HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DALAM MENCEGAH SERANGAN ASMA DENGAN STRES PADA MAHASISWA (Studi Korelasi Pada Mahasiswa Penderita Asma Di Universitas Pendidikan Indonesia).

(1)

Alissa Ridha Mustika, 2013

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DALAM MENCEGAH SERANGAN ASMA DENGAN STRES PADA MAHASISWA

(Studi Korelasi pada Mahasiswa Penderita Asma di Universitas Pendidikan Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi.

Disusun oleh : Alissa Ridha Mustika

0803150

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Alissa Ridha Mustika, 2013

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DALAM MENCEGAH SERANGAN ASMA DENGAN STRES PADA MAHASISWA

(Studi Korelasi pada Mahasiswa Penderita Asma di Universitas Pendidikan Indonesia)

Oleh

Alissa Ridha Mustika

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Alissa Ridha Mustika 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan antara self-efficacy dalam mencegah serangan asma dengan stres pada mahasiswa ABSTRAK

Alissa Ridha Mustika (0803150). “Hubungan Antara Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma dengan Stres pada Mahasiswa” (Studi Korelasi pada Mahasiswa Penderita Asma di Universitas Pendidikan Indonesia). Skripsi. Jurusan Psikologi, Fakultas Pendidikan Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia.

Tugas utama untuk penderita asma adalah mampu mencegah munculnya serangan asma. Aspek psikologi yang mampu membantu penderita asma dalam mencegah serangan asma adalah self-efficacy. Self-efficacy adalah keyakinan akan kemampuan dirinya dalam mengerjakan tugas atau mengatasi hambatan agar mencapai tujuan yang diinginkan. Individu yang memiliki self-efficacy dalam mencegah serangan asma mampu membantu dalam penanggulan stres. Stres yang dialami mampu menjadi faktor pencetus munculnya serangan asma. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan negatif secara signifikan antara stres dan self-efficacy dalam mencegah serangan asma pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Jumlah subjek penelitian 51 orang mahasiswa dengan klasifikasi asma intermitten. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu non-probability sampling dengan cara purposive sampling. Penelitian ini menggunakan dua buah skala sebagai alat ukur, yaitu Skala Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma yang disusun oleh peneliti dalam berdasarkan dimensi self-efficacy (Bandura, 1997) dan perilaku pencegahan asma (Sundaru, 2009) dan skala Stres yang merupakan modifikasi dari Student-life Stress Inventory oleh B.M. Gadzella (1991). Skala Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma nilai reliabilitas (rxy) = 0.887 dengan 43 item dan skala Stres nilai realibilitas (rxy) = 0.900 dengan 42 item. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif antara self-efficacy dalam mencegah serangan asma dengan stres pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Koefisien korelasi yang dihasilkan dari penelitian ini sebesar -0.481. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk memilih subjek asma dengan klasifikasi asma yang lain serta menggunakan subjek dalam jumlah yang besar agar hasil korelasi lebih terlihat.


(8)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan antara self-efficacy dalam mencegah serangan asma dengan stres pada mahasiswa ABSTRACT

Alissa Ridha Mustika (0803150). Correlation between Self-Efficacy in Preventing Asthma Attacks with Stress among Students (Correlation Study among Asthmatic Students in Indonesia University of Education).Thesis. Psychology Department, Education Faculty, Indonesia University of Education.

The primary task for ashmatic are able to prevent asthma attacks. The psychology aspect that can help to prevent asthma attack is self-efficacy. Self-efficacy is the belief in his ability to do the task or overcome obstacles in order to achieve the desired goal. People who have self-efficacy in preventing asthma attacks can help coping stress. Stress are able to trigger the emergence of an asthma attack. This research is a correlation research that aims to determine was significantly negative correlation between stress and self-efficacy in preventing asthma attacks among students in Indonesia University of Education. The number of subjects 51 student with intermittent asthma classification. Sampling technique in this research are non-probability sampling with purposive sampling. This research using two scales as a measuring tools, namely Self-Efficacy in Preventing Asthma Attacks Scale by researchers based on the dimensions of self-efficacy (Bandura, 1997) and asthma prevention behaviors (Sundaru, 2009) and stress Scale which is a modification of the Student-life Stress Inventory by BM Gadzella (1991). Self-Efficacy in Preventing Asthma Attacks Scale has a value of reliability (rxy) = 0.887 with 43 item and stress Scale has a value of reliability (rxy) = 0.900 with 42 items. The results of research showed that there is a negative correlation between self-efficacy in preventing asthma attacks and stress among students in Indonesia University of Education. Correlation coefficient resulted from this research is -0.481. For further research, the researcher suggests to choose asthma subject with asthma classification other and using subjects in a big amount so the correlation result would be more visible.


(9)

Alissa Ridha Mustika, 2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. ii

ABSTRAK ………... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL ……….. Ix DAFTAR GAMBAR ………. xii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xIv BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Penelitian ……… 1

B. Perumusan Masalah ……… 8

C. Tujuan Penelitian ………. 8

D. Asumsi ………. 9

E. Metode Penelitian ……… 9

F. Manfaat Penelitian ……….. 10

BAB II KAJIAN TEORITIS MENGENAI SELF-EFFICACY, STRES DAN ASMA ……….. 12

A. Konsep Self-Efficacy ……… 12

B. Konsep Stres ………. 25

C. Konsep Asma ………... 37

D. Penelitian yang Relevan dengan Self-Efficacy dalam Kesehatan, Stres dan Individu Penderita Asma ………... 49


(10)

Alissa Ridha Mustika, 2013

E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ………. 51

BAB III METODE PENELITIAN ………... 56

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………... 56

B. Metode Penelitian ……….. 57

C. Variabel dan Definisi Operasional ……….... 57

D. Teknik Pengumpulan Data ……….... 60

E. Pengujian Instrumen Penelitian ………. 66

F. Norma Kategorisasi Instrumen ……….. 74

G. Teknik Analisis Data ……….. 75

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……… 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 83

A. Hasil Perhitungan Data Riwayat Asma pada Mahasiswa Penderita Asma Universitas Pendidikan Indonesia ……… 83

1. Riwayat Mengalami Serangan Asma ………... 83

2. Riwayat Diagnosa Dokter ……….. 84

3. Gejala Asma yang Sering Dialami ………... 85

4. Anggota Keluarga yang Memiliki Asma ……… 86

5. Pemicu Serangan Asma yang Sering Dialami ……… 87

6. Waktu Serangan Asma ……… 88

7. Banyaknya Serangan Asma dalam Seminggu ……… 88

8. Jenis Obat-obatan ……… 89

B. Hasil Penelitian ………. 90

1. Gambaran Umum Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma pada Mahasiswa ………... 90


(11)

Alissa Ridha Mustika, 2013

2. Gambaran Umum Stres pada Mahasiswa ………... 100

3. Hubungan Antara Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma dengan Stres pada Mahasiswa ……… 107

C. Pembahasan ……… 109

1. Gambaran Umum Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma pada Mahasiswa ……….. 109

2. Gambaran Umum Stres pada Mahasiswa ………... 115

3. Hubungan Antara Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma dengan Stres pada Mahasiswa ……… 119

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………. 123

A. Kesimpulan ……….... 123

B. Rekomendasi ……….. 124

DAFTAR PUSTAKA ……….. 126

GLOSSARIUM ………. 132 LAMPIRAN


(12)

1

Alissa Ridha Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seluruh individu di dunia tentunya ingin memiliki kesehatan salah satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga kesehatannya. Menurut Febriadi (2010), cara menjaga kesehatan yaitu dengan makan makanan yang sehat, olahraga yang teratur, tidur yang cukup dan mencari hiburan. Namun, tidak semua individu di dunia ini selalu sehat secara fisik. Seorang individu pun akan mengalami sakit secara fisik seperti batuk, flu atau penyakit lainnya. Faktor timbulnya penyakit dalam tubuh seseorang dapat bermacam-macam seperti keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan tubuh, cuaca yang tidak menentu atau adanya faktor genetik.

Asma salah satu penyakit fisik yang dapat menyerang individu. Asma merupakan penyakit kronis yang terjadi pada saluran pernapasan dimana banyak sel-sel dan elemen-elemen yang berperan (GINA – Global Initiative for Asthma, 2011). Faktor-faktor munculnya penyakit asma yaitu adanya faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan (Arief, 2008). Faktor yang tidak dapat dikendalikan yaitu faktor genetik, dimana adanya penyakit asma yang diturunkan dari keluarga seperti orang tua. Faktor yang dapat dikendalikan yaitu berupa keadaan lingkungan dan kebiasaan hidup seperti menghirup asap rokok, merokok, dan menghirup debu atau udara yang kotor.


(13)

2

Alissa Ridha Mustika, 2013

Menurut WHO (Arief, 2008), penderita asma di dunia mencapai 100-150 juta orang pada tahun 2008. Jumlah ini diduga terus bertambah sekitar 180 ribu orang per tahun. WHO menyebutkan lima penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing-masing infeksi paru 7,2%, PPOK 4,8%, tuberkulosis 3,0%, kanker paru, kanker trakea dan kanker bronkus, 2,1%, dan asma 0,3%. Menurut Prof. Dr. Hadi Mangunegoro (Gatra.com, 2002), penderita asma dari berbagai umur mencapai 12 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia.

Data jumlah pasien asma yang masuk Ruang Gawat Darurat RS Persabatan Jakarta mengalami peningkatan dari 1.653 pasien pada 1998 menjadi 2.210 pasien pada tahun 2000 (gatra.com, 2008). Berdasarkan DepKes R.I. tahun 2009 (Setiawan, 2011), laporan prevalensi asma oleh di Bandung (5,2%), Semarang (5,5%), Denpasar (4,3%) dan Jakarta (7,5%). Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi penyakit Asma tertinggi di Indonesia adalah Aceh Barat (13,6%), Buol (13,5%), Pohuwato (13,0%), Sumba Barat (11,5%), Boalemo (11,0%), Sorong Selatan (10,6%), Kaimana (10,5%), Tana Toraja (9,5%), Banjar (9,2%), dan Manggarai (9,2%).

Penyakit asma sulit untuk disembuhkan, namun dalam penggunaan obat-obat yang ada saat ini hanya berfungsi untuk menghilangkan gejala saja. Dalam mengontrol gejala serangan asma pada penderita anak-anak dapat ditinjau atau diawasi oleh orang tuanya. Namun pada penderita dewasa, harus dirinya sendirilah yang dapat mengontrol serangan asma. Menurut Nevid (2005), meskipun asma sulit disembuhkan, akan tetapi asma dapat


(14)

3

Alissa Ridha Mustika, 2013

dikendalikan dengan mengurangi pemaparan terhadap zat/bahan yang menyebabkan alergi, untuk membantu tubuh agar lebih resistan dengan menggunakan alat bantu napas (inhaler) dan dengan menggunakan obat-obatan.

Asma yang dapat dikontrol dan dicegah oleh penderita dapat memperkecil jumlah timbulnya serangan asma. Menurut Yusuf (2009), asma dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu; (1) asma tidak terkontrol dimana penderita mengalami gejala asma di pagi dan siang hari lebih dari dua kali seminggu seperti sesak napas, dada terasa berat dan batuk serta penderita terbangun tengah malam karena asma, aktivitas terbatas, fungsi paru di bawah normal, perlu obat pelega pernapasan lebih dari dua kali dalam seminggu; (2) asma terkontrol sebagian dimana penderita hanya sedikit sekali mengalami serangan asma dalam seminggu dan (3) asma sangat terkontrol dimana penderita dengan baik hampir tidak terjadi serangan pada siang hari, dapat melakukan aktivitas tanpa hambatan dan tidak ada gejala yang terjadi pada malam hari dan berfungsinya organ paru secara normal maka penderita tidak perlu memakai obat pelega.

Dari keterangan diatas tentunya setiap penderita menginginkan asma yang mereka miliki dapat terkontrol agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya gangguan. Menurut Agusudrajat (2011), asma dapat dikontrol dengan cara; (1) mengetahui dengan jelas penyakit asma, (2) mengenal faktor-faktor pemicu timbulnya asma, (3) pengobatan asma, (4) olahraga yang teratur, dan (5) secara teratur mengontrol asma ke dokter. Dari


(15)

4

Alissa Ridha Mustika, 2013

cara-cara mengontrol asma yang dipaparkan diatas, maka kemungkinan besar individu sudah mampu mencegah serangan asma.

Serangan asma yang dapat dicegah mampu membuat individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal dan dapat meningkatkan kualitas hidup dengan baik. Keinginan individu penderita asma untuk dapat mencegah asmanya dapat dicapai oleh keyakinan individu untuk dapat melakukan perilaku yang dapat mengatasi asma tersebut. Keyakinan seseorang akan kemampuan atau kompetensinya, dalam mencapai tujuan atau mengatasi sebuah hambatan disebut self-efficacy (Baron & Byrne, 2003). Self-efficacy merupakan hal yang penting untuk berhasil dalam merubah dan menjaga setiap perilaku yang penting bagi kesehatan (Maddux, 2002). Rendahnya self-efficacy pada individu, cenderung akan menimbulkan stres yang berdampak pada kesehatan dan sistem imun individu tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Maduxx (2002) sebelumnya, bahwa self-efficacy juga dapat mempengaruhi jumlah proses biologis yang akan mempengaruhi keadaan kesehatan dan penyakit yang diderita oleh individu (Maddux, 2002). Dalam konsep self-efficacy ini, individu yang memiliki suatu penyakit dan ia memiliki keyakinan akan kemampuannya dalam mencapai tujuan untuk sehat maka ia akan mencari informasi mengenai penyakitnya, sedangkan individu yang tidak yakin akan kemampuannya ia tidak akan mencari informasi mengenai penyakitnya atau bahkan menghindarinya (Lee dkk., 2008).


(16)

5

Alissa Ridha Mustika, 2013

Mengacu pada teori self-efficacy dari Bandura (Schustack, 2006), bahwa self-efficacy merupakan keyakinan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatasi masalah yang dihadapi pada situasi tertentu, maka penulis berasumsi, bahwa self-efficacy menjadi penting khususnya terkait dengan mengatasi serangan asma. Individu penderita asma yang memiliki self-efficacy tinggi, dapat berperilaku sehat dan menghindari penyebab-penyebab serangan asma seperti menjaga lingkungan yang bersih dan bebas dari debu, makan makanan yang sehat, olahraga, tidak merokok dan perilaku-perilaku sehat lainnya. Jadi, dengan adanya self-efficacy yang tinggi dalam diri individu penderita asma, ia akan mampu mencegah dan memperkecil jumlah serangan asma yang muncul, sehingga individu dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan lancar.

Individu penderita asma yang memiliki self-efficacy rendah, selain akan berdampak pada psikologis dan kesehatan juga berdampak pada perilakunya sehari-hari, seperti perilaku untuk hidup sehat. Dengan rendahnya self-efficacy pada penderita asma, ia tidak akan mencari informasi mengenai asma yang dideritanya sehingga perilaku pencegahan asma sulit dilakukan. Dengan demikian, individu penderita asma yang memiliki self-efficacy rendah cenderung akan sulit dalam mencegah serangan asma yang berdampak pada kesulitannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari.


(17)

6

Alissa Ridha Mustika, 2013

Faktor pencetus serangan asma tidak hanya dari aspek lingkungan saja tetapi secara psikologis pun dapat berperan bahkan faktor-faktor munculnya serangan asma dapat dimaknai secara psikologis. Faktor psikologis yang memungkinkan munculnya serangan asma yaitu stres. Ritz dan kolega (2007) menjelaskan 6 faktor pencetus munculnya serangan asma yang salah satunya ialah faktor psikologis seperti marah, kesepian, stress, tekanan, depresi, cemas, tidak bahagia dan lain-lain. Salah satu faktor psikologis yang dapat memunculkannya serangan asma ialah stres. Menurut Lazarus dan Folkman (1984), stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan dll) atau oleh kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan koping. Stres yang muncul pada individu ini karena adanya tuntutan fisik atau kondisi lingkungan dan sosial yang tidak dapat disesuaikan dengan keadaan individu itu sendiri. Peneliti berasumsi, situasi stres yang muncul dapat diakibatkan dari faktor sosial, faktor fisik dan faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan keadaan tubuhnya sehingga stres dapat berkontribusi pada munculnya serangan asma. Jadi faktor-faktor munculnya serangan asma dapat menjadi sumber stres (stressor) bagi penderita asma.

Penderita yang memiliki stres terhadap faktor-faktor munculnya asma seperti faktor lingkungan ataupun faktor psikologis dapat memperberat serangan asma itu sendiri. Stres dapat mengantarkan individu pada kecemasan sehingga memicu dilepaskannya histamine yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot polos dan peningkatan pembentukan lendir. Keadaan


(18)

7

Alissa Ridha Mustika, 2013

inilah yang membuat diameter saluran napas menyempit (bronkokonstriksi) dan penderita sulit bernapas sehingga memicu serangan asma (Sudhita, 2005). Hal diatas menjelaskan bahwa adanya keterkaitan antara situasi psikologis seperti situasi stres dengan sistem proses di dalam tubuh. Stres yang berkontribusi pada munculnya serangan asma juga dapat mengakibatkan keadaan psikologis lebih buruk seperti cemas, depresi, dan lain-lain. Menurut Gatchel dan Oordt (2005) serangan asma yang muncul secara tiba-tiba dan tidak terduga dapat memunculkan kecemasan dan ketakutan pada penderita.

Selain dapat memunculkan serangan asma, stres juga dapat menurunkan sistem imun di dalam tubuh. Menurut Widiawati (Isnaeni, 2010) stres juga dapat menyebabkan penurunan sistem imun seseorang sehingga mudah terkena infeksi saluran pernapasan terutama virus. Virus merusak epitel saluran pernapasan sehingga terjadi inflamasi yang selanjutnya menimbulkan serangan asma. Sistem imun yang menurun juga dapat menambah penyakit-penyakit di dalam tubuh penderita karena sistem imun kurang dapat melindungi penderita dari virus ataupun bakteri yang berada di lingkungannya.

Munculnya stres dapat menjadi faktor pencetus asma bahkan faktor-faktor lain dapat dimaknai sebagai sumber stresor, sehingga keadaan stres inilah yang harus ditanggulangi bahkan dicegah. Penderita asma yang memiliki self-efficacy tidak hanya dapat menurunkan derajat serangan asma tetapi, mampu menangani stres yang dialami. Dari uraian diatas, peneliti termotivasi untuk menganalisis tentang “Hubungan antara Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma dengan Stres pada Mahasiswa”.


(19)

8

Alissa Ridha Mustika, 2013

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran umum tingkat self-efficacy dalam mencegah serangan asma pada mahasiswa penderita asma di Universitas Pendidikan Indonesia?

2. Bagaimana gambaran umum stres pada mahasiswa penderita asma di Universitas Pendidikan Indonesia?

3. Apakah terdapat hubungan antara self-efficacy dalam mencegah serangan asma dengan stres pada mahasiswa penderita asma di Universitas Pendidikan Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, penelitian ini memiliki tujuan :

1. Mengetahui tingkat self-efficacy dalam mencegah serangan asma pada mahasiswa penderita asma di Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Mengetahui tingkat stres pada mahasiswa penderita asma di Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Mengetahui apakah terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dalam mencegah serangan asma dengan stres pada mahasiswa penderita asma di Universitas Pendidikan Indonesia.


(20)

9

Alissa Ridha Mustika, 2013

D. Asumsi

Terdapat beberapa asumsi dari penelitian ini, yaitu :

1. Self-efficacy dalam diri individu penderita asma dapat membantu dirinya dalam mencegah serangan asma sehingga penderita dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa adanya suatu hambatan.

2. Faktor-faktor pemicu serangan asma yang bersumber dari lingkungan, kebiasaan hidup dan psikologis dapat menjadi sumber stres (stressor). Dengan kata lain adanya kontribusi stres sebagai pemicu serangan asma. 3. Semakin tinggi self-efficacy dalam mencegah serangan asma, semakin

rendah tingkat stres yang dimiliki oleh penderita asma.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) dan diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Dalam penelitian ini menggunakan studi korelasional. Studi korelasional adalah penelitian empirik yang sistematis, untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel lain (Sukardi, 2003).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang (Alfside, 2008). Kuesioner yang digunakan


(21)

10

Alissa Ridha Mustika, 2013

adalah kuesioner self-efficacy dalam mencegah serangan asma dan kuesioner stres.

Lokasi penelitian dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia. Populasi penelitiannya adalah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang memiliki penyakit asma. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Arikunto, 2006).

Teknik nonprobability sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik ini dipakai karena pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan dengan unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil (Arikunto, 2006). Maka dari itu, terdapat karakteristik subjek dalam penelitian ini yaitu individu memiliki penyakit asma, individu berada dalam klasifikasi asma intermitten dan berstatus mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk Mahasiswa Penderita Asma

Bagi mahasiswa penderita asma, penelitian ini diharapkan dapat :

a. Memberikan gambaran mengenai penyakit asma dan keyakinan dalam mencegah serangan asma sehingga dapat mendorong mereka untuk mandiri, percaya diri dan optimis.


(22)

11

Alissa Ridha Mustika, 2013

b. Meningkatkan self-efficacy sehingga dapat digunakan oleh mahasiswa yang memiliki asma sebagai koping stres.

c. Mengetahui stres dapat menjadi faktor pencetus asma. 2. Manfaat untuk Orang Tua

Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan dapat :

a. Memberikan gambaran mengenai penyakit asma sehingga dapat membantu mahasiswa dalam melakukan pencegahan asma.

b. Memberikan informasi tentang peran self-efficacy bagi penderita asma dalam mencegah terjadinya serangan asma.

c. Mengetahui bahwa stres mampu menjadi faktor pencetus serangan asma sehingga dapat membantu mahasiswa dalam penanggulangan stres.

3. Manfaat untuk Kalangan Profesi dan Peneliti

Bagi kalangan profesi dan peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat :

a. Memahami klien atau mahasiswa penderita asma sehingga dapat memberikan motivasi dan memecahkan masalah dalam penangangan stres sehingga dapat meningkatkan self-efficacy dalam mencegah serangan asma.

b. Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang psikologi klinis tentang hubungan antara stres dengan self-efficacy pada penderita asma.

c. Menambah khasanah keilmuan psikologi yang dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.


(23)

1


(24)

56

Alissa Ridha Mustika, 2013

BAB. III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia. Populasi penelitiannya adalah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang memiliki penyakit asma. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Arikunto, 2006).

Teknik nonprobability sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik ini dipakai karena pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan dengan unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil (Arikunto, 2006). Maka dari itu, terdapat karakteristik subjek dalam penelitian ini yaitu :

1. Individu memiliki penyakit asma

2. Individu berada dalam klasifikasi asma intermitten 3. Berstatus mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia


(25)

57

Alissa Ridha Mustika, 2013

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2003). Pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) dan diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010).

C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yang diteliti, yaitu variabel self-efficacy dalam mencegah serangan asma dan variabel stres. Penelitian ini diharapkan dapat diketahui terdapatnya hubungan negatif antara self-efficacy dalam mencegah serangan asma dengan stres pada mahasiswa. a. Variabel Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma

Menurut Bandura (Schustack, 2006) self-efficacy adalah keyakinan (harapan) terhadap kemampuannya dan seberapa jauh seseorang mampu melakukan suatu perilaku dalam situasi tertentu. Sedangkan pencegahan serangan asma ini disebut sebagai tatalaksana pasien asma (Keputusan Mentri Kesehatan, 2008). Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk meningkatkan dan


(26)

58

Alissa Ridha Mustika, 2013

mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (asma terkontrol).

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan self-efficacy dalam mencegah serangan asma merupakan keyakinan akan kemampuan individu dalam berperilaku sehat dan menghindari penyebab-penyebab munculnya serangan asma untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup penderita asma agar dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Variabel Stres

Menurut Lazarus dan Folkman (1984), stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan dll) atau oleh kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan koping.

2. Definisi Operasional

a. Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma

Self-efficacy dalam penelitian ini difokuskan pada pencegahan serangan asma. Self-efficacy dalam mencegah serangan asma dalam penelitian ini adalah keyakinan akan kemampuan mahasiswa penderita asma dalam berperilaku sehat dan menghindari penyebab-penyebab serangan asma agar mampu menjalani kehidupan sehari-hari


(27)

59

Alissa Ridha Mustika, 2013

tanpa adanya serangan asma sebagai hambatan. Terdapat 3 dimensi self-efficacy yang akan diukur dalam penelitian ini, yaitu :

1) Magnitude, adalah keyakinan mahasiswa penderita asma tentang kemampuan melakukan tingkat kesulitan dalam pencegahan serangan asma dan menghindari situasi yang diluar batas kemampuannya.

2) Generality, adalah keyakinan mahasiswa penderita asma tentang kemampuan dalam menggeneralisasikan perilaku-perilaku dan pengalaman-pengalaman sebelumnya dalam melakukan pencegahan serangan asma.

3) Streght, adalah tinggi rendahnya keyakinan mahasiswa penderita asma tentang kemampuan dalam ketahanan melakukan pencegahan serangan asma.

Semakin tinggi nilai dari skala self-efficacy dalam mencegah serangan asma semakin tinggi pula self-efficacy dalam mencegah serangan asma yang dimiliki mahasiswa penderita asma, sebaliknya semakin rendah nilai dari skala self-efficacy dalam mencegah serangan asma semakin rendah pula self-efficacy dalam mencegah serangan asma yang dimiliki mahasiswa penderita asma.

b. Stres

Stres dalam penelitian ini merupakan jenis distress dimana terdapat keadaan internal mahasiswa penderita asma yang disebabkan oleh sumber stres yang berupa frustrasi, konflik, tekanan,


(28)

60

Alissa Ridha Mustika, 2013

perubahan dan pembebanan terhadap diri sendiri sehingga dapat menimbulkan berbagai reaksi terhadap fisiologis, emosi, perilaku, serta penilaian kognitif terhadap stres yang diukur berdasarkan derajat stres teori B.M. Gadzella (Halbert 2006).

Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari skala stres semakin tinggi pula stres yang dimiliki mahasiswa penderita asma dan sebaliknya semakin rendah nilai yang diperoleh dari skala stres semakin rendah pula stres yang dimiliki mahasiswa penderita asma.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan instrumen. Pada penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data dan kualitas pengumpulan data merupakan salah satu hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian (Sugiyono, 2010). Metode instrumen yang digunakan adalah metode kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Terdapat 2 instrumen yang digunakan yaitu, skala self-efficacy dalam mencegah serangan asma dan skala stres.

1. Instrumen Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma

Skala self-efficacy dalam mencegah serangan asma ini digunakan untuk mengerahui tingkat self-efficacy dalam mencegah serangan asma pada mahasiswa penderita asma. Skala ini disusun oleh peneliti dari


(29)

61

Alissa Ridha Mustika, 2013

penurunan dimensi teori self-efficacy menurut Bandura (Selvianti, 2009) dan dikombinasikan dengan perilaku-perilaku pencegahan asma menurut dr. Heru Sundaru (2009).

Skala ini disusun dengan model summated rating scale (Likert). Skala likert adalah skala yang memusatkan kepada subjek atau orang dimana skor yang diperoleh dengan cara menjumlahkan skor item yang ada di dalam skala itu (Ihsan, 2009). Skala ini terdiri dari 66 item pernyataan, dimana terdapat pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mencerminkan perilaku dengan menunjukkan kecenderungan terhadap perilaku yang diukur, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang mencerminkan perilaku dengan tidak menunjukkan kecenderungan perilaku yang diukur (Ihsan, 2009).

Dalam skala ini responden diminta untuk memberikan jawaban dari 4 pilihan jawaban dari pernyataan favorable sampai dengan pernyataan unfavorable. Pilihan-pilihan jawaban tersebut adalah SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai) dan STS (sangat tidak sesuai). Skor yang diberikan bergerak dari 0 sampai 3. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu SS = 3, S = 2, TS = 1 dan STS = 0, sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu, SS = 0, S = 1, TS = 2 dan STS = 3.

Semakin tinggi skor yang diperoleh responden penderita asma semakin tinggi self-efficacy dalam mencegah serangan asma yang


(30)

62

Alissa Ridha Mustika, 2013

dimilikinya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh responden penderita asma semakin rendah self-efficacy dalam mencegah serangan asma yang dimilikinya.

Dibawah ini merupakan kisi-kisi skala self-efficacy dalam mencegah serangan asma.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma

No Dimensi Indikator Sub-Indikator Item Jumlah Fav Unfav

1 Magnitude

Keyakinan akan kemudahan dalam melakukan

pencegahan serangan asma.

1. Keyakinan akan kemudahan dalam menjaga kesehatan.

1, 8, 27 38, 66 5 2. Keyakinan akan

kemudahan dalam menjaga lingkungan dan menghindari faktor pencetus. 4, 20, 39, 45, 46, 55

11, 34,

57 9

3. Keyakinan akan kemudahan dalam menggunakan obat-obatan.

24, 40,

63 - 3

Keyakinan akan kemudahan dalam mengatasi hambatan dalam melakukan pencegahan asma. 1. Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengatasi hambatan dalam menjaga kesehatan. 5, 30,

59 51 4

2. Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengatasi hambatan dalam menjaga lingkungan dan menghindari faktor pencetus. 2, 21, 35 41, 47,


(31)

63

Alissa Ridha Mustika, 2013

No Dimensi Indikator Sub-Indikator Item Jumlah Fav Unfav

3. Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengatasi hambatan dalam

mengkonsumsi obat-obatan.

14, 65 - 2

2 Generality

Keyakinan terhadap kemampuan dalam mencegah serangan asma disertai dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

1. Keyakinan terhadap kemampuan dalam menjaga kesehatan disertai dengan pengalaman sebelumnya. 6, 15,

18 48 4

2. Keyakinan terhadap kemampuan dalam menjaga lingkungan dan menghindari faktor pencetus disertai dengan pengalaman sebelumnya. 25, 28, 31, 42, 52 9, 22,

60 8

3. Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengatasi hambatan dalam

mengkonsumsi obat-obatan.

12, 36 - 2

3 Strength

Keyakinan terhadap kemampuan melakukan pencegahan asma dengan teratur.

1. Keyakinan terhadap kemampuan dalam menjaga kesehatan dengan teratur.

23, 32,

49 10, 64 5 2. Keyakinan terhadap

kemampuan dalam menjaga lingkungan dan menghindari faktor pencetus dengan teratur. 16, 19,


(32)

64

Alissa Ridha Mustika, 2013

No Dimensi Indikator Sub-Indikator Item Jumlah Fav Unfav

3. Keyakinan terhadap kemampuan dalam mengkonsumsi obat-obatan.

3, 61 - 2

Keyakinan terhadap kemampuan untuk tetap melakukan pencegahan asma walaupun masih sering mengalami serangan asma. 1. Keyakinan terhadap kemampuan untuk tetap menjaga kesehatan walaupun masih sering mengalami serangan asma.

17, 54 7, 26 4

2. Keyakinan terhadap kemampuan untuk tetap menjaga lingkungan dan menghindari faktor pencetus walaupun masih sering mengalami serangan asma.

13, 33 44, 62

3. Keyakinan terhadap kemampuan untuk tetap mengkonsumsi obat-obatan.

29, 50 - 2


(33)

65

Alissa Ridha Mustika, 2013

2. Instrumen Stres

Skala stres digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa penderita asma. Skala ini disusun berdasarkan modifikasi dari life Stress Inventory (SSI). Student-life Stress Inventory (SSI) disusun oleh B.M. Gadzella pada tahun 1991 (Halbert, 2006). SSI terdiri dari 51 item dimana terdapat 2 dimensi yaitu stresor dan respon stres. SSI yang digunakan dalam penelitian ini telah dimodifikasi sehingga item berjumlah 61. Dimensi stresor terdiri dari frustrasi, konflik, tekanan, perubahan dan self-imposed. Sedangkan respon stres terdiri dari respon fisik, psikologis, perilaku dan kognitif.

Skala ini disusun dengan model summated rating scale (Likert). Skala likert adalah skala yang memusatkan kepada subjek atau orang dimana skor yang diperoleh dengan cara menjumlahkan skor item yang ada di dalam skala itu (Ihsan, 2009). Skala ini terdiri dari 61 item, dimana terdapat pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.

Dalam skala ini responden diminta untuk memberikan jawaban dari 4 pilihan jawaban dari pernyataan favorable sampai dengan pernyataan unfavorable. Pilihan-pilihan jawaban tersebut adalah SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai) dan STS (sangat tidak sesuai). Skor yang diberikan bergerak dari 0 sampai 3. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu SS = 3, S = 2, TS = 1 dan STS = 0, sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu, SS = 0, S = 1, TS = 2 dan STS = 3.


(34)

66

Alissa Ridha Mustika, 2013

Semakin tinggi skor yang diperoleh responden penderita asma semakin tinggi stres yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh responden penderita asma semakin rendah stres yang dimilikinya.

Dibawah ini merupakan kisi-kisi skala stres yang dimodifikasi dari Student-life Stress Inventory (Gadzella, 1991; dalam Halbert, 2006).

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Stres berdasarkan Student-life Stress Inventory.

No. Dimensi Indikator Item Jumlah Fav Unfav

1 Stresor

Frustrasi A(1-7) A(8-11) 11

Konflik B(1-3) - 3

Tekanan C(1-5) - 5

Perubahan D(1-3) - 3

Self-imposed E(1-4, 6) E(5) 6

2 Respon

Fisik F(1-14) - 14

Psikologis G(1-5) G(6-7) 7

Perilaku H(1-8) H(9-10) 10

Kognitif - I(1-2) 2

Total 61

E. Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen penelitian dilakukan dengan cara menguji validitas dan reliabilitas instrumen yang telah disusun. Adapun tujuan dari pengujian instrumen penelitian ini yaitu, untuk menguji sejauh mana instrumen yang telah disusun mampu mengukur secara tepat dan cermat pada gejala yang akan diukur serta konsisten atau ajeg sehingga mampu digunakan kembali di kemudian hari.


(35)

67

Alissa Ridha Mustika, 2013

1. Uji Validitas

Validitas suatu instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2003). Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi.

Validitas isi menunjukkan sejauhmana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes itu (Azwar, 2010). Validitas isi ditentukan atas dasar pertimbangan (judgement) dari para pakar (Sukardi, 2003). Kedua instrumen ini melewati tahap judgement oleh ibu Siti Chotidjah M.A., Psi., bapak MIF Baihaqi M.Si dan ibu dr. Riksma N.R.A bersama dr Syarifudin Sp.P. Hasil judgement yang diperoleh pada instrumen self-efficacy dalam mencegah serangan asma terdapat pengurangan pernyataan dari dimensi generality dari 31 pernyataan menjadi 16 pernyataan, sehingga jumlah pernyataan menjadi 66 item. Pada dimensi yang lainnya tidak ada pengurangan pernyataan namun ada beberapa kalimat pernyataan yang direvisi. Hasil judgement pada instrumen stres, terdapat penambahan 1 pernyataan dalam indikator tekanan dan jumlah item menjadi 61 item serta beberapa kalimat pernyataan yang direvisi.


(36)

68

Alissa Ridha Mustika, 2013

2. Uji Reliabilitas

Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2003). Dapat dikatakan tes yang reliabel adalah tes yang konsisten, dan dapat dipercaya. Menurut Azwar (2010) semakin tinggi koefisien korelasi suatu alat ukur, semakin konsistensi dan reliabel alat ukur tersebut. Pengujian reliabilitas dalam instrumen ini terdiri dari analisis item dan uji reliabilitas instrumen. a. Analisis Item

Setelah melakukan judgement dalam uji validitas, langkah selanjutnya adalah pengujian instrumen ke 30 orang mahasiswa yang memiliki asma. Setelah data terkumpul tahap selanjutnya adalah analisis item. Analisis item dilakukan untuk melihat sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki satu atau yang tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis item ini adalah memilih item yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes secara keseluruhan (Azwar, 2010).

Pengujian analisis item ini menggunakan korelasi item total terkoreksi (corrected item-total correlation) dengan bantuan software SPSS versi 19.0. Korelasi item total terkoreksi adalah korelasi antara skor item dengan skor total dari sisa item yang lainnya. Item yang dipilih menjadi item final adalah item yang memiliki korelasi


(37)

item-69

Alissa Ridha Mustika, 2013

total sama dengan atau lebih besar dari 0.3. Sebagian ahli psikometri mengatakan bahwa korelasi item-total 0.2 adalah cukup. Hal ini dilakukan apabila item tersebut dihapus maka terdapat indikator yang terbuang dan kriteria bisa diturunkan menjadi 0.2 (Ihsan, 2009). Pada penelitian ini, pemilihan item dilakukan dengan menggunakan kriteria 0.2. Berdasarkan pengertian tersebut, item yang memiliki korelasi item-total sebesar lebih dari 0.2 maka item tersebut dapat digunakan. Sedangkan item yang memiliki korelasi item-total kurang dari 0.2 maka item tersebut tidak layak digunakan atau dibuang.

Hasil analisis item dari instrumen self-efficacy dalam mencegah serangan asma yaitu terdapat 24 item yang memiliki korelasi kurang dari 0.2. Namun, terdapat 1 item (pada item 36) yang korelasinya kurang dari 0.2 jika dihapus akan ada 1 sub-indikator yang hilang. Maka, item tersebut direvisi kembali dalam kalimat pernyataannya. Sehingga jumlah keseluruhan item dari instrumen self-efficacy dalam mencegah serangan asma adalah 43 item. Tabel dibawah ini menunjukkan nomor-nomor item yang layak digunakan, item yang direvisi kembali dan item yang tidak layak digunakan.


(38)

70

Alissa Ridha Mustika, 2013

Tabel 3.3

Hasil Analisis Item Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma Item yang layak

digunakan

Item yang direvisi kembali

Item yang tidak layak digunakan 1, 2, 5, 6, 7, 10, 11, 14,

15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 35, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 53, 56, 57, 59, 60, 61, 65.

36 3, 4, 8, 9, 12, 13, 19, 23, 25, 28, 29, 34, 40, 47, 51, 52, 54, 55, 58, 62, 63, 64, 66.

Hasil analisis item dari instrumen stres yang merupakan modifikasi dari Student-Life Stress Inventory yang disusun oleh B.M. Gadzella (Halbert, 2006), yaitu terdapat 19 item yang memiliki korelasi kurang dari 0.2. Sehingga jumlah keseluruhan item dari instrumen stres adalah 42 item. Tabel dibawah ini menunjukkan nomor-nomor item yang layak digunakan, item yang direvisi kembali dan item yang tidak layak digunakan.

Tabel 3.4

Hasil Analisis Item Instrumen Stres

Item yang layak digunakan Item yang tidak layak digunakan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 12, 13, 14, 15,

16, 17, 18, 19, 20, 22, 25, 28, 29, 31, 33, 34, 35, 37, 38, 40, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 54, 56, 57, 59, 61.

7, 8, 11, 21, 23, 24, 26, 27, 30, 32, 36, 39, 41, 42, 52, 53, 55, 58, 60.


(39)

71

Alissa Ridha Mustika, 2013

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan pendekatan reliabilitas internal. Reliabilitas internal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda, baik dari instrumen yang berbeda maupun yang sama dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan software SPSS versi 19.0. Adapun rumus alpha cronbach sebagai berikut (Ihsan, 2009).

�= �

� −1 [1−

��� � Keterangan :

α : koefisien reliabilitas

n : banyaknya bagian (potongan tes)

Vi : varians tes bagian yang panjangnya tidak ditentukan Vt : varians skor total (perolehan)

Adapun kriteria dalam menetapkan derajat reliabilitas dapat digunakan kriteria dari Guilford (1965; dalam Noor, 2009) dapat dilihat sebagai berikut.


(40)

72

Alissa Ridha Mustika, 2013

Tabel 3.5 Derajat Korelasi

Koefisien Derajat Reliabilitas

< 0.20 Tidak ada korelasi

0.20 – 0.40 Korelasi rendah

0.41 – 0.70 Korelasi tinggi 0.71 – 1.00 Korelasi tinggi sekali

Hasil perhitungan reliabilitas dari instrumen self-efficacy dalam mencegah serangan asma sebelum item yang tidak layak (kurang dari 0.2) dibuang dan setelah item yang tidak layak dibuang adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6

Reliabilitas Instrumen Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma sebelum item tidak layak dibuang

Cronbach's

Alpha N of Items

.816 66

Tabel 3.7

Reliabilitas Instrumen Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma sesudah item tidak layak dibuang

Cronbach's

Alpha N of Items

.887 43

Hasil perhitungan reliabilitas dari instrumen stres sebelum item yang tidak layak (kurang dari 0.2) dibuang dan setelah item yang tidak layak dibuang adalah sebagai berikut :


(41)

73

Alissa Ridha Mustika, 2013

Tabel 3.8

Reliabilitas Instrumen Stres sebelum item tidak layak dibuang

Cronbach's

Alpha N of Items

.857 61

Tabel 3.9

Reliabilitas Instrumen Stres sesudah item tidak layak dibuang

Cronbach's

Alpha N of Items

.900 42

Berdasarkan tabel-tabel diatas, dapat dilihat reliabilitas pada instrumen self-efficacy dalam mencegah serangan asma sebelum item tidak layak dibuang sebesar 0.816 dan setelah item tidak layak dibuang 0.887. Instrumen stres memiliki koefisien reliabilitas sebelum item tidak layak dibuang sebesar 0.857 dan setelah item tidak layak dibuang koefisien reliabilitas sebesar 0.900. Berdasarkan tabel 3.5, instrumen self-efficacy dalam mencegah serangan asma dan instrumen stres sama-sama memiliki derajat reliabilitas sangat tinggi. Maka, dapat dikatakan instrumen ini reliabel atau konsisten terhadap apa yang hendak diukur sehingga layak digunakan.


(42)

74

Alissa Ridha Mustika, 2013

F. Norma Kategorisasi Instrumen

Menurut Ihsan (2009), norma adalah pengelompokkan sebuah kelompok pengambil tes atau skala ke dalam beberapa level. Pengkategorisasian ini mengasumsikan bahwa kelompok ini berdistribusi normal. Pengkategorisasian disusun berdasarkan rumus yang ada. Pada penelitian ini, kedua instrumen yaitu insrumen self-efficacy dalam mencegah serangan asma dan instrumen stres disusun dengan 5 kategorisasi. 5 kategorisasi tersebut adalah sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Kategorisasi tersebut disusun berdasarkan rumus dibawah ini.

Tabel 3.10

Kategorisasi Instrumen Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma dan Kategorisasi Instrumen Stres

Rentang Skor Kategorisasi X > (M + 1.5s) Sangat Tinggi

(M + 1.5s) < X ≤ (M + 0.5s) Tinggi (M + 0.5s) < X ≤ (M – 0.5s) Sedang (M –0.5s) < X ≤ (M – 1.5s) Rendah

X ≤ (M-1.5s) Sangat Rendah Keterangan :

X : Skor Subjek

M : Mean atau Rata-rata Kelompok


(43)

75

Alissa Ridha Mustika, 2013

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji linearitas, uji hipotesis dan uji determinasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan juga untuk menentukan dalam penggunaan teknik analisis. Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal maka teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis parametrik. Sedangkan, jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal maka teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis non-parametrik.

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan One Sample Kolmogrov Smirnov dengan bantuan software SPSS versi 19.0. Nilai dari uji normalitas dilihat dari nilai Asymp. Sig (2-Tailed) > 0.05 maka dapat diindikasikan data yang dihasilkan berdistribusi normal. Apabila nilai Asymp. Sig (2-Tailed) < 0.05 maka dapat diindikasikan data yang dihasilkan tidak berdistribusi normal. Hasil dari uji normalitas kedua instrumen dapat dilihat dari tabel berikut :


(44)

76

Alissa Ridha Mustika, 2013

Tabel 3.11

Hasil Uji Normalitas Data Self-Efficacy dalam Mencegah Seragan asma

Self-Efficacy

N 51

Normal Parametersa,b Mean 74.1569

Std. Deviation 9.35815

Most Extreme Differences Absolute .072

Positive .072

Negative -.054

Kolmogorov-Smirnov Z .514

Asymp. Sig. (2-tailed) .955

a. Test distribution is Normal.

Tabel 3.12

Hasil Uji Normalitas Data Stres

STRES

N 51

Normal Parametersa,b Mean 62.8627

Std. Deviation 12.78752

Most Extreme Differences Absolute .077

Positive .077

Negative -.050

Kolmogorov-Smirnov Z .548

Asymp. Sig. (2-tailed) .925

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel 3.11, data self-efficacy dalam mencegah serangan asma memiliki Asymp. Sig. (2-tailed) > 0.05 yaitu 0.955 sehingga data self-efficacy dalam mencegah serangan asma berdistribusi normal. Berdasarkan tabel 3.12, data stres memiliki Asymp. Sig (2-tailed) > 0.05 yaitu 0.925 sehingga data stres berdistribusi normal. Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal.


(45)

77

Alissa Ridha Mustika, 2013

2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel self-efficacy dalam mencegah serangan asma dan variabel stres memiliki hubungan linear. Hubungan dua variabel dalam penelitian ini dinyatakan dengan sebuah persamaan regresi. Perhitungan uji linearitas dibantu dengan software SPSS versi 19.0. Jika hasil yang diperoleh dengan nilai probabilitas < 0.05 maka variabel self-efficacy dalam mencegah serangan asma linear terhadap variabel stres. Persamaan regresi yang digunakan adalah regresi linear sederhana, dengan persamaan sebagai berikut (Riduwan & Akdon, 2010).

Ŷ = a + bX Keterangan :

Ŷ : subjek variabel terikat yang diproyeksikan a : konstanta atau bila harga Y jika X = 0

b : nilai arah sebagai penentu ramalan (presiksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

X : nilai variabel independen

Hasil uji lineritas antara data self-efficacy dalam mencegah serangan asma dan data stres dapat dilihat dari tabel berikut.


(46)

78

Alissa Ridha Mustika, 2013

Tabel 3.13

Hasil Uji Linearitas Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma dan Stres

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1011.592 1 1011.592 14.721 .000a

Residual 3367.154 49 68.717

Total 4378.745 50

Berdasarkan Tabel diatas, nilai F hitung sebesar 14.721 dengan signifikansi 0.000. Nilai probabilitas yaitu 0.000 < 0.05 maka, terdapat hubungan yang linear antara self-efficacy dalam mencegah serangan asma dengan stres atau self-efficacy dalam mencegah serangan asma linier terhadap stres.

3. Uji Hipotesis

Jika hasil uji normalitas adalah data yang yang diperoleh berdistribusi normal dan hasil uji linearitas menunjukkan variabel self-efficacy dalam mencegah serangan asma linear terhadap variabel stres maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis korelasi Product Moment dari Pearson dengan rumus dibawah ini (Arikunto, 2006).

r

xy

=

�� − � �


(47)

79

Alissa Ridha Mustika, 2013

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara skor variabel 1 dengan skor variabel 2 ΣX : jumlah skor variabel 1

ΣY : jumlah skor variabel 2

ΣXY : jumlah hasil kali antara skor variabel 1 dengan skor variabel 2 n : jumlah subjek penelitian

ΣX2

: jumlah kuadrat skor variabel 1

ΣY2

: jumlah kuadrat skor variabel 2

Perhitungan analisis korelasi dibantu dengan menggunakan software SPSS versi 19.0. Setelah mendapatkan hasil korelasi, lalu melihat seberapa kuat hubungan antara kedua variabel dengan melihat koefisien korelasi yang diinterpretasikan dibawah ini (Sugiyono, 2008).

Tabel 3.4

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00 – 0.199 Sangat rendah 0.20 – 0.399 Rendah 0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat 0.80 – 1.000 Sangat kuat

Berdasarkan hasil analisis korelasi, maka dapat diketahui pula hasil uji hipotesis. Dengan mengacu pada hipotesis penelitian, hipotesis yang akan diuji dinyatakan dengan hipotesis statistik berikut ini.


(48)

80

Alissa Ridha Mustika, 2013

a. H0 :  = 0

H0 : Tidak Terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dalam mencegah serangan asma dengan stres pada mahasiswa penderita asma di Universitas Pendidikan Indonesia.

b. Ha :  ≠ 0

Ha : Terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dalam mencegah serangan asma dengan stres pada mahasiswa penderita asma di Universitas Pendidikan Indonesia.

Kedua hipotesis akan diuji pada α = 0.05. H0 diterima jika koefisien α > 0.05, sebaliknya H0ditolak jika koefisien α ≤ 0.05.

4. Uji Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui proporsi yang dapat dijelaskan dari variabel self-efficacy dalam mencegah serangan asma menentukan variabel stres. Berikut rumus dalam uji determinasi.

� = 2� 100%

Keterangan :

d : koefisien determinasi rs : koefisien korelasi


(49)

81

Alissa Ridha Mustika, 2013

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Terdapat 5 tahap dalam prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu, tahap persiapan, tahap pengambilan data, tahap pengolahan data, tahap pembahasan dan tahap penyelesaian.

1. Tahap Persiapan

a. Mencari variabel yang menarik bagi peneliti.

b. Mencari fenomena di dunia kesehatan dan mengaitkannya dengan variabel yang telah dipilih oleh peneliti.

c. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian.

d. Mencari literatur dan buku sumber yang menunjang penelitian yaitu stres, self-efficacy, asma dan pencegahan serangan asma.

e. Menyusun instrumen penelitian yaitu skala stres dan skala self-efficacy dalam mencegah serangan asma.

f. Menguji instrumen melalui judgement kepada para ahli untuk mengetahui validitas instrumen.

g. Menguji coba instrumen kepada 30 mahasiswa tingkat 1, 2 dan 4 penderita asma di Universitas Pendidikan Indonesia untuk mengetahui validitas (analisis item) dan reabilitas instrumen.

2. Tahap Pengambilan Data

a. Melakukan studi pendahuluan ke setiap jurusan dalam masing-masing fakultas untuk mencari jumlah mahasiswa yang memiliki asma


(50)

82

Alissa Ridha Mustika, 2013

dengan cara menanyakan langsung kepada mahasiswa di setiap jurusan.

b. Memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian serta penjelasan dalam pengisian kuesioner kepada responden.

c. Melakukan pengambilan data. 3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.

b. Melakukan penyekoran dengan menilai kuesioner dari setiap responden.

c. Menghitung dan mentabulasi data yang diperoleh dari setiap responden.

d. Menggunakan analisis data dengan menggunakan metode statistik melalui software SPSS versi 19.0.

4. Tahap Pembahasan

a. Menginterpretasi dan membahas hasil analisis statistik berdasarkan teori.

b. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian. 5. Tahap Penyelesaian


(51)

123

Alissa Ridha Mustika, 2013

BAB. V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Self-efficacy dalam mencegah serangan asma yang dimiliki mahasiswa berada pada tingkat sedang. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya sifat pencegahan asma yang mudah namun sedikit yang harus dilakukan. Tugas pencegahan asma yang sedikit dapat terjadi karena serangan asma yang dialami mahasiswa terjadi 1 kali seminggu dan tidak mengganggu aktifitas. Selanjutnya, pengalaman-pengalaman yang dialami mahasiswa dalam melakukan pencegahan serangan asma dapat berhasil dan gagal sehingga perilaku pencegahan asma tidak dilakukan secara penuh.

Selain itu, pengalaman yang dialami orang lain pun dapat berpengaruh. Hal ini terjadi ketika mahasiswa melihat dan menirukan pengalaman orang lain dalam melakukan pencegahan asma. Jika pengalaman orang tersebut berhasil maka mahasiswa akan melakukan perilaku pencegahan asma yang sama, namun jika pengalaman orang tersebut gagal maka mahasiswa tidak akan mengikuti perilaku pencegahan asma tersebut. Figur orang lain dapat terjadi pada anggota keluarga, saudara maupun teman dekat dari mahasiswa penderita asma.


(52)

124

Alissa Ridha Mustika, 2013

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, stres yang dimiliki mahasiswa penderita asma berada pada tingkat sedang. Hal ini dapat disebabkan mahasiswa tetap mengalami keadaan stres, namun mampu dilawan atau dikoping sesuai dengan kemampuannya sehingga tidak mengalami respon-respon stres yang berat.

Selanjutnya, terdapat hubungan negatif antara self-efficacy mencegah serangan asma dengan stres pada mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia dengan tingkat sedang. Hal ini mengindikasikan self-efficacy dalam mencegah serangan asma yang sedang maka stres yang dimiliki mahasiswa berada pada tingkat sedang.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa rekomendasi yang diajukan kepada mahasiswa, orang tua mahasiswa dan peneliti selanjutnya. 1. Rekomendasi untuk Mahasiswa

Bagi mahasiswa diharapkan untuk :

a. meningkatkan keyakinan akan kemampuan (self-efficacy) dalam mencegah serangan asma walaupun jarang mengalami serangan asma, agar dapat meningkatkan kualitas hidup tanpa adanya hambatan. b. menjadikan pengalaman yang berhasil sebagai acuan untuk

meningkatkan keyakinan akan kemampuan dalam mencegah serangan asma.


(53)

125

Alissa Ridha Mustika, 2013

c. meningkatkan kemampuan dalam menanggulangi stres agar tidak terjadi respon-respon stres khususnya respon fisik.

d. bekerja sama dengan orang terdekat jika stres yang dialami sulit ditanggulangi.

2. Rekomendasi untuk Orang tua Bagi orang tua diharapkan untuk :

a. memberikan pengetahuan dalam melakukan pencegahan serangan asma.

b. membantu mahasiswa dalam melakukan pencegahan serangan asma. c. memberikan dukungan positif saat mahasiswa melakukan

penanggulangan stres. 3. Rekomendasi untuk Peneliti

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk :

a. melakukan penelitian dengan variabel yang sama, namun menggunakan klasifikasi asma yang lain.

b. melakukan penelitian yang sama secara mendalam dengan menggunakan metode kualitatif.


(54)

Alissa Ridha Mustika, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Adiery, F. 2010. Cara Menjaga Kesehatan Tubuh [Online]. http://febriadiery.blogspot.com/2010/05/cara-menjaga-kesehatan-tubuh.html [7 Oktober 2011].

Agusudrajat. 2011. Hari Asma Sedunia 1 Mei 2011 [Online]. http://agus34drajat.wordpress.com/2011/05/01/hari-asma-sedunia-1-mei-2011/ [8 Desember 2011].

Anwar, A.I.D. 2009. Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Skripsi Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara: tidak diterbitkan.

Arief. 2008. Penderita Asma [Online].

http://ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma.html [6 Oktober 2011].

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Rineka Cipta: Bandung.

Azwar, S. 2010. Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar Edisi II. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Bandura, A. 1999. Self-Efficacy in Changing Societies. Cambridge University Press.

Baron, R.A. & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial Jilid I Edisi 10. Erlangga: Jakarta.

Bordley, W.C. et al. 2004. “Diagnosis and Testing in Bronchiolitis”. Arch Pediatr Adolesc Med. 158, (2), 119-126.

Carson, R.C. & Butcher, J.N. (1997). Abnormal Psychology and Modern Life. Minnesota: HarperCollinsPublishers.


(55)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Fairawan, S. 2008. Hubungan antara Pengetahuan Tentang Penyakit Asma dengan Sikap Penderita dalam Perawatan Asma pada Pasien Rawat Jalan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta: Tidak Diterbitkan.

Febriadi, E. 2010. Cara Menjaga Kesehatan [Online]. http://febriadiery.blogspot.com/2010/05/cara-menjaga-kesehatan-tubuh.html [27 Juni 2011].

Fitri, F. (2011). Hubungan Antara Stres dengan Perilaku Merokok pada Mahasiswa Laki-laki Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Gatchel, R.J. & Oordt, M.S. 2005. Clinical Health Psychology and Primary Care. John Wiley & Sons Inc.

Gatra. 2000. Jumlah Penderita Asma di Indonesia 10 Juta Orang [Online]. http://wap.gatra.com/artikel.php?id=9919 [7 Oktober 2011]

Gatra. 2002. Jumlah Penderita Asma di Indonesia Capai 12 Juta Orang [Online]. http://arsip.gatra.com/2002-03-04/artikel.php?id=15803 [7 Oktober 2011]

Global Initiative for Asthma (GINA). 2011. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. Cape Town, South Africa: GINA.

Gould, H.J et al. 2003. “The Biology of IgE and the Basis of Allergic Disease”. Annual Review of Immunology. 21, 579-628.

Halbert, L.H. 2006. The Relationship of Student-Life Stress to Marital Dedication Among Married Undergraduate Students and Their Spouses. A Dissertation for the Degree of Doctor of Philosophy in Student Development in the Department of Counselor Education, Mississippi State University.

Hall, C.S. & Lindzey, G. 1985. Introduction to Theories of Personality. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Hall, C.B. et al. 2009. “The Burden of Respiratory Syncytial Virus Infection in Young Children". New England Journal of Medicine. 360, (06), 588-598.


(56)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Herlina, I. 2006. Biologi. Rosda: Bandung.

Hoy, W.K. & Tarter, J.C. 2011. “Positive Psychology and Educational Administration: An Optimistic Research Agenda”. Educational Administration Quarterly. 47 (3), 427-445.

Ihsan, H. 2009. Metode Skala Psikologi. Bandung: Tidak diterbitkan.

Isnaeni, D.N. 2010. Hubungan antara Stres dengan Pola menstruasi pada Mahasiswa D IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi pada Prodi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

Karto. 2012. Indikasi Salbutamol [Online]. http://ahli-farmasi.blogspot.com/2012/01/salbutamol.html#axzz2GvyiNVii [2 Januari 2013].

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Kementerian Kesehatan: Jakarta.

Komandyahrini, E. & Akbar, R. 2008. “Hubungan Self-efficacy dan Kematangan Dalam memilih Karir Siswa Program Percepatan Belajar”. Gifted Review, Jurnal Keterbakatan dan Kreativitas. 2 ,(1), 1-12.

Lazarus, R.S. dan Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York.

Lee, S.Y. 2008. “Interplay of Negative Emotion and Health Self-Efficacy on the

Use of Health Information and Its Outcomes”. Journal of Communication

Research. 35, (03), 358-381.

Maddux, J. 2002. Self-Efficacy: The Power of Believing You Can. In C.R. Snyder & S.J. Lopez. Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press.

Mahardikawati, D. 2012. Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar Siswa. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.


(57)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Marks, R.; Allegrante, J.P. & Lorig, K. 2005. “A Review and Synthesis of Research for Self-Efficacy-Enhanching Interventions for Reducing Chronic Disability: Implications for Health Education Practice (Part I)”. Health Promotion Practice. 37, (06), 37-43.

Media Skripsi. 2008. Macam-macam Variabel [Online]. http://www.mediaskripsi.com/macam-macam-variabel.php [10 Oktober 2011].

Mitchell D.K. & Mcquaid E., 2008. Comprehensive Handbook of Clinical Health Psychology. John Wiley & Sons Inc.

Morgan, C.T., King, R.A. & Wersz, J.R. 1986. Introduction to Psychology 7th Edition. New York: Mc-Graw Hill.

Morrison, V. & Bennet, P. 2006. An Introduction to Health Psychology. England.

Munandar A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press.

Nevid, J.S. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid I. Erlangga: Jakarta.

Noor, H. Psikometri: Aplikasi dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran Perilaku. Fakultas Psikologi Unisba: Bandung.

Nur, R.F. 2009. Hubungan Antara Kelekatan dengan Teman Sebaya dan Kemandirian Remaja Kelas XII SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Nurhayati, I. 2011. Hubungan Pengungkapan Diri: Self-Disclosure dan Tipe Kepribadian dengan Tingkat Stres Remaja. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.


(58)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Peltola, V. et al. 2008. “Clinical Effects of Rhinovirus Infections”. Journal of Clinical Virology. 43, 411-414.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Asma: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. PDPI.

Pitakasari, A.R. 2011. Hindari Serangan Asma, Kenali Gejalanya [Online]. http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/tips-sehat/11/01/25/160481-hindari-serangan-asma-kenali-gejalanya [6 Oktober 2011].

Riduwan & Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.

Rietveld, S; Beest, I.V. dan Everaerd, W. 1999. “Stress-Induced Breathlessness

in Asthma”. Psychological Medicine. 29, (06), 1359-1366.

Rittmayer, A.D. dkk. 2008. Overview: Self-Efficacy in STEM. Dalam Assesiag Women and Men in Enggineering [Online]. Tersedia : www.AWEonline.org [10 Oktober 2011].

Schuctack, F. 2006. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Jilid I Edisi 3. Erlangga: Jakarta.

Scott, C.J. 2012. Optimal Stress: Living in Your Best Stress Zone. John Wiley & Sons.

Selvianti, L.A. 2009. “Self-Efficacy Penderita Kanker Payudara”. Jurnal Psikologi. 5, (2), 275-297.

Setiawan, R. 2011. Diet pada Penderita Asma [Online]. http://setiawanrahman.blogspot.com/2011/11/asma.html [27 Juni 2011]. Sudhita, R. 2005. Pencetus Asma Ada Dimana-mana [Online].

http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/7/3/kel5.html [2 Januari 2013].


(59)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Bumi Aksara: Yogyakarta.

Sundaru, H. 2009. Pencegahan Penyakit Asma [Online]. http://medicastore.com/asma/pencegahan_asma.php [28 Desember 2011].

UPI. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Warner et al. 2006. “Health Effects of Written Emotional Disclosure in Adolescents with Asthma: A Randomized, Controlled Trial”. Journal of Pediatric Psychology. 31, (06), 557-568.

Wiramihardja, S.A. 2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Rafika Aditama: Bandung.

Yusuf, F. 2009. Upaya Mengontrol Asma [Online]. http://muslimdaily.net/berita/medis/upaya-mengontrol-asma.html [8 Desemeber 2011].

Yusuf, S. 2007. Mental Hygiene: Terapi Psikospiritual untu Hidup Sehat Berkualitas. Maestro: Bandung.


(60)

Alissa Ridha Mustika, 2013

GLOSSARIUM

Glossarium ini disusun yang bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku, diktat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia serta jurnal-jurnal kedokteran.

Alel : Pasangan gen dengan kromosom (sel) yang homolog. APE (Arus Puncak

Respirasi) :

Pengukuran spirometri melalui pemeriksaan yang sederhana dan mudah dibawa dengan menggunakan alat peak expiratory flow

meter (PEF meter).

B2-Antagonis : Senyawa yang memberikan efek kejang otot bronkus.

Bronchiolitis : Infeksi yang terjadi pada bronkiolus sehingga sedikitnya udara yang masuk pada paru-paru.

Bronkus : Cabang Tenggorokan.

Fenotipe : Karakteristik gen yang dipengaruhi oleh induk dan lingkungannya.

Immunoglobin E (IgE) :

Antibodi pada mamalia yang berperan sebagai menjaga tubuh dari alergi.

Inflamasi : Reaksi tubuh thd mikroorganisme dan benda asing yg ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ tubuh. Rhinovirus : Virus penyebab utama flu dan sering diikuti dengan adanya

mengi akut, sinusitis dan pheumonia. Trakea : Batang Tenggorokan.

Variabiliti APE : Variasi APE harian yang digunakan untuk menilai derajat penyakit asma serta dilakukan selama 1-2 minggu.

VEP1 : volume ekspirasi paksa detik pertama dilakukan dengan

manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar.

Virus RSV : Virus yang menyebabkan infeksi menyerang pada saluran pernapasan yang dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.


(1)

Fairawan, S. 2008. Hubungan antara Pengetahuan Tentang Penyakit Asma dengan Sikap Penderita dalam Perawatan Asma pada Pasien Rawat Jalan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta: Tidak Diterbitkan.

Febriadi, E. 2010. Cara Menjaga Kesehatan [Online]. http://febriadiery.blogspot.com/2010/05/cara-menjaga-kesehatan-tubuh.html [27 Juni 2011].

Fitri, F. (2011). Hubungan Antara Stres dengan Perilaku Merokok pada Mahasiswa Laki-laki Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Gatchel, R.J. & Oordt, M.S. 2005. Clinical Health Psychology and Primary Care. John Wiley & Sons Inc.

Gatra. 2000. Jumlah Penderita Asma di Indonesia 10 Juta Orang [Online]. http://wap.gatra.com/artikel.php?id=9919 [7 Oktober 2011]

Gatra. 2002. Jumlah Penderita Asma di Indonesia Capai 12 Juta Orang [Online]. http://arsip.gatra.com/2002-03-04/artikel.php?id=15803 [7 Oktober 2011]

Global Initiative for Asthma (GINA). 2011. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. Cape Town, South Africa: GINA.

Gould, H.J et al. 2003. “The Biology of IgE and the Basis of Allergic Disease”. Annual Review of Immunology. 21, 579-628.

Halbert, L.H. 2006. The Relationship of Student-Life Stress to Marital Dedication Among Married Undergraduate Students and Their Spouses. A Dissertation for the Degree of Doctor of Philosophy in Student Development in the Department of Counselor Education, Mississippi State University.

Hall, C.S. & Lindzey, G. 1985. Introduction to Theories of Personality. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Hall, C.B. et al. 2009. “The Burden of Respiratory Syncytial Virus Infection in Young Children". New England Journal of Medicine. 360, (06), 588-598.


(2)

Herlina, I. 2006. Biologi. Rosda: Bandung.

Hoy, W.K. & Tarter, J.C. 2011. “Positive Psychology and Educational Administration: An Optimistic Research Agenda”. Educational Administration Quarterly. 47 (3), 427-445.

Ihsan, H. 2009. Metode Skala Psikologi. Bandung: Tidak diterbitkan.

Isnaeni, D.N. 2010. Hubungan antara Stres dengan Pola menstruasi pada Mahasiswa D IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi pada Prodi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

Karto. 2012. Indikasi Salbutamol [Online]. http://ahli-farmasi.blogspot.com/2012/01/salbutamol.html#axzz2GvyiNVii [2 Januari 2013].

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Kementerian Kesehatan: Jakarta.

Komandyahrini, E. & Akbar, R. 2008. “Hubungan Self-efficacy dan Kematangan Dalam memilih Karir Siswa Program Percepatan Belajar”. Gifted Review, Jurnal Keterbakatan dan Kreativitas. 2 ,(1), 1-12.

Lazarus, R.S. dan Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York.

Lee, S.Y. 2008. “Interplay of Negative Emotion and Health Self-Efficacy on the

Use of Health Information and Its Outcomes”. Journal of Communication

Research. 35, (03), 358-381.

Maddux, J. 2002. Self-Efficacy: The Power of Believing You Can. In C.R. Snyder & S.J. Lopez. Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press.

Mahardikawati, D. 2012. Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar Siswa. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.


(3)

Marks, R.; Allegrante, J.P. & Lorig, K. 2005. “A Review and Synthesis of Research for Self-Efficacy-Enhanching Interventions for Reducing Chronic Disability: Implications for Health Education Practice (Part I)”. Health Promotion Practice. 37, (06), 37-43.

Media Skripsi. 2008. Macam-macam Variabel [Online]. http://www.mediaskripsi.com/macam-macam-variabel.php [10 Oktober 2011].

Mitchell D.K. & Mcquaid E., 2008. Comprehensive Handbook of Clinical Health Psychology. John Wiley & Sons Inc.

Morgan, C.T., King, R.A. & Wersz, J.R. 1986. Introduction to Psychology 7th Edition. New York: Mc-Graw Hill.

Morrison, V. & Bennet, P. 2006. An Introduction to Health Psychology. England.

Munandar A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press.

Nevid, J.S. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid I. Erlangga: Jakarta.

Noor, H. Psikometri: Aplikasi dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran Perilaku. Fakultas Psikologi Unisba: Bandung.

Nur, R.F. 2009. Hubungan Antara Kelekatan dengan Teman Sebaya dan Kemandirian Remaja Kelas XII SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Nurhayati, I. 2011. Hubungan Pengungkapan Diri: Self-Disclosure dan Tipe Kepribadian dengan Tingkat Stres Remaja. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.


(4)

Peltola, V. et al. 2008. “Clinical Effects of Rhinovirus Infections”. Journal of Clinical Virology. 43, 411-414.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Asma: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. PDPI.

Pitakasari, A.R. 2011. Hindari Serangan Asma, Kenali Gejalanya [Online]. http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/tips-sehat/11/01/25/160481-hindari-serangan-asma-kenali-gejalanya [6 Oktober 2011].

Riduwan & Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.

Rietveld, S; Beest, I.V. dan Everaerd, W. 1999. “Stress-Induced Breathlessness

in Asthma”. Psychological Medicine. 29, (06), 1359-1366.

Rittmayer, A.D. dkk. 2008. Overview: Self-Efficacy in STEM. Dalam Assesiag Women and Men in Enggineering [Online]. Tersedia : www.AWEonline.org [10 Oktober 2011].

Schuctack, F. 2006. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Jilid I Edisi 3. Erlangga: Jakarta.

Scott, C.J. 2012. Optimal Stress: Living in Your Best Stress Zone. John Wiley & Sons.

Selvianti, L.A. 2009. “Self-Efficacy Penderita Kanker Payudara”. Jurnal Psikologi. 5, (2), 275-297.

Setiawan, R. 2011. Diet pada Penderita Asma [Online]. http://setiawanrahman.blogspot.com/2011/11/asma.html [27 Juni 2011]. Sudhita, R. 2005. Pencetus Asma Ada Dimana-mana [Online].

http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/7/3/kel5.html [2 Januari 2013].


(5)

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Bumi Aksara: Yogyakarta.

Sundaru, H. 2009. Pencegahan Penyakit Asma [Online]. http://medicastore.com/asma/pencegahan_asma.php [28 Desember 2011].

UPI. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Warner et al. 2006. “Health Effects of Written Emotional Disclosure in Adolescents with Asthma: A Randomized, Controlled Trial”. Journal of Pediatric Psychology. 31, (06), 557-568.

Wiramihardja, S.A. 2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Rafika Aditama: Bandung.

Yusuf, F. 2009. Upaya Mengontrol Asma [Online]. http://muslimdaily.net/berita/medis/upaya-mengontrol-asma.html [8 Desemeber 2011].

Yusuf, S. 2007. Mental Hygiene: Terapi Psikospiritual untu Hidup Sehat Berkualitas. Maestro: Bandung.


(6)

GLOSSARIUM

Glossarium ini disusun yang bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku, diktat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia serta jurnal-jurnal kedokteran.

Alel : Pasangan gen dengan kromosom (sel) yang homolog.

APE (Arus Puncak Respirasi) :

Pengukuran spirometri melalui pemeriksaan yang sederhana dan mudah dibawa dengan menggunakan alat peak expiratory flow meter (PEF meter).

B2-Antagonis : Senyawa yang memberikan efek kejang otot bronkus.

Bronchiolitis : Infeksi yang terjadi pada bronkiolus sehingga sedikitnya udara

yang masuk pada paru-paru.

Bronkus : Cabang Tenggorokan.

Fenotipe : Karakteristik gen yang dipengaruhi oleh induk dan

lingkungannya.

Immunoglobin E

(IgE) :

Antibodi pada mamalia yang berperan sebagai menjaga tubuh dari alergi.

Inflamasi : Reaksi tubuh thd mikroorganisme dan benda asing yg ditandai

oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ tubuh.

Rhinovirus : Virus penyebab utama flu dan sering diikuti dengan adanya

mengi akut, sinusitis dan pheumonia.

Trakea : Batang Tenggorokan.

Variabiliti APE : Variasi APE harian yang digunakan untuk menilai derajat

penyakit asma serta dilakukan selama 1-2 minggu.

VEP1 : volume ekspirasi paksa detik pertama dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar.

Virus RSV : Virus yang menyebabkan infeksi menyerang pada saluran

pernapasan yang dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.