EFEKTIVITAS RANGSANGAN KOMBINASI TITIK AKUPUNKTUR PC-6 (NEIGUAN) & ST-25 (TIANSHU) DIBANDINGKAN PEMBERIAN ONDANSETRON UNTUK MENCEGAH MUAL DAN MUNTAH PASCA BEDAH ORTOPEDI DENGAN ANESTESI UMUM.

EFEKTIVITAS RANGSANGAN KOMBINASI TITIK AKUPUNKTUR
PC-6 (NEIGUAN) & ST-25 (TIANSHU) DIBANDINGKAN PEMBERIAN
ONDANSETRON UNTUK MENCEGAH MUAL DAN MUNTAH
PASCA BEDAH ORTOPEDI DENGAN ANESTESI UMUM

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S-1

Diajukan Oleh:
APRILIYANI INDRAWATI
J500 060 033

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Mual muntah pasca bedah atau yang dikenal dengan Post Operative
Nausea and Vomiting (PONV) adalah komplikasi yang sering muncul pada
pembedahan dan anestesi (Rahman & Jane, 2004). PONV merupakan ”The
Big Little Problem” dalam pasca bedah. Insiden PONV terjadi pada 25-30%
pasien pasca bedah dengan general anestesi (anestesi umum) (Kovac, 2000)
dan dapat mencapai 70% pada pasien dengan resiko tinggi (Rahman & Jane,
2004). Pembedahan dengan resiko tinggi terjadinya PONV antara lain bedah
plastik (45%), bedah abdominal (29%), dan bedah orthopedi (22%) (Beverly,
Chen, Tong, Larry & Henry, 2007).
Pasien yang menjalani pembedahan dengan general anestesi memiliki
faktor resiko yang lebih tinggi dibanding pada pasien dengan tindakan
anestesi lainnya (Islam & Jain, 2004). Opioid (morfin dan petidin) yang sering
digunakan pada general anestesi dapat meningkatkan sekresi lambung,
menurunkan motilitas gastrointestinal sehingga menunda waktu pengosongan
lambung. Hal ini menstimulus chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan
meningkatkan produksi 5-HT oleh sel kromafin dan produksi ADH (Islam &
Jain, 2004).
PONV dapat membuat pasien merasa tidak nyaman pasca operasi

(Miller, 2010). Sebab PONV dapat meningkatkan tekanan intraokuler dan
intrakranial, dan juga meningkatkan tekanan darah dan detak jantung.
Konsekuensi medis yang serius memang terjadi meskipun jarang, dan mereka
dapat mengalami luka, perdarahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit, dan aspirasi pneumonitis (Beverly et al, 2007). Sebab PONV dapat
mengakibatkan peningkatan waktu di ruang pemulihan (recovery room),
memperpanjang perawatan, dan semua faktor yang berpeluang meningkatkan
biaya total kesehatan masuk rumah sakit (Rafi, 2010). PONV merupakan
multifaktorial, banyak neurotransmiter yang terlibat dan tidak ada obat

2

tunggal yang efektif di semua kasus (Jhonston, 2010). Pencegahan PONV
pada pasien berisiko tinggi, secara signifikan meningkatkan tingkat
kesejahteraan dan kepuasan pasien pasca operasi (Miller, 2010). Sehingga
PONV mendapat perhatian khusus dari profesi anestesi karena dapat menjadi
komplikasi yang serius pada pasien pasca bedah dan juga kerugian yang
ditinjau dari banyak aspek (Silbernagl & Lang 2006).
Banyak penelitian telah dilakukan untuk mencegah dan mengurangi
insiden PONV. Tetapi sampai saat ini belum ditemukan terapi yang efektif

untuk mencegah mual dan muntah pasca bedah secara total dan tanpa
memberikan efek samping. Pada bedah ortopedi dengan anestesi umum sering
terjadi komplikasi PONV. Untuk mencegah mual dan muntah pasca bedah
dapat dilakukan 2 tindakan yaitu:
1. Pemberian obat antiemetik
Pemberian antiemetik sebagai premedikasi anestesi memberikan
pertimbangan tersendiri bagi profesi anestesi untuk memilih obat yang efektif
dengan efek samping yang sangat kecil. Antiemetik tersebut seperti
antihistamin H1 (difenhidramin, hidroksizin), fenotiazin, ondansetron, dan
granisetron. Obat antiemetik kelas baru yang digunakan untuk pencegahan
dan penanganan mual dan muntah pasca bedah adalah antagonis reseptor
serotonin (5-HT3), diantaranya ondansetron. Antagonis reseptor serotonin
diakui sebagai “gold standard” pada terapi antiemetik, tapi masih
menimbulkan efek samping berupa konstipasi, sakit kepala, mengantuk,
gangguan saluran cerna, nyeri dada, dan susah bernafas (Sulistia, 2007; Farid
& Ramli 2005).
2. Pemberian terapi non-farmakologi
Pada beberapa kajian, teknik non-farmakologi yang meliputi akupunktur,
elektroakupunktur (EA), transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS),
acupoint stimulation, dan accupresure memiliki kemampuan mencegah

PONV (Islam & Jain, 2004). Efektivitas teknik non-farmakologi ini sebanding
dengan obat antiemetik dalam pencegahan PONV dan titik PC-6 (Neiguan)
juga telah diakui oleh WHO (Saputra & Agustin, 2005). Penelitian

3

akupunktur untuk mencegah PONV di beberapa negara di dunia menurut Lee
dan Done (1999) menunjukkan bahwa efektivitas akupunktur untuk mencegah
PONV adalah sebesar 64%. Namun di Indonesia masih jarang diaplikasikan
akupunktur untuk mencegah PONV, di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi, Surakarta pernah dilakukan penelitian dengan judul Perbandingan
Efek Antara Rangsang Kombinasi Titik Akupunktur PC-6 & ST-36 Dan
Metoclopramide HCL Dalam Mencegah Mual Muntah Pasca Bedah Dengan
General Anestesi oleh Indira Kemalasari (Kemalasari, 2009) didapatkan
bahwa efektivitas akupunktur lebih baik dibanding metoclopramide dalam
mencegah PONV pada 4 jam pasca perlakuan. Ada beberapa penelitian
mengenai berbagai titik akupunktur sebagai antiemetik, namun yang sering
diaplikasikan

dalam


berbagai

penelitian

Perangsangan titik PC-6 (Neiguan)

adalah

PC-6

(Neiguan).

untuk mual dan muntah lebih cocok

digunakan pada kasus iritasi organ dalam seperti pasca pembedahan atau
karena kemoterapi dan pemakaian morfin (Jin, 2006). Pengaruh perangsangan
titik PC-6 untuk mencegah mual dan muntah belum dipahami dengan baik,
tetapi


hal

tersebut

mengeluarkan

didorong

β-endorfin

dan

oleh

peningkatan

ACTH

hypophyseal


bersama-sama

dengan

untuk
CTZ

menghambat pusat muntah (Tarcin, Gurbuz, Pocan, Keskin & Demiturk,
2004). Selain itu ada titik lain yang juga bermanfaat mengatasi gangguan
pencernaan seperti mual dan muntah yaitu titik ST-25 (Tianshu) (WHO,
2008). Akupunktur tidak menimbulkan efek samping yang bermakna,
sehingga cukup tepat menggunakannya sebagai terapi dalam Sistem
Pelayanan Kesehatan. Di Rumah Sakit Ortopedi sendiri telah menggunakan
akupunktur sebagai terapi, tetapi belum ada pelaksanaan perangsangan
kombinasi titik PC-6 & ST-25 untuk mencegah mual muntah pasca bedah.

B. Perumusan Masalah
Apakah rangsangan kombinasi titik akupunktur PC-6 (Neiguan) & ST-25
(Tianshu) lebih efektif dibandingkan pemberian ondansetron untuk mencegah
mual dan muntah pasca bedah ortopedi dengan anestesi umum?


4

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Mengetahui efek antara ransangan kombinasi titik akupunktur PC-6
(Neiguan) & ST-25 (Tianshu) dibandingkan ondansetron untuk mencegah
mual dan muntah pasca bedah ortopedi dengan anestesi umum.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui

angka

keberhasilan

rangsangan

kombinasi

titik


akupunktur PC-6 (Neiguan) dan ST-25 (Tianshu) dibandingkan
ondansetron untuk mencegah mual dan muntah pasca bedah ortopedi
dengan anestesi umum.
b. Mengetahui efektivitas antara rangsangan kombinasi titik akupunktur
PC-6 (Neiguan) dan ST-25 (Tianshu) dibandingkan ondansetron untuk
mencegah mual dan muntah pasca bedah ortopedi dengan anestesi
umum.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu :
1. Bagi Penelitian :
Mendapatkan data efek rangsangan kombinasi titik akupunktur PC-6
(Neiguan) dan ST-25 (Tianshu) dibandingkan ondansetron untuk
mencegah mual dan muntah pasca bedah ortopedi dengan anestesi umum.
2. Bagi Pelayanan :
a. Memberikan informasi bagi profesi anestesi untuk meningkatkan mutu
pelayanan anestesi khususnya dalam mengatasi PONV dengan terapi
non-farmakologi.
b. Memberikan pilihan antara terapi farmakologi dan non-farmakologi

dalam mencegah mual muntah pasca bedah dengan efek samping
sekecil-kecilnya.

5

3. Bagi pendidikan :
a. Menambah wawasan tentang pemanfaatan akupunktur di pelayanan
operatif dalam memenuhi SK Menteri Kesehatan No. 1186/Tahun
1996, dan diperbaharui pada tanggal 26 September dengan SK Menteri
Kesehatan No. 1109/Tahun 2007 tentang Pengobatan Komplementer
Alternatif salah satunya pemanfaatan akupunktur dalam Sistem
Pelayanan Kesehatan.
b. Untuk institusi

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Surakarta memberikan informasi dan pengetahuan tentang terapi nonfarmakologi (akupunktur) supaya bisa dikembangkan dengan cara
melakukan penelitian tentang akupunktur dibidang kesehatan.


Dokumen yang terkait

Prevalensi Mual dan Muntah Pasca Anestesi Umum pada Bedah Elektif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013

5 101 70

Perbandingan Efek Akupunktur pada Titik Pericardium 6 (PC6) dengan Ondansetron 4mg Intravena untuk Mencegah Mual Muntah Paska Operasi Pada Pasien yang Dilakukan Anestesi Umum Intubasi dengan Skor APFEL 3-4

4 46 70

Perbandingan Kombinasi Ondansetron 2mg IV Dengan Deksametason 4mg IV Dan Ondansetron 4 mg IV Dengan Deksametason 4mg IV Sebagai Profilaksis Pada Pasien Resiko Tinggi Mual Muntah Setelah Operasi Yang Menjalani Tindakan Operasi Dengan Anestesi Umum Intubas

7 51 69

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS ONDANSETRON DAN METOKLOPRAMID DALAM MENEKAN MUAL DAN MUNTAH PASKA LAPARATOMI

1 6 51

Efektivitas Pemberian Cairan Praoperatif Ringer Laktat 2 mL/kgBB/jam Puasa untuk Mencegah Mual Muntah Pascaoperasi | Wijaya | Jurnal Anestesi Perioperatif 332 1086 1 PB

0 0 8

Efektivitas Ondansetron Infus Kontinyu dengan Bolus Intravena pada Mual dan Muntah Pasca Bedah Sesar atau Laparatomi dengan Anastesi Epidural - Ubaya Repository

0 0 2

Kejadian Mual Muntah PascaLaparatomi (PONV) setelah Pemberian Granisetron Dibandingkan setelah Pemberian Kombinasi Ondansetron Deksametason | Sudjito | Cermin Dunia Kedokteran 1 SM

3 9 4

Perbandingan efektivitas premedikasi ondansetron dan deksametason dalam mencegah mual dan muntah pasca operasi SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

3 4 55

STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTIEMETIK DALAM MENCEGAH MUAL DAN MUNTAH PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH ORTOPEDI DI RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

1 5 145

PENANGANAN GASTRITIS MENGGUNAKAN KOMBINASI TERAPI AKUPUNKTUR PADA TITIK ZUSANLI (ST36), NEIGUAN (PC6),NEITING (ST 44) DENGAN HERBAL KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA Val.) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 3 83