Tumbuhan Obat Di Suaka Margasatwa Siranggas Kabupaten Pakpak Bharat Sumatera Utara

(1)

TUMBUHAN OBAT DI SUAKA MARGASATWA SIRANGGAS

KABUPATEN PAKPAK BHARAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

AYUNITA PURNAMA SARI

070805012

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

TUMBUHAN OBAT DI SUAKA MARGASATWA SIRANGGAS KABUPATEN PAKPAK BHARAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

AYUNITA PURNAMA SARI 070805012

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

PERSETUJUAN

Diluluskan di Medan, Juni 2012 Komisi Pembimbing:

Pembimbing II Pembimbing I

Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS

NIP 1962 1214 1991 03 2001 NIP 1963 0123 1990 03 2001

Dr. Nursahara Pasaribu M.Sc

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua

NIP 1963 0123 1990 03 2001 Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc.

Judul : TUMBUHAN OBAT DI SUAKA MARGASATWA SIRANGGAS KABUPATEN PAKPAK BHARAT SUMATERA UTARA

Kategori : SKRIPSI

Nama : AYUNITA PURNAMA SARI

Nomor Induk Mahasiswa : 070805012

Program Studi : SARJANA (S1)BIOLOGI

Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

PERNYATAAN

TUMBUHAN OBAT DI SUAKA MARGASATWA SIRANGGAS KABUPATEN PAKPAK BHARAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2012

AYUNITA PURNAMA SARI 070805012


(5)

PENGHARGAAN

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas rahmat, kekuatan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Tumbuhan Obat di Suaka Margasatwa Siranggas Kabupaten Pakpak Bharat Sumatera Utara”.

Terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda (Rakidin Utama) dan Ibunda (Supiati) yang telah menjaga dan membesarkan penulis dengan ikhlas serta memberikan dukungan baik perhatian, do’a, kasih sayang serta kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih juga kepada Bibi Sriyani dan Nenek Tukini yang telah memberikan dukungan, perhatian, kasih sayang, moril dan materil dalam menyelesaikan skripsi penulis ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan ke Dr. Nursahara Pasaribu M.Sc selaku dosen pembimbing I, Prof. Dr. Retno Widhiastuti, M.S selaku dosen pembimbing II dan Ibu Etti Sartina Siregar S.Si., M.Si, yang telah banyak memberikan arahan, waktu, perhatiannya yang besar terutama saat penulis memulai penulisan hingga penyusunan skripsi penelitian ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Drs. Muhammad Zaidun Sofyan M.Si selaku penguji I, Drs. Arlen. H.J. M.Si., selaku penguji II dan dosen penasehat akademik yang telah banyak memberi masukan dan motivasi. Pada kesempatan ini ucapan terimakasih kepada Drs. Kiki Nurtjahja M.Sc selaku sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU, Abang Endra Raswin dan Ibu Roslina yang telah membantu penulis di bagian Akademik Departemen, Dekan serta Pembantu Dekan FMIPA USU. Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara, Bapak Pinayungan selaku Tabib Desa yang telah banyak membantu di lapangan dan Kepala desa Kecupak II beserta keluarga atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian berlangsung.

Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada sahabat-sahabatku tim pelaksanaan penelitian (Barita Raja, Kasbi Zaini, Gibran Daulay, Nalverta, Nasrianti Syam, Dwi Putri Ramadhani, Jupentus Silaban, Raymond Siburian, Dwi Putri Akarina) teman-teman bidang Taksonomi dan Ekologi Tumbuhan (Ria Windi Lestari, Irmayani Hasibuan, Ade Eka, Sari Dewi, Nia Iasha, Hairun Nisa, Farid Akshani) dan kepada rekan-rekan kuliah Stambuk 2007. Terimakasih juga kepada adik-adikku Jhon, Nurhayati, Nisa Hidayati, Putri, Essy, Rita Susanti, Stambuk 2008, 2009 dan 2010. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu semoga Allah SWT membalasnya dengan balasan yang setimpal, Amin. Penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian ini.

Medan, Juni 2012


(6)

TUMBUHAN OBAT DI SUAKA MARGASATWA SIRANGGAS KABUPATEN PAKPAK BHARAT SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Studi Tumbuhan Obat di Suaka Margasatwa Siranggas Kabupaten Pakpak Bharat Sumatera Utara telah dilakukan dari bulan Mei sampai Juli 2011. Areal pengamatan seluas 20 x 50 m ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah 10 subplot berukuran 10 x 10 m. Informasi jenis tumbuhan obat diperoleh dengan melakukan wawancara tabib di desa Kecupak II, dan pengambilan sampel tumbuhan obat menggunakan metode survey. Didapatkan 49 jenis tumbuhan obat dari 33 famili yang terdiri dari Pteridophyta dua jenis dan Spermatophyta 47 jenis. Famili yang paling banyak ditemukan dari kelas Monocotyledoneae yaitu Arecaceae dan Zingiberaceae dan dari kelas Dicotyledoneae yaitu Fabaceae, Piperaceae, dan Rubiaceae. Jumlah tumbuhan obat di dalam plot pengamatan sebanyak 22 jenis dengan 463 individu. Jumlah individu tertinggi tumbuhan obat di dalam plot yaitu Piper umbellatum,

Eupatorium odoratum dan Bambusa sp., dengan jumlah masing-masing individu

secara berurut 138, 80, dan 75.

Kata Kunci:Tumbuhan Obat, Suaka Margasatwa Siranggas


(7)

MEDICINAL PLANTS IN SIRANGGAS WILDLIFE AREA PAKPAK BHARAT REGENCY OF NORTH SUMATRA

ABSTRACT

Medicinal Plants in Siranggas Wildlife Area Pakpak Bharat Regency of North Sumatra has been studied from May to July 2011. Observation area of 20 x 50 m determined by purposive sampling with a total of 10 subplots 10 x 10 m in size. Information types of medicinal plants was collected by direct interviewing the traditional healer (tabib) in village Kecupak II, and sampling of medicinal plants using the survey method. There were 49 species of medicinal plants classifying into 33 families, which are Pteridophyta with two species and Spermatophyta with47 species.

The most abundant famili for class Monocotyledoneae is Arecaceae and

Zingiberaceae, while for class Dicotyledoneae is found on Fabaceae, Piperaceae, and Rubiaceae. The total of medicinal plants within plot is 22 species with 463 individu. The highest number of individu is found on Piper umbellatum, Eupatorium odoratum and Bambusa sp., with the number 138, 80, and 75 respectively.


(8)

DAFTAR ISI halaman Persetujuan Pernyataan Penghargaan ii iii iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel Daftar Gambar

viii ix

Daftar Lampiran xi

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

Bab 2 Tinjauan Pustaka 3

2.1 Keanekaragaman Hayati 3

2.2 Pengertian Etnobotani 3

2.3 Defenisi Tumbuhan Obat 4

2.4 Pemanfaatan Tumbuhan Obat 6

2.5 Ramuan Tradisional

2.6 Beberapa Penelitian tentang Tumbuhan Obat

6 7

Bab 3 Bahan dan Metode 8

3.1 Waktu dan Tempat 8

3.2 Deskripsi Area 8

3.3 Metode Penelitian 9

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 12

4.1 Jenis-jenis Tumbuhan Obat 12

4.2 Kegunaan Jenis Tumbuhan Obat 15

4.3 Jenis-jenis Tumbuhan Obat di dalam Petak Penelitian 20 m x 50 m (1 Ha).

21

4.4Deskripsi Tumbuhan 23

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 48

5.1 Kesimpulan 48

5.2 Saran 48


(9)

DAFTAR TABEL

halaman

4.1 Jenis-jenis Tumbuhan Obat dan Cara Pengkoleksiannya 13

4.2 Kegunaan Jenis Tumbuhan Obat 17

4.3 Jenis-jenis Tumbuhan Obat di Dalam Petak Penelitian 20 m x 50 m (1 Ha)


(10)

DAFTAR GAMBAR

halaman

1. Angiopteris evecta (Forst) Hoffm. 23

2. Cyathea contaminans (Hook.) Copel. 23

3. Hymenocalis littoralis (Jacq.) Salibs. 24

4. Homalomena monandra Schott. 24

5. Areca catechu L. 25

6. Areca cf. trianda 25

7. Areca sp. 26

8. Bambusa sp. 26

9. Costus sp. 27

10. Musa sp. 27

11. Saccharum officinarum L. 28

12. Curcuma xanthorrhiza Roxb. 28

13. Hedychium coronarium J. Konig. 29

14. Hedychium sp. 29

15. Pseuderanthemum graciliflorum RIDL. 30

16. Centella asiatica (L.) Urb. 30

17. Eupatorium odoratum L. 31

18. Impatiens platypetala Lindley. 31

19. Begonia sp. Aff Larwei M.Hughes 32

20. Kalanchoe pinnata Pers. 32

21. Macaranga triloba MUELL. ARG. 33

22. Erythrina sp. 33

23. Mimosa pudica L. 34

24. Parkia speciosa Hassk. 34

25. Pithecellobium dulce BENTH. 35

26. Aeschynanthus sp. 35

27. Coleus amboinicus LOUR. 36

28. Pogostemon cablin BENTH. 36

29. Cinamomum zeylanicum Blume. 37

30. Scurrula L. 37

31. Sida rhombifolia L. 38

32. Urena lobata L. 38

33. Pogonanthera pulverulenta BL. 39

34. Ptenandra sp. 39

35. Ardisia sp. 40

36. Myrsine sp. 40

37. Oxalis barrelieri L. 41

38. Piper betle L. 41

39. Piper sp. 42

40. Piper umbellatum L. 42


(11)

42. Rubus sp. 43

43. Hedyotis sp. 44

44. Pavetta indica L. 44

45. Uncaria gambir (Hunter) Roxb. 45

46. Styrax benzoin Dryand. 45

47. Pilea sp. 46

48. Vitis gracilis L. 46


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

1. Peta Lokasi Penelitian 52

2. Plot Pengamatan 53

3. Data Faktor Fisik 54

4. Hasil Identifikasi Herbarium Medanense (MEDA) 55

5. Jenis-jenis Tumbuhan Obat di dalam Plot 57

6. Foto-foto di Lapangan 58


(13)

TUMBUHAN OBAT DI SUAKA MARGASATWA SIRANGGAS KABUPATEN PAKPAK BHARAT SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Studi Tumbuhan Obat di Suaka Margasatwa Siranggas Kabupaten Pakpak Bharat Sumatera Utara telah dilakukan dari bulan Mei sampai Juli 2011. Areal pengamatan seluas 20 x 50 m ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah 10 subplot berukuran 10 x 10 m. Informasi jenis tumbuhan obat diperoleh dengan melakukan wawancara tabib di desa Kecupak II, dan pengambilan sampel tumbuhan obat menggunakan metode survey. Didapatkan 49 jenis tumbuhan obat dari 33 famili yang terdiri dari Pteridophyta dua jenis dan Spermatophyta 47 jenis. Famili yang paling banyak ditemukan dari kelas Monocotyledoneae yaitu Arecaceae dan Zingiberaceae dan dari kelas Dicotyledoneae yaitu Fabaceae, Piperaceae, dan Rubiaceae. Jumlah tumbuhan obat di dalam plot pengamatan sebanyak 22 jenis dengan 463 individu. Jumlah individu tertinggi tumbuhan obat di dalam plot yaitu Piper umbellatum,

Eupatorium odoratum dan Bambusa sp., dengan jumlah masing-masing individu

secara berurut 138, 80, dan 75.

Kata Kunci:Tumbuhan Obat, Suaka Margasatwa Siranggas


(14)

MEDICINAL PLANTS IN SIRANGGAS WILDLIFE AREA PAKPAK BHARAT REGENCY OF NORTH SUMATRA

ABSTRACT

Medicinal Plants in Siranggas Wildlife Area Pakpak Bharat Regency of North Sumatra has been studied from May to July 2011. Observation area of 20 x 50 m determined by purposive sampling with a total of 10 subplots 10 x 10 m in size. Information types of medicinal plants was collected by direct interviewing the traditional healer (tabib) in village Kecupak II, and sampling of medicinal plants using the survey method. There were 49 species of medicinal plants classifying into 33 families, which are Pteridophyta with two species and Spermatophyta with47 species.

The most abundant famili for class Monocotyledoneae is Arecaceae and

Zingiberaceae, while for class Dicotyledoneae is found on Fabaceae, Piperaceae, and Rubiaceae. The total of medicinal plants within plot is 22 species with 463 individu. The highest number of individu is found on Piper umbellatum, Eupatorium odoratum and Bambusa sp., with the number 138, 80, and 75 respectively.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai gudangnya tumbuhan obat. Dari sekitar 30.000 jenis flora yang ada di hutan tropika Indonesia, sekitar 9.600 jenis telah diketahui berkhasiat obat. Dari jumlah tersebut tercatat 283 jenis merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma et al., 2005).

Tumbuhan obat merupakan salah satu komponen penting dalam pengobatan tradisional yang telah lama digunakan. Perkembangan pemanfaatan tumbuhan obat secara tidak langsung dapat dilihat dari perkembangan pemanfaatan obat tradisional, karena tumbuhan obat adalah salah satu komponen penting dalam obat tradisional. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 9 Tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan yang menyinggung obat asli Indonesia, pemanfaatan tumbuhan obat mulai berkembang (Aliadi & Roemantyo, 1994).

Suku- suku bangsa di Indonesia telah banyak memanfaatkan tumbuhan obat untuk kepentingan pengobatan tradisional, mereka mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda tentang pengobatan tradisional termasuk pengetahuan tentang tumbuhan obat. Salah satu perbedaannya yang dapat dilihat adalah perbedaan ramuan yang digunakan untuk mengobati penyakit tertentu (Aliadi & Roemantyo 1994). Hal ini juga dapat dilihat pada suku Pakpak, dimana suku tersebut masih banyak menggunakan tumbuhan di alam sekitar sebagai obat. Demikian pula pemanfaatan tumbuhan sebagai bagian budaya masyarakat lokal juga belum banyak diketahui. Padahal keanekaragaman hayati dan budaya tersebut sedikit banyak dikarenakan.


(16)

tekanan global yang mengakibatkan hilangnya kekayaan hayati dan pengetahuan lokal suku bangsa di Indonesia (Rugayah et al., 2010).

Modernisasi budaya dikhawatirkan dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan

tradisional yang dimiliki oleh masyarakat yang berkembang sangat pesat. Kecenderungan ini juga terjadi pada komunitas tradisional lainnya di Indonesia

(Bodeker, 2000). Salah satu contohnya adalah pengetahuan tradisional masyarakat kampung Kuta tentang tumbuhan obat sekarang dalam kondisi terancam punah (Dwiartama, 2005). Sejauh ini belum pernah dilaporkan informasi mengenai jenis-jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan serta penggunaannya di Suaka Margasatwa Siranggas, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara, untuk itu perlu dilakukan penelitian.

1.2Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah jenis-jenis tumbuhan obat apa sajakah yang terdapat di Suaka Margasatwa Siranggas, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara ?

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Pakpak di Suaka Margasatwa Siranggas, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara.

1.4Manfaat

Penelitian ini diharapkan sebagai dasar penelitian lebih lanjut guna pengembangan dan pengetahuan tumbuhan obat di Sumatera Utara, serta dapat dijadikan sebagai jembatan pemanfaatan pengetahuan tradisional dengan pengetahuan modern.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keanekaragaman Hayati Indonesia

Keanekaragaman jenis tumbuhan obat yang terdapat di kawasan hutan Indonesia sangat tinggi. Saat ini tercatat kurang lebih 1.260 jenis tumbuhan obat tersebar pada berbagai tipe ekosistem hutan di Indonesia. Dari 180 jumlah jenis di antaranya telah dieksploitasi dalam jumlah besar untuk keperluan bahan baku industri obat tradisional (Suharti, 2007).

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang melimpah. Hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di wilayah negara ini. Sebagian besar sudah dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk mengobati berbagai penyakit. Tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam penggunaannya dikenal dengan obat tradisional. (Sjahid, 2008). Indonesia juga memiliki jumlah penduduk yang banyak (sekitar 200 juta lebih) yang sebagian besar masyarakatnya masih tinggal di pedesaan. Banyaknya masyarakat yang tinggal di pedesaan terutama daerah yang sulit dijangkau (terisolir) menyebabkan pemerataan hasil-hasil pembangunan seperti bidang pendidikan dan kesehatan sulit untuk dilaksanakan (Sastropradjo, 1990). Di daerah-daerah terisolir pemanfaatan lingkungan terutama tumbuhan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan seperti untuk obat-obatan tradisional sangat tinggi (Sutarjadi, 1992).

2.2 Pengertian Etnobotani

Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani taksonomi saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani yang bersifat kedaerahan,


(18)

berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tanaman, serta menyangkut pemanfaatan tanaman tersebut lebih diutamakan untuk kepentingan budaya dan kelestarian sumberdaya alam (Darmono, 2007).

Etnobotani dapat juga diartikan sebagai kajian interaksi antara manusia, dengan tumbuhan. Kajian ini merupakan bentuk deskriptif dari pendokumentasian pengetahuan botani tradisional yang dimiliki masyarakat setempat yang meliputi kajian botani, kajian etnofarmakologi, kajian etnoantropologi, kajian etnoekonomi, kajian etnolinguistik dan kajian etnoekologi (Martin, 1998).

Istilah etnobotani dikemukakan pertama kalinya oleh Harshberger (1985) didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa yang masih primitif. Secara terminologi, etnobotani adalah studi yang mempelajari hubungan antara tumbuhan dan manusia. Jadi etnobotani adalah studi yang menganalisis hasil dari manipulasi materil tanaman asli dengan konteks budaya dalam penggunaan tanaman. Etnobotani melihat dan mengetahui bagaimana masyarakat memandang dunia tumbuhan, memasukkan tumbuhan ke dalam budaya dan agama mereka (Tamin & Arbain, 1995).

2.3 Defenisi tumbuhan obat

(Zuhud et al., 1991 dalam Abdiyani, 2008) menyatakan tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Tumbuhan obat didefenisikan sebagai jenis tumbuhan yang sebagian, seluruh tumbuhan tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan. Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat. Ahli lain mengelompokkan tumbuhan berkhasiat obat menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.


(19)

2) Tumbuhan obat modern merupakan spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

3) Tumbuhan obat potensional merupakan spesies tumbuhan yang diduga

mengandung atau memiliki senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara ilmiah-medis sebagai obat.

Departemen Kesehatan RI mendefenisikan tumbuhan obat Indonesia seperti yang tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu :

1) Tumbuhan atau bagian yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu 2) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pemula bahan

baku obat (precursor)

3) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut digunakan sebagai obat

Tumbuhan obat adalah segala jenis tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat baik dalam membantu memelihara kesehatan maupun pengobatan suatu penyakit. Tumbuhan obat sangat erat kaitannya dengan pengobatan tradisional, karena sebagian besar pendayagunaan tumbuhan obat belum didasarkan pada pengujian klinis laboratorium, melainkan lebih berdasarkan pada pengalaman penggunaan (Yuni et al., 2011)

Saat ini pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai tumbuhan yang berkhasiat obat semakin berkembang. Masyarakat mulai memahami bahwa penggunaan tumbuhan untuk obat sebenarnya bisa sejajar dan saling mengisi dengan pengobatan modern. Sering, penggunaan tumbuhan obat dengan berbagai alasan herbal dijadikan pilihan pertama untuk pengobatan (Kusuma et al., 2005).

Tumbuhan obat mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat, baik sebagai sumber mata pencaharian dan pendapatan petani sekitar hutan maupun sebagai peluang yang menjanjikan banyak pilihan usaha tani mulai dari pra sampai pasca budidaya (Sitepu & Sutigno, 2001).


(20)

2.4 Pemanfaatan tumbuhan obat

Indonesia umumnya mempunyai adat istiadat dan budaya yang sangat beragam.

Keanekaragaman etniknya menyebabkan beberapa masyarakatnya masih

menggunakan obat tradisional dengan memanfaatkan alam sekitarnya terutama yang hidup di pedalaman dan terasing. Penggunaan obat tradisional tersebut, pada prinsipnya bertujuan untuk memelihara kesehatan dan menjaga kebugaran, pencegahan penyakit, obat pengganti atau pendamping obat medik dan memulihkan kesehatan (Supandiman et al., 2000).

Masyarakat Indonesia sudah mengenal obat dari jaman dahulu, khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Seiring meningkatnya pengetahuan jenis penyakit, semakin meningkat juga pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan untuk obat-obatan, namun demikian sering terjadi pemanfaatan yang dilakukan secara berlebihan sehingga populasinya dialam semakin menurun (Zuhud et al., 1991 dalam Abdiyani 2008).

Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang bahan kimia yang memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit. Kemampuan meracik tumbuhan berkhasiat obat dan jamu merupakan warisan turun menurun dan mengakar kuat di masyarakat. Kelebihan dari pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuhan secara tradisional tersebut ialah tidak adanya efek samping yang ditimbulkan seperti yang terjadi pada pengobatan modern (Thomas, 1992 dalam Sistiawanti et al., 2010).

2.5 Ramuan Tradisional

Ramuan tradisional adalah media pengobatan alamiah dengan memakai tumbuhan sebagai bahan dasarnya. Media ini mungkin merupakan media pengobatan tertua. Sampai saat ini, ilmu pengobatan ini tetap mengacu pada tradisi kuno. Itulah sebabnya obat-obatan atau ramuan dari tumbuh-tumbuhan dan tanaman disebut sebagai obat tradisional. Disebut obat karena ramuan tradisional tersebut dibuat dari jenis


(21)

tumbuhan dan tanaman yang diyakini dapat menyembuhkan atau mengobati suatu penyakit (Dianawati et al., 2001).

Menurut Maryani et al., (2003), ramuan tradisional adalah ramuan yang terbuat dari bahan-bahan tumbuhan yang berkhasiat dan sudah biasa digunakan masyarakat setempat. Defenisi obat tradisional menurut undang-undang no.23 tahun 1992 adalah bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

2.6 Penelitian tentang tumbuhan obat

Beberapa contoh penelitian tumbuhan obat salah satunya oleh masyarakat lokal pulau Kabaena-Sulawesi Tenggara yang memanfaatkan 33 jenis tumbuhan obat. Salah satu jenis di antaranya Arcangelisia flava (L.) Merrill yang tercatat sebagai tumbuhan langka Indonesia (Mogea et al., 2001 dalam Rugayah et al., 2010). Pemanfaatan suku Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat Lembak Delapan, Bengkulu (Siagian & Sunaryo, 1996). Botani Ekonomi Suku Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kotamadya Banjarbaru (Kuntorini, 2005). Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Gangguan Menstruasi Pada Masyarakat “Suku Serawai” di Desa Darat Sawah, Padang Siring, dan Kota Agung Kabupaten Bengkulu Selatan (Sistiawanti et al., 2010).


(22)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2011 di Kawasan Suaka Margasatwa Siranggas, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara dan dilanjutkan di Herbarium MEDANENSE (MEDA) Universitas Sumatera Utara. Peta Penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2Deskripsi Area Letak dan Luas

Kawasan Suaka Margasatwa Siranggas terletak pada garis 020 35’- 020 40’ Lintang Utara dan 980 05’- 980 20’ Bujur Timur, dan luas sekitar ± 5.657 Ha. Secara administratif pemerintahan kawasan ini terletak di Kecamatan Kerajaan dan Kecamatan Salak Kabupaten Dairi.

Topografi

Topografi di Suaka Margasatwa Siranggas, Kabupaten Pakpak Bharat pada umumnya didominasi oleh bukit hingga curam dengan ketinggian antara 500-1194 meter diatas permukaan laut dengan persentase keterangan berkisar 15% - 45% dan 45 – up. Dalam kawasan hutan tersebut mengalir beberapa sungai dan anak sungai di antaranya: Lae Baning, Lae Mbara, Lae Adam, lae Darsa dan beberapa anak sungai lainnya.


(23)

Iklim

Berdasarkan peta iklim Propinsi Sumatera Utara skala 1:500.000 dan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson tahun 1951, keadaan iklim di sekitar kawasan hutan SM.Siranggas Reg. 70 termasuk kedalam tipe A dengan nilai Q antara 0% - 14,3%.

Vegetasi

Berdasarkan pengamatan di sekitar areal penelitian, vegetasi yang umum ditemukan yaitu famili Aspleniaceae, Polypodiaceae, Selaginellaceae (Pterydophyta). Annonaceae, Araceae, Arecaceae, Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, Fagaceae, Melastomataceae, Moraceae, Myrtaceae, Urticaceae, Zingiberaceae (Angiospermae).

3.3 Metode Penelitian Di Lapangan

Metode Survey

Penelitian ini dilakukan dengan menjelajahi sepanjang 10 meter kiri dan kanan dari jalur pengamatan. Pada saat pengambilan sampel dibantu oleh bapak Pinayungan (tabib desa) yang diketahui memiliki pengetahuan tentang tumbuhan obat. Dilakukan pengamatan, koleksi dan dicatat bagian apa saja dari tumbuhan tersebut yang bermanfaat.

Setiap sampel diberi label gantung yang telah diberi nomor koleksi dan dilakukan pendeskripsian terhadap setiap sampel yang dikoleksi dicatat nama daerah, manfaat dan cara pemanfaatan. Sampel diatur sedemikian rupa diantara lipatan koran, diikat dan dimasukkan dalam kantong plastik berukuran 60 × 40 cm, diawetkan dengan alkohol 70% sampai basah agar spesimen tidak berjamur. Sebelum kantung plastik ditutup rapat dikosongkan terlebih dahulu udara yang terdapat di dalam kantung plastik tersebut seminimal mungkin, kantung plastik ditutup rapat dengan lakban.


(24)

Metode Kuadrat

Penentuan plot pengamatan di kawasan hutan dilakukan dengan metode Purposive

Sampling yaitu ditentukan dengan sengaja daerah yang akan diamati, dengan

membuat plot tunggal dengan ukuran 1 ha di dua lokasi yang berbeda yang diduga memiliki keanekaragaman tumbuhan obat yang tinggi dan membuat jalur-jalur pengamatan yang berukuran 20 m x 50 m dan didalamnya dibuat sub plot 10 m x 10 m yang digunakan sebagai data untuk mengetahui kelimpahan tumbuhan obat di alam dan dikoleksi tumbuhan yang berada di dalam sub plot, dihitung jumlah spesies yang terdapat di dalam plot (Lampiran 2).

Pengukuran Faktor Fisik

Pada setiap lokasi pengamatan dilakukan pengukuran faktor fisik yang meliputi ketinggian dan ordinat dengan menggunakan GPS (Global Positioning System), suhu udara dengan menggunakan termometer, suhu tanah dengan soil termometer,

kelembaban udara dengan menggunakan hygrometer, kelembaban dan pH tanah

dengan soil tester.

Di Laboratorium

a. Pembuatan Spesimen Herbarium

Koleksi tumbuhan dari lapangan dibuka kembali kemudian kertas koran diganti yang baru. Koleksi disusun sedemikian rupa dalam lipatan kertas koran untuk dikeringkan dalam oven pengeringan dengan suhu ± 600C selama 24 jam sampai spesimen kering, dijahit atau dimonting pada kertas karton berwarna putih dengan ukuran 30 x 40 cm dan diberi label gantung.

b. Identifikasi Tumbuhan

Spesimen yang telah kering diidentifikasi di Herbarium MEDANENSE (MEDA) USU (Lampiran 4) dengan menggunakan buku-buku acuan antara lain :


(25)

1) Plant Classification (Benson , 1957).

2) Collection of Illustrated Tropical Plant (Corner dan Watanabe 1969). 3) Flora (Van Steenis, 1987).

4) Weeds of Rice in Indonesia (Soerjani, Kostermans dan Tjitrosoepomo, 1987). 5) Fern of Malayan in Colour (Piggot 1988).

6) Tumbuhan Monokotil (Sudarnadi, 1995).

7) The Genera of Araceae (Mayo, Bogner dan Boyce, 1997).

8) Prosea, Plant Resources of South-East Asia No 12 (2) (Valkenburg dan Bunyapraphatsara, 2002).


(26)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis-jenis Tumbuhan Obat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kawasan Suaka Margasatwa Siranggas Kabupaten Pakpak Bharat, diperoleh 49 jenis tumbuhan obat yang dipergunakan dalam pengobatan tradisional. Jenis-jenis tumbuhan obat yang diperoleh dikelompokkan ke dalam dua divisi, dan 33 famili. Pteridophyta terdiri dari satu kelas yaitu Filicinae dengan 2 jenis dan Spermatophyta dengan dua kelas yaitu kelas Monocotyledoneae 12 jenis dan Dicotyledoneae 35 jenis (Tabel 4.1).

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa famili yang paling banyak ditemukan dari kelas Monocotyledoneae yaitu Arecaceae, Zingiberaceae masing-masing 3 jenis dan kelas Dicotyledoneae yaitu Fabaceae 4 jenis, diikuti Piperaceae, Rubiaceae masing-masing 3 jenis. Famili-famili tersebut banyak dipergunakan oleh suku Pakpak tidak hanya sebagai tumbuhan obat tetapi juga sebagai sayuran contohnya Parkia speciosa dan Pithecellobium dulce, gulma berduri (Mimosa pudica), Arecaceae sebagai pewarna, serta campuran makan sirih (Areca catechu), Rubiaceae sebagai tanaman hias serta untuk minuman, dan Zingiberaceae sebagai bumbu masak dan tanaman hias. Menurut Tjitrosoepomo (2004), Fabaceae merupakan satu di antara tiga suku terbesar yang termasuk tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yang meliputi lebih dari 10.000 jenis yang terbagi dalam 800 genus, tersebar di seluruh permukaan bumi, meliputi daerah-daerah iklim sedang maupun daerah-daerah panas. Ditinjau dari keseluruhan Fabaceae banyak digunakan di dalam kehidupan untuk berbagai macam keperluan seperti penghasil pangan, makanan ternak, bahan industri, bahan bangunan, bahan obat, tanaman hias, pupuk hijau dan lainnya.


(27)

Tabel 4.1 Jenis-jenis Tumbuhan Obat dan Cara Pengkoleksiannya

No. Divisi Kelas Famili Nama Ilmiah Pengkoleksian Jelajah Plot

1. Pteridophyta Filicinae Cyatheaceae Cyathea contaminans + -

2. Marrattiaceae Angiopteris evecta - +

3. Spermatophyta Monocotyledoneae Amaryllidaceae Hymenocalis littoralis + -

4. Araceae Homalomena monandra - +

5. Arecaceae Areca catechu + -

6. Areca cf. trianda - +

7. Areca sp. + -

8. Bambusaceae Bambusa sp. - +

9. Costaceae Costus sp. - +

10. Musaceae Musa sp. + -

11. Poaceae Saccharum officinarum + -

12. Zingiberaceae Curcuma xanthorrhiza + -

13. Hedychium coronarium + -

14. Hedychium sp. - +

15. Dicotyledoneae Acanthaceae Pseuderanthemum

graciliflorum

- +

16. Apiaceae Centella asiatica - +

17. Asteraceae Eupatorium odoratum - +

18. Balsaminaceae Impatiens platypetala + -

19. Begoniaceae Begonia sp. - +

20. Crassulaceae Kalanchoe pinnata + -

21. Euphorbiaceae Macaranga triloba + -

22. Fabaceae Erythrina sp. + -

23. Mimosa pudica + -

24. Parkia speciosa + -

25. Pithecellobium dulce + -

26. Gesneriaceae Aeschynanthus sp. - +

27. Lamiaceae Coleus amboinicus + -

28. Pogostemon cablin + -

29. Lauraceae Cinamomum zeylanicum - +

30. Loranthaceae Scurrula L. + -

31. Malvaceae Sida rhombifolia + -

32. Urena lobata - +

33. Melastomataceae Pogonanthera pulverulenta - +

34. Ptenandra sp. + -

35. Myrsinaceae Ardisia sp. + -

36. Myrsine sp. + -

37. Oxalidaceae Oxalis barrelieri + -

38. Piperaceae Piper betle + -

39. Piper sp. - +

40. Piper umbellatum - +

41. Polygalaceae Polygala paniculata - +

42. Rosaceae Rubus sp. + -

43. Rubiaceae Hedyotis sp. - +

44. Pavetta indica + -

45. Uncaria gambir + -

46. Styracaceae Styrax benzoin - +

47. Urticaceae Pilea sp. + -

48. Vitaceae Vitis gracilis - +

49. Vitis sp. - +

Keterangan : + = ditemukan - = tidak ditemukan


(28)

Beberapa tumbuhan Fabaceae telah digunakan sebagai pengobatan, seperti bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) yang digunakan sebagai pelancar buang air besar, obat batuk, dan obat demam, batang angsana (Pterocarpus indicus) digunakan sebagai anti malaria dan anti diare, batang akasia (Acacia sp.) digunakan sebagai penurun panas dan pembunuh kuman, daun flamboyan (Delonix regia) digunakan sebagai obat diuretik, cacingan, astrigent (mengerut selaput lendir usus sehingga dapat mengurangi pengeluaran cairan) (Perry, 1980; Anonim, 2000) dalam Tayeb et al., (2011).

Sebagian besar tumbuhan Fabaceae mengandung senyawa flavonoid yang efektif menghambat peroksidasi asam linoleat dan mencegah pembentukan anion superoksida, antara lain: quersetin, isorhamnetin dan rhamnazin (Tringali, 2001 dalam Tayeb et al., 2011). Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, dapat menghambat banyak reaksi oksidasi secara enzim maupun non enzim. Flavonoid bertindak sebagai penampung dari radikal hidroksi dan superoksida sehingga dapat melindungi membran lipid dari reaksi yang merusak. Aktivitas antioksidannya dapat menjelaskan mengapa flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan fungsi hati (Robinson, 1995 dalam Sjahid, 2008).

Selain famili Fabaceae, famili yang jenisnya umum ditemukan adalah Arecaceae, Rubiaceae, Zingiberaceae. Menurut Tjitrosoepomo (2004), famili

Arecaceae terdiri dari 200 genus yang keseluruhannya meliputi 4.000 jenis yang

sebagian besar tersebar di daerah tropika. Januminro (2000) menambahkan, contoh salah satunya getah dari biji rotan Daemonorops digunakan sebagai penahan keluarnya darah dari luka, daging buah Daemonorops dan Calamus digunakan untuk mencegah sakit perut sedangkan akar rotan jenis Selian dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada ibu yang melahirkan. Menurut Tjitrosoepomo (2004), famili Rubiaceae meliputi tidak kurang dari 4.500 jenis yang terbagi dalam 400 genus dan tersebar sebagian besar di daerah beriklim panas. Penelitian (Prawiroatmodjo et al., 2006) terdapat dua jenis dari famili Rubiaceae yaitu Gardenia jasminoides yang digunakan sebagai obat sariawan dan Lasianthus sp., sebagai obat sesak nafas.


(29)

Menurut Rukmana (1994) dalam Miranti, (2009). Zingiberaceae meliputi 47 genus dari 1.400 jenis yang tersebar luas di daerah tropik dan subtropik. Terdapat 13-17 jenis temu-temuan yang dipakai dalam obat tradisional. Penelitian Prawiroatmodjo et al., (2006) menyatakan terdapat tujuh jenis famili Zingiberaceae yang digunakan sebagai obat pada masyarakat lokal di Pulau Wawonii yaitu Amomum

aculateum sebagai obat mempercepat matangnya bisul, Amomum compactum sebagai

obat perawatan paska persalinan, tonikum, Curcuma domestica sebagai obat mual-mual, Languas galanga sebagai obat sakit kulit (panu), dan Zingiber purpureum sebagai obat kudis.

Menurut penelitian Mumpuni (2004), di Kawasan Hutan Tangkahan TNGL Sumatera Utara di peroleh 84 jenis tumbuhan obat yang dikelompokkan ke dalam empat divisi dan 46 famili. Divisitersebut yaitu Fungi dari kelas Basidiomycetes satu jenis, Bryophyta dari kelas Musci satu jenis, Pteridophyta dari kelas Filicinae dua jenis, Spermatophyta dari kelas Monocotyledoneae 19 jenis dan kelas Dycotyledoneae 61 jenis. Jenis yang paling banyak dipergunakan adalah dari famili Zingiberaceae 10 jenis, Rubiaceae 8 jenis, Euphorbiaceae 5 jenis. Menurut Syafrinal (1996) diperoleh tumbuhan obat yang ditemukan di Cagar Alam Sibolangit Sumatera Utara dikelompokkan kedalam dua divisi dan 35 famili, yaitu Pteridophyta 5 jenis dan Spermatopyhta 62 jenis. Jenis yang paling banyak dipergunakan adalah dari famili Poaceae dan Leguminoceae masing-masing lima jenis.

4.2 Kegunaan Jenis Tumbuhan Obat.

Masyarakat Pakpak di kawasan Suaka Margasatwa Siranggas, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara masih banyak menggunakan tumbuhan di sekitarnya sebagai obat. Hal tersebut diketahui dari hasil penelitian didapatkan jumlah jenis tumbuhan obat adalah 49 dari 33 famili yaitu Fabaceae sebanyak 4 jenis, Arecaceae,

Piperaceae, Rubiaceae, Zingiberaceae masing-masing 3 jenis, Lamiaceae,

Malvaceae, Melastomataceae, Myrsinaceae, Vitaceae masing-masing 2 jenis,

Acanthaceae, Amaryllidaceae, Apiaceae, Araceae, Asteraceae, Balsaminaceae, Bambusaceae, Begoniaceae, Costaceae, Crassulaceae, Cyatheaceae, Euphorbiaceae,


(30)

Gesneriaceae, Lauraceae, Loranthaceae, Marrattiaceae, Musaceae, Oxalidaceae, Poaceae, Polygalaceae, Rosaceae, Styracaceae, Urticaceae masing-masing1 jenis.

Masyarakat Pakpak membedakan tumbuhan obat yang digunakan untuk anak-anak, kaum bapak dan kaum ibu, untuk semua kalangan umur dan jenis kelamin. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang tumbuhan obat (tabib desa) bagian tumbuhan yang digunakan untuk obat-obatan adalah rhizome, akar, batang, daun, pucuk muda, bunga, buah dan getah. Bagian tersebut ada yang dapat langsung digunakan sebagai obat dan ada pula yang harus melalui proses pengolahan. Bagian yang paling banyak digunakan adalah daun (Tabel 4.2).

Menurut Harborne (1987) dalam Mumpuni (2004), Hal ini diduga karena beberapa alasan yaitu pertama, daun banyak terakumulasi senyawa metabolit sekunder yang paling penting sebagai bahan obat berupa tanin, alkaloid, minyak atsiri dan senyawa organik lainnya yang tersimpan di dalam vakuola maupun jaringan tambahan pada daun seperti trikoma. Kedua, dari segi keutuhan dan eksistensinya jumlah daun lebih banyak dibanding bagian organ lainnya sehingga apabila diambil dalam jumlah yang tertentu tidak berpengaruh terhadap tumbuhan tersebut. Ketiga dilihat dari segi efisiensi dan kepraktisannya daun merupakan bahan yang mudah diracik dan diolah untuk dijadikan sebagai bahan obat.

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa umumnya tumbuhan berkhasiat obat baik yang berasal dari hutan ataupun dari kawasan lain digunakan untuk mengobati penyakit yang diderita oleh masyarakat desa sekitar hutan tersebut dan pasien yang datang dari desa lain. Pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat-obatan oleh masyarakat Pakpak di Suaka Margasatwa Siranggas masih tetap berlanjut dan berkembang dengan baik. Obat tradisional masih digunakan oleh masyarakat Pakpak karena lokasi sarana kesehatan yang relatif masih jauh dan belum optimalnya pelayanan kesehatan di desa tersebut, sehingga masyarakat Pakpak di Suaka Margasatwa Siranggas cenderung berobat ke tabib kampung dan menggunakan obat-obatan tradisional.


(31)

Tabel 4.2 Kegunaan Jenis Tumbuhan Obat

Informasi data lapangan dari bapak Pinayungan (tabib desa)

No. Famili Nama Latin Nama Lokal Kegunaan Bagian yang digunakan

Cara penggunaan

1. Acanthaceae Pseuderanthemum graciliflorum Tepuh Obat sakit perut Daun Disayur & daun direbus → diminum

2. Amaryllidaceae Hymenocalis littoralis Daun ompu-ompu Obat terkilir Daun Daun + minyak makan, dipanaskan →

dililitkan dikaki yang terkilir

3. Apiaceae Centella asiatica Paga-paga Obat kurap, panu,

kadas

Semua bagian Direbus + kapur sirih → airnya disapukan

4. Araceae Homalomena monandra langgeh Obat pane/lever Akar, batang Akar+ kunyit + kapur sirih → ditempelkan

& batang + air, dimasak→ diungkepkan

5. Arecaceae Areca catechu kampawa Obat kepala pening Buah Buah dikunyah + lada → dioleskan

6. Areca cf. trianda Kampawa hitam Obat gatal-gatal Buah Buah dikunyah → disembur

7. Areca sp. Kampawa jenis

lain

Obat orang gila & Obat gatal-gatal

Akar dan buah Akar , direbus → dimandikan & buah + sirih → dimakan

8. Asteraceae Eupatorium odoratum Bunga merdeka Obat luka Daun Daun diremas + kapur sirih → airnya

dioleskan

9. Balsaminaceae Impatiens platypetala Sitanggang Obat panas badan Bunga Bunga diremas dengan air beras →

dimandikan / diminum

10. Bambusaceae Bambusa sp. Bambu/rebung Obat infeksi Batang muda Batang muda + kapur sirih + kunyit →

ditempelkan

11. Begoniaceae Begonia sp. Asam gunung Obat membersihkan

darah pada orang hamil

Daun Daun direbus → diminum airnya

12. Costaceae Costus sp. Tabar-tabar Obat kaki bengkak Bagian dalam

batang

Bagian dalam batang + kapur sirih → dibalutkan dikaki yang bengkak 13. Crassulaceae Kalanchoe pinnata Sidingin-dingin Obat panas badan Daun Daun + beras + air → disapukan &

diminum

14. Cyatheaceae Cyathea contaminans Tanggiang Obat bisul Daun muda Bagian dalam daun muda dikikis →

ditempelkan


(32)

Tabel 4.2 (Lanjutan)

Informasi data lapangan dari bapak Pinayungan (tabib desa)

No. Famili Nama Ilmiah Nama Lokal Kegunaan Bagian yang digunakan

Cara penggunaan

16. Fabaceae Erythrina sp. Bupar Obat kecapekan Semua bagian Direbus → dimandikan airnya

17. Mimosa pudica Putri malu Obat batuk Daun Direbus → airnya + lada + gula pasir →

diminum

18. Parkia speciosa Petai Obat luka bakar & obat

darah tinggi

Batang dan pucuk muda

Diremas pucuk muda → dioleskan & direbus → diminum airnya

19. Pithecellobium dulce Jengkol Obat luka bakar & obat

sakit perut

Batang dan pucuk muda

Bagian dalam batang dikikis → ditempelkan pada luka bakar & pucuk muda diremas → ditempelkan 20. Gesneriaceae Aeschynanthus sp. Namboru epoh Obat penawar racun Daun Daun + air beras → disapukan &

diminum

21. Lamiaceae Coleus amboinicus Sibangun-bangun Obat penambah darah Daun Daun dimasak → dimakan

22 Pogostemon cablin Nilam Obat luka-luka Daun Daun diremas + kapur sirih →

ditempelkan

23 Lauraceae Cinamomum zeylanicum Kayu manis Obat sesak nafas Daun Daun + air + kunyit → diminum airnya

24 Loranthaceae Scurrula L. Sarindan jengkol Obat sakit pinggang Daun Daun dijemur → diseduh dengan air

panas

25 Malvaceae Sida rhombifolia Sidagurih Obat salah urat/ terkilir Akar Akar ditumbuk + minyak makan →

dipijatkan

26 Urena lobata Sampeluluk Obat gatal-gatal Daun Daun + kapur sirih→ dioleskan

27 Marrattiaceae Angiopteris evecta Enggel-enggel Obat bisul Daun muda Bagian dalam daun muda + kapur sirih

→ ditempelkan

28 Melastomataceae Pogonanthera pulverulenta Goting-goting Obat disentri Batang, daun Batang + daun, direbus → diminum airnya

29 Ptenandra sp. Tabu dangkah Obat batu karang Daun Daun ditumbuk diperas airnya + asam

jeruk → diminum

30 Musaceae Musa sp. Tabah-tabah Obat panas & luka gatal Batang Bagian dalam batang + kapur sirih →

dioleskan

31. Myrsinaceae Ardisia sp. Baja Obat sakit kepala & sakit

gigi

Getah batang Getah batang dioleskan di kepala & getah batang + kapas→ ditaruh di gigi


(33)

Tabel 4.2 (Lanjutan)

Informasi data lapangan dari bapak Pinayungan (tabib desa)

No. Famili Nama Ilmiah Nama Lokal Kegunaan Bagian yang digunakan

Cara penggunaan

32. Myrsine sp. Kabu dangkah Obat batu karang Daun Daun ditumbuk, diperas lalu diminum airnya

33. Oxalidaceae Oxalis barrelieri Rindangrih Obat terkilir Daun Daun + minyak makan + lada, dipanaskan →

dioleskan ke kaki

34. Piperaceae Piper betle Daun sirih Obat mata Daun Daun + air → airnya diteteskan ke mata

35. Piper sp. Talun Obat mengeluarkan

racun

Daun Daun ditumbuk, diperas airnya diminum & disembur

36. Piper umbellatum Bulu gumbah Obat sakit perut & sakit

mag

Daun Sirih + pinang + gambir + lada, dikunyah →disembur, ditaruh di 7 lembar daun → ditempelkan

37. Poaceae Saccharum officinarum Tebu salah Obat panas badan & sesak nafas

Batang Batang ditumbuk diambil airnya + lada + jeruk nipis → diminum

38. Polygalaceae Polygala paniculata Sarindan leto Obat gatal-gatal Semua bagian Daun didekatkan dengan api → diremas → dioleskan

39. Rosaceae Rubus sp. Sungsang dori Obat panas badan Semua bagian Direbus → diminum airnya

40. Rubiaceae Hedyotis sp. Sampilit hutan Obat panas badan Daun Daun + beras → disapukan

41. Pavetta indica Rintua Obat bisul Buah Buah dimakan

42. Uncaria gambir Gambir Obat disentri Getah daun Getah daun, dimasak + kuning telur + kunyit +

gula merah → diminum

43. Styracaceae Styrax benzoin Kemenyan Obat panu Daun Daun + jahe + kapur sirih, dihaluskan → airnya

disapukan

44. Urticaceae Pilea sp. Riyap-riyap Obat panas badan Batang Batang dimasak + air + kunyit + kapur sirih →

diungkep

45. Vitaceae Vitis gracilis Gagatan

harimau

Obat kecapekan & penambah stamina

Daun Daun dijemur → diseduh dengan air panas → diminum

46. Vitis sp. Taban Obat penangkal setan Semua bagian Diikatkan dipinggang

47. Zingiberaceae Curcuma xanthorrhiza Temulawak Obat penyakit kuning/lever

Rhizome Rhizome diparut, diperas airnya + asam jawa + gula merah → diminum

48 Hedychium coronarium Sempuyang Obat panas Daun Daun dikunyah + lada → disembur

49 Hedychium sp. Raja koning Obat panas, obat

terkejut

Rhizome sampai daun

Rhizome + lada → disembur & air + beras → disapuhkan


(34)

Pemberian obat-obatan oleh tabib pada pasiennya, pada umumnya dalam keadaan segar dalam bentuk tunggal, tetapi lebih umum dalam bentuk campuran beberapa tumbuhan. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa tabib telah mengetahui tentang interaksi obat yang bersifat potensial untuk menghasilkan daya pengobatan yang lebih besar. Ramuan obat ada yang diminum langsung dengan cara tertentu dan ada juga yang diseduh terlebih dahulu baru diminum dalam keadaan panas ataupun dingin dengan dosis yang telah ditentukan.

Dari Tabel 4.2 juga diketahui bahwa dari 49 jenis tumbuhan obat digunakan oleh masyarakat untuk mengobati 29 jenis penyakit. Jenis-jenis tersebut digunakan untuk mengobati beragam penyakit yaitu a). penyakit kulit seperti: panu, kurap, kadas, gatal-gatal, luka, bisul, kaki bengkak, b). penyakit dalam seperti: sakit perut, lever, pening, panas badan, kecapekan, batuk, darah tinggi, sesak nafas, sakit pinggang, disentri, mag, batu karang, dan c). penyakit penawar racun yang berasal dari gigitan hewan berbisa atau hasil perbuatan manusia.

Beberapa tumbuhan yang memiliki kandungan minyak atsiri juga memiliki banyak manfaat seperti tumbuhan dari famili Piperaceae yang digunakan mengobati penyakit mata, mag, sakit perut dan obat mengeluarkan racun serta famili Lamiaceae yang digunakan sebagai obat penambah darah dan obat luka. Lage et al., (2010) dalam Suryani, (2011) menyatakan senyawa terpenoid dari jenis tumbuhan Euphorbia memberikan aktivitas anti tumor dan Tinggen, (2000) dalam Suryani, (2011) menambahkan kecapi (Sandoricum koetjape Merr) adalah tumbuhan obat dari famili Meliaceae. Akar dan daun tumbuhan kecapi berkhasiat sebagai obat keputihan, obat sakit perut, obat batuk, obat mata dan obat panas.

Disamping itu juga terdapat tumbuhan obat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh setan ataupun perbuatan manusia dengan bantuan setan. Tumbuhan obat yang digunakan untuk penyakit tersebut seperti raja koning (Hedychium sp.), taban (Vitis sp.), sibalik angin (Macaranga triloba) kampawa jenis lain (Areca sp.), pengolahannya dilakukan dengan cara tunggal (tanpa tambahan tumbuhan yang lainnya) dan dalam bentuk campuran beberapa jenis


(35)

tumbuhan yang berkhasiat sama yang diharapkan dapat mempercepat daya penyembuhan terhadap penyakit tersebut.

4.3Jenis-jenis tumbuhan obat di dalam plot pengamatan 20 m x 50 m (1 Ha).

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 22 jenis tumbuhan obat dari 19 famili. Dari total pengkoleksian yaitu 49 jenis, dimana jumlah jenis tumbuhan obat di dalam plot pengamatan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah jenis di luar plot pengamatan

Tabel 4.3 Jenis-jenis tumbuhan obat di dalam petak penelitian 20 m x 50 m (1 Ha)

No. Famili Nama Ilmiah Jumlah Individu

1. Acanthaceae Pseuderanthemum graciliflorum 6

2. Apiaceae Centella asiatica 10

3. Araceae Homalomena monandra 24

4. Arecaceae Areca cf. trianda 16

5. Areca catechu 1

6. Asteraceae Eupatorium odoratum 80

7. Bambusaceae Bambusa sp. 75

8. Begoniaceae Begonia sp. 3

9. Costaceae Costus sp. 16

10. Gesneriaceae Aeschynanthus sp. 7

11. Lauraceae Cinamomum zeylanicum 1

12. Malvaceae Urena lobata 1

13. Marattiaceae Angiopteris evecta 1

14. Melastomataceae Pogonanthera pulverulenta 25

15. Myrsinaceae Ardisia sp. 20

16. Piperaceae Piper umbellatum 138

17. Piper sp. 6

18. Rubiaceae Hedyotis sp. 1

19. Styracaceae Styrax benzoin 1

20. Vitaceae Vitis gracilis 5

21. Vitis sp. 20

22. Zingiberaceae Hedychium sp. 6


(36)

Jenis-jenis famili yang mendominasi dari famili Piperaceae yaitu Piper umbellatum, famili Asteraceae yaitu Eupatorium odoratum dan famili Bambusaceae yaitu

Bambusa sp., (Gambar 8, 17 dan 40) dengan jumlah individu masing-masing 138, 80

dan 75 (Lampiran 5).

Famili Piperaceae yang dipresentasikan Piper umbellatum., memiliki jumlah individu yang tertinggi. Hal ini disebabkan kemampuan bersaing yang tinggi dalam menyesuaikan diri seperti lingkungan yang cukup terbuka dengan suhu udara rendah yaitu 240C, pH tanah 6,7, intensitas cahaya rendah 462 x 20.000, suhu tanah 230C, terletak pada garis 030 16’ 335” Lintang utara 0980 32’ 119” Bujur timur dan dapat berkompetisi terhadap jenis lainnya.

Suku Piperaceae meliputi kurang lebih 1300 jenis yang terbagi dalam 10 marga. Hampir semua tumbuh pada daerah tropika, diantara jenis Piper yang dimanfaatkan seperti ramuan obat tradisional dan rempah-rempah yaitu Piper nigrum (lada), Piper betle (sirih), Piper cubeba (kemukus), Piper retrofractum, Piper

officinarum (cabe jamu), Piper longum (cabe jawa), dan Piper umbellatum

(Tjitrosoepomo, 2004).

Selain famili Piperaceae, famili yang mendominasi yaitu Asteraceae (Eupatorium odoratum) dan Bambusaceae (Bambusa sp.) terdapat di daerah yang terbuka pada suhu udara 270C, pH tanah 6,6, intensitas cahaya 998 x 20.000, suhu tanah 260C, terletak pada garis 020 33’ 165’’ Lintang utara 0980

Menurut Pujowati (2006), Asteraceae merupakan tumbuhan yang mudah dipelihara, tersebar dimana-mana, kebanyakan tumbuh secara liar di halaman, ladang, kebun dan tepi jalan. Secara fugsional memiliki manfaat (khasiat) sebagai tanaman obat-obatan tradisional seperti Eupatorium odoratum, Ageratum conyzoides, Artemisia vulgaris, Blumea balsamifera. Sastrapradja et al., (2000) menyatakan, tumbuhan bambu dapat tumbuh di berbagai ketinggian dari permukaan laut sampai ke pegunungan tinggi, daerah tropik sampai ke daerah dingin dan tempat yang terbuka sampai ke tempat-tempat yang terlindung.


(37)

4.4 Deskripsi Tumbuhan

Pterydophyta

Angiopteris evecta (Forst) Hoffm.

Nama Lokal : Enggel-enggel

Pohon, tinggi 1 m; batang bulat bercabang, diameter 2 cm, tegak, permukaan licin, warna coklat; daun majemuk, memanjang, letak berselang-seling, panjang 5,5-10 cm x lebar 1-2,1 cm, ujung runcing, tepi rata, permukaan licin, pertulangan menyirip, tangkai 0,3-0,5 cm, daging seperti perkamen, warna hijau; spora lonjong, letak dipinggir daun, warna coklat tua.

Spesimen : Purnama Sari 30

Distribusi : Malaya, Sumatera Utara Gambar 1. Angiopteris evecta

Cyathea contaminans (Hook.) Copel.

Nama Lokal : Tanggiang

Pohon, tinggi 1,5 m; batang bulat bercabang, diameter 2 cm, tegak, permukaan licin, memiliki duri, warna coklat; daun majemuk, bulat sampai jorong, letak berselang-seling, panjang 7-9 cm x lebar 1,5-2 cm, ujung runcing, tepi bergerigi, tangkai 4,5-5 cm, daging tipis lunak; spora bulat, letak dipertulangan daun, warna coklat.

Spesimen : Purnama Sari 47 Distribusi : Malaya, Sumatera Utara.


(38)

Spermatophyta

Hymenocalis littoralis (Jacq.) Salibs.

Nama Lokal : Daun ompu-ompu

Herba, tinggi 100-150 cm; daun tunggal, memanjang, ujung runcing, tepi rata, panjang 30-50 cm x lebar 5-7 cm, pertulangan tidak jelas, permukaan licin, daging agak tebal seperti kulit, warna hijau.

Spesimen : Purnama Sari 22

Distribusi : Philippines, Sumatera Utara

Gambar 3. Hymenocalis littoralis

Homalomena monandra Schott.

Nama Lokal : Langgeh

Herba, tinggi 75 cm; batang bulat, panjang pelepah 4-6 cm, permukaan licin, tegak lurus, warna hijau; daun tunggal, perisai, panjang 30-52 cm x lebar 21-23 cm, ujung meruncing, pangkal berlekuk, tepi rata, permukaan licin, pertulangan menyirip, tangkai 40-46 cm, daging seperti perkamen, warna hijau.

Spesimen : Purnama Sari 08

Kandungan kimia : rimpang mengandung saponin, flavonoid, tanin, dan polifenol. Daunnnya mengandung saponin dan flavonoid (Dalimartha, 2003).

Distribusi : Peninsular Malaysia, Borneo, Sumatera Utara


(39)

Areca catechu L.

Nama Lokal : Kampawa

Pohon, tinggi 2,5 m; batang bulat, diameter 9-10 cm, panjang pelepah 60 cm, jarak antar nodus 10-15 cm, tegak, warna hijau; daun majemuk, pita, panjang 30-45 cm x lebar 20-25 cm, permukaan licin, pertulangan tulang sejajar, daging seperti kertas, warna hijau; buah batu, panjang 1-1,3 cm x lebar 0,5-1 cm, jika muda warna hijau dan tua warna kuning hingga merah. Spesimen : Purnama Sari 05

Kandungan kimia : areokolin, gunasin, areokaidin, galakolin (E;jurnal;bumi-lestari/rtf;sangket.doc/12) Distribusi : Sumatera Utara

Gambar 5. Areca catechu

Areca cf. trianda

Nama Lokal : Kampawa Hitam

Perdu, tinggi 72 cm; batang bulat, diameter 2 cm, panjang pelepah 10-12 cm permukaan licin, tegak, warna hijau kekuningan; daun majemuk, pita, panjang 25-36 cm x lebar 13-24 cm, permukaan licin, pertulangan sejajar, warna berbintik hijau kehitaman. Spesimen : Purnama Sari 33

Distribusi : Sumatera Utara


(40)

Areca sp.

Nama Lokal : Kampawa jenis lain

Pohon, tinggi 1-1,5 m; batang bulat, diameter 2 cm, panjang pelepah 14-15,5 cm, jarak internodus 2,3-3,7 cm, nodus 0,3-0,6 cm, permukaan licin, tegak lurus, warna hijau muda; daun majemuk, pita, panjang 15-30 cm x lebar 15-18 cm, permukaan licin, pertulangan sejajar, warna hijau; letak buah di akar, panjang 2 cm, warna merah.

Spesimen : Purnama Sari 36

Distribusi : Sumatera Utara Gambar 7. Areca sp.

Bambusa sp.

Nama Lokal : Bambu/ rebung

Pohon, tinggi 2-3 m; batang bulat berongga, diameter 1-1,5 cm, panjang pelepah 20-30 cm, permukaan berbulu, tegak, warna hijau; daun majemuk, pita, panjang 8-18 cm x1-2 cm, ujung runcing, tepi rata, permukaan kasap, pertulangan sejajar, warna hijau. Spesimen : Purnama Sari 48

Distribusi : Sumatera Utara


(41)

Costus sp.

Nama Lokal : Tabar-tabar

Herba, tinggi 180 cm; batang bulat, diameter 2-4 cm, panjang pelepah 0,4 cm, jarak antar nodus 2-3,5 cm, permukaan licin, warna hijau; daun tunggal, bulat sampai jorong, panjang 14-21 cm x 2,5-4 cm, ujung meruncing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas dan bawah licin, daging daun seperti perkamen, warna atas hijau, warna bawah hijau putih; bunga majemuk berbentuk bulir besar, panjang 4 cm, letak terminal.

Spesimen : Purnama Sari 14 Distribusi : Sumatera Utara

Gambar 9. Costus sp.

Musa sp.

Nama Lokal : Tabah-tabah

Herba, tinggi 1-1,5 m; batang bulat, diameter 2-2,5 cm, permukaan licin, warna hijau; daun tunggal, lanset sampai memanjang, panjang 1,5-3 m x lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, susunan tulang sejajar. Spesimen : Purnama Sari 35

Distribusi : Sumatera Utara


(42)

Saccharum officinarum L.

Nama Lokal : Tebu salah

Pohon, tinggi 2-3 m; batang bulat, diameter 3,5 cm, panjang pelepah 1-2 cm, jarak antar nodus 5-5,9 cm, nodus 1-1,2 cm, permukaan licin, tegak, warna coklat; daun tunggal, pita, ujung runcing, tepi rata, permukaan berbulu, pertulangan sejajar, daging seperti kertas, warna hijau.

Spesimen : Purnama Sari 20

Distribusi : Sumatera Utara Gambar 11. Saccharum officinarum

Curcuma xanthorrhiza Roxb.

Nama Lokal : Temulawak

Herba, tinggi 50-70 cm; batang semu bulat, diameter 2-3mcm, panjang pelepah 8-10 cm, permukaan licin, tegak, warna hijau; daun tunggal, lanset sampai memanjang, letak berselang-seling, panjang 15-25 cm, x lebar 5-6,5 cm, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, permukaan licin, daging tipis seperti perkamen, warna hijau, warna rhizome kuning sampai orange. Spesimen : Purnama Sari 24

Kandungan kimia : zat pati, curcumin, minyak atsiri, dan xanthoriza (Maryani et al., 2003).

Distribusi : Sumatera Utara


(43)

Hedychium coronarium J. Konig.

Nama Lokal : Sempuyang

Herba, tinggi 1,5 m; batang semu bulat, diameter 2-2,5 cm, panjang pelepah 5-7 cm, permukaan licin, tegak, warna hijau; daun tunggal, memanjang, panjang 16-24 cm x lebar 6-8 cm, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, permukaan licin, daging daun tipis seperti perkamen, warna hijau; letak bunga terminal, warna putih kekuningan.

Spesimen : Purnama Sari 23

Distribusi : Himalaya, Cina Selatan, Sumatera Utara Gambar 13. Hedychium coronarium

Hedychium sp.

Nama Lokal : Raja koning

Herba epifit, tinggi 30-45 cm; batang semu bulat, diameter 2-3,5 cm, panjang pelepah 5-6,5 cm, permukaan licin, menggantung, warna hijau; daun tunggal, memanjang, panjang 10-20 cm x lebar 5-8 cm, ujung runcing, tepi rata, permukaan licin, pertulangan menyirip, warna hijau.

Spesimen : Purnama Sari 39

Distribusi : Malesia, Sumatera Utara


(44)

Pseuderanthemum graciliflorum RIDL.

Nama Lokal : Tepuh

Perdu, tinggi 1 m; batang persegi, diameter 2,25 cm, permukaan licin, tegak, warna hijau kecoklatan; daun tunggal, jorong, letak berhadapan, panjang 10-20 cm x lebar 6-7,5 cm, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi bergerigi halus, pertulangan menyirip, permukaan licin, panjang tangkai 2,5-6 cm, daging tipis lunak, warna hijau; letak bunga terminal, panjang 1,2-2,2 cm, panjang tangkai 0,2-0,3 cm, perbungaan 30 cm, warna putih keunguan.

Spesimen : Purnama Sari 32

Distribusi : Vietnam, Thailand, Sumatera Utara

Gambar 15.

Pseuderanthemum graciliflorum

Centella asiatica (L.) Urb.

Nama Lokal : Paga-paga

Herba, tinggi 6-8 cm, menjalar; daun tunggal, ginjal, panjang 1-2 cm x lebar 1,3-2,9 cm, ujung membulat, pangkal berlekuk, tepi bergigi atau beringgit, panjang tangkai 5-10,5 cm, pertulangan daun menjari, daging tipis lunak, memiliki stolon, warna stolon coklat; letak bunga aksilar, tangkai 3,8-4 cm.

Spesimen : Purnama Sari 02

Kandungan kimia : asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecas-soside, brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid, meso-inositol, centellose, carotenoids, garam kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi, vellarine, zat samak, dan senyawa asiaticoside (Kusuma et al., 2005).

Distribusi : Afrika Selatan, Asia Tenggara, Sumatera Utara


(45)

Eupatorium odoratum L.

Nama Lokal : Bunga merdeka

Semak, tinggi 60-75 cm; batang bulat, diameter 0,75 cm, permukaan licin, tegak, warna hijau; daun majemuk, memanjang, letak berhadapan dan berselang-seling, panjang 9-10 cm x lebar 2-3 cm, ujung runcing, pangkal runcing, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, warna hijau, permukaan licin, tangkai daun 1-3 cm, daging tipis lunak; bunga majemuk, panjang 0,7- 1 cm, letak terminal, warna putih.

Spesimen : Purnama Sari 21 Distribusi : Malaya, Sumatera Utara

Gambar 17. Eupatorium odoratum

Impatiens platypetala Lindley.

Nama Lokal : Sitanggang

Herba, tinggi 100-150 cm; batang bulat bercabang, diameter 0,75 cm, permukaan licin, tegak, warna coklat; daun majemuk, jorong, bagian bawah kebanyakan berhadapan dan bagian atas tersusun dalam lingkaran 3-4, panjang 4,5-6 cm x lebar 1,5-2,3 cm, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, permukaan licin, warna hijau; letak bunga terminal, warna pink.

Spesimen : Purnama Sari 26

Distribusi : Asia Tenggara, Malaysia, Sumatera Utara


(46)

Begonia sp. Aff Larwei M.Hughes

Nama Lokal : Asam gunung

Herba, tinggi 70 cm; batang bulat, diameter 1,2 cm, permukaan licin, tegak, warna merah; daun tunggal, asimetris, panjang 8-14 cm x lebar 2-4,3 cm, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi berombak, pertulangan menyirip, permukaan licin, panjang tangkai 2-3,5 cm, warna atas dan bawah hijau; letak bunga terminal, panjang tangkai 3-4 cm, warna pink.

Spesimen : Purnama Sari 22 Distribusi : Sumatera Utara

Gambar 19. Begonia sp.

Kalanchoe pinnata Pers.

Nama Lokal : Sidingin-dingin

Herba, tinggi 70 cm; batang bulat, diameter 1-1,5 cm, permukaan licin, tegak, warna hijau; daun tunggal, jorong, letak berhadapan dan berselang-seling, panjang 8-14 cm x lebar 5-6,5 cm, ujung membulat, pangkal tumpul, tepi beringgit, permukaan licin, pertulangan menyirip, tangkai daun 2-4 cm, daging tebal seperti kulit, warna hijau.

Spesimen : Purnama Sari 19

Kandungan kimia : asam lemon, asam apel, vitamin C, quer-cetin-3-diarabinoside, kaempferol-3-glikoside, tanin, dan bryophyllin (Dalimartha, 1999).

Distribusi : Malesia, Sumatera


(47)

Macaranga triloba MUELL. ARG.

Nama Lokal : Sibalik angin

Pohon, tinggi 1-2 m; batang bulat, diameter 1-1,5 cm, permukaan berbulu halus, muda warna putih dan tua warna coklat; daun tunggal, bulat telur, panjang 9-10 cm x 6-11 cm, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi beringgit, permukaan berbulu halus, muda warna putih dan tua warna orange.

Spesimen : Purnama Sari 11

Distribusi : Peninsular Thailand, Peninsular malaysia, Philippines, Sumatera Utara

Gambar 21. Macaranga triloba

Erythrina sp.

Nama Lokal : Bupar

Semak, tinggi 100 cm; batang bulat bercabang, diameter 1,25 cm, permukaan licin, menjalar, warna coklat; daun majemuk, jorong beranak lima, letak berhadapan, panjang 9-11 cm x lebar 5-6 cm, ujung meruncing, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, tangkai 1,2-1,3 cm, daging tipis seperti kertas, warna hijau mengkilat.

Spesimen : Purnama Sari 45

Distribusi : Amerika Tropik, Sumatera Utara


(48)

Mimosa pudica L.

Nama Lokal : Putri malu

Semak, tinggi 9-10 cm; batang bulat berduri, permukaan licin, menjalar, warna hijau; daun majemuk, menyirip; bunga bongkol, letak aksilar dan terminal, warna pink, memiliki bintil akar.

Spesimen : Purnama Sari 04

Kandungan kimia : tanin, mimosine, dan asam pipekolinat (Kusuma et al., 2005).

Distribusi : Brunei, Thailand, Sumatera Utara Gambar 23. Mimosa pudica

Parkia speciosa Hassk.

Nama Lokal : Petai

Pohon, tinggi 3-4 m. Batang bulat bercabang, diameter 10-15 cm, tegak, permukaan lepasnya kerak, warna coklat; daun majemuk, memanjang, panjang 15-34 cm x lebar 10-14 cm, ujung membulat, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menjari, permukaan licin, warna hijau; letak buah aksilar, tipe polong.

Spesimen : Purnama Sari 44

Distribusi : Malaya, Sumatera Utara


(49)

Pithecellobium dulce BENTH.

Nama Lokal : Jengkol

Pohon, tinggi 4-5 m; batang bulat, diameter 9-11 cm, tegak, permukaan licin, warna coklat tua; daun majemuk, jorong, letak berhadapan, panjang 9-13 cm x lebar 5-5,5 cm, ujung meruncing, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, tangkai 0,9 cm, daging tipis seperti kertas, warna hijau; letak bunga aksilar dan terminal, perbungaan 3-11 cm, tipe bongkol, warna putih.

Spesimen : Purnama Sari 27

Kandungan kimia : alkaloid, asam sitrat, dan Ca-oxalat (E;jurnal;bumi-lestari/rtf;sangket.doc/12) Distribusi : Malaya, Sumatera Utara

Gambar 25. Pithecellobium dulce

Aeschynanthus sp.

Nama Lokal : Namboru epoh

Semak epifit, tinggi tanaman 25-40 cm; batang bulat, diameter 1-1,5 cm, permukaan licin, menjalar, warna hijau; daun majemuk, oval sampai memanjang, letak berhadapan, panjang 5,5-7,5 cm x lebar 3-4 cm, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan tidak jelas, permukaan atas dan bawah licin, panjang tangkai 0,5-1 cm, warna atas hijau dan warna bawah ungu.

Spesimen : Purnama Sari 16

Distribusi : Peninsular malaysia, Sumatera Utara


(50)

Coleus amboinicus LOUR.

Nama Lokal : Sibangun-bangun

Herba, tinggi 60 cm; batang bulat, diameter 0,9-1,5 cm, tegak, permukaan berbulu halus, warna coklat; daun tunggal, bulat, letak berhadapan, panjang 3,5-5 cm x lebar 2,2-3 cm,ujung tumpul, pangkal membulat, tepi beringgit, pertulangan menyirip, permukaan atas dan bawah berbulu halus, tangkai daun 1,2-1,8 cm, warna atas hijau berbercak kuning, warna bawah putih.

Spesimen : Purnama Sari 13 Distribusi : Sumatera Utara

Gambar 27. Coleus amboinicus

Pogostemon cablin BENTH.

Nama Lokal : Nilam

Herba, tinggi 50 cm. Batang persegi, diameter 1,5 cm, tegak lurus, permukaan berbulu halus, warna hijau; daun tunggal, bulat, letak berhadapan, panjang 3-14,2 cm x lebar 3,3-10,5 cm, ujung tumpul, pangkal tumpul, tepi bergerigi kasar, pertulangan menyirip, permukaan berbulu, panjang tangkai 2-11 cm, daging tipis lunak, warna hijau.

Spesimen : Purnama Sari 38

Distribusi : Asia Tenggara, Cina Selatan, Sumatera Utara


(51)

Cinamomum zeylanicum Blume.

Nama Lokal : Kayu manis

Pohon, tinggi 1,5 m; batang bulat bercabang, diameter 2 cm, permukaan licin, tegak, warna hijau kekuningan; daun tunggal, jorong, letak berhadapan dan berselang-seling, panjang 10-16 cm x lebar 2,5-4 cm, ujung meruncing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan licin, panjang tangkai 1-1,7 cm, daging tipis seperti perkamen, warna hijau kekuningan.

Spesimen : Purnama Sari 42

Kandungan kimia : minyak atsiri, glisirisin, dan tanin (Maryani et al, 2003).

Distribusi : Asia Tenggara, Sumatera Utara

Gambar 29. Cinamomum zeylanicum

Scurrula L.

Nama Lokal : Sarindan jengkol

Semak epifit, tinggi 50 cm; batang bulat, diameter 1-1,3 cm, permukaan berbulu halus, menjalar, warna coklat; daun tunggal, bulat, letak berhadapan, panjang daun 7-9 cm x lebar 2-3,2 cm, ujung runcing, membulat, tumpul, pangkal tumpul, tepi rata, permukaan atas licin dan bawah berbulu halus, tangkai daun 0,5-1 cm, warna atas hijau dan bawah coklat Spesimen : Purnama Sari 03

Distribusi : India, Taiwan, Philippines, Sumatera Utara


(52)

Sida rhombifolia L.

Nama Lokal : Sidagurih

Semak, tinggi 70 cm; batang bulat bercabang, diameter 0,7 cm, permukaan berbulu halus, tegak, warna coklat; daun majemuk, jorong berukuran kecil, letak berselang-seling, panjang 1,5-2 cm x lebar 0,5-1 cm, ujung runcing, pangkal runcing, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, permukaan licin, tangkai 0,5 cm, warna hijau; letak bunga aksilar dan terminal, tangkai 2,5-3 cm, warna kuning.

Spesimen : Purnama Sari 37

Kandungan kimia : daun mengandung alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin, fenol, asam amino dan minyak atsiri. Batang mengandung kalsium oksalat dan tanin. Akar mengandung alkaloid, steroid, dan efedrine (Dalimartha, 2003).

Distribusi : Asia Tenggara, Malaysia, Sumatera Utara

Gambar 31. Sida rhombifolia

Urena lobata L.

Nama Lokal : Sampeluluk

Semak, tinggi 100-150 cm; batang bulat bercabang, diameter 0,5-1,5 cm, permukaan berbulu, tegak, warna coklat; daun majemuk, bulat bercangap, letak berselang-seling, panjang 1,1-7,5 cm x lebar 1-8 cm, ujung runcing, pangkal rucing, tepi bergerigi, pertulangan menjari, permukaan atas dan bawah berbulu, tangkai 2-8 cm, warna atas hijau dan bawah putih; letak bunga aksilar, tangkai 0,5 cm, warna pink. Spesimen : Purnama Sari 01

Distribusi : Malaysia, Philippines, Sumatera Utara


(53)

Pogonanthera pulverulenta BL.

Nama Lokal : Goting-goting

Semak epifit, tinggi 100-110 cm; batang bulat bercabang, diameter 1-2 cm, permukaan licin, menjalar, warna hijau; daun tunggal, jorong, letak berhadapan, panjang 7,5-10 cm x lebar 3-4 cm, ujung meruncing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan licin, panjang tangkai 1-1,5 cm, warna hijau; letak bunga terminal dan aksilar, panjang 0,5 cm, panjang tangkai 1-1,5 cm, warna putih bercorak pink di dekat stamen.

Spesimen : Purnama Sari 06 Distribusi : Malaya, Sumatera Utara

Gambar 33.

Pogonanthera pulverulenta

Ptenandra sp.

Nama Lokal : Tabu dangkah

Pohon, tinggi 3 m; batang bulat bercabang, diameter 1-2, permukaan licin, tegak, warna coklat; daun majemuk, bulat sampai jorong, letak berhadapan, panjang 10-19 cm x lebar 3-4 cm, ujung meruncing, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan melengkung dan menyirip, permukaan licin, panjang tangkai 1-1,1 cm, daging tipis seperti kertas, warna hijau.

Spesimen : Purnama Sari 49 Distribusi : Sumatera Utara


(54)

Ardisia sp.

Nama Lokal : Baja

Pohon, tinggi 3 m; batang bulat, diameter 2-3 cm, permukaan licin, tegak, warna coklat; daun tunggal, memanjang sampai lanset, letak berselang-seling, panjang 8,5-14,5 cm x lebar 3-3,5 cm, ujung meruncing, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, panjang tangkai 10-14 cm, daging tipis seperti kertas, warna atas hijau dan warna bawah putih.

Spesimen : Purnama Sari 43

Distribusi : Peninsular Malaysia, Borneo, Sumatera Utara

Gambar 35. Ardisia sp.

Myrsine sp.

Nama Lokal : Kabu dangkah

Pohon, tinggi 1 m; batang bulat bercabang, diameter 1,5-3 cm, permukaan licin, tegak, warna hijau; daun tunggal, lanset, letak berselang-seling, panjang 14,5-19 cm x lebar 3,5-5 cm, ujung runcing, pangkal runcing, tepi rata, permukaan atas dan bawah licin, pertulangan tidak tampak atau sangat kabur, panjang tangkai 0,5-1 cm, warna hijau.

Spesimen : Purnama Sari 07 Distribusi : Sumatera Utara


(55)

Oxalis barrelieri L.

Nama Lokal : Rindangrih

Semak, tinggi 100-120 cm; batang bulat bercabang, diameter 1 cm, permukaan berbulu, tegak, warna coklat; daun majemuk, bulat telur, panjang 2,3-4,4 cm x lebar 1,6-2,9 cm, ujung membulat, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan berbulu, tangkai daun 1,5-2 cm, daging tipis seperti perkamen, warna hijau. Spesimen : Purnama Sari 18

Distribusi : Sumatera Utara

Gambar 37. Oxalis barrelieri

Piper betle L.

Nama Lokal : Daun sirih

Herba memanjat, tinggi 100- 150 cm; batang bulat, diameter 1-1,5 cm, permukaan licin, warna hijau; daun tunggal, bulat telur, letak berselang-seling, panjang 3-5cm x lebar 3-4,5 cm, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan licin, tangkai 1-2 cm, warna hijau, memiliki aroma.

Spesimen : Purnama Sari 10

Kandungan kimia : minyak atsiri, tanin, diastase, gula, dan pati (Maryani et al, 2003).

Distribusi : Sumatera Utara


(56)

Piper sp.

Nama Lokal : Talun

Herba memanjat, tinggi 100 cm; batang bulat, diameter 1 cm, permukaan licin, warna hijau; daun tunggal, bulat telur, letak daun berselang-seling, panjang 3,5-5 cm x lebar 3-4 cm, ujung meruncing, pangkal berlekuk, tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan licin, tangkai 2-4 cm, daging daun tipis lunak, warna hijau.

Spesimen : Purnama Sari 09 Distribusi : Sumatera Utara

Gambar 39. Piper sp.

Piper umbellatum L.

Nama Lokal : Bulu gumbah

Herba, tinggi 60-80 cm; batang bulat beralur, diameter 1,25 cm, permukaan licin, tegak, warna hijau; daun tunggal, bulat telur, panjang 8-10 cm x lebar 7,5-9 cm, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan licin, tangkai 10-21,5 cm, daging tipis lunak, warna hijau, memiliki aroma; letak bunga aksilar, tipe untai, warna putih kemerahan. Spesimen : Purnama Sari 17


(57)

Polygala paniculata L.

Nama Lokal : Sarindan leto

Semak, tinggi 20-40 cm; batang bulat bercabang, diameter 0,5-0,65 cm, permukaan licin, tegak, warna hijau; daun majemuk, lanset, letak berselang-seling, panjang 1-1,7 cm x lebar 0,2-0,5 cm, ujung runcing, pangkal runcing, tepi rata, permukaan licin, warna hijau; letak bunga terminal, panjang 0,29-0,3 cm, diameter 0,1-0,2 cm, tangkai 0,1 cm, warna putih.

Spesimen : Purnama Sari 25

Distribusi : Amerika Tropik, Asia Tenggara, Sumatera

Utara Gambar 41. Polygala paniculata

Rubus sp.

Nama Lokal : Sungsang dori

Semak, tinggi 80-92 cm; batang bulat, diameter 1 cm, permukaan licin dan berduri, warna coklat; daun tunggal, jorong, letak berselang-seling, panjang 11-16,5 cm x lebar 4-5 cm, ujung meruncing, pangkal membulat, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, permukaan berbulu, memiliki duri di pertulangan dan tangkai, panjang tangkai 1,5-2,5 cm, warna hijau.

Spesimen : Purnama Sari 46

Distribusi : Malesia, New Guine, Sumatera Utara


(58)

Hedyotis sp.

Nama Lokal : Sampilit hutan

Semak, tinggi tanaman 109 cm; batang bulat, diameter 1 cm, permukaan licin, menjalar, warna putih kekuningan; daun majemuk, memanjang, letak berhadapan, panjang 4-6 cm x lebar 1,5-1,8 cm, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, tangkai 0,6-0,9 cm, daging tipis lunak, warna hijau.

Spesimen : Purnama Sari 41

Distribusi : India, Asia Tenggara, Sumatera Utara

Gambar 43. Hedyotis sp.

Pavetta indica L.

Nama Lokal : Rintua

Perdu, tinggi tanaman 1,5 m; batang bulat bercabang, diameter 1-2 cm, permukaan berbulu halus, tegak, warna hijau; daun tunggal, jorong, letak berhadapan, panjang 8-11 cm x lebar 3-4 cm, ujung meruncing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, panjang tangkai 1-1,8 cm, daging tipis seperti kertas, warna hijau; buah batu, letak terminal, warna hijau.

Spesimen : Purnama Sari 29

Distribusi : Thailand, Malaysia, Sumatera Utara


(59)

Uncaria gambir (Hunter) Roxb.

Nama Lokal : Gambir

Semak memanjat, tinggi 100-110 cm; batang bersegi empat, diameter 1-1,5 cm, permukaan licin, memiliki alat-alat berupa pengait, warna coklat; daun tunggal, bulat telur sampai memanjang, letak berhadapan, panjang 5-6 cm x lebar 2,5-3,2 cm, ujung meruncing, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas dan bawah licin, warna hijau muda. Spesimen : Purnama Sari 12

Distribusi : Sumatera Utara Gambar 45. Uncaria gambir

Styrax benzoin Dryand.

Nama Lokal : Kemenyan

Pohon, tinggi 3-5 m; batang bulat bercabang, diameter 5-9 cm, permukaan licin, tegak, warna coklat; daun majemuk, jorong, letak berselang-seling, panjang 9-15 cm x lebar 3,3-6 cm, ujung meruncing, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin dan bawah berbulu halus, tangkai 0,7 cm, daging tipis seperti kertas, warna bawah putih dan atas hijau mengkilat; panjang bunga 2-2,2 cm, tangkai 1-1,5 cm, letak terminal, benang sari 8 warna kuning, putik 1, warna putih.

Spesimen : Purnama Sari 28 Distribusi : Sumatera Utara


(60)

Pilea sp.

Nama Lokal : Riyap-riyap

Semak, tinggi tanaman 1 m; batang bulat, diameter 0,5-1,5 cm, permukaan licin, tegak, warna coklat; daun tunggal, jorong, letak berhadapan, panjang 5-13,5 cm x lebar 2-4 cm, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, permukaan licin, tangkai 0,1-0,2 cm, daging tipis lunak, warna hijau. Spesimen : Purnama Sari 31

Distribusi : Philippines, Vietnam, Sumatera Utara

Gambar 47. Pilea sp.

Vitis gracilis L.

Nama Lokal : Gagatan harimau

Semak menjalar, tinggi 100 cm; batang bulat beralur, diameter 0,85 cm, permukaan berbulu, warna merah; daun tunggal, bulat bercangap, polimorfik, letak berhadapan, panjang 0,8- 7 cm x lebar 0,4-8,5 cm, pangkal seperti hati dengan tepi bergerigi, pertulangan menjari, permukaan berbulu, tangkai 11,9-13,2 cm, warna atas hijau, warna bawah putih sampai merah. Spesimen : Purnama Sari 34


(61)

Vitis sp.

Nama Lokal : Taban

Semak, tinggi 150-170 cm; batang bulat, diameter 0,5 cm, permukaan licin, menjalar, warna hijau; daun tunggal, bulat telur berbagi 4-5, panjang 8-12 cm x lebar 11,5-20 cm, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menjari, permukaan licin, tangkai 8,5-12 cm, daging tipis seperti kertas, warna hijau.

Spesimen : Purnama Sari 40

Distribusi : Sumatera Utara


(1)

LAMPIRAN 3

DATA FAKTOR FISIK

No. Lokasi Suhu Faktor Fisik Udara (0C) pH Tanah GPS

Intensitas Cahaya

Suhu Tanah (0C)

1. I 24 6,7

030 16' 335" LU 0980

462 x 20.000 32'

119" BT 23

2. II 27 6,6

020 33' 165" LU 0980

998 x 20.000 17'


(2)

HERBARIUM MEDANENSE

(MEDA)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JL. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan – 20155

Telp. 061 – 8223564 Fax. 061 – 8214290 mail

LAMPIRAN 4

HASIL IDENTIFIKASI

Nama : Ayunita Purnama Sari Nim : 070805012

No. Nomor Koleksi

Famili Nama Latin

1. AN 47 Cyatheaceae Cyathea contaminans (Hook.) Copel. 2. AN 30 Marrattiaceae Angiopteris evecta (Forst) Hoffm. 3. AN 32 Acanthaceae Pseuderanthemum graciliflorum Ridl. 4. AN 22 Amaryllidaceae Hymenocalis littoralis (Jacq.) Salibs. 5. AN 02 Apiaceae Centella asiatica (L.) Urb.

6. AN 08 Araceae Homalomena monandra Schott. 7. AN 05 Arecaceae Areca catechu L.

8. AN 33 Arecaceae Areca cf. trianda

9. AN 36 Arecaceae Areca sp.

10. AN 21 Asteraceae Eupatorium odoratum L. 11. AN 26 Balsaminaceae Impatiens platypetala Lindley. 12. AN 48 Bambusaceae Bambusa sp.

13. AN 15 Begoniaceae Begonia sp. Aff Larwei M.Hughes 14. AN 14 Costaceae Costus sp.

15. AN 19 Crassulaceae Kalanchoe pinnata Pers. 16. AN 11 Euphorbiaceae Macaranga triloba Muell. Arg. 17. AN 45 Fabaceae Erythrina sp.

18. AN 04 Fabaceae Mimosa pudica L. 19. AN 44 Fabaceae Parkia speciosa Hassk.

20. AN 27 Fabaceae Pithecellobium dulce BENTH. 21. AN 16 Gesneriaceae Aeschynanthus sp.

22. AN 13 Lamiaceae Coleus amboinicus Lour. 23. AN 38 Lamiaceae Pogostemon cablin BENTH. 24. AN 42 Lauraceae Cinamomum zeylanicum Blume. 25. AN 03 Loranthaceae Scurrula L.


(3)

No. Nomor Koleksi

Famili Nama Latin

27. AN 01 Malvaceae Urena lobata L.

28. AN 06 Melastomataceae Pogonanthera pulverulenta BL. 29. AN 49 Melastomataceae Ptenandra sp.

30. AN 35 Musaceae Musa sp.

31. AN 43 Myrsinaceae Ardisia sp. 32. AN 07 Myrsinaceae Myrsine sp.

33. AN 18 Oxalidaceae Oxalis barrelieri L. 34. AN 10 Piperaceae Piper betle L. 35. AN 09 Piperaceae Piper sp.

36. AN 17 Piperaceae Piper umbellatum L. 37. AN 20 Poaceae Saccharum officinarum L.

38. AN 25 Polygalaceae Polygala paniculata L.

39. AN 46 Rosaceae Rubus sp.

40. AN 41 Rubiaceae Hedyotis sp. 41. AN 29 Rubiaceae Pavetta indica L.

42. AN 12 Rubiaceae Uncaria gambir (Hunter) Roxb. 43. AN 28 Styracaceae Styrax benzoin Dryand.

44. AN 31 Urticaceae Pilea sp. 45. AN 34 Vitaceae Vitis gracilis L. 46. AN 40 Vitaceae Vitis sp.

47. AN 24 Zingiberaceae Curcuma xanthorrhiza Roxb. 48. AN 23 Zingiberaceae Hedychium coronarium J. Konig. 49. AN 39 Zingiberaceae Hedychium sp.

Kepala Herbarium Medanense.

Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc NIP. 1963 0123 1990 03 2001


(4)

LAMPIRAN 5

Tumbuhan Obat di dalam Plot Pengamatan Lokasi I

Lokasi II

No. Famili Nama ilmiah Plot Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Acanthaceae Pseuderanthemum graciliflorum 1 2 3 6

2. Araceae Homalomena monandra 4 4

3. Arecaceae Areca cf. trianda 6 3 2 11

4. Areca catechu 1 1

5. Begoniaceae Begonia sp. 2 2

6. Costaceae Costus sp. 16 16

7. Gesneriaceae Aeschynanthus sp. 7 7

8. Lauraceae Cinamomum zeylanicum 1 1

9. Marattiaceae Angiopteris evecta 1 1

10. Piperaceae Piper umbellatum 24 1 3 8 30 2 50 20 138

11. Piper sp. 6 6

12. Rubiaceae Hedyotis sp. 1 1

13. Vitaceae Vitis gracilis 5 5

14. Vitis sp. 20 20

15. Zingiberaceae Hedychium sp. 6 6

No. Famili Nama ilmiah Plot Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Apiaceae Centella asiatica 10 10

2. Araceae Homalomena monandra 20 20

3. Arecaceae Areca cf. trianda 5 5

4. Asteraceae Eupatorium odoratum 40 10 20 10 80

5. Bambusaceae Bambusa sp. 20 50 5 75

6. Malvaceae Urena lobata 1 1

7. Melastomataceae Pogonanthera pulverulenta 10 10 5 25

8. Myrsinaceae Ardisia sp. 20 20


(5)

LAMPIRAN 6

Foto-foto di Lapangan

Lokasi Penelitian Pengkoleksian Sampel


(6)

LAMPIRAN 7

Identitas Tabib Desa

Nama : Pinayungan

Alamat : Suaka Margasatwa Siranggas, Desa Kecupak II, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara.