Meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif learning together dengan media gambar pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sistem organisasi kehidupan di kelas VII C SMP Negeri 1 Tomini | Asrawati | EJIP BIOL 9362 30563 1 SM

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

ISSN 2338-1795

Meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif learning together
dengan media gambar pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sistem organisasi
kehidupan di kelas VII C SMP Negeri 1 Tomini
Improving Students Achievement Thorough Cooperative Learning Together With
Picture On Science Subject by Lesson of Life Organzation at Grade VIIC SMP Negeri 1
Tomini.
Asrawati1, Bustamin2, Dewi Tureni2
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tadulako
2
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tadulako
email: asrawati064@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif

learning together dengan media gambar pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sistem organisasi kehidupan di
kelas VII C SMP Negeri 1 Tomini. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam 2 siklus. Adapun tahap dalam penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi hasil belajar siswa, hasil observasi aktivitas guru dan
siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tindakan siklus I yang tuntas secara individu berjumlah 11
orang dari 33 siswa, diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 33,3% dan daya serap klasikal sebesar 58,3%.
Pada tindakan siklus II yang tuntas secara individu berjumlah 28 orang dari 33 siswa, diperoleh ketuntasan
belajar klasikal sebesar 84,84% dan daya serap klasikal 76,4%. Berdasarkan daya serap klasikal dan ketuntasan
belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa melalui model
pembelajaran kooperatif learning together dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok
bahasan sistem organisasi kehidupan siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Tomini.
Abstract
This study aimed to Improving Students Achievement Thorough Cooperative Learning Together With
Picture On Science Subject by Lesson of Life Organzation at Grade VIIC SMP Negeri 1 Tomini. This study was
classroom action research that conducted in two cycles. Each cycles consist of planning, action, observation,
and reflection. Data collecting were students achievemen, students and teacher activity. The result of study
showed the cycle one had 11 complete the lessons from 33 students. So the classical learning completeness was
33,3% and classical absorption was 58,3%. In the second cycle there were 28 students had individual
completeness by 33 students. At last, classical learning completeness as much 84,84 and classical absorption
was 76,4%. Base on classical absorption and classical learning completeness in second cycle should be

concluded model of cooperative learning together with picture could improving students achievement n science
subject by lesson of life organsation at grade VIIC SMP Negeri 1 Tomini.
Keywords: classroom action research, Learning Together, Students Achievement.

Pendahuluan
Belajar merupakan kegiatan yang
berproses dan termasuk unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap
jenis dan jenjang pendidikan. Menurut
Baharuddin (2009) belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi
sebagai hasil latihan atau pengalaman.

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah
melalui suatu proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku yang

bersifat positif yang berorentasi pada aspek
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotorik (keterampilan). Proses belajar
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti lingkungan, pendekatan belajar, strategi
86

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

ISSN 2338-1795

pembelajaran, sarana dan fasilitas pendidikan,
kondisi fisiologis dan psikologis.
Motivasi untuk belajar merupakan
faktor yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa, hal ini dapat juga
dikaitkan dengan minat, karena motivasi
muncul dengan adanya minat terhadap peserta

didik. Menurut Slameto (2010), guru harus
dapat menyajikan materi yang menarik, jelas
dan melingkupi seluruh materi, menjadikan
suatu presentasi diterima dengan baik. Jika hal
itu bertolak belakang, peserta didik akan cepat
bosan dan menurunkan motivasinya untuk
belajar.
Muslich (2007) menjelaskan bahwa
prinsip dasar KBM yaitu berpusat pada siswa,
mengembangkan
kreativitas
siswa,
menciptakan kondisi
menyenangkan dan
menantang. Mengajar bukan lagi proses
menyampaikan ilmu, namun pembelajaran
merupakan proses menemukan pengetahuan
baru melalui kegiatan yang dilakukan oleh
siswa
yang

difasilitasi
oleh
guru.
Menggunakan
media
gambar
dalam
pembelajaran lebih menitikberatkan perpaduan
antara belajar dan bermain dalam suasana yang
menyenangkan tanpa adanya tekanan-tekanan
yang membuat siswa merasa nyaman,
membuat suasana belajar yang aktif serta
mendorong siswa untuk menyenangi apa yang
mereka pelajari dan memotivasi mereka untuk
belajar.
Metode yang kurang baik akan
mempengaruhi minat belajar siswa. Hal ini
bisa terjadi misalnya guru kurang persiapan
dan kurang menguasai bahan pelajaran
sehingga guru menyajikannya tidak jelas,

akibatnya siswa kurang senang
terhadap
pelajaran dan malas untuk belajar. Berbagai
hasil penelitian menunjukan masih banyak
guru yang mengajar dengan metode
konvensional yang berpusat pada guru
(teacher center). Metode tersebut pada
umumnya membuat siswa menjadi bosan,
mengantuk, pasif, hanya duduk, diam dan
mencatat. Namun, masih ada beberapa materi
pembelajaran yang mengharuskan seorang
guru
untuk
menggunakan
metode
konvensional.

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017


Hasil belajar siswa yang rendah bisa
juga diakibatkan oleh performance guru pada
saat mengajar atau tujuan dan indikator yang
dibuat oleh guru tersebut tidak sesuai.
Pembelajaran akan lebih efektif jika
pembelajaran berpusat pada siswa (student
center) yang memberi kebebasan kepada siswa
untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Biologi
sebagai
bagian
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan objek
mata pelajaran yang menarik. Pemahaman
pengetahuan tentang biologi yang dilakukan
melalui kegiatan belajar mengajar di SMP
dapat dijadikan landasan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada pendidikan
selanjutnya. Mata pelajaran biologi di SMP

merupakan perluasan dan pendalaman IPA di
Sekolah Dasar (SD) dan mempelajari pola
interaksi komponen yang ada di alam serta
manusia
untuk
mempertahankan
keberadaannya di bumi. Dengan demikian
mata pelajaran biologi sangat penting
dipelajari oleh siswa SMP.
Penyajian materi pembelajaran biologi
dengan
strategi
yang
tepat
dapat
mengefektifkan dan mengefesienkan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Guru harus menciptakan suasanan belajar yang
kreatif sehingga siswa aktif bertanya,
memberikan tanggapan, serta mengungkapkan

ide atau pendapatnya. Apabila suasana belajar
yang aktif dan kreatif terjadi, maka akan
mendorong siswa untuk menyenangi apa yang
mereka pelajari dan memotivasi mereka untuk
terus belajar. Sampai saat ini hasil belajar
siswa untuk mata pelajaran IPA di
persekolahan khususnya pada kelas VII C di
SMP Negeri 1 Tomini masih rendah. Kesulitan
belajar dan kurangnya minat siswa pada
pelajaran IPA disebabkan oleh faktor guru
dalam
menyampaikan
pelajaran
tidak
menggunakan pendekatan pembelajaran yang
efektif.
Pembelajaran
kooperatif
learning
together menurut Slavin (2008) adalah suatu

model
pembelajaran
kooperatif
guru
melibatkan siswa
untuk berkelompok
beranggotakan 4 atau 5 orang yang heterogen
mengerjakan tugas tertentu. Kemudian guru
memberikan wacana atau materi tiap siswa
untuk dibaca dan membuat sebuah ringkasan.
87

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

ISSN 2338-1795

Guru menunjukan siswa yang berperan
sebagai pembicara.

Slavin (2008) mengemukakan bahwa
model pembelajaran cooperatif tipe learning
together
berguna
untuk
memudahkan
pembagian tugas dan memudahkan siswa
belajar melaksanakan tanggung jawab
individunya sebagai anggota kelompok
sehingga dapat diterapkan untuk semua mata
pelajaran dan tingkatan kelas. Siswa
dikelompokan dan setiap kelompok mendapat
tugas berbeda dan nantinya dapat bergabung
dengan kelompok lain yang bernomor sama
untuk bekerja sama (Slavin, 2008).
Teknik learning together ini juga bisa
digunakan
untuk
menguba
komposisi
kelompok dengan lebih efisien. Pada saat
tertentu, siswa dapat diminta keluar dari
kelompok yang biasanya dan bergabung
dengan siswa lain dari kelompok lain. Cara ini
bisa digunakan untuk mengurangi kebosanan
atau kejenuhan jika guru mengelompokkan
siswa secara permanen (Slavin, 2008).
Makhluk hidup tersusun atas sel. Sel
merupakan satuan terkecil dari makhluk hidup.
Secara garis besar, sel dapat dibedakan
menjadi sel hewan dan sel tumbuhan. Secara
umum sel tersusun atas dinding sel (khusus sel
tumbuhan), membran sel, sitoplasma dan inti
sel. Sekumpulan sel yang mempunyai struktur
dan fungsi yang sama dinamakan jaringan.
Jaringan pada hewan berbeda dengan jaringan
pada tumbuhan. Jaringan pada hewan terdiri
atas jaringan ikat, jaringan epitel, jaringan otot
dan jaringan saraf. Adapun jaringan pada
tumbuhan terdiri atas jaringan epidermis,
parenkim, kolenkim, sklerenkim, xilem dan
floem. Organ merupakan kumpulan beberapa
jaringan yang bersatu menyusun suatu struktur
dan fungsi tertentu. Antar organ bersatu
membentuk suat sistem organ. Selanjutnya,
kumpulan sistem organ yang saling bekerja
sama akan membentuk
Organisme ( Sugiyarto dan Ismawati, 2008).
IPA dalam arti sempit merupakan
disiplin ilmu yang terdiri dari ilmu fisik dan
ilmu biologi. IPA berupaya membangkitkan
minat manusia agar mau meningkatkan
kecerdasan dan pemahamannya tentang alam
seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak
habis-habisnya. Tersingkapnya tabir rahasia

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

alam itu satu persatu, serta mengalirnya
informasi yang dihasilkannya, jangkauan IPA
semakin luas dan lahirlah sifat terapannya.
Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama
semakin sempit, sehingga semboyan “IPA hari
ini adalah hari esok” merupakan semboyan
yang dibuktikan berkali-kali oleh sejarah. IPA
membahas mengenai gejala-gejala alam yang
disusun secara sistematis yang didasarkan
pada hasil percobaan dan pengamatan yang
dilakukan oleh manusia. Jadi, IPA merupakan
ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala
alam dan kebendaan yang sistematis yang
tersusun secara teratur, berlaku umum yang
berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimen (Titin, dkk, 2012).
Hasil belajar yang dicapai seseorang
menurut Goeroendeso (2009), merupakan hasil
belajar yang diperoleh melalui proses belajar
dan dipengaruhi oleh faktor yang bersifat
internal atau eksternal. Perubahan yang terjadi
biasanya dapat dilihat dengan bertambah
baiknya atau meningkatnyan kemampuan yang
dicapai seseorang. Pengertian hasil belajar,
merupakan segala sesuatu yang diperoleh,
dikuasai atau merupakan hasil proses belajar
mengajar”.
Hasil
belajar
merupakan
kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajar”.
Dalam
penelitian
ini
media
pembelajaran yang akan digunakan adalah
media obyek fisik yang berupa gambar/poster.
Media poster merupakan media pembelajaran
dan termasuk media grafis/visual yang
didalamnya berisi soal-soal untuk membantu
guru mengajar. Salah satu arti penting
penggunaan media poster/ gambar adalah
mampu menciptakan kondisi kelas dengan
kadar aktivitas dan motivasi siswa yang cukup
tinggi (Hidayah dalam Wahyuningsih, 2007).
Selain itu dengan media gambar/poster
diharapkan siswa mampu dalam meningkatkan
kemampuan berfikir tinggi.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Rancangan penelitian ini
bersiklus, tiap siklus terdiri dari beberapa fase,
yaitu : (1) perencanaan tindakan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4)
refleksi.
88

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

ISSN 2338-1795

Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap,
yaitu tahap pratindakan dan tahap pelaksanaan
tindakan.
a) Tahapan Pratindakan
Pada tahap ini dilakukan observasi awal
mengenai aktivitas dan memberikan tes awal
hasil belajar siswa yang akan dijadikan obyek
penelitian. Selanjutnya menetapkan langkahlangkah yang akan dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut dengan menerapkan
metode penelitian tindakan.
b) Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan
dalam siklus berulang. Setiap siklus dilakukan
sesuai dengan tingkah laku yang ingin dicapai.
Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam
penelitian
ini
meliputi
perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Negeri 1 Tomini. Desa Tomini, Kecamatan
Tomini, Kabupaten Parigi Moutong, pada
bulan Februari hingga bulan Maret 2016 pada
siswa kelas VII C berjumlah 33 orang,
perempuan berjumlah 20 orang dan laki-laki
13 orang.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain:
a) Tes hasil belajar, yang diberi kepada siswa
setiap akhir tindakan untuk setiap siklus.
b) Lembar aktivitas siswa, dilakukan selama
proses
belajar
berlangsung.
Untuk
mengamati seluruh kegiatan pembelajaran
lebih difokuskan pada pengamatan aktif
siswa yang dilakukan pada setiap
pertemuan.
c) Lembar aktivitas guru, yang dilakukan oleh
guru bidang studi biologi dan pengamatan
aktif siswa yang dilakukan pada setiap
pertemuan.
Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan melalui serangkaian
kegiatan dari perencanaan, pengumpulan data,
dan analisis data sampai pada tahap hasil
penelitian.
Dalam
kegiatan
observasi
penelitian mengadakan pengamatan langsung.
Untuk
mengamati
seluruh
kegiatan
pembelajaran
lebih
difokuskan
pada
pengamatan mengenai aktivitas guru yang
dilakukan oleh guru bidang studi biologi dan
pengamatan aktivitas siswa yang dilakukan
oleh seorang peneliti pada setiap pertemuan.

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian dapat dikelompokkan
ke dalam dua bagian yaitu (1) hasil
pratindakan dan (2) hasil pelaksanaan tindakan.
Hasil Observasi Aktifitas Siswa dan
Guru Siklus I
Observasi
terhadap
aktivitas
pembelajaran guru dan siswa dilakukan pada
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Observasi ini dilakukan oleh guru bidang studi
biologi yang mengamati aktivitas dan seorang
mahasiswa yang mengamati aktivitas siswa
pada setiap pertemuan. Metode pengamatan
aktivitas guru dan siswa adalah mengisi format
observasi yang disediakan peneliti. Dilihat
pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Sebanyak 33 Orang Terhadap
Tindakan Siklus I

Berdasarkan data observasi pada tabel
1 jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan
1 adalah 17 dari skor maksimal 28, dengan
demikian persentase nilai rata-rata adalah
60,71%. Pertemuan kedua jumlah skor yang
diperoleh adalah 17 dari skor maksimal 24,
dan persentase nilai rata-rata adalah 70,83%.
Data hasil observasi tersebut menunjukkan
kurang.
Tabel 2 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus
I

89

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

ISSN 2338-1795

persentase ketuntaan belajar klasikal 33,3%
dan daya serap klasikal 58,3%. Dari hasil
analisis tes hasil belajar tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pemberian tindakan
melalui model pembelajaran kooperatif
learning together dengan menggunakan media
gambar dapat dinyatakan belum tuntas karena
belum mencapai indikator kinerja yang
diharapkan.
Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Sebanyak 33 Orang Terhadap
Tindakan Siklus II
Berdasarkan data hasil observasi pada
Tabel 2 menunjukkan taraf keberhasilan
aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran
menurut pengamatan rata-rata dalam kategori
cukup. Jumlah skor yang diperoleh pada
pertemuan 1 adalah 27 dari skor maksimal 36,
dengan demikian persentase nilai rata-rata
adalah 75%. Pertemuan kedua jumlah skor
yang diperoleh adalah 31 dari skor maksimal
36, dan presentase nilai rata-rata adalah
86,11%.
Hasil Tes Belajar siswa Siklus I
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan
pembelajaran tindakan siklus I dengan proses
pembelajaran Kooperatif learning together
dengan media gambar, kegiatan selanjutnya
adalah memberikan tes hasil belajar, sebagai
akhir dari proses pembelajaran. Tes hasil
belajar berupa tes pilihan ganda dengan jumlah
soal sebanyak 20 nomor.
Hasil tes siklus I secara singkat dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Analisis Tes Formatif
Siklus I

Berdasarkan data observasi pada Tabel
4 jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan
1 adalah 22 dari skor maksimal 28, dengan
demikian persentase nilai rata-rata adalah
78,57%. Pertemuan 2 jumlah skor yang
diperoleh adalah 21 dari skor maksimal 24,
dan persentase nilai rata-rata adalah 87,5%.
Data hasil observasi tersebut menunjukkan
rata-rata baik.
Tabel 5 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus
II

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa
tes yang diperoleh pada siklus I1 yakni dengan
sekor tertinggi 90, skor terendah 25 dengan

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

90

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

ISSN 2338-1795

Berdasarkan data observasi pada Tabel
5 jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan
1 adalah 31 dari skor maksimal 36, dengan
demikian persentase nilai rata-rata adalah
86,11%. Pertemuan kedua jumlah skor yang
diperoleh adalah 31 dari skor maksimal 36,
dan persentase nilai rata-rata adalah 86,11%.
Data hasil observasi tersebut menunjukkan
rata-rata baik.
Tabel 6 Hasil Analisis Tes Formatif Siklus II

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa tes
yang di peroleh pada siklus II yakni dengan
skor tertinggi 95, skor terendah 50 dengan
persentase ketuntasan belajar klasikal 84,84%
dan daya serap klasikal 76,4%. Dari hasil
analisis tes hasil belajar tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pemberian tindakan
melalui model pembelajaran kooperatif
learning together dengan menggunakan media
gambar dapat dinyatakan tuntas kerena sudah
mencapai indikator kinerja yang diharapkan
yaitu tuntas secara klasikal apabila mencapai
minimal 70%.
Pembahasan
Penerapan
model
pembelajaran
kooperatif learning together dengan media
gambar dalam pembelajaran IPA sesuai
dengan hasil penelitian yang dilaksanakan
dalam dua siklus dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 1
Tomini.
Dari
semua
aktivitas
yang
dilaksanakan baik aktivitas siswa, aktivitas
guru, analisis tes hasil belajar, baik siklus I
maupun siklus II tanpak terjadi peningkatan
yang cukup baik. Pada pembelajaran ini siswa
mempelajari
materi
sistem
organisasi
kehidupan melalui pembelajaran kooperatif
learning together dengan menggunakan media
gambar,
dimana
model
pembelajaran

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

kooperatif learning together merupakan
pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Secara keseluruhan, data hasil analisis
observasi terhadap aktivitas guru, siswa, dan
hasil
belajar
siswa
yang
dilakukan
menunjukan
peningkatan
pada
setiap
pertemuan baik pada siklus I maupun siklus II.
Hal ini menunjukan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif learning together
dengan media gambar dalam penerapan teori
cukup efektif digunakan untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Data
peningkatan setiap siklus dapat dilihat pada
Gambar 1 dan 2.

Gambar 1 Hasil Analisis Observasi Aktivitas
Siswa.
Hasil analisis observasi aktivitas siswa
pada Gambar 1 siklus I pertemuan pertama
diperoleh persentase nilai rata-rata (NR)
60,71% atau berada dalam kategori kurang.
Sedangkan dari hasil observasi siswa
pertemuan kedua diperoleh persentase nilai
rata-rata (NR) sebesar 70,83% atau masih
berada dalam kategori cukup karena secara
keseluruhan proses pembelajaran masih lebih
didominasi oleh guru.
Aktivitas siswa siklus II pertemuan I
diperoleh persentase nilai rata-rata (NR)
sebesar 78,57% dalam kategori cukup
sedangkan pada pertemuan II diperoleh
persentase nilai rata-rata (NR) 87,50% dalam
kategori baik. Hal ini berarti bahwa siswa yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
permasalahan sudah dapat diminimalisir dan
kegiatan/aktivitas siswa yang mengikuti proses
91

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

ISSN 2338-1795

pembelajaran melalui model pembelajaran
kooperatif
learning
together
dengan
menggunakan media gambar
meningkat.
Selain itu juga, peningkatan aktivitas siswa
tersebut dikarenakan siswa termotivasi dalam
proses pembelajaran dan lebih aktif dalam
proses pembelajaran yang berlangsung.

Gambar 2 Hasil Analisis Observasi Aktivitas
Guru
Hasil analisis observasi aktivitas guru
pada Gambar 2 siklus I pertemuan pertama
diperoleh persentase nilai rata-rata (NR)
sebesar 75,00%
dan pertemuan kedua
diperoleh nilai rata-rat (NR) 86,11% atau
dalam kategori cukup dan baik.
Aktivitas guru siklus II pada pertemuan
I diperoleh persentase nilai rata-rata (NR)
86,11% dalam kategori baik sedangkan pada
pertemuan II diperoleh nilai rata-rata (NR)
86,11%. Dari persentase yang diperoleh dari
aktivitas guru pada pertemuan I dan II juga
mengalami peningkatan dibandingkan pada
pertemuan sebelumnya disiklus I.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Menurut pengamatan observasi aktivitas
siswa pada siklus I pertemuan 1 dikategorikan
kurang. Hal tersebut diakibatkan siswa masih
belum terbiasa dengan model pembelajaran
seperti ini. Masih ada beberapa siswa
melakukan aktivitas lain di luar proses
pembelajaran, misalnya bermain dan bercerita
dengan teman sebangku saat guru menjelaskan
materi. Namun, pada saat membagikan LKS
dengan menggunakan media gambar aktivitas
siswa mulai meningkat, hal ini disebabkan
dengan bantuan media gambar siswa dapat
belajar sambil bermain dalam suasana yang
menyenangkan. Dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif memberikan aktivitas
lebih banyak pada siswa (student center)

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

pembelajaran bukan lagi berpusat pada guru
(teacher center). Pembelajaran kooperatif
learning together dengan media gambar selain
untuk melatih berbicara, pembelajaran ini juga
menciptakan suasana yang menyenangkan
membuat siswa aktif.
LKS yang bergambar dan berwarna
dapat menarik perhatian siswa untuk bisa
mendapatkan materi sebanyak-banyaknya.
Salah satu arti penting pengunaan media
gambar adalah mampu menciptakan kondisi
kelas dan kadar aktivitas dan motivasi yang
cukup tinggi. Pada pertemuan ke II aktivitas
siswa berada dalam kategori cukup, sedangkan
siklus II pertemuan 1 dan 2 berada dalam
kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan pada setiap pertemuan.
4.1.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru
Aktivitas guru dalam setiap pertemuan
menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan sehingga dapat dikatakan aktivitas
guru pada pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dalam kategori baik.
Hasil observasi terdapat aktivitas guru
pertemuan pertama berada dalam kategori
kurang. Hal ini disebabkan karena guru dalam
menerangkan terlalu cepat, volume suara
kurang terdengar oleh siswa, motivasi
pembelajaran masih kurang, guru belum bisa
membimbing siswa membuat kesimpulan
dengan baik namun siswa bisa membuat
kesimpulan, hal ini bisa dilihat pada hasil
aktivitas siswa yang lebih tinggi dibandingkan
dengan guru pada deskriptor membuat
kesimpulan. Pada pertemuan 2 aktivitas guru
dalam kategori baik. Hasil ke dua pertemuan
tersebut terjadi peningkatan pada setiap
pertemuan.
Hasil Analisis Tes Formatif
Hasil ketuntasan klasikal yang dicapai
pada tes formatif siklus I sebesar 33,3% atau
terdapat 11 siswa yang tuntas dari 33 siswa
yang mengikuti ujian. Angka ketuntasan siklus
I masih di bawah indikator ketuntasan klasikal
70% yang disyaratkan ( Depdiknas, 2004).
Rendahnya persentase ketuntasan klasikal
pada siklus I diakibatkan siswa belum terbiasa
dengan model pembelajaran yang digunakan,
sehingga konsep yang diberikan masih belum
dipahami dengan baik oleh siswa, sebagian
siswa tidak memperhatikan penjelasan guru,
92

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

ISSN 2338-1795

kurang mencatat penjelasan atau hal-hal
penting yang disampaikan oleh guru. Siswa
cenderung melakukan aktivitas yang lain
(bermain). Selain itu, motivasi yang diberikan
oleh guru masih rendah, guru belum mampu
menguasai kelas terutama saat menjelaskan
materi dengan gambar.
Hasil yang diperoleh pada siklus II lebih
besar dari pada hasil siklus I. Peningkatan ini
terjadi karena peneliti dapat meminimalkan
kekurangan melalui refleksi. Seperti terlihat
pada Gambar 3.

Gambar 3 Persentase Ketuntasan Belajar
Klasikal Siklus I dan Siklus
II
Gambar di atas terlihat bahwa
penggunaan strategi yang bervariasi dan sesuai
dengan materi ajar akan membantu siswa
dalam mencapai hasil belajar secara optimal
sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal). Peningkatan hasil belajar siswa
dapat dilakukan dengan adanya strategi yang
baru dan menyenangkan, karena dengan
strategi pembelajaran yang menyenangkan
maka siswa akan lebih termotivasi untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Menurut peneliti, peningkatan hasil
belajar tersebut dipengaruhi oleh penggunaan
media gambar dan metode diskusi yang
dilakukan pada saat penelitian. Penyediaan
media dan pelaksanaan model yang digunakan
tidak lepas dari upaya peneliti untuk
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar
menjadi lebih baik dengan harapan terjadi
peningkatan hasil belajar siswa, khususnya
pada nilai mata pelajaran biologi siswa kelas
VII C SMP Negeri 1 Tomini.
Upaya tersebut merupakan suatu
perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan
dengan metode penelitian tindakan kelas (PTK)
disesuaikan dengan masalah yang dihadapi,
dan dilaksanakan sesuai tahap-tahap yang

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

telah ditentukan sehingga proses tersebut
berjalan
lancar.
Penelitian
ini
juga
menjelaskan bahwa penggunaan media gambar
dan metode diskusi secara bersama memang
mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Penggunaan salah satunya dapat menyebabkan
proses dan hasil belajar mengajar kurang
optimal.
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai masukan bagi guru dan calon guru
untuk mengoptimalkan peran aktif siswa
dalam pembelajaran. Jika siswa dapat
menunjukkan bahwa siswa aktif dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, maka guru
akan lebih mudah dalam mengarahkan siswa
dalam belajar sehingga dapat meningkatan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan pembahasan di atas,
diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 1
Tomini. Setelah melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dengan menggunakan media
gambar dan metode diskusi.
Dibandingkan dengan hasil penelitian
Istiqomah (2012) bahwa penggunaan media
gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas 1V SD Tahun Ajaran 2011/2012
dengan peningkatan pada hasil analisis belajar
siswa pada tes akhir siklus I mencapai 65,7%
sedangkan pada siklus II mencapai 96%.
Berdasarkan analisis ketuntasan belajar pada
siklus I dan siklus II maka tercapai ketuntasan
belajar secara klasikal, siswa kelas 1V SDN
Antirogo 03. Kelas dikatakan tuntas belajar
apabila terdapat minimal 60 % siswa telah
mencapai nilai ≥ 60.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian
ini adalah melalui pembelajaran kooperatif
learning together dengan menggunakan media
gambar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA kelas VII
SMPN 1 Tomini. Hal ini ditunjukkan pada
hasil perolehan siswa dalam menyelesaikan tes
akhir tindakan siklus I dan siklus II. Hasil
belajar siswa tindakan siklus I diperoleh
ketuntasan belajar klasikal 33,3% dan daya
serap klasikal 58,3%. Sedangkan hasil belajar
siswa pada tindakan siklus II diperoleh
93

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

ISSN 2338-1795

ketuntasan belajar klasikal 84,84% dan daya
serap klasikal 76,4%.
Selain itu juga adanya peningkatan hasil
belajar siswa terlihat dari hasil observasi siswa
pada pertemuan I siklus I diperoleh presentase
nilai rata-rata (NR) sebesar 60,71% dan
pertemuan II siklus I sebesar 70,83%.
sedangkan pada pertemuan I siklus II
presentase nilai rata-rata (NR) sebesar 78,57%
dan pertemuan II siklus II sebesar 87,50%.
Sedangkan hasil observasi guru sudah
menunjukkan
peningkatan
yaitu
pada
pertemuan I siklus I diperoleh nilai rata-rata
(NR) sebesar 75,00% dan pertemuan II siklus I
sebesar 86,11%, pada siklus II pertemuan I
sebesar 86,11% mengalami peningkatan.

Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran
Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Aksara.

Adapun
saran
yang
dapat
direkomendasikan melalui penelitian ini
adalah, agar kiranya para guru khususnya guru
biologi dapat menerapkan model pembelajaran
learning together dengan media gambar untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, dan para
guru memberikan gambar-gambar yang kreatif
dan menarik serta beragam agar siswa lebih
mudah memahami materi yang diajarkan.

Sunal, Hans, dan Ijoni. (2009). Pembelajaran
Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan
Antara Peserta Didik. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

Daftar Pustaka
Baharuddin. (2009).
Pembelajaran.
Media Group.

Teori Belajar dan
Jogjakarta: Ar-Ruzz

Depdiknas. (2004). Penilaian. Jakarta:
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.
Georoendeso. (2009). Belajar dan Hasil
Belajar [Online]. Tersedia: http://www.
Goeroendeso.word
press.com.
[25
September 2010].

Slavin, R. E. 2008. Cooperatif Learning Teori
Riset dan Praktik. bandung: Nusa media.
348 hlm.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyarto, T. dan Ismawati. (2008). Ilmu
Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs
Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Titin,

Widha, dan Masykuri. (2012).
Pembelajaran Biologi Menggunnakan
Model Sains Teknologi Masyarakat
(STM)
Berbasis
Proyek
Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Dan Sikap
Peduli Lingkugan. .Jurnal inkuiri ISSN.
1, (3): 245-257.

Wahyuningsih, D. (2007). Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Sub Pokok
Bahasan Luas Daerah Segi Empat
dengan Model Pembelajaran Problem
Solving Melalui Kartu Soal Di Kelas
VII SMP Negeri 4 Juwana Semester II
Tahun Pelajaran 2006/2007. Tesis:
tidak
diterbitkan.
Semarang:
Universitas Negeri Semarang.

Istiqomah. (2012). Peningkatan hasil belajar
siswa melalui metode pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan media
gambar pokok bahasan globalisasi mata
pelajaran PKn kelas IV semester II SDN
Antirogo 03. Skripsi pada FKIP
Universitas Jember.

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 86-94, Juni

2017

94

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN LEARNING TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPA Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dan Learning Together Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sambi Boyolali Tahun Pelajaran 2013/1014

0 1 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dan Learning Together Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sambi Boyolali Tahun Pelajaran 2013/1014.

0 1 5

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN LEARNING TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPA Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dan Learning Together Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sambi Boyolali Tahun Pelajaran 2013/1014

0 2 11

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN ORGANISASI KEHIDUPAN PADA SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 1 8

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN ALAT INDERA.

0 3 31

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA PADA MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN DI KELAS IV SD PRIANGAN BANDUNG.

1 1 33

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII B SMP Negeri 19 Palu pada Pokok Bahasan Klasifikasi Makhluk Hidup | Fada | EJIP BIOL 2698 8130 1 PB

0 0 11

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MEDIA KONKRIT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX PADA POKOK BAHASAN WUJUD BENDA DI SMP NEGERI 1 DASUK

0 0 7

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Pengunaan Media Gambar di SDN Tomini

0 0 15

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kepada Mata Pelajaran IPS Kelas V Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Learning Numbered Heads Together pada SDN 1 Binangga

0 0 11