Masa Pemerintahan SBY selama 10 tahun

Pemerintahan REFORMASi

Masa Susilo Bambang
Yudhoyono

Biodata Kelompok

Nama : Muhammad Rifqi Elnanza Alba
(Pare)
TTL : Jakarta, 29 Juli 1994
Moto Hidup : Uang bukanlah segalanya,
tetapi segalanya tidak berarti tanpa
uang

Nama : Rafly Dwi Wijayanto (Rafly)
TTL : Jakarta, 30 April 1994
Moto Hidup : Hidup itu mudah. Kau pilih
satu pilihan dan jangan pernah
menyesalinya.

Nama : Nisa El Purwatari (Icha)

TTL : Pati, 13 Juni 1994
Moto Hidup :

Nama : Zsagita Tri Budiani (Gicang)
TTL : Bekasi, 7 Desember 1993
Moto Hidup : Hidup itu tidak adil maka
biasakanlah itu.

27

27

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya, kelompok kami,
kelompok 7 dari kelas XII IA 2 dapat menyelesaikan makalah Sejarah yang membahas
mengenai Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Kami aturkan terima kasih setulusnya kepada ibu guru Sejarah tercinta kami, Ibu
Emi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya kepada kami.
Kami juga berterimakasih kepada ayahanda dan ibunda kami yang mendukung kami
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan
dan bantuan, baik moril maupun materil dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
dalam menambah wawasan mengenai materi ini. Sedianya, rekan-rekan dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun demi terciptanya karya yang lebih baik
dari ini.
Bekasi, Desember 2011

Kelompok 7

Daftar Isi

Biodata Anggota Kelompok........................................................................................2
Kata Pengantar...........................................................................................................3
Daftar Isi.....................................................................................................................4
BAB I
Pendahuluan..............................................................................................................5
1. Tujuan..................................................................................................................5
2. Landasan Teori.....................................................................................................5
BAB II

Permasalahan.............................................................................................................7
BAB III
Pembahasan Masalah................................................................................................8
1. Profil SBY..............................................................................................................8
2. Masa Pemerintahan.............................................................................................9
3. Kondisi dan Kebijakan..........................................................................................10
2.1 Bidang Politik................................................................................................11
2.2 Bidang Hukum..............................................................................................12
2.3 Bidang Ekonomi...........................................................................................14
2.4 Bidang Pendidikan........................................................................................19
2.5 Bidang Sosial................................................................................................20
2.6 Bidang Budaya..............................................................................................21
BAB IV
Penutup......................................................................................................................22
1. Kesimpulan..........................................................................................................22
2. Saran....................................................................................................................22
Lampiran....................................................................................................................23
1. Daftar Pustaka......................................................................................................23
2. Daftar Wawancara...............................................................................................23


BAB I

Pendahuluan

A. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui perkembangan pemerintahan NKRI pasca
jatuhnya kekuasaan orde baru atau yang biasa disebut era reformasi yang difokuskan
pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
B. Landasan Teori
Susilo Bambang Yudhoyono yang biasa
disebut SBY, dilantik sebagai presiden keenam
Republik Indonesia pada tanggal 20 Oktober
2004. SBY juga merupakan presiden Indonesia
yang pertama kali berhasil melaksanakan
masa pemerintahannya secara penuh di masa
reformasi ini. Pada masa pemerintahan SBY
ini
terdapat beberapa kondisi dan kebijakan yang
ditempuh baik dalam bidang politik, hukum,
ekonomi, pendidikan, sosial, maupun budaya.

Terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono
atau yang terkenal dengan sebutan SBY, telah
membuat babak baru dalam perjalanan
sejarah Indonesia. Beliau dilantik sebagai presiden keenam Republik Indonesia pada
tanggal 20 Oktober 2004 bersama wapresnya Jusuf Kalla yang kemudian kembali
terpilih di Pemilu 2009 bersama wapresnya Boediono. Bersama dengan
pasangannya, SBY memiliki komitmen untuk tetap melaksanakan agenda reformasi.
Program pertama pemerintahan SBY-JK dikenal dengan program 100 hari. Program
ini bertujuan memperbaiki sitem ekonomi yang sangat memberatkan rakyat
Indonesia, memperbaiki kinerja pemerintahan dari unsur KKN, serta mewujudkan
keadilan dan demokratisasi melalui kepolisian dan kejaksaan agung.
Langkah tersebut disambut baik oleh masyarakat. Secara umum SBY-JK
melakukan pemeriksaan kepada pejabat yang diduga korupsi. Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) diberi kebebasan oleh presiden melakukan audit dan pemberantasan
korupsi. Hasilnya telah terjadi pemeriksaan tersangka korupsi dan pejabat
pemerintahan sebanyak 31 orang selama 100 hari. Artinya SBY-JK sungguh memilki
komitmen dalam upaya pemberantasan korupsi.
Namun demikian, masih banyak hal yang harus dievaluasi. Munculnya
kebijakan pembelian minyak dengan patokan harga dunia membuat masyarakat
semakin menderita. Fluktuasi harga minyak yang berubah-ubah membawa

ketidakpastian harga minyak bumi. Dampaknya masyarakat diombang-ambingkan
dengan harga minyak yang tidak pasti. Patokan harga luar negeri yang relatif tinggi
bagi masyarakat Indonesia membuat beberapa sektor perekonomian mengalami

kenaikan harga. Pidato kenegaraan yang dibacakan di depan parlemen banyak
menerima kritik. Belum lagi kasus bencana alam yang terjadi mulai dari Aceh,
Yogyakarta, Pangandaran, Timika dan masih banyak lagi yang membuat
pemerintahan semakin kesulitan untuk merapatkan barisan dalam memperkuat
perekonomian negara.
Kebijakan parsial dan spontan sering datang dan hasilnya mengecewakan
masyarakat. Misalnya kedatangan Presiden AS George W. Bush pada tanggal 20
November 2006 yang dipersiapkan secara besar-besaran dan menghasilkan dana
besar telah mengundang banyak kecaman. Masyarakat yang anti AS menuduh
Indonesia tidak memiliki agenda pemerintahan yang pasti. Belum lagi masalah
Lumpur PT. Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Masalah lumpur ini
telah menenggelamkan empat desa yang dihuni oleh ribuan warga. Selain itu banyak
perusahaan yang terendam lumpur, artinya negara dan masyarakat dirugikan dengan
adanya masalah ini. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah mengupayakan
segala macam cara untuk menanganinya termasuk mendatangkan tim dari luar
negeri dan pembentuk tim nasional penanggulangan bencana lumpur.

Sisi lain dari pemerintahan SBY adalah penegakan supremasi hukum.
Penegakan supremasi hukum dilakukan agar Indonesia memiliki kepastian hukum.
Berbagai upaya penegakan hukum ini dapat kita jumpai pada pengusutan kasus
korupsi yang melibatkan pejabat negara, anggota DPR, dan berbagai kasus lain.
Perang terhadap narkoba juga gencar dilakukan oleh aparat penegak hukum.
Pemerintah lewat kebijakan penegakan hukum telah dapat mengembalikan
kepercayaan rakyat untuk menyerahkan mandat pemerintahan kepada eksekutif,
sehingga dalam periode kepemimpinan SBY ini masyarakat lebih memandang bahwa
pemerintah serius dalam menangani masalah perekonomian yang berdampak pada
peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat. Sektor pendidikan juga digagas
dengan baik oleh SBY. Berbagai kunjungan ke daerah dilakukan untuk menengok
fasilitas pendidikan agar tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Hal ini
semakin mengukuhkan masyarakat jika SBY mencoba untuk membuat Indonesia
yang lebih baik dari sisi pelaksanaan pemerintahan hukum dan ekonomi.

BAB II
Permasalahan

Pada masa Orde Baru, perkembangan ekonomi dan politik terlihat jelas. Tetapi,
rakyat dikekang sehingga tidak ada kebebasan berpendapat. Setelah reformasi telah

berlangsung pergantian kepemerintahan. Setiap masa kepemerintahan masing-masing
pemimpin memiliki karakter dan situasi yang berbeda. Masa pemerintahan yang terakhir
adalah masa pemerintahan SBY yang berlangsung dari 20 Oktober 2004 sampai
sekarang. Pada masa itu telah terjadi berbagai kondisi dan diterapkan beberapa
kebijakan baik dalam bidang politik, hukum, ekonomi, pendidikan, sosial, maupun
budaya. Siapakah SBY sebenarnya? Apa saja kondisi yang dialami pada masa
pemerintahan SBY? Apa saja kebijakan yang ditempuh pada masa pemerintahan SBY?
Bagaimana perbandingan masa pemerintahan SBY dengan masa pemerintahan para
pemimpin sebelumnya?

BAB III
Pembahasan Masalah

1. Profil Susilo Bambang Yudhoyono
Jend. TNI (Purn.) Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (lahir di Tremas,
Arjosari, Pacitan,Jawa Timur, Indonesia, 9 September 1949; umur 62 tahun)
adalah Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20 Oktober 2004. Ia,
bersama Wakil
Presiden Muhammad Jusuf Kalla,
terpilih dalam Pemilu Presiden

2004. Ia berhasil melanjutkan
pemerintahannya untuk periode
kedua
dengan
kembali
memenangkan Pemilu Presiden
2009, kali ini bersama Wakil
Presiden Boediono.
Sehingga,
sejak era reformasi dimulai, Susilo
Bambang Yudhoyono merupakan
Presiden Indonesia pertama yang
menyelesaikan
masa
kepresidenan selama 5 tahun dan
berhasil terpilih kembali untuk periode kedua.
Yudhoyono yang dipanggil "Sus" oleh orang tuanya dan populer dengan
panggilan "SBY", melewatkan sebagian masa kecil dan remajanya di Pacitan. Ia
merupakan seorang pensiunan militer. Selama di militer ia lebih dikenal sebagai
Bambang Yudhoyono. Karier militernya terhenti ketika ia diangkat

Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada
tahun 1999 dan tampil sebagai salah seorang pendiri Partai Demokrat. Pangkat
terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI sebelum pensiun
pada 25 September 2000. Pada Pemilu Presiden 2004, keunggulan suaranya
dari Presiden Megawati Soekarnoputri membuatnya menjadi presiden pertama
yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat Indonesia. Hal ini
dimungkinkan setelah melalui amandemen UUD 1945.
Dalam kehidupan pribadinya, Ia menikah dengan Kristiani Herrawati yang
merupakan anak perempuan ketiga Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo (alm),
komandan RPKAD (kiniKopassus) yang turut membantu menumpas Partai
Komunis Indonesia (PKI) pada tahun1965.

2. Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dapat dibagi menjadi dua
masa, yaitu masa pemerintahan SBY-JK dan SBY-Boediono.
Pemerintahan SBY-JK berlangsung pada tahun 2004-2009. Dalam
pemerintahan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Jusuf
Kalla mencetuskan visi dan misi sebagai berikut :
Visi :
1) Terwujudnya kehidupan masyarakat,

bangsa dan negara yang aman,
bersatu, rukun dan damai.
2) Terwujudnya masyarakat, bangsa dan
negara yang menjunjung tinggi
hukum, kesetaraan dan hak-hak asasi
manusia.
3) Terwujudnya perekonomian yang
mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta
memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Misi :
1) Mewujudkan Indonesia yang aman damai
2) Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis
3) Mewujudkan Indonesia yang sejahtera
Pemerintahan SBY-Boediono berlangsung dari tahun 2009 sampai sekarang.
Dalam pemerintahan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya,
Boediono mencetuskan visi
dan misi sebagai berikut :
Visi :
TERWUJUDNYA
INDONESIA
YANG MANDIRI, MAJU, ADIL,
DAN MAKMUR
1.
Melanjutkan
Pembangunan Menuju
Indonesia yang Sejahtera
2.
Memperkuat PilarPilar Demokrasi
3.
Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
Misi :
MEWUJUDKAN INDONESIA YANG LEBIH SEJAHTERA, AMAN DAN DAMAI DAN
MELETAKKAN FONDASI YANG LEBIH KUAT BAGI INDONESIA YANG ADIL DAN
DEMOKRATIS.
1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai Kesejahteraan
bagi seluruh Rakyat Indonesia.
2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good Corporate
Governance.

3. Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk
partisipasi dan kreativitas segenap komponen Bangsa.
4. Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan memberantas korupsi.
5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka
Pembangunan Masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi
segenap komponen bangsa.

3. Kondisi dan Kebijakan
1) Politik
Dalam pemilu legislatif 2004, partai yang didirikan oleh SBY, yaitu
Partai Demokrat, meraih 7,45% suara. Kemudian pada 10 Mei 2004, tiga
partai
politik
yaitu
Partai
Demokrat,
Partai Keadilan
dan Persatuan
Indonesia, dan
Partai
Bulan
Bintang secara
resmi

mencalonkannya sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil
presiden Jusuf Kalla. Dalam masa kepemimpinannya bersama Jusuf Kalla,
beliau didukung oleh koalisi dari Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai
Amanat Nasional, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai
Bulan Bintang.
Kemudian di pemilu 2009, SBY kembali menjadi calon presiden
bersama pasangan barunya yaitu Boediono dan kembali terpilih sebagai
presiden Indonesia.
Pada periode kepemimpinannya yang pertama, SBY membentuk
Kabinet Indonesia Bersatu yang merupakan kabinet pemerintahan Indonesia
pimpinan Presiden Susilo
Bambang
Yudhoyono
bersama Wakil Presiden
Muhammad Jusuf Kalla.
Kabinet Indonesia Bersatu
dibentuk
pada 21
Oktober 2004 dan
masa
baktinya berakhir pada tahun
2009.
Pada 5
Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan kabinet

untuk pertama kalinya, dan setelah melakukan evaluasi lebih lanjut atas
kinerja para menterinya, Presiden melakukan perombakan kedua pada 7
Mei 2007.
Pada periode kepemimpinannya yang kedua, SBY membentuk
Kabinet Indonesia Bersatu II yang merupakan kabinet pemerintahan
Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Wakil
Presiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari usulan partai
politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan
kursi di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai
Golkar yang bergabung setelahnya, tim sukses pasangan SBY-Boediono pada
Pilpres 2009, serta kalangan profesional. Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II
diumumkan oleh Presiden SBY pada 21 Oktober 2009 dan dilantik sehari
setelahnya. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY mengumumkan pergantian
Menteri Keuangan. Pada tanggal 18 Oktober 2011, Presiden SBY
mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, beberapa wajah baru
masuk ke dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan di
dalam kabinet.
Konsep Trias Politika (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) pada masa
pemerintahan SBY mengalami perubahan progresif, dimana konsep tersebut
berusaha menempatkan posisinya berdasarkan prinsip structural Sistem Politik
Indonesia, yakini berdasarkan kedaulatan rakyat. Pada masa pemerintahan SBY,
hal tersebut benar-benar terimplementasikan, dimana rakyat bisa memilih
secara langsung calon wakil rakyat melalui Pemilu untuk memilih anggota
dewan legislaif, dan Pilpres untuk pemilihan elit eksekutif, sekalipun untuk elit
yudikatif, pemilihanya masih dilakukan oleh DPR dengan pertimbangan
presiden.
Di Indonesia sendiri, selama masa pemerintahan SBY di tahun 20042009, sistem kepartaian mengalami perubahan yang signifikan, dimana partai
politik bebas untuk didirikan asalkan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan
yang berlaku, serta tidak menyimpang dari hakikat pancasila secara universal.
Masyarakat Indonesia pun dapat memilih calon wakil rakyat pilihan mereka
secara langsung, hal tersebut tentu menunjukan apresiasi negara terhadap hak
dasar bangsa secara universal dalam konteks pembentukan negara yang
demokratis.
Politik pencitraan merupakan salah satu senjata ampuh yang digunakan
para pemimpin negara untuk mengambil hati rakyatnya. Pola politik pencitraan
tentu digunakan oleh hampir semua pemimpin negara di dunia, termasuk
Presiden SBY. Selaku pemimpin negara, ia tentu harus membentuk citra dirinya
sebaik mungkin demi menjaga imej baiknya di mata masyarakat Indonesia.
Dalam melakukan politik pencitraan tersebut, Presiden SBY melakukanya
dengan beberapa hal, yang terbagi dalam konteks internal dan konteks
eksternal.
Dalam konteks internal, politik pencitraan SBY dilakukan dengan
menggunakan kapabilitas internalnya, yakni dengan kapabilitas retorika atau
kemampuan berbicara di depan umum. Dari lima jenis retorika yang

dikemukakan Aristoteles, Presiden SBY dinilai mengimplementasikan Retorika
tipe Elucotio, dimana pembicara memilih kata-kata dan bahasa yang tepat
sebagai alat pengemas pesanya ketika berbicara di depan umum. Selain hal
tersebut, konteks internal disini berkaitan dengan sikap bijak, kalem, dan
legowo yang ditunjukan Presiden SBY kepada masyarakat, dimana hal tersebut
tentunya dapat berimplikasi terhadap penarikat rasa simpatik masyarakat itu
sendiri.
Dalam konteks eksternal, politik pencitraan SBY dilakukan dengan
beragam aspek, salah satunya adalah kampanye, dan introduksi prestasi positif
SBY selama memerintah Indonesia. Hal tersebut tentu dapat memicu
ketertarikan rakyat Indonesia akan keberhasilan SBY dan menjadi simpatik
atasnya.
2) Hukum
Masalah penegakan hukum merupakan masalah yang selama ini
dianggap paling krusial. Masalah-masalah hukum yang mulai dihadapi
SBY terkait dengan bencana alam maupun bencana akibat kesalahan
manusia yang terjadi pada awal pemerintahannya, mulai bencana
tsunami di Aceh, gempa di Yogyakarta, jatuhnya pesawat Adam Air,
sampai lumpur Lapindo di Sidoarjo dan bencana akibat pembagian BLT
(bantuan langsung tunai) sebagai kompensasi BBM (bahan bakar
minyak). Kemudian juga mulai muncul masalah kedaulatan negara
dan hukum internasional yang terkait dengan kasus intervensi
beberapa negara (Amerika Serikat dan Singapura) dalam pencarian
lokasi jatuhnya Adam Air dan kotak hitamnya. Pemerintahan SBY,
dapat membangkitkan semangat dan solidaritas kemanusiaan sampai
tingkat internasional untuk memberikan bantuan bagi para korban
bencana, selain penggunaan instrumen hukum untuk menanggulangi
bencana alam melalui Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007. SBY
menunjukkan usaha secara signifikan penanggulangan bencana baik
melalui aspek hukum nasional maupun aspek diplomasi dengan dunia
internasional.
Kepemimpinan SBY yang selama ini dikritik sebagai
kepemimpinan yang lamban dan lemah juga terlihat dalam beberapa
kasus bertindak gamang dan terkesan mendua, bahkan satu kasus
yang sampai saat ini belum terselesaikan, yaitu kasus pembunuhan
Munir, SBY mulai bertindak kritis karena dipengaruhi oleh kegigihan
dari Suciwati, istri almarhum, yang berhasil menarik perhatian
kalangan internasional. Akan tetapi ketidaktegasan pemerintah SBY
juga ternyata masih ada, terutama dalam penyelesaian kasus
Soeharto yang sampai saat ini tidak ada perkembangan selanjutnya
bahkan terkesan hilang tertutup oleh kasus-kasus lain. Sedangkan
dalam beberapa kasus lainnya SBY dianggap telah bertindak benar
dan konstitusionil, antara lain ketidakhadirannya dalam sidang
interpelasi DPR untuk kasus persetujuan resolusi DK PBB atas nuklir
Irak, maupun dalam memilih Boediono dan meninggalkan koalisi yang
telah dibuatnya dengan beberapa partai lain.
Pemberantasan terorisme yang sampai saat ini berlangsung bisa
jadi merupakan salah satu kelebihan pemerintahan SBY yang seolah

tidak kenal kompromi terhadap para pelaku terorisme, hal ini juga
didukung oleh latar belakang SBY dari jajaran militer. Pembentukan
pasukan khusus anti terorisme atau Detasemen khusus 88 Anti
Terorisme (Densus 88), yang didasarkan atas Undang-undang Nomor
15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme, merupakan salah
satu strategi yang cukup dapat diandalkan dalam rangka
mengeliminasi atau bahkan menghapuskan terorisme dari bumi
Indonesia.
Masalah utama yang menjadi tantangan bagi pemerintahan SBY
yang sampai saat ini pun masih dicurigai sebagai bagian dari
pemerintahan Soeharto, walaupun sudah sedikit memudar dengan
beberapa tindakan tegas terhadap para pelaku korupsi tanpa tebang
pilih, yaitu terkait kasus Aulia Pohan besannya. Namun kenyataan
bahwa pemerintahan SBY sampai saat ini pun belum mampu
membawa kasus korupsi Soeharto ke pengadilan, juga menunjukkan
bahwa SBY yang berlatar belakang sama dengan Soeharto, yaitu
sama-sama mantan Jenderal TNI, bersuku Jawa, Islam, dan sama-sama
dalam kultur Orde Baru, ternyata
belum bisa tegas dan berani.
Komitmen
terhadap
pemberantasan korupsi seharusnya
tidak terbatas pada kata-kata saja,
akan tetapi harus diwujudkan dalam
tindakan dan perilaku yang benar.
Dorongan politik dari pemerintahan
SBY
sangat
diperlukan
untuk
mendukung tindakan dari Kepolisian,
Kejaksaan, dan Pengadilan dalam
memberantas korupsi, apalagi dengan
adanya KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) yang dibentuk berdasarkan
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. KPK saat ini
sedang menjadi target, yaitu munculnya kasus Antasari Azhar, yang
kemungkinan sebagai alat perseteruan terhadap KPK yang sepak
terjangnya mampu mengusik dan mendobrak benteng korupsi di
lembaga-lembaga Negara yang ada, baik di Kepolisian, Kejaksaan,
Pengadilan, pemerintahan sampai DPR. Tentu saja hal ini masih
memerlukan
pembuktian
dalam persidangan yang
setelah beberapa bulan
masih juga belum bisa
digelar, apakah Antasari
memang menjadi otak dari
kasus
pembunuhan
terhadap
Nasrudin
Zulkarnaen, Direktur PT.
Putra Rajawali Banjaran, seperti yang dituduhkan kepadanya. Korupsi
adalah
tindak
kejahatan
yang
juga extraordinary,
sehingga
pemberantasan korupsi merupakan tanggung jawab dan diperlukan

kerjasama pihak eksekutif, legislatif, yudikatif, dan seluruh lembaga
negara yang ada.
Ada juga masalah lemahnya diplomasi Indonesia dalam
menghadapi persoalan-persoalan dengan negara lain baik yang
menyangkut nasib warga Negara Indonesia di luar negeri, misalnya
TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Malaysia, Hongkong, dan Arab Saudi,
atau masalah ancaman terhadap wilayah NKRI, masalah hubungan
Indonesia dengan Negara terdekat seperti Singapura, Australia, dan
Malaysia,
serta
sikap
Indonesia
terhadap
masalah-masalah
Internasional. Hubungan Indonesia dengan Negara-negara lain,
apalagi negara terdekat atau negara tetangga, merupakan bagian
yang sangat penting dalam rangka eksistensi NKRI di dalam kancah
internasional. Eksistensi NKRI dalam dunia Internasional sangat
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan internal Indonesia sendiri, karena
itu kekuatan diplomasi Indonesia yang ditunjukkan sekarang pada
dasarnya juga menunjukkan kekuatan di dalam Negara Indonesia.
Kasus-kasus yang dialami warga negara di luar negeri ternyata
sampai saat ini masih terus terjadi, baik yang menyangkut tindak
pidana kekerasan, pelecehan seksual, penganiayaan sampai
pembunuhan, maupun yang menyangkut masalah ketenagakerjaan.
Hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah dalam memberikan
perlindungan bagi warga negara Indonesia terutama di luar negeri dan
berkaitan dengan kemampuan diplomasi Indonesia dengan negara
lain. Wujud komitmen Indonesia tersebut dapat dilihat dari berbagai
kesepakatan yang telah dibuat dan tentunya harus ditindaklanjuti
dengan tindakan-tindakan yang tegas dan berani dari pemerintah.
Peningkatan daya tawar diplomatik juga harus dilakukan sehubungan
dengan makin banyaknya warga negara Indonesia yang mendapat
perlakuan tidak manusiawi di luar negeri selain tentunya peningkatan
kualitas SDM (sumber daya manusia) misalnya dalam kasus TKI di luar
negeri.
Perselisihan
antara
Indonesia
dengan
negara
tetangga
yang
menyangkut
wilayah negara, di satu sisi
memerlukan
penyelesaian
secara yuridis, akan tetapi
dalam
kasus-kasus
tertentu
seperti kasus Blok Ambalat,
sekiranya
lebih
diperlukan
tindakan diplomatik yang kuat
agar Indonesia dapat lebih
melindungi diri dari ancaman dan tantangan dari negara sekitarnya.
Untuk itu kekuatan atau daya tawar Indonesia harus lebih ditingkatkan
melalui korps diplomatik yang kuat dan kompak. Apalagi Indonesia
mempunyai potensi yang sangat besar dalam rangka membentuk
dirinya menjadi negara adidaya yang didukung oleh kekuatan alam
dan sosial yang beraneka ragam. Diperlukan peningkatan kekuatan
baik fisik maupun non-fisik, antara lain yang menyangkut peningkatan
SDM yang tidak hanya bisa mengirimkan TKI yang berposisi sebagai

PRT (pekerja rumah tangga), juga penambahan anggaran untuk
Alusista. Dengan demikian sisi diplomasi NKRI merupakan bagian yang
penting untuk mendapat perhatian lebih dalam rangka pembangunan
pem erintahan SBY di masa 2009-2014 mendatang.

3) Ekonomi
Pada pemerintahan SBY kebijakan yang
dilakukan adalah mengurangi subsidi Negara
Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan
Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai
kepada rakyat miskin akan tetapi bantuan tersebut
diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau
masyarakat yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS
kepada sarana pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi pada
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam perekonomian Indonesia
terdapat masalah dalam kasus Bank Century yang sampai saat ini belum
terselesaikan bahkan
sampai mengeluarkan
biaya 93 miliar untuk
menyelesaikan kasus
Bank Century ini.
Kondisi
perekonomian pada
masa pemerintahan
SBY
mengalami
perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh
pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang
terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.

Bank Indonesia (BI)
memperkirakan
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia dapat mencapai
5,5-6 persen pada 2010 dan
meningkat menjadi 6-6,5
persen pada 2011. Dengan
demikian prospek ekonomi
Indonesia akan lebih baik
dari perkiraan semula.
Sementara
itu,
pemulihan ekonomi global
berdampak positif terhadap
perkembangan
sektor
eksternal
perekonomian
Indonesia. Kinerja ekspor
nonmigas Indonesia yang
pada
triwulan
IV-2009
mencatat
pertumbuhan
cukup tinggi yakni mencapai
sekitar 17 persen dan masih
berlanjut pada Januari 2010.
Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah
efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi
dan pengurangan utang Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun
terakhir membawa perubahan yang signifikan terhadap persepsi dunia
mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain masih tetap ada.
Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh
lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan
vitalitas ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki
pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia yang hidup di
bawah garis kemiskinan.
Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola
pemerintahan SBY-JK relatif lebih baik dibanding pemerintahan selama era
reformasi dan rata-rata pemerintahan Soeharto (1990-1997) yang pertumbuhan
ekonominya sekitar 5%. Tetapi, dibanding kinerja Soeharto selama 32 tahun
yang pertumbuhan ekonominya sekitar 7%, kinerja pertumbuhan ekonomi SBYJK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi
terjadi pada tahun 1980 dengan angka 9,9%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi
pemerintahan SBY-JK selama lima tahun menjadi 6,4%, angka yang mendekati
target 6,6%
Kebijakan menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005, dan sebelumnya Maret
2005, ternyata berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun berikutnya.

Pemerintahan SBY-JK memang harus menaikkan harga BBM dalam menghadapi
tekanan APBN yang makin berat karena lonjakan harga minyak dunia. Kenaikan
harga BBM tersebut telah mendorong tingkat inflasi Oktober 2005 mencapai
8,7% (MoM) yang merupakan puncak tingkat inflasi bulanan selama tahun 2005
dan akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per Desember 30, 2005 (YoY).
Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya transportasi lebih 40% dan
harga bahan makanan 18%.Core inflation pun naik menjadi 9,4%, yang
menunjukkan kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas
moneter menjadi tidak sepenuhnya efektif. Inflasi yang mencapai dua digit ini
jauh melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005 sebesar 8,6%. Inflasi
sampai bulan Februari 2006 (YoY) masih amat tinggi 17,92%, bandingkan
dengan Februari 2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY) yang hanya 4,6%.
Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku bunga simpanan di
dunia perbankan.
Data Harga Bahan Bakar Minyak 2004 vs 2009 (Naik)

Harga

2004

2009

Catatan

Minyak Mentah Dunia /

~ USD

~ USD

Harga hampir

barel

40

45

sama

Premium

Rp 1810

Rp 4500

Naik 249%

Minyak Solar

Rp 1890

Rp 4500

Naik 238%

Minyak Tanah

Rp 700

Rp 2500

Naik 370%

Dengan kondisi harga minyak yang sudah turun dibawah USD 50 per barel, namun
harga jual premium yang masih Rp 4500 per liter (sedangkan harga ekonomis ~Rp 3800
per liter). Maka sangat ironis bahwa dalam kemiskinan, para supir angkot harus
mensubsidi setiap liter premium yang dibelinya kepada pemerintah. Sungguh ironis
ditengah kelangkaan minyak tanah, para nelayan turut mensubsidi setiap liter solar yang
dibelinya kepada pemerintah. Dalam kesulitan ekonomi global, pemerintah bahkan
memperoleh keuntungan Rp 1 triluin dari penjualan premium dan solar kepada
rakyatnya sendiri. Inilah sejarah yang tidak dapat dilupakan. Selama lebih 60 tahun
merdeka, pemerintah selalu membantu rakyat miskin dengan menjual harga minyak
yang lebih ekonomis (dan rendah), namun sekarang sudah tidak lagi rakyatlah yang
mensubsidi pemerintah.
Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan
kesejahteraan rakyat, pemerintah SBY-JK selama 4 tahun belum mampu
memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6.6%.
Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan
pertumbuhan rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas
10.3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal

mensejahterakan rakyat. Tidak ada prestasi yang patut diiklankan oleh
Demokrat di bidang ekonomi.
Pertumbuhan

Janji Target

Realisasi

Keterangan

2004

ND

5.1%

2005

5.5%

5.6%

Tercapai

2006

6.1%

5.5%

Tidak tercapai

2007

6.7%

6.3%

Tidak tercapai

2008

7.2%

6.2%

Tidak tercapai

2009

7.6%

~5.0%

Tidak tercapai *

Tingkat Inflasi 2004-2009 (Naik)
Secara alami, setiap tahun inflasi akan naik. Namun, pemerintah akan
dikatakan berhasil secara makro ekonomi jika tingkat inflasi dibawah angka
pertumbuhan ekonomi. Dan faktanya adalah inflasi selama 4 tahun2 kali lebih
besar dari pertumbuhan ekonomi.
Tingkat Inflasi

Janji Target

2004

Fakta

Catatan Pencapaian

6.4%

2005

7.0%

17.1%

Gagal

2006

5.5%

6.6%

Gagal

2007

5.0%

6.6%

Gagal

2008

4.0%

11.0%

Gagal

Selama 4 tahun pemerintahan, Demokrat yang terus mendukung SBY
tidak mampu mengendalikan harga barang dan jasa sesuai dengan janji yang
tertuang dalam kampanye dan RPM yakni rata-rata mengalami inflasi 5.4%

(2004-2009) atau 4.9% (2004-2008). Fakta yang terjadi adalah harga barang
dan jasa meroket dengan tingkat inflasi rata-rata 10.3% selama periode 20042008. Kenaikan harga barang dan jasa melebihi 200% dari target semula.
Jumlah Penduduk Miskin
Sasaran pertama adalah pengurangan kemiskinan dan pengangguran
dengan target berkurangnya persentase penduduk tergolong miskin dari 16,6
persen pada tahun 2004 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009 dan
berkurangnya pengangguran terbuka dari 9,5 persen pada
tahun 2003 menjadi 5,1 persen pada tahun 2009.
Penduduk Miskin

Jumlah

Persentase

2004

36.1 juta

16.6%

2005

35.1 juta

16.0%

Februari 2005

2006

39.3 juta

17.8%

Maret 2006

2007

37.2 juta

16.6%

Maret 2007

2008

35.0 juta

15.4%

Maret 2008

2009

Catatan

8.2% ????

Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mencatat, pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla memperbesar utang dalam jumlah sangat
besar. Posisi utang tersebut merupakan utang terbesar sepanjang sejarah RI.
Koalisi terdiri dari
Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran
Perkumpulan Prakarsa
Perhimpunan Pengembangan Pesantren & Masyarakat (P3M)
Gerakan Antipemiskinan Rakyat Indonesia
Lembaga Advokasi Pendidikan Anak Marginal
Pusat Telaah dan Informasi Regional
Asosiasi pendamping Perempuan Usaha Kecil dan
Publish What You Pay
Berdasarkan catatan koalisi, utang pemerintah sampai Januari 2009
meningkat 31 persen dalam lima tahun terakhir. Posisi utang pada Desember
2003 sebesar Rp 1.275 triliun. Adapun posisi utang Janusari 2009 sebesar Rp
1.667 triliun atau naik Rp 392 triliun. Apabila pada tahun 2004, utang per
kapita Indonesia Rp 5,8 juta per kepala, pada Februari 2009 utang per kapita

menjadi Rp 7,7 juta per kepala. Memerhatikan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2004-2009, koalisi menilai rezim sekarang ini adalah rezim
anti-subsidi. Hal itu dibuktikan dengan turunnya secara drastis subsidi. Pada
tahun 2004 jumah subsidi masih
sebesar 6,3 persen dari produk
domestik bruto. Namun, sampai
2009, jumlah subsidi untuk
kepentingan rakyat tinggal 0,3
persen dari PDB.
Kesimpulan yang dapat
ditarik adalah bahwa Indonesia
masih
memerlukan
banyak
perbaikan. Namun apa yang telah dicapai selama ini merupakan hasil dari visi
dan perencanaan pemerintahan SBY. Dapat dibayangkan hal-hal lain yang akan
terjadi dalam pemerintahan yang akan berjalan untuk beberapa tahun ke depan
lagi.
4) Pendidikan
Pendidikan merupakan hal mendasar. Pendidikanlah yang
menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebijakan dalam bidang
pendidikan diterapkan oleh kepemimpinan SBY. Beberapa diantaranya
adalah meningkatkan anggaran pendidikan menjadi 20% dari keseluruhan
APBN. Meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung
sekolah yang sudah dimulai pada periode 2004-2009, sehingga terbangun
fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan memperbaiki dan
menambah prasarana fisik sekolah, serta penggunaan teknologi
informatika dalam proses pengajaran yang akan menunjang proses belajar
dan mengajar agar lebih efektif dan berkualitas.
Pemanfaatan alokasi anggaran minimal 20 persen dari APBN untuk
memastikan pemantapan pendidikan gratis dan terjangkau untuk
pendidikan dasar 9 tahun dan dilanjutkan secara bertahap pada tingkatan
pendidikan lanjutan di tingkat SMA.
Perbaikan secara fundamental kualitas kurikulum dan penyediaan
buku-buku yang berkualitas agar makin mencerdaskan siswa dan
membentuk karakter siswa yang beriman, berilmu, kreatif, inovatif, jujur,
dedikatif, bertanggung jawab, dan suka bekerja keras.
Meneruskan perbaikan kualitas guru, dosen serta peneliti agar
menjadi pilar pendidikan yang mencerdaskan bangsa, mampu
menciptakan lingkungan yang inovatif, serta mampu menularkan kualitas
intelektual yang tinggi, bermutu, dan terus berkembang kepada anak
didiknya. Selain program sertifikasi guru untuk menjaga mutu, juga akan
ditingkatkan program pendidikan dan pelatihan bagi para guru termasuk
program pendidikan bergelar bagi para guru agar sesuai dengan bidang
pelajaran yang diajarkan dan semakin bermutu dalam memberikan
pengajaran pada siswa.
Memperbaiki remunerasi guru dan melanjutkan upaya perbaikan
penghasilan kepada guru, dosen, dan para peneliti.

Memperluas penerapan dari kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi
(TIK)
untuk
mendukung
kinerja
penyelenggaraan
pembangunan di bidang pendidikan.
Mendorong partisipasi masyarakat (terutama orang tua murid)
dalam menciptakan kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu dan sesuai dengan aspirasi dan tantangan jaman saat ini dan
kedepan.
Mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan dan kualitas
pendidikan, baik pada keluarga berpenghasilan rendah maupun daerah
yang tertinggal. Pemberiaan program beasiswa serta pelaksanaan dan
perluasan Program Keluarga Harapan (PKH), serta memberikan bantuan
tunai kepada rumah tangga miskin dengan syarat mereka mengirimkan
anaknya ke bangku sekolah.

5) Sosial
Presiden SBY berhasil meredam berbagai konflik di Ambon, Sampit dan
juga di Aceh.
Pada masa pemerintahan ini, kehidupan masyarakat mulai menuju
kepada kehidupan individualis yang mengutamakan kepentingan individu. Hal
ini dapat dilihat dengan kurangnya sosialisasi antarwarga di perkotaan.
Arus urbanisasi juga semakin marak. Namun pemerintah tidak lagi
mencanangkan transmigrasi.
Di pemerintahan SBY juga telah dibuat undang-undang mengenai
pornografi dan pornoaksi. Namun usaha ini tidak disertai dengan penegakan
hukum yang baik sehingga tidak terealisasi.
Meski konflik di beberapa daerah telah diredam, namun kembali muncul
berbagai konflik lagi seperti di Makassar. Bahkan baru-baru ini terjadi tawuran
antar-SMA di Jakarta yang membawa korban para pejuang jurnalistik.

6) Budaya
Dalam hal pelestarian budaya, di masa pemerintahan SBY terlihat jelas
kemundurannya. Terutama dengan banyaknya warisan budaya asli Indonesia
yang diklaim oleh pemerintah negara lain. Contohnya sebagai berikut :
 Klaim Batik Jawa Oleh Adidas
 Klaim Angklung oleh Pemerintah Malaysia
 Klaim Gamelan oleh Pemerintah Malaysia
 Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
 Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
 Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
 Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
 Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
 Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
 Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda
 Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda

Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda
Tempe dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asing
Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah
Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah
Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN
Amerika
 Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia
oleh Shiseido Co Ltd
 Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
 Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda
 Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang
 Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
 Kain Ulos oleh Malaysia
 Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
 Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
Namun di masa ini, terdapat keberhasilan dengan pengakuan dari
UNESCO bahwa batik Indonesia adalah warisan budaya Indonesia.
















BAB IV
Penutup
1. Kesimpulan
Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terjadi banyak
kemajuan di berbagai bidang. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi dan
kebebasan berpendapat. Namun, terdapat beberapa kemunduran juga. Kita tidak
dapat melihat kesuksesan suatu pemerintahan hanya dengan satu pandangan. Kita
harus memandang dari berbagai sisi. Jika dibandingkan dengan pemerintahan pada
masa Orde Baru, memang dalam beberapa bidang terlihat kemunduran. Tetapi bisa
saja hal ini dikarenakan pada masa Orde Baru kebebasan pers dikekang sehingga

bagian buruk pada Orde Baru tidak terlihat. Di masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono, musyawarah mufakat diutamakan. Sehingga pengambilan kebijakan
terkesan lambat. Meski begitu, musyawarah mufakat ini dilakukan untuk
kepentingan bersama. Sehingga dapat dikatakan, pada masa pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono telah cukup berkembang dibandingkan masa-masa
sebelumnya dalam hal demokrasi.

2. Saran
Kami menyarankan agar pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan
rakyat kecil. Karena dari pengamatan kami, rakyat kecil kurang diperhatikan
pemerintah. Meski laju perekonomian Indonesia berkembang pesat, namun
perkembangan itu hanya menguntungkan golongan menengah keatas dan
merugikan rakyat kecil sehingga kesenjangan sosial semakin membentang lebar.
Kami juga menyarankan bagi segenap masyarakat Indonesia untuk turut
berpartisipasi dalam pemerintahan dengan memberikan masukan, kritikan, dan
dukungan.

Lampiran
Daftar Pustaka
Mustopo, Habib. 2011. Sejarah 3 SMA Kelas XII Program IPA. Jakarta: Yudhistira.
Indratno, Ferry. 2007. Sejarah untuk SMA/MA Kelas XII IPA. Jakarta: Grasindo.
Supratna, Nana. 2009. Sejarah untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: Grasindo.
http://nasional.kompas.com/read/2011/09/09/00131338/Masa.Sulit.Pemerintahan.SBY
http://hinokaji.wordpress.com/2010/04/17/catatan-ekonomi-pada-masa-pemerintahanpresiden-susilo-bambang-yudhoyono-periode-2004-2009/
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081130042156AAp1iAa

http://makassar.tribunnews.com/2011/10/25/reshuffle-selebrasi-politik-pencitraan-sby

Daftar Wawancara

1. Narasumber : Rifat S.Pd
Rafly
Om Rifat
Rafly
Om Rifat

Rafly
Om Rifat

Rafly
Om Rifat

Rafly
Om Rifat

: Menurut om, bagaimana sistem politik di masa pemerintahan SBY
sekarang?
: Politik? Kalo kata orang-orang pemerintah sih politik Indonesia
itu lebih demokrasi dibandingkan dengan negara demokrasi.
: Itu artinya apaan?
: Demokrasi itu kan kita ngikutin Amerika gitu. Nah Indonesia itu
lebih demokrasi dibandingkan Amerika. Indonesia lebih liberal
dibandingkan negara liberal. Jadi artinya bahwa, demokrasi itu
kebablasan gitu. Masyarakat Indonesia belum dapat
menyesuaikan dengan sistem demokrasi yang baru.
: Kalau dalam bidang sosial, di masa pemerintahan SBY gimana?
: Dengan kemajuan teknologi, budaya, era globalisasi, maka
sosial kita di Indonesia itu semakin menuju pada individualis.
Kemunculannya apartemen merupakan bagian sedikit budaya
sosial yang baru. Ini kan kalau hidup di apartemen itu berpikir
untuk hidup individualis. Hal itu karena kemajuan budaya,
pengaruh dari luar, arus globalisasi.
: Kalau dalam bidang ekonomi, pemerintahan SBY gimana?
: Pertumbuhan ekonomi di Indonesia itu 6%. Itu tinggi dibanding
tahun kemarin itu 5 koma. Itu tertinggi nomor empat di Asia.
Harusnya ada kolerasi antara pertumbuhan ekonomi dengan
pengurangan dari kemiskinan itu sendiri. Cuma ternyata
pertumbuhan ekonomi di Indonesia itu masih dipegang mereka
yang memiliki modal besar. Jadi dampaknya itu nggak ke
bawah. Dampaknya itu malah ke atas. Jadi yang kaya makin
kaya, yang miskin makin miskin.
: Bagaimana dengan budaya Indonesia di masa pemerintahan SBY?
: semakin hari Indonesia sudah terpengaruh budaya asing.
Banyak orang Indonesia yang mengikuti gaya/budaya orangorang asing. Kebanyakan orang-orang Indonesia lebih toleran
dengan budaya asing daripada dengan budayanya sendiri.
Ketika salah satu budaya kita diakui oleh negara lain, baru deh
semua orang sibuk untuk merebutnya kembali. Seolah-olah

Rafly
Om Rifat

Rafly
Om Rifat

Rafly
Om Rifat

membela budaya tersebut, tapi manakala tidak terjadi
masyarakat Indonesia pasti akan mengikuti lifestyle orangorang asing.
: Kondisi pendidikan di masa pemerintahan SBY bagaimana?
: Masalah pendidikan Indonesia masih menjadi permasalahan
menurut MDGS (Milenium Development Goals). Hal ini makin
diperparah dengan konteks politik masuk ke dunia pendidikan.
Artinya banyak golongan-golongan yang mementingkan
pendidikan untuk golongan sendiri. Sampai sejauh ini belum ada
kebijakan yang rasional terhadap dunia pendidikan. Maksudnya,
kayak ujian nasional nih sebenarnya kebijakan yang nggak
rasional. Kenapa nggak rasional? Karena menyalahi undangundang. Ya kan? Undang Undang Dasar.
: Apakah hukum di masa pemerintahan SBY sudah ditegakkan
dengan benar?
: Tidak. Belum. Bahwa sebuah negara akan menjadi negara yang
baik didukung dengan penegakan hukum yang konsisten dan di
Indonesia penegakan hukumnya sangat tidak tegak. Banyak
kasus-kasus besar nggak jelas keberadaannya. Kemudian
premanisme merajalela di Indonesia. Mafia-mafia yang
menyangkut korupsi jelas belum ada penyelesaiannya.
: Dibandingkan dengan pemerintahan para pemimpin sebelumnya,
pemerintahan SBY bagaimana?
: kalau kita melihat politik, di masa Soeharto kekuasaan ada di
mereka yang punya kedekatan dengan penguasa. Tapi di sisi alin
dari kehidupan sosial-budaya jamannya Pak Harto jauh lebih
baik dibandingkan sekarang bagi sebagian orang. Di jamannya
pak Harto, berani mengabaikan anggaran. Dalam arti anggaran
untuk kenyamanan atau ketertiban masyarakat contohnya APBN
dikorbankan agar masyarakat itu bisa mendapat beras murah,
agar masyarakat mendapatkan minyak, gitu. Itu berani. Tapi
kalau di sisi lain kalau saat ini SBY karena mungkin tekanan dari
pihak luar, mulai melepas beban anggaran itu untuk masyarakat
sendiri. Sehingga di masyarakat ada pemikiran, “Kok di
jamannya Pak Harto lebih enak daripada sekarang.” Itu untuk
ekonomi, politik juga. Kemudian pendidikan nih. Perbedaannya
kalau di jamannya Pak Harto, pendidikan itu , apa ya?
Pendidikan itu mendasar gitu. Kalo di jamannya pak SBY kan
pendidikan itu sampai sekarang masih belum jelas gitu
keberadaannya. Ada undang-undang BHP gitu kan. Bahwa PTN
menjadi badan usaha itu dilepas. Tapi di jamannya pak Harto,
bagaimana masyarakat itu bisa masuk atau belajar dengan
murah, itu lebih diutamakan

Rafly
Om Rifat

: Sebenernya, Pak SBY itu lebih banyak mikir daripada bertindaknya,
atau gimana?
: Sebenarnya kalau bicara soal pemerintahan begitu, kita tidak
bisa melihat dari satu orang. Misalkan SBY, maka kita harus
melihat secara keseluruhan. Oh ini pemerintahan. Kalau
pemerintahan, bukan hanya presiden tapi juga kebawahnya
juga. SBY lebih banyak berpikir daripada bertindak itu mungkin
beliau terjebak di kompromi politik. Jadi kalau di Amerika, partai
politik ada dua, republik dan demokrat. Kalau satu menang, yg
satu jadi oposisi. Kalau di Indonesia kan ngga. Jadi akhirnya
untuk bergerak nggak leluasa. Bahwa untuk bergerak itu perlu
pertimbangan.

2.

Narasumber : Anis

Nisa

: Menurut budhe, gimana sih sistem politik di masa pemerintahan
SBY sekarang?
: Makin nggak karuan. Contohnya kemarin menteri diganti. Kan
bikin bingung jadinya. Ngga selesai-selesai ntar kebijakannya.
: Kalau dalam bidang hukum bagaimana? Apakah sudah ditegakkan
dengan baik?
: Hukum di Indonesia mah ngga adil itu. Orang yang nyolong
ayam sama koruptor aja keluar dari penjara duluan yang
koruptor!
: Bagaimana keadaan ekonomi di masa pemerintahan SBY?
: Haduh apa-apa jadi makin mahal mbak. Minyak, gas, beras.
Kebutuhan kita kan banyak. Sudah begitu kadang orang mau
cari nafkah malah diusir-usir itu kayak satpol pp itu.
: Bagaimana di bidang pendidikan?
: Kalau pendidikan alhamdulillah sekarang sudah gratis. Cuma
sayangnya SMA belum gratis. Tamatan SMP Cuma jadi
pengangguran!
: Bagaimana di bidang sosial?
: Bahaya mbak banyak tawuran. Padahal sama temen sendiri itu
antarkampung, antarsekolah, kalau jadi perang gimana?
Padahal masalahnya sepele. Tapi pemerintah nanggepinnya
nggak serius.
: Budaya Indonesia di masa pemerintahan SBY bagaimana?
: kurang. Itu pemerintah kok nggak peduli ya budaya Indonesia
dibilang punya Malaysia?
: Menurut budhe, bagaimana perbandingan masa pemerintahan
SBY dengan para pemimpin sebelumnya?
: Lebih enak jaman Pak Harto. Semua murah.

Budhe Anis
Nisa
Budhe Anis

Nisa
Budhe Anis

Nisa
Budhe Anis

Nisa
Budhe Anis

Nisa
Budhe Anis
Nusa
Budhe Anis

Foto Saat Wawancara

Narasumber : Rifat S.Pd

Narasumber : Anis

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

PEMAKNAAN MAHASISWA PENGGUNA AKUN TWITTER TENTANG CYBERBULLY (Studi Resepsi Pada Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2010 Atas Kasus Pernyataan Pengacara Farhat Abbas Tentang Pemerintahan Jokowi - Ahok)

2 85 24

ANALISIS YURIDIS PERANAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DALAM PENATAAN REKLAME BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

2 64 102

Peningkatan kualitas pembelajaran ketrampilan pembicara bahasa Indonesia melalui teknik bercerita : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V111 smpn 13 tangerang selatan tahun pelajaran 2009/2010

8 126 127

Dampak konsensus Washington dan ratifikasi gats terhadap kebijakan pendidikan tinggi di Indonesia studi kasus : undang- undang pendidikan tinggi no. 12 tahun 2012

0 66 212

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Partisipasi Politik Perempuan : Studi Kasus Bupati Perempuan Dalam Pemerintahan Dalam Kabupaten Karanganyar

3 106 88

Kewenangan LPPOM MUI dalam penentuan sertifikasi halal pasca berlakunya uu no.33 tahun 2014

4 90 0

Pengaruh Dividen Per Share dan Return on Investment terhadap Harga Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2006-2013)

0 10 1

Isi perpres no 54 tahun 2010

0 16 139