Pemimpin dan Kesadaran Ekologis.
Pikiran Rakyat
o Senin
17
1
2
3
18
C Jan
19
OPeb
0
o Rabu 8
Selasa
~ 20
5
21
6
o Mar OApr
7
22
Kamis 0 Jumat o Sabtu
8
23
OMei
9
10
24
8Jun
12
11
25
OJul
0 Ags
13
707
26
o Minggu
14
28
15
29
16
30
31
o Sep 0 Okt ONov o Des/::
~~m~mpin don -Kesodoron
Ekologis
--
Krisis lingkungan
sesunguhnya
hidup
adalah krisis
peradaban secara keselu~
BAIHAQI
ruhan-Roger S. Gottlieb
Mahasiswa Jurusan
Jurnalistik
Fakultas IImu
Komunikasi Universitas
Padjadjaran
P
EMILU legislatif telah
berakhir, dan apapun hasilnya adalah refleksi dari kultur demokratis masyarakat Indonesia. Namun yang tampak dari
proses demokrasi tersebut-terutama pada saat kampanye--adalah
isu lingkungan hidup belum mendapat tempat dalam timbunan
janji para caleg.
Menelisik kembali masalah
bangsa ini beberapa waktu sebelum pesta demokrasi lima tahunan
ini berlangsung adalah bahwa
bangsa yang dikenal indah ini telah terluka oleh banyaknya kerusakan--pengrusakan--lingkungan
yangberimbas bukan hanya pada
estetika geografis, tapi menyentuh
..,-
Namun temu belum terlambat
bagi kita umuk menemukan arah
pembangunan bangsa ini. Karena
masih ada babak pemilihan kepala
negara yang ditangannyanami
akan tergambar peta arah bangsa;
menuju keberlanjutan ekologis
atau kehancuran.
Membicarakan masalah ekologis bukan berarti kita terjebak dalam kotak pemikiran bahwa lingkungan dengan segala pennasalahannya tidak berkait dengan aspek
pembangunan lainnya. Malah bila
kita cennati masalah lingkungan
sangat menemukan ranah lain ba- ,
~
=
=.JI
ik itu ekonomi, sosial, budaya, politik, dan sebagainya.
Secara luas Fritjof Capra dalam
Hidden Connection (2003) menyatakan bahwa kita adalah anggota
oikos, 'rumah tangga bumi', yang
merupakan akar kata Yunani dari
'ekologi', oleh karena itu sudah selayaknya kita berperilaku seperti
anggota rumah tangga lainnya yaitu tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang membemuk jaringan hubungan besar, yang disebut jaring-jaring kehidupan.
Seorang pemimpin yang baik
tentunya harus bisa menempatkan
~-~
.
----
dirinya dan segala yang
dipimpin-'
nya dalam sebuah jejaring kehidupan global, dan memiliki etika
yang berdasarpada rasamemiliki
(sense of belonging).Layaknya kepemimpinan dalam sebuah rumah
tangga.
Etika ini disebut Capra sebagai
etika keberlanjutan ekologis, dengan kesadaran bahwa keberlanjutan dalam ekosistem dan masyarakat manusia bukanlah milik individu, tetapi adalah milik suatu
jaringan kehidupan secara keseluruhan.
Sejarah telah mengajari kita
bahwa untuk menghadapi bencana alami dengan datangnya tsunami, gempa, atau letusan gunung
saja bumi sudah 'kesakitan', apalagi bila harus ditambah dengan
perubahan tak alami dari manusia.
Terlihat jelas pula bagaimana
sebuah bencana menimbulkan kemacetan pada perputaran roda
ekonomi, efek kemanusiaan yang
begitu besar, menurunnya kualitas
hidup, juga pennasalahan kesehat-
cahun lalu memperlihatkan kegagalan Indonesia dalam menangani
masalah lingkungan terkait dengan emisi gas rumah kaca, deforestasi, over fishing,koalitas air,dan
konservasi alam. Indonesia berada di urutan ke-102 dari 149 negara berwawasan lingkungan. Jauh +- an 1an kekurIDgilf! gizi...
tertinggal dari Malaysia yang me-
,!l~~ti
u~26._
-- "-- -.-.
Kliping
Melihat luka yang dialami mosaik zamrud katulistiwa ini, sudah
selayaknyalah momen Hari Bumi
sekarang dan pemilihan presiden
nami menjadi titik tolak umuk
memilih pemimpin yang memiliki
visi lingkungan,yang berdasarpada etika keberlanjutan ekologis.
Visi yang menjadi perancah bagi
pembuatan kebijakan pembangunan. Bukan hanya kamuflase
berupa propaganda media berlabel
"hijau".***
I~-----
pada pennasal~an kemanusiaan.
Begitu banyak bencana yang
bukan berasal dari siklus nonnal
alam, tetapi sebagai satu mata rantai tak terpisahkan dengan kejahatan lingkungan yang diaktori
oleh manusia. Mulai dari banjir,
longsor, pencemaran limbah,
hingga jebolnya tanggul karena
penataan ruang yang sembarangan.
Mungkin ini karena isu lingkungan kurang populis dan tidak
menjual umuk meraup suara rakvat. Atau karena rakyat sengaja
diarahkan untuk berpikir pragmatis dan dibuat tidak sadar bahwa
pennasalahan ekologis bisa berakibat langsung pada menurunnya
kualitas hidup. Padahal keberlanjutan lingkungan hidup adalah salah satu target Tujuan Pembangunan Milenium (MiUenium Development Goals).
Sebuah survey yang dipublikasikan Newsweekpada pertengahan
---
--=---
Humos
---
Unpod
2009----
HEYKAL
SYA'BAN
AKSI pengumpulan bibit pohon dan mahasiswa baru sebagai usaha bersama dalam perbaikan ekologis pada onentasi pengenalan
kampus di Institut Manajemen Telkom, 2008 lalu. *
o Senin
17
1
2
3
18
C Jan
19
OPeb
0
o Rabu 8
Selasa
~ 20
5
21
6
o Mar OApr
7
22
Kamis 0 Jumat o Sabtu
8
23
OMei
9
10
24
8Jun
12
11
25
OJul
0 Ags
13
707
26
o Minggu
14
28
15
29
16
30
31
o Sep 0 Okt ONov o Des/::
~~m~mpin don -Kesodoron
Ekologis
--
Krisis lingkungan
sesunguhnya
hidup
adalah krisis
peradaban secara keselu~
BAIHAQI
ruhan-Roger S. Gottlieb
Mahasiswa Jurusan
Jurnalistik
Fakultas IImu
Komunikasi Universitas
Padjadjaran
P
EMILU legislatif telah
berakhir, dan apapun hasilnya adalah refleksi dari kultur demokratis masyarakat Indonesia. Namun yang tampak dari
proses demokrasi tersebut-terutama pada saat kampanye--adalah
isu lingkungan hidup belum mendapat tempat dalam timbunan
janji para caleg.
Menelisik kembali masalah
bangsa ini beberapa waktu sebelum pesta demokrasi lima tahunan
ini berlangsung adalah bahwa
bangsa yang dikenal indah ini telah terluka oleh banyaknya kerusakan--pengrusakan--lingkungan
yangberimbas bukan hanya pada
estetika geografis, tapi menyentuh
..,-
Namun temu belum terlambat
bagi kita umuk menemukan arah
pembangunan bangsa ini. Karena
masih ada babak pemilihan kepala
negara yang ditangannyanami
akan tergambar peta arah bangsa;
menuju keberlanjutan ekologis
atau kehancuran.
Membicarakan masalah ekologis bukan berarti kita terjebak dalam kotak pemikiran bahwa lingkungan dengan segala pennasalahannya tidak berkait dengan aspek
pembangunan lainnya. Malah bila
kita cennati masalah lingkungan
sangat menemukan ranah lain ba- ,
~
=
=.JI
ik itu ekonomi, sosial, budaya, politik, dan sebagainya.
Secara luas Fritjof Capra dalam
Hidden Connection (2003) menyatakan bahwa kita adalah anggota
oikos, 'rumah tangga bumi', yang
merupakan akar kata Yunani dari
'ekologi', oleh karena itu sudah selayaknya kita berperilaku seperti
anggota rumah tangga lainnya yaitu tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang membemuk jaringan hubungan besar, yang disebut jaring-jaring kehidupan.
Seorang pemimpin yang baik
tentunya harus bisa menempatkan
~-~
.
----
dirinya dan segala yang
dipimpin-'
nya dalam sebuah jejaring kehidupan global, dan memiliki etika
yang berdasarpada rasamemiliki
(sense of belonging).Layaknya kepemimpinan dalam sebuah rumah
tangga.
Etika ini disebut Capra sebagai
etika keberlanjutan ekologis, dengan kesadaran bahwa keberlanjutan dalam ekosistem dan masyarakat manusia bukanlah milik individu, tetapi adalah milik suatu
jaringan kehidupan secara keseluruhan.
Sejarah telah mengajari kita
bahwa untuk menghadapi bencana alami dengan datangnya tsunami, gempa, atau letusan gunung
saja bumi sudah 'kesakitan', apalagi bila harus ditambah dengan
perubahan tak alami dari manusia.
Terlihat jelas pula bagaimana
sebuah bencana menimbulkan kemacetan pada perputaran roda
ekonomi, efek kemanusiaan yang
begitu besar, menurunnya kualitas
hidup, juga pennasalahan kesehat-
cahun lalu memperlihatkan kegagalan Indonesia dalam menangani
masalah lingkungan terkait dengan emisi gas rumah kaca, deforestasi, over fishing,koalitas air,dan
konservasi alam. Indonesia berada di urutan ke-102 dari 149 negara berwawasan lingkungan. Jauh +- an 1an kekurIDgilf! gizi...
tertinggal dari Malaysia yang me-
,!l~~ti
u~26._
-- "-- -.-.
Kliping
Melihat luka yang dialami mosaik zamrud katulistiwa ini, sudah
selayaknyalah momen Hari Bumi
sekarang dan pemilihan presiden
nami menjadi titik tolak umuk
memilih pemimpin yang memiliki
visi lingkungan,yang berdasarpada etika keberlanjutan ekologis.
Visi yang menjadi perancah bagi
pembuatan kebijakan pembangunan. Bukan hanya kamuflase
berupa propaganda media berlabel
"hijau".***
I~-----
pada pennasal~an kemanusiaan.
Begitu banyak bencana yang
bukan berasal dari siklus nonnal
alam, tetapi sebagai satu mata rantai tak terpisahkan dengan kejahatan lingkungan yang diaktori
oleh manusia. Mulai dari banjir,
longsor, pencemaran limbah,
hingga jebolnya tanggul karena
penataan ruang yang sembarangan.
Mungkin ini karena isu lingkungan kurang populis dan tidak
menjual umuk meraup suara rakvat. Atau karena rakyat sengaja
diarahkan untuk berpikir pragmatis dan dibuat tidak sadar bahwa
pennasalahan ekologis bisa berakibat langsung pada menurunnya
kualitas hidup. Padahal keberlanjutan lingkungan hidup adalah salah satu target Tujuan Pembangunan Milenium (MiUenium Development Goals).
Sebuah survey yang dipublikasikan Newsweekpada pertengahan
---
--=---
Humos
---
Unpod
2009----
HEYKAL
SYA'BAN
AKSI pengumpulan bibit pohon dan mahasiswa baru sebagai usaha bersama dalam perbaikan ekologis pada onentasi pengenalan
kampus di Institut Manajemen Telkom, 2008 lalu. *