Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Kota Medan Tahun 2010
PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA TERHADAP TINDAKAN PEMAKAIAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN
PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KOTA MEDAN TAHUN 2009
Oleh:
NIM. 071000258 MESTIKA RIJA HELTI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :
HubunganPengetahuan Dan SikapWaria Dengan Tindakan Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan
Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Kota Medan Tahun 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : Nim. 071000258
Mestika Rija Helti Tanjung
Telah diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi PadaTanggal 14 Januari 2011 Dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji
NIP.197012201994032001 (Asfriyati,SKM,M.Kes)
Penguji I
NIP.196110241990031003 ( Drs.Tukiman,MKM)
Penguji II
NIP.195811101984031002 (Drs.HeruSantosa,MS,Phd)
Penguji III
(Maya Fitria,SKM,M.Kes) NIP.197610052009122003
Medan, Maret 2011 FakultasKesehatanMasyarakat
(3)
ABSRTAK
Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual baik dengan pasangan yang sudah tertular maupun mereka yang sering berganti-ganti pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap dengan tindakan pemakaian kondom dalam upaya pencegahan penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) di kota Medan tahun 2010.
Jenis penelitian adalah survei yang bersifat deskriptif, populasi dalam penelitian seluruh waria yang menjadi kelompok dampingan program Gerakan Sehat Masyarakat (GSM) yang tersebar dalam 26 area lokalisasi (Hotspot) di kota Medan yaitu sebesar 1.689 orang. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang tindakan pemakaian kondom dalam upaya pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) dalam kategori rendah sebanyak 75 (54,3%) dan kategori tinggi sebanyak 63 (45,7%) dan dari hasil uji chi square diperoleh nilai probabilitas (0,334) dimana Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan yang dimiliki responden dengan tindakan pemakian kondom dalam upaya pencegahan penularan infeksi menular seksual. Sikap responden dalam kategori baik sebanyak (73 (53,9%) dan kurang baik 65 (47,1%). Dari hasil uji chi diperoleh nilai
probabilitas (0,219) dimana Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara
sikap yang dimiliki responden dengan tindakan dalam pemakaian kondom sebagai upaya pencegahan penularan IMS.
Diharapkan kepada Gerakan Sehat Masyarakat (GSM) agar peningkatan penyuluhan dan sosialisasi penggunaan kondom agar pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual dapat berjalan dengan baik.
(4)
ABSTRACT
Sexually transmitted infection (IMS) or sexually transmitted diseases (PMS) is infection transmitted in sexual intercourse either with the infected person or they are who have and always change the spouses. This research aims to knowledge and attitude on the using of condom in prevent the secually transmitted infection (IMS) in Medan on 2010.
This research is a descriptive study in which all of population in this research is transsexual in advisory group of Society Health Movement (GSM) in 26 localizations (Hotspot) in Medan for 1.689 persons. The results of study indicates that the knowledge of respondent on the action of using of condom in prevent the secual transmitted infection (IMS) in the lower category for 75 (54.3%) and higher category for 64 (45.7%) and the results of chi square test indicates the value 3.07 < 1.043. The respondent attitude in the good category is 73 (53.9%) and poor is 65 (47.1%). Based on chi square test indicates the value is 0.496 > 0.464.
It is suggested to the Society Health Movement (GSM) to increase the health extension and socialization of condom using to prevent and treatment the sexually transmitted infection effectively and efficiently.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT berkat rahmad dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ada pun judul dari skripsi ini
yaitu ”Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pemakaian Kondom
Dalam Upaya Pencegahan Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Kota Medan
Tahun 2010”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat.
Penulis menyadari Skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dalam
penulisan maupun penyajian, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi dan
bermanfaat bagi pembaca.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materi. Dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimah kasih yang tidak terhingga kepada :
1. Dr.Surya Utama selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
2. Drs.Heru Santosa MS, Ph.D Selaku Ketua Departemen Kependudukan &
Biostatistik
3. Asfriyati, SKM, M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan
dukungan dan bimbingan serta pengarahan kepada penulis sehingga penulis dapat
(6)
4. Drs.Tukiman,MKM, Selaku pembimbing II dan Dosen Pembimbing Akademik
yang telah banyak memberikan dorongan dan dukungan demi kesempurnaan
skripsi ini.
5. Abdul Jalil Amri M.Kes yang telah bersedia menguji dan menyumbangkan
pemikiran guna kesempurnaan skripsi ini
6. Maya Fitria M.Kes yang juga telah bersedia menguji dan menyumbangkan
pemikiran guna kesempurnaan skripsi ini
7. Staf Dosen Pengajar di Departemen Kependudukan dan Biostatistik, dosen
pengajar dan seluruh staf pegawai di FKM –USU yang telah memberikan ilmu
dan pengalaman yang sangat bermanfaat kepada penulis selama mengikuti
pendidikan di FKM – USU
8. Hj.Masdalifa Pasaribu M.Kes selaku Ketua STIKes RS.Haji Medan yang telah
memberi izin kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
9. Orang Tuaku tercinta, ayahanda Asmir Tanjung dan Ibunda Rosnija Limbong
yang telah banyak memberikan kasih sayang dan pengorbanan yang begitu besar
serta dukungan secara moril dan materil kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan selama di perguruan tinggi dan menjadi seperti
sekarang ini.Tiada kata yang cukup untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima
kasih ananda. Adik –adik ku dewi Irani ST, Haris Azizi, serta seseorang yang ada
di hatiku (...) yang senantiasa ada disamping penulis dalam suka dan duka serta
selalu memberikan dukungan dan motivasi, sobat ku sri lestari SKM, yang juga
(7)
kepada Dr.Yeni dan seluruh rekan-rekan di GSM yang telah membantu penulis
untuk melakukan penelitian
Semoga Allah SWT akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah
penulis terima selama ini. Amin. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 12 Januari 2011-01-13
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Umum ... 5
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Waria ... 7
2.2. Infeksi Menular Seksual (IMS) ... 8
2.3. Kondom ... 15
2.4. Pengetahuan ... 16
2.4.1 Pengertian ... 16
2.4.2 Tingkat Pengetahuan ... 17
2.5. Sikap ... 17
2.5.1 Pengertian ... 17
2.5.2 Pembentukan Sikap ... 18
2.6. Tindakan ... 19
2.7. Gerakan Sehat Masyarakat... 20
2.8. Kerangka Konsep ... 23
2.9. Hipótesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
3.1. Jenis Penelitian ... 24
3.2. Lokasi Penelitian ... 24
3.3. Waktu Penelitian ... 24
3.4. Populasi dan Sampel ... 25
3.4.1. Populasi ... 25
3.4.2. Sampel ... 25
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 26
3.6. Defenisi Operasional ... 27
(9)
3.7.1. Pengetahuan ... 27
3.7.2. Sikap ... 28
3.7.3. Tindakan ... 28
3.8. Teknik Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 30
4.1.1 Orientasi Wilayah ... 31
4.1.2 Data Demografi ... 31
4.2 Karakteristik Responden ... 32
4.3 Pengetahuan Responden ... 33
4.4 Sikap Responden ... 37
4.5 Tindakan Responden ... 42
BAB V PEMBAHASAN ... 51
5.1 Karakteristik Responden ... 51
5.2 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Tindakan Pemakaian Kondom dalam Upaya Pencegahan Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) ... 53
5.3 Hubungan Sikap Responden dengan Tindakan Pemakaian Kondom dalam Upaya Pencegahan Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) ... 54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
6.1 Kesimpulan ... 56
6.2 Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota
Medan Tahun 2009 ... 31
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Umur (tahun) Responden di Kota Medan Tahun 2009 ... 32
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Responden di Kota Medan Tahun 2009 ... 32
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber
Informasi Tentang Pemakaian Kondom Dalam Upaya
Pencegahan Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang
Diterima Responden di Kota Medan Tahun 2009 ... 33
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penegtahuan
Responden Tentang Infesi Menular Seksual (IMS) di Kota
Medan Tahun 2010 ... 33
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Responden Tentang Cara Pencegahan Penularan Terjadinya
IMS di Kota Medan Tahun 2010 ... 34
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Responden Tentang Penyebab IMS di Kota Medan Tahun
(11)
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Responden Tentang Tanda-tanda Seseorang Terkena IMS di
Kota Medan Tahun 2010 ... 35
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Responden Tentang Macam-macam IMS di Kota Medan
Tahun 201 ... 35
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Responden Tentang Kondom di Kota Medan Tahun 2010 .... 36
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Responden Tentang Jenis Kondom di Kota Medan Tahun
2010 ... 36
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Responden Tentang Cara Menggunakan Kondom di Kota
Medan Tahun 2010 ... 36
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Responden Dengan Pemakaian Kondom
Dalam Upaya Pencegahan IMS di Kota Medan Tahun 2010 . 37
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap
Responden Dengan Pemakaian Kondom Dalam Upaya
(12)
Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Responden
Dengan Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan
IMS di Kota Medan Tahun 2010 ... 42
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan
Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan Penularan
IMS di Kota Medan Tahun 2010 ... 42
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perolehan
Kondom Selama Seminggu Dalam Upaya Pencegahan
Penularan IMS di Kota Medan Tahun 2010 ... 43
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Banyaknya
Pelanggan Responden Selama Seminggu Dengan Tindakan
Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan Penularan
IMS di Kota Medan Tahun 2010 ... 44
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi
Melakukan Hubungan Seksual Selama Seminggu Dengan
Tindakan Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan
Penularan IMS di Kota Medan Tahun 2010 ... 45
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi
Frekuensi Melakukan Hubungan Seksual Selama Seminggu
Dengan Tindakan Pemakaian Kondom Dalam Upaya
(13)
Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi
Pelanggan Responden Melakukan Hubungan Seksual
Selama Seminggu Dengan Tindakan Pemakaian Kondom
Dalam Upaya Pencegahan Penularan IMS di Kota Medan
Tahun 2010 ... 47
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kecukupan
Jumlah Kondom Yang Diberikan Kepada Responden
Selama Seminggu Dengan Tindakan Pemakaian Kondom
Dalam Upaya Pencegahan Penularan IMS di Kota Medan
Tahun 2010 ... 49
Tabel 4.23. Tabulasi Silang antara Pengetahuan Waria Terhadap
Tindakan Pemakaian Kondom dalam Upaya Pencegahan
Penularan Infeksi Mentar Seksual (IMS) di Kota Medan ... 49
Tabel 4.24. Tabulasi Silang antara Sikap Waria terhadap tindakan
pemakaian kondom dalam upaya pencegahan Penularan
(14)
ABSRTAK
Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual baik dengan pasangan yang sudah tertular maupun mereka yang sering berganti-ganti pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap dengan tindakan pemakaian kondom dalam upaya pencegahan penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) di kota Medan tahun 2010.
Jenis penelitian adalah survei yang bersifat deskriptif, populasi dalam penelitian seluruh waria yang menjadi kelompok dampingan program Gerakan Sehat Masyarakat (GSM) yang tersebar dalam 26 area lokalisasi (Hotspot) di kota Medan yaitu sebesar 1.689 orang. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang tindakan pemakaian kondom dalam upaya pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) dalam kategori rendah sebanyak 75 (54,3%) dan kategori tinggi sebanyak 63 (45,7%) dan dari hasil uji chi square diperoleh nilai probabilitas (0,334) dimana Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan yang dimiliki responden dengan tindakan pemakian kondom dalam upaya pencegahan penularan infeksi menular seksual. Sikap responden dalam kategori baik sebanyak (73 (53,9%) dan kurang baik 65 (47,1%). Dari hasil uji chi diperoleh nilai
probabilitas (0,219) dimana Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara
sikap yang dimiliki responden dengan tindakan dalam pemakaian kondom sebagai upaya pencegahan penularan IMS.
Diharapkan kepada Gerakan Sehat Masyarakat (GSM) agar peningkatan penyuluhan dan sosialisasi penggunaan kondom agar pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual dapat berjalan dengan baik.
(15)
ABSTRACT
Sexually transmitted infection (IMS) or sexually transmitted diseases (PMS) is infection transmitted in sexual intercourse either with the infected person or they are who have and always change the spouses. This research aims to knowledge and attitude on the using of condom in prevent the secually transmitted infection (IMS) in Medan on 2010.
This research is a descriptive study in which all of population in this research is transsexual in advisory group of Society Health Movement (GSM) in 26 localizations (Hotspot) in Medan for 1.689 persons. The results of study indicates that the knowledge of respondent on the action of using of condom in prevent the secual transmitted infection (IMS) in the lower category for 75 (54.3%) and higher category for 64 (45.7%) and the results of chi square test indicates the value 3.07 < 1.043. The respondent attitude in the good category is 73 (53.9%) and poor is 65 (47.1%). Based on chi square test indicates the value is 0.496 > 0.464.
It is suggested to the Society Health Movement (GSM) to increase the health extension and socialization of condom using to prevent and treatment the sexually transmitted infection effectively and efficiently.
(16)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dewasa ini HIV/AIDS sudah menjadi penyakit yang pandemic, menyerang
jutaan penduduk dunia.Hampir di setiap Negara HIV/AIDS menjadi masalah
nasional, yang perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak.Bukan saja
pemerintah tetapi seluruh lapisan masyarakat termasuk Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM)yang memiliki perhatian terhadap masalah ini.
Acquired Immune Deficiency Sindrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
(Sindrom)dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yang dapat menghancurkan kekebalan tubuh dan dapat
menyebabkan terjadinya infeksi dan kanker yang fatal (Qomariyah,2003).
IMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lain
melalui kontak seksual. Tidak semua IMS bisa diobati. HIV/AIDS (Human
Immunodeficiency virus /Acquired Immune Deficiency Syndrome), Herpes, Jengger
dan Hepatitis, termasuk paling berbahaya .HIV/AIDS selain tidak bisa disembuhkan
juga merusuk kekebalan tubuh manusia melawan penyakit apapun.Akibatnya, orang
menjadi sakit – sakitan dan banyak yang meninggal karenanya ( Qomariyah, 2003)
Di Indonesia, sampai Maret 2009 tercatat 17.988 orang mengidap HIV dan
AIDS .Jumlah tersebut di yakini masih jauh dari jumlah sebenarnya dan masih akan
(17)
terdapat 90.000 – 130.000 orfang Indonesia yang telah tertular HIV.Kelompok
terbesar penderita HIV/AIDS berusia produktif diantara 20-29 tahun yang
menyumbangkan sekitar 53,8% dari keseluruhan penderita HIV/AIDS.Depkes RI
tahun 2005 memprediksikan pada tahun 2010 penderita HIV/AIDS akan mencapai
93.968 hingga 130.000 orang.(Depkes RI,2000)
Di Sumatera Utara, secara kumulatif,pengidap HIV dan kasus AIDS tahun
1994-2007 terdiri dari 1157 orang,dimana 683 orang penderta HIV,dan 474 orang
penderta AIDS.Dari jumlah tersebut laki-laki sebanyak 901 orang, perempuan
sebanyak 232 orang,dan yang tidak dikketahui identitasnya sebanyak 24
orang.Kebanyaan pengidap HIV/AIDS adalah pada rentang umur 20-29 tahun, yaitu
berjumlah 621 orang. Kota Medan menempati urutan pertama dari 1157 orang yang
teridentfikasi HIV/AIDS ,yakni terdiri dari HIV berjumlah 310 orang dan AIDS
berjumlah 556 orang.Dimana sumbangan terbesar pengidap HIV/AIDS di Sumatera
Utara adalah para pengguna narkoba suntik, yaitu berjumlah 483 orang (Dinkes
Prop.SU,2000)
Peningkatan kasus HIV/AIDS Di Sumatera Utara masih terbilang kecil bila
dibandingkan provinsi lain di Indonesia.Namun hal penting yang menjadikan
Sumatera Urata sangat potensial dalam peningkatan penyebaran HIV/AIDS adalah
kedekatan provinsi Sumatera Utara secara geografis dengan Negara-negara tetangga
yang mempunyai kasus infeksi HIV/AIDS yang tinggi seperti Thailand dan Kamboja
(18)
Data di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2007 menunjukkan hingga bulan
September 2007 kasus AIDS telah mencapai 10.384 orang dan yang terinfeksi HIV
4.527 orang.Jumlah orang yang rawan terhadap penularan HIV diperkirakan 13
sampai 20 juta orang. Kelompok masyarakat yang paling tinggi tingkat penularannya
adalah 52,6% pengguna Narkotika,Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA), dengan
jarum suntik dan melalui hubungan seksual 41,7% (Dinkes Kota Medan,2007).
Dari 416 kasus HIV/AIDS yang ada di Sumatera Utara, 191 berada pada
stadium AIDS dan diketahui 77 orang telah meninggal dunia. Kota Medan
merupakan penyumbang terbesar penderita HIV/AIDS dengan jumlah 360
kasus.Sebagai Ibukota provinsi,Kota Medan beresiko tinggi terhadap penyebaran
virus HIV/AIDS.Penyebaran virus in dipengaruhi dari perilaku individu beresiko
tinggi terutama perilaku seks heterosek,merebaknya peredaran narkoba khususnya
pengguna jarum suntik Terjadi peningkatan kasus HIV/AIDS di Sumatera Utara
tahun 2008 yaitu sejumlah 1238 (Dinkes Kota Medan,2009).
Waria merupakan salah satu tokoh di dunia pelacuran yang tergolong pada
kelompok homoseksual, dimana kalangan ini kurang diperhatikan dalam hal
seks.padahal, dari sisi penularan IMS dan yang paling berbahaya juga mematikan
yaitu HIV/AIDS pada kalangan homoseksual tidak bisa dianggap remeh karena
homoseksual juga merupakan salah satu factor resiko penularan.
Sebagian besar IMS menimbulkan peradangan dan kerusakan jaringan
kulit/selaput lender alat kelamin, hal ini akan memperbesar risiko penularan
(19)
beresiko karena selalu berhubungan seks dengan berbagai kalangan yang kadang-
kadang menggunakan kondom atau tidak menggunakan kondom, mempunyai andil
yang cukup besar dalam hal menurunkan angka penderita IMS.Seorang waria
rata-rata menggunakan 29 kondom setiap bulan.Sementara itu,seorang wanita PSK paling
banyak menggunakan lima kondom dalam satu bulan, dan kelompok pria suka jajan
ternyata yang paling malas ,rata-rata satu kondom per orang per bulan.Distribusi
kondom di kalangan waria cukup tinggi meskipun secara jumlah, kalangan waria
minoritas dibanding kelompok resiko tinggi lainnya (Kompas,2009)
Tindakan pemakaian kondom pada waria saat berhubungan dengan klien
waria ternyata kurang disukai karena dianggap “merepotkan” atau dirasakan kurang
nikmat.Pemakaian kondom pada waria ini dianggap kurang konsisten.Fajans et al
(1995) mengemukakan bahwa para pelanggan PSK di Bali mengetahui manfaat
kondom untuk mencegah tertular IMS tetapi mereka cenderung tidak memakai karena
merasa terganggu, kurang praktis dan kurang nikmat.Keadaan sedemikian jelas tidak
menguntungkan karena tanpa kondom hubungan seks sangat beresiko tertular
IMS/HIV (Soetjiningsih,2004)
Cara waria melakukan hubungan seksual tidak seperti biasanya karena waria
berhubungan seksual dengan sesama jenis sehingga cara mereka berhubungan seksual
bermacam-macam misalnya dengan cara oro-genital (lewat mulut), ano-genital (lewat
anus), dan oro-anal (lewat mulut dan anus). Kebiasaan melakukan hubungan
ano-genital membuat para waria/homosex rentan terinfeksi penyakit-penyakit menualar
(20)
Tindakan pemakaian kondom pada waria saat berhubungan dengan klien
waria ternyata kurang disukai karena dianggap “merepotkan” atau dirasakan kurang
nikmat. Pemakaian kondom pada waria ini dianggap kurang konsisten. Fajans et al
(1995) mengemukakan bahwa para pelanggan PSK di Bali mengetahui manfaat
kondom untuk mencegah tertular IMS tetapi mereka cenderung tidak memakai karena
merasa terganggu, kurang praktis dan kurang nikmat. Keadaan sedemikian jelas tidak
menguntungkan karena tanpa kondom hubungan seks sangat beresiko tertular
IMS/HIV (Soetjiningsih, 2004).
Pada gerakan sehat masyarakat, kondom yang didistribusikan ke waria berasal
dari USAID dan BKKBN. Dalam seminggu setiap waria diberikan masing-masing 50
buah kondom yang berarti seharinya ± 7 buah kondom diberikan kepada tiap
warianya.
Berdasarkan hal tersebut di atas serta dengan jumlah waria di kota Medan
yang tersebar di 26 area lokalisasi (hotspot) berkisar 356 s/d 1689 orang , maka perlu
dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap waria dengan
tindakan pemakaian kondom dalam upaya pencegahan penularan IMS di kota Medan
tahun 2010. ( GSM, 2009)
1.2 Perumusan Masalah
Yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah karena masih
(21)
perlu diketahui hubungan pengetahuan dan sikap waria dengan tindakan pemakaian
kondom dalam upaya pencegahan penularan IMS.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap waria dengan tindakan
pemakaian kondom dalam upaya pencegahan penularan infeksi menular seksual
(IMS) di kota Medan tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan waria dengan tindakan pemakaian
kondom dalam upaya pencegahan penularan IMS di kota Medan tahun 2010.
2. Untuk mengetahui hubungan sikap waria dengan tindakan pemakaian kondom
dalam upaya pencegahan penularan IMS di kota Medan tahun 2010.
1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan dapat memberikan gambaran perilaku waria dalam perencanaan
Program KIE yang tepat Sasaran
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waria
Dalam istilahnya waria adalah laki-laki yang berbusana dan bertingkah laku
sebagaimana layaknya wanita. Istilah ini awalnya muncul dari masyarakat Jawa
Timur yang merupakan akronim dari “wanita tapi pria” pada tahun 1983-an panduan
dari kata wanita dan pria.
Pendapat lain mengenai waria adalah kecendrungan seseorang yang tertarik
dan mencintai sesama jenis. Sedangkan menurut pendapat lain menjelaskan bahwa
waria adalah individu-individu yang ikut serta dalam sebuah komunitas khusus yang
para anggotanya memahami bahwa jenis kelamin sendiri itulah yang merupakan
objek seksual paling menggairahkan (Koeswinarno,1996)
Secara fisiologis waria itu sebenarnya adalah pria. Namun pria (waria) ini
mengidentifikasikan dirinya menjadi seorang wanita. Baik dalam tingkah dan
lakunya. Misalnya dalam penampilan atau dandanannya ia mengenakan busana dan
aksesori seperti wanita. Begitu juga dalam perilaku sehari-hari, ia juga merasa dirinya
sebagai seorang wanita yang memiliki sifat lemah lembut (Koeswinarno,1996).
Mereka melakukan aktivitas sehari-hari yang normal, umumnya mereka
berprofesi di bidang-bidang yang memerlukan keterampilan yang biasa dilakukan
wanita. Seperti salon, butik atau di bidang kesenian, meskipun ada juga yang kerja
kantoran. Mereka sering tampil apa adanya artinya tidak menutup-nutupi ciri
(23)
mereka punya kekhasan seperti wanita. Jika mereka berpakaian wanita, lengkap
dengan pernak-perniknya. Dulu mereka cenderung tertutup dan malu-malu namun
kini mereka lebih berperan dan terbuka (Harahap,W,1999).
2.2 Infeksi Menular Seksual (IMS)
(IMS) atau Seksually Transmitted Disease adalah suatu gangguan atau
penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan
seksual. IMS yang sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Harpes, namun yang paling
terbesar diantaranya adalah AIDS, karena mengakibatkan sepenuhnya pada kematian
pada penderitanya. AIDS tidak bisa diobati dengan antibiotic (Koeswinarno,1996).
Koeswinarno (1996) menyatakan bahwa masalah-masalah PMS yang sering
timbul adalah:
1. Gonorhoe
Penyakit ini ditularkan melaui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini
adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ reproduksi dan menyerang
selaput lender, mucus, mata, anus dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang
membawa penyakit ini dinamakan Gonococcus.
Pad
terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pad
kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih serta keluarnya nanah dari
Sedangkan pada wanita, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah
terinfeksi. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau
(24)
seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa
penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri
ketika berkemih, keluarnya cairan dar
leher rahim,
nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan
Wanita dan pria
(anal sex) dapat menderita gonore pada rektumnya. Penderita akan merasakan tidak
nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus
tampak merah dan kasar, serta tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.
Hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore
biasanya akan menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal).
Umumnya infeksi tersebut tidak menimbulkan gejala, namun terkadang menyebabkan
nyeri tenggorokan dan gangguan untuk menelan.
Jika cairan yang terinfeksi mengenai
infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).
gonore dari ibunya selama proses persalinan sehingga terjadi pembengkakan pada
kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar
maka akan menimbulkan
2. Sifilis
Penyakit ini disebut raja singa dan ditularkan melalui hubungan seksual atau
penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular (Misalnya: baju, handuk, dan
(25)
pallidum, kuman ini menyerang organ penting tubuh lainya seperti selaput lendir,
anus, bibir, lidah dan mulut.
Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain
seperti kontak langsung dan
serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut "Peniru Besar"
karena sering dikira penyakit lainnya.
Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan
sistem saraf,
yang memiliki kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan seks yang
mungkin terkena sifilis dianjurkan untuk segera menemui
3. Herpes Genitali
Saat ini dikenal dua macam herpes yakni herpes zoster dan herpes simpleks.
Kedua herpes ini berasal dari virus yang berbeda. Herpes zoster disebabkan oleh virus
Varicella zoster. Zoster tumbuh dalam bentuk ruam memanjang pada bagian tubuh
kanan atau kiri saja. Jenis yang kedua adalah herpes simpleks, yang disebabkan oleh
herpes simplex virus (HSV). HSV sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu HSV-1
yang umumnya menyerang bagian badan dari pinggang ke atas sampai di sekitar
mulut (herpes simpleks labialis), dan HSV-2 yang menyerang bagian pinggang ke
bawah. Sebagian besar herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, walaupun ada juga
(26)
orogenital, atau yang dalam bahasa sehari-hari disebut dengan oral seks, serta
penularan melalui tangan.
Bila seseorang terkena HSV, maka infeksi yang terjadi dapat berupa episode I
infeksi primer (pertama kali terjadi pada dirinya), episode I non primer, infeksi
rekurens (ulangan), asimtomatik atau tidak ada infeksi sama sekali. Pada episode I
infeksi primer, virus dari luar masuk ke dalam tubuh hospes (penerima virus).
Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes tersebut dan
mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit.
Virus akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam
secara permanen dan bersifat laten.
Pada episode I non infeksi primer, infeksi sudah lama berlangsung tetapi
belum menimbulkan gejala klinis. Pada keadaan ini tubuh sudah membentuk antibody
sehingga pada waktu terjadinya episode I ini kelainan yang terjadi tidak seberat
episode I dengan infeksi primer.
Sedangkan infeksi rekurens terjadi apabila HSV yang sudah ada dalam tubuh
seseorang aktif kembali dan menggandakan diri. Hal ini terjadi karena adanya factor
pencetus, yaitu berupa trauma (luka), hubbungan seksual yang berlebihan, demam,
gangguan alat pencernaan, stress, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol serta
obat-obatan yang menurunkan kekebalan tubuh seperti misalnya pada penderita
kanker yang mengalami kemoterapi.
Herpes genitalis primer memiliki masa inkubasi antara 3 - 7 hari. Gejala yang
(27)
berada di daerah mulut rahim pada perempuan. Pada awalnya, gejala ini didahului
oleh rasa terbakar beberpa jam sebelumnya pada daerah dimana akan terjadi luka.
Setelah luka timbul, penderita akan merasakan gejala seperti tidak enak badan,
demam, sakit kepala, kelelahan, serta nyeri otot. Luka yang terjadi berbentuk vesikel
atau gelembung-gelembung. Kemudian kulit tampak kemerahan dan muncullah
vesikel yang bergerombol dengan ukuran sama besar. Vesikel yang berisi cairan ini
mudah pecah sehingga menimbulkan luka yang melebar. Bahkan ada kalanya
kelenjar getah bening di sekitarnya membesar dan terasa nyeri bila diraba.
Pada pria gejala akan tampak lebih jelas karena tumbuh pada kulit bagian luar
kelenjar penis, batang penis, buah zakar, atau daerah anus. Sebaliknya, pada wanita
gejala itu sulit terdeteksi karena letaknya tersembunyi. Herpes genitalis pada wanita
biasanya menyerang bagian labia majora, labia minora, klitoris, malah acap kali leher
rahim (serviks) tanpa gejala klinis. Gejala itu sering disertai rasa nyeri pada saluran
kencing.
4. Kondiloma Akuminta (Kutil Genitalis)
Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di
sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kutil
genitalis sering ditemukan dan menyebabkan kecemasan karena: - tidak enak dilihat,
- bisa terinfeksi bakteri - bisa merupakan petunjuk adanya gangguan sistem
kekebalan. Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher rahim
tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker
(28)
intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau
kanker pada vagina, vulva, dubur, penis,mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
Kutil genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan
lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan
dibawah kulit depannya (jika tidak disunat). Pada wanita, kutil timbul di vulva,
dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis
juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria
homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur.
Kutil biasanya muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai
sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink.
Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki tangkai. Pada suatu daerah seringkali
tumbuh beberapa kutil dan permukaannya yang kasar memberikan gambaran seperti
bunga kol (blumkol).
Pada wanita hamil, pada gangguan sistem kekebalan (penderita AIDS atau
pengobatan dengan obat yang menekan sistem kekebalan) dan pada orang yang
kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat cepat.
5. Chlamydia Trachomatis
Chlamydia trachomatis adalah salah satu dari tiga spesies bakteri dalam genus
C. trachomatis adalah agen chlamydial pertama yang ditemukan dalam tubuh
(29)
trachomatis sering tidak menimbulkan gejala dan sangat beresiko bila terjadi pada
ibu-ibu karena dapat menyebabkan kehamilan ektopik, infertilitas dan abortus. WHO
memperkirakan 4 juta kasus baru pada ibu-ibu terinfeksi oleh Chlamydia trachomatis
dan 50.000 diantaranya mengalami intertilitas,kehamilan ektopik dan abortus.
Mekanisme terjadinya infeksi C.trachomatis telah dipelajari banyak peneliti, dimana
MOMP (Major Outr Membrane Protein) merupakan suatu target penting untuk
mencegah respons imun dari host, seperti neuralizing factor dan sel T. Berdasarkan
adanya variasi nukleotida dari MOMP pada gen Omp-1 dan adanya inhibisi respon
imun dapat menyebabkan mudahnya host terpapar oleh C.trachomatis. Setiap variasi
nukleotida memperlihatkan berkurangnya imunitas seravor yang spesifik dalam
menyeleksi imun dari host.
6. HIV-AIDS
HIV merupakan singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus, yaitu
sejenis virus yang menyebabkan AIDS. HIV ini menyerang sel darah putih dalam
tubuh sehingga jumlah sel darah putih semakin berkurang dan menyebabkan sistem
kekebalan tubuh menjadi lemah. AIDS adalah singkatan Acquired Immuno
Deficiency Syndrom artinya suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh
seseorang. Pada dasarnya setiap orang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang
dapat melindunginya dari berbagai serangan seperti virus, kuman, dan penyakit
(30)
Qomariyah,Nurul (2003), menyatakan penularan akan terjadi apabila ada
kontak atau percampuran cairan tubuh yang mengandung HIV, yaitu :
1) Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV.
2) Melalui tranfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar oleh HIV
secara langsung akan menularkan HIV kedalam sistem peredaran darah
sipenerima.
3) Melalui alat/jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato)
yang tercemar oleh HIV.
4) Penularan dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi yang
dikandungnya.
5) Kontak dengan cairan otak yang mengandung virus. Virus HIV juga
terdapat sedikit pada saliva, urin, air mata, keringat dan air susu.
Dalam Harahap, 2000, menyebutkan ada beberapa cara pencegahan penularan
HIV-AIDS diantaranya adalah :
1) Penularan yang berkaitan dengan darah
Pencegahannya:
a. Menskrining darah dan produk darah
b. Untuk petugas kesehatan, melakukan pecegahan dengan sterilisasi terhadap
jarum suntik ataupun alat-alat kedokteran lain,
c. Bagi pengguna jarum suntik untuk narkoba, dengan mencegah penggunaan
jarum suntik bergantian tanpa sterilisasi atau dengan menggunakan jarum
(31)
2) Penularan yang berkaitan dengan seks
Pencegahannya menggunakan konsep ABCDE yaitu :
A = Abstinence atau berpuasa seks untuk tidak melakukan hubungan seks sama
sekali
B = Be faithful atau bersikap setia pada pasangan seks
C = Condom atau cegah dengan pengguna kondom
2.3 Kondom
Kondom adalah alat
baha
sebelum bersanggama (bersetubuh) atau berhubungan suami-istri
(Sutantri,1987).
kondom yang terbuat dari bahan latek ini secara klinis sangat baik dalam
mencegah:
1) Vaginitis yang disebabkan oleh inpeksi seperti trichomoniasis
2) Pelvic inflammatory disease (PID)
3) Gonorrhea
4) Chlamydia
5) Syphilis
6) Chancroid
(32)
Selain itu kondom yang terbuat dari latex juga mampu mencegah terhadap:
1) Human papiloma virus (HPV) yang dapat menyebabkan genital warts
2) Herpes simplex virus (HSV) yang dapat menyebabkan genital herpes
3) Virus hepatitis-B.
2.4 Pengetahuan 2.4.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan “hasil tahu” dari manusia dan ini terjadi setelah
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui
panca indera manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba (Notoatmodjo, 2007).
2.4.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang mencakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tingkat Tahu (know),
2. Tingkat Perbandingan Menyeluruh (comprehention),
3. Tingkat Penerapan (aplication),
4. Tingkat Analisis (analysis),
5. Tingkat Sintesis (syntesis),
(33)
2.5 Sikap
2.5.1 Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap
stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, baik-tidak baik dan sebagainya). Newcomb
dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan
kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan
tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi terbuka.
2.5.2 Pembentukan Sikap
Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain (Azwar, 2007):
1. Pengalaman Pribadi
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat
mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan hal tersebut.
2. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting
Orang disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting akan banyak
(34)
3. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap.
4. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti tv, radio, surat
kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan
opini dan kepercayaan orang.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
6. Pengaruh Faktor Emosional
Sikap ini didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap ini bersifat sementara
dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan
sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
2.6 Tindakan
Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan
nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
(35)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Oleh karena itu disebut juga over behavior.
Empat tingkatan tindakan adalah:
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
diambil.
2. Respon Terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.
4. Adaptasi (Adaptation)
Adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik,
artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
Tindakan pemakaian kondom pada waria saat berhubungan dengan klien
waria ternyata kurang disukai karena dianggap “merepotkan” atau dirasakan kurang
nikmat. Pemakaian kondom pada waria ini dianggap kurang konsisten. Fajans et al
(1995) mengemukakan bahwa para pelanggan PSK di Bali mengetahui manfaat
kondom untuk mencegah tertular IMS tetapi mereka cenderung tidak memakai karena
(36)
menguntungkan karena tanpa kondom hubungan seks sangat beresiko tertular
IMS/HIV (Soetjiningsih, 2004).
Pada gerakan sehat masyarakat, kondom yang didistribusikan ke waria berasal
dari USAID dan BKKBN. Dalam seminggu setiap waria diberikan masing-masing 50
buah kondom yang berarti seharinya ± 7 buah kondom diberikan kepada tiap
warianya.
2.7 Gerakan Sehat Masyarakat (GSM)
Gerakan sehat masyarakat (GSM) adalah lembaga swadaya masyarakat yang
bergerak dibidang kesehatan termasuk dalam hal pencegahan IMS dan HIV-AIDS
dan pemberdayaan kelompok yang terpinggirkan termasuk perempuan dan lesbian,
gay, biseksual, serta transgender (LGBT). Dengan visi pada tahun 2015 menjadi LSM
yang terkemuka di Indonesia yang mampu menjalankan upaya kesehatan dan
pendidikan yang berkualitas tanpa adanya diskriminasi dengan semangat
kemandirian.
Beberapa orang yang mempunyai visi dan misi yang sama membentuk LSM
dengan nama Gerakan Sehat Masyarakat pada tanggal 22 Desember 2008. Sejak
didirikan, GSM tetap member perhatian dan melakukan kegiatan untuk menahan laju
epidemic HIV-AIDS pada kelompok resiko tinggi (waria dan MSM) di kota Medan,
MSM di Kab. Deli Serdang dan MSM di Kab. Serdang Bedagai.
(37)
1. Meningkatkan layanan dan informasi kesehatan tanpa adanya diskriminasi.
2. Meningkatkan kualitas informasi kesehatan reproduksi, HIV-AIDS dan narkoba.
3. Mengembangkan kemandirian dan partisipasi anak, remaja, perempuan dan
LGBT dalam penanggulangan masalah kesehatan reproduksi HIV-AIDS dan
narkoba.
4. Meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan informal.
5. Meningkatkan pendidikan serta partisipasi masyarakat untuk mewujudkan
masyarakat yang sehat dan cerdas.
6. Mewujudkan pemerataan kesehatan tanpa ada diskriminasi.
7. Mengembangkan unit usaha untuk keberlanjutan program dengan semangat
kemandirian untuk kelompok marginal.
8. Ikut serta dalam upaya peningkatan kesehatan lingkungan dan pelestarian
lingkungan hidup.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh GSM adalah :
1. Penjangkauan dan pendampingan kepada waria, klien waria dan MSM di kota
Medan.
2. Penjangkauan dan pendampingan kepada MSM di kabupaten Deli Serdang.
3. Penjangkauan dan pendampingan kepada MSM di kabupaten Serdang Bedagai.
4. Hotline konseling (HIV-AIDS, IMS, MSM).
5. Layanan pre dan post tes konseling untuk HIV.
6. Pemilihan macho man, pagelaran seni dan edukasi HIV-AIDS yang dihadiri
(38)
7. Memfasilitasi dan membina organisasi waria (pelangi hati) dan organisasi MSM
(KOOS).
8. Pertemuan dan diskusi dengan stake holder lapangan waria dan MSM.
9. Pelatihan Peer Edukator untuk waria dan MSM.
10. Edukasi HIV-AIDS dan pemilihan waria unik mirip bintang (edutainment).
11. Manajemen kasus, layanan kelompok dukungan sebaya (KDS) ODHA-Gaya
Pelangi Support (GPS).
12. Program pencegahan IMS dan HIV AIDS dengan intervensi perubahan perilaku
terhadap waria, gay dan klien waria di kota Medan, gay di kabupaten Deli
Serdang dan Serdang Bedagai. Kerjasama dengan USAID-FHI/ASA.
13. Workshop dan penguatan coordinator kelompok kerja (POKJA) program 100%
kondom untuk waria di kota Medan, Sibolangit Agustus 2009.
14. Semiloka dengan stake holder wilayah, peningkatan akses dan dukungan
pemerintah dalam penanggulangan HIV-AIDS di kota Medan, Desember 2009.
15. Edutainment untuk waria, cerdas cermat dan teladan untuk waria 100% kondom
di hotspot Marelan-Belawan, Desember 2009.
2.8 Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan hubungan pengetahuan
dan sikap waria terhadap tindakan pemakaian kondom dalam upaya pencegahan
(39)
2.9 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan pengetahuan waria dengan tindakan pemakaian kondom dalam
upaya pencegahan penularan infeksi menular seksual (IMS) di kota Medan
tahun 2010.
2. Ada hubungan sikap waria terhadap tindakan pemakaian kondom dalam
upaya pencegahan penularan infeksi menular seksual (IMS) di kota Medan
tahun 2010.
Pengetahuan dan Sikap Waria
Tindakan Pemakaian Kondom
(40)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey yang bersifat
deskriptif analitik.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Pemerintah Kotamadya Medan, yang
memiliki area lokalisasi (hotspot) Barayan, Tembung, Angsana, Bawah Tol (Bandar
kalippa), Sutomo, Kapten jumhana/Asia, Paradiso/Tirtanadi, Makam pahlawan,
Alfalah, Iskandar muda, Gatsu/Makro, Kuburan gajah mada, Raden Saleh,Selayang,
Kim, Krakatau, Belawan, Marelan, D’jolly Salon, Salon Power, Zeni Salon, Salon
Owie, Salon Leo, Dian Salon, Iwan Salon, Nice Salon dan jumlah waria yang paling
besar untuk Sumatera Utara.
3.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan
November 2010.
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
(41)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh waria yang menjadi kelompok
dampingan program GSM yang tersebar dalam 26 area lokalisasi (hotspot) di kota
Medan yaitu sebesar 1.689 orang.
3.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah waria yang menjadi anggota dari
kelompok dampingan program GSM wilayah Pemerintah Kotamadya Medan. Besar
sample diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Vincent Caspersz,
2002): 2 2 0 0 ) ( ) ( O a a a P P Q P Z Q P Z n − +
=
α
βKeterangan :
N = Besar populasi = 1689 orang n = Besar sample
Zα = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan = 5 % = 1,96 Po = 0.5
Pa = 0.60
Zβ = 0.82 (20 %)
2 2 ) ( ) ( o a a a O O P P Q P Z Q P Z n − +
= α β
2 ) 50 , 0 60 , 0 ( 40 , 0 60 , 0 842 , 0 5 , 0 5 , 0 96 , 1 − +
= x x
(42)
01 , 0 24 , 0 842 , 0 25 , 0 96 , 1 + = n 01 , 0 ) 48 , 0 ( 842 , 0 ) 5 , 0 ( 96 , 1 + = n 01 , 0 40416 , 0 98 , 0 + = n 01 , 0 38416 , 1 = n 138 416 . 138 ≈ = n waria.
Berdasarkan rumus di atas diperoleh sample sebesar 91 orang waria. Dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95% Teknik pengambilan sample dilakukan secara
aksidental (accidental sampling), ini dilakukan dengan mengambil responden yang
kebetulan ada atau tersedia di 26 area lokalisasi (hotspot) yang menjadi kelompok
dampingan program GSM.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun dan mengacu pada
variable yang diteliti. Sebelum pengisian kuesioner peneliti menjelaskan pada calon
responden tentang tujuan, manfaat dan cara pengisian kuesioner/angkat. Responden
diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti selama 20 menit.
Selama pengisian kuesioner responden diberi kesempatan untuk bertanya kepada
(43)
sekunder diperoleh dari data-data yang dimiliki oleh GSM yang mendukung
penelitian ini.
3.6 Defenisi Operasional
Dari kerangka konsep penelitian, maka defenisi operasional dari
variable-variabel penelitian ini adalah :
1. Pengetahuan waria adalah segala sesuatu yang diketahui oleh waria yang
menjadi anggota kelompok dampingan program GSM tentang tindakan
pemakaian kondom dalam upaya pencegahan penularan infeksi menular
seksual (IMS) yang meliputi manfaat penggunaan kondom, penyakit infeksi
menular seksual dan penularannya.
2. Sikap waria adalah tanggapan terhadap masalah yang berkaitan dengan
pemakaian kondom, penyakit IMS dan upaya pencegahannya.
3. Tindakan waria adalah tanggapan (respon) waria dalam suatu perbuatan nyata
menggunakan kondom atau tidak menggunakan kondom sewaktu melakukan
hubungan seksual.
3.7 Aspek Pengukuran 1.Pengetahuan
Variabel pengetahuan diukur dengan menggunakan metode skoring dan
diberikan pembobotan pada hasil jawaban responden. Untuk nilai setiap jawaban :
(44)
2. Jawaban yang salah nilainya 0.
Untuk pertanyaan no 1, 2, 7, 8, 9, 11, 17, 19, 20 nilainya 1
Untuk Pertanyaan no 16 nilainya 2
Untuk pertanyaan no 4, 10 nilainya 3
Untuk pertanyaan no 3, 12, 13, 14, 15, 18, nilainya 4
Untuk pertanyaan no 5, 6 nilainya 5
Berdasarkan total skor jawaban , pengetahuan dikategorikan sebagai berikut :
1. Tinggi, jika total skor jawaban responden ≥ 50% (25 – 51) 2. Rendah, jika total skor jawaban responden < 50% (0 – 25)
(Azwar, 2007).
2.Sikap
Variabel sikap diukur dengan menggunakan metode skoring dan diberikan
pembobotan pada hasil jawaban responden. Untuk jawaban tidak setuju nilainya 1,
dan jawaban setuju nilainya 2. Berdasarkan total skor jawaban, sikap dikategorikan
sebagai berikut :
1. Baik, jika total skor jawaban responden ≥ 50% (19 – 37)
2. Kurang baik, jika total skor jawaban responden < 50% (0 – 18)
(45)
3.Tindakan
Variabel tindakan pemakaian kondom berupa pertanyaan tertutup dengan 2
pilihan jawaban yaitu :
1. Pakai, apabila responden memakai kondom yang diberikan dalam seminggu
tiap kali berhubungan.
2. Tidak pakai, apabila responden tidak ada memakai kondom yang diberikan
dalam seminggu tiap kali berhubungan (GSM, 2010).
Tindakan di atas dilihat lagi dengan penggunaan kondom oleh pelanggan
waria tersebut dalam 1 minggu. Kemungkinan yang terjadi bisa berupa pelanggan
saja yang menggunakan (untuk seks oral dan waria yang dianal), waria saja yang
menggunakan kondom (untuk waria yang menganal) dan kedua-duanya memakai saat
melakukan seks oral ataupun anal yang secara bergantian.
3.8 Teknik Analisis Data
Data dikumpulkan melalui tahapan editing, coding dan tabulating. Kemudian
data dianalisis dengan cara bertahap yaitu:
1. Analisis Univariat
Analisis ini untuk mendeskripsikan masing-masing variabel bebas dan variabel
terikat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis dimaksudkan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel bebas
(46)
tingkat kepercayaan 95% (α =5%). Keputusan uji ; Tolak Ho, jika P ≤ α atau
χ
2H≥
χ
2
(47)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Medan merupakan ibukota pemerintahan Provinsi Sumatera Utara yang
memiliki letak strategis dimana kota ini dilalui Sungai Deli dan Sungai Babura
dengan luas areal 26.510 hektar yang secara administratif terbagi atas 21 kecamatan
mencakup 151 kelurahan.
Waria sebagai responden dalam penelitian ini memiliki area lokalisasi
(hotspot) yang tersebar di 21 Kecamatan Kota Medan dan merupakan jumlah waria
yang paling besar untuk Sumatera Utara. Daerah tersebut antara lain Brayan,
Tembung, Angsana, Bawah Tol (Bandar kalippa), Sutomo, kapten jumhana/Asia,
Paradiso/Tirtanadi, Makam Pahlawan, Alfalah, Iskandar Muda, Gatsu/Makro,
Kuburan gajah mada, Raden Saleh, Selayang Kim, Krakatau, Belawan, Marelan.
Waria di lokasi ini biasanya menjajakan diri secara terang-terangan untuk
mendapatkan pelanggan yang mau menggunakan jasa layanan seks yang mereka
tawarkan. Mereka biasanya berkumpul di suatu tempat mulai dari pukul sepuluh
malam. Setelah itu, berselang kira-kira dalam satu jam mereka mencari pelanggan
masing-masing, sampai pada sekitar pukul tiga dini hari mereka akan kembali di
(48)
4.1.1 Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Medan berada antara 3”30`-3”43’ LU dan
98”35’-98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 Km2 dengan batas-batas sebagai
berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
4.1.2 Data Demografi
Jumlah penduduk Kota Medan sebanyak 2.109.339 jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 1.040.680 dan penduduk perempuan sebanyak
1.068.659. Tabel di bawah ini menjelaskan distribusi penduduk menurut kelompok
umur muda dan dewasa tahun 2009 berdasarkan sensus penduduk tahun 2010.
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Medan Tahun 2009
No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah %
1. 0 – 19 tahun 864.829 41
2. 20 – 39 tahun 797.331 37,8
3. ≥ 40 tahun 447.179 21,2
Jumlah 2.109.339 100,0
Sumber: Data Sensus Penduduk BPS tahun 2010
Dari tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang paling banyak
terdapat di Kota Medan adalah pada usia 0-19 tahun berjumlah 864.829 jiwa (41%)
(49)
4.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari umur, pendidikan,
dan sumber informasi. Tabel-tabel di bawah ini akan menjelaskan hasil penelitian
tentang karakteristik responden tersebut.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur (tahun) Responden di Kota Medan Tahun 2010
No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah %
1. 15-19 tahun 23 16,7
2. 20-24 tahun 40 29
3. 25-29 tahun 22 15,9
4. 30-34 tahun 32 23,2
5. > 35 tahun 21 15,2
Jumlah 138 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
berumur 20-24 tahun yaitu sebanyak 40 responden (29%), sedangkan jumlah
responden yang paling sedikit terlihat pada kelompok umur >35 tahun berjumlah 21
responden (15,2%)
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden di Kota Medan Tahun 2010
No. Tingkat Pendidikan Jumlah %
1. Tidak sekolah 3 2,2
2. SD 21 15,2
3. SMP 46 33,3
4. SMU 62 44,9
5. Perguruan Tinggi 6 4.3
Jumlah 138 100,0
Dari tabel 4.3. di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan sebagian besar
(50)
merupakan tamatan SMU (44,9%),sedangkan jumlah responden yang paling sedikit
yaitu dengan tingkat pendidikan tidak sekolah berjumlah 3 responden (2,2%).
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) Yang Diterima Responden di Kota Medan Tahun 2010
No. Sumber Informasi Jumlah %
1. Tenaga kesehatan 52 37,7
2. TV, radio 10 7,2
3. Buku-buku dan Majalah 45 32,6
4. Teman 22 15,9
5. Film, VCD dan Internet 9 6,5
Jumlah 138 100,0
Berdasarkan tabel 4.4. di atas diketahui bahwa responden paling banyak
menerima sumber informasi tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah dari
tenaga kesehatan yaitu sebanyak 52 responden (37,7%) dan paling sedikit mendapat
sumber informasi adalah dari Film, VCD dan Internet sebanyak 9 responden (6,5%).
4.3. Pengetahuan Responden
Pengetahuan merupakan ukuran hasil dari tahu setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek dengan menggunakan panca inderanya terutama
mata dan telinga. Pengetahuan merupakan faktor penting terbentuknya tindakan
seseorang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh pengetahuan
(51)
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di Kota Medan Tahun 2010
No. Pengetahuan IMS Jumlah %
1. IMS adalah penyakit menular 26 18,8
2. IMS sama dengan PMS 4 2,9
3. IMS adalah Infeksi menular seksual 40 29
4. IMS adalah penyakit yg penularannya terutama pd waktu
mengadakan hubungan seksual 66 47,8
5. Tidak tahu 2 1,4
Jumlah 138 100,0
Dari tabel 4.5. di atas dapat dilihat bahwa dari 138 responden ternyata 66
responden (47,8%) yang mengetahui bahwa IMS adalah penyakit yang penularannya
terutama pada waktu mengadakan hubungan seksual dan yang tidak tahu tentang IMS
adalah 2 responden (1,4%).
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Cara Pencegahan Penularan Terjadinya IMS di Kota Medan Tahun 2010
No. Cara Pencegahan Penularan Terjadinya IMS Jumlah %
1. Jangan melakukan seks diluar nikah 19 13,8
2. Memakai kondom pd hubungan seksual beresiko 107 77,5
3. Setia pada pasangan nikah 6 4,3
4. Berdekatan dengan pasangan yang terkena IMS 6 4,3
Jumlah 138 100,0
Dari tabel 4.6. di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memilih
memakai kondom pada hubungan seksual beresiko sebesar 107 responden (77,5%)
sebagai cara pencegahan penularan terjadinya IMS dan masing-masing 6 responden
(4,3%) responden memilih setia pada pasangan nikah dan berdekatan dengan
(52)
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Penyebab IMS di Kota Medan Tahun 2010
No. Penyebab IMS Jumlah %
1. Jamur 25 18,1
2. Virus 41 29,7
3. Bakteri/kuman 70 50,7
4. Lingkungan yang kotor 2 1,4
Jumlah 138 100,0
Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa dari 70 responden yang memilih
bakteri/kuman adalah penyebab IMS, ternyata hanya 2 responden yang memilih
penyebab IMS adalah lingkungan yang kotor.
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Tanda-tanda Seseorang Terkena IMS di Kota Medan Tahun 2010
No. Tanda-tanda Seseorang Terkena IMS Jumlah %
1. Keluar cairan yg tidak normal (berlebihan, encer, berbau)
dari saluran kemaluan 103 74,6
2. Ada luka atau borok disekitar alat kemaluan 8 5,8
3. Luka berupa kumpulan bintil-bintil kecil yg
berkelompok dan terasa nyeri 8 5,8
4. Gatal-gatal atau tidak nyaman pada kemaluan 5 3,6
5. Perdarahan yg tidak normal pada kemaluan 7 5,1
6. Tidak tahu 3 2,2
7. Lain-lain 4 2,9
Jumlah 138 100,0
Dari tabel 4.8. di atas diketahui bahwa sebanyak 103 responden (74,6%)
menyatakan tanda-tanda seseorang terkena IMS adalah keluar cairan yang tidak
normal (berlebihan, encer, berbau) dari saluran kemaluan dan 3 responden (2,2%)
(53)
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Macam-macam IMS di Kota Medan Tahun 2010
No. Macam-macam IMS Jumlah %
1. Sifilis 67 48,6
2. Gonore 5 3,6
3. Herpes 21 15,2
4. Kandidiasis 2 1,4
5. HIV/AIDS 26 18,8
6. Tidak tahu 8 5,8
7. Lain-lain 9 6,5
Jumlah 138 100,0
Dari tabel 4.9. di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan sifilis
adalah macam-macam IMS sebanyak 67 responden (48,6%) sedangkan menjawab
kandidiasis hanya 2 responden (1,4%).
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Kondom di Kota Medan Tahun 2010
No. Pengetahuan Kondom Jumlah %
1. Alat untuk mencegah kehamilan atau penularan
penyakit kelamin pada saat bersenggama 117 84,8
2. Kontrasepsi 2 1,4
3. Karet Pengaman 3 2,2
4. A dan B benar 16 11,6
Jumlah 138 100,0
Dari tabel 4.10. di atas bahwa sebagian besar responden yang mengetahui
bahwa kondom adalah alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit
kelamin pada saat bersenggama yaitu berjumlah 117 responden (84,8%) dan hanya 2
(54)
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Jenis Kondom di Kota Medan Tahun 2010
No. Jenis Kondom Jumlah %
1. Kondom karet 68 49,3
2. Kondom untuk pria dan kondom wanita 68 49,3
3. Kondom linen 2 1,4
Jumlah 138 100,0
Dari tabel 4.11. di atas diketahui bahwa masing-masing 68 responden (49,3%)
mengetahui jenis kondom adalah kondom karet dan kondom untuk pria dan kondom
wanita, dan hanya 2 responden (1,4%) menjawab kondom linen.
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Cara Menggunakan Kondom di Kota Medan Tahun 2010
No. Cara Menggunakan Kondom Jumlah %
1. Kondom dipakai utk menutupi penis yg tegang sebelum
melakukan hubungan seksual 35 25,4
2. Pegang bagian atas kondom,pencet ujung kondom antara
2 jari tangan untuk mengeluarkan udara didalamnya 83 60,1
3.
Dengan pelan-pelan buka gulungan kondom ke bawah sampai pangkal penis dan tinggalkan sedikit rongga di ujungnya sebagai tempat semen
20 14,5
Jumlah 138 100,0
Dari tabel 4.12. di atas bahwa sebagian besar responden yang mengetahui
bahwa cara menggunakan kondom adalah yaitu pegang bagian atas kondom, pencet
ujung kondom antara 2 jari tangan untuk mengeluarkan udara didalamnya berjumlah
83 responden (60,1%) dan 20 responden (14,5%) menjawab dengan pelan-pelan buka
gulungan kondom ke bawah sampai pangkal penis dan tinggalkan sedikit rongga di
(55)
Berdasarkan hasil perhitungan dari pengetahuan responden tentang pemakaian
kondom dalam upaya pencegahan penularan IMS, maka dilakukan penilaian yang
terdiri dari 2 kategori yaitu kategori tinggi bila pengetahuan responden ≥ 50% dan rendah < 50%. Hasil penelitian menjelaskan responden umumnya memiliki
pengetahuan tentang IMS dalam kategori rendah sebanyak 75 responden (54,3%) dan
dalam kategori tinggi ada 63 responden (45,7%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel
4.13.
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden Dengan Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan IMS di Kota Medan Tahun 2010
No. Tingkat Pengetahuan Jumlah %
1. Tinggi 63 45,7
2. Rendah 75 54,3
Jumlah 138 100,0
4.4. Sikap Responden
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas
namun merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Dari penelitian yang telah dilakukan
diperoleh sikap responden terhadap pemakaian kondom dalam upaya pencegahan
(56)
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Responden Dengan Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan IMS di Kota Medan Tahun 2010
Sikap
Pertanyaan f %
1. Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dapat menularkan IMS.
a. Tidak setuju b. Ragu-ragu c. Setuju d. Sangat setuju e. Tidak menjawab
9 5 57 56 11 6,5 3,6 41,3 40,6 8,0
Jumlah 138 100,0
2. Menggunakan kondom dalam berhubungan seksual dapat mencegah penularan IMS.
a. Sangat tidak setuju b. Ragu-ragu
c. Setuju d. Sangat setuju e. Tidak menjawab
2 2 66 59 9 1,4 1,4 47,8 42,8 6,5
Jumlah 138 100,0
3. Waria yg beresiko tinggi untuk tertular HIV/AIDS seperti pekerja seks sangat penting memeriksakan kesehatannya ke petugas kesehatan untuk mengetahui apakah terinfeksi virus HIV.
a. Tidak setuju b. Ragu-ragu c. Setuju d. Sangat setuju e. Tidak menjawab
1 4 31 88 14 0,7 2,9 22,5 63,8 10,1
Jumlah 138 100,0
4. Setiap berhubungan seksual (oral, anal & vaginal) sebaiknya menggunakan kondom.
a. Ragu-ragu b. Setuju c. Sangat setuju a. Tidak menjawab
2 65 57 14 1,4 47,1 41,3 10,1
(57)
Lanjutan Tabel
5. Penggunaan kondom dlm berhubungan seksual tdk penting, yg utama menjaga daya tahan tubuh agar tetap fit.
a. Sangat tidak setuju 46 33.3
b. Tidak setuju 53 38.4
c. Ragu-ragu 4 2.9
d. Setuju 11 8.0
e. Sangat setuju 5 3.6
f. Tidak menjawab 19 13.8
Jumlah 138 100,0
6. Sebaiknya segera memeriksakan ke petugas kesehatan jika terdapat keluhan seperti gatal, nyeri & panas saat kencing.
a. Tidak setuju 12 8.7
b. Ragu-ragu 13 9.4
c. Setuju 62 44.9
d. Sangat setuju 36 26.1
e. Tidak menjawab 15 10.9
Jumlah 138 100,0
7. Melalui program gerakan sehat masyarakat (GSM) dapat ditingkatkan kesadaran masyarakat terutama waria akan pentingnya pencegahan penularan IMS.
a. Tidak setuju 2 1.4
b. Ragu-ragu 3 2.2
c. Setuju 41 29.7
d. Sangat setuju 77 55.8
e. Tidak menjawab 15 10.9
Jumlah 138 100,0
8. Menggunakan kondom adalah tindakan yang kurang efektif, hanya buang-buang uang
a. Sangat tidak setuju 44 31.9
b. Tidak setuju 57 41.3
c. Ragu-ragu 15 10.9
d. Setuju 5 3.6
e. Sangat setuju 4 2.9
f. Tidak menjawab 13 9.4
Jumlah 138 100,0
9. Pemakaian kondom saat berhubungan seksual dapat mengurangi kenikmatan sehingga banyak yang tidak menggunakannya.
a. Sangat tidak setuju 23 16.7
b. Tidak setuju 63 45.7
(58)
d. Setuju 25 18.1
e. Sangat setuju 6 4.3
Lanjutan Tabel
f. Tidak menjawab 13 9.4
Jumlah 138 100,0
10. Selain waria itu sendiri, pelanggan waria juga sebaiknya menggunakan saat melakukan hubungan seksual.
a. Sangat tidak setuju 2 1.4
b. Tidak setuju 13 9.4
c. Ragu-ragu 38 27.5
d. Setuju 51 37.0
e. Sangat setuju 19 13.8
f. Tidak menjawab 15 10.9
Jumlah 138 100,0
Dari tabel 4.14. di atas dapat dilihat sikap responden terhadap pemakaian
kondom dalam upaya pencegahan IMS yang terdiri dari 10 pertanyaan. Pada
pertanyaan no. 1 responden yang menyatakan sikap setuju bahwa berhubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan dapat menularkan penyakit IMS sebanyak 57
responden (41,3%) dan menyatakan sikap ragu-ragu hanya 5 responden (3,6%).
Untuk pertanyaan no. 2 responden yang menyatakan sikap setuju terhadap
penggunaan kondom dalam berhubungan seksual dapat mencegah penularan IMS
sebanyak 66 responden (47,8%) dan masing-masing 2 responden (1.4%) menyatakan
sikap sangat tidak setuju dan ragu-ragu.
Sebanyak 88 responden (63,8%) menyatakan sikap sangat setuju bahwa waria
beresiko tinggi untuk tertular HIV/AIDS dan hanya 1 responden (0,7%) yang
menyatakan tidak setuju akan hal tersebut. Hal ini merupakan bagian dari pertanyaan
(59)
menyatakan ragu-ragu bahwa setiap berhubungan seksual (oral, anal dan vaginal)
sebaiknya menggunakan kondom dan sebanyak 65 responden (47,1%) menyatakan
sikap setuju.
Berdasarkan hasil penelitian pada pertanyaan no. 5, sekitar 53 responden
(38,4%) menyatakan sikap tidak setuju tentang penggunaan kondom dalam
berhubungan seksual tidak penting dan hanya 4 responden (2,9%) yang menyatakan
ragu-ragu. Sebanyak 62 responden (44,9%) menyatakan sikap setuju bahwa
melakukan pemeriksaan ke petugas kesehatan jika terdapat keluhan dan sikap tidak
setuju diberikan oleh 12 responden (8,7%), yang merupakan pertanyaan no. 6.
Pada pertanyaan no. 7 diketahui bahwa sebanyak 77 responden (55,8%) yang
menyatakan sangat setuju dengan adanya program GSM akan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pencegahan penularan IMS dan hanya 2 responden
(1,4%) yang menyatakan tidak setuju. Untuk pertanyaan no. 8 diketahui ada 57
responden (41,3%) menyatakan sikap tidak setuju dan 4 responden (2,9%) sangat
setuju bahwa menggunakan kondom adalah tindakan kurang efektif, hanya
buang-buang uang.
Berdasarkan hasil penelitian pada pertanyaan no. 9, sekitar 63 responden
(45,7%) menyatakan sikap tidak setuju tentang pemakaian kondom saat berhubungan
seksual dapat mengurangi kenikmatan dan hanya 6 responden (4,3%) yang
menyatakan sangat setuju. Sebanyak 51 responden (37%) menyatakan sikap setuju
bahwa selain waria, pelanggan juga menggunakan saat melakukan hubungan seksual
(60)
Berdasarkan hasil perhitungan dari sikap responden dengan pemakaian
kondom dalam upaya pencegahan penularan IMS, maka dilakukan penilaian yang
terdiri dari 2 kategori yaitu kategori baik bila sikap responden ≥ 50% dan kurang baik < 50%. Hasil penelitian menjelaskan responden umumnya memiliki sikap dalam
kategori baik sebanyak 73 responden (52,9%) dan dalam kategori kurang baik ada 65
responden (47,1%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Responden Dengan Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan IMS di Kota Medan Tahun 2010
No. S I K A P Jumlah %
1. Baik 73 52,9
2. Kurang baik 65 47,1
Jumlah 138 100,0
4.5. Tindakan Responden
Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan
nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
nyata. Hasil penelitian yang menjelaskan tindakan responden tentang pemakaian
kondom dalam upaya pencegahan (IMS), secara rinci dijelaskan pada tabel-tabel di
bawah ini.
Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Pemakaian Responden Dengan Pemakaian Kondom Dalam Upaya Pencegahan IMS di Kota Medan Tahun 2010
No. S I K A P Jumlah %
1. Pakai 52 37,7
2. Tidak Pakai 86 62,3
(61)
Dari table 4.16 di atas diketahui bahwa responden yang menyantakan tidak memakai
kondom dalam upaya pencegahan penularan IMS ada 86 responden (62,3%) dan 52
responden (37,7%) yang pakai kondom dalam upaya pencegahan Penularan IMS.
Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perolehan Kondom Selama Seminggu Dalam Upaya Pencegahan IMS di Kota Medan Tahun 2010
No. Banyaknya Kondom (bungkus) f %
1. Tidak menjwab 21 15.2
2. 1 9 6.5
3. 3 4 2.9
4. 5 7 5.1
5. 6 5 3.6
6. 7 4 2.9
7. 9 4 2.9
8. 10 24 17.4
9. 12 10 7.2
10. 15 6 4.3
11. 20 13 9.4
12. 21 1 0.7
13. 24 4 2.9
14. 25 8 5.8
15. 30 11 8.0
16. 35 1 0.7
17 36 2 1.4
18. 40 4 2.9
Jumlah 138 100,0
Dari tabel 4.17. di atas diketahui bahwa adanya responden yang tidak
menjawab berapa banyak kondom yang diberikan selama seminggu yaitu 21
responden (15,2%) dan masing-masing 1 responden (0,7%) menjelaskan sebanyak 21
bungkus dan 35 bungkus kondom yang diberikan kepada mereka dan Rata- rata
(1)
pemberian cukup 21 15.2 15.2 70.3
persediaan tetap ada 11 8.0 8.0 78.3
sangat cukup 19 13.8 13.8 92.0
sesuai kebutuhan
sehari-hari 3 2.2 2.2 94.2
sudah cukup 5 3.6 3.6 97.8
tergantung pelanggan 2 1.4 1.4 99.3
tidak pernah kurang 1 .7 .7 100.0
Total 138 100.0 100.0
Alasan jika tdk
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 109 79.0 79.0 79.0
banyak pelanggan 5 3.6 3.6 82.6
banyak tamu 2 1.4 1.4 84.1
banyaknya pelanggan 2 1.4 1.4 85.5
beli sendiri 2 1.4 1.4 87.0
dikenakan biaya&tdk
diantar 4 2.9 2.9 89.9
jarang dibagi 2 1.4 1.4 91.3
pelanggan tidak tetap 6 4.3 4.3 95.7
pemberian tdk cukup 2 1.4 1.4 97.1
pemberian tidak cukup 2 1.4 1.4 98.6
tidak dibagi 2 1.4 1.4 100.0
Total 138 100.0 100.0
P1
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 2 1.4 1.4 1.4
IMS adalah penyakit menular 26 18.8 18.8 20.3
IMS sama dengan PMS 4 2.9 2.9 23.2
IMS adalah Infeksi menular seksual 40 29.0 29.0 52.2
IMS adalah penyakit yg penularannya terutama pd waktu mengadakan hubungan seksual
66 47.8 47.8 100.0
(2)
P3
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Jangan melakukan seks diluar nikah 19 13.8 13.8 13.8
Memakai kondom pd hubungan seksual
beresiko 107 77.5 77.5 91.3
Setia pada pasangan nikah 6 4.3 4.3 95.7
Berdekatan dengan pasangan yg terkena
IMS 6 4.3 4.3 100.0
Total 138 100.0 100.0
P4
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Jamur 25 18.1 18.1 18.1
Virus 41 29.7 29.7 47.8
Bakteri/Kuman 70 50.7 50.7 98.6
Lingkungan yg kotor 2 1.4 1.4 100.0
Total 138 100.0 100.0
P5
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 3 2.2 2.2 2.2
Keluar cairan yg tdk normal (berlebihan,
encer, berbau) dari saluran kemaluan 103 74.6 74.6 76.8
Ada luka atau borok disekitar alat kemaluan 8 5.8 5.8 82.6
Luka berupa kumpulan bintil2 kecil yg
berkelompok dan terasa nyeri 8 5.8 5.8 88.4
Gatal-gatal atau tdk nyaman pd kemaluan 5 3.6 3.6 92.0
Perdarahan yg tdk normal pada kemaluan 7 5.1 5.1 97.1
Lain-lainnya 4 2.9 2.9 100.0
Total 138 100.0 100.0
P6
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulativ e Percent
Valid 0 8 5.8 5.8 5.8
Sifilis 67 48.6 48.6 54.3
Gonore 5 3.6 3.6 58.0
Herpes 21 15.2 15.2 73.2
(3)
HIV/AIDS 26 18.8 18.8 93.5
Lain-lain 9 6.5 6.5 100.0
Total 138 100.0 100.0
P15
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulativ e Percent Valid Alat untuk mencegah kehamilan atau
penularan penyakit kelamin pd saat bersenggama
117 84.8 84.8 84.8
Kontrasepsi 2 1.4 1.4 86.2
Karet pengaman 3 2.2 2.2 88.4
A dan B benar 16 11.6 11.6 100.0
Total 138 100.0 100.0
P17
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulativ e Percent
Valid Kondom karet 68 49.3 49.3 49.3
Kondom untuk pria dan kondom wanita 68 49.3 49.3 98.6
Kondom linen 2 1.4 1.4 100.0
Total 138 100.0 100.0
P20
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulativ e Percent Valid Kondom dipakai utk menutupi penis yg tegang
sebelum melakukan hubungan seksual 35 25.4 25.4 25.4
Pegang bagian atas kondom,pencet ujung kondom antara 2 jari tangan untuk mengeluarkan udara didalamnya
83 60.1 60.1 85.5
Dengan pelan-pelan buka gulungan kondom ke bawah sampai pangkal penis dan tinggalkan sedikit rongga di ujungnya sebagai tempat semen
20 14.5 14.5 100.0
Total 138 100.0 100.0
P total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tinggi 63 45.7 45.7 45.7
Rendah 75 54.3 54.3 100.0
(4)
S1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 11 8.0 8.0 8.0
tdk setuju 9 6.5 6.5 14.5
Ragu-ragu 5 3.6 3.6 18.1
setuju 57 41.3 41.3 59.4
sangat setuju 56 40.6 40.6 100.0
Total 138 100.0 100.0
S2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 9 6.5 6.5 6.5
sangat tdk setuju 2 1.4 1.4 8.0
Ragu-ragu 2 1.4 1.4 9.4
setuju 66 47.8 47.8 57.2
sangat setuju 59 42.8 42.8 100.0
Total 138 100.0 100.0
S3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 14 10.1 10.1 10.1
tdk setuju 1 .7 .7 10.9
Ragu-ragu 4 2.9 2.9 13.8
setuju 31 22.5 22.5 36.2
sangat setuju 88 63.8 63.8 100.0
Total 138 100.0 100.0
S4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 14 10.1 10.1 10.1
Ragu-ragu 2 1.4 1.4 11.6
setuju 65 47.1 47.1 58.7
sangat setuju 57 41.3 41.3 100.0
(5)
S5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 19 13.8 13.8 13.8
sangat tdk setuju 46 33.3 33.3 47.1
tdk setuju 53 38.4 38.4 85.5
Ragu-ragu 4 2.9 2.9 88.4
setuju 11 8.0 8.0 96.4
sangat setuju 5 3.6 3.6 100.0
Total 138 100.0 100.0
S6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 15 10.9 10.9 10.9
tdk setuju 12 8.7 8.7 19.6
Ragu-ragu 13 9.4 9.4 29.0
setuju 62 44.9 44.9 73.9
sangat setuju 36 26.1 26.1 100.0
Total 138 100.0 100.0
S7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 15 10.9 10.9 10.9
tdk setuju 2 1.4 1.4 12.3
Ragu-ragu 3 2.2 2.2 14.5
setuju 41 29.7 29.7 44.2
sangat setuju 77 55.8 55.8 100.0
Total 138 100.0 100.0
S8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 13 9.4 9.4 9.4
sangat tdk setuju 44 31.9 31.9 41.3
tdk setuju 57 41.3 41.3 82.6
Ragu-ragu 15 10.9 10.9 93.5
setuju 5 3.6 3.6 97.1
sangat setuju 4 2.9 2.9 100.0
(6)
S9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 13 9.4 9.4 9.4
sangat tdk setuju 23 16.7 16.7 26.1
tdk setuju 63 45.7 45.7 71.7
Ragu-ragu 8 5.8 5.8 77.5
setuju 25 18.1 18.1 95.7
sangat setuju 6 4.3 4.3 100.0
Total 138 100.0 100.0
S10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 15 10.9 10.9 10.9
sangat tdk setuju 2 1.4 1.4 12.3
tdk setuju 13 9.4 9.4 21.7
Ragu-ragu 38 27.5 27.5 49.3
setuju 51 37.0 37.0 86.2
sangat setuju 19 13.8 13.8 100.0
Total 138 100.0 100.0
S total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 73 52.9 52.9 52.9
kurang baik 65 47.1 47.1 100.0