Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial Dengan Pemanfaatan Klinik Ims Dan Tindakan Pencegahan Infeksi Menular Seksual Di Di Lokasi Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi Menular Seksual
2.1.1. Pengertian
Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual
(PMS)atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs),
SexuallyTransmitted Infection (STI) or Venereal Disease (VD). Dimana pengertian

dari IMSini adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual
denganpasangan yang sudah tertular. IMS disebut juga penyakit kelamin atau
penyakit kotor.Namun ini hanya menunjuk pada penyakit yang ada di kelamin. Istilah
IMS lebih luasmaknanya, karena menunjuk pada cara penularannya (Ditjen PPM &
PL, 2010).
IMS atau Seksually Transmitted Disease adalah suatu gangguan atau
penyakityang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan
seksual. IMSyang sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang paling
tinggi kasusnya adalah AIDS, karena mengakibatkankematian padapenderitanya.
AIDS tidak bisa diobati dengan antibiotik (Zohra dan Rahardjo, 1999).
Menurut Aprilianingrum (2002), IMS didefinisikansebagai penyakit yang
disebabkan karena adanya invasivirus, bakteri,dan parasit yang sebagian besar

menular melalui hubungan seksual,baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis.

Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Bahaya IMS
IMS menjadi pembicaraan yang begitu penting setelah muncul kasus penyakit
AIDS yang menelan banyak korban meninggal dunia, dan sampai sekarang
pengobatan yang paling manjur masih belum ditemukan. Ini bisa dilihat dari angka
kesakitan IMS di Indonesia pada Tahun 2007 adalah sebanyak 11.141 kasus kejadian
IMS. Angka kesakitan ini mengalami peningkatan bila dibandingakan dengan hasil
survei pada Tahun 2008 yaitu sebanyak 16.110 kasus kejadian IMS, sedangkan pada
Tahun 2009 sebanyak 19.973 kasus Kejadian IMS di Indonesia Apalagi komplikasi
dari IMS (termasuk AIDS) bisa dibilang banyak dan akibatnya pun cukup fatal.
Ada beberapa bahaya IMS munurut WHO (2009), yaitu:
1.

Kebanyakan IMS dapat menyebabkan kita sakit. Pada wanita dapat menyerang
saluran indung telur, indung telur, rahim, kandung kencing, leher rahim, vagina,
saluran kencing, anus. Pada pria dapat menyerang kandung kencing, vas
deferens, prostat, penis, epididymis, testicle, saluran kencing, kantung zakar,

seminal vesicle, anus.

2.

Beberapa IMS dapat menyebabkan kemandulan

3.

Beberapa IMS dapat menyebabkan keguguran

4.

IMS dapat menyebabkan kanker leher rahim

5.

Beberapa IMS dapat merusak penglihatan, otak dan hati

6.


IMS dapat menyebabkan kita rentan terhadap HIV/AIDS

7.

Beberapa IMS ada yang tidak bisa disembuhkan

8.

Bisa menyebabkan kematian

Universitas Sumatera Utara

9.

Kehamilan di luar kandungan Infeksi menyeluruh

10. Nyeri di perut bawah akibat infeksi saluran reproduksi (ISR) bagian dalam atau
radang panggul
11. Bayi labir dengan cacat bawaan, lahir terlalu dini, lahir dengan berat badan
rendah atau lahir sudah terinfeksi IMS

12. Epidimitis dan prostatitis
13. Striktur uretra
IMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan
menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.
Penyakit ini sudah ada sejak zaman Mesir, dimana sebagai ilustrasi, pada tahun 1974
telah ditemukan sebanyak 850.000 kasus PMS/ tahun, dan diantaranya terdapat 1255
kasus Sifilis/ tahun.
Beberapa IMS yang sering ditemukan di Indonesia antara lain adalah :
1.

Disebabkan oleh Bakteri : Gonorhoe, Sifilis, Urethritis, Vaginosis Bakterial

2.

Disebabkan Virus : AIDS, Herpes Genitalis, Hepatitis B, Kondiloma Akuminata

3.

Disebabkan oleh Jamur : Kandidiasis Vaginosis


4.

Disebabkan oleh Parasit : Scabies, Pedikulosis Pubis

2.1.3. Yang Berisiko Terkena IMS
Setiap orang bisa tertular IMS. Orang yang paling berisiko terkena IMS
adalah orang yang suka berganti pasangan seksual dan orang yang walaupun setia
pada satu pasangan namun pasangan tersebut suka berganti-ganti pasangan seksual.

Universitas Sumatera Utara

Kebanyakan yang terkena IMS berusia 15-29 tahun, tapi ada pula bayi yang lahir
membawa IMS karena tertular dari ibunya.
Masih ada stigma di masyarakat bahwa IMS maupun HIV/ AIDS hanya dapat
menular bagi orang yang berperilaku „menyimpang‟. Padahal bila kita melihat korban
yang sesungguhnya, tak jarang ditemui ibu rumah tangga di keluarga yang
mengalami IMS, hanya tertular dari pasangan seksualnya yang terlebih dahulu
terjangkit IMS.
Menurut WHO Information Fact Sheet No 249 June 2000, dibanding laki-laki
perempuan lebih rentan terhadap IMS baik secara biologis, kultur dan sosioekonomis.

Konsekuensi juga terjadi pada bayi yang dikandung jika perempuan terinfeksi pada
saat hamil. Perempuan cenderung tidak mencari pengobatan, selain karena tidak
adanya gejala yang dirasakan, hal ini juga disebabkan karena adanya stigma yang
dilekatkan pada perempuan yang menderita IMS dicap “nakal” dan sering juga karena
tidak ada waktu atau uang untuk memeriksakan diri.Dalam IMS yang dimaksud
perilaku resiko tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang yang mempunyai
resiko besar terserang penyakit.
2.1.4. Cara PenularanIMS
Pada saat melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan
seseorang yang mengidap IMS terutama seks anal dan seks oral, yang dapat
mengakibatkan luka. Kebanyakan IMS didapat dari hubungan seks yang tidak
aman.Yang dimaksud dengan seks yang tidak aman, adalah melakukan hubungan
seksual lewat vagina tanpa kondom (penis di dalam vagina), melakukan hubungan

Universitas Sumatera Utara

seksual lewat anus tanpa kondom (penis di dalam anus), dan hubugan seksual lewat
oral atau karaoke (penis di dalam mulut tanpa kondom atau mulut menyentuh alat
kelamin wanita)
Perempuan lebih rentan tertular IMS dibandingkan dengan laki-laki karena

saat berhubungan seks, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar oleh cairan
sperma. Jika sperma terinfeksi oleh IMS, maka perempuan tersebut pun bisa
terinfeksi jika perempuan terinfeksi IMS, dia tidak selalu menunjukkan gejala. Tidak
munculnya gejala dapat menyebabkan infeksi meluas dan menimbulkan komplikasi.
Banyak orangkhususnya perempuan dan remajaenggan untuk mencari pengobatan
karena mereka tidak ingin keluarga atau masyarakat tahu mereka menderita IMS.
2.1.5. Pencegahan IMS
Menurut Komisi penanggulangan AIDS (2011) pada umumnya prinsip utama
dari pencegahan IMS secara prinsip mempunyai dua cara, yaitu :
1.

Memutuskan rantai penularan IMS.

2.

Dengan tidak melakukan hubungan seksual, tidak berganti-ganti pasangan,
menggunakan kondom setiap melakukan hubungan seksual.

3.


Mencegah berkembangnya IMS serta komplikasi-komplikasinya.
Cara yang paling efektif untuk mencegah penularan IMS adalah menghindari

kontak bagian tubuh atau cairan yang dapat menyebabkan transfer dengan pasangan
yang terinfeksi.
Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain tidak melakukan hubungan seks,
tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom setiap hubungan seks,

Universitas Sumatera Utara

menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas asal-usulnya dan
kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang steril.

2.2. Pengetahuan
2.2.1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang menjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.pengindraan terjadi melalui panca indra
yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003).
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia

melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan
indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan bisa didapat dengan
pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.
2.2.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2005) mengemukakan tentang tingkat pengetahuan
adalah sebagai berikut :
1.

Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajar sebelumnya,
termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik yang telah diterima oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

yang paling rendah.Ukuran dari tahu yaitu menyebutkan, menguraikan,
mengedentifikasi,dan menyatakan.
2.


Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3.

Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat menggunakan hukum-hukum, rumusrumus, metode dan prinsip dalam situasi yang lain.

4.

Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponenkomponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan.

5.

Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan menyusun, merencanakan,
meringkas, menyesuaikan terhadap teori yang telah ada.

6.

Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penelitian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau kriteria-kriteria yang telah ada.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005) beliau menulis tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :
1.

Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada perkembangan
orang lain menuju kearah cita-cita tertentu (Soematno,1992). Pendidikan
diperlukan untuk mendapatkan informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki sebaliknya. Pendidikan yang kurang akan
menghambat sikap seseorang terhadap nilai- nilai yang diperkenakan.

2.

Usia
Semakin cukup umur seseorang pengetahuan akan lebih matang atau lebih baik
dalam berfikir dan bertindak, makin mudah seseorang akan mempengaruhi
tingkat pengetahauan seseorang (Susan Bastable, 2002).

3.

Pengalaman
Pengalaman juga mempengaruhi pengetahuan karena dari pengalaman yang ada
pada dirinya maupun pengalaman orang lain dapat dijadikan sebagai acuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sebab dari pengalaman itu ia tidak merasa canggung
lagi karena telah mengetahui seluruhnya.

4.

Support sistem

Lingkungan yang ada di sekitar dapat mempengaruhi pengetahuan manusia
karena lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik, dapat meningkatkan
pengetahuan juga mengetahui sesuatu yang belum diketahui.

Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas(Notoadmodjo, 2003).
Pengukuran pengetahuan dimaksud untuk mengetahui status pengetahuan
seseorang dan disajikan dalam persentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang
bersifat kualitatif, yaitu baik (76%-100%), cukup (60%-75%), kurang (

Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Infeksi Menular Seksual Di SMA Negeri 7 Medan

10 83 63

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Wanita Pekerja Seks Komersial Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Tahun 2012

4 47 154

Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Kota Medan Tahun 2010

3 40 99

Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentanginfeksi Menular Seksual (IMS) Di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

4 49 92

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU SEKSUAL PEKERJA SEKS KOMERSIAL PEREMPUAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DAN HIV/AIDS (Studi Kasus pada Pekerja Seks Komersial Perempuan Lokalisasi Gang Dolly, Surabaya).

0 0 19

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial Dengan Pemanfaatan Klinik Ims Dan Tindakan Pencegahan Infeksi Menular Seksual Di Di Lokasi Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

0 0 18

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial Dengan Pemanfaatan Klinik Ims Dan Tindakan Pencegahan Infeksi Menular Seksual Di Di Lokasi Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial Dengan Pemanfaatan Klinik Ims Dan Tindakan Pencegahan Infeksi Menular Seksual Di Di Lokasi Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

0 0 9

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial Dengan Pemanfaatan Klinik Ims Dan Tindakan Pencegahan Infeksi Menular Seksual Di Di Lokasi Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

0 3 3

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial Dengan Pemanfaatan Klinik Ims Dan Tindakan Pencegahan Infeksi Menular Seksual Di Di Lokasi Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

0 0 26