Keanekaragaman Jenis Kantung Semar (Nepenthes spp.) di Kawasan Suaka Margasatwa Siranggas Kabupaten Pakpak Bharat

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kantung Semar (Nepenthes spp.)
Nepenthes spp. adalah tumbuhan yang hidup di hutan dataran rendah mulai dari
garis pantai hingga ketinggian 2750 m dpl. Nepenthes satu-satunya genus dalam famili
Nepenthecae. Tumbuhan Nepenthes hidup menjalar, merambat.

Berkembang biak

dengan biji membentuk kecambah yang terdiri atas 2 daun lembaga. Secara umum
Nepenthes dapat memikat serangga, dimana serangga tergelincir dari bibir piala yang
licin berlapis lilin, kemudian tenggelam ke dalam piala yang berisi cairan yang terdapat
pada dasar piala tersebut. Kelenjar-kelenjar di bagian dalam piala mengeluarkan enzimenzim pencerna, sehingga makanan yang berasal dari serangga yang tertangkap
dirombak menjadi makanan bagi Nepenthes (Anwar dkk., 1984).
Nepenthes spp. pertama kali dikenalkan oleh J.P Breyne pada tahun 1689. Di
Indonesia, sebutan untuk tumbuhan ini berbeda antara daerah satu dengan yang lain.
Masyarakat di Riau mengenal tanaman ini dengan sebutan periuk monyet, di Jambi
disebut dengan kantung beruk, di Bangka disebut dengan ketakung, sedangkan nama
sorok raja mantri disematkan oleh masyarakat di Jawa Barat pada tanaman unik ini.
Sementara di Kalimantan setiap suku memiliki istilah sendiri untuk menyebut
Nepenthes spp. Suku Dayak Katingan menyebutnya sebagai ketupat napu, suku Dayak

Bakumpai dengan telep ujung, sedangkan suku Dayak Tunjung menyebutnya dengan
selo bengongong yang artinya sarang serangga (Mansur, 2006). Sampai dengan saat ini
tercatat terdapat 103 jenis Nepenthes yang sudah dipublikasikan di dunia (Firstantinovi
dan Karjono, 2006).
Tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai tumbuhan karnivora karena memangsa
serangga. Kemampuannya itu disebabkan oleh adanya organ berbentuk kantung yang

Universitas Sumatera Utara

menjulur dari ujung daunnya. Organ itu disebut pitcher atau kantung. Kemampuannya
yang unik dan asalnya dari negara tropis sehingga menjadikan Nepenthes sebagai
tanaman hias pilihan yang eksotis di Jepang, Eropa, Amerika dan Australia. Di
Indonesia justru tak banyak yang mengenal dan memanfaatkannya (Witarto, 2006).
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan kajian literatur potensi ancaman
terhadap kelangsungan hidup Nepenthes spp. di Sumatera lebih banyak berasal dari
gangguan manusia. Aktivitas masyarakat di sekitar habitat alami yang dapat
mengganggu keberadaan Nepenthes spp. antara lain berupa kegiatan mencari kayu
meskipun secara tidak langsung dapat mengganggu Nepenthes spp. karena dapat
tertimpa pohon yang ditebang atau tercabut secara tidak sengaja, serta kemungkinan
tanaman mati karena inang tempat tanaman ini terpotong/ditebang (Kunarso dan

Azwar, 2006).
Semua tumbuhan penangkap serangga ordo Sarraceniales, memiliki daun
tunggal yang tersebar, sebagian atau seluruhnya mengalami modifikasi menjadi alat
penangkap serangga (Tjitrosoepomo, 1989). Ordo Sarraceniales mempunyai tiga famili
yaitu Sarraceniaceae, Draseraceae dan Nepenthaceae. Famili terakhir terdiri dari satu
genus Nepenthes memiliki karakter biologi yang unik yakni mampu mengabsorbsi
unsur N dari tubuh serangga yang terjebak di kantungnya (Bhattacharyya dan Jahri,
1998; Kinnaird, 1997)

B. Taksonomi Tumbuhan Nepenthes spp.
Nepenthes dihabitat aslinya dapat tumbuh mencapai tinggi 15 – 20 meter
dengan cara menjalar ke tanaman lainnya. Tinggi kantung Nepenthes beragam dari 2

Universitas Sumatera Utara

cm hingga lebih dari 45 cm, tergantung pada spesies dan asal habitatnya. Nepenthes
rajah merupakan spesies terbesar di Kalimantan (Mansur, 2006)
Menurut Jones dan Luchsinger (1998), klasifikasi lengkap Nepenthes spp.
berdasarkan sistem klasifikasi tumbuhan berbunga adalah sebagai berikut
Kingdom


: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subclass

: Dilleniidae

Ordo

: Nepenthales

Family


: Nepenthaceae

Genus

: Nepenthes

Jenis

: Nepenthes spp.
Tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai tumbuhan karnivora karena memangsa

serangga. Kemampuannya itu disebabkan oleh adanya organ berbentuk kantung yang
menjulur dari ujung daunnya. Organ itu disebut pitcher atau kantung. Kemampuannya
yang unik dan asalnya yang dari negara tropis itu menjadikan Nepenthes sebagai
tanaman hias pilihan yang eksotis di Jepang, Eropa, Amerika dan Australia.
Sayangnya, di Indonesia tidak banyak yang mengenal dan memanfaatkannya (Witarto,
2006).
Nepenthes memiliki anggota sekitar 60 spesies. Kawasan utama penyebarannya
di Indonesia dan Malaysia. Beberapa spesies tumbuh di Madagaskar, Australia dan

Kaledonia. Spesies yang sering ditemukan adalah

N. ampullaria, N.tobaica, N.

rafflesiana dan N. maxima, semua dikenal dengan nama daerah "Kantung Semar"
(Tjitrosoepomo, 1989). Nama kantung diberikan karena adanya struktur unik

Universitas Sumatera Utara

menyerupai kantung yang merupakan jebakan mematikan bagi serangga. Nepenthes
merupakan tumbuhan karnivora (Kinnaird, 1997), berhabitus herba atau epifit,
seringkali tumbuh memanjat dengan menggunakan sulur, berupa ujung daun yang
menyempit

(Tjitrosoepomo, 1989). Oleh karena itu Nepenthes juga memerlukan

tumbuhan lain sebagai pendukung.
Tumbuhan Nepenthes memiliki cara yang unik dimana jenis ini menggunakan
serangga sebagai makannya. Kemampuannya dalam menjebak serangga disebabkan
oleh adanya organ berbentuk kantung yang menjulur dari ujung daunnya (Harsono dan

Chandra, 2005; Mansur, 2008; Mithofer, 2011).

C. Deskripsi Kantung pada Nepenthes spp.
Pada umumnya, Nepenthes memiliki tiga macam bentuk kantung, yaitu kantung
atas, kantung bawah, dan kantung roset. Kantung atas adalah kantung dari tumbuhan
dewasa, biasanya berbentuk corong atau silinder, tidak memiliki sayap, tidak
mempunyai warna yang menarik, bagian sulur menghadap ke belakang dan dapat
melilit ranting tanaman lain, kantung atas lebih sering menangkap hewan yang terbang
seperti nyamuk atau lalat, kantung jenis ini jarang bahkan tidak ditemui pada beberapa
spesies, contohnya N. ampullaria. Kantung bawah adalah kantung yang dihasilkan
pada bagian tanaman muda yang biasanya tergelatak di atas tanah, memiliki dua sayap
yang berfungsi sebagai alat bantu bagi serangga tanah seperti semut untuk memanjat
mulut kantung dan akhirnya tercebur dalam cairan berenzim di dalamnya, adapun
kantung roset, memiliki bentuk yang sama seperti kantung bawah, namun kantung roset
tumbuh pada bagian daun berbentuk roset, contoh spesies yang memiliki kantung jenis
ini adalah N. ampullaria dan N. gracilis. Beberapa tumbuhan terkadang mengeluarkan

Universitas Sumatera Utara

kantung tengah yang berbentuk seperti campuran kantung bawah dan kantung atas

(Athauda dkk, 2004).
Selain kemampuannya dalam menjebak serangga, keunikan lain dari tanaman
ini adalah bentuk, ukuran, dan corak warna kantungnya. Secara keseluruhan, tumbuhan
ini memiliki lima bentuk kantung, yaitu bentuk tempayan, bulat telur/oval, silinder,
corong, dan pinggang (Azwar dkk., 2006).
Secara keseluruhan, semua spesies Nepenthes memiliki lima bentuk kantung
yaitu bentuk tempayan (Nepenthes ampullaria), bulat telur/oval (Nepenthes
rafflesiana), silinder (Nepenthes grasilis), corong (Nepenthes rafflesiana) dan pinggang
(Nepenthes reinwardhtiana) atau (Nepenthes gymnamphora). Untuk seluruh spesies
Nepenthes memiliki bentuk kantung, seperti yang terdapat pada Gambar 1 (Mansur,
2006).

a

b

c

d


e

Gambar 1. Berbagai variasi bentuk kantung Nepenthes : a) bentuk tempayan, b) bentuk
telur, c) bentuk silinder,d) bentuk corong, dan e) bentuk pinggang.
Kantung berfungsi untuk menangkap serangga. Kantung ini mempunyai warna
sangat menarik yaitu: hijau dengan bercak merah. Menurut Lloyd (1942) dan Leach
(1940), kantung dapat berwarna ungu, kuning, hijau dan putih. Serangga yang tertarik
oleh warna, lebih jauh dipikat dengan nektar dan bau-bauan yang dihasilkan oleh
kelenjar di bagian bawah bibir yang berlekuk-lekuk dan menjorok ke dalam rongga

Universitas Sumatera Utara

kantung. Serangga seringkali terpeleset dari bibir yang licin berlilin dan tercebur ke
dalam cairan di dalam kantung. Cairan ini berisi bermacam-macam enzim pencernaan
yang dihasilkan kelenjar di pangkal kantung. Lilin di permukaan dalam kantung tidak
memungkinan serangga yang terjebak untuk keluar. Di dasar kantung hidup larva
nyamuk, tungau beberapa organisme lain yang tahan terhadap enzim pencernaan.
Organisme ini berperan untuk memakan sisa-sisa bangkai serangga, sehingga
kebersihan kantung tetap terjaga (Kinnaird, 1997; Lloyd, 1942; Gibbs, 1950).
Kantung Nepenthes yang dindingnya penuh bercak merah kekuningan menarik

perhatian serangga untuk mendekat. Semut atau lalat yang mendekat akan tertarik pada
aroma manis yang menyengat. Aroma itu berasal dari deretan kelenjar pada bibir
lubang kantung, karena bibir lubang kantung licin serangga pun terpeleset jatuh ke
dasar kantung. Di dalam kantung terdapat cairan asam

(pH