PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR DI SMK - BM PAB 3 MEDAN ESTATE T.A 2013/2014.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH U N T U K M E N I N G K A T K A N K E M A M P U A N B E R P I K I R

KREATIF SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR DI SMK – BM PAB 3 MEDAN ESTATE T.A. 2013/2014

Oleh :

Alice Chulaisyah NIM 4103311005

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2014


(2)

i

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa NIM

Program Studi Jurusan

: Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalab untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pad a Materi Program Linear di SMK - BM PAB 3 Medan Estate T.A. 2013/ 2014

:Alice Cbulaisyab : 41033ll005

: Pendidikan Matematika : Matematika

Menyetujui : Dosen Pembimbiog Skripsi,

Meogetabui :

Jurusao Matematika Ketua,

Drs. Syafari, M.Pd NIP. 19540929 198903 I 001


(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Program Linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/2014” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si dan Ibu Dra. Nerli Khairani, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Amaluddin, MM selaku Kepala SMK – BM PAB 3 Medan Estate dan Ibu Asmah Arimbi, S.Pd selaku guru bidang studi matematika di SMK – BM PAB 3 Medan Estate yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.


(4)

v

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Sugito, Ibunda Susilawati dan adikku Fachriza Agung, serta seluruh keluarga yang terus memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik penulis, Rifa Annisa Siregar, Della Alvyonita, Sisti Nadia Amalia, Dewi Irawaty, Febry Tiffany, Dinda Kartika, Diniatul Hidayani, Sary Pratiwi, dan teman-teman seperjuangan di Jurusan Matematika khususnya kelas Ekstensi Matematika 2010 yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, teman-teman PPLT Tanjung Pura, adik-adik kelas Ekstensi Matematika 2011, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Agustus 2014 Penulis,

Alice Chulaisyah NIM. 4103311005


(5)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH U N T U K M E N I N G K A T K A N K E M A M P U A N B E R P I K I R

KREATIF SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR DI SMK – BM PAB 3 MEDAN ESTATE T.A. 2013/2014

Alice Chulaisyah (NIM 4103311005)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate tahun ajaran 2013/2014.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I terdiri dari tiga kali pertemuan dan pada siklus II terdiri dari dua kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate yang berjumlah 34 orang. Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linier di kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate tahun ajaran 2013/2014.

Berdasarkan hasil analisis data setelah pemberian tindakan diperoleh pada siklus I terdapat 22 orang siswa atau 64,71% yang mencapai nilai 61 dengan nilai rata-rata adalah 56,86 (rendah). Dari 34 orang siswa diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu 3 orang siswa atau 8,82% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, 19 orang siswa atau 55,88% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 12 orang siswa atau 35,30% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif rendah. Pada siklus II terdapat 30 orang siswa atau 88,24% yang mencapai nilai 61 dengan nilai rata-rata adalah 70,26 (sedang). Dari 34 orang siswa diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu 9 orang siswa atau 26,47% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, 21 orang siswa atau 61,77% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 4 orang siswa atau 11,76% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif rendah. Dengan demikian, kelas tersebut telah memenuhi kriteria tingkat kemampuan berpikir kreatif, yaitu terdapat 85% siswa yang mengikuti tes telah mencapai nilai 61 sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate.

Berdasarkan hasil analisis data dan observasi kegiatan pembelajaran, penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Identifikasi Masalah 8 1.3. Batasan Masalah 8 1.4. Rumusan Masalah 9 1.5. Tujuan Penelitian 9 1.6. Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 2.1. Kerangka Teoritis 11 2.1.1. Pengertian Belajar 11 2.1.2. Pengertian Pembelajaran 12 2.1.3. Pengertian Pembelajaran Matematika 12 2.1.4. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika 13 2.1.4.1. Pengertian Berpikir Kreatif 13 2.1.4.2. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika 19 2.1.5. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 24 2.1.5.1. Pengertian Model Pembelajaran 24 2.1.5.2. Pengertian Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 25 2.1.5.3. Karakteristik Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 27 2.1.5.4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 28 2.1.5.5. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berdasarkan

Masalah 30

2.1.6. Materi Program Linear 31 2.1.6.1. Konsep Dasar Program Linear 31 2.1.6.2. Pertidaksamaan Linear Dua Variabel 32 2.1.6.3. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel 34 2.1.6.4 Model Matematika Program Linear 35 2.1.6.5. Menentukan Fungsi Objektif dan Kendala 35 2.1.6.6. Membuat Model Matematika dari Masalah Program Linear 36 2.1.6.7. Menentukan Nilai Optimum Fungsi Objektif 37 2.1.6.8. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam

Pembelajaran Matematika 40 2.2. Kerangka Konseptual 43 2.3. Hipotesis Tindakan 44


(7)

vii

BAB III METODE PENELITIAN 45 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 45 3.2. Subjek dan Objek Penelitian 45 3.2.1. Subjek Penelitian 45 3.2.2. Objek Penelitian 45 3.3. Jenis Penelitian 45 3.4. Prosedur Penelitian 45 3.5. Instrumen Pengumpul Data 51 3.6. Teknik Analisis Data 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 56 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 56 4.1.1. Deskripsi Kemampuan Awal Siswa 56 4.1.2. Hasil dan Pembahasan Siklus I 61 4.1.2.1 Permasalahan I 61 4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan I 62 4.1.2.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan I 62 4.1.2.4 Analisis Data I 69

4.1.2.5 Refleksi I 79

4.1.3. Hasil dan Pembahasan Siklus II 81 4.1.3.1 Permasalahan II 81 4.1.3.2 Tahap Perencanaan Tindakan II 81 4.1.3.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan II 82 4.1.3.4 Analisis Data II 86

4.1.3.5 Refleksi II 92

4.2. Temuan Penelitian 94 4.3. Pembahasan dan Hasil Penelitian 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 97

5.1. Kesimpulan 97

5.2. Saran 99


(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 51

Gambar 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

pada Tes Awal 57

Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa pada Indikator Berpikir

Kreatif I pada Siklus I 71

Gambar 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I pada

Siklus I 72

Gambar 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa pada Indikator Berpikir

Kreatif II pada Siklus II 89

Gambar 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II pada

Siklus II 90

Gambar 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa


(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 102 Lampiran 2. Lembar Aktivitas Siswa I 106 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 111 Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa II 115 Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus I) 118 Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa III 122 Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II) 127 Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV 130 Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran V (Siklus II) 134 Lampiran 10. Lembar Aktivitas Siswa V 137 Lampiran 11. Pedoman Penskoran Tes 142 Lampiran 12. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 143 Lampiran 13. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 144 Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 145 Lampiran 15. Lembar Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I 148 Lampiran 16. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 151 Lampiran 17. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 152 Lampiran 18. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 154 Lampiran 19. Lembar Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 159 Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru

Pertemuan I (Siklus I) 162 Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru

Pertemuan II (Siklus I) 164 Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru

Pertemuan III (Siklus I) 166 Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru


(10)

xi

Lampiran 20. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru

Pertemuan V (Siklus II) 170 Lampiran 21. Hasil Analisis Tes Awal 172 Lampiran 22. Hasil Analisis TKBK I Kategori I (Kelancaran) 174 Lampiran 23. Hasil Analisis TKBK I Kategori II (Fleksibel) 176 Lampiran 24. Hasil Analisis TKBK I Kategori III (Original) 178 Lampiran 25. Hasil Analisis TKBK I Kategori I, II dan III 180 Lampiran 26. Peringkat TKBK I Siklus I 182 Lampiran 27. Hasil Analisis TKBK II Kategori I (Kelancaran) 183 Lampiran 28. Hasil Analisis TKBK II Kategori II (Fleksibel) 185 Lampiran 29. Hasil Analisis TKBK II Kategori III (Original) 187 Lampiran 30. Hasil Analisis TKBK II Kategori I, II dan III 189 Lampiran 31. Peringkat TKBK II Siklus II 191 Lampiran 32. Daftar Nama Siswa untuk Kelompok Belajar 192 Lampiran 33. Dokumentasi 193


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Seperti yang dikemukakan Trianto (2010 : 2) yang menyatakan bahwa :

“Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang

adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

problema kehidupan yang dihadapinya.”

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari alokasi waktu mata pelajaran matematika di sekolah lebih banyak dibandingkan mata pelajaran lain. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009 : 253) mengemukakan alasan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa, karena :

“(1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan,

(6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang


(12)

2

Selanjutnya, Paling (dalam Abdurrahman, 2009 : 252) mengemukakan bahwa :

“Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap

masalah yang dihadapi manusia; suatu cara untuk menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan mnggunakan hubungan-hubungan.”

Berbagai alasan tentang pentingnya matematika diajarkan kepada siswa dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Namun demikian, mata pelajaran matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan sulit untuk dipahami. Seperti yang diungkapkan Abdurrahman (2009 : 252) :

“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika

merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang

berkesulitan belajar.”

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya manusia memiliki berbagai kemampuan dan keterampilan. Sebagai negara berkembang, Indonesia sangat membutuhkan individu-individu kreatif yang mampu memberi sumbangan bermakna pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehubungan dengan ini pendidikan hendaknya tertuju pada keterampilan berpikir kreatif peserta didik agar mampu menemukan berbagai kemungkinan solusi dari permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu hal yang jarang diperhatikan dalam pembelajaran matematika. Guru biasanya menempatkan logika dan kemampuan komputasi (hitung-menghitung) sebagai prioritas utama dalam pembelajaran matematika dan menganggap kemampuan berpikir kreatif siswa merupakan hal yang kurang penting. Padahal, kemampuan berpikir kreatif sangat penting bagi siswa. Begitu pentingnya kemampuan berpikir kreatif bagi siswa tersebut dapat diamati dari bergesernya peran guru yang semula


(13)

3

mendominasi kelas, kini harus banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengambil peran lebih aktif dan kreatif dalam suasana yang menyenangkan.

Selanjutnya, Munandar (2009: 46) juga mengemukakan alasan bahwa berpikir kreatif bermakna dalam hidup, yaitu :

“(1) dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan perwujudan

diri merupakan kebutuhan pokok manusia, kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya; (2) kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah; (3) bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi individu dan lingkungannya tetapi juga memberikan kepuasaan kepada individu; (4) kreativitas yang memungkinkan seseorang untuk

meningkatkan kualitas hidupnya.”

Hal ini menunjukkan dengan kemampuan berpikir kreatif, seseorang dapat memandang suatu masalah dari berbagai sudut pandang sehingga dapat menemukan berbagai kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, atau dengan kata lain kreatif dalam memecahkan masalah yang memungkinkan seseorang tersebut dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Pentingnya kemampuan berpikir kreatif bagi siswa juga dikemukakan oleh Kiesswetter (dalam Munandar, 2009 : 48) yang menyatakan bahwa :

“Kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah satu aspek kemampuan

berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika.”

Dalam pemecahan masalah matematika, diperlukan pemikiran dan gagasan yang kreatif dalam membuat (merumuskan) dan menyelesaikan model matematika serta menafsirkan solusi dari suatu masalah matematika. Pemikiran dan gagasan yang kreatif tersebut akan muncul dan berkembang jika proses pembelajaran matematika di dalam kelas menggunakan model pembelajaran yang tepat.

Namun, kenyataan yang sering dijumpai di sekolah menunjukkan bahwa sebagian besar pembelajaran matematika masih menerapkan model pembelajaran konvensional yang didominasi oleh guru. Siswa yang mengikuti pembelajaran di sekolah tidak lebih dari rutinitas untuk mengisi daftar absensi dan mencari nilai


(14)

4

tanpa diiringi kesadaran untuk menambah wawasan maupun keterampilan, termasuk dalam mengikuti pembelajaran matematika. Siswa hanya berperan sebagai pendengar dan kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga kurang termotivasi untuk memikirkan sesuatu atau menyampaikan pendapatnya yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Hal ini dapat menyebabkan kemampuan berpikirnya tidak kreatif karena hanya mengikuti langkah-langkah atau petunjuk-petunjuk yang disampaikan guru.

Sejalan dengan kenyataan di atas, Shadiq (2009 : 3) menyatakan :

“Sebagian guru matematika memulai proses pembelajaran dengan membahas definisi, lalu membuktikan atau hanya mengumumkan kepada para siswa rumus-rumus yang berkaitan dengan topik tersebut, diikuti dengan membahas contoh-contoh soal, dan diakhiri dengan meminta para siswanya untuk mengerjakan soal-soal latihan. Dengan pembelajaran seperti itu, para guru akan mengontrol secara penuh materi serta metode penyampaiannya. Akibatnya, proses pembelajaran matematika di kelas di saat itu menjadi proses mengikuti langkah-langkah, aturan-aturan, serta contoh-contoh yang diberikan para guru.”

Dalam pembelajaran konvensional, guru cenderung menghambat keterampilan berpikir kreatif siswa dan menghambat kesediaan atau keberanian peserta didik untuk mengungkapkan kreativitas mereka. Cropley (dalam Munandar, 2009 : 230) mengungkapkan alasan guru dapat menghambat keterampilan berpikir kreatif siswa, yaitu : “(1) penekanan bahwa guru selalu benar; (2) pembelajaran berlebih pada hafalan; dan (3) penekanan secara ketat untuk menyelesaikan pekerjaan daripada proses untuk menyelesaikan pekerjaan

tersebut.”

Berdasarkan hasil tes awal yang diberikan di kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate pada saat peneliti melaksanakan observasi, menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah. Peneliti memberikan soal-soal berikut untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa :

(1) Tentukan pertidaksamaan linear satu variabel dari grafik selang :

. Soal tersebut merupakan indikator kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu keterampilan berpikir lancar (lancar mengungkapkan gagasannya untuk menyelesaikan soal) ; (2) Tentukan grafik daerah penyelesaian dari pertidaksamaan linear dengan dua cara. Soal tersebut


(15)

5

merupakan salah satu indikator kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu keterampilan berpikir fleksibel (memberikan bermacam-macam cara yang berbeda untuk menyelesaikan suatu masalah atau soal) ; (3) Buatlah soal cerita dari pertidaksamaan linear dua variabel berikut : . Soal tersebut merupakan salah satu indikator kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu keterampilan berpikir originalitas (memberikan penyelesaian soal yang merupakan hasil pemikiran sendiri).

Selain memberikan tes awal, peneliti juga memberikan 3 buah pertanyaan kepada siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate, yaitu : (1) Apa yang terlintas di pikiran kamu ketika mendengar Matematika? ; (2) Menurut kamu, materi apa yang sulit untuk dipahami? ; dan (3) Bagaimana pembelajaran matematika yang kamu harapkan?. Dari 3 buah pertanyaan yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa siswa menganggap matematika itu sulit untuk dipahami dan dimengerti karena matematika itu identik dengan rumus-rumus dan hitung-menghitung. Materi yang dianggap sulit oleh siswa antara lain faktorisasi aljabar, persamaan dan pertidaksamaan, dan program linear. Pembelajaran matematika yang diharapkan siswa adalah pembelajaran yang menyajikan materi pelajaran dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.

Dari 34 siswa yang mengikuti tes, diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 48,69 (rendah). Diperoleh gambaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa pada tingkat berpikir kreatif tinggi 0 orang (0 %) siswa, 5 orang (14,71%) siswa yang memiliki tingkat berpikir kreatif sedang dan 29 orang (85,29%) siswa yang memiliki tingkat berpikir kreatif rendah.

Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa juga didukung oleh hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran matematika di SMK – BM PAB 3 Medan Estate yang menyatakan bahwa :

“Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah ini masih menerapkan model pembelajaran konvensional sehingga masih kurang mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Penggunaan media pembelajaran juga kurang membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Selain model pembelajaran konvensional, model pembelajaran lain yang pernah diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif. Tergantung dari


(16)

6

materi yang akan disampaikan. Namun, model pembelajaran berdasarkan masalah belum pernah diterapkan di sekolah ini. Materi program linear merupakan salah satu materi yang masih sulit dipahami siswa karena siswa masih kesulitan memaknai soal cerita. Padahal materi program linear ini sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam menyelesaikan soal cerita yang diberikan, mereka cenderung harus dibimbing daripada berusaha memahami sendiri soal tersebut. Kebanyakan siswa juga lebih senang materi pembelajaran yang

diselesaikan untuk mendapatkan satu hasil saja, seperti materi matriks.”

Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif sehingga pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Seperti yang dikemukakan Slameto (2010 : 36) bahwa :

“Dalam proses belajar mengajar, guru harus menimbulkan aktivitas siswa

dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, dan intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka

ia memiliki ilmu/ pengetahuan itu dengan baik.”

Salah satu upaya yang bisa dilakukan guru sebagai pembimbing peserta didik adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham terhadap materi yang diajarkan dan akhirnya mengakibatkan kejenuhan dalam belajar sehingga siswa malas berpikir. Malas berpikir dapat menghambat munculnya berpikir kritis dan kreatif pada siswa. Freeman (dalam Munandar, 2009 : 229) menyatakan :

“Kebosanan dapat timbul karena cara-cara belajar mengajar yang tidak tepat. Salah satu cara untuk menghindari menurunnya minat dan timbulnya kebosanan ialah dengan meningkatkan motivasi dan menggunakan cara belajar mengajar yang dapat merangsang aktivitas

berpikir dan psikomotorik siswa.”

Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih berpartisipasi secara aktif dan keleluasaan untuk berpikir kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah


(17)

7

model pembelajaran berdasarkan masalah. Menurut Semiawan (dalam Amir, 2009 : 1) bahwa :

“Masalah-masalah yang dihadapi memerlukan solusi dan dengan pembelajaran berdasarkan masalah akan membiasakan siswa untuk melihat opsi-opsi yang terbuka luas. Dengan memiliki lebih banyak opsi solusi, kemungkinan untuk berhasil mengatasi masalah juga akan semakin besar. Pembelajaran Berdasarkan Masalah bersumber dari dimensi kreatif seseorang dan setiap individu memiliki potensi kreatif

yang begitu besar dalam dirinya.”

Dalam model pembelajaran berdasarkan masalah, pembelajaran berfokus pada penyajian suatu masalah yang nyata kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahan masalah tersebut melalui serangkaian penelitian/ investigasi berdasarkan teori atau konsep yang dipelajari dari berbagai bidang ilmu. Permasalahan menjadi fokus, stimulus dan pemandu proses pembelajaran sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing. Masalah-masalah yang diajukan digunakan untuk menarik rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah sehingga proses pembelajaran dikendalikan masalah.

Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa melainkan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, mempelajari peranan orang dewasa dengan mengalaminya sendiri melalui berbagai situasi nyata dan dengan mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh diri sendiri dapat membantu siswa menjadi pemelajar yang mandiri.

Dengan demikian, pembelajaran berdasarkan masalah dapat membiasakan siswa untuk mencari dan menemukan berbagai solusi penyelesaian dari permasalahan nyata yang diajukan sehingga dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah. Keterampilan berpikir merupakan kemampuan siswa untuk memandang suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang sehingga memungkinkan siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dengan memunculkan berbagai cara dan ide-ide kreatif.


(18)

8

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Program Linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate T.A. 2013/ 2014.”

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah adalah sebagai berikut :

1. Matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit untuk dipahami bagi siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate.

2. Proses pembelajaran matematika di SMK – BM PAB 3 Medan Estate kurang mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya.

3. Model pembelajaran berdasarkan masalah belum pernah diterapkan di SMK – BM PAB 3 Medan Estate.

4. Materi program linear masih sulit dipahami siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate.

5. Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate masih rendah.

1.3Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate yang masih rendah, sehingga peneliti menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate tahun ajaran 2013/2014.


(19)

9

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/2014? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/2014?

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di SMK – BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/ 2014.

2. Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di SMK – BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/ 2014.

1.6Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti, yaitu :

1. Bagi guru, diharapkan dapat menambah variasi model pembelajaran dan menambah pengetahuan guru mengenai model pembelajaran berdasarkan masalah sebagai pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Bagi siswa, diharapkan melalui model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa terutama dalam menyelesaikan permasalahan matematika.


(20)

10

3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberi manfaat yang positif dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran matematika termasuk dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

4. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran matematika melalui pembelajaran berdasarkan masalah dan untuk bekal peneliti sebagai calon guru mata pelajaran matematika dalam melaksanakan praktik mengajar yang sesungguhnya.


(21)

97

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal-soal materi program linear di kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate.

2. Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat dilihat :

a. Dari tes awal yang diberikan, diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 48,69 (rendah). Dari 34 orang siswa terdapat 5 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan sedang dengan nilai 61 sedangkan 29 orang siswa memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan rendah dengan nilai 60. Selanjutnya, diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu tidak ada siswa pada tingkat berpikir kreatif tinggi, 5 orang siswa atau 14,71% yang memiliki tingkat berpikir kreatif sedang dan 29 orang siswa atau 85,29% yang memiliki tingkat berpikir kreatif rendah.

b. Dari tes kemampuan berpikir kreatif I yang diberikan, diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 56,86 (rendah). Dari 34 orang siswa terdapat 22 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan sedang dengan nilai 61 sedangkan 12 orang siswa memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan rendah dengan nilai 60. Selanjutnya, diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu 3 orang siswa atau 8,82% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, 19 orang siswa atau 55,88% yang


(22)

98

memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 12 orang siswa atau 35,30% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif rendah.

c. Dari tes kemampuan berpikir kreatif II yang diberikan, diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 70,26 (sedang). Dari 34 orang siswa terdapat 30 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada tingkat tingkat kemampuan sedang dengan nilai 61 sedangkan 4 orang siswa memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan rendah dengan nilai 60. Selanjutnya, diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu 9 orang siswa atau 26,47% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, 21 orang siswa atau 61,77% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 4 orang siswa atau 11,76% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif rendah.


(23)

99

5.2Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Kepada guru matematika hendaknya mulai menerapkan model yang

berpusat pada siswa, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah dan diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Kepada guru hendaknya berupaya untuk selalu melibatkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar.

3. Kepada siswa diharapkan agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar, lebih banyak berlatih menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir kreatif dan lebih berani dalam bertanya ataupun menyampaikan pendapatnya dalam berdiskusi.

4. Bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis, disarankan untuk memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada peneliti sehingga penelitian yang akan dilakukan semakin lebih baik.


(24)

ii

RIWAYAT HIDUP

Alice Chulaisyah dilahirkan di Medan, pada tanggal 16 Agustus 1991. Ibu bernama Susilawati dan ayah bernama Sugito, dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk TK Tunas Bangsa dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan sekolah di SD Negeri 060866 Medan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 11 Medan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3 Medan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.


(1)

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/2014? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linear di SMK – BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/2014? 1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di SMK – BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/ 2014.

2. Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di SMK – BM PAB 3 Medan Estate Tahun Ajaran 2013/ 2014.

1.6Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti, yaitu :

1. Bagi guru, diharapkan dapat menambah variasi model pembelajaran dan menambah pengetahuan guru mengenai model pembelajaran berdasarkan masalah sebagai pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Bagi siswa, diharapkan melalui model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa terutama dalam menyelesaikan permasalahan matematika.


(2)

3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberi manfaat yang positif dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran matematika termasuk dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

4. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran matematika melalui pembelajaran berdasarkan masalah dan untuk bekal peneliti sebagai calon guru mata pelajaran matematika dalam melaksanakan praktik mengajar yang sesungguhnya.


(3)

97

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal-soal materi program linear di kelas X – Ak 1 SMK – BM PAB 3 Medan Estate.

2. Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat dilihat :

a. Dari tes awal yang diberikan, diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 48,69 (rendah). Dari 34 orang siswa terdapat 5 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan sedang dengan nilai 61 sedangkan 29 orang siswa memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan rendah dengan nilai 60. Selanjutnya, diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu tidak ada siswa pada tingkat berpikir kreatif tinggi, 5 orang siswa atau 14,71% yang memiliki tingkat berpikir kreatif sedang dan 29 orang siswa atau 85,29% yang memiliki tingkat berpikir kreatif rendah.

b. Dari tes kemampuan berpikir kreatif I yang diberikan, diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 56,86 (rendah). Dari 34 orang siswa terdapat 22 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan sedang dengan nilai 61 sedangkan 12 orang siswa memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan rendah dengan nilai 60. Selanjutnya, diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu 3 orang siswa atau 8,82% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, 19 orang siswa atau 55,88% yang


(4)

memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 12 orang siswa atau 35,30% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif rendah.

c. Dari tes kemampuan berpikir kreatif II yang diberikan, diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 70,26 (sedang). Dari 34 orang siswa terdapat 30 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada tingkat tingkat kemampuan sedang dengan nilai 61 sedangkan 4 orang siswa memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif pada tingkat kemampuan rendah dengan nilai 60. Selanjutnya, diperoleh penyebaran tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu 9 orang siswa atau 26,47% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, 21 orang siswa atau 61,77% yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif sedang dan 4 orang siswa atau 11,76% yang memiliki tingkat kemampun berpikir kreatif rendah.


(5)

5.2Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Kepada guru matematika hendaknya mulai menerapkan model yang

berpusat pada siswa, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah dan diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Kepada guru hendaknya berupaya untuk selalu melibatkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar.

3. Kepada siswa diharapkan agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar, lebih banyak berlatih menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir kreatif dan lebih berani dalam bertanya ataupun menyampaikan pendapatnya dalam berdiskusi.

4. Bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis, disarankan untuk memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada peneliti sehingga penelitian yang akan dilakukan semakin lebih baik.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Alice Chulaisyah dilahirkan di Medan, pada tanggal 16 Agustus 1991. Ibu bernama Susilawati dan ayah bernama Sugito, dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk TK Tunas Bangsa dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan sekolah di SD Negeri 060866 Medan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 11 Medan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3 Medan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.