Perancangan Kampanye Cinta Film Dalam Negeri.

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

PERANCANGAN KAMPANYE CINTA FILM DALAM NEGERI

Oleh

Yoel Yustinus Hova NRP 0964112

Di Indonesia, bioskop sudah menjadi salah satu tempat cerminan dari kehidupan masa kini dan telah menjadi gaya hidup banyak orang khususnya di perkotaan atau kota besar. Di setiap pusat perbelanjaan atau mall hampir dipastikan memiliki tempat hiburan ini. Sepuluh tahun belakangan, bioskop di tanah air tidak lagi dikuasai oleh film-film impor saja, satu persatu film produksi dalam negeri turut menghiasi teater-teater yang ada di bioskop Indonesia. Walaupun demikian film Indonesia masih kekurangan peminat, bahkan film Indonesia memiliki citra yang buruk di masyarakat Indonesia sendiri, sehingga masyarakat Indonesia lebih menyukai film-film impor.

Maka dari itu tujuan perancangan ini adalah sebagai berikut; menumbuhkan minat masyarakat Indonesia untuk menonton film Indonesia sebagai bentuk kecintaan terhadap film dalam negeri, mengurangi pemikiran negatif sebagian orang bahwa semua film Indonesia dianggap tidak layak dan tidak berkualitas, dan menumbuhkan rasa menghargai akan film hasil produksi tanah air sebagai bentuk dukungan terhadap sineas lokal dalam membuat karya film yang berkualitas.

Metode yang digunakan ialah dengan merancang kampanye dengan tahap conditioning,

informing, dan reminding dengan menggunakan teknik fotografi yang dibuat seperti poster bioskop serta didukung oleh media berupa poster, iklan bioskop, rollbanner, website, media sosial, web banner, stand, gimmick (pin, kaos, voucher, dan popcorn), flyer, baliho, umbul-umbul, dan backdrop.


(2)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

“CINTA FILM DALAM NEGERI” CAMPAIGN DESIGN

Submitted by Yoel Yustinus Hova

NRP 0964112

In Indonesia, the cinema has become one of the place which is as a reflextion of modern life and the lifestyle of urban people in big cities. Almost in every shopping centers and malls, they will provide us with the entertaiment venue. For the next ten years, the domestic cinema will be no longer dominated by foreign movies. One by one the domestic movie production will enliven the theaters in Indonesia’s cinemas. Nevertheless, the domestic film still gets lack for enthusiasm and it has a second-rate image by the Indonesian people, and so that, people rather watch the foreign movie than domestic movie itself.

That is why the purposes of this following plan are; to emerge the Indonesian people’s interest of watching domestic movies as a way to show the love for domestic movies, and not only to reduce some people’s stigma of Indonesian movies are unworthy and not qualified, but also to arise the sense of appreciating domestic movie productions as a way to support the domestic movie makers to create the best quality movies work.

The method is to devise the campaign with the steps of conditioning, informing, and reminding by using not only the photography technique like the movie posters, but also it must be supported by the media such as posters, cinema advertising, roll banners, website, social media, web banners, booth, gimmicks (pins, t-shirts, voucher, and popcorn), flyer, billboard, banners, and backdrop.


(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... v

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR ISTILAH ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Masalah dan Ruang Lingkup ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 4

1.5 Skema Penelitian ... 6

BAB II : LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kampanye ... 7

2.1.1 Pengertian Kampanye ... 7

2.1.2 Fungsi Kampanye ... 8


(4)

x Universitas Kristen Maranatha

2.1.4 Strategi Komunikasi Kampanye ... 11

2.1.5 Teori dan Isi Kampanye ... 13

2.2 Teori Film ... 13

2.2.1 Definisi Film ... 13

2.2.2 Film Sebagai Media Komunikasi Massa ... 14

2.3 Teori STP dan SWOT ... 17

2.4 Target Komunikasi ... 19

2.4.1 Definisi Remaja ... 19

2.4.2 Tahap Perkembangan Remaja ... 20

2.4.3 Karakteristik Remaja ... 21

BAB III : LANDASAN TEORI 3.1 Data dan Fakta ... 23

3.1.1 Lembaga Terkait Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ... 23

3.1.2 Hasil Observasi ... 25

3.1.3 Data Film Indonesia ... 27

3.1.4 Hasil Wawancara ... 28

3.1.5 Hasil Kuesioner ... 34

3.1.6 Tinjauan Karya Serupa ... 39

3.2 Analisis Terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ... 40

3.2.1 Segmentation, Targeting, dan Positioning ... 40

3.2.2 Strength, Weakness, Opportunities, dan Threats ... 41

BAB IV : PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Komunikasi ... 43

4.1.1 Tahapan Kampanye ... 43

4.1.2 Creative Brief ... 44

4.2 Konsep Kreatif ... 46

4.2.1 Konsep Verbal ... 46

4.2.2 Konsep Visual ... 46


(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

4.4 Hasil Karya ... 52

4.4.1 Logo Kampanye ... 52

4.4.2 Poster ... 54

4.4.3 Poster Event ... 64

4.4.4 Iklan Bioskop ... 65

4.4.5 Roll Banner ... 68

4.4.6 Flyer Event ... 70

4.4.7 Baliho Event ... 71

4.4.8 Umbul-Umbul Event ... 72

4.4.9 Backdrop Event ... 74

4.4.10 Stand Event ... 74

4.4.11 Website ... 75

4.4.12 Media Sosial ... 78

4.4.13 Web Banner ... 79

4.4.14 Gimmick ... 79

4.5 Timeline Media Kampanye ... 81

4.6 Budgeting Media ... 82

BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

DATA PENULIS ... 92

UCAPAN TERIMA LASIH ... 93


(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISTILAH

Cinta : sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap suatu objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membatu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.

Kampanye : suatu tindakan bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok. Logogram : bagian logo berupa gambar, stilasi, dan lain-lain

yang berupa huruf/tulisan. Logotype : bagian logo berupa huruf/tulisan. Tahap Conditioning : tahap pengkondisian.

Tahap Informing : tahap pemberian informasi.


(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Perancangan ... 6

Gambar 2.1 Kampanye Produk “Teh Botol Sosro” ... 10

Gambar 2.2 Kampanye Partai Politik ... 10

Gambar 2.3 Kampanye Hari AIDS Sedunia ... 11

Gambar 3.1 Logo Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat... 23

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat ... 24

Gambar 3.3 Koleksi Tiket Partisipan Pertama ... 25

Gambar 3.4 Koleksi Tiket Partisipan Kedua ... 26

Gambar 3.5 Koleksi Tiket Partisipan Ketiga ... 26

Gambar 3.6 Hasil Kuesioner 1... 34

Gambar 3.7 Hasil Kuesioner 2... 35

Gambar 3.8 Hasil Kuesioner 3... 35

Gambar 3.9 Hasil Kuesioner 4... 36

Gambar 3.10 Hasil Kuesioner 5... 36

Gambar 3.11 Hasil Kuesioner 6... 37

Gambar 3.12 Hasil Kuesioner 7... 38

Gambar 3.13 Hasil Kuesioner 8... 38

Gambar 3.14 Art and Craft Indonesia 2009 Campaign ... 39

Gambar 4.1 Logo Gambar Gerak Indonesia ... 52

Gambar 4.2 Font CAC Moose ... 53

Gambar 4.3 Warna Logo Kampanye ... 53

Gambar 4.4 Tipografi Body Text ... 54

Gambar 4.5 Poster Conditioning Seri 1 ... 55

Gambar 4.6 Tipografi Poster Conditioning Seri 1 ... 56

Gambar 4.7 Poster Conditioning Seri 2 ... 56

Gambar 4.8 Tipografi Poster Conditioning Seri 2 ... 57


(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha

Gambar 4.10 Tipografi Poster Informing Seri 1 ... 59

Gambar 4.11 Poster Informing Seri 2 ... 59

Gambar 4.12 Tipografi Poster Informing Seri 2 ... 60

Gambar 4.13 Poster Informing Seri 3 ... 60

Gambar 4.14 Tipografi Poster Informing Seri 3 ... 61

Gambar 4.15 Poster Reminding Seri 1 ... 62

Gambar 4.16 Tipografi Poster Reminding Seri 1... 62

Gambar 4.17 Poster Reminding Seri 2 ... 63

Gambar 4.18 Tipografi Poster Reminding Seri 2... 63

Gambar 4.19 Poster Event ... 64

Gambar 4.20 Tipografi Poster Event ... 65

Gambar 4.21 Iklan Bioskop Informing Seri 3 ... 65

Gambar 4.22 Iklan Bioskop Reminding Seri 1 ... 66

Gambar 4.23 Iklan Bioskop Reminding Seri 2 ... 66

Gambar 4.24 Iklan Bioskop Penawaran Gimmick Seri 1 ... 67

Gambar 4.25 Iklan Bioskop Penawaran Gimmick Seri 2 ... 67

Gambar 4.26 Iklan Bioskop Event ... 68

Gambar 4.27 Roll Banner ... 69

Gambar 4.28 Bagian Depan Flyer ... 70

Gambar 4.29 Bagian Belakang Flyer ... 71

Gambar 4.30 Baliho Event ... 72

Gambar 4.31 Umbul-Umbul Event ... 73

Gambar 4.32 Aplikasi Umbul-Umbul Event ... 73

Gambar 4.33 Backdrop Event ... 74

Gambar 4.34 Stand ... 74

Gambar 4.35 Halaman Home ... 75

Gambar 4.36 Halaman Reviews ... 76

Gambar 4.37 Halaman Chart ... 76

Gambar 4.38 Halaman Event ... 77

Gambar 4.39 Halaman Comtributors ... 77

Gambar 4.40 Facebook ... 78


(9)

xv Universitas Kristen Maranatha

Gambar 4.42 Web Banner... 79

Gambar 4.43 Voucher ... 80

Gambar 4.44 Popcorn ... 80

Gambar 4.45 Pin ... 81

Gambar 4.46 Kaos ... 81


(10)

xvi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Film Indonesia dengan Jumlah Penonton > 1 Juta ... 27 Tabel 3.2 Data Jumlah Film Indonesia dan Jumlah Penonton ... 27


(11)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, bioskop adalah

(1) pertunjukan yang diperlihatkan dengan gambar (film) yang disorot sehingga dapat bergerak (berbicara); (2) gedung pertunjukan film cerita. Di Indonesia sendiri, bioskop sudah menjadi salah satu tempat cerminan dari kehidupan masa kini dan telah menjadi gaya hidup banyak orang khususnya di perkotaan atau kota besar. Di setiap pusat perbelanjaan atau mall hampir dipastikan memiliki tempat hiburan ini. Bioskop sebagai tempat pemutaran film-film terbaru ini biasanya dikuasai oleh deretan judul-judul film impor. Tetapi sepuluh tahun belakangan, bioskop di tanah air tidak lagi dikuasai oleh film-film impor saja, satu persatu film produksi dalam negeri turut menghiasi teater-teater yang ada di bioskop Indonesia. (www.kapanlagi.com) - 31/08/13

Sejauh manakah masyarakat Indonesia menyukai film buatan dalam negeri? Dari hasil wawancara sederhana dengan 20 orang partisipan, penulis mendapatkan bahwa tidak sedikit mereka yang beranggapan bahwa film buatan dalam negeri tidak layak untuk dinikmati dengan berbagai alasan sehingga mereka enggan menonton film hasil produksi dalam negeri di bioskop.

Beberapa dari mereka mengatakan tidak worthed menonton film di bioskop.

Menurut Titien Wattimena sebagai seseorang yang bergelut di dunia pefilman

Indonesia, masyarakat Indonesia lebih menyukai film Hollywood. Begitu juga

genre film yang disukai masyarakat sifatnya musiman, ada masa dimana masyarakat menyukai film remaja, kemudian film religi, berganti kepada film “from zero to hero”,satu masa yang cukup panjang masyarakat menyukai film horor, dan terakhir yang membuat bangku bioskop penuh adalah film drama biografi.


(12)

Universitas Kristen Maranatha 2

Fakta lain dengan menanggapi pernyataan mengenai “sebagian besar

pecinta film di Indonesia memiliki persepsi bahwa rata-rata film Indonesia tidak layak ditonton (tanpa membuktikannya dengan cara menonton film tersebut di bioskop). Hal tersebut muncul akibat dari kekecewaan akan film-film Indonesia sebelumnya yang seakan-akan dibuat tanpa persiapan yang matang sehingga tidak menampilkan film yang berkualitas dan bermutu.” 77 dari 100 orang responden setuju dengan hal tersebut dan kembali Titien

Wattimena mengatakan bahwa masyarakat kita memiliki “kuping yang tipis”,

mendengar pendapat orang lain atau baca status orang di social media yang mengatakan bahwa film A jelek, langsung yakin bahwa film yang bersangkutan memang jelek. Begitupun dengan yang sudah menonton senang

sekali berkicau di social media dengan mengatakan bahwa film yang sudah

ditonton jelek. Padahal film merupakan masalah selera dan selera setiap orang berbeda-beda.

Intinya banyak film Indonesia yang booming yang menurut sebagian

orang bagus, tetapi tetap tidak disaksikan oleh sebagian pecinta film karena menurut mereka film Indonesia tidak layak untuk dinikmati. Sebagian orang beranggapan bahwa semua film produksi dalam negeri itu tidak layak ditonton dan tidak berkualitas. Hal tersebut sepertinya muncul akibat dari kegagalan beberapa film dalam memberikan hiburan yang kurang berkualitas dimana pada saat itu perfilman Indonesia sedang mengalami keterpurukan beberapa waktu silam. Titien Wattimena menyatakan bahwa terpurukan perfilman Indonesia tidak hanya dirasakan beberapa waktu silam saja tetapi sampai pada

detik ini. Film-film Indonesia yang booming membuat bioskop penuh sejenak,

kemudian di tahun berikutnya peminatnya berkurang drastis. Padahal industri yang sehat adalah industri yang tidak mengenal kata sejenak, harus konsisten, dan berkesinambungan. Sebagai contoh beberapa tahun terakhir banyak bermunculan film horor buatan tanah air yang dibumbui oleh adegan erotis dan kebanyakan film tersebut dianggap sebagai hasil produksi yang asal-asalan tanpa adanya konsep dan cerita yang baik dibelakangnya. Menurut 55 orang dari 100 responden menyatakan hal tersebut yang menjadi penyebab timbulnya “persepsi bahwa rata-rata film Indonesia tidak layak ditonton”.


(13)

Universitas Kristen Maranatha 3 Di lihat dari perkembangan film di Indonesia, jatuhnya perfilman Indonesia pada tahun 1990-an dan beberapa waktu yang silam disebabkan oleh hal yang sama, yaitu film yang berbumbui adegan-adegan erotis dan vulgar. Rata-rata film yang dibumbui adegan erotis merupakan film horor untuk beberapa tahun terakhir ini. Menurut Faozan Rizal, seorang ahli sinematografi senior mengatakan bahwa produser terlalu memaksakan seleranya terhadap penonton, pada era film seks Indonesia bisa kita lihat siapa produsernya dan film seperti apa yang ia produksi hingga sekarang. Pada kala itu sebagian besar

film memang menjual paha dan belahan dada akhirnya dari genre komedi pun

harus dibumbui adegan erotis tersebut. “Atau memang saat itu bangsa ini baru mengalami puber kedua?” Tidak berbeda jauh dengan pandangan Muhhamad Hafiz Husni sebagai pecinta film yang menganggap bahwa penyebab keterpurukan tersebut salah satunya dikarenakan produksi dalam negeri yang tidak memenuhi selera umum masyarakat, karena pada saat itu cenderung memproduksi “film panas”.

Menurut Titien Wattimena pembuat-pembuat film pun kerap kehilangan

semangatnya membuat film yang baik. Bukan sekedar karena merasa “ah gak ada yang nonton juga” tapi lebih kepada kebinggungan membuat film seperti apa agar mengembalikan minat penonton ke bioskop. Akhirnya pembuat film mencoba membaca selera pasar yang sebenarnya belum ada. Film Indonesia belum punya pasar di negerinya sendiri. Jika dilihat dari kacamata bisnis, terjadilah apa yang biasa disebut “hubungan telur dan ayam”. Pembuat film merasa penonton minim, tidak menguntungkan, jadi mencari cara membuat film semurah mungkin hingga mutu kerap dilupakan. Sementara penonton selalu beralasan karena film Indonesia tidak ada yang bermutu. Makanya mereka tidak mau menonton film Indonesia.

Sehubungan dengan fenomena yang telah dijabarkan penulis di atas, untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan seperti kampanye cinta film dalam negeri agar masyarakat Indonesia sadar bahwa tidak semua film Indonesia itu tidak bermutu, masih banyak film-film Indonesia yang patut untuk dinikmati.


(14)

Universitas Kristen Maranatha 4

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

Bagaimana merancang kampanye cinta film dalam negeri yang efektif dan dapat memberikan pengaruh yang positif nantinya terhadap masyarakat Indonesia yang menjadi target kampanyenya?

1.3 Tujuan Perancangan

Berdasarkan fenomena yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah di atas, berikut ini akan dipaparkan hasil yang ingin dicapai penulis terhadap setiap permasalahan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

1) Menumbuhkan minat masyarakat Indonesia untuk menonton film Indonesia

sebagai bentuk kecintaan terhadap film dalam negeri.

2) Mengurangi pemikiran negatif sebagian orang bahwa semua film Indonesia

dianggap tidak layak dan tidak berkualitas.

3) Menumbuhkan rasa menghargai akan film hasil produksi tanah air sebagai

bentuk dukungan terhadap sineas lokal dalam membuat karya film yang berkualitas.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam kegiatan penelitian, pengamatan langsung, serta pembuatan karya desain diperlukan data yang cukup memadai untuk dijadikan dasar pemikiran dan arahan konsep perancangan karya. Pengumpulan data tersebut akan dilakukan penulis dengan cara sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan secara langsung ke lapangan pada objek yang diteliti. Observasi dilakukan ke beberapa partisipan dengan mengamati hasil koleksi tiket nonton yang dimiliki oleh partisipan.

2. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur merupakan kegiatan tanya jwab yang dilakukan dengan pihak yang dianggap kompeten dalam bidang


(15)

Universitas Kristen Maranatha 5 permasalahan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan pewawancara sebelumnya. Wawancara dilakukan terhadap orang yang berkompeten di dunia perfilman di Indonesia untuk mengetahui tentang perfilman di Indonesia saat ini serta mendapatkan saran, usulan, dan pendapat mengenai perancangan kampanye cinta film dalam negeri yang efektif dan menarik bagi target serta berdampak baik nantinya. Selain itu dilakukannya juga wawancara terhadap pecinta film dan orang yang berkompeten di bidang psikologi untuk mengetahui dampak dari menonton film yang berbau pornografi.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mencari dan menambah pengetahuan, informasi, dan data yang berkaitan dengan judul dan data-data lain yang diperlukan dengan sumber yang berasal dari buku dan internet.

4. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis dalam benyuk daftar pertanyaan kepada responden yang menjadi anggota sampel. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan membagikannya kepada 100 responden untuk mengetahui seberapa pentingnya kampanye ini dilakukan.


(16)

Universitas Kristen Maranatha 6

1.5 Skema Perancangan


(17)

Universitas Kristen Maranatha 88

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari data dan fakta yang didapatkan penulis sebelumnya mengenai kurang minatnya masyarakat Indonesia untuk menonton film buatan dalam negeri, maka diperlukan upaya penyampaian informasi beserta solusi dari masalah tersebut dengan menggunakan media-media penyampaian pesan yang tepat sehingga mendapatkan tanggapan dan tindakan lebih lanjut dari masyarakat, khususnya anak muda untuk dapat menghargai dan mencintai film lokal sebagai bentuk dukungan terhadap insan perfilman dalam membuat karya yang lebih berkualitas lagi.

Dalam menanggapi permasalahan tersebut, dirancanglah sebuah kampanye bertahap. Pada tahap awal, sasaran diajak untuk masuk ke dalam situasi dan kondisi perfilman di Indonesia di mana perfilman Indonesia kehilangan penikmatnya, dengan kata lain film Indonesia tidak menjadi tuan rumah bagi negerinya sendiri. Tetapi dalam keadaan demikian, para pembuat film tetap terus berkarya dan berjuang agar karya mereka akan disukai. Tahap selanjutnya target sasaran diberi informasi berisi hal-hal yang perlu dilakukan sasaran untuk menonton sebuah film, yang akhirnya target sasaran diajak untuk membuktikan kualitas dilm lokal dengan cara menontonnya di bioskop. Setelah diajak untuk menonton, pada tahap akhir target sasaran diajak untuk menghargai dan mencintai film Indonesia.

Cara yang paling efektif untuk mengajak target sasaran untuk menonton, menghargai, dan mencintai film dalam negeri adalah dengan menjangkau target sasaran melalui berbagai media yang dekat dengan target sasaran, serta menggunakan pendekatan komunikasi yang sesuai dengan selera dan kebutuhan target sasaran sehingga target sasaran dapat tertarik untuk mengetahui, memahami, dan mempercayai pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam kampanye ini dan pada akhirnya target sasaran dapat


(18)

Universitas Kristen Maranatha 89 melalukan tindakan seperti yang diharapkan dari Kampanye Cinta Film Dalam Negeri.

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil analisis kesimpulan yang ada, penulis mencoba untuk memberikan masukan dan saran yang mungkin dapat bermanfaat dalam pengadaan kampanye, yaitu riset dilakukan sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya, membuat kerangka pikir, dan menyusun timeline

kampanye yang jelas untuk mendukung kelancaran dari sebuah kampanye yang akan diadakan. Di samping hal tersebut, dibutuhkan juga pemilihan media yang efektif bagi target sasaran yang dituju agar dapat menjangkau target sasaran serta dapat berdampak besar terhadap keberhasilan suatu kampanye kemudiannya.

Dalam kampanye yang dirancang penulis untuk mengajak target sasaran untuk menonton, menghargai, dan mencintai film lokal, yaitu anak muda diperlukan cara yang tepat untuk menggugah rasa ingin tahu dan menarik perhatian target sasaran, dengan cara menyampaikan informasi yang mengajak dan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh target sasaran.


(19)

Universitas Kristen Maranatha 90

DAFTAR PUSTAKA

http://www.filmindonesia.or.id http://www.tutor2u..net

http://library.binus.ac.id http://lib.ui.ac.id

http://perpustakaan.upi.edu/ http://kamusbahasaindonesia.org http://www.slideshare.net

Arthur, Rene. Desain Grafis: Dari Mata Turun ke Hati. Bandung: Kelir, 2007

Ruslan, Rosady. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002

Rakhmat, Jalaluddin. (1999), Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Rumini, Sri, M. Dimyati Mahmud, Siti Sundari H.S., Danuri, R.Suharno,

Nurbani Yusuf S., D. Tiala, & Yulia Ayriza. (1993), Psikologi Pendidikan, FIP UNY, Yogyakarta.

Soeprapto Soedjono, “Desain Grafis: Teori, Kinerja, dan Prospeknya”, Makalah

Open House Yogya Design School, Yogyakarta, 25 September 1993.

Effendy, Onong Uchjana. (2005), Ilmu Komunikasi , Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.


(20)

Universitas Kristen Maranatha 91 Setianti, Yanti. (2007), “Kampanye Dalam Merubah Sikap Khalayak”, Makalah

Ilmiah, Bandung

Sutawan, I Kadek Dwi. (2011), “Desain Komunikasi Visual Sebagai Sarana

Kampanye Pelestarian Gamelan Gong Saron di Desa Singapadu Gianyar”, Pengantar Karya Tugas Akhir, Denpasar


(1)

permasalahan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan pewawancara sebelumnya. Wawancara dilakukan terhadap orang yang berkompeten di dunia perfilman di Indonesia untuk mengetahui tentang perfilman di Indonesia saat ini serta mendapatkan saran, usulan, dan pendapat mengenai perancangan kampanye cinta film dalam negeri yang efektif dan menarik bagi target serta berdampak baik nantinya. Selain itu dilakukannya juga wawancara terhadap pecinta film dan orang yang berkompeten di bidang psikologi untuk mengetahui dampak dari menonton film yang berbau pornografi.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mencari dan menambah pengetahuan, informasi, dan data yang berkaitan dengan judul dan data-data lain yang diperlukan dengan sumber yang berasal dari buku dan internet.

4. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis dalam benyuk daftar pertanyaan kepada responden yang menjadi anggota sampel. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan membagikannya kepada 100 responden untuk mengetahui seberapa pentingnya kampanye ini dilakukan.


(2)

1.5 Skema Perancangan


(3)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari data dan fakta yang didapatkan penulis sebelumnya mengenai kurang minatnya masyarakat Indonesia untuk menonton film buatan dalam negeri, maka diperlukan upaya penyampaian informasi beserta solusi dari masalah tersebut dengan menggunakan media-media penyampaian pesan yang tepat sehingga mendapatkan tanggapan dan tindakan lebih lanjut dari masyarakat, khususnya anak muda untuk dapat menghargai dan mencintai film lokal sebagai bentuk dukungan terhadap insan perfilman dalam membuat karya yang lebih berkualitas lagi.

Dalam menanggapi permasalahan tersebut, dirancanglah sebuah kampanye bertahap. Pada tahap awal, sasaran diajak untuk masuk ke dalam situasi dan kondisi perfilman di Indonesia di mana perfilman Indonesia kehilangan penikmatnya, dengan kata lain film Indonesia tidak menjadi tuan rumah bagi negerinya sendiri. Tetapi dalam keadaan demikian, para pembuat film tetap terus berkarya dan berjuang agar karya mereka akan disukai. Tahap selanjutnya target sasaran diberi informasi berisi hal-hal yang perlu dilakukan sasaran untuk menonton sebuah film, yang akhirnya target sasaran diajak untuk membuktikan kualitas dilm lokal dengan cara menontonnya di bioskop. Setelah diajak untuk menonton, pada tahap akhir target sasaran diajak untuk menghargai dan mencintai film Indonesia.

Cara yang paling efektif untuk mengajak target sasaran untuk menonton, menghargai, dan mencintai film dalam negeri adalah dengan menjangkau target sasaran melalui berbagai media yang dekat dengan target sasaran, serta menggunakan pendekatan komunikasi yang sesuai dengan selera dan kebutuhan target sasaran sehingga target sasaran dapat tertarik untuk mengetahui, memahami, dan mempercayai pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam kampanye ini dan pada akhirnya target sasaran dapat


(4)

melalukan tindakan seperti yang diharapkan dari Kampanye Cinta Film Dalam Negeri.

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil analisis kesimpulan yang ada, penulis mencoba untuk memberikan masukan dan saran yang mungkin dapat bermanfaat dalam pengadaan kampanye, yaitu riset dilakukan sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya, membuat kerangka pikir, dan menyusun timeline

kampanye yang jelas untuk mendukung kelancaran dari sebuah kampanye yang akan diadakan. Di samping hal tersebut, dibutuhkan juga pemilihan media yang efektif bagi target sasaran yang dituju agar dapat menjangkau target sasaran serta dapat berdampak besar terhadap keberhasilan suatu kampanye kemudiannya.

Dalam kampanye yang dirancang penulis untuk mengajak target sasaran untuk menonton, menghargai, dan mencintai film lokal, yaitu anak muda diperlukan cara yang tepat untuk menggugah rasa ingin tahu dan menarik perhatian target sasaran, dengan cara menyampaikan informasi yang mengajak dan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh target sasaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.filmindonesia.or.id http://www.tutor2u..net

http://library.binus.ac.id http://lib.ui.ac.id

http://perpustakaan.upi.edu/ http://kamusbahasaindonesia.org http://www.slideshare.net

Arthur, Rene. Desain Grafis: Dari Mata Turun ke Hati. Bandung: Kelir, 2007

Ruslan, Rosady. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations Edisi Revisi. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2002

Rakhmat, Jalaluddin. (1999), Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Rumini, Sri, M. Dimyati Mahmud, Siti Sundari H.S., Danuri, R.Suharno,

Nurbani Yusuf S., D. Tiala, & Yulia Ayriza. (1993), Psikologi Pendidikan, FIP

UNY, Yogyakarta.

Soeprapto Soedjono, “Desain Grafis: Teori, Kinerja, dan Prospeknya”, Makalah Open House Yogya Design School, Yogyakarta, 25 September 1993.

Effendy, Onong Uchjana. (2005), Ilmu Komunikasi , Teori dan Praktek, PT.


(6)

Setianti, Yanti. (2007), “Kampanye Dalam Merubah Sikap Khalayak”, Makalah Ilmiah, Bandung

Sutawan, I Kadek Dwi. (2011), “Desain Komunikasi Visual Sebagai Sarana

Kampanye Pelestarian Gamelan Gong Saron di Desa Singapadu Gianyar”,