PERBEDAAN HASIL TES KEMAMPUAN DAYA TAHAN CARDIOVASCULAR MENGGUNAKAN TES BALKE (LARI 15 MENIT) DAN TES BLEEPT PADA ATLET FUTSAL.

(1)

PERBEDAAN HASIL TES KEMAMPUAN DAYA TAHAN

KARDIOVASCULAR MENGGUNAKAN TES BALKE DAN TES BLEEPT PADA ATLET FUTSAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh : MASRI HAMID

0807696

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PERBEDAAN HASIL TES KEMAMPUAN DAYA

TAHAN KARDIOVASCULAR MENGGUNAKAN TES

BALKE DAN BLEEPT PADA ATLET FUTSAL

TAHUN 2013

Oleh Masri Hamid

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Masri Hamid 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : MASRI HAMID

NIM : 0807696

JUDUL : PERBEDAAN HASIL TES KEMAMPUAN DAYA TAHAN

CARDIOVASCULAR MENGGUNAKAN TES BALKE (LARI 15 MENIT) DAN TES BLEEPT PADA ATLET FUTSAL

(Study Deskriptif Pada Atlet Futsal SMA Negeri 25 Bandung)

Disetujui dan disahkan oleh: Dosen Pembimbing I,

Drs. Dudung Hasanudin Ch. NIP. 196003151987031002

Dosen Pembimbing II,

Ira Purnamasari, M.Pd. NIP. 198107672008122002

Mengetahui/menyetujui, Ketua

Jurusan Pendidikan Kepelatihan

Dr. H. R. Boyke Mulyana NIP. 196210231989031001


(4)

(5)

ABSTRAK

PERBEDAAN HASIL TES KEMAMPUAN DAYA TAHAN

CARDIOVASCULAR MENGGUNAKAN TES BALKE (LARI 15 MENIT) DAN TES BLEEPT PADA

ATLET FUTSAL Pembimbing : 1. Drs. Dudung Hasanudin Ch.

2. Ira Purnamasari, M.Pd. *Masri Hamid

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode tes mana yang lebih berpengaruh dan cocok pada atlet futsal agar para pelatih tidak asal dalam memberikan program latihan fisik pada atletnya sehingga atlet berkembang sesuai dengan porsi dan kapasitas kondisi fisik yang ada pada diri atlet itu sendiri yang ada di SMA Negeri 25 Bandung.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah atlet futsal SMA Negeri 25 Bandung sebanyak 15 orang, yang terdiri dari 15 orang laki-laki. Semua populasi dijadikan sampel (total sampling). Instrumen penelitian ini adalah mengukur vo2max, yang terdiri dari 2 (dua) item tes yaitu: tes balke dan tes bleept.

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan dan hasil analisis data mengenai perbandingan hasil test balke dan test bleep terhadap daya tahan kardiovascular atlet futsal dalam tes Vo2Max pada cabang olahraga futsal, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

Kedua metode test balke dan test bleept mempunyai perbedaan hasil dari tes kemampuan daya tahan kardiovascular dan kedua metode tes tersebut dapat digunakan untuk mengetahui status fisik atlet futsal namun tes balke hasilnya sedikit lebih bagus dari pada tes bleept mengenai perbedaan hasil tes kemampuan daya tahan kardiovascula menggunakan tes balke dan tes bleept pada atlet futsal.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Batasan Penelitian ... 10

F. Definisi Oprasional ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Permainan Futsal ... 13

B. Pengertian Daya Tahan Cardiovascular ... 25

C. Pengertian Tes Balke ………. 29

D. Pengertian Tes Bleept ………... 31

E. Asumsi Dasar ... 40

F. Hipotesis ... 41

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 42

B. Populasi dan Sampel ... 44

C. Desain Penelitian ... 44

D. Prosedur Penelitian ... 47

E. Instrumen Penelitian ... 47


(7)

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 54

B. Uji Prasyarat Analisis ………... 54

C. Diskusi Penemuan ... 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Futsal merupakan olahraga permainan yang di gemari oleh seluruh masyarakat di karenakan cara memainkan olahraga ini sangat lah murah dan mudah, dengan bermodalkan bola saja maka olahraga ini bisa di mainkan. Olahraga futsal telah banyak digemari oleh orang-orang, baik di Indonesia maupun di dunia. Futsal merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari lima orang pemain yang salah satunya adalah penjaga gawang. Tujuan dari futsal itu sendiri adalah memasukan bola ke gawang lawan dan mencegah terjadinya gol ke gawang sendiri, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama tadi, setiap regu diperbolehkan memiliki pemain cadangan.

Berbicara mengenai futsal untuk mencapai prestasi yang maksimal, diperlukan beberapa faktor penunjang dalam olahraga futsal. Faktor-faktor tersebut menurut Harsono (1988:100) yaitu : “. . . ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan (d) latihan mental”. Keempat faktor ini mutlak harus dimiliki seorang atlet futsal.

Dilihat dari keempat faktor di atas maka untuk bermain futsal dengan baik, di butuhkan pula latihan fisik yang baik. Latihan fisik merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh. Latihan fisik umumnya dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, tergantung pada pengaruh yang ditimbulkannya pada tubuh manusia. Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan otot dan sendi. Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan daya tahan kardiovascular. Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka pendek. Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat badan atau


(9)

kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur memperbaiki kinerja sistem kekebalan tubuh, dan membantu mencegah penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovascular, diabetes tipe 2 dan obesitas.

Keuntungan latihan fisik telah dikenal sejak zaman kuno. Marcus Cicero di tahun 65 SM, menyatakan : “Latihan sendirilah yang membantu jiwa, dan menjaga akal tetapi giat berpikir”. Latihan fisik merupakan bagian terpenting untuk semua cabang olahraga. Tujuannya adalah untuk membentuk kondisi tubuh sebagai dasar untuk meningkatkan ketahanan, kebugaran, dan pencapaian suatu prestasi. Mengenai pentingnya aspek kondisi fisik diterangkan oleh beberapa ahli diantaranya Sajoto (1988) mengatakan bahwa Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Selanjutnya Harsono (1988) mengatakan bahwa sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi atlet. Begitu juga Bompa (2000) mengatakan bahwa persiapan fisik merupakan salah satu yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dari beberapa kasus penting sebagai unsur yang diperlukan dalam latihan untuk mencapai puncak penampilan (prestasi).

Seseorang dikatakan dalam kondisi fisik yang baik apabila ia mempunyai kesanggupan untuk melakukan kegiatan fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Bagi seorang atlet, status atau derajat kondisi fisik yang baik mutlak diperlukan, baik guna mengikuti program latihan maupun menghadapi situasi dalam pertandingan. Tanpa memiliki status atau kondisi fisik yang baik seorang atlet menekuni cabang olahraga tidak mungkin dapat mencapai prestasi yang tinggi

Kondisi fisik yang baik dapat menunjang penampilan keterampilan gerak dan penguasaan teknik dasar dari suatu cabang olahraga. Seperti yang dikemukakan oleh


(10)

Supandi (1983) bahwa kemampuan fisik diperlukan dalam mempelajari gerak agar hasil yang dicapai cukup efisien. Dalam kenyataan kemampuan fisik diperlukan sebagai dasar untuk mengembangkan gerakan-gerakan ketangkasan. Begitu juga menurut Yaxley (1986) “That with those physical conditions which could help the technique and tactics as long as possible .

“Bahwa dengan kondisi fisik yang baik dapat membantu penampilan teknik dan taktik selama mungkin”.

Ada beberapa komponen-komponen fisik dasar penting yang harus kita ketahui yaitu kekuatan, kelentukan, kecepatan dan daya tahan. Daya tahan adalah kemampuan fisik seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatif lama. Membicarakan tentang daya tahan tentunya berkaitan dengan daya tahan kardiovascular. Daya tahan kardiovascular adalah keupayaan system kardiorespirator untuk melakukan kerja bagi satu jangka masa yang lama dan berterusan dengan intersiti kerja yang ringan atau sederhana. Daya tahan kardiovascular juga merupakan komponen yang paling penting dalam profil fisiologi manusia ini disebabkan ia melibatkan daya tahan aerobik dan anaerobik. Kardiovascular bergantung kepada kombinasi saluran darah, jantung dan paru-paru. Aktiviti yang berat memerlukan pengeluaran darah yang kaya dengan oksigen untuk membolehkan otot-otot menjalankan aktiviti berat yang berterusan. Sedangkan menurut Collingwood (1995:87), “Stated that the endurance of cardiovascular is one of good from the body which can deliver the oxygen to the entire of body part by producing the power to be used for having the activities . “Menyatakan bahwa daya tahan kardiovascular adalah kebolehan tubuh menghantar oksigen ke seluruh anggota badan untuk menghasilkan tenaga bagi digunakan untuk menjalankan aktiviti”.

Oleh karena itu untuk membuat program latihan fisik yg baik kita harus mengetahui tingkat awal kondisi kebugaran jasmani atlet tersebut. Maka untuk mengetahui tingkat awal


(11)

kondisi kebugaran jasmani atlet, kita harus mengadakan tes agar mengetahui kondisi awalnya.

Tes merupakan alat ukur. Seperti yang di kemukakan oleh Suharsiwi Asukunto (1995:51), yaitu “tes adalah merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Dari hasil tes, biasanya diperoleh tentang atribut atau sifat-sifat yang terdapat pada individu atau obyek yang bersangkutan. Data dapat dihimpun melalui tes, angket, observasi dan wawancara atau bentuk lainnya yang sesuai.

Data yang dihimpun dalam pendidikan mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk menghimpun data/informasi yang bersifat kognitif bisa melalui tes tulis, tes lisan. Data bersifat afektif dapat dihimpun melalui tes dalam bentuk skala sikap atau angket atau observasi secara langsung terhadap obyek yang akan diukur. Sedangkan data/informasi yang bersifat motorik dapat dihimpun antara lain melalui tes kemampuan dan gerak dasar, tes kemampuan fungsional, tes kardiovascular dan tes keterampilan. Melalui tes akan dihimpun data yang bersifat obyektif.

Dilihat dari tes yang bersifat motorik tersebut maka tes kardiovascular ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar konsumsi oksigen maksimal yang disingkat VO2max, artinya VO2 menunjukan volume oksigen yang dikonsumsi, biasanya dinyatakan dalam liter atau mililiter, dan tanda titik diatas V merupakan tanda yang menyatakan bahwa volume oksigen tersebut dinyatakan dalam satu waktu, biasanya permenit. Jadi kalau ada pernyataan VO2max = 3 L/menit, artinya seseorang dapat mengkonsumsi oksigen secara maksimal 3 liter permenit. “In term of consume the maximal oxygen have its similar mean with maximal oxygen intake, and maximal oxygen power, which shown the huge differences between the oxygen which inhale inside lungs and the oxygen which exhale outside lungs . Dalam istilah konsumsi oksigen maksimal mempunyai pengertian yang sama dengan maximal oxygen intake, dan


(12)

maximal oxygen power, yang menunjukan perbedaan yang terbesar antara oksigen yang dihisap masuk kedalam paru dan oksigen yang dihembuskan keluar paru”.(Lamb, 1984, Nieman CD,1993)

Sedangkan untuk mengetahui VO2max seseorang yaitu dengan melaksanakan tes. Ada beberapa tes agar bisa mengetahui VO2max seseorang diantaranya melalui test balke, cooper test, harvard test, bleept test, agar dapat mengetahui tingkat kebugaran jasmani seseorang.

Tes balke adalah salah satu tes untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani atau juga VO2MAX seseorang. Tes balke merupakan tes yang digunakan untuk mengkur seberapa kuat daya tahan kerja jantung dan pernapasan seseorang. Tes balke dilakukan dengan cara melakukan lari selama 15 menit, kemudian hasil tes tersebut akan disesuaikan dengan norma yang ada.

Cooper test merupakan metode yang cukup sederhana, tanpa biaya yang mahal dan akurasinya cukup wajar. Yakni atlet melakukan lari /jalan selama 12 menit pada lintasan lari sepanjang 400 meter.

Harvard test ini adalah pengukuran yang paling tua untuk mengetahui kemampuan aerobik yang dibuat oleh Brouha pada tahun 1943. Penelitian ini dilakukan di Universitas Harvard, USA, jadi nama test ini dimulai dengan nama Harvard. Inti dari pelaksanaan test ini adalah dengan cara naik turun bangku selama 5 menit.

Bleept test dikenal sebagai uji coba shuttle atau Yo-Yo. Tes ini adalah tes berlari maksimal secara bulak-balik yang dilakukan pada jarak 20 meter datar. Tes ini merupakan tes yang menjalankan perangkat lunak yang berbunyi „‟bip‟‟ tanda dari dimulainya atlet berlari dan setidaknya harus ada satu kaki yang berada pada garis akhir lintasan.

Dapat disimpulkan bahwa Dalam permainan futsal dibutuhkan kondisi fisik yang sangat baik. Sangat penting bagi pelatih mengetahui kondisi fisik atletnya agar dapat


(13)

mempersiapkan atlet untuk dapat berkembang dengan baik. Istilah Vo2max sudah sering kita dengar didunia olahraga bahkan dengan mengetahui Vo2max atlet seorang pelatih mempunyai gambaran untuk memulai program latihan yang akan diberikan kepada atletnya. Dalam permainan futsal atlet dituntut untuk bermain cepat dan efisien. Dengan ukuran lapangan yang relatif kecil hampir tidak ada ruangan untuk membuat kesalahan. Maka dari itu pemain futsal harus memiliki kondisi fisik yang baik agar tingkat efisiensi fungsi jantung dan paru-paru tidak mengalami kelelahan yang berlebihan. Maka untuk dapat mengetahui tingkat efisiensi fungsi jantung dan paru-paru atau yang sering kita sebut Vo2max pada olahraga futsal harus melalui tes terlebih dahulu dan metode tes balke dan tes bleep cocok digunakan untuk mengetahui Vo2max atlet seperti yang di ungkapkan oleh Nurhasan (2000,73) “tes lari multi tahap (bleept tes) mempunyai tujuan untuk mengukur tingkat efisiensi fungsi jantung dan paru-paru atau yang kita sering sebut Vo2max. Serta oleh Bruno Balke, “This test has formula to predict Vo2max from the run distance”. “Tes ini memiliki rumus untuk memprediksi Vo2max dari jarak dijalankan”. Tes balke ini adalah salah satu dari uji lapangan yang dirancang untuk mengukur kebugaran aerobik. Dua metode tes tersebut karakteristiknya sesuai dengan karakteristik kecabangan olahraga futsal. Sehingga hal tersebut menggugah penulis untuk mengadakan penelitian tentang “Perbedaan Hasil Tes Kemampuan Daya Tahan Cardiovascular Menggunakan Tes Balke Dan Tes Bleept Pada Atlet Futsal” dan penulis mengambil sampel di SMAN 25 bandung karena sekolah tersebut memiliki prestasi yang baik di bidang olahraga futsal ini dan mereka telah banyak menjuarai kompetisi-kompetisi bergengsi yang ada di kota bandung bahkan prestasi yang hebat dan paling terbaru mereka menjadi juara liga pendidikan indonesia sejawabarat pada tahun 2012 dan melaju ke nasional mewakili jawabarat.


(14)

Masalah penelitian suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data dan analisis data. Sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari sebuah penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, masalah penelitian yang penulis rumuskan adalah :

1. Apakah mengguakan tes balke memberi pebedaan hasil tes yang signifikan terhadap hasil tes kemampuan daya tahan kardiovascular pada oahraga futsal?

2. Apakah menggunakan tes bleept memberi perbedaan hasil tes yang signifikan terhadap hasil tes kemampuan daya tahan kardiovascular pada oahraga futsal?

3. Manakah yang lebih signifikan antara hasil tes balke dengan hasil tes bleept terhadap hasil tes kemampuan daya tahan kardiovascular pada olahraga futsal?

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan tersebut, penulis merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hasil tes menggunakan tes balke terhadap hasil tes kemampuan

daya tahan kardiovascular pada olahraga futsal.

2. Untuk mengetahui hasil tes menggunakan tes bleept terhadap hasil tes kemampuan daya tahan kardiovascular pada olahraga futsal.

3. Untuk mengetahui hasil test yang lebih tepat antara menggunakan tes balke dengan tes bleept terhadap hasil tes kemampuan daya tahan kardiovascular pada olahraga futsal.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:


(15)

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi keilmuan bagi seorang pelatih dan atlet sebagai masukan pada saat memberikan materi latihan fisik dalam menjalankan profesinya.

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis khususnya, para pelatih, dan atlet pada umumnya dalam menentukan dan menerapkan latihan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan fisik pada olahraga futsal.

E. Batasan Penelitian

Batasan masalah sangat diperlukan, agar penelitian lebih terarah dan akan memperoleh suatu gambaran yang jelas. Oleh karena itu penulis membatasi masalah sebagai berikut :

1. Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas antara tes balke (lari 15 menit) dengan tes bleept terhadap hasil tes kemampuan daya tahan kardiovascular.

2. Pengujian dan pengukuran terbatas pada hasiltes fisik.

3. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 25 Bandung.

4. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampel dengan jumlah sampel 15 orang dan sampel tersebut adalah juara ke 1 pada kompetisi Universitas BSI CUP Se Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Bandung Barat dan Cimahi.

5. Sampel diambil 15 atlet sekolah tersebut.

6. Jarak tes bleept adalah 20 meter dan tes balke lari selama 15 menit.


(16)

Untuk memudahkan pembaca memahami isi dari penelitian, maka penulis membuat batasan istilah agar terhindar dari kesimpangsiuran istilah-istilah dalam judul penelitian ini. Batasan istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tes. Menurut Suharsiwi Asukunto (1995:51), yaitu tes adalah merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

2. “Tes Balke adalah salah satu tes untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani atau juga VO2MAX seseorang. Dan dilakukan dengan cara melakukan lari selama 15 menit, kemudian hasil tes tersebut akan disesuaikan dengan norma yang ada. Menjalankan tes ini 15 menit, dirancang oleh Bruno Balke, adalah salah satu dari uji lapangan yang dirancang untuk mengukur kebugaran aerobik. ( www.health-calc.com/fitness-test/balke)”

3. “Tes Bleept di kenal sebagai uji coba shuttle atau uji Yo-yo. Tes ini adalah tes berlari maksimal yang dilakukan pada jarak 20 meter datar. ( www.health-calc.com/fitness-test/bleep)” Tes ini bertujuan juga untuk mengetahui status kebugaran jasmani atlet seperti yang di kemukakan oleh Nurhasan (2000,73) “tes lari multi tahap (bleept tes) mempunyai tujuan untuk mengukur tingkat efisiensi fungsi jantung dan paru-paru. Yang ditunjukan melalui pengukuran pengambilan oksigen maksimum.

4. Daya tahan kardiovascular. Menurut Collingwood (1995:87), menyatakan bahwa daya tahan kardiovascular adalah kebolehan tubuh badan menghantar oksigen ke seluruh anggota badan untuk menghasilkan tenaga bagi digunakan untuk menjalankan aktiviti.

5. “Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan,


(17)

dengan memanipulasi bola dengan kaki”. (www.oppie21.blogspot.com/2011/05/pengertian-futsal.html [12 Oktober 2011]


(18)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam setiap melakukan penelitian diperlukan suatu metode. Metode merupakan cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah serta tujuan penelitian tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Dalam hal ini metode penelitian sangat penting dalam pelaksanaan, pengumpulan dan analisis data.

Tujuan penelitian dititik beratkan untuk mengetahui gambaran tentang ketepatan hasil test fisik atlet ekstrakulikuler futsal SMAN 25 Bandung. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Moh. Nazir (2005:54): “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Dalam metode deskriptif, tujuan yang hendak dicapai adalah menggambarkan atau mendeskripsikan fakta-fakta, atau sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Moh. Nazir (2005:54) mengungkapkan tentang tujuan metode deskriptif adalah: “Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki”.

Mengenai metode deskriptif, Surakhmad (2002:139) mengemukakan sebagai berikut:

Metode deskriptif bertujuan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang karena banyak sekali ragam penelitian demikian, metode deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Diantaranya ialah


(19)

penyelidikan yang menuturkan menganalisa, dan mengklasifikasi. Penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interview, angket observasi, atau dengan teknik tes.

Dari pendapat di atas, maka digambarkan sifat dari metode deskriptif selain untuk mengumpulkan informasi atau juga data deskriptif bertujuan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masa yang aktual. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, maka berikut ini terdapat langkah-langkah sebagai berikut :

1. Sampel melaksanakan test balke (lari 15 menit). 2. Sampel melaksanakan tes bleept (lari multi tahap).

Data yang diperoleh dari hasil tes masih merupakan data mentah yang harus diolah sehingga data tersebut mempunyai arti. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah :

1. Mengumpulkan data.

2. Menyusun dan mengolah data. 3. Menganalisa data.

4. Menafsirkan data. 5. Menyusun kesimpulan.

B. Populasi dan Sampel

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini diperlukan sumber data, dan pada umumnya disebut populasi dan sampel penelitian. “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 2006:130). Maka populasi dari penelitian ini adalah siswa ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 25 Bandung.

Sedangkan tentang jumlah sampel penelitian, penulis menggunakan purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009:124) Purposive sampling yaitu pengambilan sampel


(20)

dengan pertimbangan tertentu”. Artinya setiap unit/individu yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Yang menjadi pertimbangannya adalah siswa yang sudah mahir di bidang futsal dan memiliki kualitas daya tahan bergerak pada saat bermain. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti mengambil sampel siswa ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 25 Bandung sebanyak 15 orang.

C. Desain Penelitian

Pola atau desain pelaksanaan penelitian merupakan hal yang penting untuk mempermudah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian, sehingga terdapat alur yang menjadi pegangan agar penelitian tidak keluar dari ketentuan yang sudah ditetapkan, supaya dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun pola atau desain penelitian ini adalah:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

X1 : Test lari selama 15 menit X2 : Test lari multi tahap

Y : Hasil test daya tahan cardiovascular

Setelah desain penelitian ditentukan oleh penulis, selanjutnya penulis menyusun langkah-langkah penelitian sebagaimana tertera dalam gambar di bawah ini

X1

X2


(21)

Gambar 3.2 Langkah Penelitian

Populasi

Sampel

Test balke (lari 15 menit)

Bleept test (lari multi tahap) Mengukur

Vo2Max

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan Data


(22)

Dari langkah-langkah di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut: langkah pertama adalah menentukan populasi, kemudian memilih sampel yang akan dijadikan obyek dalam penelitian ini. Setelah memperoleh sampel langkah selanjutnya adalah melakukan tes pada sampel yang telah dipilih. Tes yang dilakukan adalah tes balke (lari selama 15 menit) dan tes bleept (lari multi tahap). Setelah memperoleh data, langkah berikutnya adalah mengolah dan menganalisis data tersebut. Dari hasil pengolahan dan analisis data yang diperoleh maka didapat hasil dari test balke (lari selama 15 menit) dan bleept test (lari multi tahap), kemudian diambil kesimpulan mengenai perbandingan ketepatan tes balke (lari selama 15 menit) dan tes bleept (lari multi tahap) dalam tes daya tahan cardiovascular.

D. Prosedur Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey tes, dan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengajukan proposal kepada dosen pembimbing. b. Mengajukan surat ijin penelitian.

c. Menentukan populasi dan sampel.

d. Mengadakan tes balke dan bleep tes kepada sampel Tes dilakukan pada : 14 s.d 31 Januari 2013

Hari dan Tanggal : Minggu 20 Januari dan Minggu 27 Januari Tempat : Lapangan Futsal SMAN 25 dan Track Lari Waktu : 08.00 s.d 10.00

E. Instrumen Penelitian

Instrument dalam penelitian digunakan sebagai alat ukur untuk memperoleh data dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Hasil dari pengolahan data ini kemudian akan dijadikan sebagai sebuah kesimpulan dari hasil penelitian, dan akan menjawab


(23)

permasalahan yang ada. Berkaitan dengan penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah tes berlari semaksimal mungkin sampai dengan batasan-batasan yang telah di tentukan.

Adapun petunjuk pelaksanaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Tujuan : Mengukur VO2max dari setiap masing-masing tes berlari dan membandingkan kedua butir tes tersebut.

Alat yang digunakan tes balke :

1. Lintasan datar seperti track berlari 400 meter 2. Stop watch

3. Bolpoint 4. Formulir tester

Alat yang digunakan tes bleept : 1. Lintasan datar dan tidak licin 2. Meteran

3. Kaset (pita suara) 4. Kerucut

5. Stop watch

Petunjuk pelaksanaan tes balke :

1. Peserta tes berdiri digaris start dan bersikap untuk berlari secepat-cepatnya selama 15 menit.

2. Bersamaan dengan aba-aba „Ya....” Peserta tes mulai berlari dengan pencatat waktu mulai meng-Onkan stopwatch.

3. Selama waktu 15 menit, pengetes memberi aba-aba berhenti, dimana bersamaan dengan itu stopwatch dmatikan dan peserta diam ditempat nya masing-masing sebagai penanda jarak yang telah ditempuhnya.

4. Pengetes mengukur jarak yang ditempuh peserta tes yang telah ditempuh selama 15 menit dengan satuan meter.


(24)

1. Pertama-tama ukurlah jarak sepanjang 20 meter dan beri tanda pada kedua ujungnya dengan kerucut atau tanda lain sebagai tanda jarak

2. Siapkan pita suara kaset.

3. Peserta tes disarankan melakukan pemanasan terlebih dahulu sbelum mengikuti tes dengan melaksanakan beberapa gerakan seluruh anggota tubuh secara umum, sekaligus dengan beberapa macam pergerakan, terutama dengan menggerakan otot-otot kaki.

4. Hidupkan pita suara. Jarak antara dua sinyal “TUT” menandai suatu interval 1 menit.

Cara penilaian tes balke :

1. Jarak tempuh peserta tes pada saat waktu yang telah ditentukan dicatat dalam satuan meter.

Cara penilaian bleept test :

2. Jumlah terbanyak dari level dan balikan sempurna yang berhasil diperoleh dicatat sebagai skor-skor peserta tes.

Gambar 3.3 Pelaksanaan bleep test


(25)

Masri Hamid, 2013

Gambar 3.4 Pelaksanaan test balke

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran merupakan data mentah, sehingga perlu diolah dan dianalisa, sehingga menghasilkan suatu makna atau kesimpulan yang dapat menjelaskan tentang hasil dari penelitian yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data ini sebagai berikut: 1. Menghitung nilai rata-rata dari hasil data mentah setiap variabel. Rumus untuk

menghitung rata-rata adalah:

Arti unsur-unsur tersebut:

̅ : Nilai rata-rata yang dicari

∑X : Jumlah nilai yang didapat oleh seluruh sampel n : Banyaknya sampel


(26)

Arti unsur-unsur tersebut: S : Simpangan baku X : Nilai yang didapat ̅ : Nilai rata-rata n : Banyaknya sampel

3. Menguji normalitas distribusi data dengan menggunakan pendekatan Uji Liliefors Uji ini dinamakan uji normalitas distribusi dengan pendekatan non parametrik. Hal ini dilakukan andai kata kelompok sampel yang digunakan dalam sebuah penelitian itu di asumsikan sebagai kelompok „kecil.‟ Dalam uji ini tidak diperlukan parameter-parameter tertentu, oleh karena itu dikenal dengan pendekatan uji normalitas distribusi non parametrik.

Adapun langkah-langkah pengujian yang dapat dilakukan menurut Nurhasan (2002:105) adalah sebagai berikut:

a) Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari pengamatan yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar.

b) Untuk semua nilai pengamtan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan Z-skor yaitu:

̅

c) Untuk tiap baku angka tersebut dengan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel distribusi Z). Kemudiaan hitung peluang dari masing-masing nilai Z (Fzi) dengan ketentuan: Jika nilai Z negatif, maka dalam menentukan Fzi-nya adalah 0,5 – luas daerah distribusi Z.


(27)

d) Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.

e) Hitung selisih antara F(zi) – S(zi) dan tentukan harga mutlaknya.

f) Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari seluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo. Dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukan nilai L. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah: Tolak hipotesis nol, jika Lo yang diperoleh dan data pengamatan melebihi L (Ho jika Lo > Lα = Tidak Normal). Dalam hal lainnya hipotesis diterima (Ho jika Lo ≤ Lα = Normal).

4. Pengujian Homogenitas

Uji kesamaan dua varians ini digunakan pendekatan uji F, yang formulasinya rumusannya adalah sebagai berikut :

5. Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Dua pihak). Hal ini dilakukan andai kata dalam anggapan dasar yang dirumuskan belum ada salah satu kelompok eksperimen yang diunggulkan, oleh karenanya diuji ke pihak kiri dan ke pihak kanan. Karena peneletian ini termasuk Ơ1=Ơ2, maka statistik yang digunakan adalah uji t yang formulasi rumusnya :

̅̅̅ ̅̅̅ √

Dimana Arti unsur-unsur tersebut :


(28)

̅̅̅ = nilai rata-rata kelompok 1 = nilai rata-rata kelompok 2 S = simpangan baku gabungan n1 = banyaknya sampel kelompok 1 n2 = banyaknya sampel kelompok 2 S1² = variansi kelompok 1


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan dan hasil analisis data mengenai perbedaan hasil tes kemampuan daya tahan kardiovascular dengan menggunakan tes balke dan tes bleept pada atlet futsal dalam tes VO2Max pada cabang olahraga futsal, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

a. Terdapat perbedaan hasil dari kedua metode tes tersebut namun tidak signifikan mengenai hasil tes kemampuan daya tahan kardiovascular dengan menggunakan metode tes balke dan tes bleept pada atlet futsal.

Dari penjelasan tersebut maka secara umum dapat dikatakan bahwa kedua metode tes balke dan tes bleept mempunyai perbedaan hasil dari tes kemampuan daya tahan kardiovascular dan kedua metode tes tersebut dapat digunakan untuk mengetahui status fisik atlet futsal namun tes balke hasilnya sedikit lebih bagus dari pada tes bleept mengenai perbandingan hasil tes kemampuan daya tahan kardiovascular dengan menggunakan tes balke dan test bleept pada atlet futsal.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian, penulis mempunyai beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih, guru, dan pembina futsal hendaknya lebih memperhatikan dan mengarahkan para pemain sebelum memberikan latihan fisik dan membuat program latihan, atlet tersebut di test terlebih dahulu agar dapat mengetahui status fisik atlet


(30)

agar program berjalan dengan baik dan sesuai dengan status fisik atletnya masing-masing agar atlet berkembang dengan baik.

2. Bagi para pemain futsal, khususnya pemain futsal tingkat sekolah menengah atas (SMA) bila ingin mengetahui status fisiknya atau VO2Max bisa melakukan metode test fisik yang lebih cocok pada olahraga futsal.

3. Bagi Jurusan Pendidikan kepelatihan Olahraga, hendaknya merancang program latihan khusus mengenai VO2Max yang lebih bervariatif , sehingga dapat meningkatkan kualitas fisik itu sendiri dan tidak menjenuhkan atlet.

4. Bagi rekan-rekan yang akan melakukan penelitian lebih lanjut agar mencoba melakukan penelitian dengan populasi dan sampel yang lebih banyak dan lebih umum cakupannya, serta memiliki kriteria yang lebih baik agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik dan berguna untuk meningkatkan prestasi permainan futsal.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Cholil, Hasanudin. (2009). Tes Kemampuan Komponen Fisik Dasar Cabang-Cabang Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI. Sajoto. (1988). Aspek-aspek Latihan Modul Mata Kuliah Metodologi Kepelatihan Olahraga.

Bandung. FPOK UPI.

Harsono. (1988). Aspek-aspek Latihan Modul Mata Kuliah Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Bompa. (2000). Aspek-aspek Latihan Modul Mata Kuliah Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Supandi. (1983). Aspek-aspek Latihan Modul Mata Kuliah Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Yaxley. (1986). Aspek-aspek Latihan Modul Mata Kuliah Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Nurhasan. (2002). Pengembangan Sistem pembelajaran Modul Mata Kuliah Statistik. Bandung. FPOK UPI.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Bandung : CV. Tambak Kusuma.

Lhaksana, J. dkk. (2006). Futsal Coaching Clinic Kelme Futsalismo. Jakarta : Difamata Sport EO.

Coolingwood.(1995:87). Pengertiant Daya Tahan Cadiovascular...[online]. Tersedia:http://jalius12.wordpress.com/2011/12/17/pengertian-DayaTahanCardiovascular/[8 Oktober 2011]

Kaporvich. Pengertiant Daya Tahan Cadiovascular...[online]. Tersedia:http://jalius12.wordpress.com/2011/12/17/pengertian-DayaTahanCardiovascular/[8 Oktober 2011]

Lamb,(1984) NiemanCD, (1993). Pengertian Vo2Max...[online]. Tersedia:http://jalius12.wordpress.com/2011/12/17/pengertian-Vo2Max/[8 Oktober 2011]

Nurhasan. (2007). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.


(32)

Asukunto. (1995:51). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.


(1)

Masri Hamid, 2013

Perbedaan Hasil Tes Kemampuan Daya Tahan Cardiovascular Menggunakan Tes Balke (Lari 15 Menit) Dan Tes Bleept Pada Atlet Futsal

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

d) Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.

e) Hitung selisih antara F(zi) – S(zi) dan tentukan harga mutlaknya.

f) Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari seluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo. Dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukan nilai L. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita

bandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α

yang dipilih. Kriterianya adalah: Tolak hipotesis nol, jika Lo yang diperoleh dan data pengamatan melebihi L (Ho jika Lo > Lα = Tidak Normal). Dalam hal lainnya hipotesis diterima (Ho jika Lo ≤ Lα = Normal).

4. Pengujian Homogenitas

Uji kesamaan dua varians ini digunakan pendekatan uji F, yang formulasinya rumusannya adalah sebagai berikut :

5. Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Dua pihak). Hal ini dilakukan andai kata dalam anggapan dasar yang dirumuskan belum ada salah satu kelompok eksperimen yang diunggulkan, oleh karenanya diuji ke pihak kiri dan ke pihak kanan. Karena peneletian ini termasuk Ơ1=Ơ2, maka statistik yang digunakan adalah uji t yang formulasi rumusnya :

̅̅̅ ̅̅̅ √

Dimana Arti unsur-unsur tersebut :


(2)

46

Masri Hamid, 2013

Perbedaan Hasil Tes Kemampuan Daya Tahan Cardiovascular Menggunakan Tes Balke (Lari 15 Menit) Dan Tes Bleept Pada Atlet Futsal

̅̅̅ = nilai rata-rata kelompok 1 = nilai rata-rata kelompok 2 S = simpangan baku gabungan n1 = banyaknya sampel kelompok 1 n2 = banyaknya sampel kelompok 2 S1² = variansi kelompok 1


(3)

Masri Hamid, 2013

Perbedaan Hasil Tes Kemampuan Daya Tahan Cardiovascular Menggunakan Tes Balke (Lari 15 Menit) Dan Tes Bleept Pada Atlet Futsal

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan dan hasil analisis data mengenai perbedaan hasil tes kemampuan daya tahan kardiovascular dengan menggunakan tes balke dan tes bleept pada atlet futsal dalam tes VO2Max pada cabang olahraga futsal, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

a. Terdapat perbedaan hasil dari kedua metode tes tersebut namun tidak signifikan mengenai hasil tes kemampuan daya tahan kardiovascular dengan menggunakan metode tes balke dan tes bleept pada atlet futsal.

Dari penjelasan tersebut maka secara umum dapat dikatakan bahwa kedua metode tes balke dan tes bleept mempunyai perbedaan hasil dari tes kemampuan daya tahan kardiovascular dan kedua metode tes tersebut dapat digunakan untuk mengetahui status fisik atlet futsal namun tes balke hasilnya sedikit lebih bagus dari pada tes bleept mengenai perbandingan hasil tes kemampuan daya tahan kardiovascular dengan menggunakan tes balke dan test bleept pada atlet futsal.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian, penulis mempunyai beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih, guru, dan pembina futsal hendaknya lebih memperhatikan dan mengarahkan para pemain sebelum memberikan latihan fisik dan membuat program latihan, atlet tersebut di test terlebih dahulu agar dapat mengetahui status fisik atlet


(4)

52

Masri Hamid, 2013

Perbedaan Hasil Tes Kemampuan Daya Tahan Cardiovascular Menggunakan Tes Balke (Lari 15 Menit) Dan Tes Bleept Pada Atlet Futsal

agar program berjalan dengan baik dan sesuai dengan status fisik atletnya masing-masing agar atlet berkembang dengan baik.

2. Bagi para pemain futsal, khususnya pemain futsal tingkat sekolah menengah atas (SMA) bila ingin mengetahui status fisiknya atau VO2Max bisa melakukan metode test fisik yang lebih cocok pada olahraga futsal.

3. Bagi Jurusan Pendidikan kepelatihan Olahraga, hendaknya merancang program latihan khusus mengenai VO2Max yang lebih bervariatif , sehingga dapat meningkatkan kualitas fisik itu sendiri dan tidak menjenuhkan atlet.

4. Bagi rekan-rekan yang akan melakukan penelitian lebih lanjut agar mencoba melakukan penelitian dengan populasi dan sampel yang lebih banyak dan lebih umum cakupannya, serta memiliki kriteria yang lebih baik agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik dan berguna untuk meningkatkan prestasi permainan futsal.


(5)

Masri Hamid, 2013Perbedaan Hasil Tes Kemampuan Daya Tahan Cardiovascular Menggunakan Tes Balke (Lari 15 Menit) Dan Tes Bleept Pada Atlet Futsal

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Cholil, Hasanudin. (2009). Tes Kemampuan Komponen Fisik Dasar Cabang-Cabang Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI. Sajoto. (1988). Aspek-aspek Latihan Modul Mata Kuliah Metodologi Kepelatihan Olahraga.

Bandung. FPOK UPI.

Harsono. (1988). Aspek-aspek Latihan Modul Mata Kuliah Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Bompa. (2000). Aspek-aspek Latihan Modul Mata Kuliah Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Supandi. (1983). Aspek-aspek Latihan Modul Mata Kuliah Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Yaxley. (1986). Aspek-aspek Latihan Modul Mata Kuliah Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Nurhasan. (2002). Pengembangan Sistem pembelajaran Modul Mata Kuliah Statistik. Bandung. FPOK UPI.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Bandung : CV. Tambak Kusuma.

Lhaksana, J. dkk. (2006). Futsal Coaching Clinic Kelme Futsalismo. Jakarta : Difamata Sport EO.

Coolingwood.(1995:87). Pengertiant Daya Tahan Cadiovascular...[online]. Tersedia:http://jalius12.wordpress.com/2011/12/17/pengertian-DayaTahanCardiovascular/[8 Oktober 2011]

Kaporvich. Pengertiant Daya Tahan Cadiovascular...[online]. Tersedia:http://jalius12.wordpress.com/2011/12/17/pengertian-DayaTahanCardiovascular/[8 Oktober 2011]

Lamb,(1984) NiemanCD, (1993). Pengertian Vo2Max...[online]. Tersedia:http://jalius12.wordpress.com/2011/12/17/pengertian-Vo2Max/[8 Oktober 2011] Nurhasan. (2007). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung : Fakultas


(6)

Masri Hamid, 2013Perbedaan Hasil Tes Kemampuan Daya Tahan Cardiovascular Menggunakan Tes Balke (Lari 15 Menit) Dan Tes Bleept Pada Atlet Futsal

Asukunto. (1995:51). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.