PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI : Kajian terhadap Karyawan di Lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA
TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI
(Kajian terhadap Karyawan di Lingkungan Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Barat)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Untuk Menempun Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Adimistrasi Pendidikan
Oleh :
RU S M A
N
NIM.009529
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA ( S-2 )
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2003
LEMBAR PENGESAHAN
Tests ini disetujui dan disahkan :
Pembimbing I
Prop. Dr. H. Bambang Suwarno, MA
Pembimbing II
Prop. Dr. H. Supandi Kartaamihardja, MA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2003
Diketahui
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia '
Prof. Dr. H. Tb. Abin"5yamsuddin Makmun. MA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2003
ABSTRACT
In the leadership theories, particularly in relation with the behavioral theories, the
leadership is meant by a set of behavioral descriptions in doing interactions with
the staff. The leadership behaviors are indicated by descriptionof leader's
personality include: (1) social maturity, (2) intelligence, (3) needs of achieve
ment, and (4) attitude for human relation. The form of personality behavior really
form the leadership characteristics or the dominant leadership behaviour.
The objective of instituional leadership is to achieve the goals of
organization, or to maintain the group of persons in order to save the existence
of organization. The influence of the leadership for the maintenance of group, for
examples, can be explorated to their relation with the satisfaction and motivation
in doing tasks. The problem of research can be formulated as in the following:
How much the influence of leadership and work satisfaction on work
motivation of employee?
The location of research is in the office of Educational Official of West Java
Province, with the total respondents of research was 155 employees. In
accordance with the problem of research, so that it's used descriptive method
with path analysis technique to analyze data.
On the base of quantitave data analysis, the finding of research in general
can be formulated about the influence of the leadership style and work
satisfaction on work motivation as in the following:
First, the influence magnitude of joint variables of Xi and X2 on varible Y is
significant (ti = 6.784, t2 = 4.907 > t.95:i52 = 2.576); the magnitude of pool
influence is 0.669, beside of epsilon variable 0.575. It means that the leadership
style and work satisfaction have the joint influence on the work motivation about
66.9%, while the other variables beside the leadership style and work satisfaction
have the magnitude of influence about 57.5%.
Second, the influence magnitude of variable X on variable Y is significant
(t = 15.726 > to.95: 153) is 0.786, beside the magnitude influence of epsilon
variable 0.618. It means that the work motivation influenced by the leadership
style about 78.8%, while the other variables beside the leadership style influence
about 61.8%.
Third, the magnitude of influence of variable Xi on variableX2 is significant
(t = 15.268 > to.95; 153) is 0.777, beside the influence of epsilon variable 0.629. It
means that the work satisfaction influenced by leadership style about 77.7%,
while the influence beside the influence magnitude of leadership style is 62.95%.
Finally, the magnitude of influence of variable X2 on variable Y is
significant (t = 14.242 > to.95: 153) is 0.755, beside the magnitude of epsilon
variable 0.656. It means that the work motivation influenced by the work
satisfaction is about 75.5%, while the influence of the other variables beside the
magnitude of the work satisfaction influence about 65.57%.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKS
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
i
jjj
v
viii
X
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang Masalah
1
B.
Rumusan Masalah
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
9
D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
11
E.
15
Definisi Operasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi Kerja.
1. Konsep Motivasi
2. Beberapa Teori Motivasi
a. Teori Kebutuhan
b. Teori Motivasi Instrumetal
22
24
c. Teori Proses Motivasi Kerja
d. Motivasi Berprestasi
25
27
3. Hubungan Motivasi Kerja dengan Kepuasan Kerja
29
4. Motivasi Dalam Meningkatkan Kinerja
31
B. Kepuasan Kerja
1. Konsep Kepuasan Kerja
.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
C. Konsep Dasar Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
2. Fungsi Kepemimpinan
3. Pendekatan Mempelajari Kepemimpinan
a. Teori Sifat Kepribadian
b. Pendekatan Perilaku
c. Pendekatan Situasional
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A.
19
19
21
Metode Penelitian.
VII
33
33
35
37
41
45
47
48
49
55
60
60
B. Operasional Variabel Penelitian
61
C.
65
Polulasi dan Sampel Penelitian
D. Pengembangan Alat Pengumpul Data
67
E.
Prosedur Pengumpulan Data
69
F.
Teknik Analisis Data.
72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Data Umum
79
79
2. Gambaran Populasi Penelitian
81
B. Analisis Statistik dan Pengujian Hipotesis
1. Persiapan Analisis Data
a. Seleksi Data
b. Tabulasi Data
C.
80
84
84
86
2. Analisis Data
a. Transformasi Data
87
87
b. Penetapan Kriteria Penafsiran Skor Variabel
3. Deskripsi Hasil Penelitian
a. Kecenderungan Umum Masing-masing Variabel
b. Uji Normalitas Distribusi
c. Pengujian Hipotesis Penelitian
87
88
88
90
92
Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap
Motivasi Kerja .
2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap
Kepuasan Kerja
3. Pengaruh Gaya Kepuasan Kerja terhadap
Motivasi Kerja
4. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja
terhadap Motivasi Kerja
BAB V
79
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN
A.
KESIMPULAN
102
102
104
107
109
112
112
B. IMPLIKASI
115
C. REKOMENDASI
118
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
119
124
VIII
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1
2
3
Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
Kisi-kisi Alat Pengumpul Data
Jumlah Pegawai Dinas Pendidikan
4
Tabulasi Silang Latar Belakang Pendidikan dengan
67
68
81
Variabel Penelitian
84
5
6
7
8
Hasil Seleksi Data
Test of Normality Variabel
Korelasi Pearson Pengujian Hipotesis Pertama
Korelasi Pearson Pengujian Hipotesis Kedua
86
91
94
97
9
10
Korelasi Pearson Pengujian Hipotesis Ketiga
Korelasi Pearson Pengujian Hipotesis Keempat
99
101
IX
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1
Struktur Hubungan Variabel Penelitian
15
2
Proses Motivasi
21
3
Hirarki Kebutuhan Teori Maslow
22
4
Proses Kepemimpinan
44
5
Model Kepemimpinan Blake & Muoto
51
6
Model Kepemimpinan Situasional
57
7
Pola Hubungan Variabel Penelitian
64
8
Stuktur Hubungan Variabel Xi dan Y
73
9
Stuktur Hubungan Variabel Xi dan Xi
75
10 Stuktur Hubungan Variabel X2 dan Y
75
11 Stuktur Hubungan Variabel Xi, X2 dan Y
12 Grafik Latar Belakang Pendidikan Responden
75
82
13 Grafik Pengalaman Prajabatan dan Penataran
82
14 Grafik Masa Kerja Responden
83
15 Kriteria Penafsiran Gambaran Umum Variabel
88
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Halaman
Penjabaran Konsep Teori kedaiam Konsep-
Konsep Empiris dan Analisis tentang :
Gaya Kepemimpinan, Kepuasan Kerja dan
Motivasi Kerja.
124
2
Kuesioner Penelitian.
3
4
5
Data Ordinal Variabel Penelitian
Out Put Transformasi Data
Data Hasil Transformasi Variabel (Data Interval)
6
Contoh Perhitungan Transformasi Data Ordinal
146
!53
162
177
7
Menjadi Data Interval.
Data Hasil Uji Coba Angket
195
201
8
9
Tabel Bantu Uji Validitas Instrumen
Contoh Perhitungan Uji Validitas
207
210
10
11
12
13
14
15
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Pernyataan Penelitian
(Rekap Uji Valitiasltem)
Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen
Tabel Bantu Uji Reliabilitas Instrumen
Out Put Uji Normalitas (Kolmogorov Smirmov)
Model Histogram dan Q-Q Plot
Tabel Bantu dan Contoh Perhitungan koefisien
213
216
222
223
224
Korelasi
228
16
17
18
19
20
21
Deskripsi Dalam rangka Uji Hipotesis
Tabel Harga Kritik Distribusi Student t
Tabel Ordinat Kurva Normal
Tabel Luas Di Bawah Kurva Normal
Surat Permohonan Izin Penelitian
Surat Keterangan/Izin Mengadakan Penelitian
231
232
233
234
235
236
XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mergernya dua instansi antara Kantor Wilayah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat dengan Kantor Dinas
Pendidikan
Propinsi
Jawa
Barat,
sebagai
perwujudan
nyata
inplementasi kebijakan tentang otonomi daerah, secara konseptual
memberikan perubahan yang berarti dalam
diharapkan
dapat
meningkatkan
suatu sistem yang
efektivitas
dan
produktivitas
pelayanan pendidikan nasional. Tentu saja, mergernya kedua instansi
tersebut, sangat berakibat pada seluruh tatanan sistem organisasi,
termasuk yang paling dirasakan secara langsung berakibat pada
struktur sistem kepegawaiannya. Perubahan tersebut, bukan hanya
pada penciutan formasi jabatan dan pembengkakan jumlah pegawai
yang memerlukan pendayagunaan, akan tetapi terhadap motivasi dan
kepuasan kerja pegawai itu sendiri yang sangat berhubungan erat
dengan
aspek
produktivitas
organisasi
Dinas
Pendidikan
dalam
melaksanakan visi dan misi pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Secara
teoritis,
mergernya
kedua
instansi
itu
dapat
dikategorikan dalam
posisi pengembangan organisasi sebagaimana
lazimnya organisasi
dalam
keadaan
berkembang,
mempunyai
karakteristik khusus dibandingkan dengan organisasi yang telah
mantap
(well-established).
Lingkungan
kerja
masih
mengalami
pencarian identitas diri
yang menyebabkan terjadi
reaksi-reaksi
tertentu dari staf sesuai dengan hasil persepsinya terhadap lingkungan
yang baru berkembang tersebut. Pola-pola interaksi yang berkembang
antara pimpinan dan staf seringkali menimbulkan cakupan-cakupan
pengaruh yang berbeda sesuai dengan konteks dimana kepemimpinan
diaktualisasikan.
Merujuk teori Schein (1983), relasi-relasi kepemimpinan di
antara pegawai organisasi Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, dapat
diamati dari dua dimensi pokok, yaitu dimensi substansi dan dimensi
proses. Pada dimensi substansi, di
lingkungan Dinas
Pendidikan
Propinsi Jawa Barat dihadapkan pada berbagai persoalan. Persoalan
yang
mendesak
adalah
belum
terbentuknya
pola
kerja
sama
keorganisasian diantara pegawai yang berasal dari kedua instansi
tersebut. Dengan latar belakang kultur yang berbeda mereka bersatu
dalam pola-pola kerja organisasi yang berbeda secara substansial.
Sedangkan ditinjau dari dimensi proses yaitu dimensi manusiawi dan
perilaku dasar keorganisasian tempat kerja sama diantara orang-orang
yang menpunyai kultur yang berbeda akan menimbulkan dinamika
kerjasama dan konflik diantara kelompok yang pantas mendapat
perhatian dari pemimpin.
Apabila ditelusuri lebih jauh, baik ditinjau dari dimensi substansi
maupun proses, maka Dinas Pendidikan
sebagai suatu organisasi
mempunyai
layaknya
proses
organisasi lain
utama
sebagaimana
yaitu pemecahan
terjadi
dalam
masalah yang senantiasa akan
melibatkan proses interaksi diantara pimpinan dan staf, dimana
pegawai mempunyai tahapan orientasi bukan hanya dengan teman
sejawatnya saja, akan tetapi juga pemecahan masalah masalah
tersebut akan dihadapkan pada persoalan memgembangkan tim yang
solid untuk kepentingan penyelesaian tugas-tugas keorganisasian.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa, pada kondisi saat ini polapola kerja sama diantara staf dan dengan unsur pimpinan di Dinas
Pendidikan
membutuhkan
pengembangan
kerjasama
yang
solid
sebagai akibat logis dari kebijakan merger kedua organisasi tersebut.
Peranan yang
mereka mainkan akan mempengaruhi tidak saja
terhadap produktivitas organisasi tetapi juga dalam hubungan dengan
kewajiban pimpinan membantu staf untuk memecahkan persoalanpersoalan yang menyangkut pekerjaan.
Teori Galbraith (Schien, 1984:258-266) mengemukakan bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi merupakan hal
yang wajar.
Pendapat ini bertitik tolak dari landasan pikiran bahwa
(1) tidak ada satupun cara yang baik untuk mengorganisasi; dan
(2) tidak semua cara untuk mengorganisasi sama efektifnya. Galbraith
(Schein, 1984) mencatat bahwa "persoalan utama yang dihadapi
organisasi ialah 'ketidakpastian tugas' yang dirumuskan sebagai
perbedaan antara
banyaknya
informasi yang diperlukan
untuk
melakukan tugas dengan banyak organisasi yang sudah ada pada
organisasi itu". Semakin banyak ketidakpastian semakin banyak
pengambilan keputusan yang berdasar pada informasi yang berlimpah.
Semakin banyak pengambilan keputusan semakin banyak perubahan
dan pengembangan organisasi yang semuanya diarahkan untuk
meningkatkan kemapanan organisasi dalam menghadapi lingkungan
eskternal yang kian hari kian berubah.
Pendapat
tersebut
lebih
menekankan
bahwa
organisasi
termasuk Dinas Pendidikan ialah sistem yang kompleks yang persoalan
utamanya, sehubungan dengan lingkungannya yaitu mendapatkan
dan memanfaatkan informasi. Meger di lingkungan Dinas Pendidikan
terjadi karena keputusan politik yaitu lahirnya kebijakan otonomi
daerah yang berdasar pada informasi
tertentu sehingga muncul
keyakinan bahwa otonomi sebagai "jalan keluar" untuk meningkatkan
produktivitas pendidikan.
Karenanya Dinas Pendidikan sebagai suatu sistem yang dinamis,
dinamikanya akan tampak dari reaksi staf yang ditelusuri pada tiga hal
yaitu motivasi kerja, kepuasaan kerja dan gaya kepemimpinan. Baik
gaya kepemimpinan, kepuasan kerja maupun motivasi kerja dalam
pandangan sistem organisasi yang dinamis, semua diarahkan untuk
meningkatkan (1) kemampuan untuk menyesuaikan diri;(2) kesadaran
akan identitas; (3) kapasitas untuk menguji kebenaran (Jahoda dalam
Schein, 1984).
Untuk dapat mengemban maksud-maksud tersebut, secara
efektif dibutuhkan kepemimpinan para pejabat yang handal. Artinya,
kepemimpinan merupakan syarat mutlak suatu lembaga yang
mempunyai fungsi yang sangat vital bagi kepentingan organisasi.
Kepemimpinan
selalu berkaitan dengan kemampuan seseorang baik
akademis maupun pribadi, yang dengan kekuatan itu dapat mem
pengaruhi orang lain untuk turut berperilaku sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan organisasi.
Perilaku kepemimpinan dianggap akan mempengaruhi perilaku
orang tersebut sebab kepemimpinan merupakan fenomena seseorang
dalam mempengaruhi orang lain yang terjadi dalam konteks interaksi.
Dalam teori-teori kepemimpinan terutama yang berkaitan dengan teori
perilaku,
kepemimpinan
dinyatakan
sebagai
sejumlah
deskripsi
perilaku dalam interaksi dengan bawahannya (Luthan, 1985). Perilaku
kepemimpinan
yang
berkualitas
ditunjukan dengan deskripsi
(Luthan,
1985;
karakteristik pribadi
Silver,
1982)
pemimpin yang
meliputi (1) kematangan sosial, (2) kecerdasan, (3) kebutuhan untuk
berprestasi dan (5) sikap dalam hubungan kemanusiaan.
perilaku-perilaku tersebut di .atas pada
kenyataannya
Wujud dari
cenderung
membentuk kekhasan atau perilaku dominan yang diperlihatkan dalam
konteks
interaksi
dengan
tersebut
menjadi
prototipe
bawahannya.
perilaku
Kecenderungan
yang
sering
perilaku
disebut
gaya
kepemimpinan.
Memang benar, dalam kenyataannya perilaku kepemimpinan
cenderung mengarah pada gaya tertentu. Gaya kepemimpinan itu bisa
dibawa sejak lahir atau dibentuk melalui berbagai pengalaman baik
pendidikan
formal
maupun
hasil
pengalaman
hidupnya
yang
bermakna. Keterkaitan gaya kepemimpinan dengan aspek situasi atau
konteks maupun konten dalam bekerja sering dianalisis dalam teori
kepemimpinan
situasional,
misalnya
dicari
kesesuaian
gaya
kepemimpinan dengan kematangan bawahan.
Secara institusional, kepemimpinan diarahkan untuk pencapaian
tujuan-tujuan organisasi atau untuk pemeliharaan kelompok dalam
rangka menjaga kemampuan "terus hidup" organisasi. Pengaruh dari
kepemimpinan tersebut terhadap pemeliharaan kelompok dapat
ditelusuri dari keterkaitannya dengan motivasi dan kepuasaan dalam
bekerja.
Motivasi kerja pada kontruks yang dikembangkan oleh
Atkinson dan Mc. Clelland (dalam Buhari Zainun, 1981: 52)
menampilkan ada tiga macam motif, yaitu motif berprestasi ( need for
achievement), motif untuk berafiliasi ( need for affilition ), dan motif
berkuasa {need for power). Sekalipun dikatakan bahwa semua orang
mempunyai kebutuhan dan motif, namun tidak semua orang memiliki
kebutuhan dan motif yang sama kuatnya, namun demikian Atkinson
dan Mc. Clelland sudah menggunakan teori ini untuk meningkatkan
kinerja suatu pekerjaan dengan jalan menciptakan kondisi sedemikian
rupa sehingga dapat menggerakkan orang kearah pencapaian hasil
pekerjaan yang diharapkan.
Di samping faktor kepemimpinan, faktor lain yang diperkirakan
banyak berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi adalah
faktor kinerja para pegawai, yang erat kaitannya dengan motivasi
kerja dan kepuasan kerjanya. Motivasi merupakan salah satu bagian
terpenting dalam meningkatkan kinerja pegawai. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam
diri
individu
(instrinsik) dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya (ekstrinsik). Kedua faktor ini menjadi sumber kekuatan
yang dapat membuat seseorang berprestasi dengan baik. Tanpa
motivasi produktivitas kerja akan sulit tercapai, sebab motivasi
merupakan faktor terpenting untuk mengubah nasib individu maupun
instansi, dimana ia menggantungkan diri. Kepuasan kerja pegawai
secara teoritis akan tercipta oleh sejumlah faktor yang saling
berkaitan, seperti kepemimpinan para pejabat, fasilitas pekerjaan,
iklim kerja dan hubungan kerja yang manusiawi. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa, apabila kepuasan kerja para pegawai tercapai
akan meningkatkan motivasi pegawai untuk iebih giat melaksanakan
pekerjaannya.
Dengan
demikian
berdasarkan
gambaran
tersebut,
maka
permasalahan yang perlu diungkap melalui penelitian ini berkaitan
dengan
bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan para pejabat
struktural, kepuasan kerja terhadap motivasi para pegawai.
B. Rumusan Masalah
Aspek kepemimpinan, kepuasan kerja pegawai dan motivasi
kerja pegawai merupakan variabel-variabel yang erat kaitannya
dengan dimensi produktivitas kerja pegawai. Produktivitas kerja
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah dipenuhi
berbagai persyaratan spesifikasi dan atau harapan. Konsep ini hanya
dapat berorientasi kepada masukan, keluaran atau kedua-dJLnVfe^'^ L
samping itu, kualitas kerja tersebut juga berkaitan dengar
produksi yang dipandang berpengaruh pula pada kualitas hasil yang
dicapai.
Merujuk pada gambaran permasalahan di muka, maka variabel
gaya kepemimpinan para pejabat struktural di lingkungan Dinas
Pendidikan Propinsi Jawa Barat merupakan fokus masalah yang
memerlukan kajian secara empirik. Apakah faktor gaya kepemimpinan
para pejabat struktural dan kepuasan kerja para pegawai tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja ?
Secara teoritis, dimensi kepemimpian yang dimaksud akan
berkenaan dengan variabel (l) kepribadian,(2) kemampuan
profesional,(3) akontabilitas,dan (4) gaya kepemimpinan. Idealnya
penelitian ini mengungkap keterkaitan keseluruhan variabel tersebut,
supaya dapat mengungkap gambaran yang lebih komprehensif tentang
produktivitas pegawai. Akan tetapi dengan segala keterbatasan,
penulis mencoba mengungkap salah satu aspek dari dimensi
kepemimpinan tersebut, yaitu bagaimana pengaruh variabel gaya
kepemimpinan yang diperankan para pejabat struktural terhadap
motivasi kerja di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut, maka
masalah yang perlu diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran gaya kepemimpinan yang diperankan oleh
para pejabat struktural di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi
Jawa Barat ?
2. Bagaimana gambaran kepuasan kerja pegawai Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Barat ?
3. Bagaimana gambaran motivasi kerja pegawai Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Barat dalam melaksanakan tugasnya ?
4. Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja
terhadap motivasi kerja pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Barat ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Maksud utama penelitian ini ialah untuk menemukan gambaran
empirik tentang pengaruh gaya kepemimpinan para pejabat struktural
dan kepuasan kerja pegawai terhadap motivasi kerja. Berdasarkan
maksud tersebut, maka tujuan penelitian ialah diharapkan dapat :
a. Menemukan gambaran empirik tentang gaya kepemimpinan para
pejabat struktural di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa
Barat.
b. Menemukan gambaran empirik tentang kepuasan kerja pegawai
Dinas
Pendidikan
tugasnya.
Propinsi
Jawa
Barat dalam
melaksanakan
c. Menemukan gambaran empirik tentang motivasi kerja
Dinas
Pendidikan
Propinsi
Jawa
Barat
dalam
melak:
tugasnya.
d. Menemukan
gambaran
empirik
tentang
pengaruh
gaya
kepemimpinan pejabat struktural dan kepuasan kerja terhadap
motivasi kerja pegawai Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat dalam
melaksanakan pekerjaannya.
2. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini banyak berkenaan dengan teori dan
konsep tentang perilaku
mengungkap
peran-peran
individu dalam organisasi.
individu
dalam
kontek
merupakan kajian yang sangat bermanfaat untuk
ilmu
Administrasi
dan
Manajemen
Pendidikan
Karena
itu,
berorganisasi,
mengembangkan
terutama
yang
berkaitan dengan studi tentang teori dan konsep Kepemimpinan
Pendidikan.
Secara
praktis, penelitian ini sangat berguna
untuk bahan
masukan bagi pengambil keputusan dalam upaya menciptakan dan
melaksanakan kebijakan pengembangan tenaga kependidikan,
yang
sinergi dengan tujuan organisasi dan individu. Di samping itu, hasil
penelitian ini dapat dijadikan rujukan alternatif bagi perbaikan dan
peningkatan mekanisme pembinaan kepegawaian pendidikan guna
kesinambungan dalam pelaksanaan tugas dan perbaikan produktivitas
serta kinerja kelembagaan pendidikan, khususnya pada organisasi-
11
organisasi sistem pendidikan tingkat pusat, propinsi, maupun tingkat
kabu paten.
D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1. Kerangka Pemikiran
Perubahan
perubahan
organisasi
kepemimpinan.
mengandung
Atau
dengan
implikasi
kata
lain,
terhadap
konsepsi
kepemimpinan berbeda dari suatu sistem organisasi ke sistem yang
lain. Perbedaan tersebut menurut Schien (1984), akan tampak pada:
(1)
Jenis/bentuk
dasar
organisasi
yang
"paksaan",
konsep
kepemimpinan identik dengan "raja atau maharaja", diktator atau
tirani; (2) Jenis/bentuk dasar organisasi utiliter, konsep kepemimpinan
identik dengan penyelia, manager, eksekutif dan atau birokrat;
(3) Jenis/bentuk dasar organisasi "normatif", konsepsi kepemimpian
identik dengan pemimpin yang "benar", juru selamat, atau wirausaha.
Dengan demikian, konsepsi kepemimpinan mengalami perubahan
sesuai dengan pola dasar yang dikembangkan oleh organisasi.
Berkenaan dengan konsep untuk membahas permasalahan yang
berkenaan dengan variabel gaya kepemimpinan, perlu diungkap dari
konsepsi teoritis tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
proses kepemimpinan.
Secara teoritis, kepemimpinan "... is the process of influencing
the activities of an individual or a group in efforts toward goal
achievement in a given situation" (Hersey & Blanchard, 1977:83).
12
Pandangan ini menunjuk bahwa studi tentang kepemimpinan bukanlah
terletak pada orangnya, melainkan pada bagaimana proses orang
tersebut dalam
mempengaruhi orang lain
baik secara
individual
maupun kelompok dalam situasi tertentu, sehingga orang yang
dipengaruhi tersebut dapat melakukan apa-apa yang diinginkan oleh
orang yang mempengaruhinya.
Merujuk pengertian tersebut, maka secara proses, unsur-unsur
yang melekat pada kepemimpinan berkenaan dengan aspek pemimpin,
aspek pengikut, dan aspek situasi.
Unsur pemimpin, berkenaan
dengan variabel pelaku atau gaya-gaya kepemimpinan, keterampiian,
pengetahuan, dan nilai-nilai yang melekat pada kepribadian pemimpin.
Unsur kelompok, berkenaan dengan variabel norma dan nilai-nilai
kelompok, kepaduan, keterkaitan pada tujuan, harapan kelompok, dan
kebutuhan kelompok. Unsur situasi, berkenaan dengan variabel nilai
organisasi, pengaruh teknologi, tuntutan tugas, dan variasi tugas.
Teori
tentang
gaya-gaya
kepemimpinan,
diturunkan
dari
pendekatan perilaku tentang pemimpin. Menurut pendekatan ini,
aspek
terpenting
dari
kepemimpinan
bukan
pada
sifat
atau
karakteristik dari pemimpin, tetapi apa yang dilakukan pemimpin
dalam berbagai situasi. Efektivitas kepemimpinan sangat tergantung
pada gaya yang diterapkannya.
Salah satu teori yang dapat dijadikan rujukan adalah teori yang
dihasilkan oleh Universitas Michigan. Ada dua gaya kepemimpinan
yang dikenal pada studi ini, yaitu (1) Gaya kepemimpinan pemusatan
13
tugas
(job-centered) dan
(2)
Gaya
kepemimpinan
pemusatan
karyawan (employee-centered).
Gaya
kepemimpinan
pemusatan
tugas
menekankan
pada
penggunaan supervisi kekuasaan, legitimasi dan paksaan, menepati
jadwal waktu, dan penilaian prestasi kerja yang ketat. Sedangkan
gaya
kepemimpinan
pemusatan
karyawan
penekanannya
delegasi wewenang dan tanggung jawab serta
pada
memperhatikan
kesejahteraan karyawan.
Dimensi yang kedua adalah kelompok. Kelompok disini diartikan
sebagai orang yang dipimpin, yang secara sosial mempunyai nilai-nilai
tersendiri. Nilai-nilai inilah yang akan menjadi rujukan bagaimana
seorang pemimpin dapat mengayomi kebutuhan, keinginan, dan
harapan-harapan kelompok yang terpadu dengan kebersamaan dalam
mencapai tujuan
bersama.
Karena
itu,
perilaku
kelompok pun
semestinya diarahkan pada bagaimana kelompok dapat memerankan
perilaku tugas (task behavior) dan bagaimana kelompok dapat
memerankan perilaku hubungan kemanusiaan diantara kelompok
(humans behavior).
Dimensi yang ketiga adalah situasi. Pengaruh situasi terhadap
kepemimpinan sering menimbulkan pertanyaan: Sejauhmana studi
terhadap proses kepemimpinan dalam kelompok dapat diaplikasikan
dalam situasi-situasi kepemimpinan lainnya? Situasi memang memiliki
karakteristik tersendiri. Di samping norma atau nilai-nilai yang dianut
oleh organisasi, yang senantiasa menuntut tambahan dan variasi
14
tugas-tugas serta
peranan, sebagai akibat pengaruh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Juga, memiliki karakteristik khas,
yaitu selalu berubah-ubah. Karena itu, tipe, gaya dan tugas yang
harus diperankan oleh seorang pemimpin tidak bersifat konstan, tetapi
bersifat variatif.
Untuk melihat kepuasan kerja pegawai dalam kaitannya dengan
proses kepemimpinan para pejabat struktural merujuk dari faktor-
faktor yang mempengaruhi produktivitas pegawai. Pada dasarnya
kepemimpinan berada dalam konteks interaksi antar manusia,
cakupan pengaruhnya akan dirasakan melalui kontak-kontak interaksi
antara pimpinan dengan staf.
Karena itu, gaya kepemimpinan akan
terkait dengan aspek lain dalam suatu kelompok. Aspek tersebut
dalam organisasi diantaranya adalah : (1) kepuasaan kerja dan (2)
motivasi kerja.
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dirumuskan di atas,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah:
a. Kepemimpinan demokratis yang dikembangkan pimpinan satuan
kerja dalam melaksanakan kepemimpinannya dapat meningkatkan
motivasi kerja pegawai;
b. Kepemimpinan demokratis yang dikembangkan pimpinan satuan
kerja
dalam
melaksanakan
kepemimpinannya
terhadap peningkatan kepuasan kerja pegawai;
berpengaruh
15
c. Semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh pegawai maka
motivasi kerja pegawai akan meningkat.
d. Gaya kepemimpinan demokratis yang dikembangkan pimpinan
satuan kerja dalam melaksanakan kepemimpinannya dan kepuasan
kerja yang dirasakan pegawai berpengaruh signifikan terhadap
motivasi kerja pegawai.
Berdasarkan
proposisi
hipotesis konseptual
yang
diajukan
peneliti, diterjemahkan kedalam diagram jalur seperti gambar berikut:
Gambar 1
STRUKTUR HUBUNGAN VARIABEL
E. Definisi Operasional
Beberapa istilah yang perlu dijelaskan secara operasional dalam
penelitian ini ialah:
1. Pengaruh
Istilah 'pengaruh' dalam penelitian ini mengacu pada pola
hubungan fungsional (determinatif) diantara dua variabel atau
lebih, yaitu variabel terikat (dependent), tergantung pada variabel
bebas (independen).
16
Berdasarkan istilah tersebut, maka variabel motivasi kerja
sebagai variabel terikat dianggap tergantung pada variabel bebas
yaitu gaye kepemimpinan pejabat struktural dan kepuasan kerja.
Dengan kata lain bahwa variabel gaya kepemimpinan dan kepuasan
kerja dipandang mempunyai konstribusi terhadap variabel motivasi
kerja pegawai.
2. Motivasi Kerja.
Dalam penelitian ini motivasi kerja didefinisikan sebagai
kebutuhan berprestasi pegawai dalam lingkungan pekerjaan yang
diperlihatkan melalui keunggulan kinerja yang meliputi antara lain :
(1) senantiasa termotivasi untuk selalu meningkatkan kemampuan
dan keunggulan dalam bekerja, (2) memiliki rasa tanggungjawab
yang besar terhadap pelaksanaan pekerjaannya dan (3) memiliki
sifat untuk selalu meningkatkan kualitas hasil pekerjaan serta
memiliki sifat terbuka terhadap kritik dan saran sebagai bahan
umpan balik guna perbaikan prestasi kerjanya.
3. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merujuk pada derajat kepuasan pegawai
terhadap aspek kebijakan organisasi, supervisi, gaji, hubungan
interpersonal, kondisi kerja, status, keamanan kerja, efek terhadap
kehidupan
personal.
Pada
penelitian
ini
kepuasan
kerja
didefinisikan sebagai terpenuhinya : (1) kebutuhan sosial, (2) rasa
17
aman dan, (3) Kebutuhan fisik dalam pekerjaan.
Pemenuhan
kebutuhan dalam pekerjaan itu sendiri berhubungan dengan:
(1) pekerjaan itu hams dialami sebagai suatu yang berarti,
bermanfaat atau penting; (2) pekerjan itu hams dialami sebagai
sesuatu yang hams dipertanggungjawabkan secara pribadi; dan
(3) pekerjaan itu hams dirasakan memberikan kepastian mengenai
apakah hasilnya memuaskan atau tidak memuaskan. Pemenuhan
kebutuhan
dalam
konteks
interaksi
adalah
pemenuhan
rasa
kepuasan dalam interaksi sosial dengan rekan sejawat dan atasan
ketika bekerja. Pemenuhan kebutuhan
yang berkaitan dengan
kebijakan adalah pemenuhan kepuasan yang berkaitan dengan
gaji, promosi, kondisi kerja dan hal-hal lain diluar kewenangannya.
4. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dalam penelitian ini merujuk kepada
teori gaya kepemimpinan demokratis. Untuk dapat mengungkap
proses kepemimpinan, idealnya penelitian ini mengungkap proses
kepemimpinan pada keseluruhan variabel kepemimpinan namun
karena keterbatasan,
pembahasan difokuskan kepada tiga aspek
kepemimpinan yaitu : (1) pengambilan keputusan, (2) penegakan
disiplin, dan (3) hubungan sosial dengan bawahan.
Dalam gaya demokratis pemimpin di tengah-tengah anggota
kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota kelompok bukan
sebagai majikan terhadap buruhnya, melainkan sebagai kakak
terhadap
saudara-saudaranya.
Pemimpin
yang
demokratis
berusaha menstimulasi anggota-angotanya agar bekerja secara
produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan
usaha-usahanya ia selalu
berpangkal
pada
kepentingan dan
kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan
serta kemampuan kelompoknya. Dalam melaksanakan tugasnya, ia
mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saransaran dari kelompoknya. Juga kritik-kritik yang membangun dari
para anggota diterima sebagai umpan balik dan dijadikan bahan
pertimbangan dalam tindakan-tindakan selanjutnya. Ia mempunyai
kepercayan
pula
pada
anggota-anggotanya
bahwa
mereka
mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung-
jawab.
Pemimpin selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan
dan persatuan. Ia selalu berusaha membangun semangat anggota
kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya.
Di samping itu ia juga memberi kesempatan kepada anggota
kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan
mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggungjawabnya.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian
deskriptif yaitu metode yang digunakan dalam penelitian untuk
menganalisa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat penelitian
berlangsung.
Sementara
yang
dimaksud
dengan
pendekatan
kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian
dengan cara mengukur indikator-indikator variable penelitian sehingga
diperoleh gambaran pengaruh diantara variabel-variabel tersebut.
Lebih lanjut dapat diuraikan pula bahwa metode penelitian
deskriptif menurut Winarno Surachmad (1988: 19) bahwa penyelidikan
deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang. Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai
pada pengumpulan dan penyusunan data tetapi melalui analisa dan
interpretasi tentang arti data.
Meskipun dalam beberapa literatur penelitian kependidikan,
bentuk-bentuk metode deskriptif ini sangat banyak, namun ada sifat-
sifat tertentu yang pada umumnya terdapat dalam metode deskriptif,
sehingga dapat dipandang dengan ciri, yakni bahwa metode ini:
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang pada masalah-masalah yang aktual.
60
61
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan
kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut
metode analitik).
Melalui penerapan metode penelitian desktirptif yang meneliti
keadaan masalah penelitian yang sedang berlangsung atas objek
penelitian, difiarapkan diperoleh informasi yang tepat dan gambaran
yang lengkap mengenai permasalahan yang diteliti.
Masalah kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi kerja
pegawai pada suatu organisasi kependidikan, pada umumnya bersifat
kontekstual
yang diasumsikan
mempunyai
hubungan
yang
kentekstual pula. Karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif, dengan alasan bahwa
metode penelitian deskriptif dianggap paling relevan dengan
menganalisis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat penelitian
berlangsung dengan cara mengukur indikator-indikator variabel
penelitian dengan parameter dan teknik pengukuran statistik,
sehingga diperoleh gambaran data tentang pola hubungan diantara
variabel-variabel yang diukur.
B. Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian yang secara operasional perlu
ditelusuri merujuk pada pola hubungan variabel antara gaya
kepemimpinan, kepuasan kerja dengan motivasi kerja.
62
Pertama, variabel gaya kepemimpinan yang dalam penelitian ini
merupakan variabel eksogenus yang pertama, sangat berhubungan
dengan aspek pelaksanaan tugas dan hubungan antar manusia dalam
lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Karena itu, sudut
kajian variabel gaya kepemimpinan (variabel Xi) diukur melalui tiga
sub-variabel yaitu proses pembuatan keputusan, penegakan disipiin
kerja, dan hubungan sosial antara pimpinan dengan bawahan.
Kedua variabel kepuasan kerja yaitu veriabel eksogenus kedua
(variabel X2) yang diukur melalui tiga sub-variabel yaitu pemenuhan
kebutuhan sosial dalam bekerja, pemenuhan kebutuhan rasa aman
dalam bekerja dan pemenuhan kebutuhan fisik dalam bekerja.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat
individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang
berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya.
Karena adanya perbedaan pada masing-masing individu, semakin
banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang
dirasakannya. Kepuasan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini
mengacu kepada pendapat Tiffin (Moh. As'ad, 1998: 104) bahwa
kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan
terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara
pimpinan dengan karyawan. Jadi kepuasan kerja merupakan perasaan
seseorang terhadap pekerjaan. Kepuasan kerja ditandai oleh adanya
pemenuhan
kebutuhan
rasa aman dalam
bekerja,
pemenuhan
63
kebutuhan sosial dalam bekerja, dan pemenuhan kebutuhan fisik
dalam bekerja .
Ketiga, variabel motivasi yaitu berkenaan dengan gambaran
empirik mengenai suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi
seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam
usaha mencapai tujuan. Whittaker (Malayu, 1999) mengemukakan
bahwa
motivasi
mengaktifkan
atau
adalah
kondisi-kondisi
memberi dorongan
atau
kepada
keadaan
yang
makhluk untuk
bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi
tersebut.
Sondang
P. Siagian
(1995:
128)
mengemukakan
bahwa
"pergerakan (motivating) dapat didefinisikan secara keseluruhan, yaitu
proses pemberian dorongan kepada para bawahan sedemikian rupa
sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi yang efisien dan ekonomis". Sejalan dengan itu Wexley dan
YukI (1977: 83) mengartikan motivasi kerja adalah suatu yang
menimbulkan semangat atau dorongan kerja.
Oleh karena itu yang dimaksud motivasi kerja dalam penelitian
ini adalah suatu dorongan baik datang dari dalam maupun luar diri
individu yang dapat menimbulkan kekuatan pada diri seseorang dalam
melakukan pekerjaannya guna mencapai tujuan tertentu yang lebih
baik. Indikator dari motivasi kerja mencakup; pekerjaan mendorong
pegawai untuk lebih meningkatkan kemampuan, pekerjaan mendorong
64
pegawai untuk berprestasi, dan pekerjaan mendorong pegawai untuk
senantiasa bertanggung jawab terhadap hasil-hasil yang dicapai.
Keempat,
berkenaan
dengan
gambaran
empirik
tentang
seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan pejabat struktural dan
kepuasan kerja terhadap motivasi kerja karyawan. Istilah pengaruh
mengacu
pada
pola
hubungan
fungsional
(determinatif)
dimana
variabel motivasi kerja pegawai sebagai variabel endogenus ( Y ),
tergantung pada variabel eksogenus yaitu gaya kepemimpinan ( Xt )
dan kepuasan kerja ( X2 ).
Berikut dikemukakan pola hubungan antara variabel-variabel
penelitian tersebut.
r^>
1X1X2
PX2X1
Pyxi
pYxm
PYX2
PX281
Gambar 7: POLA HUBUNGAN VARIABEL PENELITIAN
Keterangan
Y = Motivasi Kerja
Xi = Gaya Kepemimpinan
X2 = Kepuasan Kerja
65
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh karyawan di
lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. Penentuan tempat
penelitian,
didasarkan
pada
pertimbangan
bahwa
organisasi
pendidikan ini memiliki karakteriatik yang bersifat umum, disamping
pertimbangan penulis sebagai salah satu jajaran staf pelaksana pada
organisasi kependidikan tersebut. Sampel adalah sebagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara
acak untuk keseluruhan karyawan yang berada di lingkungan Dinas
Pendidikan. Dalam sampel acak setiap anggota populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Pengambilan sampel
mengacu kepada pendapat Arikunto (1997: 120)
bahwa dalam
pengambilan sampelnya, peneliti "mencampur" subyek-subyek di
dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan
demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek
untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh
karena hak setiap subyek sama, maka penelitian terlepas dari
perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk
dijadikan sampel.
Dengan demikian, dalam penelitian ini yang
dijadikan sampel sebagai wakil dari populasi menjadi representatif dan
reliabel. Untuk menentukan ukuran sampel mengacu kepada pendapat
Cochran ( Deni Darmawan, 2001 ; 75), yaitu metoda pengambilan
66
sampel minimum, yaitu metoda pengambilan sampel minimum dengan
rumus sebagai berikut :
n (min ) =
rf—
YMT,
1+1
Keterangan :
n(min) = Jumlah sampel terkecil
N
= Jumlah sumber data populasi
t
= Nilai paga kurva normal berdasarkan taraf nyata yang
dipilih
p
( a = 0,05; harga t = 1,96 )
= Proporsi dari salah satu unit yang dibandingkan
d
= 1- p
d
= taraf kesalahan dalam persen (ditetapkan 5 %)
Setelah melalui perhitungan dengan menggunakan rumus diatas
maka jumlah sampel n (min) dalam penelitian ini adalah sebanyak 155
responden, adapun langkah-langkah perhitungan tersebut adalah :
(l,962 *0.167457*0.832543)
0,052
n (min ) =
i*.1
(l,962 *0.167457 *0,832543)"
633
0.052
_ 214,2304
~ 1,338073
= 160,1037 dibulatkan menjadi 161
Dari jumlah sampel minimal hasil perhitungan diatas, menurut
Cochran (Deni Darmawan : 2001) diasumsikan hanya 95 % yang
dapat diobservasi, atas pertimbangan ini maka jumlah sampel n (har)
menjadi :
n (har) = 95 % x 161
67
= 154,9500, dibulatkan menjadi 155
Setelah diketahui ukuran sampel seperti di atas, maka langkah
selanjutnya adalah mengalokasikan sampel kedalam satuan-satuan
populasi populasi dengan menggunakan rumus :
Ni
n,= — xn
N
Al Rasyid ( 1993 :80 )
Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh alokasi proporsional
dengan contoh perhitungan sebagai berikut :
ni=
x 155 = 27,18 -* dibulatkan = 27
633
Jumlah alokasi sampel secara terinci dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 1
JUMLAH POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
No
Populasi
Bagian/Subdin
Gol.
Gol.
Ill
II
111
65
58
Sampel
Jml
Gol.
Gol.
Ill
II
176
27
16
43
24
82
14
6
20
Jml
2.
Bagian TU
Bina Proqram
3.
Pendas
76
21
97
19
5
24
4.
Dikmenti
76
30
106
19
7
26
74
12
6
18
1.
5.
PLB
48
26
6.
PLS
68
30
98
17
7
24
437
196
633
108
47
155
Jumlah
D. Pengembangan Alat Pengumpul data
Pengembangan
alat
pengumpul
data
penelitian
dilakukan
dengan mengacu kepada variabel yang diteliti. Adapun variabel yang
diteliti mencakup gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi
kerja.
Mengacu kepada permasalahan yang diteliti dan tujuan
' •&?£$$
penelitian ini, maka data yang perlu dikembangkan ad^lati^^jtaj^s /,
\\ ^^u>\,£? ft
tentang gaya kepemimpinan, kepuasan kerja yang dihui^un^^j^t^ &
dengan motivasi kerja. Oleh karena itu, ditetapkan alat pengumpul
data yang relevan dengan fokus permasalahan.
Alat pengumpul data tentang gaya kepemimpinan, kepuasan
kerja
dan
motivasi
berbentuk skala
kerja
likert
dikembangkan
dengan
alternatif
dengan
jawaban
angket yang
untuk
gaya
kepemimpinan yaitu selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah.
Untuk variabel kepuasan kerja dan motivasi kerja yaitu sangat setuju,
setuju, kurang setuju dan tidak setuju.
Responden
dipersilakan
untuk
menjawab pertanyaan dan
pemyataan yang diajukan dalam kuesioner sesuai dengan keadaan
yang dirasakannya mengenai gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan
motivasi kerja di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Alat ini dikembangkan oleh penulis sendiri dengan mengacu kepada
konsep teori yang mendasarinya. Dari teori itu, kemudian disusun kisi-
kisi yang selanjutnya dijabarkan ke dalam item pertanyaan. Kisi-kisi
alat pengumpul data dikembangkan seperti disajikan pada tabel di
bawah ini :
Tabel
2
KISI-KISI ALAT PENGUNGKAP DATA PENELITIAN
Variabel
1. Gaya
Kepeimpinan
No.Item
Indikator
- Pembuatan keputusan
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
10,11
- Penegakan disiplin kerja
- Hubungan sosial dengan
bawahan
12,13,14,15,16,17,
18,19,20,21,
22,23,24,25,26,27,
28,29,30,31,35,33,
34,35
69
2. Kepuasan kerja
-
Kebutuhan rasa aman
-
Kebutuhan sosial
-
Kebutuhan fisik
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
10,11,12
13,14,15,16,17,
18,19,20,21,22,23
24,25,26,27,28,29,
30,31,35,33,34,35
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
- Pekerjaan Mendorong
untuk lebih meningkatkan
kemampuan pegawai
- Pekerjaan mendorong
pegawai untuk berprestasi
- Pekerjaan mendorong
pegawai untuk enantiasa
bertanggungjawab
terhadap hasil-hasil yang
3. Motivasi Kerja
10,11,12
13,14,15,16,17,18
19,20,21,22 ,23
24,25,26,27,28,
29,30,31,35,33,34,
35
dicapai
Selanjutnya
termuat
dalam
untuk
kisi-kisi
lebih
mendalami
tersebut
maka
konsep-konsep
konsep-konsep
yang
tersebut
diuraikan dalam bentuk penjabaran konsep teoritik kedalam konsep-
konsep empiris dan analisis (Bambang Suwarno; 1985) seperti dalam
lampiran 1.
Atas dasar uraian penjabaran konsep teoritik kedalam konsep-
konsep empiris dan analisis, selanjutnya dikembangkan alat penelitian
dalam bentuk kuesioner (lampiran 2).
E. Prosedur Pengumpulan Data
Sebelum
kegiatan
pengumpulan
data
yang
sebenarnya
dilakukan, terlebih dahulu angket yang akan digunakan diuji cobakan
terhadap
responden
yang
memiliki
karakteristik sama
dengan
responden yang telah ditetapkan. Uji coba dimaksudkan untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan yang
mungkin terjadi baik dalam hal redaksi, alternatif jawaban yang
70
tersedia maupun maksud dalam pernyataan dan jawaban tersebut.
Pentingnya uji coba ini diungkapkan Sanafiah Faisal (1982: 38), yaitu:
"setelah angket disusun lazimnya tidak langsung disebarkan
untuk penggunaan sesungguhnya (tidak langsung dipakai dalam
pengumpulan data yang sebenarnya). Sebelum pemakaian yang
sesungguhnya sangatlah mutlak diperlukan uji coba terhadap isi
maupun bahasa angket yang telah disusun".
Setelah data uji coba angket terkumpul, selanjutnya dilakukan
analisis statistik dengan tujuan untuk menguji tingkat validitas dan
reliabilitasnya. Dengan diketahui keterjaminan validitas dan reliabilitas
alat pengumpul data, maka diharapkan hasil penelitian memiliki
validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk uji
coba angket ini penulis melakukannya terhadap 40 orang pegawai.
1. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas item dimaksudkan untuk melihat tingkat kesohehan
alat yang digunakan. Pengujian validitas item ini dilakukan dengan
mengkorelasikan antara skor setiap item dengan skor total (Masri
Singarimbun,dkk, 1987). Pengujian validitas ini menggunakan rumus
product moment correlation.
Dimana
skor
masing-masing
item
dikategorikan sebagai variabel X dikorelasikan dengan skor total
sebagai variabel Y, dengan rumus :
fXY =
dimana :
rxv
= koefisien korelasi
X
= Skor masing-masing item
71
Y
= Skor Total
Untuk mempermudah perhitungan uji validitas item dilakukan
dengan bantuan komputer program SPSS for windows versi 10.0.
Item dinyatakan tidak valid apabila koefisien korelasi (rhitUng )lebih
besar dari rtabei. Setelah melalui proses perhitungan diperoleh 30 item
untuk masing-masing vaiabel yang memenuhi syarat (valid) lampiran
10. Contoh perhitungan uji validitas pada lampiran 9.
2. Uji Reliabilitas Alat Pengumpul Data
Untuk memperkuat pengujian di atas, selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas alat. Dalam pengujian reliabilitas alat ini digunakan metoda
statistik
dengan
menghitung
koefisien
reliabilitas,
dengan
menggunakan rumus Alfa Cronbach:
r n \
rn -
\n-\\
1——
ot)
rn
= reliabilitas yang dihitung
ct2i
= Varians masing-masing item
a2t
= Varians total
Untuk
mengukur
reliabilitas
instrumen
penelitian
berpedoman kepada klasifikasi Guilford, sebagai berikut :
r
> 0,8
0,6 < r > 08
: sangat kuat
: kuat
0.4 < r > 06 : sedang
dengan
72
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa ketiga variabel
adalah reliabel
dengan tingkat reliabilitas sangat kuat. Analisis
reliabilitas variabel dapat dilihat pada lampiran 11.
E. Teknik Analisis Data
Mengolah data adalah suatu langkah yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian. Langkah ini dilakukan agar data yang telah
terkumpul mempunyai arti dan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai
suatu jawaban dari permasalahan yang diteliti.
Langkah-langkah
pengolahan
data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan
memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
2. Memasukan
skor jawaban
responden
kedalam
format
tabel
perolehan skortiap item untuk keseluruhan responden.
3. Untuk pengujian hipotesis terlebih dahulu data yang berskala
ordinal
dikonversikan
menjadi
data
berskala
interval
melalui
metoda method of successive interval ( Al Rasyid : 1994 :131).
Langkah-langkah proses transformasi data adalah sebagai berikut :
a) Menghitung frekwensi ( f ) jawaban rensponden untuk setiap
item pertanyaan.
b) Menghitung proporsi ( p) setiap frekwensi
c) Menghitung proporsi komulatif ( pk )
d) Menentukan nilai batas z untuk setiap kategori lampiran 12
e) Menghitung scale value (nilai skala) (sv) dengan rumus :
_ Density.at.lower.lim .// - Density.at.upper.Mm .it
Area..under.upper lim .it - Ateaunder lower lim .it
f) Menghitung
skor
data
skala
interval
(konversi)
dengan
persamaan :
Skor = SV + | SV minimum + l|
Untuk mempermudah proses transformasi data, perhitungan
dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SCL_Ver2 (lampiran
4). Adapun contoh perhitungan disajikan pada lampiran 6. Hasil
tranformasi data ordinal menjadi data interval
keseluruhan
dapat dilihat pada lampiran 5.
Berdasarkan proposisi hipotesis yang diajukan oleh peneliti,
seperti diterjemahkan ke dalam diagram jalur seperti pada
gambar 7 di muka, maka diagram jalur tersebut terdiri dari
em pat buah sub-struktur yaitu :
a. Substruktur 1 yaitu :
&
p™
Gb. 8 : Struktur Hubungan antara Variabel Xi, dan Y
Sub-strutur
ini
memperlihatkan
hanya
sebuah
variabel
penyebab dan hanya sebuah variabel akibat. Dipandang dari
sudut
regresi,
struktur
ini tidak
lain
dari
struktur
linier
74
sederhana. Dengan demikian koefisien jalurnya adalah koefisien
korelasi, dimana pyxi = rXiY.
Langkah kerja untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut
( Harun Al Rasyid, 1994 ) :
1) Menghitung koefisien korelasi variabel independen (Xi)
terhadap variabel dependen
(Y), dengan
menggunakan
rumus:
^ = /y
J
c Snedecor & Cochran (Darmawan, 2001 : 82)
Vdy)6>2)
2) Menghitung variabel lain (p&) yang tidak diteliti, dimana :
3) Pengujian Signifikansi Path Coeffcient pyxi
a) Merumuskan hipotesis statistik yang akan diuji, yaitu:
Ho : P/xi
= 0
Hi : Pyxi
* 0
b) Menguji hipotesis dengan rumus :
p
t= . m-
[l-P2
Cohen,J &
TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI
(Kajian terhadap Karyawan di Lingkungan Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Barat)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Untuk Menempun Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Adimistrasi Pendidikan
Oleh :
RU S M A
N
NIM.009529
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA ( S-2 )
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2003
LEMBAR PENGESAHAN
Tests ini disetujui dan disahkan :
Pembimbing I
Prop. Dr. H. Bambang Suwarno, MA
Pembimbing II
Prop. Dr. H. Supandi Kartaamihardja, MA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2003
Diketahui
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia '
Prof. Dr. H. Tb. Abin"5yamsuddin Makmun. MA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2003
ABSTRACT
In the leadership theories, particularly in relation with the behavioral theories, the
leadership is meant by a set of behavioral descriptions in doing interactions with
the staff. The leadership behaviors are indicated by descriptionof leader's
personality include: (1) social maturity, (2) intelligence, (3) needs of achieve
ment, and (4) attitude for human relation. The form of personality behavior really
form the leadership characteristics or the dominant leadership behaviour.
The objective of instituional leadership is to achieve the goals of
organization, or to maintain the group of persons in order to save the existence
of organization. The influence of the leadership for the maintenance of group, for
examples, can be explorated to their relation with the satisfaction and motivation
in doing tasks. The problem of research can be formulated as in the following:
How much the influence of leadership and work satisfaction on work
motivation of employee?
The location of research is in the office of Educational Official of West Java
Province, with the total respondents of research was 155 employees. In
accordance with the problem of research, so that it's used descriptive method
with path analysis technique to analyze data.
On the base of quantitave data analysis, the finding of research in general
can be formulated about the influence of the leadership style and work
satisfaction on work motivation as in the following:
First, the influence magnitude of joint variables of Xi and X2 on varible Y is
significant (ti = 6.784, t2 = 4.907 > t.95:i52 = 2.576); the magnitude of pool
influence is 0.669, beside of epsilon variable 0.575. It means that the leadership
style and work satisfaction have the joint influence on the work motivation about
66.9%, while the other variables beside the leadership style and work satisfaction
have the magnitude of influence about 57.5%.
Second, the influence magnitude of variable X on variable Y is significant
(t = 15.726 > to.95: 153) is 0.786, beside the magnitude influence of epsilon
variable 0.618. It means that the work motivation influenced by the leadership
style about 78.8%, while the other variables beside the leadership style influence
about 61.8%.
Third, the magnitude of influence of variable Xi on variableX2 is significant
(t = 15.268 > to.95; 153) is 0.777, beside the influence of epsilon variable 0.629. It
means that the work satisfaction influenced by leadership style about 77.7%,
while the influence beside the influence magnitude of leadership style is 62.95%.
Finally, the magnitude of influence of variable X2 on variable Y is
significant (t = 14.242 > to.95: 153) is 0.755, beside the magnitude of epsilon
variable 0.656. It means that the work motivation influenced by the work
satisfaction is about 75.5%, while the influence of the other variables beside the
magnitude of the work satisfaction influence about 65.57%.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKS
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
i
jjj
v
viii
X
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang Masalah
1
B.
Rumusan Masalah
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
9
D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
11
E.
15
Definisi Operasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi Kerja.
1. Konsep Motivasi
2. Beberapa Teori Motivasi
a. Teori Kebutuhan
b. Teori Motivasi Instrumetal
22
24
c. Teori Proses Motivasi Kerja
d. Motivasi Berprestasi
25
27
3. Hubungan Motivasi Kerja dengan Kepuasan Kerja
29
4. Motivasi Dalam Meningkatkan Kinerja
31
B. Kepuasan Kerja
1. Konsep Kepuasan Kerja
.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
C. Konsep Dasar Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
2. Fungsi Kepemimpinan
3. Pendekatan Mempelajari Kepemimpinan
a. Teori Sifat Kepribadian
b. Pendekatan Perilaku
c. Pendekatan Situasional
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A.
19
19
21
Metode Penelitian.
VII
33
33
35
37
41
45
47
48
49
55
60
60
B. Operasional Variabel Penelitian
61
C.
65
Polulasi dan Sampel Penelitian
D. Pengembangan Alat Pengumpul Data
67
E.
Prosedur Pengumpulan Data
69
F.
Teknik Analisis Data.
72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Data Umum
79
79
2. Gambaran Populasi Penelitian
81
B. Analisis Statistik dan Pengujian Hipotesis
1. Persiapan Analisis Data
a. Seleksi Data
b. Tabulasi Data
C.
80
84
84
86
2. Analisis Data
a. Transformasi Data
87
87
b. Penetapan Kriteria Penafsiran Skor Variabel
3. Deskripsi Hasil Penelitian
a. Kecenderungan Umum Masing-masing Variabel
b. Uji Normalitas Distribusi
c. Pengujian Hipotesis Penelitian
87
88
88
90
92
Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap
Motivasi Kerja .
2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap
Kepuasan Kerja
3. Pengaruh Gaya Kepuasan Kerja terhadap
Motivasi Kerja
4. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja
terhadap Motivasi Kerja
BAB V
79
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN
A.
KESIMPULAN
102
102
104
107
109
112
112
B. IMPLIKASI
115
C. REKOMENDASI
118
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
119
124
VIII
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1
2
3
Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
Kisi-kisi Alat Pengumpul Data
Jumlah Pegawai Dinas Pendidikan
4
Tabulasi Silang Latar Belakang Pendidikan dengan
67
68
81
Variabel Penelitian
84
5
6
7
8
Hasil Seleksi Data
Test of Normality Variabel
Korelasi Pearson Pengujian Hipotesis Pertama
Korelasi Pearson Pengujian Hipotesis Kedua
86
91
94
97
9
10
Korelasi Pearson Pengujian Hipotesis Ketiga
Korelasi Pearson Pengujian Hipotesis Keempat
99
101
IX
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1
Struktur Hubungan Variabel Penelitian
15
2
Proses Motivasi
21
3
Hirarki Kebutuhan Teori Maslow
22
4
Proses Kepemimpinan
44
5
Model Kepemimpinan Blake & Muoto
51
6
Model Kepemimpinan Situasional
57
7
Pola Hubungan Variabel Penelitian
64
8
Stuktur Hubungan Variabel Xi dan Y
73
9
Stuktur Hubungan Variabel Xi dan Xi
75
10 Stuktur Hubungan Variabel X2 dan Y
75
11 Stuktur Hubungan Variabel Xi, X2 dan Y
12 Grafik Latar Belakang Pendidikan Responden
75
82
13 Grafik Pengalaman Prajabatan dan Penataran
82
14 Grafik Masa Kerja Responden
83
15 Kriteria Penafsiran Gambaran Umum Variabel
88
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Halaman
Penjabaran Konsep Teori kedaiam Konsep-
Konsep Empiris dan Analisis tentang :
Gaya Kepemimpinan, Kepuasan Kerja dan
Motivasi Kerja.
124
2
Kuesioner Penelitian.
3
4
5
Data Ordinal Variabel Penelitian
Out Put Transformasi Data
Data Hasil Transformasi Variabel (Data Interval)
6
Contoh Perhitungan Transformasi Data Ordinal
146
!53
162
177
7
Menjadi Data Interval.
Data Hasil Uji Coba Angket
195
201
8
9
Tabel Bantu Uji Validitas Instrumen
Contoh Perhitungan Uji Validitas
207
210
10
11
12
13
14
15
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Pernyataan Penelitian
(Rekap Uji Valitiasltem)
Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen
Tabel Bantu Uji Reliabilitas Instrumen
Out Put Uji Normalitas (Kolmogorov Smirmov)
Model Histogram dan Q-Q Plot
Tabel Bantu dan Contoh Perhitungan koefisien
213
216
222
223
224
Korelasi
228
16
17
18
19
20
21
Deskripsi Dalam rangka Uji Hipotesis
Tabel Harga Kritik Distribusi Student t
Tabel Ordinat Kurva Normal
Tabel Luas Di Bawah Kurva Normal
Surat Permohonan Izin Penelitian
Surat Keterangan/Izin Mengadakan Penelitian
231
232
233
234
235
236
XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mergernya dua instansi antara Kantor Wilayah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat dengan Kantor Dinas
Pendidikan
Propinsi
Jawa
Barat,
sebagai
perwujudan
nyata
inplementasi kebijakan tentang otonomi daerah, secara konseptual
memberikan perubahan yang berarti dalam
diharapkan
dapat
meningkatkan
suatu sistem yang
efektivitas
dan
produktivitas
pelayanan pendidikan nasional. Tentu saja, mergernya kedua instansi
tersebut, sangat berakibat pada seluruh tatanan sistem organisasi,
termasuk yang paling dirasakan secara langsung berakibat pada
struktur sistem kepegawaiannya. Perubahan tersebut, bukan hanya
pada penciutan formasi jabatan dan pembengkakan jumlah pegawai
yang memerlukan pendayagunaan, akan tetapi terhadap motivasi dan
kepuasan kerja pegawai itu sendiri yang sangat berhubungan erat
dengan
aspek
produktivitas
organisasi
Dinas
Pendidikan
dalam
melaksanakan visi dan misi pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Secara
teoritis,
mergernya
kedua
instansi
itu
dapat
dikategorikan dalam
posisi pengembangan organisasi sebagaimana
lazimnya organisasi
dalam
keadaan
berkembang,
mempunyai
karakteristik khusus dibandingkan dengan organisasi yang telah
mantap
(well-established).
Lingkungan
kerja
masih
mengalami
pencarian identitas diri
yang menyebabkan terjadi
reaksi-reaksi
tertentu dari staf sesuai dengan hasil persepsinya terhadap lingkungan
yang baru berkembang tersebut. Pola-pola interaksi yang berkembang
antara pimpinan dan staf seringkali menimbulkan cakupan-cakupan
pengaruh yang berbeda sesuai dengan konteks dimana kepemimpinan
diaktualisasikan.
Merujuk teori Schein (1983), relasi-relasi kepemimpinan di
antara pegawai organisasi Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, dapat
diamati dari dua dimensi pokok, yaitu dimensi substansi dan dimensi
proses. Pada dimensi substansi, di
lingkungan Dinas
Pendidikan
Propinsi Jawa Barat dihadapkan pada berbagai persoalan. Persoalan
yang
mendesak
adalah
belum
terbentuknya
pola
kerja
sama
keorganisasian diantara pegawai yang berasal dari kedua instansi
tersebut. Dengan latar belakang kultur yang berbeda mereka bersatu
dalam pola-pola kerja organisasi yang berbeda secara substansial.
Sedangkan ditinjau dari dimensi proses yaitu dimensi manusiawi dan
perilaku dasar keorganisasian tempat kerja sama diantara orang-orang
yang menpunyai kultur yang berbeda akan menimbulkan dinamika
kerjasama dan konflik diantara kelompok yang pantas mendapat
perhatian dari pemimpin.
Apabila ditelusuri lebih jauh, baik ditinjau dari dimensi substansi
maupun proses, maka Dinas Pendidikan
sebagai suatu organisasi
mempunyai
layaknya
proses
organisasi lain
utama
sebagaimana
yaitu pemecahan
terjadi
dalam
masalah yang senantiasa akan
melibatkan proses interaksi diantara pimpinan dan staf, dimana
pegawai mempunyai tahapan orientasi bukan hanya dengan teman
sejawatnya saja, akan tetapi juga pemecahan masalah masalah
tersebut akan dihadapkan pada persoalan memgembangkan tim yang
solid untuk kepentingan penyelesaian tugas-tugas keorganisasian.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa, pada kondisi saat ini polapola kerja sama diantara staf dan dengan unsur pimpinan di Dinas
Pendidikan
membutuhkan
pengembangan
kerjasama
yang
solid
sebagai akibat logis dari kebijakan merger kedua organisasi tersebut.
Peranan yang
mereka mainkan akan mempengaruhi tidak saja
terhadap produktivitas organisasi tetapi juga dalam hubungan dengan
kewajiban pimpinan membantu staf untuk memecahkan persoalanpersoalan yang menyangkut pekerjaan.
Teori Galbraith (Schien, 1984:258-266) mengemukakan bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi merupakan hal
yang wajar.
Pendapat ini bertitik tolak dari landasan pikiran bahwa
(1) tidak ada satupun cara yang baik untuk mengorganisasi; dan
(2) tidak semua cara untuk mengorganisasi sama efektifnya. Galbraith
(Schein, 1984) mencatat bahwa "persoalan utama yang dihadapi
organisasi ialah 'ketidakpastian tugas' yang dirumuskan sebagai
perbedaan antara
banyaknya
informasi yang diperlukan
untuk
melakukan tugas dengan banyak organisasi yang sudah ada pada
organisasi itu". Semakin banyak ketidakpastian semakin banyak
pengambilan keputusan yang berdasar pada informasi yang berlimpah.
Semakin banyak pengambilan keputusan semakin banyak perubahan
dan pengembangan organisasi yang semuanya diarahkan untuk
meningkatkan kemapanan organisasi dalam menghadapi lingkungan
eskternal yang kian hari kian berubah.
Pendapat
tersebut
lebih
menekankan
bahwa
organisasi
termasuk Dinas Pendidikan ialah sistem yang kompleks yang persoalan
utamanya, sehubungan dengan lingkungannya yaitu mendapatkan
dan memanfaatkan informasi. Meger di lingkungan Dinas Pendidikan
terjadi karena keputusan politik yaitu lahirnya kebijakan otonomi
daerah yang berdasar pada informasi
tertentu sehingga muncul
keyakinan bahwa otonomi sebagai "jalan keluar" untuk meningkatkan
produktivitas pendidikan.
Karenanya Dinas Pendidikan sebagai suatu sistem yang dinamis,
dinamikanya akan tampak dari reaksi staf yang ditelusuri pada tiga hal
yaitu motivasi kerja, kepuasaan kerja dan gaya kepemimpinan. Baik
gaya kepemimpinan, kepuasan kerja maupun motivasi kerja dalam
pandangan sistem organisasi yang dinamis, semua diarahkan untuk
meningkatkan (1) kemampuan untuk menyesuaikan diri;(2) kesadaran
akan identitas; (3) kapasitas untuk menguji kebenaran (Jahoda dalam
Schein, 1984).
Untuk dapat mengemban maksud-maksud tersebut, secara
efektif dibutuhkan kepemimpinan para pejabat yang handal. Artinya,
kepemimpinan merupakan syarat mutlak suatu lembaga yang
mempunyai fungsi yang sangat vital bagi kepentingan organisasi.
Kepemimpinan
selalu berkaitan dengan kemampuan seseorang baik
akademis maupun pribadi, yang dengan kekuatan itu dapat mem
pengaruhi orang lain untuk turut berperilaku sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan organisasi.
Perilaku kepemimpinan dianggap akan mempengaruhi perilaku
orang tersebut sebab kepemimpinan merupakan fenomena seseorang
dalam mempengaruhi orang lain yang terjadi dalam konteks interaksi.
Dalam teori-teori kepemimpinan terutama yang berkaitan dengan teori
perilaku,
kepemimpinan
dinyatakan
sebagai
sejumlah
deskripsi
perilaku dalam interaksi dengan bawahannya (Luthan, 1985). Perilaku
kepemimpinan
yang
berkualitas
ditunjukan dengan deskripsi
(Luthan,
1985;
karakteristik pribadi
Silver,
1982)
pemimpin yang
meliputi (1) kematangan sosial, (2) kecerdasan, (3) kebutuhan untuk
berprestasi dan (5) sikap dalam hubungan kemanusiaan.
perilaku-perilaku tersebut di .atas pada
kenyataannya
Wujud dari
cenderung
membentuk kekhasan atau perilaku dominan yang diperlihatkan dalam
konteks
interaksi
dengan
tersebut
menjadi
prototipe
bawahannya.
perilaku
Kecenderungan
yang
sering
perilaku
disebut
gaya
kepemimpinan.
Memang benar, dalam kenyataannya perilaku kepemimpinan
cenderung mengarah pada gaya tertentu. Gaya kepemimpinan itu bisa
dibawa sejak lahir atau dibentuk melalui berbagai pengalaman baik
pendidikan
formal
maupun
hasil
pengalaman
hidupnya
yang
bermakna. Keterkaitan gaya kepemimpinan dengan aspek situasi atau
konteks maupun konten dalam bekerja sering dianalisis dalam teori
kepemimpinan
situasional,
misalnya
dicari
kesesuaian
gaya
kepemimpinan dengan kematangan bawahan.
Secara institusional, kepemimpinan diarahkan untuk pencapaian
tujuan-tujuan organisasi atau untuk pemeliharaan kelompok dalam
rangka menjaga kemampuan "terus hidup" organisasi. Pengaruh dari
kepemimpinan tersebut terhadap pemeliharaan kelompok dapat
ditelusuri dari keterkaitannya dengan motivasi dan kepuasaan dalam
bekerja.
Motivasi kerja pada kontruks yang dikembangkan oleh
Atkinson dan Mc. Clelland (dalam Buhari Zainun, 1981: 52)
menampilkan ada tiga macam motif, yaitu motif berprestasi ( need for
achievement), motif untuk berafiliasi ( need for affilition ), dan motif
berkuasa {need for power). Sekalipun dikatakan bahwa semua orang
mempunyai kebutuhan dan motif, namun tidak semua orang memiliki
kebutuhan dan motif yang sama kuatnya, namun demikian Atkinson
dan Mc. Clelland sudah menggunakan teori ini untuk meningkatkan
kinerja suatu pekerjaan dengan jalan menciptakan kondisi sedemikian
rupa sehingga dapat menggerakkan orang kearah pencapaian hasil
pekerjaan yang diharapkan.
Di samping faktor kepemimpinan, faktor lain yang diperkirakan
banyak berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi adalah
faktor kinerja para pegawai, yang erat kaitannya dengan motivasi
kerja dan kepuasan kerjanya. Motivasi merupakan salah satu bagian
terpenting dalam meningkatkan kinerja pegawai. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam
diri
individu
(instrinsik) dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya (ekstrinsik). Kedua faktor ini menjadi sumber kekuatan
yang dapat membuat seseorang berprestasi dengan baik. Tanpa
motivasi produktivitas kerja akan sulit tercapai, sebab motivasi
merupakan faktor terpenting untuk mengubah nasib individu maupun
instansi, dimana ia menggantungkan diri. Kepuasan kerja pegawai
secara teoritis akan tercipta oleh sejumlah faktor yang saling
berkaitan, seperti kepemimpinan para pejabat, fasilitas pekerjaan,
iklim kerja dan hubungan kerja yang manusiawi. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa, apabila kepuasan kerja para pegawai tercapai
akan meningkatkan motivasi pegawai untuk iebih giat melaksanakan
pekerjaannya.
Dengan
demikian
berdasarkan
gambaran
tersebut,
maka
permasalahan yang perlu diungkap melalui penelitian ini berkaitan
dengan
bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan para pejabat
struktural, kepuasan kerja terhadap motivasi para pegawai.
B. Rumusan Masalah
Aspek kepemimpinan, kepuasan kerja pegawai dan motivasi
kerja pegawai merupakan variabel-variabel yang erat kaitannya
dengan dimensi produktivitas kerja pegawai. Produktivitas kerja
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah dipenuhi
berbagai persyaratan spesifikasi dan atau harapan. Konsep ini hanya
dapat berorientasi kepada masukan, keluaran atau kedua-dJLnVfe^'^ L
samping itu, kualitas kerja tersebut juga berkaitan dengar
produksi yang dipandang berpengaruh pula pada kualitas hasil yang
dicapai.
Merujuk pada gambaran permasalahan di muka, maka variabel
gaya kepemimpinan para pejabat struktural di lingkungan Dinas
Pendidikan Propinsi Jawa Barat merupakan fokus masalah yang
memerlukan kajian secara empirik. Apakah faktor gaya kepemimpinan
para pejabat struktural dan kepuasan kerja para pegawai tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja ?
Secara teoritis, dimensi kepemimpian yang dimaksud akan
berkenaan dengan variabel (l) kepribadian,(2) kemampuan
profesional,(3) akontabilitas,dan (4) gaya kepemimpinan. Idealnya
penelitian ini mengungkap keterkaitan keseluruhan variabel tersebut,
supaya dapat mengungkap gambaran yang lebih komprehensif tentang
produktivitas pegawai. Akan tetapi dengan segala keterbatasan,
penulis mencoba mengungkap salah satu aspek dari dimensi
kepemimpinan tersebut, yaitu bagaimana pengaruh variabel gaya
kepemimpinan yang diperankan para pejabat struktural terhadap
motivasi kerja di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut, maka
masalah yang perlu diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran gaya kepemimpinan yang diperankan oleh
para pejabat struktural di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi
Jawa Barat ?
2. Bagaimana gambaran kepuasan kerja pegawai Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Barat ?
3. Bagaimana gambaran motivasi kerja pegawai Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Barat dalam melaksanakan tugasnya ?
4. Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja
terhadap motivasi kerja pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Barat ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Maksud utama penelitian ini ialah untuk menemukan gambaran
empirik tentang pengaruh gaya kepemimpinan para pejabat struktural
dan kepuasan kerja pegawai terhadap motivasi kerja. Berdasarkan
maksud tersebut, maka tujuan penelitian ialah diharapkan dapat :
a. Menemukan gambaran empirik tentang gaya kepemimpinan para
pejabat struktural di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa
Barat.
b. Menemukan gambaran empirik tentang kepuasan kerja pegawai
Dinas
Pendidikan
tugasnya.
Propinsi
Jawa
Barat dalam
melaksanakan
c. Menemukan gambaran empirik tentang motivasi kerja
Dinas
Pendidikan
Propinsi
Jawa
Barat
dalam
melak:
tugasnya.
d. Menemukan
gambaran
empirik
tentang
pengaruh
gaya
kepemimpinan pejabat struktural dan kepuasan kerja terhadap
motivasi kerja pegawai Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat dalam
melaksanakan pekerjaannya.
2. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini banyak berkenaan dengan teori dan
konsep tentang perilaku
mengungkap
peran-peran
individu dalam organisasi.
individu
dalam
kontek
merupakan kajian yang sangat bermanfaat untuk
ilmu
Administrasi
dan
Manajemen
Pendidikan
Karena
itu,
berorganisasi,
mengembangkan
terutama
yang
berkaitan dengan studi tentang teori dan konsep Kepemimpinan
Pendidikan.
Secara
praktis, penelitian ini sangat berguna
untuk bahan
masukan bagi pengambil keputusan dalam upaya menciptakan dan
melaksanakan kebijakan pengembangan tenaga kependidikan,
yang
sinergi dengan tujuan organisasi dan individu. Di samping itu, hasil
penelitian ini dapat dijadikan rujukan alternatif bagi perbaikan dan
peningkatan mekanisme pembinaan kepegawaian pendidikan guna
kesinambungan dalam pelaksanaan tugas dan perbaikan produktivitas
serta kinerja kelembagaan pendidikan, khususnya pada organisasi-
11
organisasi sistem pendidikan tingkat pusat, propinsi, maupun tingkat
kabu paten.
D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1. Kerangka Pemikiran
Perubahan
perubahan
organisasi
kepemimpinan.
mengandung
Atau
dengan
implikasi
kata
lain,
terhadap
konsepsi
kepemimpinan berbeda dari suatu sistem organisasi ke sistem yang
lain. Perbedaan tersebut menurut Schien (1984), akan tampak pada:
(1)
Jenis/bentuk
dasar
organisasi
yang
"paksaan",
konsep
kepemimpinan identik dengan "raja atau maharaja", diktator atau
tirani; (2) Jenis/bentuk dasar organisasi utiliter, konsep kepemimpinan
identik dengan penyelia, manager, eksekutif dan atau birokrat;
(3) Jenis/bentuk dasar organisasi "normatif", konsepsi kepemimpian
identik dengan pemimpin yang "benar", juru selamat, atau wirausaha.
Dengan demikian, konsepsi kepemimpinan mengalami perubahan
sesuai dengan pola dasar yang dikembangkan oleh organisasi.
Berkenaan dengan konsep untuk membahas permasalahan yang
berkenaan dengan variabel gaya kepemimpinan, perlu diungkap dari
konsepsi teoritis tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
proses kepemimpinan.
Secara teoritis, kepemimpinan "... is the process of influencing
the activities of an individual or a group in efforts toward goal
achievement in a given situation" (Hersey & Blanchard, 1977:83).
12
Pandangan ini menunjuk bahwa studi tentang kepemimpinan bukanlah
terletak pada orangnya, melainkan pada bagaimana proses orang
tersebut dalam
mempengaruhi orang lain
baik secara
individual
maupun kelompok dalam situasi tertentu, sehingga orang yang
dipengaruhi tersebut dapat melakukan apa-apa yang diinginkan oleh
orang yang mempengaruhinya.
Merujuk pengertian tersebut, maka secara proses, unsur-unsur
yang melekat pada kepemimpinan berkenaan dengan aspek pemimpin,
aspek pengikut, dan aspek situasi.
Unsur pemimpin, berkenaan
dengan variabel pelaku atau gaya-gaya kepemimpinan, keterampiian,
pengetahuan, dan nilai-nilai yang melekat pada kepribadian pemimpin.
Unsur kelompok, berkenaan dengan variabel norma dan nilai-nilai
kelompok, kepaduan, keterkaitan pada tujuan, harapan kelompok, dan
kebutuhan kelompok. Unsur situasi, berkenaan dengan variabel nilai
organisasi, pengaruh teknologi, tuntutan tugas, dan variasi tugas.
Teori
tentang
gaya-gaya
kepemimpinan,
diturunkan
dari
pendekatan perilaku tentang pemimpin. Menurut pendekatan ini,
aspek
terpenting
dari
kepemimpinan
bukan
pada
sifat
atau
karakteristik dari pemimpin, tetapi apa yang dilakukan pemimpin
dalam berbagai situasi. Efektivitas kepemimpinan sangat tergantung
pada gaya yang diterapkannya.
Salah satu teori yang dapat dijadikan rujukan adalah teori yang
dihasilkan oleh Universitas Michigan. Ada dua gaya kepemimpinan
yang dikenal pada studi ini, yaitu (1) Gaya kepemimpinan pemusatan
13
tugas
(job-centered) dan
(2)
Gaya
kepemimpinan
pemusatan
karyawan (employee-centered).
Gaya
kepemimpinan
pemusatan
tugas
menekankan
pada
penggunaan supervisi kekuasaan, legitimasi dan paksaan, menepati
jadwal waktu, dan penilaian prestasi kerja yang ketat. Sedangkan
gaya
kepemimpinan
pemusatan
karyawan
penekanannya
delegasi wewenang dan tanggung jawab serta
pada
memperhatikan
kesejahteraan karyawan.
Dimensi yang kedua adalah kelompok. Kelompok disini diartikan
sebagai orang yang dipimpin, yang secara sosial mempunyai nilai-nilai
tersendiri. Nilai-nilai inilah yang akan menjadi rujukan bagaimana
seorang pemimpin dapat mengayomi kebutuhan, keinginan, dan
harapan-harapan kelompok yang terpadu dengan kebersamaan dalam
mencapai tujuan
bersama.
Karena
itu,
perilaku
kelompok pun
semestinya diarahkan pada bagaimana kelompok dapat memerankan
perilaku tugas (task behavior) dan bagaimana kelompok dapat
memerankan perilaku hubungan kemanusiaan diantara kelompok
(humans behavior).
Dimensi yang ketiga adalah situasi. Pengaruh situasi terhadap
kepemimpinan sering menimbulkan pertanyaan: Sejauhmana studi
terhadap proses kepemimpinan dalam kelompok dapat diaplikasikan
dalam situasi-situasi kepemimpinan lainnya? Situasi memang memiliki
karakteristik tersendiri. Di samping norma atau nilai-nilai yang dianut
oleh organisasi, yang senantiasa menuntut tambahan dan variasi
14
tugas-tugas serta
peranan, sebagai akibat pengaruh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Juga, memiliki karakteristik khas,
yaitu selalu berubah-ubah. Karena itu, tipe, gaya dan tugas yang
harus diperankan oleh seorang pemimpin tidak bersifat konstan, tetapi
bersifat variatif.
Untuk melihat kepuasan kerja pegawai dalam kaitannya dengan
proses kepemimpinan para pejabat struktural merujuk dari faktor-
faktor yang mempengaruhi produktivitas pegawai. Pada dasarnya
kepemimpinan berada dalam konteks interaksi antar manusia,
cakupan pengaruhnya akan dirasakan melalui kontak-kontak interaksi
antara pimpinan dengan staf.
Karena itu, gaya kepemimpinan akan
terkait dengan aspek lain dalam suatu kelompok. Aspek tersebut
dalam organisasi diantaranya adalah : (1) kepuasaan kerja dan (2)
motivasi kerja.
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dirumuskan di atas,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah:
a. Kepemimpinan demokratis yang dikembangkan pimpinan satuan
kerja dalam melaksanakan kepemimpinannya dapat meningkatkan
motivasi kerja pegawai;
b. Kepemimpinan demokratis yang dikembangkan pimpinan satuan
kerja
dalam
melaksanakan
kepemimpinannya
terhadap peningkatan kepuasan kerja pegawai;
berpengaruh
15
c. Semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh pegawai maka
motivasi kerja pegawai akan meningkat.
d. Gaya kepemimpinan demokratis yang dikembangkan pimpinan
satuan kerja dalam melaksanakan kepemimpinannya dan kepuasan
kerja yang dirasakan pegawai berpengaruh signifikan terhadap
motivasi kerja pegawai.
Berdasarkan
proposisi
hipotesis konseptual
yang
diajukan
peneliti, diterjemahkan kedalam diagram jalur seperti gambar berikut:
Gambar 1
STRUKTUR HUBUNGAN VARIABEL
E. Definisi Operasional
Beberapa istilah yang perlu dijelaskan secara operasional dalam
penelitian ini ialah:
1. Pengaruh
Istilah 'pengaruh' dalam penelitian ini mengacu pada pola
hubungan fungsional (determinatif) diantara dua variabel atau
lebih, yaitu variabel terikat (dependent), tergantung pada variabel
bebas (independen).
16
Berdasarkan istilah tersebut, maka variabel motivasi kerja
sebagai variabel terikat dianggap tergantung pada variabel bebas
yaitu gaye kepemimpinan pejabat struktural dan kepuasan kerja.
Dengan kata lain bahwa variabel gaya kepemimpinan dan kepuasan
kerja dipandang mempunyai konstribusi terhadap variabel motivasi
kerja pegawai.
2. Motivasi Kerja.
Dalam penelitian ini motivasi kerja didefinisikan sebagai
kebutuhan berprestasi pegawai dalam lingkungan pekerjaan yang
diperlihatkan melalui keunggulan kinerja yang meliputi antara lain :
(1) senantiasa termotivasi untuk selalu meningkatkan kemampuan
dan keunggulan dalam bekerja, (2) memiliki rasa tanggungjawab
yang besar terhadap pelaksanaan pekerjaannya dan (3) memiliki
sifat untuk selalu meningkatkan kualitas hasil pekerjaan serta
memiliki sifat terbuka terhadap kritik dan saran sebagai bahan
umpan balik guna perbaikan prestasi kerjanya.
3. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merujuk pada derajat kepuasan pegawai
terhadap aspek kebijakan organisasi, supervisi, gaji, hubungan
interpersonal, kondisi kerja, status, keamanan kerja, efek terhadap
kehidupan
personal.
Pada
penelitian
ini
kepuasan
kerja
didefinisikan sebagai terpenuhinya : (1) kebutuhan sosial, (2) rasa
17
aman dan, (3) Kebutuhan fisik dalam pekerjaan.
Pemenuhan
kebutuhan dalam pekerjaan itu sendiri berhubungan dengan:
(1) pekerjaan itu hams dialami sebagai suatu yang berarti,
bermanfaat atau penting; (2) pekerjan itu hams dialami sebagai
sesuatu yang hams dipertanggungjawabkan secara pribadi; dan
(3) pekerjaan itu hams dirasakan memberikan kepastian mengenai
apakah hasilnya memuaskan atau tidak memuaskan. Pemenuhan
kebutuhan
dalam
konteks
interaksi
adalah
pemenuhan
rasa
kepuasan dalam interaksi sosial dengan rekan sejawat dan atasan
ketika bekerja. Pemenuhan kebutuhan
yang berkaitan dengan
kebijakan adalah pemenuhan kepuasan yang berkaitan dengan
gaji, promosi, kondisi kerja dan hal-hal lain diluar kewenangannya.
4. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dalam penelitian ini merujuk kepada
teori gaya kepemimpinan demokratis. Untuk dapat mengungkap
proses kepemimpinan, idealnya penelitian ini mengungkap proses
kepemimpinan pada keseluruhan variabel kepemimpinan namun
karena keterbatasan,
pembahasan difokuskan kepada tiga aspek
kepemimpinan yaitu : (1) pengambilan keputusan, (2) penegakan
disiplin, dan (3) hubungan sosial dengan bawahan.
Dalam gaya demokratis pemimpin di tengah-tengah anggota
kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota kelompok bukan
sebagai majikan terhadap buruhnya, melainkan sebagai kakak
terhadap
saudara-saudaranya.
Pemimpin
yang
demokratis
berusaha menstimulasi anggota-angotanya agar bekerja secara
produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan
usaha-usahanya ia selalu
berpangkal
pada
kepentingan dan
kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan
serta kemampuan kelompoknya. Dalam melaksanakan tugasnya, ia
mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saransaran dari kelompoknya. Juga kritik-kritik yang membangun dari
para anggota diterima sebagai umpan balik dan dijadikan bahan
pertimbangan dalam tindakan-tindakan selanjutnya. Ia mempunyai
kepercayan
pula
pada
anggota-anggotanya
bahwa
mereka
mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung-
jawab.
Pemimpin selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan
dan persatuan. Ia selalu berusaha membangun semangat anggota
kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya.
Di samping itu ia juga memberi kesempatan kepada anggota
kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan
mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggungjawabnya.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian
deskriptif yaitu metode yang digunakan dalam penelitian untuk
menganalisa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat penelitian
berlangsung.
Sementara
yang
dimaksud
dengan
pendekatan
kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian
dengan cara mengukur indikator-indikator variable penelitian sehingga
diperoleh gambaran pengaruh diantara variabel-variabel tersebut.
Lebih lanjut dapat diuraikan pula bahwa metode penelitian
deskriptif menurut Winarno Surachmad (1988: 19) bahwa penyelidikan
deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang. Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai
pada pengumpulan dan penyusunan data tetapi melalui analisa dan
interpretasi tentang arti data.
Meskipun dalam beberapa literatur penelitian kependidikan,
bentuk-bentuk metode deskriptif ini sangat banyak, namun ada sifat-
sifat tertentu yang pada umumnya terdapat dalam metode deskriptif,
sehingga dapat dipandang dengan ciri, yakni bahwa metode ini:
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang pada masalah-masalah yang aktual.
60
61
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan
kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut
metode analitik).
Melalui penerapan metode penelitian desktirptif yang meneliti
keadaan masalah penelitian yang sedang berlangsung atas objek
penelitian, difiarapkan diperoleh informasi yang tepat dan gambaran
yang lengkap mengenai permasalahan yang diteliti.
Masalah kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi kerja
pegawai pada suatu organisasi kependidikan, pada umumnya bersifat
kontekstual
yang diasumsikan
mempunyai
hubungan
yang
kentekstual pula. Karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif, dengan alasan bahwa
metode penelitian deskriptif dianggap paling relevan dengan
menganalisis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat penelitian
berlangsung dengan cara mengukur indikator-indikator variabel
penelitian dengan parameter dan teknik pengukuran statistik,
sehingga diperoleh gambaran data tentang pola hubungan diantara
variabel-variabel yang diukur.
B. Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian yang secara operasional perlu
ditelusuri merujuk pada pola hubungan variabel antara gaya
kepemimpinan, kepuasan kerja dengan motivasi kerja.
62
Pertama, variabel gaya kepemimpinan yang dalam penelitian ini
merupakan variabel eksogenus yang pertama, sangat berhubungan
dengan aspek pelaksanaan tugas dan hubungan antar manusia dalam
lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Karena itu, sudut
kajian variabel gaya kepemimpinan (variabel Xi) diukur melalui tiga
sub-variabel yaitu proses pembuatan keputusan, penegakan disipiin
kerja, dan hubungan sosial antara pimpinan dengan bawahan.
Kedua variabel kepuasan kerja yaitu veriabel eksogenus kedua
(variabel X2) yang diukur melalui tiga sub-variabel yaitu pemenuhan
kebutuhan sosial dalam bekerja, pemenuhan kebutuhan rasa aman
dalam bekerja dan pemenuhan kebutuhan fisik dalam bekerja.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat
individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang
berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya.
Karena adanya perbedaan pada masing-masing individu, semakin
banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang
dirasakannya. Kepuasan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini
mengacu kepada pendapat Tiffin (Moh. As'ad, 1998: 104) bahwa
kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan
terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara
pimpinan dengan karyawan. Jadi kepuasan kerja merupakan perasaan
seseorang terhadap pekerjaan. Kepuasan kerja ditandai oleh adanya
pemenuhan
kebutuhan
rasa aman dalam
bekerja,
pemenuhan
63
kebutuhan sosial dalam bekerja, dan pemenuhan kebutuhan fisik
dalam bekerja .
Ketiga, variabel motivasi yaitu berkenaan dengan gambaran
empirik mengenai suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi
seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam
usaha mencapai tujuan. Whittaker (Malayu, 1999) mengemukakan
bahwa
motivasi
mengaktifkan
atau
adalah
kondisi-kondisi
memberi dorongan
atau
kepada
keadaan
yang
makhluk untuk
bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi
tersebut.
Sondang
P. Siagian
(1995:
128)
mengemukakan
bahwa
"pergerakan (motivating) dapat didefinisikan secara keseluruhan, yaitu
proses pemberian dorongan kepada para bawahan sedemikian rupa
sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi yang efisien dan ekonomis". Sejalan dengan itu Wexley dan
YukI (1977: 83) mengartikan motivasi kerja adalah suatu yang
menimbulkan semangat atau dorongan kerja.
Oleh karena itu yang dimaksud motivasi kerja dalam penelitian
ini adalah suatu dorongan baik datang dari dalam maupun luar diri
individu yang dapat menimbulkan kekuatan pada diri seseorang dalam
melakukan pekerjaannya guna mencapai tujuan tertentu yang lebih
baik. Indikator dari motivasi kerja mencakup; pekerjaan mendorong
pegawai untuk lebih meningkatkan kemampuan, pekerjaan mendorong
64
pegawai untuk berprestasi, dan pekerjaan mendorong pegawai untuk
senantiasa bertanggung jawab terhadap hasil-hasil yang dicapai.
Keempat,
berkenaan
dengan
gambaran
empirik
tentang
seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan pejabat struktural dan
kepuasan kerja terhadap motivasi kerja karyawan. Istilah pengaruh
mengacu
pada
pola
hubungan
fungsional
(determinatif)
dimana
variabel motivasi kerja pegawai sebagai variabel endogenus ( Y ),
tergantung pada variabel eksogenus yaitu gaya kepemimpinan ( Xt )
dan kepuasan kerja ( X2 ).
Berikut dikemukakan pola hubungan antara variabel-variabel
penelitian tersebut.
r^>
1X1X2
PX2X1
Pyxi
pYxm
PYX2
PX281
Gambar 7: POLA HUBUNGAN VARIABEL PENELITIAN
Keterangan
Y = Motivasi Kerja
Xi = Gaya Kepemimpinan
X2 = Kepuasan Kerja
65
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh karyawan di
lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. Penentuan tempat
penelitian,
didasarkan
pada
pertimbangan
bahwa
organisasi
pendidikan ini memiliki karakteriatik yang bersifat umum, disamping
pertimbangan penulis sebagai salah satu jajaran staf pelaksana pada
organisasi kependidikan tersebut. Sampel adalah sebagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara
acak untuk keseluruhan karyawan yang berada di lingkungan Dinas
Pendidikan. Dalam sampel acak setiap anggota populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Pengambilan sampel
mengacu kepada pendapat Arikunto (1997: 120)
bahwa dalam
pengambilan sampelnya, peneliti "mencampur" subyek-subyek di
dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan
demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek
untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh
karena hak setiap subyek sama, maka penelitian terlepas dari
perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk
dijadikan sampel.
Dengan demikian, dalam penelitian ini yang
dijadikan sampel sebagai wakil dari populasi menjadi representatif dan
reliabel. Untuk menentukan ukuran sampel mengacu kepada pendapat
Cochran ( Deni Darmawan, 2001 ; 75), yaitu metoda pengambilan
66
sampel minimum, yaitu metoda pengambilan sampel minimum dengan
rumus sebagai berikut :
n (min ) =
rf—
YMT,
1+1
Keterangan :
n(min) = Jumlah sampel terkecil
N
= Jumlah sumber data populasi
t
= Nilai paga kurva normal berdasarkan taraf nyata yang
dipilih
p
( a = 0,05; harga t = 1,96 )
= Proporsi dari salah satu unit yang dibandingkan
d
= 1- p
d
= taraf kesalahan dalam persen (ditetapkan 5 %)
Setelah melalui perhitungan dengan menggunakan rumus diatas
maka jumlah sampel n (min) dalam penelitian ini adalah sebanyak 155
responden, adapun langkah-langkah perhitungan tersebut adalah :
(l,962 *0.167457*0.832543)
0,052
n (min ) =
i*.1
(l,962 *0.167457 *0,832543)"
633
0.052
_ 214,2304
~ 1,338073
= 160,1037 dibulatkan menjadi 161
Dari jumlah sampel minimal hasil perhitungan diatas, menurut
Cochran (Deni Darmawan : 2001) diasumsikan hanya 95 % yang
dapat diobservasi, atas pertimbangan ini maka jumlah sampel n (har)
menjadi :
n (har) = 95 % x 161
67
= 154,9500, dibulatkan menjadi 155
Setelah diketahui ukuran sampel seperti di atas, maka langkah
selanjutnya adalah mengalokasikan sampel kedalam satuan-satuan
populasi populasi dengan menggunakan rumus :
Ni
n,= — xn
N
Al Rasyid ( 1993 :80 )
Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh alokasi proporsional
dengan contoh perhitungan sebagai berikut :
ni=
x 155 = 27,18 -* dibulatkan = 27
633
Jumlah alokasi sampel secara terinci dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 1
JUMLAH POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
No
Populasi
Bagian/Subdin
Gol.
Gol.
Ill
II
111
65
58
Sampel
Jml
Gol.
Gol.
Ill
II
176
27
16
43
24
82
14
6
20
Jml
2.
Bagian TU
Bina Proqram
3.
Pendas
76
21
97
19
5
24
4.
Dikmenti
76
30
106
19
7
26
74
12
6
18
1.
5.
PLB
48
26
6.
PLS
68
30
98
17
7
24
437
196
633
108
47
155
Jumlah
D. Pengembangan Alat Pengumpul data
Pengembangan
alat
pengumpul
data
penelitian
dilakukan
dengan mengacu kepada variabel yang diteliti. Adapun variabel yang
diteliti mencakup gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi
kerja.
Mengacu kepada permasalahan yang diteliti dan tujuan
' •&?£$$
penelitian ini, maka data yang perlu dikembangkan ad^lati^^jtaj^s /,
\\ ^^u>\,£? ft
tentang gaya kepemimpinan, kepuasan kerja yang dihui^un^^j^t^ &
dengan motivasi kerja. Oleh karena itu, ditetapkan alat pengumpul
data yang relevan dengan fokus permasalahan.
Alat pengumpul data tentang gaya kepemimpinan, kepuasan
kerja
dan
motivasi
berbentuk skala
kerja
likert
dikembangkan
dengan
alternatif
dengan
jawaban
angket yang
untuk
gaya
kepemimpinan yaitu selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah.
Untuk variabel kepuasan kerja dan motivasi kerja yaitu sangat setuju,
setuju, kurang setuju dan tidak setuju.
Responden
dipersilakan
untuk
menjawab pertanyaan dan
pemyataan yang diajukan dalam kuesioner sesuai dengan keadaan
yang dirasakannya mengenai gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan
motivasi kerja di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Alat ini dikembangkan oleh penulis sendiri dengan mengacu kepada
konsep teori yang mendasarinya. Dari teori itu, kemudian disusun kisi-
kisi yang selanjutnya dijabarkan ke dalam item pertanyaan. Kisi-kisi
alat pengumpul data dikembangkan seperti disajikan pada tabel di
bawah ini :
Tabel
2
KISI-KISI ALAT PENGUNGKAP DATA PENELITIAN
Variabel
1. Gaya
Kepeimpinan
No.Item
Indikator
- Pembuatan keputusan
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
10,11
- Penegakan disiplin kerja
- Hubungan sosial dengan
bawahan
12,13,14,15,16,17,
18,19,20,21,
22,23,24,25,26,27,
28,29,30,31,35,33,
34,35
69
2. Kepuasan kerja
-
Kebutuhan rasa aman
-
Kebutuhan sosial
-
Kebutuhan fisik
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
10,11,12
13,14,15,16,17,
18,19,20,21,22,23
24,25,26,27,28,29,
30,31,35,33,34,35
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
- Pekerjaan Mendorong
untuk lebih meningkatkan
kemampuan pegawai
- Pekerjaan mendorong
pegawai untuk berprestasi
- Pekerjaan mendorong
pegawai untuk enantiasa
bertanggungjawab
terhadap hasil-hasil yang
3. Motivasi Kerja
10,11,12
13,14,15,16,17,18
19,20,21,22 ,23
24,25,26,27,28,
29,30,31,35,33,34,
35
dicapai
Selanjutnya
termuat
dalam
untuk
kisi-kisi
lebih
mendalami
tersebut
maka
konsep-konsep
konsep-konsep
yang
tersebut
diuraikan dalam bentuk penjabaran konsep teoritik kedalam konsep-
konsep empiris dan analisis (Bambang Suwarno; 1985) seperti dalam
lampiran 1.
Atas dasar uraian penjabaran konsep teoritik kedalam konsep-
konsep empiris dan analisis, selanjutnya dikembangkan alat penelitian
dalam bentuk kuesioner (lampiran 2).
E. Prosedur Pengumpulan Data
Sebelum
kegiatan
pengumpulan
data
yang
sebenarnya
dilakukan, terlebih dahulu angket yang akan digunakan diuji cobakan
terhadap
responden
yang
memiliki
karakteristik sama
dengan
responden yang telah ditetapkan. Uji coba dimaksudkan untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan yang
mungkin terjadi baik dalam hal redaksi, alternatif jawaban yang
70
tersedia maupun maksud dalam pernyataan dan jawaban tersebut.
Pentingnya uji coba ini diungkapkan Sanafiah Faisal (1982: 38), yaitu:
"setelah angket disusun lazimnya tidak langsung disebarkan
untuk penggunaan sesungguhnya (tidak langsung dipakai dalam
pengumpulan data yang sebenarnya). Sebelum pemakaian yang
sesungguhnya sangatlah mutlak diperlukan uji coba terhadap isi
maupun bahasa angket yang telah disusun".
Setelah data uji coba angket terkumpul, selanjutnya dilakukan
analisis statistik dengan tujuan untuk menguji tingkat validitas dan
reliabilitasnya. Dengan diketahui keterjaminan validitas dan reliabilitas
alat pengumpul data, maka diharapkan hasil penelitian memiliki
validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk uji
coba angket ini penulis melakukannya terhadap 40 orang pegawai.
1. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas item dimaksudkan untuk melihat tingkat kesohehan
alat yang digunakan. Pengujian validitas item ini dilakukan dengan
mengkorelasikan antara skor setiap item dengan skor total (Masri
Singarimbun,dkk, 1987). Pengujian validitas ini menggunakan rumus
product moment correlation.
Dimana
skor
masing-masing
item
dikategorikan sebagai variabel X dikorelasikan dengan skor total
sebagai variabel Y, dengan rumus :
fXY =
dimana :
rxv
= koefisien korelasi
X
= Skor masing-masing item
71
Y
= Skor Total
Untuk mempermudah perhitungan uji validitas item dilakukan
dengan bantuan komputer program SPSS for windows versi 10.0.
Item dinyatakan tidak valid apabila koefisien korelasi (rhitUng )lebih
besar dari rtabei. Setelah melalui proses perhitungan diperoleh 30 item
untuk masing-masing vaiabel yang memenuhi syarat (valid) lampiran
10. Contoh perhitungan uji validitas pada lampiran 9.
2. Uji Reliabilitas Alat Pengumpul Data
Untuk memperkuat pengujian di atas, selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas alat. Dalam pengujian reliabilitas alat ini digunakan metoda
statistik
dengan
menghitung
koefisien
reliabilitas,
dengan
menggunakan rumus Alfa Cronbach:
r n \
rn -
\n-\\
1——
ot)
rn
= reliabilitas yang dihitung
ct2i
= Varians masing-masing item
a2t
= Varians total
Untuk
mengukur
reliabilitas
instrumen
penelitian
berpedoman kepada klasifikasi Guilford, sebagai berikut :
r
> 0,8
0,6 < r > 08
: sangat kuat
: kuat
0.4 < r > 06 : sedang
dengan
72
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa ketiga variabel
adalah reliabel
dengan tingkat reliabilitas sangat kuat. Analisis
reliabilitas variabel dapat dilihat pada lampiran 11.
E. Teknik Analisis Data
Mengolah data adalah suatu langkah yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian. Langkah ini dilakukan agar data yang telah
terkumpul mempunyai arti dan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai
suatu jawaban dari permasalahan yang diteliti.
Langkah-langkah
pengolahan
data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan
memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
2. Memasukan
skor jawaban
responden
kedalam
format
tabel
perolehan skortiap item untuk keseluruhan responden.
3. Untuk pengujian hipotesis terlebih dahulu data yang berskala
ordinal
dikonversikan
menjadi
data
berskala
interval
melalui
metoda method of successive interval ( Al Rasyid : 1994 :131).
Langkah-langkah proses transformasi data adalah sebagai berikut :
a) Menghitung frekwensi ( f ) jawaban rensponden untuk setiap
item pertanyaan.
b) Menghitung proporsi ( p) setiap frekwensi
c) Menghitung proporsi komulatif ( pk )
d) Menentukan nilai batas z untuk setiap kategori lampiran 12
e) Menghitung scale value (nilai skala) (sv) dengan rumus :
_ Density.at.lower.lim .// - Density.at.upper.Mm .it
Area..under.upper lim .it - Ateaunder lower lim .it
f) Menghitung
skor
data
skala
interval
(konversi)
dengan
persamaan :
Skor = SV + | SV minimum + l|
Untuk mempermudah proses transformasi data, perhitungan
dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SCL_Ver2 (lampiran
4). Adapun contoh perhitungan disajikan pada lampiran 6. Hasil
tranformasi data ordinal menjadi data interval
keseluruhan
dapat dilihat pada lampiran 5.
Berdasarkan proposisi hipotesis yang diajukan oleh peneliti,
seperti diterjemahkan ke dalam diagram jalur seperti pada
gambar 7 di muka, maka diagram jalur tersebut terdiri dari
em pat buah sub-struktur yaitu :
a. Substruktur 1 yaitu :
&
p™
Gb. 8 : Struktur Hubungan antara Variabel Xi, dan Y
Sub-strutur
ini
memperlihatkan
hanya
sebuah
variabel
penyebab dan hanya sebuah variabel akibat. Dipandang dari
sudut
regresi,
struktur
ini tidak
lain
dari
struktur
linier
74
sederhana. Dengan demikian koefisien jalurnya adalah koefisien
korelasi, dimana pyxi = rXiY.
Langkah kerja untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut
( Harun Al Rasyid, 1994 ) :
1) Menghitung koefisien korelasi variabel independen (Xi)
terhadap variabel dependen
(Y), dengan
menggunakan
rumus:
^ = /y
J
c Snedecor & Cochran (Darmawan, 2001 : 82)
Vdy)6>2)
2) Menghitung variabel lain (p&) yang tidak diteliti, dimana :
3) Pengujian Signifikansi Path Coeffcient pyxi
a) Merumuskan hipotesis statistik yang akan diuji, yaitu:
Ho : P/xi
= 0
Hi : Pyxi
* 0
b) Menguji hipotesis dengan rumus :
p
t= . m-
[l-P2
Cohen,J &