNTUK PEMBANGUNAN
Dengan adanja pemisahan antara Anggaran Pendapatan Routine
dan Anggaran Pendapatan untuk Pembangunan, dapatlah setjara chusus diadakan penindjauan mengenai sumber2 pendapatan jang dapat
digunakan untuk kelangsungan Pembangunan. Dalam hal ini dapat
pula digariskan terlebih dahulu pemilihan/penentuan kebidjaksanaan, bahwa jang primer adalah penjusunan Anggaran Pendapatan
Pembangunan jang realistis, sedangkan Anggaran Pengeluaran Pembangunan disesuaikan pada Anggaran Pendapatan tersebut. Dengan
perkataan lain djumlah pengeluaran untuk pembangunan sebesar 30
miljar setiap tahun seharusnja dipandang sebagai perkiraan jang
bersifat “tentative”. Anggaran Pengeluaran jang bersifat definitif harus diselaraskan dengan pendapatan dari sumber2 pembiajaan pembangunan.
Adanja Anggaran Pendapatan Pembangunan jang pasti, memberikan kemungkinan kepada kita untuk memadjukan – dengan menggunakan pengalaman2 jang diperoleh pada tahun 1961 –saran2 mengenai
“omvang” Pembangunan jang akan dilaksanakan urutan urgensi daripada Projek2 jang akan diselenggarakan dan mungkin pula djumlah
biaja jang perlu disediakan untuk tiap2 projek itu.
Apabila dapat ditetapkan, bahwa Anggaran Pendapatan Luar
Biasa tahun 1962 adalah Anggaran Pendapatan Pembangunan, maka Komsisi merasa perlu memadjukan pokok2 pikiran tersebut dibawah ini :
(1) Komponen-komponen Anggaran Pendapatan Luar Biasa tahun 1961
perlu ditindjau dahulu, sebelum dapat ditjantumkan pula pula dapat Anggaran Pembangunan tahun 1962.
Sebelum lebih landjut meneliti pos-pos Anggaran Pembangunan
tersebut satu demi satu, perlu dikemukakan, bahwa berhubung
sistim perhitungan pembiajaan Projek-projek Pembangunan ini
memakai perhitungan-perhitungan kebutuhan biaja dalam Rupiah
dan Devisen, maka penjusunan Anggaran Pendapatanpun akan disusun sesuai hal tersebut diatas. Walaupun dalam kenjataan
perbandingan 1 : 1 dalam kebutuhan Rupiah dan Devisen tidak
setjara mutlak dapat dipakai, untuk menjusun Anggaran Pendapatan ini, perbandingan tersebut masih diperlukan sebagai dasar penentuan penjediaan-penjediaan fonds (batja: pos-pos)
dalam masing-masing sektor Rupiah dan sektor Devisen.
(2)
-9-

Djika sistem …….

(2) Djika sistim diatas dapat diterima dalam menjusun Anggaran Pendapatan Luar Biasa. Maka dapat ditentukan sebagai berikut :
A. Sektor Rupiah :
Pos-pos jang terdapat dalam Anggaran Pendapatan Luar Biasa 1961 pada dasarnja dapat pula dipakai untuk penjediaan
fonds-fonds Rupiah seperti :
1.
Laba-laba Perusahaan Negara.
2.
Hasil penarikan uang dari perdagangan
a.
Freelist
b.
pendjualan barang modal
c.
pendjualan barang konsumsi
3.
Penarikan uang dari masjarakat
a.
Obligasi dan kertas Perbendaharaan
b.
Penggunaan sebagian laba-laba perusahaan
Swasta untuk keperluan Pembangunan dalam bentuk
pindjaman djang-ka pandjang
c.
Tabungan terpimpin
d.
Tabungan sistim kupon
e.
Simpanan masjarakat
4.
Projek2 B, jaitu projek-projek jang telah dapat mengembalikan modalnja dan keuntungannja dalam waktu pendek.
5.
Hasil returns dari Projek-projek jang selesai sebelum
tahapan berakhir.
6.
Hasil landreform
7.
Hasil pariwisata.
B. Sektor Devisen :
Sesuai dengan usul-usul Badan Kerdja Depernas, agar dalam
tahun 1962 sudah pula dimulai beberapa projek “B”, jang
terutama adalah merupakan sumber penghasilan devisen,
maka pos-pos anggaran Pendapatan dalam sektor Devisen tersebut dapat disusun sebagai berikut :
1.
minjak.
2.
kaju (kehutanan).
3.
Perikanan.
4.
Kopra.
5.
Karet.
6.
Timah.
7.
Alumina.
8.
Pariwisata.
9.
Kredit Luar Negeri
(3) Sisitim ………….
- 10 -

(3) Sistim diatas erat hubungannja dengan pandangan bahwa dalam
menjusun Anggaran Belandja untuk masa depan perlu ditempuh su atu tjara baru, jaitu dengan menjusun suatu Budget Moneter jang
komplot, jang antara lain akan terdiri dari :
a. Anggaran Devisen.
b. Anggaran Kredit.
c. Anggaran Belandja Negara.
(4) Dari program-program jang telah disusun oleh Komisi/Panitia2
Badan Kerdja Depernas berdasarkan angka-angka tahun 1961 dan
laporan-laporan/djawaban-djawaban dari Departemen2, susunan
rentjana sementara Anggaran Pendapatan Luar Biasa dapat digambarkan sebagai berikut :
No.

Djenis sumber pendapatan

1.
2.
3.

Laba2 perusahaan Negara
Simpanan masjarakat
Obligasi/kertas perbendaharaan
a. Free-list
b. ex pindjaman dari Perusahaan minjak
Penggunaan sebagai labalaba perusahaan Swasta
dalam bentuk pindjaman
djangka pandjang
Pendjualan barang2 konsumsi
Pendjualan barang2 modal
Hasil penarikan uang dari
Perdagangan
Hasil landreform
Hasil/return dari projek
jang sudah didirikan
Tabungan sistim kupon
Hasil Kepariwisataan
Kaju (Kehutanan)
Perikanan
Kopra
Karet
Timah
Alumina
Kredit Luar Negeri

4.
5.

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Sektor RuPiah (dalam
Rp. miljar)
4
1

Sektor
Devisen
(dalam $
djuta)
-

1
P.M. a)

-

3,375 b)

-

1
5,75 c)
2 c)

-

2
P.M.

-

Keterangan
a) tergantung dari keadaan devisen.
b) lihat laporan
Panitya B:
obligasi Pemerintah jang
diharuskan kepada perusahaan minjak.
c) lihat laporan
Sub-panitya
B/1.

P.M.
1 c)
P.M.
P.M.
0,45
P.M.
P.M.
P.M.
P.M.
29,75
P.M.
P.M.
133.-21,155 + P.M.163,18+P.M.

BAB IV. ………
- 11 -

BAB I. ANGGARAN PEMBANGUNAN 1962.
A. Azas-azas Penetapan Projek-projek.
Mengenai pelaksanaan Projek-projek, Komisi I bersandar pada pendirian-pendirian seperti tertjantum didalam Laporan Panitia
Ad Hoc B.
Komisi merasa perlu menegaskan pendapatnja, bahwa jang ter lebih dahulu harus diusahakan Pemerintah adalah penjediaan biaja
untuk Pembangunan dengan djalan segera melantjarkannnja Projek-pro jek B dan usaha-usaha lain seperti digariskan oleh Anggaran Pendapatan Luar Biasa tahun 1961. Disamping itu dilaksanakan Projekprojek jang bersangkutan dengan Triprogram Kabinet dan Projek-projek Komitmen.
Untuk sementara waktu Projek-projek ini dapat dibiajai dengan tjara “deficit spending”, djika tidak dapat disediakan dari Anggaran
Pendapatan Routine. Tidak seharusnja kita membalikkan tata-tjara
kerdja, jaitu menetapkan lebih dahulu projek-projek jang akan kita
laksanakan dalam setahun dan kemudian baru bersusah pajah mentja ri biaja untuk pekerdjaan jang hendak diselenggarakan itu.
Pendapatan anggaran pendapatan untuk melantjarkan pembangunan merupakan masalah jang wadjib mendapat prioritas dalam pemikir an kita ditahan-tahun pertama ini.
Baru setelah ada kepastian mengenai biaja jang tersedia
untuk pembangunan itu, dapat dimulai dengan pelaksanaan Projekprojek.
Djika biaja jang dapat disediakan telah tjukup, maka sejogjanja kita
mulai membangun disegala bidang, tanpa ketjuali, jaitu :
(1) Bidang Mental/Rohani
(2) Bidang Penelitian
(3) Bidang Kesedjahteraan Rakjat
(4) Bidang Pemerintahan
(5) Bidang Pembangunan Chusus
(6) Bidang Produksi
(7) Bidang Distribusi
(8) Bidang Keuangan
Tjara-tjara pelaksanaan dilakukan dengan sendirinja dengan memperhatikan petundjuk-petundjuk Panitia Ad Hoc B.
Bagaimana keadaan Pembiajaan pada waktu sekarang, chususnja taksiran-taksiran untuk tahu 1962? Mengenai hal ini dapat
dikemukakan sebagai berikut :
B. Prognose………
- 12 -

B. Prognose Anggaran Pendapatan untuk Pembangunan tahun 1962.
Prognose mengenai penerimaan-penerimaan jang dapat digunakan untuk melantjarkan Pembangunan, seperti termuat didalam Laporan Sub Panitia Pembiajaan dari Panitia Ad Hoc B (vide Laporan Panitia Ad Hoc B, bab VII) tidaklah memberikan gambaran jang menggembirakan untuk tahun kedua Pembangunan Semesta (1962).
Hasil sementara dari penjusunan Anggaran Belandja 1962, jang
oleh Departemen Keuangan diterbitkan di Tjipajung pada tanggal 2
September 1961 adalah seperti tertjantum dibawah ini :
A. Angka-angka permintaan (wensbegroting) dari Departemen-departemen adalah sebagai berikut :
I. Routine
: Sipil
Rp. 58.564.000.000,Polisi

5.921.000.000,Militer

37.795.000.000,Djumlah
Rp. 102.280.000.000,II. Pembangunan : Sipil
Rp. 49.000.000.000,Polisi

12.000.000.000,Militer

13.000.000.000,Djumlah
Rp. 74.000.000.000,Djumlah I dan II ialah Rp.
176.280.000.000,Anggaran permintaan jang demikian besarnja itu oleh Departemen Keuangan ditekan kebawah dengan berpedoman pada hal-hal tersebut dibawah ini :
1. Umum.
Menitik-beratkan usaha-usaha/kegiatan pada Triprogram Kabinet
Kerdja, dengan mengingat djangka waktu jang telah ditetapkan
untuk pelaksanaannja.
2. Belandja Pegawai.
a.
Diperhitungkan kenaikan karena P.G.P.N. 1961.
b.
Diperhitungkan accres tahunan sebesar 5%.
3. Belandja barang, belandja pemelihraan dan perdjalanan dinas.
a.
Diperhitungkan naik 10%.
b.
Untuk kepolisian dan kependjaraan kenaikan lebih dari 10%
karena perluasan.
4. Subsidi/Bantuan kepada Daerah-daerah Otonom.
a.
Berhubung dengan kenaikan gadji/upah karena P.G.P.N.
1961 harus diberi tambahan subsidi sebesar ± Rp.
2.300.000.000,b.
Upah harian tambah 25%.
c.
Accres 5%.
5. Pembangunan……

- 13 -

5. Pembangunan Non-development.
a.
Distribusi pada projek-projek jang sedang berdjalan.
b.
Kantor-kantor baru didaerah-daerah.
c.
Dimana mungkin dikurangi dengan 20%.
6. Anggarn Perusahaan.
Berhubung dengan masih adanja 4 perusahaan I.B.W. jang belum/
tidak didjadikan Perusahaan Negara, anggaran ini masih tetap
diadakan.
7. Anggaran Perhitungan.
Kurang lebih tetap seperti 1961.
8. Bunga/Tjijilan.
Dimasukkan komitmen-komitmen jang berdjalan.
Dibidang pembangunan kebidjaksanaan jang diikuti Departemen Keuangan ialah :
1. U m u m.
M.P.R.S. menetapkan untuk tiap tahun sebesar Rp. 30 miljar.
Dalam rangka Rp. 30 miljar ini harus dimasukkan projek-projek
pembangunan jang diadjukan oleh Departemen-repartemen.
2. Pertama-tama harus dimasukkan dalam Anggaran Pembangunan 1962
ini :
a.
Projek-projek jang harus selesai dalam tahun 1962, misalnja
Asian Games, Gedung Pola Pembangunan, Hotel Indonesia,
Djakarta Bypass.
b.
Projek-projek dari Anggaran tahun 1961 jang belum selesai.
Sedapat-dapat mungkin projek-projek ini jang tidak begitu
penting diperlambat penjelesaiannja.
c.
Pembangunan Chusus untuk Polisi dan Militer.
Disediakan sesuai ketetapan M.P.R.S. untuk Polisi Rp. 250
djuta (1/8 x Rp. 2.000 djuta) dan Militer Rp. 3.750 djuta
(1/8
x
Permintaannja masing-masing Rp. 12.000 djuta (setelah discreen mendjadi Rp. 2.229 djuta) dan Rp. 13.000 djuta (tidak dapat discreen karena tidak ada bahan-bahan).
Soalnja dimana harus dimaukkan sisa permintaan-permintaan
itu.
d.
Projek-projek baru dari Departemen-departemen setelah diadakan screening dan disesuaikan dengan ketetapan M.P.R.S.
Projek-projek diluar Departemen tidak dimasukkan ketjuali
djika telah diputuskan oleh Presiden, misalnja Mesdjid Istiqlal, Tugu Nasional.
e. Untuk ………
- 14 -

e. Untuk projek-projek B tetap disediakan Rp. 1.300 djuta.
3. Dengan adanja projek-projek besar jang sifatnja non-economical
(misalnja Asian Games, Gedung Pola dsb).) jang harus selesai dalam
tahun 1962 dan/atau sudah mendjadi Commitment baik dari 1961
maupun jang baru-baru jang telah ditetapkan oleh Pemerin- tah
(mesdjid.Istiqlal, Tugu Nasional), maka pada hakekatnja
tidak
ada ruangan lagi dalam djumlah Rp. 30 miljar bagi projekprojek baru jang bersifat ekonomis jang mempunjai arti
pembangunan ekonomi kita.
Penindjauan permintaan-permintaan jang oleh Departemen
Keuangan dilakukan menurut pedoman-pedoman tersebut diatas
memberikan hasil sementara penjusunan Anggaran Belandja 1962
sebagai berikut :
I. Routine
: Sipil
Rp. 35.450.000.000,Polisi

4.902.000.000,Militer

31.000.000.000,Djumlah
Rp. 71.352.000.000,II. Pembangunan : Sipil
Rp. 27.202.000.000,Polisi

250.000.000,Militer

3.750.000.000,Djumlah
Rp. 31.202.000.000,Djumlah I dan II ialah
Rp.102.554.000.000,Belum ada kepastian mengenai pendapatan Negara untuk tahun
1962, akan tetapi menurut perkiraan Departemen Keuangan Anggaran
Pendapatan Routine dan Anggaran Pendapatan Luar Biasa akan berdjumlah ± Rp. 57.000.000.000,- sehingga Negara akan mengalami
“deficit” jang agak besar, jaitu ± Rp. 45.554.000.000,- suatu
djumlah jang menurut keterangan Pemerintah sendiri tidak dapat
dipertanggung-djawabkan. Menurut angka-angka jang terdapat didalam Rentjana Anggaran Belandja jang disampaikan kepada D.P.R.G.R. pengeluaran-pengeluaran telah ditekan lagi, sehingga
Achirnja mendjadi :
1. Pengeluaran Rputine
Rp. 70.671.984.900.Sipil, Polisi dan Militer
2. Pengeluaran untuk Pemba- Rp. 20.978.800.000,ngunan
Djumlah : Rp. 91.650.784.900,Pendapatan………
- 15 -

Pendapatan disektor Routine dan Pembangunan rupanja bertambah
dari 57.000.000.000,- mendjadi 60.000.000.000,Demikianlah perkiraan Anggaran Pendapatan dan Anggaran Pengeluaran tahun 1962 jang disusun menurut angka-angka jang dikutip
dari Rantjangan Anggaran Belandja 1962 Departemen Keuangan.
Meskipun angka-angka jang ada sekarang ini masih bersifat
sementara dan Anggaran Pendapatan belum tersusun, dari sekarang sudah
dapat dipastikan, bahwa segala pendapatan jang dapat-dikum-pulkan
dalam tahun 1962, termasuk pos-pos dari Anggaran Pendapatan Luar
Biasa, masih lebih rendah djumlahnja daripada jang dianggap wadjar
untuk keperluan Routine. Dengan demikian tidak tersedia
biaja
(ketjuali beberapa kredit dan “grants”) untuk projek-projek
Pembangunan.
Mengingat keadaan keuangan seperti digambarkan diatas, mendorong Komisi mengemukakan saran-saran ini :
1. Diusahakan oleh Pemerintah untuk tertjapainja keseimbangan
antara pendapatan dan pengeluaran dalam Anggaran Belandja
Routine.
Untuk ini perlu Pemerintah menetapkan kebidjaksanaan umum
tentang Anggaran Belandja Routine itu dan selandjutnja
melakukan penelitian jang mendalam tentang semua pos-pos
dari Anggaran Belandja Routine jang diadjukan. Dengan
berpedoman kepada kebidjaksanaan umum jang dimaksud diatas,
Pemerintah melakukan pengurangan-pengurangan dan penghapusan-penghapusan dari pos-pos, sehingga Anggaran Routine jang
seimbang tertjapai.
2. Pemerintah dengan lebih giat mengusahakan penambahan pendapatan, diantaranja dipakai djalan-djalan seperti disarankan oleh Badan Kerdja Depernas.
Selandjutnja oleh Badan Kerdja Depernas masalah penggalian
sumber-sumber baru untuk pembiajaan Pembangunan seharusnja
didjadikan bahan pemikiran jang mendapat prioritas utama.
3. Projek-projek Pembangunan untuk tahun1962 dibiajai oleh
“deficit-spending”, dan karena itu ditetapkan jang paling
urgen. Mengenai ini akan dibahas lebih landjut dalam
Bab V.
BAB V. …………

- 16 -

BAB V.

PENETAPAN URUTAN URGENSI PROJEK-PROJEK.

UMUM.

Sesuai dengan pendapat Panitia Ad Hoc B Badan Kerdja dan
sesuai pula dengan jang telah dikemukakan oleh Komisi I dalam
Laporannja jang ke-I, pada prinsipnja urutan pekerdjaan ditahun-tahun pertama dalam melaksanakan Projek-projek Pembangunan Tahapan I hendaknja sebagai berikut :
1. Melaksanakan Projek-projek jang mendjadi sumber Pembiajaan Pembangunan (Projek-projek B).
2. Projek-projek Pembangunan jang bersangkutan dengan
Triprogram Pemerintah.
3. Projek-projek Komunikasi jang terpilih, jang chusus
perlu untuk melantjarkan pelaksanaan Projek-projek tersebut di ad (1) dan (2) diatas.
4. Melakukan persiapan-persiapan untuk melaksanakan
Projek-projek lainnja, terutama Projek-projek Industri besar, jang dapat tjepat menghasilkan.
Dalam mendjalankan prinsip diatas untuk tahun 1962, ternjata harus pula diperhitungkan faktor-faktor dibawah ini :
1. Adanja Projek-projek Pembangunan jang merupakan komit men, diantaranja projek-projek landjutan jang telah
dimulai sebelum tahun 1961.
2. Adanja projek-projek tambahan dari Pemerintah.
3. Adanja Keputusan Presiden No. 108 tahun 1961.
4. Keadaan Keuangan Negara dalam tahun 1962.
Urutan Urgensi Projek-projek.
Keadaan keuangan Negara, chususnja berhubung dengan sangat
ketjilnja biaja jang sebenarnja dapat disediakan untuk Projekprojek Pembangunan, mengharuskan kita untuk sangat teliti dalam menetapkan Projek-projek Pembangunan untuk tahun 1962. Dalam melakukan penerapan ini perlu pula diperhatikan beberapa pokok, jang telah ditandaskan oleh Panitia Ad Hoc B dan
djuga oleh Komisi ini dilain tempat, jaitu :
1. Antara Projek-projek jang tali-menali satu sama lain harus
ada sinkronisasi jang seksama mengenai waktu permintaan
penjelenggaraan pelaksanaan Projek-projek ini.
2. Jang…………
- 17 -

2.

Jang ditetapkan akan dilaksanakan pada tahun 1962 hanja
Pro-jek-projek
jang
benar-benar
telah
siap
untuk
diselenggarakan.
Hal tersebut diatas dikemukakan berhubung dengan kenjataan dimuatnja beberapa projek dalam Keputusan Presiden No. 108 tahun 1961,
jang sebenarnja persiapannja belum selesai dan karena itu tidak dapat
dimulai pelaksanaannja.
Karena keadaan diatas Komisi berpendapat bahwa kita tidak mungkin melaksanakan Projek-projek Pembangunan disemua Bidang setjara serempak. Keadaan mengharuskan kita untuk melakukan pemilihan jang tjermat dari Projek-projek jang akan dilaksanakan pada tahun 1962.
Menarik apa jang dikemukakan diatas mengenai biaja Pembangunan
untuk tahun 1962 (jang kiranja hanja dapat dilakukan dengan “deficitspending”). Projek-projek jang dipilih untuk dilaksanakan pada tahun
1962 semestinja hanja Projek-projek Ekonomis, itupun sedapat-dapatnja
berupa Projek-projek jang memberikan keuntungan jang segera dan mempunjai ICOR jang rendah.
Disamping itu dinjatakan disini bahwa Komisi belum dapat memberikan sarannja tentang djumlah “deficit-spending” (demikian pula tentang biaja untuk Pembangunan) jang dapat dikeluarkan dan jang masih
dapat dipikul akibatnja oleh masjarakat Indonesia.
Berdasarkan hal-hal diatas Komisi I berichtiar untuk menetapkan
prioritas Proejk-projek, hal mana tidak sedjalan dengan ketentuan-ketentuan seperti tertjantum didalam Surat Keputusan Presiden No. 108.
Menurut pertimbangan Komisi djumlah biaja Pembangunan jang dapat disediakan boleh djadi kurang dari Rp. 30.000.000.000,- Karena
itulah disarankan perlu menetapkan prioritas Projek-projek jang disesuaikan dengan besarnja biaja Pembangunan jang dapat disediakan. Adanja
prioritas itu tidak perlu mengetjewakan, oleh karena menurut pengalaman tahun 1961 Projek-projek jang dapat diselenggarakan sesuai dengan
kemampuan kita tidaklah sesuai dengan rentjana.
Komisi menjarankan untuk menetapkan-diluar Projek-projek jang
oleh Pemerintah dianggap mutlak untuk dilaksanakan atau diselesaikan
dalam tahun 1962 – prioritas Projek-projek jang akan dimulai ataupun
diteruskan pelaksanaannja menurut urutan golongan-golongan seperti
tertera dibawah ini :
Prioritas I
a. Projek-projek jang berhubungan dengan penambahan (usaha
pentjukupan) bahan makanan (terutama beras dan ikan) disusul
oleh Projek-projek jang menghasilkan garam, gula dan minjak
kelapa.
Dalam……….

- 18 -

Dalam golongan prioritas Ia ini dimasukkan pula Projek-projek komplementer jang diperlukan untuk memperlantjar dan untuk mempertinggi kegunaan Projek-projek penambah bahan makanan tersebut, diantaranja industri alat-alat pertanian, pemugaran beberapa bangunan pengairan tertentu dan sebagainja.
b. Projek-projek Komunikasi jang urgen diselenggarakan untuk
memungkinkan penjelenggaraan jang seksama dan untuk memperlantjar pelaksanaan dari Projek-projek jang termasuk golongan prioritas Ia. Dalam golongan prioritas Ib ini dimasukkan
antara lain djalan-djalan raya tertentu, fasilitas-fasilitas
perhubungan laut dan sebagainja.
c. Projek-projek jang dapat mendjadi sumber pembiajaan Pembangunan (pProjek-projek B).
Prioritas II
Projek-projek jang berhubungan dengan produksi bahan pakaian.
Prioritas III
Projek-projek jang berhubungan dengan persiapan Projek-projek
(terutama Projek-projek Industri Berat dan Industri Besar)
seperti :
a.
eksploitasi
b.
penelitian-penelitian tertentu
c.
usaha pentjukupan tenaga-tenaga pembangunan dari
semua tingkatan
d.
transmigrasi,
ditambah dengan projek-projek jang bersifat komplementer,
seperti :
e.
projek-projek industri jang berhubungan dengan
Industri Pangan
f.
projek-projek Pengairan
g.
projek-projek Tenaga Listrik
h.
beberapa penambahan bahan-bahan galian tertentu
i.
beberapa industri bahan baku dan bahan penolong
j.
perbaikan djalan raya.
Prioritas IV.
Projek-projek Kesedjahteraan (diantaranja Industri Obat-obatan) dan Projek-projek Kemasjarakatan, chusus jang berhubungan
dengan usaha perobahan Struktur Masjarakat, jaitu struktur
jang dapat didjadikan landasan Masjarakat Adil dan Makmur berdasarkan Pantjasila.
Diantara………….
- 19 -

Diantara Projek-projek ini dapat disebut :
a. Projek-projek Koperasi.
b. Projek-projek jang berhubungan dengan Pembangunan Masjarakat
Desa.
Disamping Projek-projek jang tertjantum dalam urutan prioritas
tersebut diatas perlu disediakan pula bagian tertentu dari djumlah pembiajaan untuk menampung kelangsungan pekerdjaan-pekerdjaan jang sudah ataupun sedang dimulai.
Komisi sedang berusaha untuk mengumpulkan bahan-bahan mengenai
pembiajaan Pembangunan dan djuga bahan-bahan jang diperlukan untuk dapat menetapkan projek-projek jang dapat diselenggarakan dalam tahun
1962.
Hingga saat ini keterangan-keterangan jang kita peroleh dari
pelbagai Departemen untuk melandjutkan/memulai Projek-projek dalam
tahun 1962 hanja mengenai golongan-golongan Projek-projek jang tertera dibawah ini :
1. Penambahan produksi beras …..
Rp. 4.178.000 +
$ 1.200.000
(taksiran Komisi III)
+ P.M.
2. Djalan-djalan raya ……………...
Rp. 5.677.000.000,+ D.K.A. + Pelajaran + Pelabuhan.
(keterangan dari Departemen dan Keputusan Presiden No. 108.)
3. Pengairan ……………………….
Rp. 1.477.000.000,(keterangan dari Departemen)
4. Listrik …………………………...
Rp. 4.169.967.000,(keterangan dari Departemen)
5. Projek-projek B
a. Timah (Kep.Pres. No. 108)
Rp. 102.000.000,b. Nikel (Ket. Departemen)
Rp.
60.000.000,+ $ 680.000,6. Eksplorasi bahan galian ………..
Rp. 158.041.000,(keterangan dari Departemen)
7. Transmigrasi ……………………
Rp. 192.345.000,(keterangan dari Departemen)
8. Paberik-paberik pupuk …………
Rp. 734.000.000,(keterangan dari Departemen)
9. Projek-projek tambang jang
komplementer dengan Industri ……………………………….
Rp. 723.500.000,(keterangan dari Departemen)
10. Paberik………..
- 20 -

10.Paberik Obat-obatan ……………
Rp.
40.000.000,(keterangan dari Departemen)
11. Projek Penelitian Tenaga
Atom …………………………….
Rp. 212.000.000,(keterangan Biro Menteri
Pertama)
-------------------------------------Djumlah:
Rp. 17.724.653.000,- + P.M.
+ $1.880.000,=======================
Djika untuk projek-projek Pembangunan jang disarankan oleh berbagai Departemen untuk sementara (berhubung dengan belum terkumpulkannja keterangan-keterangan) biaja jang diperlukan untuk tahun 1962
ditaksir menurut djumlah jang dimintakan untuk tahun 1962 atau ditentukan 1/8 dari biaja jang tertjantum didalam Pola Projek, maka biaja
untuk Projek-projek tersebut pada tahun 1962 dapat dianggarkan sebesar Rp. 12.275.347.000,Djadi seandainja Projek-projek jang akan dilaksanakan dalam tahun 1962 sama dengan jang ditetapkan untuk tahun 1961, maka buiaja
jang diperlukan untuk tahun 1962 adalah Rp. 17.724.653.000,+ $ 1.800.000,- + P.M. + Rp. 12.275.347.000,- + Rp. 38.000.000.000,-.
Seperti dikemukakan diatas, perhitungan ini adalah hanja untuk
memberikan gambaran kasar tentang biaja jang harus disediakan dalam
tahun 1962 untuk Pembangunan. Sebenarnja djumlah projek jang dapat
dilaksanakan dalam tahun 1962 tidak sebanjak seperti ditjantumkan dalam Keputusan Presiden No. 108.
Tetapi dibalik itu, perlu diingat, bahwa nilai riil dari uang
telah banjak berobah, sehingga lebih banjak djumlah uang jang diperlukan untuk melaksanakan projek-projek dibanding taksiran pada
tahun 1960 dan taksiran2 pada permukaan tahun 1961.
Penetapan prioritas, seperti tertera diatas, hendaknja digunakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Apabila djumlah ± RP. 38.000.000.000,- diatas tidak dapat
disediakan, pelaksanaan sesuatu Projek ditunda atau tempo
penjelenggaraannja diperlambat.
2. Projek-projek jang dipilih hendaknja benar-benar Projek- projek
jang telah selesai persiapannja. Untuk itu perlu
dilakukan
pemeriksaan jang teliti terlebih dahulu dan pene- litian itu
dilakukan setjara Projek demi Projek.

3. Sambil………
- 21 -

3. Sambil melaksanakan Projek-projek Pembangunan jang harus dan
dapat diselenggarakan sekarang, dilakukan benar-benar segala
pekerdjaan-pekerdjaan persiapan agar Projek-projek Pembangunan jang akan dilaksanakan kemudian, baik setjara keseluruhan
maupun tiap-tiap Projek sendiri, dapat berdjalan dengan setinggi-tinggi kelantjaran. Dalam hal ini Komisi penundjuk
pada hal-hal jang telah dikemukakan Panitia Ad Hoc B, diantaranja :
a. memperbaiki prosedur-prosedur;
b. memperbaiki aparatur Negara jang bersangkutan dengan
pekerdjaan jang berhubungan dengan pelaksanaan Projek-projek Pembangunan;
c. mempersiapkan susunan tenaga jang tepat dan seksama
jang akan diberi tugas melaksanakan pendirian Projek dan melaksanakan/mendjalan Projek.

----------oO/RoO/----------

- 22 -