SISTEM PENGAMBILAN KEUNTUNGAN DI WARNET DITINJAU DARI UU NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN Sistem Pengambilan Keuntungan Di Warnet Ditinjau Dari UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Dan Hukum Islam ( Studi Kasus Warung Internet Bee-N

SISTEM PENGAMBILAN KEUNTUNGAN DI WARNET DITINJAU
DARI UU NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN DAN HUKUM ISLAM
( Studi Kasus Warung Internet Bee-Net Makamhaji)

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
pada Program Studi Muammalat (Syari’ah)

Diajukan oleh :
FERI HADIANSYAH PUTRA SIREGAR
I000090018

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Bismillahirrahmanirrohim
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama
: Feri Hadiansyah Putra Siregar

NIM

: I 000 090 018

Program Studi

: Muammalat (Syari’ah)

Judul

: SISTEM PENGAMBILAN KEUNTUNGAN DI WARNET
DITINJAU DARI UU NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN HUKUM ISLAM
(STUDI

KASUS


WARUNG

INTERNET

BEE-NET

MAKAMHAJI.

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk
1. Memberikan hak bebas royalty kepada perpustakaan UMS atas penulisan
karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya,
serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis
kepada perpustakaan UMS, tanpa perlu minta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntunan hukum
yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat

digunakan sebagaimana semestinya.
Surakarta, 9 Juli 2013
Yang Menyatakan

Feri Hadiansyah Putra Siregar
I 000 090 018

ABSTRAK
Warung internet (warnet) merupakan salahsatu usaha di bidang jasa sewa
internet. Kehadiran warnet adalah sebuah reaksi bisnis yang cepat menyusul
kebutuhan akan informasi terhadap mobilitas masyarakat yang tinggi. oleh
karenanya, bisnis warnet dianggap sebagai bisnis yang sangat menguntungkan,
karena seiring dengan kebutuhan masyarakat. Dengan realita ini banyak
masyarakat mendirikan usaha warnet di daerah Solo raya ini, khususnya di
daerah Makamhaji. Akibatnya persaingan warnetpun semangkin ketat. Dengan
fakta ini, para pebisnis warnet tentunya melakukan trik atau langkah strategis
dalam sistem pengambilan keuntungannya. Salah satunya kita lihat adalah
dengan mengambil selisih biaya harga sewa atau disebut dengan pembulatan
dalam pengambilan keuntungan. hal ini tentu dapat merugikan masyarakat
sebagai konsumen.

Dalam penelitian ini mengkaji tentang bagaimana sistem pengambilan
keuntungan di warnet Bee-Net Makamhaji ditinjau dari UU Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen dan tinjauan hukum Islam.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penjelasan UU Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan penjelasan hukum Islam
terhadap sistem pengambilan keuntungan di Bee-Net Makamhaji. Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah agar warnet-warnet khususnya Bee-Net
Makamhaji dalam menjalankan bisnisnya dapat menumbuhkan semangat
memberi manfaat serta menghindari mudharat kepada masyarakat.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan ( field research) dengan
sumber data dari warnet Bee-Net Makamhaji. Untuk pengumpulan data penulis
menggunakan metode dokumentasi, observasi, dan wawancara. Sedangkan untuk
analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dengan metode berfikir deduktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengambilan keuntungan yang
dilakukan Bee-Net Makamhaji dengan mengambil selisih biaya harga sewa
dengan mengambil harga tertinggi untuk dibulatkan adalah hal yang bertentangan
dengan UU Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindangan Konsumen. Karena
terdapat pelanggaran hak-hak atas konsumen yaitu hak atas informasi yang jelas,
hak untuk mendapatkan barang atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kejujuran.
Adapun jika ditinjau dalam hukum Islam yaitu dengan menggunakan asas-asas

mu’amalat sistem pembulatan tersebut tidak sesuai denga prinsip mu’amalat,
karena sistem itu tidak mencerminkan pemeliharaan nilai keadilan dan
menghindari unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan. Namun
jika kita lihat secara umum adanya warnet sangat member manfaat pada khalayak
orang banyak.

Kata Kunci: Warnet, Hukum Islam, Perlindungan Konsumen

ganti rugi yang dapat dibenarkan

PENDAHULUAN
Pada hakekatnya manusia sebagai

oleh syara’.4
Masalah mu’amalat senantiasa

mahkluk sosial tidak mungkin hidup
di dunia sendiri tanpa berhubungan

berkembang


dengan manusia lain. Dalam kaitan

bermasyarakat,

ini, Islam datang memberikan dasar-

perkembangannya

perlu

dasar

yang

diperhatikan,

tidak

mengatur secara baik persoalan-


menimbulkan

persoalan mu’amalat yang dijalani

ketidakadilan,

setiap manusia dalam kehidupan

pihak-pihak

sosialnya.1

Adapun

disebabkan oleh adanya tekanan-

bidang

mu’amalat


dan

prinsip-prinsip

salah

satu
yang

…2       ..
menghalalkan

jual

Allah
beli

dalam


sehingga

kesulitan,
penentangan
tertentu

pada
yang

Internet merupakan salah satu

memberikan

kemudahan

dalam

berkomunikasi secara global tanpa

telah

dan

mengharamkan riba.
Menurut

tetapi

implementasi mu’amalat yang telah

beli sebagaimana difirmankan:

Padahal

kehidupan

tekanan dari pihak lain.

disyari’atkan Allah SWT adalah jual

Artinya:


dalam

batasan geografis antar Negara.
Kehadiran warung internet adalah
sebuah reaksi bisnis yang cepat

Hasbi

Ash-Saddiqie

menyusul kebutuhan akan informasi

adalah

mengalihkan

terhadap mobilitas masyarakat yang

kepemilikan suatu barang kepada

tinggi. Dalam kaitan inilah bisnis

“menjual”

orang lain dengan menerima harga
dengan kerelaan kedua belah pihak,

warnet dianggap sebagai bisnis yang

3

atau pertukaran harta atas jalan
sama-sama rela, yakni perpindahan
milik kepada seseorang dengan jalan

sangat

menguntungkan,

seiring
masyarakat.

dengan
Melihat

karena

kebutuhan
fenomena

seperti itu, konsekuensinya akan
terjadi persaingan yang makin ketat

1

Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, cet. 1
(Jakarta, Gaya Media Pratama, 2000), hlm. 18.
2
Al-Baqarah (2): 275.
3
Hasbi Ash-Siddiqie, Hukum-Hukum Fiqih
Islam, cet.1 (Jakarta, Bulan Bintang, 1962),
hlm. 378.

antara satu warung internet dengan
4

Sayyid Sabiq, Fiqih as-Sunnah, alih
bahasa: Komaluddin A. Marzuki, (Bandung,
PT Alma’arif, 1994), hlm. 47-48.

yang lainnya. Imbasnya, dari segi

warnet membulatkannya menjadi

keuntungan

Rp. 1.000. Namun terkadang pihak

akan

mengalami

penurunan, karena makin banyaknya

Bee-Net

jumlah warnet yang beroperasi.

kebawah. Misalnya, biaya log of

Bee-Net adalah salah satu dari

membulatkan

sebesar Rp. 1.200, maka dibulatkan

sekian banyak warnet yang ikut

menjadi Rp. 1.000.

meramaikan persaingan warnet di

Persoalannya

Surakarta,

khususnya

Makamhaji,

warnet

bisnis

usaha

bidang

menurun

adalah

bahwa

daerah

pihak Bee-Net satu sisi jelas-jelas

merupakan

telah merugikan konsumen (pihak

persewaan

penyewa).

Pembayaran

yang

barang, yaitu menyewakan barang

melebihi

untuk diambil manfaatnya kepada

yang seharusnya adalah merupakan

masyarakat yang ingin mengakses

tindakan yang tidak jujur dan adil,

internet

yang

terlebih pihak warnet tidak meminta

menyediakan tempat serta personal

persetujuan terlebih dahulu dari

komputer yang sudah terhubung

konsumen,

dengan

memberikan

melalui

warnet

jaringan

ISP

(Internet

ketentuan

sebagaimana

ataupun
informasi

tanpa
kepada

Service Provider) yaitu perusahaan

konsumen tentunya ini adalah salah

atau badan usaha yang menjual

satu pelanggaran terhadap hak-hak

koneksi internet atau sejenisnya

konsumen yang diatur dalam UU No

kepada pelanggan, sehingga para

8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

pengguna

Konsumen.5

jasa

memanfaatkan

warnet
internet

dapat

Selain itu, mengingat kegiatan

untuk

sewa-menyewa

berbagai keperluan.
Dalam konteks usaha warnet,

adalah

warung

merupakan

internet
kegiatan

terkadang

mu’amalat diantara umat Islam.

memperoleh keuntungan dari selisih

Kebijakan pembulatan selisih biaya

biaya pembayaran atas sewa dari

sewa

pihak

Bee-Net

warung internet

dijadikan

konsumen. Misalnya, untuk biaya
sewa pada saat log of adalah sebesar
Rp. 500, dalam kenyataannya pihak

5

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen,
Diundangkan di Jakarta pada Tanggal 20 April
1999

sebagai

salah

satu

sumber

b. Secara praktisnya, penelitian ini

mendapatkan keuntungan tentunya

diharapkan agar warung-warung

menjadi permasalahan dalam hukum

internet

Islam

terutama

bermu’amalat

khususnya

Bee-Net

dalam

kegiatan

Makamhaji dalam menjalankan

yang

tidak

bisnisnya dapat menumbuhkan

menginginkan kemudharatan.

semangat member manfaat serta

RUMUSAN MASALAH

menghindari

Bagaimana sistem pengambilan
keuntungan

jasa

internet

Bee-Net

di

sewa

mudharat

dalam

brmayarakat khususnya ketika

warung

berbisnis karena kehidupan ini

Makamhaji

tidak hanya berhubungan dengan

ditinjau dari UU Nomor 8 Tahun

manusia

1999

berhubungan dengan Allah SWT.

tentang

perlindungan

konsumen dan hukum Islam ?

juga

METODE PENELITIAN
Menggunakan jenis penelitian

TUJUAN PENELITIAN
Menjelaskan

namun

pandangan

UU

lapangan,

pendekatan

penelitian

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

deskriptif

kualitatif6,

sedangkan

Perlindungan

subjek

Konsumen

dan

penelitian

diambil

dari

pandangan hukum Islam terhadap

sumber data primer yaitu data yang

sistem

dikumpulkan oleh peneliti langsung

pengambilan

keuntungan

jasa sewa warung internet di Bee-

dari

sumber

aslinya,.

berupa

Net Makamhaji.

dokumen atau arsip-arsip Bee-Net
Makamhaji. Sedangkan sumber data

MANFAAT PENELITIAN
ini

sekunder yaitu data yang diperoleh

diharapkan dapat memberikan

dari penelitian kepustakaan dan

sumbangan pemikiran, dan hasil

dokumentasi. Metode pengumpulan

penelitian ini diharapkan dapat

data

a. Secara

teoritis

penelitian

membuka

khazanah

pengetahuan

dan

terutama

dalam

mu’amalat.

menggunakan

wawancara,

ilmu

kepustakaan
bidang
6

Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta, Rineka
Cipta 1998), hlm. 248.

observasi,

dokumentasi,

dan

menggunakan analisis deduktif.

7

kerugian bagi pihak konsumen yang
tidak disengaja sekalipun karena

LANDASAN TEORI

faktor keadaan, maka konsumen

A. Tinjauan UU. Nomor 8 Tahun

berhak atas keterbukaan informasi

1999

Tentang

Perlindungan

Konsumen
Secara umum ada empat dasar

yang benar, jelas dan jujur. Bila di
kemudian

hari

terdapat

penyimpangan

yang

merugikan,

hak konsumen sebagaimana yang

konsumen berhak untuk mendapat

dikemukakan Jhon F. Kennedy yaitu

perlakuan yang adil, konpensasi

(1)

hingga ganti kerugian.9

hak

untuk

mendapatkan

keamanan (the right to safety), (2)

B. Tinjauan Hukum Islam

hak untuk mendapatkan informasi

mu’amalat

Asas-asas

dapat

(the right to be informed) , (3) hak

dibagi menjadi enam asas yaitu

untuk memilih (the right to choose),

sebagai beriku:10

dan (4) hak untuk didengar (the

a. Asas Tabadul Al-Manafi

right to be heard).8

Adapun
posisinya

Asas

konsumen
sebagai

dalam

tabadul

al-manafi

berarti bahwa segala bentuk
kegiatan

pengguna,

mu’amalat

harus

pemanfaat dari barang atau jasa

memberikan keuntungan dan

yang disediakan oleh pelaku usaha,

manfaat bersama bagi pihak-

mempunyai hak-hak yang diatur

pihak yang terlibat. Asas ini

oleh

bertujuan

undang-undang.

Jelasnya

menciptakan

bahwa suatu barang atau jasa yang

kerjasama antar individu atau

disediakan pelaku usaha yang dalam

pihak-pihak

penggunaan atau pemanfaatannya

dalam rangka saling memenuhi

tidak memberikan kenyamanan atau

keperluannya

di

masyarakat

masing-masing

bahkan mengandung unsur-unsur
9

7

Hadi Sutrisno. Metode Research Jilid 2
(Jogyakarta, Andi 2000), hlm. 36.
8
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen
Indonesia (Jakarta, PT. Grasindo, 2000), Hlm.
16.

Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, Diundangkan di
Jakarta Pada tanggal 20 April 1999.
10
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam
(Bandung, Yayasan Pengembangan dan
Humaniora, 1993), hlm. 173-175.

11

al-gharar

adalah bahwa dimana setiap

bersama.

bentuk mu’amalat tidak boleh

b. Asas Pemerataan

gharar , yaitu tipu daya atau

Asas pemerataan adalah
penerapan

‘adamu

Asas

demi terwujudnya kesejahteraan

prinsip

sesuatu

keadilan

yang

menyebabkan

dalam bidang mu’amalat yang

salah

menghendaki agar harta itu

dirugikan oleh pihak lainnya,

tidak

sehingga

hanya

dikuasai

oleh

satu

pihak

merasa

mengakibatkan

segelintir orang saja, sehingga

hilangnya unsur kerelaan salah

harta

satu pihak dalam melakukan

tersebut

haruslah

transaksi mu’amalat.

didistribusikan secara merata
dan adil kepada masyarakat
baik miskin atau kaya,

e. Asas Al-Birr Wa At-Taqwa

12

Asas al-birr wa at-taqwa

c. Asas ‘An Taradin

yaitu, asas yang menekankan

Asas ‘an taradin atau asas

bentuk

mu’amalat

yang

suka sama suka, menyatakan

termasuk dalam kategori suka

bahwa setiap bentuk mu’amalat

sama suka sepanjang bentuk

antar individu atau antar pihak

mu’amalat

harus

manfaat

berdasarkan

kerelaan

dan
itu

pertukaran

dalam

masing-masing. Baik kerelaan

pelaksanaan

dalam

menolong antar sesama manusia

transaksi

maupun

mu’amalat

kerelaan

untuk

dalam

ketaqwaan

harta

macamnya.14

menjadi

objek

perikatan dan lainnya,13 .

tolong-

kemanfaatan

menerima atau menyerahkan
yang

saling

rangka

dalam

dan
berbagai

f. Asas Musyarakah

d. Asas ‘Adam Al-Gharar

Asas musyarakah adalah
asas yang menghendaki bahwa
setiap

11

Ibid.
Ibid.
13
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam
(Bandung, Yayasan Pengembangan dan
Humaniora, 1993), hlm. 175.

bentuk

mu’amalat

merupakan musyarakah artinya

12

14

Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam,
hlm. 175.

kerjasama antar pihak yang

keadilan, menghindari unsur-

saling menguntungkan, bukan

unsur

saja bagi pihak yang terlibat

kesempatan

langsung melainkan bagi sekitar

kesempitan.

dan seluruh umat manusia.15
Ada

beberapa

prinsip

A. Analisis Berdasarkan Perspektif
Yuridis

16

(mubah),

(Undang-Undang

Perlindungan

adalah

boleh

Tentang

kecuali

yang

Konsumen)
Proses

ditentukan oleh Al-Qur’an

seorang

dan Sunnah Rasul.

Konsumen

(UUPK) Nomor 8 Tahun 1999

a. Pada dasarnya segala bentuk
mu’amalat

dalam

HASIL PENELITIAN

hukum Islam dalam mu’amlat
yaitu sebagai berikut:

pengambilan

Perlindungan

manajemen

bisnis

wirausahawan,

akan

meliputi pengembangan ide dan
strategi, pengelolaan orang, serta

17

b. Mu’amalat dilakukan atas
dasar sukarela tanpa adanya

pengelolaan sistem untuk menjamin
pertumbuhan usaha atau bisnis.18
Keuntungan

unsur-unsur paksaan.
c. Mu’amalat dilakukan atas
dasar pertimbangan memberi
manfaat

dan

menghindari

dalam

mudharat

hidup

dengan

diperoleh

oleh Bee-Net berasal dari beberapa
unsur, yaitu, keuntungan pertama
tentunya diperoleh dari hasil sewa
internet yang tarif perjamnya Rp.
2.500,- pada pukul 09.00 WIB

bermasyarakat.
d. Mu’amalat

yang

dilaksanakan

memelihara

nilai

sampai pukul 21.00 WIB dan Rp.
2.000,-/jam pada pukul 21.00 WIB
sampai pukul 09.00 WIB dengan

15

Ibid.
16
Ahmad Azhar Basyir, M.A, Asas-Asas
Hukum
Mu’amalat
(Yogyakarta,
UII
Press,1990), hlm. 15.
17
As-Suyuti, al-Asybah Wa an-Naza’ir
(Beiru, Mu’assasah al-Kutub ats-Saqafiyah,
199 4), hlm. 82.

rata-rata sekisar Rp. 9.000.000,/bulan. Selain itu pihak Bee-Net

18

Cholichul, Artikel Modul Kinerja
Kewirausahaan, di Posting pada 16 desember
2011.

juga memperoleh keuntungan dari

untuk menjaga kebersihan. Suasana

hasil

dan

ruangan yang full AC menambah

fotocopy,

kesejukan bagi konsumen dan WC

accessories, laminating, scan dan

yang bersih merupakan tanda bahwa

peralatan tulis, dan jasa print out

Bee-Net

bagi

bagaimana konsumen tetap merasa

penjualan

makanan

minuman

ringan,

para

konsumen

keuntungannya

juga

yang
termasuk

nyaman

bagian dari keuntungan warung

tersebut.

internet secara keseluruhan. Selain

Makamhaji

memakai

jasa

berusaha

internet

Namun Dengan adanya sistem

itu, pihak Bee-Net juga memperoleh

pembulatan

keuntungan

selisih

diperaktikkan Bee-Net Makamhaji,

pembayaran biaya sewa warung

dalam hal ini pihak Bee-Net tidak

internet

yang

konsisten dalam penetapan harga

merupakan kebijakan dari warung

sewa dan kebijakan ini tidak sesuai

internet Bee-Net makamhaji itu

dengan hak untuk mendapatkan

sendiri.

barang dan/atau jasa sesuai dengan

dari

hasil

(pembulatan)

Dalam

undang-undang

perlindangan

konsumen

ada

yang

telah

nilai tukar.
Pelaku

usaha

dalam

beberapa hal yang harus dipenuhi

menawarkan barang dan/atau jasa

pelaku

kemudian

harus memberikan informasi yang

menjadi hak konsumen yang wajib

jelas baik terhadap harga atau tarif

hukumnya

untuk

dipenuhi,

suatu barang dan/atau jasa. Adapun

antaranya

yaitu:

hak

atas

sistem

kenyamana,

keamanan,

dan

Makamhaji dengan system billing

keselamatan,

hak

untuk

merupakan hal yang dibenarkan

mendapatkan barang dan/atau jasa

dalan undang-undang ini, namun

sesuai dengan nilai tukar, hak atas

proses praktik pembulatan yang

informasi yang jelas dan jujur, dan

dilakukan

hak untuk mendapatkan konvensasi.

keuntungan tanpa informasi yang

usaha,

Bee-Net

yang

Makamhaji

di

yang dilakukan Bee-Net

dalam

meraup

dalam

jelas dan tanpa persetujuan pihak

menjalankan usahanya tidak lupa

konsumen adalah hal yang dilarang

atau hal yang tidak dibenarkan

bidang jasa internet sangat

dalam undang-undang ini.

memberikan

manfaat

kepada

orang

banyak.

Karena,

dengan

internet

segala

informasi

Sementara

dari

sisi

praktik

pembulatan yang dilakukan Bee-Net
Makamhaji dengan mengambil nilai
terendah dari harga billing menurut
UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen tidak jadi
persoalan karena hal itu sangat
menguntungkan bagi konsumen dan
hal itu merupkan kebijakan yang
sangat mulia.
B. Analisis Berdasarkan Perspektif
Hukum Islam
Islam mengajarkan agar dalam
berusaha hanya mengambil yang
halal dan baik (thoyib). Oleh karena
itu

dalam

pengambilan

kaitannya

dengan

keuntungan,

Islam

manusia

untuk

mengharuskan

mengambil hasil yang halal. Yang
meliputi halal dari segi materi, halal
dari segi perolehan, serta halal
dalam

cara

pemanfaatan

atau

penggunaannya.
1. Asas-Asas Mu’amalat
a. Asas Tabadul Al Manafi

Berdasarkan asas di atas,
Bee-Net Makamhaji dalam
praktek mu’amalatnya di

bisa

ditemui dan internet saat ini
tidak bisa dilepaskan dari
kehidupan

masyarakat

modern. Adapun dalam hal
sistem

pengambilan

keuntungan

melalui

pembulatan merupakan hal
yang

bertolak

belakang

dengan asas ini karena tidak
terpenuhinya

unsur

memberi keuntungan dan
manfaat

bersama

antara

kedua belah pihak.
b. Asas Pemerataan
Dalam kaitannya di Bee-Net
Makamhaji, asas ini sudah
terpenuhi

karena

dalam

usaha yang digeluti adalah
berupa sewa jasa internet
atau disebut dengan ijarah
yang

mendatangkan

manfaat bagi kedua belah
pihak. Tidak ada sistem
monopli

didalamnya

dan

tidak ada pembeda antara
yang kaya maupun yang

miskin, semua konsumen

d. Asas ‘Adam Al-Gharar

yang memakai jasa internet

Adapun kaitannya dengan

di

Bee-Net Makamhaji, jika

Bee-Net

Makamhaji

dilayani dengan sama rata.
c. Asas ‘An Taradin

dilihat
maka

dengan

asas ini,

sistem

pembulatan

Asas ini tidak sesuai dengan

adalah

praktik

pengambilan

bertentangan dengan asas

keuntungan melalui selisih

ini karena ada beberapa

biaya (pembulatan) dengan

pihak

dari

mengambil nilai tertinggi

merasa

terugikan

dari

yang

kebijakan tersebut. Masalah

Bee-Net

perolehan harta merupakan

Makamhaji, yang nyatanya

hal pokok (primer), dalam

ada konsumen yang merasa

memperoleh

tidak rela dan dirugikan

larangan mengambil harta

dengan hal ini, walaupun

orang lain dengan cara dan

sebagian

dari

tindakan tidak sah. Karena

tidak

Inti perkembangan hukum

mempermasalahkannya dan

Islam dalam teori tujuan

menganggap wajar. Adapun

hukum dalam Islam adalah

pembulatan

mewujudkan

harga

dilakukan

sewa
oleh

besar

konsumen

dengan

hal

yang

konsumen

harta

dalam

ada

dan

mengambil nilai terendah

menciptakan maslahah dan

dari

menghindari kerugian dan

harga

sewa

tidak

menjadi persoalan karena
sudah

memenuhi

kemaslahatan

unsur
atau

keburukan.
e. Asas Al-Birr Wa Al-Taqwa
Tentunya

dengan

sistem

merupakan sikap tolong-

billing

menolong antar sesama, dan

Bee-Net membuat segala

terhindar

kegiatan

dari

keburukan

yang

para

dilakukaan

konsumen

dan kerugian bagi orang

dapat dikontrol dari hal-hal

banyak.

yang

dapat

memudarkan

ketaqwaan, sebagai contoh,

Dalam asas-asas mu’amalat

dalam hal konsumen yang

ada

ingin mendownload video

yang harus diperhatikan dalam

yang dilarang atau “video

kegiatan bermu’amalat, seperti

x”,

yang telah disebutkan pada

maka

operator

bisa

beberapa

menghentikannya

lewat

pembahasan

yang

sudah

yaitu:19

billing

terprogram

di

a. Pada

komputer.

prinsip-prinsip

sebelumnya,

dasarnya

segala

Dengan memberikan pesan

bentuk mu’amalat adalah

singkat

boleh (mubah)

atau

memutus

jaringan di bilik tersebut.

b. Mu’amalat dilakukan atas

Bee-Net melarang hal itu

dasar sukarela tanpa adanya

pada setiap pelanggannya.

unsur-unsur paksaan.
c. Mu’amalat dilakukan atas

Adapun sistem pembulatan
yang dipraktikkan Bee-Net

dasar

jika ditinjau dengan asas ini

memberi

sebenarnnya

menghindari

tidak

jadi

manfaat

dan

mudharat

dalam hidup bermasyarakat.

masalah jika sudah menjadi

d. Mu’amalat

ketentuan umum. Namun
terkadang

pertimbangan

dengan

sebagian

dilaksanakan

memelihara

nilai

konsumen tidak rela dalam

keadilan,

menghindari

hal

unsur

unsur-unsur

pengambilan

ketaqwaan bisa terancam,

kesempatan

dalam

karena timbul sifat benci,

kesempitan.

itu

sehingga

mengupat

lain

Dalam konteks usaha yang

Sehingga

dilakkan Bee-Net Makamhaji

dan

sebagainnya.

itu

secara garis besar merupakan

tidaklah dibenarkan dalam

hal yang mulia kerena memberi

sistem

pembulatan

asas ini.
2. Prinsip-Prinsip Mu’amalat

19

Ahmad Azhar Basyir, M.A, Asas-Asas
Hukum Mu’amalat (Yogyakarta, UII Press,
1990), hlm. 15.

manfaat kepada orang banyak

dari 09.00 WIB – 21.00 WIB, dan

dengan sewa internet. Namun

Rp. 2.000,-/jam saat jam 21.00 WIB

melalui

biaya

– 09.00 WIB. Selain itu Bee-Net

(pembulatan) yang dilakukan

juga mendapat hasil dari penjualan

oleh pihak Bee-Net dengan

minuman dan makanan ringan, jasa

mengambil nilai tertinggi dari

print out, laminating, scan yang

harga sewa tanpa informasi

usaha ini disebut dengan Bee-Copy.

yang

tanpa

Adapun keuntungannya termasuk

bila

bagian dari keuntungan warung

prinsip-

internet secara keseluruhan. Selain

selisih

jelas

persetujuan
dikaitkan
prinsip

dan
konsumen,

dengan
mu’amalat

adalah

hal

di

yang

atas
tidak

dibenarkan dalam hukum Islam.

itu, pihak Bee-Net juga memperoleh
keuntungan

dari

hasil

selisih

pembayaran biaya sewa warung

Bee-Net

Makamhaji

sebenarnya

berusaha

merupakan suatu kebijakan yang di

mewujudkan keadilan ekonomi

tetapkan oleh pemilik Bee-Net.

tersebut, dapat kita lihat dengan

Adapun Sistem pembulatan yang di

dua sistem pembulatan yang

terapkan Bee-Net Makamhaji ada

berbeda.

ada

dua sistem, yaitu: pertama, Sistem

pembulatan dengan mengambil

pembulatan dengan mengambil nilai

nilai

ada

tertinggi dari harga pemakaian, ini

pembulatan dengan mengambil

diberlakukan oleh pihak Bee-Net

nilai terendah dari jumlah harga

Makamhaji pada saat 20 menit

sewa internet.

pertama pemakaian jasa internet.

Dimana

tertinggi

dan

KESIMPULAN

internet

(pembulatan)

yang

Kedua, sistem pembulatan dengan

Dalam menjalankan usahanya,

mengambil nilai terendah jika durasi

Bee-Net Makamhaji memperoleh

di belling telah mencapai 30 menit

keuntungan dari beberapa unsur,

ke atas.

yaitu, keuntungan pertama tentunya

Dari segi UU Nomor. 8 Tahun

diperoleh dari hasil sewa internet

1999

yang tarif perjamnya Rp. 2.500,-,

Konsumen,

Tentang
terdapat

Perlindungan
pelanggaran

hak-hak konsumen dan kewajiban

sebagai pelaku usaha dan hak-

pelaku usaha yang terdapat dalam

hak

pasal 4 dan 7 dalam pengambilan

pengguna warnet sesuai dengan

keuntungan melalui selisih biaya

UU. Nomor. 8 Tahun 1999

(pembulatan)

Tentang

yang

dilakukan

konsumen

sebagai

Perlindungan

dengan sistem pertama yaitu dengan

Konsumen dan memperhatikan

mengambil nilai tertinggi dari harga

asas-asas dan prinsip hukum

pemakaian. Adapun sistem yang

Islam

kedua tidak melanggar hak-hak

mu’amalat

konsumen.

pengambilan

keuntungan.

Terkait

pengambilan

Dalam pandangan hukum Islam
Secara

umum,

warung

pendirian

internet

dalam

sistem

keuntungan

hukum

yang

hal

dilakukan

Bee-Net

dengan pembulatan hendaknya

Makamhaji sudah memenuhi tujuan

diganti dengan pemberian batas

hukum

minimum

Islam

oleh

usaha

khususnya

yaitu

memberi

manfaat dan menghindari mudharat.
Dari

segi

asas-asas

mu’amalat,

pemakaian

jasa

internet.
2.

Bagi konsumen, harus lebih

warung internet Bee-Net Makamhaji

kritis dan menumbuhkan rasa

tidak sesuai dengan prinsip-prinsip

kesadaran

mua’malat yaitu prinsip mu’amalat

memperjuangkan

dilakukan atas dasar sukarela dan

sebagai konsumen, sehinggga

prinsip

dilaksanakan

meminimalisir praktek-praktek

dengan memelihara nilai keadilan,

dari pelaku usaha yang dapat

menghindari

merugikan konsumen.

mu’amalat

pengambilan

unsur-unsur
kesempatan

DAFTAR PUSTAKA

dalam

Ash-Shiddiqiey,
Hasby.
1962.
Falsafah Hukum Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Arikunto,
Suharsimi.
1998.
Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan
Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.

SARAN
Bagi

pelaku

menjalankan
sebaiknya

usaha,

bisnisnya
memperhatikan

kewajiban-kewajibannya

hak-haknya

dalam

kesempitan.

1.

untuk

As-Suyuti. 1994. al-Asybah Wa anNaza’ir. Beirut: Mu’assasah
Al-Kutub Ats-Saqafiyah.
Basyir, Ahmad Azhar. 1990. AsasAsas Hukum Muammalat
(Hukum Perdata Islam).
Yogyakarta: UII Press.
Cholichul, 2011. Artikel Modul
Kinerja Kewirausahaan . Di
posting
tanggal
16
Desember 2011.
Depertemen Agama RI. 2002. Alqur’an
al-Karim
dan
Terjemahannya.
Yayasan
Penyelenggara Penerjemah
Al-qur’an. Semarang: PT.
Karya Toha Putra.
Hadi, Sutrisno. 2000. Metodelogi
Research
Jilid
2.
Jogyakarta: Andi
Haroen, Nasrun. 2000. Fiqh
Muammalat, cet. 1. Jakarta:
Gaya Media Pratama.
Praja, Juhaya S. 1993. Filsafat
Hukum Islam. Bandung:
Yayasan
Pengembangan
dan Humaniora.
Sabiq, Sayyid. 1994. Fiqih asSunnah,
alih
bahasa:
Komaluddin A. Marzuki.
Bandung: PT Alma’arif.
Shidarta.
2000.
Hukum
Perlindungan
Konsumen
Indonesia . Jakarta: PT.
Grasindo.
Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 8 tahun 1999
Tentang
Perlindungan
Konsumen.

Dokumen yang terkait

Aspek Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Perjanjian Jual-Beli Perumahan Properti Dengan BP.Group Medan Ditinjau Dari UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

2 90 91

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

6 54 88

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (AMD) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3 124 97

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Wanprestasi Dalam Kredit Tanpa Agunan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 9 74

Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa Pelayanan Tukang Gigi Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

12 99 88

BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN KONSUMEN DITINJAU DARI UU NO. 8 TAHUN 1999 - Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Berkaitan Dengan Itikad Buruk Dari Perusahaan Asuransi Jiwa (Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 560 K/Pdt.Sus/2012)

0 0 25

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT UU No. 8 TAHUN 1999 A. Pengertian Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen - Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

0 9 44

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN - Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 1 33