Riset Diferensial Tentang School Engagement Siswa Kelas XI dengan Kurikulum 2013 dan Siswa Kelas XII dengan KTSP di SMA "X" Karawang Barat.

(1)

iii

Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan school engagement siswa dengan kurikulum 2013 dan siswa dengan KTSP di SMA “X” Karawang Barat. Metode yang digunakan adalah metode differensial. Variabel penelitiannya adalah school engagement. Pemilihan sampling menggunakan purposive sampling dengan sampel penelitian 305 orang.

Alat Ukur School Engagement disusun oleh Denny dkk (2013) berdasarkan teori dari Fredricks berjumlah 39 item. Untuk mencari validitas alat ukur school engagement digunakan rumus Rank Spearman. Nilai validitas school engagement antara 0,307-0,731. Untuk mencari reliabilitas digunakan rumus Alfa Cronbach. Realibilitas reliabilitas school engagement 0,706-0,776.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik dengan menggunakan Mann Whitney-U, maka didapat koefisien signifikansi untuk school engagement adalah 0,000.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan school engagement yang signifikan antara kedua kurikulum. Saran dari peneliti adalah agar adanya persiapan dan pematangan kurikulum 2013 dari pihak sekolah agar dapat memenuhi tuntutan dari kurikulum 2013.


(2)

iv

Universitas Kristen Maranatha

Abstract

ferences in students' school engagement with the curriculum in 2013 and high school students with KTSP in the "X" West Karawang. The method used is the differential method. Variable research is school engagement. Selection of sampling using purposive sampling with sample of 305 individuals.

Measure Tool School Engagement prepared by Denny et al (2013) based on the theory of Fredricks totaling 39 items. To search for the validity of the measuring instrument of school engagement used Spearman Rank formula. The validity of school engagement between .307 to .731. To find the reliability used Cronbach Alpha formula. The reliability of school engagement from 0.706 to 0.776.

From the final results of data processing using the Mann-Whitney U, significant coefisient for school engagement is 0,000.

Result of this research is that there is a significant difference in school engagement between the two curricula. Advice from researchers is that their preparation and maturation of the school curriculum in 2013 in order to meet the demands of the curriculum in 2013.


(3)

viii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman

COVER ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Maksud dan Tujuan ... 8

1.3.1 Maksud ... 8

1.3.2 Tujuan ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 8


(4)

ix

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian ... 16

1.7 Hipotesis ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 School Engagement ... 19

2.1.1 Definisi School Engagement ... 19

2.1.2 Komponen-komponen School Engagement ... 19

2.1.2.1 Behavioral Engagement ... 19

2.1.2.2 Emotional Engagement... 20

2.1.2.3 Cognitive Engagement ... 21

2.1.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi School Engagement ... 24

2.1.3.1 School Level Factors ... 22

2.3 Masa Remaja ... 27

2.3.1 Pengertian Remaja ... 27

2.3.2 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja ... 27

2.3.3 Pembagian Masa Remaja ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 30

3.2 Variabel Penelitian ... 31

3.3 Definisi Operasional ... 31


(5)

x

Universitas Kristen Maranatha

3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling ... 32

3.4.1 Populasi sasaran ... 32

3.4.2 Karakteristik Populasi ... 32

3.4.3 Teknik Sampling ... 32

3.5 Alat Ukur... 33

3.5.1 Validitas dan Reabilitas Alat Ukur ... 37

3.5.1.1 Validitas Alat Ukur ... 37

3.5.1.2 Reabilitas Alat Ukur ... 38

3.6 Data Sosiodemografis ... 39

3.7 Teknik Analisis Data ... 40

3.8 Hipotesa Statistik ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Responden ... 42

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 42

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jurusan ... 42

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Kelas dan Kurikulum ... 43

4.2 Hasil Penelitian ... 43

4.2.1 Hasil Pengolahan School Engagement ... 43


(6)

xi

Universitas Kristen Maranatha BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 48

5.2 Saran Teoritis ... 49

5.3 Saran Praktis ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

DAFTAR RUJUKAN ... 51 LAMPIRAN


(7)

xii

Universitas Kristen Maranatha

Tabel 3.1 Validitas dan Reabilitas Alat Ukur School Engagement ... 33

Tabel 3.2 Komponen, Aspek Komponen dan No.item ... 34

Tabel 3.3 Sistem Penilaian Kuisioner ... 35

Tabel 3.4 Median Siswa Kurikulum 2013 ... 36

Tabel 3.5 Median Siswa KTSP ... 37

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 42

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jurusan ... 42

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Kelas dan Kurikulum ... 43

Tabel 4.4 Hasil Pengolahan School Engagement ... 43

DAFTAR BAGAN Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir ... 16


(8)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi kuesioner school engagement Lampiran 2. Kuesioner school engagement


(9)

xiv

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 3. Tabel perhitungan try out kuesioner school engagement

Lampiran 4. Hasil olah data Mann Whitney-U Lampiran 5. Frekuensi data responden

Lampiran 6. Frekuensi tinggi-rendah school engagement Lampiran 7. Data mentah

Lampiran 8. Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013 Lampiran 9. Wawancara Siswa dan Guru

Lampiran 10. Profil Sekolah Lampiran 11. Biodata Peneliti


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Dengan berkembangnya jaman, pendidikan turut serta berkembang. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Kebutuhan pendidikan di jaman ini menjadi sangat penting, karena pendidikan merupakan fondasi suatu bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang berpendidikan. Perkembangan pendidikan saat ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan jaman. Salah satu hal yang dimodifikasi dari suatu pendidikan adalah kurikulum. (Aminnatul: 2008)

Menurut UU No. 20 Tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Perubahan kurikulum diadakan oleh pemerintah, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan, dalam hal ini adalah guru dan siswa. Di Indonesia, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami 11 kali perubahan sejak tahun 1947 sampai 2014 (Hidayatul, 2014). Ada dua kurikulum yang masih berjalan pada saat ini, yang pertama adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dimulai pada tahun 2006,


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha sedangkan kurikulum kedua atau yang dewasa ini baru dijalankan dan pada tahun ini akan direalisasikan ke seluruh Indonesia adalah Kurikulum Pendidikan Karakter atau disebut Kurikulum 2013 (Hidayatul,2014).

KTSP merupakan kurikulum penyempurnaan dari kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh masing – masing satuan pendidikan / sekolah. Dapat diartikan bahwa sekolah berhak untuk merencanakan, melaksanakan, mengelola serta menilai suatu pembelajaran sesuai dengan kondisi lingkungan alam dan sosial ekonomi masyarakat, dan karakteristik peserta didik pada daerah suatu sekolah namun tetap dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan dan kantor departemen agama Kabupaten/Kota (UU No.20 Tahun 2003). KTSP berorientasi pada pembentukan manusia intelek, maka dari itu dalam KTSP materi pengetahuan alam lebih ditekankan agar siswa dapat menguasai materi tersebut. Dalam KTSP siswa diberikan materi muatan lokal dan pengembangan diri, muatan lokal merupakan kegiatan tambahan untuk mengembangkan kompetensi siswa yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Pengembangan diri dikembangkan dan disusun oleh siswa sendiri dengan bimbingan dari guru yang bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan siswa. Ada pula penambahan mata pelajaran dalam pengembangan diri yang diberikan sekolah untuk meningkatkan kemampuan siswa, penambahan mata pelajaran ini dapat menambah pengetahuan siswa. Penambahan mata pelajaran ini tidak terbatas sesuai dengan kebutuhan, seperti bahasa Jerman, Jepang, etika,dll.


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha Pembelajaran yang dilakukan pada KTSP adalah pemberian ceramah oleh guru (pembelajaran satu arah), menjadikan siswa menjadi tergantung sepenuhnya pada guru yang bersangkutan. Keuntungan dari KTSP adalah pendekatan dalam penyampaian materi yang beda sesuai dengan karakteristik guru, memungkinkan siswa untuk menyukai cara mengajar dan dapat memahami bahan ajar yang diberikan oleh guru. Namun memiliki kekurangan dari guru itu sendiri, siswa mungkin dapat menyukai cara seorang guru mengajar, namun belum tentu siswa yang lain menyukai dengan cara guru mengajar. Dalam KTSP memungkinkan siswa untuk hanya mengerti suatu mata pelajaran tertentu yang disukainya, dan mengabaikan pelajaran lain. Berbeda dengan Kurikulum 2013 yang berfokus pada kognitif, emosional, dan behavioral.

Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun ajaran 2013/2014 pada sekolah – sekolah tertentu (terbatas) dan akan dilaksanakan di seluruh sekolah di Indonesia pada tahun 2014. Sekolah yang dipilih untuk menjadi contoh pengimplementasian kurikulum 2013 dengan syarat sekolah tersebut pernah menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) / Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, selain itu syarat lainnya yaitu sekolah tersebut merupakan sekolah terbaik di daerahnya, salah satunya adalah SMA “X” Karawang Barat.

Kurikulum 2013 atau disebut juga sebagai Kurikulum Pendidikan Karakter, secara resmi mulai diselenggarakan pada tanggal 15 Juli 2013. Adapun penamaannya lebih disesuaikan dengan tujuan dari kurikulum besangkutan, yaitu untuk mengembangkan karakter siswa dengan penekanan pada kemampuan afektif, psikomotor dan kognitif. Seluruh potensi siswa turut diperhatikan dalam


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha memberikan penilaian, meliputi proses hingga hasil yang diperoleh siswa. Secara menyeluruh, tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk memersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Baik kurikulum KTSP dan kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mencapai hal yang sama secara garis besarnya, karena kurikulum 2013 adalah pengembangan dari KTSP. Tujuan kurikulum 2013 untuk meningkatkan kompetensi siswa dan lebih produktif dan tujuan KTSP siswa berakhlak, cakap dan aktif tercakup dalam komponen behavioral engagement. Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran menjadi bersemangat, dan kurikulum KTSP bertujuan meningkatkan pembelajaran dengan membuat lingkungan menyenangkan yang tercakup dalam komponen emotional engagement. Kurikulum 2013 dan KTSP memiliki tujuan untuk meningkatkan siswa menjadi lebih kreatif, inovatis yang tercakup dalam komponen cognitive engagement. Ketiga komponen yang disebutkan diatas, yaitu behavioral engagement, emotional engagement dan cognitive engagement merupakan komponen komponen dari school engagement. School engagement merujuk pada seberapa besar usaha siswa untuk berupaya melibatkan dirinya selama melakukan kegiatan akademik dan non-akademik (sosial & ekstrakurikuler), meliputi keterlibatan komponen–komponen behavioral, emotional serta cognitive engagement (Fredricks, 2004).


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha Ditarik dari kedua kurikulum, KTSP melakukan pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan. Lain halnya dengan Kurikulum 2013 yang dirancang agar semua mata pelajaran berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Idealnya, melalui kurikulum 2013 dan KTSP komponen–komponen school engagement diharapkan dapat terpenuhi. Misalnya, untuk komponen behavioral kurikulum 2013 berfokus pada psikomotor siswa sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Dalam segi emotional, kurikulum 2013 berfokus pada afektif, yang berarti siswa dapat tertarik, dan fokus terhadap pembelajaran yang diberikan. Selanjutnya dalam segi cognitive kurikulum 2013 berfokus pada kognitif, yang berarti siswa dapat memahami pembelajaran sesuai dengan apa yang diberikan.

Ditinjau dari ketiga komponen school engagement di atas, kurikulum 2013 yang meningkatkan kualitas siswa dalam kognitif, afektif, dan psikomotor akan lebih berpotensi untuk mengembangkan siswa menjadi berprestasi dan memiliki karakter yang sesuai dengan tujuan kurikulum ini. Adanya fokus pada ketiga area tersebut (kognitif, afektif, dan psikomotor) dapat membuat siswa lebih memahami, mengerti, dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Salah satu sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 dan masih menjalankan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah SMA “X” Karawang Barat. Dari hasil wawancara yang didapat dari guru SMA “X”, siswa kelas X menjalani proses pembelajaran sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki. Diawali dengan proses penerimaan siswa baru yang berbeda dibandingkan dengan


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 menggunakan konsep peminatan agar dapat menyalurkan siswa ke jurusan yang diinginkan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Metode pengajaran yang diberikan berupa presentasi, tanya jawab, berpikir kritis, berdiskusi antar teman maupun kelompok, mencari informasi lebih mengenai suatu materi.

Kelebihan bentuk pengajaran ini adalah setiap siswa dituntut kreatif dan inovatif, selain itu ada juga yang namanya pengembangan karakter yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi. Tugas guru disini adalah sebagai fasilitator yang hanya memfasilitasi siswa agar siswa dapat berpartisipasi dengan aktif di situasi pembelajaran di kelas.

Akan tetapi, kurikulum 2013 bukannya tidak memiliki kekurangan dalam implementasinya. Kekurangannya adalah sosialisasi mengenai kurikulum 2013 kepada siswa maupun orangtua siswa mengenai adanya sistem yang baru. Siswa kelas XI belum banyak mengetahui mengenai implementasi dari kurikulum 2013 karena mereka merasa penerapan dari kurikulum 2013 yang terlalu cepat, dan perbedaan cara mengajar yang signifikan, yang pada saat mereka SMP masih diberikan ceramah oleh guru. Kondisi ini diantisipasi sebagai penghambat utama dari pengimplementasian kurikulum 2013 di setiap sekolah.

Terlepas dari kekurangan yang masih ada, pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional berketetapan untuk menyelenggarakan kurikulum 2013, dimulai dengan sekolah – sekolah tertentu sebagai pilot project-nya. Adapun penelitian yang akan dilakukan ini bermaksud mengetahui sejauh mana kurikulum 2013 dan KTSP dapat memicu keterlibatan siswa (school


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha engagement) dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Guna mendapatkan hasil penelitian yang secara empirik mampu memberikan gambaran tentang school engagement pada siswa dengan kurikulum 2013, penulis akan menelitinya dengan menggunakan metode riset differensial. Untuk melakukan penelitian dengan metode ini, penulis akan mengambil dua kelompok penelitian yang akan diposisikan sebagai kelompok utama dan kelompok pembanding. Adapun yang diangkat sebagai pembedanya adalah kurikulum-nya. Untuk itu, akan dilakukan penelitian school engagement selain kepada siswa kelas XI SMA Negeri “X” Karawang Barat dengan kurikulum 2013, juga peneliti akan melakukan pengambilan data kepada siswa kelas XII dengan kurikulum KTSP.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui perbedaan school engagement pada siswa kelas XI dengan kurikulum 2013 dan siswa kelas XII dengan KTSP di SMA “X” Karawang Barat.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan school engagement siswa dengan kurikulum berbeda di SMA “X” di kota Karawang Barat.


(17)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan school engagement pada siswa kelas XI dengan Kurikulum 2013 dan XII dengan KTSP

SMA “X” di kota Karawang Barat melalui Emotional Engagement, Behavioral Engagement, dan Cognitive Engagement.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1.) Memberi sumbangan informasi pada ilmu Psikologi Pendidikan tentang school engagement.

2.) Memberi masukan bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan school engagement.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1.) Memberikan informasi kepada pihak sekolah SMA “X” di kota Karawang Barat mengenai derajat school engagement pada siswa kelas XI dan XII SMA

“X” sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengembangan proses pembelajaran yang lebih baik.

2.) Memberikan informasi kepada guru SMA “X” di kota Karawang Barat mengenai derajat school engagement pada siswa sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam memfasilitasi dan mendorong siswa untuk lebih aktif dan ikut terlibat dalam proses belajar mengajar.


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pikir

Menurut UU No. 20 Tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Di Indonesia, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami 11 kali perubahan sejak tahun 1947 sampai 2014. Perubahan kurikulum diadakan oleh pemerintah, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan, dalam hal ini adalah guru dan siswa. Pada saat ini terdapat 2 kurikulum yang sedang berjalan di indonesia, yaitu Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013.

Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013 diterapkan pada setiap jenjang pendidikan, termasuk SMA. Siswa – siswa kelas XI SMA “X” (Kurikulum 2013) Karawang Barat dan siswa – siswa kelas XII (KTSP) adalah remaja. Menurut Santrock (2007), masa remaja adalah masa transisi yaitu ketika seorang anak berubah menjadi dewasa baik fisik maupun psikologis. Masa remaja berada pada rentang usia 15 – 21 tahun. Perubahan utama yang terjadi pada masa remaja adalah perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional. Perubahan yang terjadi pada siswa – siswa kelas XI dan XII SMA “X” Karawang Barat memerlukan dukungan dari lingkungan yang terlibat dengan siswa, agar perubahan yang terjadi bisa ke arah positif dan berkembang secara optimal.

Kurikulum Satuan Tingkat pendidikan diawali sejak tahun 2006 adalah penyempurnaan dari kurikulum 1994, KTSP langsung diterapkan di seluruh


(19)

10

Universitas Kristen Maranatha Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Bab 1 Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah

“Kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing

satuan pendidikan.”. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran. Tujuan dari KTSP adalah menghasilkan siswa didik yang menguasai kompetensi – kompetensi dasar dalam konteks kehidupan yang dinilai dari proses belajar dan hasil belajar secara berkesinambungan, kemudian mengembangkan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar, sesuai kondisi siswa dan situasi sekolah. KTSP berorientasi pada membangun siswa intelek dengan berfokus pada pengetahuan alam, siswa diberikan ilmu dalam proses pembelajaran dengan metode ceramah oleh guru.

KTSP memberikan peluang bagi sekolah untuk merancang kurikulum bagi siswa didiknya, dan sekolah diberikan hak untuk mengisi pelajaran muatan lokal

dan pengembangan diri sesuai dengan kebutuhan siswa kelas XII SMA “X” dan

masyarakat. Prinsip pengembangan KTSP sendiri berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa didik dan lingkungan. Dalam KTSP sendiri kegiatan yang paling utama untuk pembentukan kompetensi siswa

selama dalam proses pembelajaran adalah pada saat dikelas. Siswa SMA “X”

dibentuk kompetensinya dengan penyampaian informasi tentang materi pokok dan pembahasan materi pokok, siswa diajarkan dengan metode yang menyenangkan namun tetap dalam situasi yang kondusif. Beban belajar pada KTSP terbilang sedikit dibandingkan dengan kurikulum 2013, beban belajar pada siswa hanya 38


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha jam pelajaran setiap jam hanya 45 menit. Beban belajar yang sedikit ini dapat membuat siswa tidak terbebani dengan banyaknya pelajaran dan materi-materi, karena KTSP hanya fokus pada pemberian materi sehingga tercapainya pemahaman siswa mengenai suatu pelajaran tertentu.

Kurikulum 2013 dewasa ini baru dijalankan dan pada tahun ini akan direalisasikan ke seluruh Indonesia. Tujuan dari kurikulum 2013, yaitu untuk mengembangkan karakter siswa dengan penekanan pada kemampuan afektif, psikomotor dan kognitif. Secara menyeluruh, tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk memersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun ajaran 2013/2014 pada sekolah – sekolah tertentu (terbatas), salah satunya adalah

SMA “X” Karawang Barat. Kurikulum 2013 membentuk pengalaman belajar langsung siswa sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan siswa. Pengalaman belajar langsung individual siswa menjadi hasil bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh siswa menjadi hasil dari kurikulum 2013.

Di dalam proses pembelajaran dengan kurikulum 2013 dan KTSP ini, akan diciptakan iklim kelas yang mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif pada proses pembelajaran, yang menjadi indikator utama dari school engagement. School engagement merujuk pada seberapa besar usaha siswa untuk berupaya melibatkan dirinya selama melakukan kegiatan akademik dan non-akademik


(21)

12

Universitas Kristen Maranatha (sosial & ekstrakurikuler), meliputi keterlibatan komponen – komponen behavioral, emotional serta cognitive engagement (Fredricks, 2004).

Behavioral Engagement, merujuk pada semua perilaku positif siswa dalam mengikuti peraturan sekolah, partisipasi dalam kegiatan akademik, dan partisipasi dalam kegiatan non akademik. Siswa dengan kurikulum 2013 dituntut untuk aktif-mencari materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi, dalam hal ini siswa perlu menjadi lebih aktif dalam kelas baik terhadap guru, siswa lain, sumber atau media yang lainnya, siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat diperoleh melalui internet, siswa diarahkan untuk belajar secara kelompok (berbasis tim) untuk menjadi kritis dalam pembelajaran, siswa mengerjakan tugas dengan menggunakan multimedia yang dimiliki dan atau yang disediakan oleh sekolah. Berbeda dengan siswa dengan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), siswa dituntut agar memelajari materi sebatas yang disampaikan, siswa terbatas untuk mengeksplorasi lebih lanjut mengenai suatu materi, karena penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Pencarian informasi dengan media lain seperti media elektronik, internet, media cetak,dll dilakukan oleh siswa apabila guru meminta siswa untuk mencari, karena fokus guru hanya memberikan informasi agar materi tersampaikan kepada siswa.

Siswa dengan behavioral engagement akan mengikuti peraturan sekolah, aktif di kelas, bertanya kepada guru bila ada materi yang tidak dimengerti, dan aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan oleh sekolah. Sedangkan


(22)

13

Universitas Kristen Maranatha siswa yang kurang menunjukkan behavioral engagement akan duduk diam (pasif) ketika guru bertanya mengenai materi pembelajaran, bolos sekolah, dan tidak mengikuti ekstrakulikuler yang diadakan oleh sekolah.

Emotional engagement berfokus pada afektif, merujuk pada semua perilaku siswa dalam usaha menghayati emosi - emosi positif di sekolah meliputi menghargai proses belajar dan merasa menjadi bagian penting dari sekolah. Kurikulum 2013 dirancang sedemikian rupa agar membuat siswa merasa pembelajaran yang dilakukan di lingkungan sekolah terasa mengasyikan dan bervariasi, siswa diberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Siswa diberikan pembelajaran yang dinamis sehingga menghayati situasi pembelajaran di kelas terasa “hidup” dan menyenangkan, siswa juga diberikan sarana dan prasarana (internet, buku, perpustakaan, ebook, dll) oleh pihak sekolah sebagai penunjang proses pembelajaran. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan siswa diberikan iklim kelas kondusif dan menyenangkan, kelas dirancang dengan kondisi tenang dan nyaman bagi siswa.

Sesuai dengan ketetentuannya KTSP mengharuskan guru dan pihak sekolah untuk membuat kurikulumnya sendiri, jadi setiap guru memiliki hak untuk membuat variasi sendiri dalam mengajar yang berfokus pada teacher centered. Tentunya metode pemberian materi oleh setiap guru dapat berbeda – beda, dan dapat membuat siswa aktif maupun pasif dalam pembelajaran. Aktif maupun pasif dalam pembelajaran tergantung pada kemampuan guru mengelola kelas, apakah siswa akan terlihat menyukai dan iklim kelas terlihat


(23)

14

Universitas Kristen Maranatha menyenangkan, ataukah siswa akan terlihat diam saja dan iklim kelas terlihat membosankan. Tentunya guru harus mengenal siswanya sendiri karena belum tentu suatu kelas bisa cocok dengan suatu metode guru.

Siswa dengan emotional engagement akan menunjukkan perasaan yang senang saat belajar di kelas, perasaan yang senang terhadap guru (menghargai guru), termotivasi untuk belajar, sedangkan siswa yang kurang menunjukkan emotional engagement akan menunjukkan motivasi yang rendah dalam belajar, kurang menghargai guru yang mengajar, mudah bosan ketika belajar di sekolah, kurang tertarik untuk belajar di kelas.

Selanjutnya, cognitive engagement berfokus pada kognitif, merujuk pada semua perilaku dalam usaha untuk berpikir dan belajar melalui investasi dalam belajar dan strategi kognitif. Dengan kurikulum 2013 siswa dikembangkan sikap spiritual, sikap sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotor. Siswa dapat memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Pemahaman, pengalaman dari hasil belajar membuat siswa memiliki kompetensi yang berkembang berdasarkan prinsip akumulatif, saling memerkuat (reinforced) dan memerkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan, yang akan membuat siswa berwawasan luas, dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Siswa dengan KTSP diarahkan untuk menjadi siswa yang memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan, siswa diberikan materi dengan berfokus


(24)

15

Universitas Kristen Maranatha pada pemahaman materi pokok dan pengetahuan siswa. Pemberian informasi dengan metode ceramah membantu siswa dalam memeroleh pengetahuan sesuai materi yang disampaikan pada proses pembelajaran. Dalam KTSP sendiri, siswa hanya sedikit mencari informasi dari sumber lain, siswa hanya mendapatkan informasi mengenai suatu materi dari ceramah guru atau apabila diminta oleh guru untuk mencari informasi mengenai materi melalui media lain (cetak, elektronik, internet, dll) namun sebatas hanya pada materi tersebut. Kemudian siswa dapat mengembangkan kompetensinya dengan mengerjakan tugas yang diberikan guru di kelas, dan pembahasan tugas pada saat di kelas.

Siswa dengan cognitive engagement akan menunjukkan usaha yang keras dan disiplin dalam belajar, aktif mengumpulkan informasi/bahan mengenai suatu materi pelajaran, dan menunjukkan keluwesan berpikir dalam memecahkan suatu persoalan yang diberikan oleh guru, sedangkan siswa yang kurang menunjukkan cognitive engagement akan menunjukkan usaha yang minim dalam belajar, pasif dalam mencari bahan/informasi mengenai materi pelajaran.


(25)

16

Universitas Kristen Maranatha Skema 1.1 Skema Kerangka Pikir

1.6 Asumsi Penelitian

Dari pemaparan diatas maka peneliti merumuskan asumsi :

1. Kurikulum 2013 yang berintikan meningkatkan karakter siswa kelas XI dari komponen kognitif, afektif, dan psikomotor memberi peluang menumbuhkembangkan school engagement di SMA “X” Karawang Barat. Siswa – Siswa

kelas XI SMA “X” Karawang Barat

School engagement

Emotional Engagement

Behavioral Engagement

Cognitive Engagement Siswa – Siswa

kelas XII SMA

“X” Karawang

Barat

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan


(26)

17

Universitas Kristen Maranatha 2. Keterlibatan siswa kelas XI SMA “X” Karawang Barat dengan kurikulum

2013 dalam proses pembelajaran akan meningkatkan behavioral engagement siswa berupa perilaku aktif di kelas, termasuk aktif bertanya, mencari informasi lewat multimedia, aktif berkontibusi dalam kelompok, dan aktif dalam kegiatan non-akademis (ekstrakulikuler, osis, pramuka). 3. Keterlibatan siswa kelas XI SMA “X” Karawang Barat dalam proses

pembelajaran akan meningkatkan emotional engagement siswa berupa antusias dalam pembelajaran yang berlangsung di kelas, antusias dalam kegiatan kelompok maupun individual, menghargai guru dan berusaha mempelajari sesuatu hal yang baru.

4. Keterlibatan siswa kelas XI SMA “X” Karawang Barat dalam proses pembelajaran akan meningkatkan cognitive engagement siswa berupa memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi, serta mengelaborasi informasi yang didapat dari internet maupun sumber lainnya (guru, masyarakat, lingkungan).

5. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan yang memberikan otoritas kepada setiap guru bebas menentukan kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa kelas XII dari komponen kognitif, afektif, dan psikomotor memberi peluang menumbuhkembangkan school engagement di SMA “X” Karawang Barat.


(27)

18

Universitas Kristen Maranatha 6. Keterlibatan siswa kelas XII SMA “X” Karawang Barat dalam proses

pembelajaran akan meningkatkan behavioral engagement siswa berupa mengerti, memahami informasi yang diberikan oleh guru sesuai dengan materi yang didapat.

7. Keterlibatan siswa kelas XII SMA “X” Karawang Barat dalam proses pembelajaran akan meningkatkan emotional engagement siswa berupa menyukai, antusias dengan setiap materi yang diberikan oleh guru.

8. Keterlibatan siswa kelas XII SMA “X” Karawang Barat dalam proses pembelajaran akan meningkatkan cognitive engagement siswa berupa pembahasan tugas di kelas, pemahaman mengenai materi yang diberikan oleh guru.

1.7 Hipotesis

Terdapat perbedaaan school engagement antara siswa dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terhadap siswa dengan Kurikulum 2013 pada


(28)

48 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1) Terdapat perbedaan school engagement yang signifikan antara kelompok siswa dengan Kurikulum 2013 dan kelompok siswa dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA “X” Karawang Barat. Apabila dipadukan dengan tingginya rerata, KTSP lebih berperan menumbuhkembangkan school engagement dibandingkan dengan Kurikulum 2013.

2) Pada komponen behavioral engagement menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok siswa dengan Kurikulum 2013 dan kelompok siswa

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA “X” Karawang Barat. Artinya,

baik Kurikulum 2013 maupun KTSP sama-sama berperan terhadap behavioral engagement siswa.

3) Pada komponen emotional engagement menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara kelompok siswa dengan Kurikulum 2013 dan kelompok siswa dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA “X” Karawang Barat. Apabila

dibandingkan dengan tingginya rerata, KTSP lebih berperan menumbuhkembangkan school engagement dibandingkan dengan Kurikulum 2013.

4) Pada komponen cognitive engagement menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara kelompok siswa dengan Kurikulum 2013 dan kelompok siswa dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA “X” Karawang Barat. Apabila dibandingkan dengan tingginya rerata, KTSP lebih berperan menumbuhkembangkan school engagement dibandingkan dengan Kurikulum 2013.


(29)

49

Universitas Kristen Maranatha 5.2Saran Teoretis

1) Untuk penelitian lanjutan mengenai school engagement perlu memerhitungkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi school engagement. Ini bisa digali sebagai data data penunjang guna memberikan gambaran yang komprehensif terhadap temuan penelitian school engagement.

5.3 Saran Praktis

1) Pihak SMA “X” Karawang barat hendaknya lebih memerhatikan kesiapan kompetensi

guru dan kesiapan siswa dalam memenuhi tuntutan Kurikulum 2013.

2) Pihak kedinasan hendaknya memberikan pendampingan yang lebih intensif agar guru lebih siap dalam proses pembelajaran di SMA “X”, khususnya di masa transisi implementasi Kurikulum 2013 seperti sekarang ini.

3) Pihak SMA “X” Karawang Barat perlu memersiapkan sarana dan prasarana yang menunjang untuk setiap mata pelajaran sehingga siswa dapat memenuhi tujuan yang akan diraih melalui Kurikulum 2013 seperti cognitive, emotional, behavioral.


(30)

50 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Christenson, L. Sandra. And Amy L. Reschly, Cathy Wylie. 2012. Handbook of Research on Student Engagement. New York: Dordrecht Heidelberg London.

Fredricks, J. A., Blumenfeld, P. C., and Paris, A. (2004). School engagement: potential of the concept: state of the evidence. Review of Educational Research, 74, 59–119.

Fredricks J, Ph.D., McColskey W, Ph.D. (2011) Measuring student engagement in upper elementary through high school: a description of 21 instruments, REL-2011, No.098.

Lisa, Friedenberg. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis and Use. Needham Heights Massachusetts: A Simon & Schuster.

Santrock, John W. (2007). Remaja, edisi kesebelas. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Santrock, John W. (2007). Remaja, jilid 2, edisi kesebelas. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta


(31)

51 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Aminnatul.W, Dina. 2008. Diakses tanggal 18 Februari 2014,

http://aminnatul-widyana.blogspot.com/2011/07/sosiologi-kurikulum-dan-perkembangan.html.

Davin. 2014. Diakses tanggal 2 Juni 2014, http://davinplus.blogspot.com/2012/05/macam-macam-sampel-penelitian.html.

Fitriya, Hidayatul. 2014. Diakses tanggal 2 Oktober 2014,

http://hidayatulfitriya.blogspot.com/2014/02/sejarah-kurikulum-di-indonesia-1945-2013.html.

Kemdikbud. 2013. Diakses tanggal 2 Mei 2014, http://kurikulum.kemdikbud.go.id

Mahanani, Media Edukasi. 2011.diakses tanggal 21 Februari 2014. http://www.m-edukasi.web.id/search/label/kurikulum%202013%20sma.

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. Februari 2009. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 69 TAHUN 2013 TENTANG KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH.

(https://www.google.co.id/search?site=&source=hp&q=PERATURAN+MENTERI+P ENDIDIKAN+DAN+KEBUDAYAAN+NOMOR+69+TAHUN+2013&oq=PERAT URAN+MENTERI+PENDIDIKAN+DAN+KEBUDAYAAN+NOMOR+69+TAHU N+2013&gs_l=hp.3..0j0i22i30.824.824.0.1764.2.2.0.0.0.0.304.463.0j1j0j1.2.0....0...1 c.1.43.hp..1.1.304.0.gwj2orKMBDI, diakses tanggal 12 februari 2014).

Regia, Aesthesia. 2014. Usulan Penelitian : kontribusi dukungan sosial guru terhadap school engagementdi SMA “X” Tasikmalaya, Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.


(32)

52 Universitas Kristen Maranatha Stefanus, Denny. 2014. Skripsi: hubungan persepsi siswa terhadap penerapan student

centered learning dan school engagement di SMA “X” kota Bandung, Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Suhartono, ____. Penelitan: ANALISIS PERBEDAAN KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013.


(1)

18

Universitas Kristen Maranatha 6. Keterlibatan siswa kelas XII SMA “X” Karawang Barat dalam proses

pembelajaran akan meningkatkan behavioral engagement siswa berupa mengerti, memahami informasi yang diberikan oleh guru sesuai dengan materi yang didapat.

7. Keterlibatan siswa kelas XII SMA “X” Karawang Barat dalam proses pembelajaran akan meningkatkan emotional engagement siswa berupa menyukai, antusias dengan setiap materi yang diberikan oleh guru.

8. Keterlibatan siswa kelas XII SMA “X” Karawang Barat dalam proses pembelajaran akan meningkatkan cognitive engagement siswa berupa pembahasan tugas di kelas, pemahaman mengenai materi yang diberikan oleh guru.

1.7 Hipotesis

Terdapat perbedaaan school engagement antara siswa dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terhadap siswa dengan Kurikulum 2013 pada siswa SMA “X”.


(2)

48 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1) Terdapat perbedaan school engagement yang signifikan antara kelompok siswa dengan Kurikulum 2013 dan kelompok siswa dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA “X” Karawang Barat. Apabila dipadukan dengan tingginya rerata, KTSP lebih berperan menumbuhkembangkan school engagement dibandingkan dengan Kurikulum 2013.

2) Pada komponen behavioral engagement menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok siswa dengan Kurikulum 2013 dan kelompok siswa

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA “X” Karawang Barat. Artinya,

baik Kurikulum 2013 maupun KTSP sama-sama berperan terhadap behavioral

engagement siswa.

3) Pada komponen emotional engagement menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara kelompok siswa dengan Kurikulum 2013 dan kelompok siswa dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA “X” Karawang Barat. Apabila

dibandingkan dengan tingginya rerata, KTSP lebih berperan menumbuhkembangkan

school engagement dibandingkan dengan Kurikulum 2013.

4) Pada komponen cognitive engagement menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara kelompok siswa dengan Kurikulum 2013 dan kelompok siswa dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA “X” Karawang Barat. Apabila dibandingkan dengan tingginya rerata, KTSP lebih berperan menumbuhkembangkan


(3)

49

Universitas Kristen Maranatha 5.2Saran Teoretis

1) Untuk penelitian lanjutan mengenai school engagement perlu memerhitungkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi school engagement. Ini bisa digali sebagai data data penunjang guna memberikan gambaran yang komprehensif terhadap temuan penelitian school engagement.

5.3 Saran Praktis

1) Pihak SMA “X” Karawang barat hendaknya lebih memerhatikan kesiapan kompetensi

guru dan kesiapan siswa dalam memenuhi tuntutan Kurikulum 2013.

2) Pihak kedinasan hendaknya memberikan pendampingan yang lebih intensif agar guru lebih siap dalam proses pembelajaran di SMA “X”, khususnya di masa transisi implementasi Kurikulum 2013 seperti sekarang ini.

3) Pihak SMA “X” Karawang Barat perlu memersiapkan sarana dan prasarana yang menunjang untuk setiap mata pelajaran sehingga siswa dapat memenuhi tujuan yang akan diraih melalui Kurikulum 2013 seperti cognitive, emotional, behavioral.


(4)

50 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Christenson, L. Sandra. And Amy L. Reschly, Cathy Wylie. 2012. Handbook of Research on

Student Engagement. New York: Dordrecht Heidelberg London.

Fredricks, J. A., Blumenfeld, P. C., and Paris, A. (2004). School engagement: potential of the

concept: state of the evidence. Review of Educational Research, 74, 59–119. Fredricks J, Ph.D., McColskey W, Ph.D. (2011) Measuring student engagement in upper

elementary through high school: a description of 21 instruments, REL-2011, No.098.

Lisa, Friedenberg. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis and Use. Needham Heights Massachusetts: A Simon & Schuster.

Santrock, John W. (2007). Remaja, edisi kesebelas. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Santrock, John W. (2007). Remaja, jilid 2, edisi kesebelas. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta


(5)

51 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Aminnatul.W, Dina. 2008. Diakses tanggal 18 Februari 2014,

http://aminnatul-widyana.blogspot.com/2011/07/sosiologi-kurikulum-dan-perkembangan.html.

Davin. 2014. Diakses tanggal 2 Juni 2014, http://davinplus.blogspot.com/2012/05/macam-macam-sampel-penelitian.html.

Fitriya, Hidayatul. 2014. Diakses tanggal 2 Oktober 2014,

http://hidayatulfitriya.blogspot.com/2014/02/sejarah-kurikulum-di-indonesia-1945-2013.html.

Kemdikbud. 2013. Diakses tanggal 2 Mei 2014, http://kurikulum.kemdikbud.go.id

Mahanani, Media Edukasi. 2011.diakses tanggal 21 Februari 2014. http://www.m-edukasi.web.id/search/label/kurikulum%202013%20sma.

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. Februari 2009. Bandung : Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 69 TAHUN 2013 TENTANG KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH.

(https://www.google.co.id/search?site=&source=hp&q=PERATURAN+MENTERI+P

ENDIDIKAN+DAN+KEBUDAYAAN+NOMOR+69+TAHUN+2013&oq=PERAT URAN+MENTERI+PENDIDIKAN+DAN+KEBUDAYAAN+NOMOR+69+TAHU N+2013&gs_l=hp.3..0j0i22i30.824.824.0.1764.2.2.0.0.0.0.304.463.0j1j0j1.2.0....0...1

c.1.43.hp..1.1.304.0.gwj2orKMBDI, diakses tanggal 12 februari 2014).

Regia, Aesthesia. 2014. Usulan Penelitian : kontribusi dukungan sosial guru terhadap school

engagementdi SMA “X” Tasikmalaya, Bandung : Fakultas Psikologi Universitas


(6)

52 Universitas Kristen Maranatha Stefanus, Denny. 2014. Skripsi: hubungan persepsi siswa terhadap penerapan student

centered learning dan school engagement di SMA “X” kota Bandung, Bandung :

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Suhartono, ____. Penelitan: ANALISIS PERBEDAAN KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013.