Karakteristik Ibu Hamil yang Melahirkan Bayi Prematur di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Pada Tahun 2012

4

BAB 2
TINJAUAN PUSAKA

2.1.

Definisi
Prematuritas didefinisikan sebagai anak yang baru lahir belum

berkembang dengan berat lahir rendah yang lahir sebelum 37 minggu kehamilan.
Bayi prematur yang memiliki usia kehamilan 35 dan 37 minggu disebut ‘cukup
dini’, mereka yang lahir antara 28 minggu kehamilan disebut ‘sangat prematur’
(Hillhorst, 2011).

2.2.

Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur diantaranya adalah

faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu yang mempengaruhi bayi premature adalah

riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi,
kelainan uterus, penyakit jantung penyakit kronik lainnya, hipertensi, diabetes,
infeksi, trauma, kebiasaan, yaitu pekerjaan yang melelahkan, dan merokok.
Manakala faktor

janin adalah

cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramion,

ketuban pecah dini (Mayo, 2013).

2.3.

Epidemiologi
Kejadian persalinan prematur di setiap negara bervariasi, di negara maju

seperti Europa, angkanya mencapai 5-11%, di Amerika 10,7% dan di Autralia
kejadianya 7%. Di negara berkembang,angkanya masih tinggi. Di India 34%,
Afrika Selatan 15%, Sudan 31% dan Malaysia 10% (Simamora, 2009).
Indonesia belum mempunyai angka prematuritas nasional yang ada adalah

angka bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) bisa mencerminkan prematuritas
secara kasar, yaitu secara nasional di Rumah Sakit Thersia Jambi pada tahun 2006
kejadian kelahiran bayi prematur 10% dari seluruh persalinan di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta 1 Januari 2000- 31 Desember 2006 kejadian kelahiran
prematur 33,3% (Simamora, 2009).

Universitas Sumatera Utara

5

2.4.

Tanda-Tanda Persalinan Prematur
Dalam kebanyakan kasus, persalinan prematur dimulai tiba-tiba dan

penyebabnya tidak diketahui, tanda-tanda persalinan seperti:
- Kontraksi (perut mengencang seperti tinju) setiap 10 menit atau lebih
sering.
- Perubahan cairan vagina (bocor cairan atau perdarahan dari vagina).
- Kram yang merasa seperti periode menstruasi dan Kram perut dengan

atau tanpa diare (Mathew TJ dan Macdoman, 2013)

2.5.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi bayi prematur Faktor ibu

2.5.1. Usia Ibu
Usia ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua (< 20 tahun dan > 35)
tahun merupakan faktor penyulit kehamilan, sebab ibu yang hamil terlalu muda
keadaan tubuhnya belum siap menghadapi kehamilan, sedangkan di atas 35 tahun
apabila mengalami komplikasi maka risiko mengalami kematian lebih besar
(Hillhorst, 2011).

2.5.2. Pola hidup ibu merokok, minum alkohol, atau menggunakan obatobatan terlarang
Alkohol, tembakau dan penggunaan narkoba antara wanita hamil
merupakan perhatian utama kesehatan masyarakat, menempatkan ibu dan anak
beresiko. Alkohol adalah penyebab utama dari cacat lahir yang dapat dicegah dan
cacat perkembangan, termasuk sindrom alkohol pada janin, penyebab utama
keterbelakangan mental di Amerika Serikat. Menurut sebuah survei 2008 yang
disponsori oleh Administrasi Layanan Kesehatan Mental dan penyalahgunaan zat,

10,6 persen wanita hamil berusia 15-44 melaporkan penggunaan alkohol saat ini
dan 10,3 persen melaporkan pesta minum selama trimester pertama (Illinoise,
2013).

Universitas Sumatera Utara

6

2.5.3. Penyakit dalam kehamilan Preeklampsia
Preeklamsia adalah tekanan darah tinggi pada ibu hamil dan kelebihan
kadar protein dalam urine (proteinuria ). Namun, tekanan darah tinggi (biasanya di
atas 130/90mmHg, normalnya 120/80mmHg) baru disebut preeklamsia bila usia
kehamilan sudah menginjak 20 minggu ke atas. Preeklamsia serta gangguan
tekanan darah lainnya merupakan kasus yang menimpa setidaknya lima hingga
delapan persen dari seluruh kehamilan (Longo, 2013).

Eklampsia
Eklampsia, dianggap sebagai komplikasi dari preeklamsia berat, umumnya
didefinisikan sebagai onset baru aktivitas kejang atau koma yang tidak dapat
dijelaskan selama kehamilan atau pada wanita postpartum dengan tanda-tanda

atau gejala preeklampsia. Ini biasanya terjadi selama atau setelah minggu ke-20
kehamilan atau pada periode postpartum. Meskipun demikian, eklampsia tanpa
adanya hipertensi dengan proteinuria telah terbukti terjadi pada 38 % kasus yang
dilaporkan di Inggris. Demikian pula, hipertensi tidak hadir di 16 % dari kasus
terakhir di Amerika Serikat.
Manifestasi klinis preeklampsia ibu adalah hipertensi dan proteinuria
dengan atau tanpa kelainan sistemik yang melibatkan ginjal, hati, atau darah. Ada
juga merupakan manifestasi janin preeklampsia melibatkan pembatasan
pertumbuhan janin, mengurangi cairan ketuban, dan oksigenasi janin abnormal.
Sindrom HELLP adalah bentuk parah preeklampsia dan melibatkan anemia
hemolitik, tes fungsi hati yang tinggi (LFT), dan jumlah platelet yang rendah.
Sebagian besar kasus eklampsia muncul pada trimester ketiga kehamilan,
dengan sekitar 80 % dari kejang eklampsia terjadi intrapartum atau dalam 48 jam
pertama setelah persalinan.. Selain deteksi dini preeklampsia , ada tes atau gejala
kompleks memprediksi perkembangan eklampsia. Di negara maju, banyak kasus
yang dilaporkan telah diklasifikasikan sebagai tidak dapat dicegah. (Simamora,
2009).

Universitas Sumatera Utara


7

2.5.4.

Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan ibu juga berpengaruh pada pemilihan penolong

persalinan dan perawatan selama kehamilan. Tingkat pendidikan dari ibu yang
rendah dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan
termasuk di dalamnya tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. Salah satu
faktor yang banyak memberi pengetahuan pada manusia adalah pendidikan baik
itu pendidikan formal maupun non formal. Ibu hamil yang tidak mengalami atau
memperoleh pendidikan tentu saja akan berakibat pada kurangnya pengetahuan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilannya tingkat pendidikan Ibu
berpengaruh terhadap sikap imunisasi. Selanjutnya, semakin tinggi tingkat
pendidikan seorang ibu semakin baik sikap terhadap imunisasi (Simamora, 2009).

2.5.5.

Pekerjaan Ibu

Pekerjaan fisik yang berat, yang mengkondisikan ibu hamil untuk berdiri

lama, seperti Sales Promotion Girl (SPG), perjalanan panjang, pekerjaan
mengangkat beban berat berisiko melahirkan prematur

dan pekerjaan yang

meningkatkan tekanan mental (stress) atau kecemasan yang tinggi dapat
meningkatkan kejadian prematur. Gejala stress dapat berupa kecemasan,
kelelahan, ketakutan, perasaan sedih dan tekanan dari pihak atas (Simamora,
2009).

2.5.6.

Pencegahan kelahiran bayi prematur
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui dan dilakukan untuk

membantu mencegah kelahiran prematur yaitu:
a)


Kebersihan mulut dan gigi
Jangan malas mengosok gigi setelah makan dan sebelum tidur
selama hamil. Sebab sebuah penelitian menyebutkan kalau penyakit
gusi bisa meningkatkan risiko bayi lahir prematur.

b)

Berat badan
Ketika hamil, wanita normalnya mengalami peningkatan berat
badan. Sebaiknya sesuaikan peningkatan berat badan dengan usia

Universitas Sumatera Utara

8

kehamilan. Sebab terlalu kurus saat hamil bisa meningkatkan risiko
bayi lahir prematur
c)

Minum air

Dehidrasi adalah penyebab kontraksi yang akhirnya memicu bayi
lahir prematur. Makanya, selama hamil jangan malas minum air
untuk mencegah kondisi tersebut.

d)

Alkohol dan rokok
Meskipun beberapa penelitian menyebutkan ibu hamil aman
mengonsumsi wine, namun ada baiknya jika konsumsi alkohol dan
kebiasaan merokok dihentikan demi mencegah bayi lahir prematur
(CDC, 2013).

Universitas Sumatera Utara