STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN KPPU NOMOR 11/KPPU-L/2008 MENGENAI PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PULAU BATAM DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN.
ABSTRAK
Perkembangan dunia usaha yang semakin kompetitif dewasa ini,
menimbulkan persaingan usaha bagi para pelaku usaha untuk menguasai
berbagai produk atau jasa untuk memperoleh keuntungan dari segi
ekonomi. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan
perjanjian kontrak konsesi. Perjanjian konsesi antara PT. Adhya Tirta
Batam dengan pihak Otorita Batam dapat dilakukan apabila bertujuan
dengan kepentingan masyarakat umum. Berdasarkan perjanjian konsesi
yang dilakukan oleh PT. Adhya Tirta Batam dan Otorita Batam
menimbulkan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Tujuan
dari penelitian ini untuk menganalisis pemberian hak konsesi dari Otorita
Batam kepada PT. Adhya Tirta Batam dikaitkan dengan pelanggaran
Pasal 17, 19 huruf (d) dan 25 ayat 1 huruf (a) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 serta penerapan prinsip hukum mengenai Rule of Reason
terhadap putusan yang dijatuhkan oleh Komisi Pengawas Persaingan
Usaha kepada PT. ATB.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Deskriptif Analisis yang menggambarkan permasalahan dalam isi
perjanjian konsesi No. 009/UM-PERJ/IV/95 serta penerapan prinsip
hukum mengenai Rule of Reason dalam pertimbangan Majelis Hakim.
Metode pendekatan yang digunakan adalah Yuridis Normatif yang
menekankan pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan
penafsiran hukum terhadap perjanjian konsesi pengelolaan air bersih di
Pulau Batam yang berfungsi sebagai undang-undang bagi PT. Adhya Tirta
Batam dan Otorita Batam.
Berdasarkan hasil analisis tindakan PT. Adhya Tirta Batam dalam
perjanjian konsesi secara sah telah melanggar Pasal 17 serta memenuhi
unsur terhadap pelanggaran Pasal 19 huruf (d) dan 25 ayat 1 huruf (a)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Praktik Monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat. Penerapan prinsip majelis komisi terhadap
pertimbangan untuk menjatuhkan putusan atas pelanggaran praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat kepada PT. Adhya Tirta
Batam sudah tepat dengan menggunakan prinsip Rule of Reason, namun
majelis komisi keliru dengan tidak mempertimbangkan adanya unsur yang
memenuhi pelanggaran terhadap Pasal 19 huruf (d) dan Pasal 25 ayat 1
huruf (a) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
iv
Perkembangan dunia usaha yang semakin kompetitif dewasa ini,
menimbulkan persaingan usaha bagi para pelaku usaha untuk menguasai
berbagai produk atau jasa untuk memperoleh keuntungan dari segi
ekonomi. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan
perjanjian kontrak konsesi. Perjanjian konsesi antara PT. Adhya Tirta
Batam dengan pihak Otorita Batam dapat dilakukan apabila bertujuan
dengan kepentingan masyarakat umum. Berdasarkan perjanjian konsesi
yang dilakukan oleh PT. Adhya Tirta Batam dan Otorita Batam
menimbulkan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Tujuan
dari penelitian ini untuk menganalisis pemberian hak konsesi dari Otorita
Batam kepada PT. Adhya Tirta Batam dikaitkan dengan pelanggaran
Pasal 17, 19 huruf (d) dan 25 ayat 1 huruf (a) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 serta penerapan prinsip hukum mengenai Rule of Reason
terhadap putusan yang dijatuhkan oleh Komisi Pengawas Persaingan
Usaha kepada PT. ATB.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Deskriptif Analisis yang menggambarkan permasalahan dalam isi
perjanjian konsesi No. 009/UM-PERJ/IV/95 serta penerapan prinsip
hukum mengenai Rule of Reason dalam pertimbangan Majelis Hakim.
Metode pendekatan yang digunakan adalah Yuridis Normatif yang
menekankan pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan
penafsiran hukum terhadap perjanjian konsesi pengelolaan air bersih di
Pulau Batam yang berfungsi sebagai undang-undang bagi PT. Adhya Tirta
Batam dan Otorita Batam.
Berdasarkan hasil analisis tindakan PT. Adhya Tirta Batam dalam
perjanjian konsesi secara sah telah melanggar Pasal 17 serta memenuhi
unsur terhadap pelanggaran Pasal 19 huruf (d) dan 25 ayat 1 huruf (a)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Praktik Monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat. Penerapan prinsip majelis komisi terhadap
pertimbangan untuk menjatuhkan putusan atas pelanggaran praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat kepada PT. Adhya Tirta
Batam sudah tepat dengan menggunakan prinsip Rule of Reason, namun
majelis komisi keliru dengan tidak mempertimbangkan adanya unsur yang
memenuhi pelanggaran terhadap Pasal 19 huruf (d) dan Pasal 25 ayat 1
huruf (a) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
iv