Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Debt to Equity Ratio pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian
Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi telah menuntut
perusahaan untuk melakukan efisiensi agar dapat mempertahankan kelangsungan
usahanya. Usaha yang dilakukan perusahaan antara lain menyesuaikan diri
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar perusahaan
serta menggunakan setiap sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien.
Sebagai sumber daya utama perusahaan, modal sangat dibutuhkan perusahaan
untukmendanai pengadaaan aset dan operasionalnya.
Sehubungan

dengan

pemenuhan

modal

untuk


membiayai

operasiperusahaan, pihak manajemen perusahaan dihadapkan dengan adanya
suatu siklus dalam pembelanjaan, dalam arti kadang-kadang perusahaan lebih
cenderung menggunakan dana yang bersumber dari utang, namun kadang-kadang
juga menggunakan dana yang bersumber dari modal sendiri (ekuitas). Ke arah
manapun kecenderungan pembelanjaan terjadi, hal prinsip yang perlu diperhatikan
oleh pihak manajemen perusahaan adalah berusaha menjaga perimbangan antara
besarnya utang dan modal sendiri.
Konsep struktur modal diciptakan oleh Modigliani and Miller (1958) dan
telah banyak menginspirasi para peneliti melakukan pengujian dan pengembangan
lebih lanjut terhadap teori struktur modal tersebut. Dalam bidang keuangan,
struktur modal adalah suatu konsep yang mendefinsikan cara perusahaan
1

Universitas Sumatera Utara

2

mendanaikeseluruhan asetnya dengan menggunakan dua sumber utama modal

yakni utang dan ekuitas. Dengan kata lain, struktur modal mengacu kepada
proporsi utang dan ekuitas yang dimiliki perusahaan.Struktur modal merupakan
kombinasi utang dan ekuitas (Niu, 2008) yang digunakan untuk mendanai proyekproyek suatu perusahaan (Fabozziand Peterson, 2000).Menurut Higgins (2004),
struktur modal adalah komposisi pada sisi utang di neraca perusahaan atau paduan
sumber pendanaan perusahaan yang digunakan untuk membiayai operasinya.
Penelitian ini menjadikan Debt-to-Equity Ratio (DER) sebagai indikator dari
struktur modal. DER diukur dari perbandingan antara utang terhadap ekuitas. Hal
ini sejalan pernyataan Husnan (1998) yang menyatakan bahwa perbandingan
utang dan modal sendiridalam struktur keuangan perusahaan disebut dengan
struktur modal.
Keputusan struktur modal sangat penting bagi perusahaan dikarenakan
dapat membantu meminimalkan Weight Average Cost of Capital (WACC) melalui
penyesuaian terhadap tingkat pengembalian utang. Sebagai hasilnya, hal tersebut
akan memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham. Glen and Pinto (1994)
mendukung teori ini dengan menyatakan bahwa rasio utang dan ekuitas
memainkan

peranan

esensial


dalam

pembuatan

keputusan

keuangan

perusahaan.Selain itu, struktur modal juga mempengaruhi profitabilitas serta
risiko perusahaan(Froot et al., 1993). Kesalahan pahaman terhadapkeputusan
struktur

modal

dapat

menyebabkan

financial


distressatau

menjadikankebangkrutan lebih buruk karena perusahaan gagal dalam membayar
bunga atas utangnya.

Universitas Sumatera Utara

3

Pentingnya struktur modal beserta manfaatnya bagi perusahaan, telah
membuat banyak peneliti melakukan penelitian lebih lanjut guna menjawab dua
pertanyaan paling mendasar dari teori struktur modal, yakni pertama, apakah
kombinasi yang unik dari utang dan ekuitas yang dapat memaksimalkan nilai
intrinsik perusahaan, dan kedua, apakah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
struktur

modal

yang


optimal

bagi

perusahaan.

Beberapa

peneliti

(Wiwattanakantang, 1999; Ozkan, 2001; Karadeniz et al., 2009; Gaud et al., 2005;
Chen, 2004; Narita, 2012; Joni dan Lina, 2010; Indahningrum dan Handayani,
2009; Hadianto, 2008; Prabansari dan Kusuma, 2005; Sabir and Malik, 2012;
Ting and Lean, 2011) telah mendefinisikan dan mengamati faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi struktur perusahaan. Beberapa faktor seperti ukuran
perusahaan(firm s size), profitabilitas(profitability), peluang pertumbuhan(growth
opportunities), struktur aset(asset structure), likuiditas (liquidity) dan kepemilikan
institusional (institutional ownership), yang sebelumnya telah digunakan oleh para
peneliti tersebut, akan diuji pengaruhnya terhadap DER perusahaan Otomotif

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2006-2012.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
telah membuktikan bahwa beberapa faktor fundamental seperti ukuran
perusahaan, profitabilitas, peluang pertumbuhan dan struktur aset berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Namun, jelas kelihatan bahwa
industri yang berbeda mempunyai strategi yang berbeda juga dalam penganggaran
modal, yang mana hal ini menimbulkan terjadinya pertentangan dalam hasil
penelitian. Hasil penelitian Sabir and Malik (2012), Nanok (2008), Gaud et al.
(2005), Prabansari dan Kusuma (2005) serta Wiwattanakantang (1999)

Universitas Sumatera Utara

4

memperjelas adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan struktur
modal. Namun sebaliknya, hasil penelitian Hadianto (2008) dan Chen
(2004)menunjukkan ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan struktur
modal. Di sisi lain, hasil penelitian Narita (2012), Joni dan Lina (2010), Karadeniz
et al. (2009) dan Ozkan (2001)justu menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Narita (2012), Sabir and Malik (2012), Ting and Lean (2011), Joni dan
Lina (2010), Karadeniz et al. (2009), Indahningrum dan Handayani (2009), Gaud
et

al.

(2005),Chen

(2004),

Ozkan

(2001)

dan

Wiwattanakantang

(1999)mengkonfirmasikan bahwa profitabilitas berhubungan negatif dengan
struktur modal.Hasil penelitian Hadianto (2008) serta Prabansari dan Kusuma

(2005)memperjelas adanya hubungan positif antara profitabilitas dengan struktur
modal. Di sisi lain, hasil penelitian Nanok (2008)justru menunjukkan
bahwaprofitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal yang
diproksikan dengan rasio utang terhadap modal.Gaud et al. (2005) dan Ozkan
(2001)mengkonfirmasikan adanya hubungan negatif antara peluang pertumbuhan
dengan struktur modal. Hasil penelitianChen (2004), Joni dan Lina (2010) serta
Prabansari dan Kusuma (2005)menunjukkan peluang pertumbuhan berhubungan
positif dengan struktur modal. Di sisi lain, hasil penelitian Ting and Lean (2011),
Karadeniz et al. (2009),Indahningrum dan Handayani (2009) serta Nanok (2008)
justru menunjukkan bahwa peluang pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat utang.
Hasil penelitian Joni dan Lina (2010), Hadianto (2008), Nanok
(2008),Gaud et al. (2005), Chen (2004) dan Wiwattanakantang (1999)

Universitas Sumatera Utara

5

menunjukkan struktur aset bahwa berpengaruh positif terhadap struktur modal
perusahaan. Di sisi lain hasil penelitian Karadeniz et al. (2009) menunjukkan

struktur aset berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Sabir and Malik
(2012)justru mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil penelitian mereka, struktur
aset tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan.Hasil
penelitian Sabir and Malik (2012)mengkonfirmasikan adanya hubungan positif
antara likuiditas dengan tingkat utang, sementara Narita (2012) dan Ozkan
(2001)mengkonfirmasikan adanya hubungan negatif antara likuiditas dengan
struktur modal.Indahningrum dan Handayani (2009) serta Nanok (2008)
mengungkapkan bahwa kepemilikan saham institusional berhubungan positif
dengan struktur modal, sementara Narita (2012) mengungkapkan berdasarkan
hasil penelitiannya,kepemilikan saham institusional tidak berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal.
Pertentangan dalam hasil penelitian mengindikasikan bahwa penelitian
terhadap struktur modal selalu berbarengan dengan beberapa temuan dan kritik
yang bersifat umum. Harris and Raviv (1991) menyatakan bahwa berbagai usaha
untuk menjelaskan struktur modal telah terbukti inconclusive; dimana penelitian
empiris dalam bidang ini telah tertinggal di belakang penelitian teoritis. Hal ini
mungkin dikarenakan atribut perusahaan yang relevan dinyatakan dalam
terminologi konsep yang cukup abstrak sehingga tidak dapat diamati secara
langsung (Titman and Wessels, 1988). Selanjutnya pembuatan keputusan struktur
modal


bahkan

lebih

rumit

ketika

penelitian

tersebut

diujikan

dalam

konteksinternasional, khususnya di negara-negara berkembang (Boateng, 2004),
dan sesungguhnya, sebagian literatur mencari hubungan antara struktur modal dan


Universitas Sumatera Utara

6

perusahaan tertentu atau industri yang lebih memusatkan perhatiannya kepada
pengalaman negara maju (di mana mereka memiliki banyak persamaan
kelembagaan).Namun demikian, dalam satu dekade akhir, beberapa peneliti mulai
menunjukkan ketertarikan terhadap struktur modal perusahaan yang ada di negara
yang termasuk dalam emerging market(yang memiliki banyak perbedaan
kelembagaan) dengan menjadikannya sebagai objek penelitian, di antara mereka
adalah Narita (2012), Joni dan Lina(2010), Indahningrum dan Handayani (2009),
Hadianto (2008), Prabansari dan Kusuma(2005) untuk Indonesia, Sabir and Malik
(2012) untuk Pakistan, Ting and Lean (2011) untuk Malaysia, Karadeniz et al.
(2009) untuk Turki,dan Chen (2004) untuk China.
Di Indonesia, penelitianterhadap struktur modal perusahaan lebih banyak
menjadikan perusahaan-perusahaan Manufaktur (Narita, 2012; Joni dan Lina,
2010; Prabansari dan Kusuma, 2005)sebagai subjek penelitiannya dari pada
perusahaan Non Manufaktur (Hadianto, 2008).Peneliti seperti Indahningrum dan
Handayani (2009) dalam penelitiannya menguji faktor yang mempengaruhi
kebijakan utang untuk perusahaan Manufaktur danjuga untuk perusahaan Non
Manufaktur.Banyaknya penelitian terhadap perusahaan Manufaktor tidak terlepas
dari peran penting sektor industri Manufaktur dalam proses transformasi struktural
dalam perekonomian Indonesia. Sejak tahun 1990, peranan sektor industri
Manufaktur telah melewati sektor Pertanian dalam pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB) nasional. Selama periode 2006-2011, kontribusi sektor
industri Manufaktur relatif mengalami penurunan, dimana pada tahun 2006 sektor
industri Manufaktur menyumbang sekitar 27,54 persen terhadap PDB dan pada
tahun 2011 sektor industri Manufaktur berkontribusi sekitar 24,34 persen (Badan

Universitas Sumatera Utara

7

Pusat Statistik, 2012). Peranan sektor industri Manufaktur yang relatif menurun
pada periode 2006-2011, belum dianggap sebagai gejala deindustrialisasi
dikarenakan selain masih dimungkinkannya mengalami peningkatan kontribusi
tersebut, pada kenyataannya sektor industri Manufaktur masih tetap mengalami
pertumbuhan yang positif, yang ditunjukkan melalui laju pertumbuhan kumulatif
sektor industri Manufaktur terhadap PDB yang mengalami peningkatan dari
sekitar 4,59 persen pada akhir tahun 2006 menjadi sekitar 6,14 persen pada akhir
tahun 2011 (Badan Pusat Statistik, 2012).
Sebagai salah satu sektor yang utama dalam industri Manufaktur
Indonesia, perusahaanOtomotifdi Indonesia turut memiliki andil besar dalam
besarnya

kontribusi

sektor

industri

manufaktur

terhadap

PDB

Nasional.Perusahaan Otomotif merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang produksi, perakitan, penjualan, perawatan dan perbaikan kendaraan
bermotor, termasuk juga perusahaan yang memproduksi dan menjual komponen
kendaraan bermotor. Salah satu kegiatan usaha yang utama dari perusahaan
Otomotif yang ada di Indonesia adalah memproduksi dan menjualkendaraan
bermotor. Setelah sebelumnya terpuruk dikarenakan dampak krisis keuangan
global yang bermula pada Oktober 2008, produksi kendaraan bermotor baik mobil
maupun motor mengalami peningkatan yang relatif pesat.Pada tahun 2010,
produksi mobil meningkat sebesar 51,14 persen menjadi 702.508 unit dari
sebelumnya 464.816 unit, dan peningkatan produksi ini berlanjut hingga ke tahun
2011 dimana produksi mobil mencapai 837.948 unit (Gabungan Industri
Kendaraan Bermotor Indonesia-Gaikindo, 2012).Seiring dengan meningkatnya
produksi mobil, pada tahun 2010, produksi motor juga meningkat sebesar 25,69

Universitas Sumatera Utara

8

persen menjadi 7.395.390 unit dari sebelumnya 5.884.021, dan peningkatan
produksi ini juga berlanjut hingga ke tahun 2011 dimana produksi motor
mencapai 8.006.293 unit (Asean Automotive Federation, 2012). Sejalan dengan
membaiknya kondisi ekonomi global maupun domestik,pada tahun 2010, pasar
kendaraan bermotor di Indonesia mulai kembali bergairah.Sebagaimana terlihat
pada Gambar 1.1, pada tahun 2010, penjualan mobil meningkat sebesar 58,14
persen menjadi 764.710 unit dari sebelumnya 483.550 unit, sedangkan penjualan
motor meningkat sebesar 25,79 persen menjadi 5.881.777 unit dari sebelumnya
7.398.644 unit, dan peningkatan ini berlanjut hingga tahun 2011 (Asean
Automotive Federation, 2012).
9.000
8.000

Penjualan Mobil (dalam ribuan)
Penjualan Motor (dalam ribuan)

7.000

6.281

6.000
5.000

8.044

7.399
5.882

4.714

4.471

4.000
3.000
2.000
1.000
0

319

2006

433

2007

604

2008

484

2009

894

765

2010

2011

Gambar 1.1 Perkembangan Penjualan Kendaraan Bermotor
Sumber: Asean Automotive Federation (2012), Data Diolah.
Di Indonesia, perusahaan Otomotif ada yang sudah go public dan ada yang
belum go public. Dalam penelitian ini, perusahaan Otomotif yang sudah go public
di BEI, dijadikan sebagai subjek penelitian.Hal ini dikarenakan semua perusahaan
besar Otomotif yang mendominasi pangsa pasar otomotif Indonesia, sudah go
public. Perusahaan yang go public diartikan sebagai perusahaan yang telah
menjual sebagian sahamnya atau obligasi kepada masyarakat investor melalui

Universitas Sumatera Utara

9

penawaran umum (pasar perdana) atau yang lebih dikenal dengan istilah Emiten.
Dengan kata lain, Emiten adalah Pihak yang menawarkan atau menjual efek
kepada masyarakat melalui pasar modal (Fakhruddin, 2008:12). Umumnya,
perusahaan-perusahaan besar merupakan Emiten Saham sekaligus Emiten
Obligasi. Untuk menerbitkan saham pertama kali maka salah satu syaratnya
adalah memenuhi ketentuan sebagai Perusahaan Publik, sedangkan untuk
menerbitkan obligasi tidak harus sebagai Perusahaan Publik. Menurut UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Perusahaan Publik
adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga
ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp
3.000.000.000 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal
disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Selain mengalami peningkatan dalam unit produksi dan unit penjualan
kendaraan bermotor, beberapa indikator kinerja keuangan perusahaan Otomotif
juga turut mengalami peningkatan selama periode 2006-2012 seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel 1.1.Selama periode 2006-2012, penjualan tumbuh ratarata sebesar 22,63 persen, yang berkontribusi terhadap pertumbuhan laba bersih
sebelum pajak yang tumbuh rata-rata sebesar 31,81 persen. Total aset yang
dimiliki perusahaan pada akhir tahun 2012 tercatat sebesar 235,4 triliun rupiah
atau

tumbuh

rata-rata

sebesar

20,52

persen

per

tahun.Market-to-Book

Ratio(MTBR) atas ekuitas tumbuh rata-rata sebesar 23,7 persen per tahun yang
mengindikasikan adanya kenaikan dalam peluang pertumbuhan perusahaan
Otomotif selama periode 2006-2012. Dari sisi profitabilitas, mendekati akhir
tahun 2012, Return on Assets(ROA) cenderung menurun dimana selama periode

Universitas Sumatera Utara

10

tersebut ROA tumbuh rata-rata sebesar 10,7 persen per tahun. Selama periode
2006-2012, struktur aset perusahaan yang diukur dengan Fixed Assets Ratio(FAR)
mengalami penurunan pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 1,98 persen per
tahun. Tingkat likuiditas perusahaan Otomotif relatif berfluktuatif, dimana selama
periode 2006-2012,Current Ratiotumbuh rata-rata sebesar 8,2 persen per tahun
sedangkan Quick Ratiotumbuh rata-rata sebesar 10,4 persen per tahun.
Tabel 1.1 Kinerja Keuangan Perusahaan Otomotif

Indikator

Laba Bersih Sebelum Pajak*
Penjualan*
Total Aset*
Market-to-Book Ratio (X)
Return on Assets (%)
Fixed Assets Ratio (%)
Current Ratio (%)
Quick Ratio (%)

Debt to Equity Ratio (X)
* dalam triliun rupiah

2006

6,6
72,8
78,2
1,1
8,4
25,8
93
66,7
2,4

2007

12,2
92,4
86,7
2,7
14
24,8
135,4
108,5
2,1

2008

15,9
126,1
107
0,9
14,8
25,6
131
94,3
2,3

2009

19,6
125,8
115
1,1
17,1
26,7
139,7
108
1,8

2010

25,1
165,7
145,3
2,1
17,2
23,8
128,4
95,3
1,9

2011

29,9
208,2
195,9
1,8
15,3
21,6
135,6
105
1,7

2012

31,5
240,2
235,4
1,5
13,4
22,6
139,1
104,9
1,7

Sumber: Indonesian Capital Market Directory/ ICMD (2006-2012), data diolah.
Selama periode 2006-2012, Tabel 1.1 mengindikasikan kecenderungan
penjualan maupun total aset berhubungan negatif dengan DERperusahaan
Otomotif yang terdaftar di BEI. Selama periode tersebut, terjadi inkonsisten dalam
hubungan antara MTBR dengan DER, artinya kadang kala kenaikan dalam MTBR
diikuti dengan kenaikan dalam DER, namun kadang kala kenaikan dalam MTBR
justru diikuti dengan penurunan dalam DER. Inkonsistensi hubungan seperti yang
dialami oleh MTBR, juga terjadi dalam hubungan ROA dengan DER, hubungan
FAR dengan DER, hubungan Current Ratio dengan DER, dan hubungan Quick
Ratio dengan DER.

Universitas Sumatera Utara

11

Berdasarkan Tabel 1.1, diketahui bahwa selama periode 2006-2012, DER
dari perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI relatif berfluktuatif dan
mengalami penurunan pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 5,4 persen per tahun.
Selama periode tersebut, perusahaan lebih cenderung menggunakan dana yang
bersumber dari utang daripada modal sendiri yang tercermin dari besar nilai ratarata DER per tahun yang berada di atas satu. Hal ini diperjelas dengan
perkembangan utang lancar dan utang non lancar dari perusahaan Otomotif yang
cenderung mengalami peningkatan selama periode 2006-2012, seperti yang
ditampilkan dalam Gambar 1.2. Kondisi tersebut mengindikasikan belum
optimalnya struktur modal perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI selama
periode 2006-2012.

dalam miliar rupiah

140.000

Utang Lancar

Utang Non Lancar

120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000

-

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Utang Lancar
26.171 28.764 36.268 34.641 48.008 63.288 71.488
Utang Non Lancar 44.424 45.946 57.711 55.359 72.891 100.69 120.62

Gambar 1.2 Perkembangan UtangPerusahaan Otomotif
Sumber: ICMD (2006-2012), Data diolah.
Perusahaan dengan capaian nilai DER yang lebih dari satu cenderung
memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki nilai DER kurang dari satu.Semakin tinggi risiko bisnis yang dimiliki
suatu perusahaan maka risiko yang ditanggung oleh investor juga ikut meningkat.
Hal inilah yang menyebabkan kebanyakan investor lebih tertarik menanamkan

Universitas Sumatera Utara

12

modalnya ke dalam bentuk investasi pada perusahaan yang mempunyai nilai DER
tertentu yang besarnya kurang dari satu daripada perusahaan yang mempunyai
nilai DER yang besarnya lebih dari satu.Keengganan investor menanamkan
modalnya dalam suatu perusahaan dapat tercermin dari struktur kepemilikan yang
cenderung tidak mengalami perubahan yang berarti. Sejalan dengan pernyataan
tersebut,struktur kepemilikan (yang diproksikan dengan proporsi kepemilikan
saham) dari perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI, juga tidak terlalu
berfluktuasi yang berarti selama periode 2006-2012, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1.2.
Kepemilikan Saham Institusional

Kepemilikan Saham Non Institusional

100%
80%

32,4

31,8

33,1

36,4

33,4

33,4

37,3

67,6

68,2

66,9

63,6

66,6

66,6

62,7

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

60%
40%
20%
0%

Gambar 1.3 Struktur Kepemilikan Saham Perusahaan Otomotif
Sumber: ICMD (2006-2012), Data diolah.

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan adanya research gap dari para peneliti terdahulu (Narita,
2012; Sabir and Malik, 2012; Ting and Lean, 2011; Joni dan Lina, 2010;
Karadeniz et al., 2009; Indahningrum dan Handayani, 2009; Hadianto, 2008;
Nanok, 2008; Gaud et al., 2005; Prabansari dan Kusuma, 2005; Chen, 2004;
Ozkan, 2001; dan Wiwattanakantang, 1999) dan fenomena DER perusahaan

Universitas Sumatera Utara

13

Otomotif selama periode 2006-2012, maka diajukan permasalahan faktor-faktor
yang mempengaruhi DER perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI, dimana
terdapat enam faktor yang diduga berpengaruh terhadap DER. Keenam faktor
tersebut adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, peluang pertumbuhan, struktur
aset, likuiditas dan kepemilikan institusional.
Adapunrumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakahukuran perusahaan, profitabilitas,peluang pertumbuhan, struktur aset,
likuiditas, dan kepemilikan institusionalberpengaruh secara simultan terhadap
DERperusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI?
2. Apakahukuran perusahaan, profitabilitas,peluang pertumbuhan, struktur aset,
likuiditas, dan kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial terhadap
DERperusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI?

1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk

menguji

dan

menganalisispengaruhukuran

perusahaan,

profitabilitas,peluang pertumbuhan, struktur aset, likuiditas, dan kepemilikan
institusionalsecara simultan terhadap DERperusahaan Otomotif yang terdaftar
di BEI.
2. Untuk

menguji

dan

menganalisispengaruhukuran

perusahaan,

profitabilitas,peluang pertumbuhan, struktur aset, likuiditas, dan kepemilikan
institusionalsecara parsial terhadap DERperusahaan Otomotif yang terdaftar di
BEI.

Universitas Sumatera Utara

14

1.4Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam
bidang akuntansi, khususnya mengenai akuntansi keuangan dan analisis
laporan keuangan.
2. Bagi Peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan yang sudah go publicdi
BEI, khususnya perusahaan Otomotif.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan dapat digunakan sebagai pembanding
hasil riset penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktoryang dapat
mempengaruhi struktur modal perusahaan Otomotif yang sudah go public di
BEI, serta untuk melengkapi temuan empiris yang sudah ada sebelumnya.
4. Bagi Pihak Manajemen Perusahaan, diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam membuat keputusan struktur modal yang dapat
memaksimalkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham.

1.5 Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Joni
dan

Lina

(2010)

dengan

judul

penelitian

Faktor-faktor

yang

MempengaruhiStruktur Modal . Joni dan Lina (2010) mengaplikasikan analisis
regresi linier berganda pada data untuk 43 (empat puluh tiga) perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2005-2007 yang terpilih menjadi
sampel penelitian melalui pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil
penelitian Joni dan Lina (2010) menunjukkan bahwa pertumbuhan aset dan
struktur aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal,

Universitas Sumatera Utara

15

sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur
modal. Ukuran perusahaan, risiko bisnis dan dividen tidak berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Joni dan Lina (2010) adalah
sebagai berikut:
1. Subjek penelitian Joni dan Lina (2010) adalahseluruh perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di BEI, sedangkan subjek penelitian ini adalah perusahaan
Otomotif yang yang terdaftar di BEI.
2. Periode penelitian Joni dan Lina (2010) adalah tahun 2005 sampai 2007 (3
tahun) sedangkan penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2006
sampai 2012 (7 tahun).
3. Variabel dependen dalam penelitian Joni dan Lina (2010) adalah struktur
modal yang diproksikan dengan rasio leverage yang diukur melalui
perbandingan total utang jangka panjang terhadap total aset sedangkan
variabel dependen dalam penelitian ini adalah DER yang diukur melalui
perbandingan total utang terhadap total ekuitas.
4. Variabel independen dalam penelitian Joni dan Lina (2010) adalah ukuran
perusahaan, profitabilitas,pertumbuhan aktiva, struktur aktiva, risiko bisnis
dan dividen,sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalahukuran
perusahaan, profitabilitas,peluang pertumbuhan, struktur aset, likuiditas dan
kepemilikan institusional.

Universitas Sumatera Utara