SBY Mempertaruhkan Masa Depan Demokrasi.

.

2
18

~ibtln Jabar
.

0

Senin

3
19

4

5
20

0


Setasa

6

Rabu

7
22

21

Q__~~~ _Q_'!!.~_~__9_~?r_=

n

0
8
23


Me;

0

Kamis

9

10
24

'JUII

25

(---Jut

Jumat

0


11

12

.

26
Ags,

0

Sabtu

13
27

---

Sep


Minggu

14
28

15
29

"~ Okl

30

C' NOli

SBY MeIllpertaruhl~an
Masa Depan DeIllokrasi
PASCA-kemenangan
pasangan Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY)-Boediono pada Pemilihan Presiden

(Pilpres) Juli 2009 ada semaearn kecenderungan bahwa
SBYhendak merangkul berbagai pihak untuk membentuk koalisi besar yang
akan mendukung periode
kepemimpinan keduanya.
Hal ini terlihat dari intensifnya pendekatan yang dilakukan Partai Demokrat
(PD) terhadap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(pDIP) dan dalam derajat tertentu ciengan' Partai Golkar
(PG). Padahal kita tahu bahwa kedua partai besar tersebut mempakan pengusung
pasangan pesaing SBY-Hoediono, yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto (PDlP) dan Jusuf Kalla
(JK)-Wiranto (Golkar).
Dengan PDlP, misalnya,
sekarang santer diberitakan
bahwa telah ada deal-deal
poHtik bahwa partai yang
pada lima tahun yang lalu
menjadi oposisi .itu akan
mendapat jatah empat kursi
di kabinet mendatang. Dan
yang paling menohok adalah kabar tentang dukungan Demokrat terhadap pencalonan Taufik Kiemas sebagai ketua urn urn Majelis.
Permusyawaratan

Rakyat
(MPR). Sedangkan dengan
Golkar disinyalir bahwa
orang-orang SBYbelakangan ini rajin bermanuver
untuk mengegolkan Aburizal Bakrie (leal) sebagai ketua umum PG pada Munas
Oktober mendatang. Sebab,
kalau leal, yang notabene
dekat dengan SBY,menang,
jalan untuk bermesraannya

.

-

Dengan demikian, ketua
DPR mendatang akan dipegang oleh Demokrat. Artinya, baik eksekutif maupun
legislatif telah berada dalam
genggaman SBY, yang notabene merupakan Ketua

kan kader-kadernya

akan
dipilih SBY sebagai pembantunya dalam kabinet.
Padahal, partai-partai yang
tergabung dalam koalisi
SBY-Boediono pad a pilpres
kemarin tentu mengharapkan hal yang sarna. Dengan
kondisi seperti ini, kebijakan SBY untuk merangkul
lebih banyak kalangan tersebut justru akan memperumit proses penyeleksian
calon-calon menterinya.
Dengan kata lain, SBYsebenarnya tengah menambah

Dewan Pembina di PD.
Maka, kekhawatiran SBY
bahwa parlemen akan menjadi "batu sandungan" berbagai kebijakan yang akan
dikeluarkannya tidak akan
terjadi atau setidaknya musykilterjadisepertipadamasa
kepemimpinan pertamanya
(dengan JK).
Ketiga, komitmen SBY
untuk mengedepankan kalangan profesional di dalarn

kabinetnya tentu akan terganggu. Pasalnya, PDIP dan
Golkar pasti
.......__mengharap-

pekerjaan barn.
Memang di satu sisi pilihan SBY di atas bisa dibaca sebagai keinginannya
agar masa pemerintahannya kelak berrangsung
stabil, aman, tanpa ada riakriak gangguan dari kelompok mana pun sehingga ia
dapat membangun negeri
ini dengan tenang.
Tetapi di sisi lain, pilihan
tersebut justru akan menimbulkan ketimpangan
tatanan demokrasi yang
sedang kita rintis sejak

referat
IDING R. HASAN
Mahasiswa Program Doktor IImu Komunikasi
Universitas Padjadjaran Bandung


kembali Demokrat dan Golkar tidak akan menemui
aral rintangan berarti.
Golkar sendiri memutuskan untuk mempercepat
Munas ke awal Oktober
dari jadwal sehamsnya, Desember, sesungguhnya karena ingin mempersiapkan
kader-kadernya
untuk jabatan menteri di kabinet
SBY-Boediono.
Anomali
Kecenderungan
di atas
sebenarnya dapat dikatakan sebagai anomali politik
~arena beberapa alasan.
Pertama, kemenangan pasangan SBY-Boediono atas
dua pasangan lainnya cukup telak, yakni kurang lebih 60 persen, dan sebaran
suaranya juga merata di
setiap daerah. Karenanya
pilpres pun berlangsung
hanya satu putaran. Dengan
modal kemenangan yang

besar ini, SBY seharusnya
tidak perlu mengajak lagi
partai lain ke dalam koalisi
yang telah mengusungnya
pada pilpres kemarin, yakni
PKS, PAN, PKB, PPP, dan
sejumlah partai ked!.
Kedua, undang-undang
(UU) ten tang MPR, DPR,
DPD, dan DPRD yang barubaru ini diputuskan telah
menetapkan bahwa partai
pemenang pemilu otomatis
berhak met],adi ketua
0&:8 DPR.

_.- ---------

K lip i n 9

Hum Q5 U n p Qd


2 0 0 9-

-

reformasi ,1998. Partai-partai besar serna earn Golkar
dan PDIP, yang sebenarnya
diharapkan; bisa memerankan oposisi, sebagai penyeimbang pemerintah, sekarang justru ikut ke dalam
irama orke~a pemerintahan dengan dirigennya SBY.
Check and Balances
Jika koalisi besar yang
didambakan SBY tersebut
benar-ben'lir terjadi, lonceng kematian demokrasi
'hanya tinggal menunggu
wa1