PENERAPAN LEMBAGA KONSINYASI DALAM PROSES PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM DIKAITKAN DENGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 65 TAHUN 2006.
PENERAPAN LEMBAGA KONSINYASI DALAM RANGKA PENGADAN
TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM DIKAITKAN DENGAN KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN PERATURAN PRESIDEN
NOMOR 65 TAHUN 2006
ABSTRAK
Upaya pengadaan tanah untuk kepentingan umum sering kali
dihadapkan dengan permasalahan mengenai ganti rugi antara pihak
pemerintah yang membutuhkan tanah dengan pihak pemilik tanah.
Mekanisme konsinyasi merupakan salah satu cara yang digunakan oleh
pemerintah untuk menyelesaikan masalah ganti rugi dengan pemilik tanah.
Dalam praktiknya, pemerintah selalu menggunakan mekanisme konsinyasi
dalam penyelesaian konflik pengadaan tanah mengenai ganti rugi, salah satu
contohnya adalah proses pengadaan Jalan Layang Pasupati di Kota
Bandung dan proyek Jakarta Outer Ring Road E Hankam-Cikunir. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan Lembaga Konsinyasi dan
penerapan lembaga konsinyasi dalam rangka pemberian ganti rugi pada
pengadaan tanah demi kepentingan umum.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis untuk memperoleh gambaran
yang menyeluruh dan sistematis mengenai permasalahan yang diteliti
dihubungkan dengan peraturan hukum positif, dengan menggunakan
pendekatan yuridis normatif yaitu menitikberatkan pada data-data sekunder
dan wawancara lapangan untuk mempelajari data-data primer, data
sekunder, dan data terseier yang terkumpul berupa bahan-bahan hukum
yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yang selanjutnya akan
dianalisis secara yuridis kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa kedudukan Lembaga
konsinyasi diatur dalam KUHPerdata dan Perpres No.65 Tahun 2006, tetapi
pengaturan mengenai Lembaga Konsinyasi dalam kedua peraturan tersebut
mencantumkan syarat-syarat yang berbeda. Lembaga konsinyasi yang diatur
dalam KUHPerdata mewajibkan perikatan terlebih dahulu antara para pihak
sebelum melakukan penitipan atau konsinyasi, sedangkan pengaturan
Lembaga Konsinyasi dalam Perpres No.65 Tahun 2006 tidak mewajibkan
adanya perikatan terlebih dahulu. Fakta ini menyebabkan penerapan
Lembaga Konsinyasi dalam proses pengadaan tanah untuk kepentingan
umum menjadi tidak efektif, karena penerapan Lembaga Konsinyasi tersebut
menimbulkan pandangan bahwa adanya pemaksaan kehendak dari pihak
pemerintah dan tindakan sewenang-wenang dari pemerintah tanpa
memperhatikan hak-hak yang dimiliki oleh para pemilik tanah.
iv
TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM DIKAITKAN DENGAN KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN PERATURAN PRESIDEN
NOMOR 65 TAHUN 2006
ABSTRAK
Upaya pengadaan tanah untuk kepentingan umum sering kali
dihadapkan dengan permasalahan mengenai ganti rugi antara pihak
pemerintah yang membutuhkan tanah dengan pihak pemilik tanah.
Mekanisme konsinyasi merupakan salah satu cara yang digunakan oleh
pemerintah untuk menyelesaikan masalah ganti rugi dengan pemilik tanah.
Dalam praktiknya, pemerintah selalu menggunakan mekanisme konsinyasi
dalam penyelesaian konflik pengadaan tanah mengenai ganti rugi, salah satu
contohnya adalah proses pengadaan Jalan Layang Pasupati di Kota
Bandung dan proyek Jakarta Outer Ring Road E Hankam-Cikunir. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan Lembaga Konsinyasi dan
penerapan lembaga konsinyasi dalam rangka pemberian ganti rugi pada
pengadaan tanah demi kepentingan umum.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis untuk memperoleh gambaran
yang menyeluruh dan sistematis mengenai permasalahan yang diteliti
dihubungkan dengan peraturan hukum positif, dengan menggunakan
pendekatan yuridis normatif yaitu menitikberatkan pada data-data sekunder
dan wawancara lapangan untuk mempelajari data-data primer, data
sekunder, dan data terseier yang terkumpul berupa bahan-bahan hukum
yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yang selanjutnya akan
dianalisis secara yuridis kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa kedudukan Lembaga
konsinyasi diatur dalam KUHPerdata dan Perpres No.65 Tahun 2006, tetapi
pengaturan mengenai Lembaga Konsinyasi dalam kedua peraturan tersebut
mencantumkan syarat-syarat yang berbeda. Lembaga konsinyasi yang diatur
dalam KUHPerdata mewajibkan perikatan terlebih dahulu antara para pihak
sebelum melakukan penitipan atau konsinyasi, sedangkan pengaturan
Lembaga Konsinyasi dalam Perpres No.65 Tahun 2006 tidak mewajibkan
adanya perikatan terlebih dahulu. Fakta ini menyebabkan penerapan
Lembaga Konsinyasi dalam proses pengadaan tanah untuk kepentingan
umum menjadi tidak efektif, karena penerapan Lembaga Konsinyasi tersebut
menimbulkan pandangan bahwa adanya pemaksaan kehendak dari pihak
pemerintah dan tindakan sewenang-wenang dari pemerintah tanpa
memperhatikan hak-hak yang dimiliki oleh para pemilik tanah.
iv