TANGGUNG JAWAB KOMISARIS BANK DAN BANK TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN INTERNAL BANK YANG BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERBANKAN.
TANGGUNG JAWAB KOMISARIS BANK DAN BANK TERHADAP
PELAKSANAAN KEBIJAKAN INTERNAL BANK YANG
BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PERBANKAN
Zarah Fathia
110110090046
ABSTRAK
Komisaris PT. BPR X menerima komisi dari PT. BPR X atas
jasanya menghimpun dana deposito berdasarkan kebijakan internal Bank.
Peraturan perundang-undangan Perbankan melarang Komisaris
menerima komisi dalam rangka membantu orang lain untuk memperoleh
fasilitas usaha Bank dan melarang Komisaris memanfaatkan Bank yang
dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank dan menerima
pemberian dari Bank selain dari remunerasi dan fasilitas lainnya yang
telah ditetapkan. Kebijakan internal Bank telah memberikan kewenangan
bagi Komisaris selaku Pengawas Perseroan melakukan tindakan
pengurusan Bank yang merupakan kewenangan Direksi. Bank dan
Komisaris bertanggungjawab atas ketidakpatuhan kebijakan internal Bank
dengan hukum yang berlaku. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan
apakah penerimaan komisi oleh Komisaris dari Bank merupakan suatu
tindak pidana Perbankan dan untuk mengevaluasi efektifitas sanksi yang
dijatuhkan oleh Bank Indonesia terhadap Komisaris dan Bank atas
pelaksanaan kebijakan internal ditinjau dari Undang-Undang Perbankan.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan
pendekatan yuridis normatif, yaitu menganalisis objek penelitian dengan
cara memaparkan fakta mengenai pelaksanaan pemberian komisi oleh
Bank kepada Komisaris berdasarkan kebijakan internal Bank, kemudian
dianalisis dengan mengutamakan data sekunder berupa bahan hukum
primer, sekunder dan tersier, sedangkan data primer bersifat pendukung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan komisi oleh
Komisaris PT. BPR X merupakan tindak pidana perbankan karena
Komisaris melakukan tindak pidana Pasal 49 ayat (2) huruf b UU
Perbankan. Pemberian komisi oleh PT. BPR X juga telah melanggar
prinsip kehati-hatian sebagaimana diatur Pasal 2 jo. 29 ayat (2) UU
Perbankan. Penjatuhan sanksi administratif bagi PT. BPR X yang disertai
dengan pembinaan mengenai ketentuan hukum yang berlaku bagi BPR
dan/atau kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan bagi personil PT.
BPR X lebih efektif dibandingkan dengan penjatuhan sanksi administratif
semata. Tindakan Bank Indonesia melakukan fit and proper test terlebih
dahulu sebelum menjatuhkan sanksi administratif bagi mantan Komisaris
PT. BPR X merupakan tindakan yang efektif dan efisien untuk melindungi
industri Perbankan dari pihak-pihak yang diindikasikan tidak memiliki
kemampuan dan kepatutan untuk mengelola suatu Bank.
Kata kunci: Bank, Komisaris, komisi, kebijakan internal, tindak pidana perbankan.
iv
PELAKSANAAN KEBIJAKAN INTERNAL BANK YANG
BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PERBANKAN
Zarah Fathia
110110090046
ABSTRAK
Komisaris PT. BPR X menerima komisi dari PT. BPR X atas
jasanya menghimpun dana deposito berdasarkan kebijakan internal Bank.
Peraturan perundang-undangan Perbankan melarang Komisaris
menerima komisi dalam rangka membantu orang lain untuk memperoleh
fasilitas usaha Bank dan melarang Komisaris memanfaatkan Bank yang
dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank dan menerima
pemberian dari Bank selain dari remunerasi dan fasilitas lainnya yang
telah ditetapkan. Kebijakan internal Bank telah memberikan kewenangan
bagi Komisaris selaku Pengawas Perseroan melakukan tindakan
pengurusan Bank yang merupakan kewenangan Direksi. Bank dan
Komisaris bertanggungjawab atas ketidakpatuhan kebijakan internal Bank
dengan hukum yang berlaku. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan
apakah penerimaan komisi oleh Komisaris dari Bank merupakan suatu
tindak pidana Perbankan dan untuk mengevaluasi efektifitas sanksi yang
dijatuhkan oleh Bank Indonesia terhadap Komisaris dan Bank atas
pelaksanaan kebijakan internal ditinjau dari Undang-Undang Perbankan.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan
pendekatan yuridis normatif, yaitu menganalisis objek penelitian dengan
cara memaparkan fakta mengenai pelaksanaan pemberian komisi oleh
Bank kepada Komisaris berdasarkan kebijakan internal Bank, kemudian
dianalisis dengan mengutamakan data sekunder berupa bahan hukum
primer, sekunder dan tersier, sedangkan data primer bersifat pendukung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan komisi oleh
Komisaris PT. BPR X merupakan tindak pidana perbankan karena
Komisaris melakukan tindak pidana Pasal 49 ayat (2) huruf b UU
Perbankan. Pemberian komisi oleh PT. BPR X juga telah melanggar
prinsip kehati-hatian sebagaimana diatur Pasal 2 jo. 29 ayat (2) UU
Perbankan. Penjatuhan sanksi administratif bagi PT. BPR X yang disertai
dengan pembinaan mengenai ketentuan hukum yang berlaku bagi BPR
dan/atau kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan bagi personil PT.
BPR X lebih efektif dibandingkan dengan penjatuhan sanksi administratif
semata. Tindakan Bank Indonesia melakukan fit and proper test terlebih
dahulu sebelum menjatuhkan sanksi administratif bagi mantan Komisaris
PT. BPR X merupakan tindakan yang efektif dan efisien untuk melindungi
industri Perbankan dari pihak-pihak yang diindikasikan tidak memiliki
kemampuan dan kepatutan untuk mengelola suatu Bank.
Kata kunci: Bank, Komisaris, komisi, kebijakan internal, tindak pidana perbankan.
iv