Analisis Dampak Kenaikan BBM Terhadap Tingkat Pendapatan Nelayan di Kecamatan Medan Belawan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1

Nelayan
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan

ikan (UU No.45/2009 – Perikanan) . Nelayan adalah orang yang secara aktif
melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti penebar dan
pemakai jaring), maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu layar,
nakhoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal penangkap
ikan), sebagai mata pencaharian (Ensiklopedia Indonesia, 1990). Sedangkan
menurut Imron (2003) Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang
kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan
penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal dipinggir pantai,
sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya.

Menurut Mulyadi (2005) sesungguhnya, nelayan bukanlah suatu entitas
tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi kepemilikan alat
tangkap, nelayan terbagi atas tiga yaitu:
a. Nelayan buruh
Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik
orang lain.
b. Nelayan Juragan
Nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang
digunakan oleh orang lain.
c. Nelayan perorangan

23
Universitas Sumatera Utara

Nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap
sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain
Menurut Mukhtar (2014) nelayan dapat diklasifikasikan atas beberapa
kelompok, yaitu:
A. Klasifikasi nelayan menurut statistik perikanan KPP:
1. Nelayan Penuh

Nelayan tipe ini hanya memiliki satu mata pencaharian, yaitu sebagai
nelayan. Hanya menggantungkan hidupnya dengan profesi kerjanya
sebagai nelayan dan tidak memiliki pekerjaan dan keahlian selain
menjadi seorang nelayan.
2. Nelayan Sambilan Utama
Nelayan tipe ini merupakan nelayan yang menjadikan nelayan sebagai
profesi utama, tetapi memiliki pekerjaan lainnya untuk tambahan
penghasilan. Apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal dari
kegiatan penangkapan ikan, ia disebut sebagai nelayan.
3. Nelayan Sambilan Tambahan
Nelayan tipe ini biasanya memiliki pekerjaan lain sebagai sumber
penghasilan. Sedangkan pekerjaan sebagai nelayan hanya untuk
tambahan penghasilan.
B. Klasifikasi

kelompok

nelayan

berdasarkan


kepemilikan

sarana

penangkapan ikan (UU Bagi Hasil Perikanan):
1. Nelayan Penggarap

24
Universitas Sumatera Utara

Nelayan

penggarap

adalah

orang

yang


sebagai

kesatuan

menyediakan tenaganya turut serta dalam usaha penangkapan ikan
laut, bekerja dengan sarana penangkapan ikan milik orang lain.
2. Juragan/Pemilik
Orang atau badan hukum yang dengan hak apapun berkuasa atau
memiliki atas sesuatu kapal atau perahu dan alat-alat penangkap
ikan yang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan yang
dioperasikan oleh orang lain. Jika pemilik tidak melaut maka
disebut juragan atau pengusaha. Jika pemilik sekaligus bekerja
melaut menangkap ikan maka dapat disebut sebagai nelayan yang
sekaligus pemilik kapal.
C. Klasifikasi nelayan berdasarkan kelompok kerja:
1. Nelayan Perorangan
Nelayan yang memiliki peralatan tangkap ikan sendiri, dalam
pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.
2. Nelayan Kelompok Usaha Bersama (KUB)

Merupakan gabungan dari minimal 10 orang nelayan yang kegiatan
usahanya terorganisir tergabung dalam kelompok usaha bersama
non-badan hukum.
3. Nelayan Perusahaan
Merupakan nelayan pekerja atau pelaut perikanan yang terikat
dengan perjanjian kerja laut atau PKL dengan badan usaha
perikanan.

25
Universitas Sumatera Utara

D. Klasifikasi nelayan berdasarkan jenis perairan
1. Nelayan Laut
Nelayan laut adalah nelayan yang menangkap ikan pada perairan
laut :
a. Nelayan Pantai atau Teritory Fishers
Nelayan Pantai atau Teritory Fishers adalah nelayan yang
menangkap ikanpada perairan laut teritorial.
b. Nelayan Lepas Pantai (ZEE Fishers)
Nelayan Lepas Pantai (ZEE Fishers) adalah nelayan yang

menangkap ikan pada perairan laut lepas pantai atau ZEE.
c. Nelayan Laut Lepas (High Sees Fishers)
Nelayan Laut Lepas (High Sees Fishers) adalah nelayan
yang menangkap ikan pada perairan laut lepas.
2. Nelayan Perairan Umum Pedalaman (PUD) adalah nelayan yang
menangkap ikan pada perairan umum pedalaman (PUD).
E. Klasifikasi nelayan berdasarkan undang-undang perikanan
1. Nelayan
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan. (sumber: Pasal 1 Angka 10 UU No.45 Tahun
2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor.31 Tahun
2004 Tentang Perikanan)
2. Nelayan Kecil

26
Universitas Sumatera Utara

Nelayan Kecil adalah orang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari
yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5

Gross Ton (GT). (Sumber : Pasal 1 Angka 11 UU No.45 Tahun

2009 Tentang Perubahan Atas Undang –Undang Nomor 31 Tahun
2004 Tentang Perikan)
F. Klasifikasi nelayan berdasarkan mata pencaharian
1. Nelayan Subsisten (Subsistance Fishers) adalah nelayan yang
menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
2. Nelayan Asli (Native/Indigenous/Aboriginal Fishers) adalah
nelayan yang sedikit banyaknya memiliki karakter yang sama
dengan kelompok pertama, namun memiliki juga hak untuk
melakukan aktivitas secara komersil walaupun dalam skala yang
sangat kecil.
3. Nelayan Komersil (Commercial Fishers) adalah nelayan yang
menangkap ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk
pasar domestik maupun pasar ekspor.
4. Nelayan Rekreasi (Recreational/Sport Fishers) adalah orang orang
yang secara prinsif melakukan kegiatan penangkapan ikan hanya
sekedar untuk kesenangan atau berolahraga.
G. Klasifikasi nelayan berdasarkan aspek keterampilan profesi
1. Nelayan Nonformal


27
Universitas Sumatera Utara

Keterampilan profesi menangkap ikan yang diturunkan atau dilatih
dari orang tua atau generasi pendahulu secara nonformal.
2. Nelayan Formal Akademis.
Keterampilan profesi menangkap ikan yang didapat dari belajar
dan berlatih secara sistematis akademis dan bersertifikasi atau
berijazah.
H. Klasifikasi nelayan berdasarkan tekhnologi
1. Nelayan Tradisional menggunakan tekhnologi penangkapan
yang sederhana, umumnya peralatan penangkapan ikan
dioperasikan

secara

manual

dengan


tenaga

manusia.

Kemampuan jelajah operasional terbatas pada perairan pantai.
2. Nelayan Modern menggunakan teknologi penangkapan yang
lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional.
Ukuran modernitas bukan semata-mata karena penggunaan
motor untuk menggerakkan perahu melainkan juga besar
kecilnya motor yang digunakan serta tingkat eksploitasi dari
alat tangkap yang digunakan. Perbedaan modernitas teknologi
alat tangkap juga akan berpengaruh pada kemampuan jelajah
operasional mereka.
I. Klasifikasi nelayan berdasarkan mobilitas
1. Nelayan lokal adalah nelayan yang beroperasi menangkap ikan
sesuai perairan WPP dalam izin yang dikeluarkan oleh otoritas
pemerintahan daerah setempat.

28

Universitas Sumatera Utara

2. Nelayan Andon adalah nelayandengan kapal berukuran
maksimal 30 Gross Tonage yang beroperasi menangkap ikan
mengikuti ruaya kembara ikan di perairan otoritas teritorial
dengan legalitas izin antar pemeritah daerah.
J. Klasifikasi nelayan berdasarkan status kewarganegaraan
1. Nelayan

Indonesia

adalah

nelayan

yang

berasal

dari


kewarganegaraan Indonesia yang terdaftar dalam data base
nasional dan memiliki identitas Kartu Nelayan Indonesia
(KNI).
2. Nelayan

Asing

adalah

nelayan

yang

berasal

dari

kewarganegaraan negara lain yang terdaftar dalam data base
nasional dan memiliki identitas Kartu Nelayan Asing (KNA).

K. Klasifikasi nelayan berdasarkan daftar identitas
1. Nelayan beridentitas
Nelayan yang terdaftar dalam data base nasional Indonesia dan
memiliki identitas Kartu Nelayan Indonesia.
2. Nelayan Tanpa Identitas
Nelayan yang tidak terdaftar dalam data base nasional
Indonesia dan tidak memiliki identitas Kartu Nelayan
Indonesia.
L. Klasifikasi nelayan berdasarkan gender

29
Universitas Sumatera Utara

1. Wanita Nelayan adalah istri dari nelayan yang tergabung dalam
kelompok usaha bersama (KUB), pihak yang secara langsung
terlibat dalam kondisi dari aktivitas penunjang kegiatan
memproduksi

ikan nelayan. Wanita nelayan umumnya

berperan membantu mendistribusikan hasil laut dari suami atau
keluarganya dengan cara mengolah ikan atau menjualnya ke
pasar.
2. Taruna (Putra Putri) Nelayan adalah putra putri dari nelayan
yang tergabung dalam kelompok usaha bersama (KUB), pihak
yang secara tidak langsung menunjang kegiatan produksi
penangkapan nelayan. Kegiatan berupa pelestarian lingkungan
sumber daya ikan berupa mangrove, padang lamun, terumbu
karang, bersih pantai dan sungai.
M. Kalsifikasi nelayan berdasarkan kapal/perahu
1. < 5 GT
2. 5-10 GT
3. 10-20 GT
4. 20-30 GT
5. 30-50 GT
6. 50-100 GT
7. 100-200 GT
8. >200 GT keatas
( Badan Pusat Statistik Sumut, 2007).

30
Universitas Sumatera Utara

N. Klasifikasi Nelayan berdasarkan sarana apung
1. Nelayan

berkapal/perahu

penangkapannya

adalah

menggunakan

nelayan
sarana

yang

operasi

apung

berupa

kapal/perahu.
2. Nelayan rakit adalah nelayan yang operasi penangkapannya
menggunakan sarana apung berupa rakit.
3. Nelayan tanpa sarana apung adalah nelayan yang operasi
penangkapannya tidak menggunakan sarana apung.
2.1.2

Pendapatan Nelayan
Pendapatan merupakan hasil dari penjualan barang dan pemberian jasa dan

diukur dengan jumlah yang dibebankan kepada langganan, klaim atas barang dan
jasa yang disiapkan untuk mereka.
Menurut Mulyadi (2005), pendapatan para nelayan penggarap ditentukan
secara bagi hasil dan jarang diterima sistem upah /gaji tetap yang diterima oleh
nelayan. Dalam sistem bagi hasil bagian yang dibagi ialah pendapatan setelah
dikurangi ongkos-ongkos eksploitasi yang dikeluarkan pada waktu beroperasi
ditambah dengan ongkos penjualan hasil. Dalam hal ini, termasuk ongkos bahan
bakar oli, es dan garam serta biaya makan para awak kapal dan pembayaran
retribusi. Pada umumnya biaya lain yang masih termasuk ongkos eksploitasi
seperti biaya reparasi merupakan tanggungan dari pemilik alat dan boat.
Dalam hal bagi hasil yang dibagi adalah hasil penjualan ikan hasil
tangkapan. Caranya ialah ikan hasil tangkapan satu unit penangkapan dijual oleh
pemilik kemudian dilakukan perhitungan bagi hasil. Waktu-waktu perhitungan

31
Universitas Sumatera Utara

bagi hasil juga dilakukan sekali sebulan, sehingga para nelayan penggarap
menerima bagiannya sekali sebulan.
Pendapatan nelayan merupakan sumber utama para nelayan untuk
mencukupi kebutuhan hidup. Pendapatan nelayan bersumber dari pendapatan
bersih hasil melaut dengan maksud pendapatan yang sudah tidak dipotong oleh
biaya untuk melaut.
Pendapatan nelayan dapat diproksikan dengan Nilai Tukar Nelayan atau
disingkat NTN yang dapat dijadikan indikator dari kesejahteraan nelayan yang
merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima nelayan (It) dengan
Indeks harga yang dibayar nelayan (Ib). It adalah produksi yang dihasilkan oleh
nelayan dan Ib adalah segala konsumsi RTP (rumah tangga nelayan), biaya
produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM).
Apabila NTN lebih dari 100, maka dapat dikatakan petani mengalami
surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya atau
pendapatan nelayan naik, lebih besar dari pengeluarannya. Dan apabila NTN sama
dengan 100, berarti nelayan mengalami impas, kenaikan atau penurunan harga
produksinya sama dengan kenaikan atau penurunan harga barang konsumsi,
pendapatan nelayan sama dengan pengeluarannya. Sedangkan jika NTN kurang
dari 100 berarti nelayan mengalami defisit, kenaikan harga produksi relatif lebih
kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya, pendapatan
nelayan turun dan lebih kecil dari pengeluarannya.
Perhitungan Nilai Tukar Nelayan (NTN) atau NTP-Pi (Nilai Tukar
Perikanan) masuk sebagai Sub sektor atau variabel perhitungan NTP (Nilai Tukar

32
Universitas Sumatera Utara

Petani) bersama-sama dengan sub sektor pertanian lainnya, seperti tanaman
pangan (NTP-P), hortikultura (NTP-H), tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) dan
Peternakan (NTP-Pt).
2.1.3

BBM (Bahan Bakar Minyak)
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang

peranan sangat vital dalam semua aktivitas ekonomi. Dampak langsung perubahan
harga minyak ini adalah perubahan-perubahan biaya operasional yang
mengakibatkan tingkat keuntungan kegiatan investasi langsung terkoreksi. Secara
sederhana, tujuan investasi adalah untuk memaksimalkan kemakmuran melalui
maksimisasi keuntungan, dan investor selalu berusaha menanamkan dana pada
investasi portofolio yang efisien dan relatif aman. Dalam ilmu ekonomi, terdapat
prinsip ekonomi “pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang
sebesar-besarnya”. Sehingga harga BBM yang termasuk sebagai bahan bakar
pokok dalam kehidupan manusia sangat berpengaruh (harga) terhadap hasil dari
kegiatan produksinya.
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia berpengaruh dari harga
bahan bakar dunia atau harga minyak dunia. Menurut situs Kementerian Enegi
dan Sumber Daya Mineral (www.esdm.go.id), “beberapa faktor yang berpengaruh
kepada harga minyak dunia antara lain, permintaan dan pasokan, stok minyak,
situasi perekonomian dunia, kapasitas produksi cadangan OPEC, cuaca dan
gangguan terhadap suplai, geopolitik, nilai dolar dan spekulasi di pasar
berjangka”.

33
Universitas Sumatera Utara

Sedikitnya ada 6 (enam) saluran yang dapat mentransmisikan dampak
guncangan harga minyak (oil price shocks) terhadap aktivitas ekonomi yang tidak
terlepas dari bahan bakar minyak (BBM), yaitu:
1.

Efek Sisi Penawaran (Supply Side Shock Effect)
Kenaikan harga minyak menyebabkan penurunan output, karena kenaikan
harga memberikan sinyal berkurangnya ketersediaan input dasar untuk
produksi. Akibatnya, laju pertumbuhan dan produktivitas menurun.

2.

Efek Transfer Kekayaan (Wealth Transfer Effect)
Efek transfer kekayaan menekankan pada pergeseran daya beli (purchasing
power ) dari negara importir minyak ke negara eksportir minyak. Pergeseran

daya beli menyebabkan berkurangnya permintaan konsumen terhadap minyak
di negara pengimpor dan bertambahnya permintaan konsumen di negara
pengekspor. Apabila harga sulit turun, penurunan permintaan terhadap
barang-barang yang dihasilkan negara pengimpor minyak lebih lanjut akan
menurunkan pertumbuhan PDB.
3.

Efek Saldo Riil (Real Balance Effect)
Kenaikan harga minyak akan mendorong kenaikan permintaan uang. Apabila
otoritas moneter gagal meningkatkan jumlah uang beredar untuk memenuhi
pertumbuhan permintaan uang, maka saldo riil akan turun, suku bunga akan
naik dan laju pertumbuhan ekonomi melambat.

4.

Efek Inflasi (Inflation Effect)
Kenaikan harga minyak juga menyebabkan meningkatnya inflasi. Harga
minyak mentah yang lebih tinggi akan segera diikuti oleh naiknya harga

34
Universitas Sumatera Utara

produk-produk minyak, seperti bensin dan minyak bakar yang digunakan
konsumen.
5.

Efek Konsumsi, Investasi dan Harga Saham
Kenaikan harga minyak memberikan efek negatif terhadap konsumsi,
investasi dan harga saham. Pengaruh terhadap konsumsi berkaitan dengan
pendapatan disposibel yang berkurang, karena kenaikan harga minyak,
sedangkan investasi dipengaruhi melalui peningkatan biaya perusahaan.

6.

Efek Penyesuaian Sektoral (Sectoral Adjustment Effect)
Guncangan harga minyak akan mempengaruhi pasar tenaga kerja melalui
perubahan biaya produksi relatif industri. Jika harga minyak naik secara
berkelanjutan, maka struktur produksi akan berubah dan berdampak terhadap
pengangguran. Guncangan harga minyak bisa menambah biaya produksi
marjinal di banyak sektor yang intensif menggunakan minyak (oil intensive
sectors) dan bisa memotivasi perusahaan mengadopsi metode produksi baru

yang kurang intensif menggunakan minyak. Perubahan ini pada gilirannya
menghasilkan realokasi modal dan tenaga kerja antar sektor yang bisa
mempengaruhi pengangguran dalam jangka panjang. (M. Afdi Nizar, 2012).
Pada tahun 2014 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Energi Dan
Sumber Daya Mineral No.06 Tahun 2014, tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No.18 Tahun 2013, tentang harga
jual eceran jenis BBM tertentu untuk konsumen pengguna tertentu, dengan
dikeluarkannya peraturan Menteri ESDM No. 06 tahun 2014 tersebut, maka
nelayan dapat kembali menikmati BBM bersubsidi dan instruksi Ka BPH migas

35
Universitas Sumatera Utara

29/07/Ka.BPH/2014 tertanggal 15 Januari 2014, gugur dengan sendirinya,
demikian diutarakan Kepala Pusat Komunikasi Publik, Kementerian ESDM,
Saleh Abdurrahman. Jumat, (21/02/2104). Dengan terbitnya Permen ESDM No.
06 tahun 2014 tersebut, maka nelayan dengan kapal dibawah atau diatas 30 Gross
ton (GT) dapat membeli BBM Bersubsidi dengan volume sebanyak 25 kiloliter

per bulan. “Permen ESDM No.06 tahun 2014 secara eksplisit menyebutkan, kapal
nelayan berbendera Indonesia dibawah atau diatas 30 gross ton (GT) yang
terdaftar

di

Kementerian

Kelautan

dan

Perikanan,

SKPD

Provinsi,

Kabupaten/Kota, dapat membeli BBM Bersubsidi dengan pemakaian paling
banyak 25 kiloliter per bulan dengan verifikasi dan surat rekomendasi dari
pelabuhan perikanan atau kepala SKPD Provinsi, Kabupaten/Kota yang
membidangi perikanan sesuai bidangnya masing-masing. Besaran volume BBM
yang dibatasi hanya 25 kiloliter sudah diperhitungkan secara matang.
Pertimbangan dikeluarkannya Permen yang sudah mulai berlaku sejak tanggal 20
Februari 2014 tersebut, antara lain, pemerintah masih memandang nelayan dengan
bobot kapal 30 GT masih memerlukan BBM Bersubsidi sebagai bahan bakar dan
kapal-kapal tersebut umumnya masih dimiliki kelompok nelayan yang memiliki
penghasilan menengah kebawah. (SF)
2.2.

Penelitian Terdahulu
Analisis Dampak Kenaikan BBM Terhadap Tingkat Pendapatan Nelayan

sebelumnya pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, diantaranya Arif (2006)
yang melakukan penelitian tentang dampak kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM) terhadap tingkat pendapatan nelayan puger dengan metode analisis

36
Universitas Sumatera Utara

kualitatif deskriptif, yang menyimpulkan bahwa sekitar 68% dari 100 responden
dalam penelitian ini mengalami penurunan pendapatan. Penurunan tersebut
disebabkan oleh ikan hasil tangkapan mereka yang berubah jenis. Jika pada saat
sebelum kenaikan BBM nelayan sampan bisa melaut sampai ketengah samudera
Indonesia, maka karena mahalnya BBM mereka hanya bisa melaut di lokasi yang
tidak terlalu jauh dari puger.
Penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2008), tentang dampak kenaikan
BBM (solar) terhadap usaha penangkapan ikan dengan pukat cincin menggunakan
metode analisis kualitatif deskriptif disertai dengan uji beda menyimpulkan,
bahwa: 1) Jumlah pukat cindin sesudah kenaikan BBM (solar) yakni pada tahun
2006 mengalami peningkatan sebanyak 43 unit (dari 188 unit menjadi 231 unit);
2) Terdapat perbedaan lama nelayan melaut/trip dan frekuensi melaut/bulan
dimana waktunya semakin lama sesudah kenaikan BBM dibandingkan sebelum
kenaikan BBM; 3) Hasil tangkapan nelayan mengalami penurunan sesudah
kenaikan BBM, dari 15.667,50 kg/bulan menjadi 13.536,67 kg/bulan; 4)
pendapatan nelayan menurun sesudah kenaikan BBM; 5) Nelayan kekurangan
modal sesudah kenaikan BBM; 6) nelayan melakukan upaya peminjaman modal
kepada kerabat, rentenir, koperasi, bank, dan lembaga keuangan lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Jamal (2014) tentang analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan nelayan (Studi Nelayan Pesisir Desa Klampis
Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan) dengan menggunakan metode analisis
linear berganda menyimpulkan, bahwa Variabel modal, umur, curahan jam kerja,

37
Universitas Sumatera Utara

pengalaman kerja, harga dan hasil tangkapan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan nelayan Desa Klampis.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
NAMA
PENELITI
Arif

JUDUL
PENELITIAN
Dampak Kenaikan
Harga Bahan Bakar
Minyak (BBM)
Terhadap Tingkat
Pendapatan Nelayan
Puger

Labora
Pasaribu

Dampak Kenaikan
Harga BBM (Solar)
Terhadap Usaha
Penangkapan Ikan
Dengan Pukat Cincin
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Pendapatan Nelayan
(Studi Nelayan Pesisir
Desa Klampis
Kecamatan Klampis
Kabupaten
Bangkalan)

Badrul Jamal

HASIL
PENELITIAN
Analisa
sekitar 68% dari 100
Deskriptif
responden dalam
Kualitatif
penelitian ini
mengalami penurunan
pendapatan.
Penurunan tersebut
disebabkan oleh ikan
hasil tangkapan
mereka yang berubah
jenis. Jika pada saat
sebelum kenaikan
BBM nelayan sampan
bisa melaut sampai
ketengah samudera
Indonesia maka
karena mahalnya
BBM mereka hanya
bisa melaut di lokasi
yang tidak terlalu jauh
dari puger
Analisa
pendapatan nelayan
Deskriptif
menurun sesudah
Kualitatif dan kenaikan BBM
Uji Beda
ANALISIS

Analisa
Linear
Berganda
dengan
Deskriptif
Dualitatif

Variabel modal, umur,
curahan jam kerja,
pengalaman kerja,
harga dan hasil
tangkapan secara
simultan berpengaruh
signifikan terhadap
pendapatan nelayan
Desa Klampis

38
Universitas Sumatera Utara

2.3

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel

yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2012 : 89).
Gambar dibawah ini merupakan alur berfikir dalam menguji bagaimana dampak
kenaikan BBM terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Medan Belawan.
Pada umumnya, pendapatan para nelayan penggarap ditentukan secara
bagi hasil dan jarang ditemui sistem upah/gaji tetap yang diterima oleh nelayan.
Sistem upah/gaji bulanan ternyata hanya diperoleh pada alat penangkapan dengan
Jermal, hal yang mungkin disebabkan karena alat bersifat pasif.
Dalam sistem bagi hasil, bagian yang dibagi ialah pendapatan setelah
dikurangi biaya eksploitasi yang dikeluarkan pada waktu beroperasi ditambah
dengan biaya ongkos penjualan hasil. Jadi biaya yang termasuk didalamnya
adalah bahan bakar untuk kapal motor, oli, es, garam, biaya makanan awak kapal,
retribusi dan biaya lain yang mendukung kegiatan penangkapan ikan.
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dampak Kenaikan Harga BBM
(Solar)
Operasi Penangkapan di Laut

Pendapatan

Sebelum

Sesudah

Gambar 1. Kerangka Konseptual
39
Universitas Sumatera Utara

2.4.

Hipotesis Penelitian
Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada perbedaan pendapatan nelayan sebelum dan sesudah kenaikan harga
BBM (solar).
2. Ada perbedaan banyaknya hasil tangkapan yang didapat nelayan sebelum
dan sesudah kenaikan harga BBM (solar).
3. Ada perbedaan lama nelayan melaut dan frekuensi melaut yang dilakukan
nelayan sebelum dan sesudah kenaikan BBM (solar).

40
Universitas Sumatera Utara