Meneladani Ketegasan Ibrahim.
~ibun Jabar
.
o Selasa o Rabu
4
5
20
o Mar
6
21
OApr
7
22
8
10
9
23
24
OJun
OMei
o Jumat
Kamis
11
Q
25
OJul
o Sabtu
12
OAgs
o Minggu
14
13
27
OSep
28
OOkt
15
29
16
30
.Nov
31
0 Des
Meneladani
Ketegasan Ibralrim
-
-
-
-
BESOK]umat, 10 Dzulhijjah
1431H/27 November 2009,
umat Islam di seluruh dunia
akan merayakan Hari Iduladha atau biasa disebut juga
Hari Raya Kurban. Setiap
kali merayakan hari besar
yang bersejarah tersebut,
umat Islam selalu terkenang
dengan seorang tokoh sentral yang senantiasa dinapaktilasi jejaknya dan diteladani semua sisi kehidupannya, yaitu Nabi Ibrahim.
Banyak hal dari suri teladan
Ibrahim yang sangat relevan untuk direalisasikan
oleh umat manusia, terutama para pemimpin mereka hari ini.
Ketegasan
Salah satu teladan penting
dari kehidupan
Ibrahim
adalah ketegasannya dalam
mengambil sikap. Risiko
seberat apa pun siap ia pikul
jika memang keputusan itu
yang mesti diambilnya,
bahkan jika hams kehilangan nyawa sekalipun.
Ketegasan Ibrahim terpancar, misalnya, dalam
pengembaraan spiritualnya
yang luar biasa ketika ia
ingin menemukan Tuhan.
Saat melihat matahari, Ibrahim sempat berpikir bahwa
itulah Tuhan, tetapi ketika
di sore hari matahari itu
terbenam, ia segera mengambil kesempulan bahwa
tidak mungkin Tuhan seperti itu. Demikianpula
ketika melihat bulan yang
di malam hari terlihat begitu indah dan anggun, tapi
di siang hari tidak terlihat
lagi, Ibrahim kembali menyimpulkan hal yang sarna
sampai kemudian ia menyadari keberadaan Tuhan
yang sesungguhnya. Cara
Ibrahim mengambil kesimpulan seperti itu tampak
begitu tegas.
Puncak ketegasan Ibrahim
adalah ketika ia diperintahkan Tuhan melalui mimpinya untuk menyembelih
putra tercintanya, Ismail,
sebagai bentuk pengorbanan kepada Tuhan. Sebagai
manusia biasa, tentu ia me-
-
referat
IDING R HASAN
Kandidat Doktor
IImu Komunikasi
Universitas
Padjadjaran Bandung
rasa begitu pilu dan tersayatsayat hatinya menghadapi
realitas yang sangat pahit
tersebut. Bagaimana mungkin ia tega menyembelih
putranya sendiri, padahal
Ismail adalah anak yang ia
tunggu-tunggu kelahirannya sampai di usia lanjut. Kini
ketika Ismail mulai beranjak
remaja, Ibrahim harus menyembelihnya justru oleh tangannya sendiri, sebuah
ujian Tuhan yang mahaberat.
Tetapi di sinilah ketegasan sekaligus
ketabahan
Ibrahim. Risiko seberat apa
pun tak pernah menghalanginya untuk mengambil
keputusan. Ia tahu perintah
tersebut datangnya dari
Tuhan. Karenanya, ia tidak
mau menolaknya. Ia berikan kepatuhan yang total
kepada Tuhan tanpa reseroe.Ia tahu hidup dan mati
di tangan Tuhan Sang Maha
Pencipta. Maka, dengan
tegas Ibrahim mengiyakan
Rerintah itu. Ibrahim pun
lulus dari ujian, dan akhirnya T,uhan mengganti
kurban dengan hewan seperti domba dan sejenisnya
seperti yang terjadi hingga
sekarang.
Pemimpin yang
"Ibrahim"
Melihat paparan di atas
tampak bahwa ketegasan
Ibrahim dalam mengambil
sikap tanpa takut kehilangan apa pun patut men-
-.-------K lip i n 9 Hum Q5 U n p Qd 2 0 0 9----
>=
~_....
jadi teladan kita semua.
Sayangnya, dewasa ini kita
kerap menyaksikan para
pemimpin kita justru memperlihatkan hal yang sebaliknya: penuh keragu-raguan, keplinplanan, dan ketakutan. Dan yang paling
parah adalah tidak siap
menghadapi
risiko dari
keputusan yang diambilnya. Ini semua bermuara
pada'ketakutan
akan hilangnya kekuasaan yang
tengah digenggamnya.
.
Kalau melihat
pidato Presiden
Susilo Bambang
Yudhoyono
(SBY) sebagai
tanggapan resmi
atas rekomendasi Tim 8 terhadap
kasus Bibit S Riyanto dan Chandra M Hamzah-keduanya
Ketua KPK nonaktif-dan kasus
Bank Century,
misalnya, tampak bahwa sikap
SBY tersebut tidak tegas atau
mengambang.
Sebagian kalangan menyebutnya multitafsir
karena memang
bisa ditafsirkan
macam-macam.
Tidak ada penjelasan langkah'
konkret
apa
yang mesh diambil untuk menyelesaikan kasus tersebut.
Dalam penyelesaian kasus Bibit dan Candra, misalnya, secara implisit SBY
menghendaki agar penyelesaiannya dilakukan di luar
pengadilan dengan memperhatikan rasa keadilan
publik. Namun SBY tidak
memberikao langkah konkretnya seperti apa. la hanya mengatakan
bahwa
Polri dan Kejaksaan Agung
hendaknya melaksanakan
kewenangannya.
Apakah
ini berarti instruksi
kepada
..c::I:!.-'
-,.
kedua institusi itu karena
SBY adalah atasannya atau
hanya sekadar saran, inilah
yang agaknya
meII\bi-'
ngungkan.
Akibat dari ketidaktegasan itu, Polri dan Kejaksaan
Agung tampaknya tidak
merasa terikat dengan pidato SBYtersebut dan celakanya masing-masing mengambillangkah
sendirisendiri, jangan-jangan juga
untuk menyelamatkan diri
sendiri. Polri, misalnya,
mengatakan berkas BibitCandra telah diserahkan ke
kejaksaan, tinggal bagaimana kejaksaan men indaklanjutinya. Tidak heran
kalau para pengamat mengatakan bahwa Polri telah
melemparkan bola panas.
Situasi seperti ini sebenarnya tidak akan terjadi kalau
SBY tegas dalam mengambil sikap.
SBYboleh jadi melakukan
itu secara disengaja. Di satu
sisi, ja ingin terkesan-
sebagai realisasi politik pendtraan yang selalu ia gunakan-berpihak
kepada publik, dan di sisi lain, ia tidak
ingin dicap melakukan intervensi dalam ranah hukum.
Tapi sikap seperti itu justru
dapat ditafsirkan bahwa SBY
punya "kepentingan" sendic
ri, misalnya melindungi sesuatu yang tidak diketahui
publik. Yang tidak diperhitungkan SBYadalah eskalasi
kemuakan publik terhadap
berbagai praktik
peradilan di negeri
ini. Dengan sikapnya itu SBYakan
dipandang membiarkan praktik
seperti ini terus
berlangsung.
Akibat yang paling fatal dari
sikapnya itu adalah ketidakpercayaan (distrust)
publik
sangat
mungkin beralih
kepada SBY sendiri. Padahal serelumnya ketidakpercayaan publik
masih mengental
kepada Polri dan
Kejaksaan Agung.
Publik
seolah
mendapatkan
justifikasi bahwa
kengototan kedua
institusi hukum
tersebut
untuk
memperkarakan
Bibit-Candra serenarnya "direstui"
Presiden.
Dari penjelasan
di atas dapat disimpulkan
bahwa ketegasan seorang
pemimpin sangat diperlukan
oleh publik. Dengan mempetingati Hari lduladha ini,
seyogianya ketegasan Ibrahim dijadikan momentum
yang tepat bagi para pemimpin kita untuk mampu
bersikap tegas dalam menghadapi berbagai persoalan
tanpa takut kehilangan apa
punseperti yang telah diconfohkan Ibrahim. Pemimpin
yang "Ibrahim" memang sedang kita
tunggu-tunggu.
,
"
~.-'"
,-. ...~_._..-(*)
.
o Selasa o Rabu
4
5
20
o Mar
6
21
OApr
7
22
8
10
9
23
24
OJun
OMei
o Jumat
Kamis
11
Q
25
OJul
o Sabtu
12
OAgs
o Minggu
14
13
27
OSep
28
OOkt
15
29
16
30
.Nov
31
0 Des
Meneladani
Ketegasan Ibralrim
-
-
-
-
BESOK]umat, 10 Dzulhijjah
1431H/27 November 2009,
umat Islam di seluruh dunia
akan merayakan Hari Iduladha atau biasa disebut juga
Hari Raya Kurban. Setiap
kali merayakan hari besar
yang bersejarah tersebut,
umat Islam selalu terkenang
dengan seorang tokoh sentral yang senantiasa dinapaktilasi jejaknya dan diteladani semua sisi kehidupannya, yaitu Nabi Ibrahim.
Banyak hal dari suri teladan
Ibrahim yang sangat relevan untuk direalisasikan
oleh umat manusia, terutama para pemimpin mereka hari ini.
Ketegasan
Salah satu teladan penting
dari kehidupan
Ibrahim
adalah ketegasannya dalam
mengambil sikap. Risiko
seberat apa pun siap ia pikul
jika memang keputusan itu
yang mesti diambilnya,
bahkan jika hams kehilangan nyawa sekalipun.
Ketegasan Ibrahim terpancar, misalnya, dalam
pengembaraan spiritualnya
yang luar biasa ketika ia
ingin menemukan Tuhan.
Saat melihat matahari, Ibrahim sempat berpikir bahwa
itulah Tuhan, tetapi ketika
di sore hari matahari itu
terbenam, ia segera mengambil kesempulan bahwa
tidak mungkin Tuhan seperti itu. Demikianpula
ketika melihat bulan yang
di malam hari terlihat begitu indah dan anggun, tapi
di siang hari tidak terlihat
lagi, Ibrahim kembali menyimpulkan hal yang sarna
sampai kemudian ia menyadari keberadaan Tuhan
yang sesungguhnya. Cara
Ibrahim mengambil kesimpulan seperti itu tampak
begitu tegas.
Puncak ketegasan Ibrahim
adalah ketika ia diperintahkan Tuhan melalui mimpinya untuk menyembelih
putra tercintanya, Ismail,
sebagai bentuk pengorbanan kepada Tuhan. Sebagai
manusia biasa, tentu ia me-
-
referat
IDING R HASAN
Kandidat Doktor
IImu Komunikasi
Universitas
Padjadjaran Bandung
rasa begitu pilu dan tersayatsayat hatinya menghadapi
realitas yang sangat pahit
tersebut. Bagaimana mungkin ia tega menyembelih
putranya sendiri, padahal
Ismail adalah anak yang ia
tunggu-tunggu kelahirannya sampai di usia lanjut. Kini
ketika Ismail mulai beranjak
remaja, Ibrahim harus menyembelihnya justru oleh tangannya sendiri, sebuah
ujian Tuhan yang mahaberat.
Tetapi di sinilah ketegasan sekaligus
ketabahan
Ibrahim. Risiko seberat apa
pun tak pernah menghalanginya untuk mengambil
keputusan. Ia tahu perintah
tersebut datangnya dari
Tuhan. Karenanya, ia tidak
mau menolaknya. Ia berikan kepatuhan yang total
kepada Tuhan tanpa reseroe.Ia tahu hidup dan mati
di tangan Tuhan Sang Maha
Pencipta. Maka, dengan
tegas Ibrahim mengiyakan
Rerintah itu. Ibrahim pun
lulus dari ujian, dan akhirnya T,uhan mengganti
kurban dengan hewan seperti domba dan sejenisnya
seperti yang terjadi hingga
sekarang.
Pemimpin yang
"Ibrahim"
Melihat paparan di atas
tampak bahwa ketegasan
Ibrahim dalam mengambil
sikap tanpa takut kehilangan apa pun patut men-
-.-------K lip i n 9 Hum Q5 U n p Qd 2 0 0 9----
>=
~_....
jadi teladan kita semua.
Sayangnya, dewasa ini kita
kerap menyaksikan para
pemimpin kita justru memperlihatkan hal yang sebaliknya: penuh keragu-raguan, keplinplanan, dan ketakutan. Dan yang paling
parah adalah tidak siap
menghadapi
risiko dari
keputusan yang diambilnya. Ini semua bermuara
pada'ketakutan
akan hilangnya kekuasaan yang
tengah digenggamnya.
.
Kalau melihat
pidato Presiden
Susilo Bambang
Yudhoyono
(SBY) sebagai
tanggapan resmi
atas rekomendasi Tim 8 terhadap
kasus Bibit S Riyanto dan Chandra M Hamzah-keduanya
Ketua KPK nonaktif-dan kasus
Bank Century,
misalnya, tampak bahwa sikap
SBY tersebut tidak tegas atau
mengambang.
Sebagian kalangan menyebutnya multitafsir
karena memang
bisa ditafsirkan
macam-macam.
Tidak ada penjelasan langkah'
konkret
apa
yang mesh diambil untuk menyelesaikan kasus tersebut.
Dalam penyelesaian kasus Bibit dan Candra, misalnya, secara implisit SBY
menghendaki agar penyelesaiannya dilakukan di luar
pengadilan dengan memperhatikan rasa keadilan
publik. Namun SBY tidak
memberikao langkah konkretnya seperti apa. la hanya mengatakan
bahwa
Polri dan Kejaksaan Agung
hendaknya melaksanakan
kewenangannya.
Apakah
ini berarti instruksi
kepada
..c::I:!.-'
-,.
kedua institusi itu karena
SBY adalah atasannya atau
hanya sekadar saran, inilah
yang agaknya
meII\bi-'
ngungkan.
Akibat dari ketidaktegasan itu, Polri dan Kejaksaan
Agung tampaknya tidak
merasa terikat dengan pidato SBYtersebut dan celakanya masing-masing mengambillangkah
sendirisendiri, jangan-jangan juga
untuk menyelamatkan diri
sendiri. Polri, misalnya,
mengatakan berkas BibitCandra telah diserahkan ke
kejaksaan, tinggal bagaimana kejaksaan men indaklanjutinya. Tidak heran
kalau para pengamat mengatakan bahwa Polri telah
melemparkan bola panas.
Situasi seperti ini sebenarnya tidak akan terjadi kalau
SBY tegas dalam mengambil sikap.
SBYboleh jadi melakukan
itu secara disengaja. Di satu
sisi, ja ingin terkesan-
sebagai realisasi politik pendtraan yang selalu ia gunakan-berpihak
kepada publik, dan di sisi lain, ia tidak
ingin dicap melakukan intervensi dalam ranah hukum.
Tapi sikap seperti itu justru
dapat ditafsirkan bahwa SBY
punya "kepentingan" sendic
ri, misalnya melindungi sesuatu yang tidak diketahui
publik. Yang tidak diperhitungkan SBYadalah eskalasi
kemuakan publik terhadap
berbagai praktik
peradilan di negeri
ini. Dengan sikapnya itu SBYakan
dipandang membiarkan praktik
seperti ini terus
berlangsung.
Akibat yang paling fatal dari
sikapnya itu adalah ketidakpercayaan (distrust)
publik
sangat
mungkin beralih
kepada SBY sendiri. Padahal serelumnya ketidakpercayaan publik
masih mengental
kepada Polri dan
Kejaksaan Agung.
Publik
seolah
mendapatkan
justifikasi bahwa
kengototan kedua
institusi hukum
tersebut
untuk
memperkarakan
Bibit-Candra serenarnya "direstui"
Presiden.
Dari penjelasan
di atas dapat disimpulkan
bahwa ketegasan seorang
pemimpin sangat diperlukan
oleh publik. Dengan mempetingati Hari lduladha ini,
seyogianya ketegasan Ibrahim dijadikan momentum
yang tepat bagi para pemimpin kita untuk mampu
bersikap tegas dalam menghadapi berbagai persoalan
tanpa takut kehilangan apa
punseperti yang telah diconfohkan Ibrahim. Pemimpin
yang "Ibrahim" memang sedang kita
tunggu-tunggu.
,
"
~.-'"
,-. ...~_._..-(*)