PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN PERILAKU MENGGOSOK Hubungan Konsumsi Karbohidrat Dan Perilaku Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Balita Di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Sukoharjo.

PUBLIKASI KARYA ILMIAH
HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN PERILAKU MENGGOSOK
GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK BALITA DI DESA
MRANGGEN KECAMATAN POLOKARTO SUKOHARJO

Disusun Oleh:
INDIRA PRIHATININGSIH
J310110072

PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

i

-tr.1

HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN PERILAKU MENGGOSOK
GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK BALITA DI DESA
MRANGGEN KECAMATAN POLOKARTO SUKOHARJO

Indira Prihatiningsih (J 310 1100 72)
Pembimbing: I.Endang Nur W, SSt., M.Si Med
II. Tuti Rahmawati, S.Gz., M.Si
Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162
Email :Indiraprihatiningsih28@gmail.com
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN CONSUMPTION OF CARBOHYDRATES
AND TOOTHBRUSHING BEHAVIOR ANDTHE INCIDENCE OF DENTAL
CARIES IN TODDLERS AT MRANGGEN POLOKARTO SUKOHARJO
The main problem in the oral cavity of children today is a dental caries.
Caries is a disease or disorder that occurs in hard tissue of teeth due to dental
hard tissue demineralization. Consumption of carbohydrates and rarely brush the
teeth will grow the bacteria and cause dental caries. This study was aimed to
determine the correlation between carbohydrates intake and toothbrushing
behavior and incidence of dental caries.The type of research was observational
study with cross sectional design. The samples were 81 children aged 24-59
months. Sampling method using proportional random sampling.Correlation
between variables were tested using chi-square test.Results show that 64.2% of

children under five suffering from dental caries, children with good carbohydrate
consumption was 54.3% and children with good toothbrushing behavior was
56.8%. The p-value of correlation test between dental caries incidence and
carbohydrate consumption and toothbrushing behavior were 0.001 and 0.01,
respectively. There was a correlation between consumption of carbohydrates and
toothbrushing behaviour and the incidence of dental caries in toodlers at
Mranggen.
Keywords :Dental caries, Carbohydrate consumption, Toothbrushing behaviour
Literature : 87 : 1990-2015

iii

ABSTRAK
HUBUNGAN
KONSUMSI
KARBOHIDRAT
DAN
PERILAKU
MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK BALITA
DI DESA MRANGGEN KECAMATAN POLOKARTO SUKOHARJO

Masalah utama dalam rongga mulut anak sampai saat ini adalah penyakit
karies gigi.Karies adalah penyakit atau kelainan yang terjadi pada jaringan keras
gigi akibat demineralisasi jaringan keras gigi.Konsumsi karbohidrat berlebih dan
jarang menggosok gigi akan menimbulkan bakteri yang menyebabkan terjadinya
karies gigi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi
karbohidrat dan perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi.Jenis
penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel
yang digunakan adalah 81 balita yang berusia 24-59 bulan.Pengambilan sampel
menggunakan proportional random sampling.Variabel diuji menggunakan uji
hubungan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan anak balita yang mengalami
karies gigi sebesar 64,2%, konsumsi karbohidrat yang baik yaitu 54,3% dan
perilaku menggosok gigi yang baik 56,8%. Hasil uji hubungan konsumsi
karbohidrat dengan karies gigi mendapatkan p value 0.001 dan perilaku
menggosok gigi dengan karies gigi mendapatkan p value 0.004.Ada hubungan
antara konsumsi konsumsi karbohidrat dengan kejadian karies gigi anak balita di
Desa Mranggen.Ada hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan kejadian
karies.
Kata Kunci

:


Karies Gigi, Konsumsi Karbohidrat, Perilaku Menggosok
Gigi.

Kepustakaan : 84: 1990-2015.

iv

PENDAHULUAN

Tiga faktor internal yang
menyebabkan terjadinya karies gigi
yaitu gigi, mikroorganisme dan
substrat serta satu faktor tambahan
yaitu faktor waktu.Substrat atau diet
dapat mempengaruhi pembentukan
plak
karena
membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi

mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel gigi. Substrat
juga merupakan faktor yang paling
berperan dalam metabolisme bakteri
dalam plak dengan menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan untuk
memproduksi asam serta bahan lain
yang aktif yang menyebabkan
timbulnya
karies
(Pintauli,
2008).Karbohidrat merupakan salah
satu substrat dalam mulut yang
paling
berperan
terhadap
kemungkinan terjadinya karies gigi,
karena
karbohidrat
mudah

difermentasikan. Karbohidrat dapat
diubah oleh mikroorganisme yang
dapat merusak email pada gigi
sehingga terjadinya karies gigi
(Donald dkk, 2004)
Notoatmodjo dalam Fankari
(2004)
menjelaskan
bahwa
penyebab
timbulnya
masalah
kesehatan gigi dan mulut pada
masyarakat juga disebabkan oleh
faktor
perilaku
atau
sikap
mengabaikan kebersihan gigi dan
mulut. Hal tersebut dilandasi oleh

kurangnya
pengetahuan
akan
pentingnya pemeliharaan gigi dan
mulut
sehingga
anak
masih
tergantung pada orang dewasa
dalam hal menjaga kebersihan dan
kesehatan gigi. Berdasarkan hasil
pengamatan diketahui bahwa pada
anak-anak
ketika
setelah
mengkonsumsi makanan mereka

Proses tumbuh kembang
sangat
terkait

dengan
faktor
kesehatan, dengan kata lain hanya
pada anak yang sehat dapat
diharapkan terjadi proses tumbuh
kembang yang optimal (Kurnia,
2008). Menurut Soebroto (2009)
gigi merupakan jaringan tubuh yang
paling keras dibanding yang lainnya.
Kesehatan gigi dipengaruhi oleh
kandungan gizi pada makanan,
jenismakanan, kebersihan gigi dan
kepekaan air ludah (Moestopo,
2000).
Masalah
utama
dalam
rongga mulut anak sampai saat ini
adalah penyakit karies gigi.Telah
banyak usaha yang telah dilakukan

untuk
menurunkan
prevalensi
penyakit karies gigi namun dirasa
kurang berhasil, terbukti masih
tingginya prevalensi penyakit tesebut
(Supartini,
2004).Karies
adalah
penyakit atau kelainan yang terjadi
pada jaringan keras gigi akibat
demineralisasi jaringan keras gigi.
Kondisi ini disebabkan oleh bakteri
dalam plak, dengan tanda awal
berupa terjadinya perubahan warna
permukaan gigi. Semakin lama
daerah ini akan berubah warna
menjadi lebih gelap (cokelat/hitam)
lalu
terbentuklah

lubang,
jika
jaringan keras sudah rusak, struktur
gigi tidak bisa lagi diregenerasi.
Rasa nyeri akan muncul apabila
karies sudah mencapai saraf gigi.
Penanggulangan dini karies gigi
sangat
penting.Karies
adalah
penyebab utama kehilangan gigi
yang terlalu cepat (Fiereza, 2012).

1

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian observasional
dengan rancangan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah

anak balita yang terdaftar di
Posyandu di Desa Mranggen
Kecamatan Polokarto Sukoharjo,
yang
berjumlah
733
balita.
Berdasarkan kriterian inklusi dan
eklusi
sampel
penelitian
ini
berjumlah 81 anak balita.Metode
pemeriksaan
untuk
mengetahui
apakah
anak
balita
tersebut
menderita karies gigi atau tidak
kariesakan dibantu oleh Tim dari
Fakultas Kedokteran Gigi UMS yang
berjumlah dua orang. Metode untuk
mengetahui konsumsi karbohidrat
dan perilaku menggosok gigi
menggunakan form FFQ Semi
Kuantitatif.
Skor untuk perilaku menggosok
gigi menggunakan penilaian skala
Likert sedangkan untuk uji hubungan
antar variabel menggunakan uji ChiSquare.Pengambilan data dilakukan
pada Mei - September 2015 yang
dilakukan di posyandu-posyandu
yang ada di Desa Mranggen dengan
pengambilan
sampel
sudah
ditentukan
sesuai
dengan
Perhitungan proporsi sampel.

jarang melakukan kumur ataupun
menggosok gigi, walaupun terdapat
beberapa
anak-anak
yang
melakukan menggosok gigi akan
tetapi mereka hanya melakukan satu
hari sekali pada saat mandi pagi
atau sore hari sehingga dapat
memicu terjadinya karies gigi.
Menurut
Rahmawati
(2012)
menjelaskan bahwa peran ibu dalam
mengajari menyikat gigi yang lama
dan bersih merupakan faktor yang
paling
dominan
memberikan
kontribusi terhadap kesehatan gigi
dan mulut pada anak.
Riset
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas) Depkes tahun 2013
menunjukkan
74,1%
penduduk
mengalami karies gigi dan 68.9%
tidak dirawat. Berdasarkan data dari
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Sukoharjo
yangmembawahi
12
puskesmas pada tahun 2013 angka
prevalensi karies gigi pada balita 1-4
tahun adalah sebanyak 306 kasus.
Prevalensi kejadian karies gigi
terbesar berada di Puskesmas
Polokarto yang mencapai 87 kasus
yaitu sebesar 28,4%.
Berdasarkan hasil survey
pendahuluan yang dilakukan pada 4
posyandu di Kelurahan Mranggen
Kecamatan Polokato Sukoharjo
didapatkan hasil dari 133 balita
yang mengalami karies gigi sebesar
102 balita. Sehingga didapatkan
prevalensi angka kejadian karies gigi
di Kelurahan Mranggen sebesar
76,69%. Sedangkan untuk perilaku
menggosok gigi pada balita terdapat
13
balita
yang
melakukan
menggosok gigi 2-3 kali sehari dan
dapat diprevalensikan sebesar12,6%

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran
Umum
Wilayah
Mranggen Polokarto
Penelitian ini dilakukan di
Desa Mranggen yang terletak di
kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo, dengan luas wilayah
4,4175 km2 dan jumlah penduduk
Desa Mranggen berjumlah 9.310
jiwa. Desa Mranggen merupakan

2

wilayah kerja dari Puskesmas
Polokarto dan memiliki 15 Posyandu
antara lain Posyandu Kedungrejo,
Posyandu Mranggen, Posyandu
Sangiran, Posyandu Padasan 1,
Posyandu Padasan 2, Posyandu
Kranggan, Posyandu Wonosari,
Posyandu Kabangan, Posyandu
Kalangan, Posyandu Pundungsari,
Posyandu
Jatisari,
Posyandu
Ndagas,
Posyandu
Jatirejo,
Posyandu Ndagen dan Posyandu
Lemahbang.
Posyandu-posyandu
tersebut berfungsi untuk memantau
perkembangan dan pertumbuhan
balita.
Batas
wilayah
Desa
Mranggen adalah sebagai berikut:
1. Sebelah
Utara:Desa
Wonorejodan Desa Wonosobo
2. Sebelah Selatan:Desa Godog
3. SebelahTimur:Desa Polokarto.
4. Sebelah Barat:Desa Bakalan

data lebih banyak karena anak usia
tersebut
pada
umumnya
belumbanyak
yang
bersekolah
sehingga lebih banyak dijumpai.
Tabel 2
Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis
Frekuensi
Persentase
Kelamin
(%)
Laki-laki
51
63
Perempuan
30
37
Total
81
100

Jumlah balita laki-laki lebih
besar 23% dibanding jumlah balita
perempuan. Diketahui bahwa di
Desa
Mranggen
Kecamatan
Polokarto jumlah balita laki-laki lebih
banyak dibandingkan jumlah balita
perempuan. Jumlah sebaran jenis
kelamin yang tidak rata jumlahnya
dikarenakan
pengambilan
data
secara random/acak sehingga tidak
ada jumlah ketentuan per jenis
kelamin sampel.

Karakteristik Sampel Penelitian
Subjek penelitian ini adalah
ibu balita dan balita yang berusia 2459 bulan di Desa Mranggen
Kecamatan
Polokarto
yang
memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi dengan karakteristik subjek
seperti yang tertera dibawah ini

Karakteristik Ibu Balita
Jumlah responden ibu dalam
penelitian ini berjumlah 81 orang. Ibu
yang menjadi responden adalah ibu
dari anak balita yang anaknya
dijadikan sampel penelitian Distribusi
ibu
dapat
dikelompokkan
berdasarkan
umur,
tingkat
pendidikan, dan jenis pekerjaan
seperti pada tabel 3 dibawah ini :

Tabel 1
Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia
Persentase
Umur
Jumlah
(%)
24-36
Bulan
42
51,9
37-59
39
48,1
Bulan
Total
81
100

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Ibu
BerdasarkanTingkat Pendidikan
Karakteristik Jumlah Persentase
(n)
(%)
SD
23
28,4
SMP
33
40,7
SMA
16
19,8
PT
9
11,1
Total
81
100

Berdasarkan
penelitian
diketahui bahwa usia balita paling
banyak terdapat pada kisaran usia
24-36 bulan. anak yang berusia 2436 bulan pada saat pengambilan

3

Desa
Mranggen
Sukoharjo

Berdasarkan hasil diatas
diketahui karakteristik responden
menurut
tingkat
pendidikan
presentase terbesar adalah 32
responden
(40,7%)
dengan
pendidikan terakhir adalah SMP.
Kondisi
ini
menyebabkan
kemampuan
responden
dalam
menangkap informasi tentang karies
gigi masih kurang, sehingga tersebut
berdampak pada cukup tingginya
kejadian karies gigi pada anak
responden.

Polokarto

Tabel 5
Distribusi Konsumsi Karbohidrat
Kategori
Jumlah Persentase
(n)
%
Baik
44
54,3
Tidak
37
45,7
Baik
Total
81
100

Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian
besar subjek penelitian dari data
konsumsi
karbohidrat
dapat
dikatakan
bahwa
dari
81
responden yang baik sebesar
54,3% atau sebanyak 44 anak
sedangkan konsumsi karbohidrat
tidak baik sebesar 45,7% atau
sebanyak 37 anak. Konsumsi
karbohidrat
dilihat
menggunakanFood
Frequency
Questionnaire
(FFQ)
Semi
Kuantitatif dimana metode yang
digunakan dalam perhitungan
FFQ disini dengan memodifikasi
atau
memperkirakan
URT
(Ukuran Rumah Tangga) dalam
gram.
Penelitian yang dilakukan
oleh
Anggraeni
(2007)
menyatakan bahwa dari 68
responden yang diteliti terdapat
18 responden atau 26,47%
dengan
tingkat
konsumsi
karbohidrat rendah sedangkan 50
responden atau 73,53% memiliki
tingkat konsumsi karbohidrat
tinggi.
2. Distribusi Perilaku Menggosok
Gigi
Data hasil gambaran perilaku
menggosok gigi 81 balita di Desa
Mranggen Kecamatan Polokarto

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan
Jenis Pekerjaan
Karakteristik Jumlah Persentase
(n)
(%)
IRT
35
43,2
Karyawan
16
19,8
Wiraswasta
30
37
Total
81
100

Karakteristik responden yang
berdasarkan pekerjaan persentase
terbesar adalah buruh
rumah
tangga dengan jumlah responden 35
ibu dengan persentase (43,2%).
Miller et al (2010) berpendapat
bahwa bahwa seorang ibu yang
bekerja akan memperoleh lebih
banyak informasi yang dapat
meningkatkan
pengetahuan
ibu
mengenai
kesehatan
anaknya
dibandingkan dengan ibu yang tidak
bekerja.
Analisis Univariat
1. Distribusi
Konsumsi
Karbohidrat
Menurut Tabel 5 dibawah ini
menunjukkan
hasil
data
hubungan
antara
konsumsi
karbohidrat
dengan
kejadian
karies gigi pada 81 anak balita di

4

peragia
makanan.

Sukoharjo dapat dilihat pada tabel
6 dibawah ini.
Tabel 6
Distribusi Perilaku Menggosok Gigi
Kategori Jumlah Persentase
(n)
(%)
Baik
46
56,8
Kurang
35
43,2
Total
81
100

terhadap

glukosa

3. Distribusi Kejadian Karies Gigi
Gambaran kejadian karies
gigi yang dilihat berdasarkan
pemeriksaan tim dari kedokteran
gigi UMS yang berjumlah dua
orang dapat dilihat pada Tabel 7
dibawah ini :

Berdasarkan data diatas
diketahuisecara acak diketahui
bahwa perilaku menggosok gigi
yang baik lebih banyak daripada
perilaku menggosok gigi yang
kurang yaitu sebesar 56,8% atau
sekitar 46 responden. Hasil
gambaran diatas sejalan Hasil
gambaran diatas sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Ana dkk (2015) pada judul
penelitian peran orang tua dalam
membimbing
menyikat
gigi
dengan kejadian karies gigi pada
anak prasekolah dan diketahui
50% atau 13 dari 26 responden
yaitu
orang tua yang masih
membimbing
anak
dalam
menyikat gigi.
Menurut
Bahar
dalam
Maulani
(2005)
menyatakan
bahwa menyikat gigi setelah
seseorang makan, sisa makanan
khususnya
makanan
yang
mengandung karbohidrat, akan
mengalami
fermentasi
atau

Tabel 7
Distribusi Kejadian Karies Gigi
Kategori Jumlah Persentase
(n)
(%)
Karies
52
64,2
Tidak
29
36,8
Karies
Total
81
100

Distribusi frekuensi subjek
penelitian berdasarkan kejadian
karies gigi pada anak balita usia
24-59 bulan di Desa Mranggen
diketahui bahwa anak dengan
karies
gigi
lebih
banyak
dibandingkan dengan yang tidak
karies yaitu 64,2%. Tingginya
kejadian karies gigi disebabkan
oleh peranan makanan yang
dapat menyebabkan karies gigi,
yaitu mengkonsumsi makanan
yang manis secara berlebihan
tanpa memperlihatkan kesehatan
gigi (Riyanti, 2005).

Analisis Bivariat
1. Hubungan Antara Konsumsi Karbohidrat dengan Kejadian Karies
Tabel 8
Hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan kejadian karies gigi
Kejadian
Total
Konsumsi KH
(%)
Nilai p
Karies (%)
Tidak Karies (%)
Baik
47,7
52,3
100
0.001
Tidak Baik
83,8
16,2

5

tingkat konsumsi karbohidrat dengan
kejadian karies gigi.
Adanya hubungan antara konsumsi
karbohidrat dan kejadian karies gigi
sesuai dengan pernyataan bahwa
konsumsi karbohidrat berlebih akan
menyebabkan produksi asam oleh
bakteri menjadi lebih sering, sehingga
keasaman rongga mulut menjadi lebih
permanen dan semakin banyak email
yang terlarut. Hal ini menyebabkan gigi
akan mudah sekali terkena karies gigi
(Nursyanto, 1992 dalam Dian, 2007).
Selain itu menurut Artaria (2009), orang
yang banyak mengkonsumsi karbohidrat
terutama sukrosa cenderung mengalami
kerusakan pada gigi.

Hasil analisa hubungan konsumsi
karbohidrat dengan kejadian karies gigi
menggunakan
uji
Chi-Square
menunjukkan bahwa nilai p dari data
diatas adalah 0,001 (H0 ditolak

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Menggosok Gigi Pada Anak Serta Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Karies Gigi Di Paud Taman Ceria Surakarta.

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Menggosok Gigi Pada Anak Serta Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Karies Gigi Di Paud Taman Ceria Surakarta.

0 6 16

HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK BALITA DI DESA Hubungan Konsumsi Karbohidrat Dan Perilaku Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Balita Di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Suk

0 2 18

PENDAHULUAN Hubungan Konsumsi Karbohidrat Dan Perilaku Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Balita Di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Sukoharjo.

0 2 7

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Konsumsi Karbohidrat Dan Perilaku Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Balita Di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Sukoharjo.

1 8 6

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DAN POLA KONSUMSI SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK BALITA DI DESA MRANGGEN SUKOHARJO.

0 2 16

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DAN POLA KONSUMSI SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK BALITA HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DAN POLA KONSUMSI SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK BALITA DI DESA MRANGGEN SUKOHARJO.

0 2 18

PENDAHULUAN HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DAN POLA KONSUMSI SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK BALITA DI DESA MRANGGEN SUKOHARJO.

0 2 8

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KARIES GIGI DAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Karies Gigi Dan Asupan Lemak Dengan Kejadian Karies Gigi Anak Balita Di Desa Mranggen Sukoharjo.

0 3 14

HUBUNGAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI DAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS SATU DI SD N WIRADADI KECAMATAN SOKARAJA

0 0 16