PENINGKATAN KOMPETENSI GURU BIOLOGI SMP MELALUI MODUL INTERAKTIF (INTERACTIVE MODULE) PADA MATERI BIOTEKNOLOGI.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... PERNYATAAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMAKASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Batasan Masalah ... D. Definisi Operasional... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ...

BAB II MEDIA VISUAL DALAM PEMBELAJARAB BIOLOGI

A. Modul Sebagai Salah Satu Bentuk Pengembangan Bahan Ajar... 1. Pengertian Modul ... 2. Manfaat Modul ... 3. Kelebihan dan Kelemahan Modul ...

i ii iii iv v vii x xi xii 1 5 6 6 7 8 9 9 10 10


(2)

4. Syarat Modul yang Baik ... 5. Karakteristik Modul ... B. Modul Interaktif Sebagai Salah Satu Bentuk Pengembangann Bahan

Ajar ... C. Penggunaan Modul Interaktif dalam Pembelajaran ...

1. Aplikasi Modul Interaktif Multimedia dalam Pendidikan... 2. Teori Kognitif Belajar Menggunakan Multimedia Interaktif.. D. Pemahaman Konsep ... E. Kompetensi Profesional Guru ... F. Bioteknologi... G. Penelitian yang Relevan ...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... C. Intrumen Penelitian ... D. Prosedur Penelitian ... E. Bagan Alur Penelitian ... F. Teknik Pengumpulan Data ... G. Analisis dan Penyajian Data ...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 1. Peningkatan Kompetensi Profesional Guru pada Materi

Bioteknologi... 11 12 14 15 15 16 18 20 21 23 25 26 26 33 39 40 40 44 44


(3)

2. Kuesioner Pandangan Guru Terhadap Materi Bioteknologi... 3. Kuesioner Pandangan Guru Terhadap Modul Interaktif... 4. Hasil Wawancara ... B. Temuan dan Pembahasan ... 1. Peningkatan Kompetensi Profesional Guru ... 2. Pandangan Guru Terhadap Materi Bioteknologi... 3. Pandangan Guru Terhadap Modul Interaktif ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Keterbatasan ... C. Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

50 54 55 56 56 62 64

66 67 68 70 74


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbedaan Antara Modul dan Buku Teks ... Tabel 3.1. Desain Penelitian ……… Tabel 3.2. Koefisien Validitas Butir Soal ………. Tabel 3.3. Klasifikasi Nilai Reliabilitas Butir Soal ... Tabel 3.4. Klasifikasi Daya Pembeda ………... Tabel 3.5. Indeks Tingkat Kesukaran ………... Tabel 3.6. Rekapitulasi hasil uji coba insrumen dapat dilihat pada ….. Tabel 3.7. Teknik Pengumpulan Data ………... Tabel 3.8. Kriteria N-Gain ……… Tabel 3.9. Kriteria Tingkat Penguasaan Belajar Menggunakan Modul. Tabel 4.1. N-gain Penguasaan Konsep Guru ... Tabel 4.2. Hasil Uji t Peningkatan Kompetensi Guru ………... Tabel 4.3 N-Gain Peningkatan Proporsi Jumlah Guru yang

Menjawab Benar pada Setiap Item Soal Per Indikator... Tabel 4.4. Tabel Hasil Uji t Untuk N-gain Setiap Indikator

Penguasaan konsep ………. Tabel 4.5. Hasil Wawancara Dengan Guru ...

11 25 28 29 30 30 32 40 41 43 44 46

47

49 55


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. A Dual-Coding Model... Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian ... Gambar 4.1. Tingkat Penguasaan Konsep Berdasarkan Kategori

Penguasaan Belajar Melalui Modul... Gambar 4.2 Prosentase Penguasaan Konsep Guru Pada Setiap Indikator

Penguasaan Konsep...

Gambar 4.3. Persentase Materi/Konsep pada Kelas IX yang Dianggap

Sulit Oleh Guru... Gambar 4.4. Persentase Tanggapan Guru terhadap Materi Bioteknologi

(Apakah materi bioteknologi dianggap

sulit?)... Gambar 4.5. Persentase Pendekatan Pembelajaran yang Sering

Digunakan Oleh Guru Untuk Mengajarkan Bioteknologi... Gambar 4.6 Persentase Metode yang Sering Digunakan Untuk

Mengajarkan Materi Bioteknologi... Gambar 4.7 Persentase Sub Materi Bioteknologi yang Dianggap Sulit...

17 39

46

48

51

51

52

53 53


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

A. INSTRUMEN PENELITIAN B. HASIL UJI COBA INSTRUMEN

C. PENGOLAHAN DATA HASIL PENELITIAN. D. TAMPILAN MODUL INTERAKTIF

E. DOKUMENTASI.

F. KELENGKAPAN ADMINISTRASI G. RIWAYAT HIDUP


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan karena guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan, karena inti kegiatan pendidikan tersebut adalah belajar mengajar yang memerlukan peran dari guru di dalamnya. Guru sering diposisikan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap peserta didik dalam proses pendidikan secara global, sesudah orang tua dari peserta didik. Posisi ini tentunya menempatkan guru sebagai sebuah profesi yang sangat strategis dalam pembentukan dan pemberdayaan penerus bangsa serta memiliki peran dan fungsi yang tetap signifikan di masa yang akan datang. Guru memberikan sumbangan terbesar terhadap prestasi belajar siswa, yaitu sebesar 36%. Sementara itu kontribusi manajemen sekolah sebesar 23%, waktu belajar sebesar 22%, sumbangan sarana fisik sebesar 19%, dan lainnya 10% (Lubis, 2008)

Jadi jika ingin menyukseskan bidang pendidikan, faktor guru mesti menjadi salah satu perhatian serius. Namun justru hal itulah yang kelihatannya menjadi kendala utama di negara kita bahwa mutu guru di negeri ini secara umum masih rendah. Sutjipto (Lubis, 2008) menyatakan bahwa 50 persen guru di Indonesia tidak memiliki kualitas sesuai standarisasi pendidikan nasional.

Upaya peningkatan mutu atau kompetensi guru perlu terus dilakukan untuk menjamin kualitas pendidikan di masa yang akan datang. Salah satu upaya


(8)

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru adalah mengembangkan bahan ajar bagi guru. Pengembangan bahan ajar bagi guru ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman guru terhadap materi ajar yang akan disampaikan kepada siswa, karena salah satu masalah yang sering ditemukan dan menjadi kendala peningkatan profesionalisme guru adalah masih kurangnya pemahaman guru tentang konsep-konsep yang akan diajarkan kepada siswanya. Selain itu, masih banyak guru-guru sains yang masih mengalami miskonsepsi terhadap beberapa konsep dasar yang diajarkan kepada siswanya (Sitompul, 2007). Miskonsepsi yang dialami para guru sains menjadi indikator kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru sains masih rendah.

Bahan ajar merupakan komponen penting dalam kurikulum dan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pencapaian tujuan kurikulum. Kedudukan materi ajar yang penting sebagai salah satu komponen kurikulum mengharuskan pengembangan bahan ajar secara berkelanjutan. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Sampai saat ini masih jarang adanya bahan ajar yang dikembangkan dengan tujuan membantu guru mengembangkan kompetensinya. Keterbatasan ini menjadi salah satu penghambat bagi guru untuk mengembangkan kompetensinya. Pengembangan bahan ajar ditujukan untuk membantu guru memahami konsep-konsep yang terdapat dalam materi ajar yang akan disampaikan kepada siswa.


(9)

Pemahaman guru terhadap konsep yang akan disampaikan menjadi faktor penting bagi terciptanya suatu proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Modul merupakan salah satu bahan ajar yang dapat dimanfaatkan untuk membantu proses pembelajaran. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya (Depdikbud, 2003).

Pendekatan pembelajaran dengan sistem modul memberikan kesempatan kepada pengguna modul untuk belajar secara mandiri sesuai dengan percepatan pembelajaran masing-masing. Modul sebagai alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain itu menurut Yunus (2004) pembelajaran sistem modul mempunyai beberapa keuntungan diantaranya: (1) keutuhan dan ketuntasan belajar, (2) kesinambungan proses belajar, dan (3) efisiensi penggunaan sumber daya pendidikan. Keuntungan ini memungkinkan pembelajaran dengan sistem modul dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran.

Salah satu materi esensial (penting) yang termuat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tingkat SMP adalah Bioteknologi. Dari hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan penulis terhadap sejumlah guru SMP yang pernah mengajar di kelas IX diperoleh data bahwa 81% guru beranggapan bahwa materi bioteknologi merupakan materi yang sulit dipahami oleh guru. Hal


(10)

yang senada juga dilaporkan oleh Rustaman (2007) bahwa bioteknologi merupakan materi pelajaran yang dianggap sulit baik oleh siswa maupun oleh guru.

Negrin et al.(2002) mengatakan bahwa bioteknologi adalah ilmu multidisiplin karena terkait dengan bidang ilmu yang lain seperti biokimia, genetika, mikrobiologi, fisika, dan matematika, sehingga untuk mengajarkan materi bioteknologi pemahaman yang mendasar dari beberapa bidang ilmu yang terkait, hal ini membuat bioteknologi menjadi sangat kompleks untuk dipelajari. Selain itu, beberapa sub materi yang dikaji dalam bioteknologi masih bersifat abstrak karena mengkaji sesuatu yang sifatnya molekuler.

Saat ini komputer banyak digunakan sebagai alat untuk mengembangkan perangkat pembelajaran seperti modul, alat evaluasi, dan media pembelajaran. Pemanfaatan komputer untuk pengembangan perangkat pembelajaran dikenal dengan Computer Assisted Intruction (CAI) atau Computer Base Instruction (CBI) (Hsieh, 2006). Kedua bentuk pemanfaatan komputer tersebut memanfaatkan program-program grafis, animasi atau program lainnya untuk mengembangkan perangkat pembelajaran.

Modul yang dikembangkan menggunakan bantuan komputer memungkinkan dihasilkannya produk berupa modul interaktif yang memungkinkan interaksi antara modul dengan pengguna modul itu sendiri. Sebagai sebuah alat bantu, komputer tidak hanya berperan membantu mengembangkan perangkat pembelajaran, tetapi disisi lain komputer juga dapat membantu meningkatkan efektifitas pembelajaran (Hsieh, 2006).


(11)

Pengembangan modul interaktif merupakan sebuah solusi untuk mengatasi keterbatasan modul cetak yang selama ini telah beredar luas. Modul interaktif yang dikembangkan menggunakan bantuan komputer memungkinkan pengembang modul menyisipkan berbagai gambar, ilustrasi, serta animasi di dalamnya. Gambar, ilustrasi serta animasi yang ditambahkan dapat membantu memvisualisasikan konsep-konsep biologi yang sifatnya abstrak serta sulit dipahami. Dalam sebuah literatur dikatakan bahwa subjek kajian biologi paling baik dipelajari dengan menggunakan gambar, terutama objek kajian yang bersifat abstrak (Russell, 2004). Penggunaan modul interaktif yang memungkinkan penyajian gambar, yang tentunya tidak hanya gambar diam saja yang bisa disajikan tetapi gambar bergerak dalam bentuk animasi juga bisa ditampilkan. Kelebihan yang dimiliki oleh modul interaktif inilah yang diharapkan dapat membantu guru memahami konsep yang abstrak dan sulit dipahami.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah penggunaan modul interaktif (interactive module) bioteknologi dapat meningkatkan kompetensi guru biologi SMP pada materi bioteknologi?”

Adapaun pertanyaan penelitian:

1. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep guru pada materi bioteknologi setelah implementasi modul interaktif bioteknologi?

2. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap materi bioteknologi?

3. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap penggunaan modul interaktif bioteknologi?


(12)

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan dalam berbagai hal dan untuk menghindari meluasnya masalah maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Kompetensi guru yang diukur adalah kompetensi profesional guru biologi 2. Kompetensi profesional dalam penelitian ini adalah penguasaan materi

pelajaran yang diukur melalui tes penguasaan kosep berdasarkan taksonomi Bloom yang direvisi meliputi dimensi C1 (menghafal), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi) dan C6 (membuat). 3. Konsep bioteknologi yang digunakan berdasarkan kompetnsi dasar yang

dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan dan Perberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA pada materi bioteknologi, yaitu: ”Guru mampu menerapkan konsep bioteknologi dalam upaya mendukung kelangsungan hidup manusia.

4. Subkonsep bioteknologi yang disajikan dalam modul meliputi: pengertian bioteknologi, perkembangan bioteknologi, rekayasa genetik, DNA rekombinan, kloning dan aplikasi bioteknologi.

5. Subjek penelitian adalah guru-guru biologi dalam jabatan yang sedang melaksanakan studi S1 di FKIP Universitas Pasundan.

D. Definisi Operasional

1. Kompetensi Profesional Guru: Kompetensi profesional guru menyangkut kemampuan mengelola dan merencanakan pembelajaran termasuk di dalamnya kemampuan menguasai konsep yang akan diajarkan.


(13)

2. Modul: Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya

3. Modul Interaktif: Modul yang dikembangkan dengan berbantuan komputer dan software (program komputer) yang memungkinkan pengguna modul dapat berinteraksi dengan modul itu sendiri. Dalam penelitian ini penulis mengembangkan modul interaktif secara audio visual.

4. Bioteknologi: bioteknologi merupakan teknologi yang memanfaatkan agen biologi atau produk yang dihasilkan oleh agen biologi untuk menghasilkan barang dan jasa.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari kegiatan penelitian ini adalah meningkatkan kompetensi profesional guru biologi yang pada gilirannya bisa meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran biologi di sekolah. Terdapat sejumlah aspek khusus yang akan dicapai dari penelitian ini. Pertama, meningkatkan penguasaan konsep guru-guru, khususnya pada konsep Bioteknologi. Kedua, mendapat gambaran tentang tanggapan guru terhadap materi bioteknologi dan tanggapan guru terhadap modul interaktif bioteknologi yang dikembangkan.


(14)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi guru-guru biologi SMP, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam memahami materi ajar bioteknologi, serta memberi pedoman bagi guru untuk mengembangkan bahan ajar, khususnya bahan ajar yang berupa modul interaktif.

2. Bagi lembaga pelatihan pre/in service, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian untuk mengembangkan bahan ajar berbasis multimedia yang dimaksudkan meningkatkan penguasaan materi ajar oleh guru terutama pada materi-materi yang dianggap sulit oleh guru


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperimental dengan desain penelitian pretest-postest kelompok tunggal, yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan terhadap subjek penelitian (Frankel, 1993). Dalam desain ini, observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Observasi yang dilakukan sebelum perlakuan (O) disebut pre-tes (tes awal), dan observasi setelah perlakuan (O) disebut post-tes (post-tes akhir). Perbedaan atau gain antara post-tes awal dan post-tes akhir diasumsikan merupakan efek dari perlakuan. Secara rinci rancangan desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen O X O

(Sumber: Frankel, 1993) Keterangan:

O : Pretes untuk melihat kemampuan awal penguasaan konsep guru X : Perlakuan penggunaan modul interaktif interactive module oleh guru O : Tes akhir kemampuan penguasaan konsep setelah dilakukan perlakuan


(16)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah guru biologi SMP dalam jabatan yang sedang melaksanakan studi S1 di Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Unpas yang berjumlah 15 orang guru dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar yang berbeda.

C. Intrumen Penelitian

a. Jenis Intrumen yang digunakan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Angket

Angket digunakan untuk memperoleh informasi mengenai tanggapan guru terhadap modul interaktif, profil guru, tanggapan guru terhadap materi bioteknologi serta pembelajaran bioteknologi. Data yang berhasil dikumpulkan dari angket tersebut selanjutnya dianalisis untuk dapat melengkapi dan memperkuat analisis data yang berasal dari jawaban soal-soal pemahaman konsep. 2) Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk menjaring informasi langsung mengenai kendala yang dialami guru biologi dalam menggunakan modul interaktif serta mengetahui manfaat apa saja yang didapat setelah menggunakan modul tersebut.

3) Tes Penguasaan Konsep

Tes penguasaan konsep digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan konsep oleh guru.


(17)

b. Uji Coba Instrumen.

Instrumen yang akan digunakan untuk penelitian, sebelumnya dikonsultasikan kepada pembimbing dan beberapa dosen yang lain, kemudian instrumen tersebut dianalisis. Analisis yang dilakukan pada setiap item secara rinci diuraikan sebagai berikut:

1) Validitas Butir Soal

Sebuah alat ukur yang baik harus memiliki kesahihan yang baik. Soal tersebut dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, karena akan menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah (Arikunto, 2001). Jadi, suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengukuran validitas butir soal pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

rxy =

) )(

( X Y

XY

NΣ − Σ Σ

2 2

2 2

) ( )(

) (

(NΣX − ΣX NΣY − ΣY

(Sumber: Arikunto, 2003) Keterangan:

rxy : Validitas butir soal

N : Jumlah peserta tes X : Nilai suatu butir soal Y : Nilai soal


(18)

Adapun koefisien dari validitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2: Koefisien Validitas Butir Soal

Rentang Keterangan

0,8 – 1,00 Sangat tinggi

0,6 – 0,80 Tinggi

0,4 – 0,60 Cukup

0,2 – 0,40 Rendah

0,0 – 0,20 Sangat rendah

(Sumber: Arikunto, 2003) 2) Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf kepercayaan suatu soal, apakah soal memberikan hasil yang tetap atau berubah-ubah (Arikunto, 2001). Jadi reliabilitas harus mampu menghasilkan informasi yang sebenarnya sesuai dengan taraf kemampuan siswa. Untuk mengukur reliabilitas digunakan rumus:

r11 =

n S2 - ∑pq

n - 1 S2

(Arikunto, 2003) Keterangan:

r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan

p : Proprsisi subjek yang menjawab item dengan benar q : Proporsisi subjek yang menjawab dengan salah (q=1-1) ∑pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

n : banyaknya item S : standar deviasi dari tes


(19)

Adapun nilai koefisien dari reliabilitas ini dapat kita lihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3. Klasifikasi Nilai Reliabilitas Butir Soal

Rentang Keterangan

0,8 – 1,00 Sangat tinggi

0,6 – 0,79 Tinggi

0,4 – 0,59 Cukup

0,2 – 0,39 Rendah

0,0 – 0,19 Sangat rendah

(Sumber: Arikunto, 2003) 3) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah (Arikunto, 2001). Rumus yang digunakan untuk melihat daya pembeda adalah:

D = BA _ BB

JA JB

(Arikunto, 2003) Keterangan:

D : indeks daya pembeda

JA : banyak peserta kelompok atas JB : banyak peserta kelompok bawah

BA : banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB : banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar


(20)

Tabel 3.4. Klasifikasi Daya Pembeda

Rentang Keterangan

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

(Sumber: Arikunto, 2003) 4) Tingkat Kesukaran

Tujuan dari pengujian tingkat kesukaran adalah untuk mengetahui apakah soal tersebut termasuk kategori mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 2001). Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:

P = B JS (Arikunto, 2003) Keterangan:

P : Indeks tingkat kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Indeks yang digunakan pada tingkat kesukaran ini dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 3.5. Indeks Tingkat Kesukaran

Rentang Keterangan

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(Sumber: Arikunto, 2003)


(21)

Tabel 3.6. Hasil Uji Coba Instrumen

NO TK (Tingkat kesukaran)

DP (Daya

Pembeda) Reliabilitas Validitas Keterangan

1 SEDANG BAIK SEKALI SANGAT TINGGI CUKUP DIPAKAI

2 SEDANG BAIK SANGAT TINGGI CUKUP DIPAKAI

3 SEDANG BAIK SANGAT TINGGI RENDAH DIPAKAI

4 SEDANG BAIK SEKALI SANGAT TINGGI TINGGI DIPAKAI 5 SEDANG BAIK SEKALI SANGAT TINGGI TINGGI DIPAKAI

6 SEDANG CUKUP SANGAT TINGGI RENDAH DIPAKAI

7 SUKAR BAIK SANGAT TINGGI CUKUP DIPAKAI

8 SEDANG BAIK SEKALI SANGAT TINGGI TINGGI DIPAKAI

9 SEDANG BAIK SANGAT TINGGI TINGGI DIPAKAI

10 SEDANG BAIK SANGAT TINGGI RENDAH DIPAKAI

11 SEDANG CUKUP SANGAT TINGGI SANGAT RENDAH DIREVISI

12 SUKAR BAIK SANGAT TINGGI TINGGI DIPAKAI

13 SEDANG JELEK SANGAT TINGGI SANGAT RENDAH TIDAK DIPAKAI 14 SUKAR BAIK SEKALI SANGAT TINGGI SANGAT TINGGI DIPAKAI 15 SEDANG BAIK SEKALI SANGAT TINGGI TINGGI DIPAKAI 16 SUKAR CUKUP SANGAT TINGGI SANGAT RENDAH DIREVISI 17 SEDANG BAIK SEKALI SANGAT TINGGI TINGGI DIPAKAI 18 SUKAR BAIK SANGAT TINGGI RENDAH TIDAK DIPAKAI

19 SUKAR JELEK SANGAT TINGGI RENDAH DIREVISI

20 SEDANG JELEK SANGAT TINGGI CUKUP DIPAKAI

21 SEDANG CUKUP SANGAT TINGGI CUKUP DIPAKAI

22 SUKAR CUKUP SANGAT TINGGI RENDAH DIREVISI

23 SEDANG BAIK SANGAT TINGGI CUKUP DIPAKAI

24 SEDANG BAIK SANGAT TINGGI RENDAH TIDAK DIPAKAI 25 MUDAH JELEK SANGAT TINGGI SANGAT RENDAH DIREVISI 26 SEDANG BAIK SEKALI SANGAT TINGGI CUKUP DIPAKAI 27 SEDANG JELEK SANGAT TINGGI SANGAT RENDAH TIDAK DIPAKAI

28 SUKAR CUKUP SANGAT TINGGI RENDAH DIREVISI

29 MUDAH BAIK SANGAT TINGGI RENDAH TIDAK DIPAKAI


(22)

D. Prosedur Penelitian

Tahap-tahap yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi lima langkah, yaitu: studi pendahuluan, studi literatur, persiapan, implementasi dan analisis data.

1) Tahap Pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui berbagai bentuk bahan ajar modul untuk guru yang telah dikembangkan serta untuk mengkaji lebih jauh mengenai materi bioteknologi. Studi pendahuluan ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pihak terkait diantaranya: beberapa orang guru biologi, dosen pembimbing akademik, dan P4TK. Selanjutnya, temuan tersebut dapat digunakan sebagai pijakan untuk mengembangkan modul interaktif.

2) Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan pengembangan bahan ajar modul yang dikembangkan dalam bentuk multimedia interaktif dan penguasaan konsep. Studi ini dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Pada bagian ini juga dilakukan pengkajian terhadap beberapa modul bioteknologi untuk guru SMP yang telah dikembangkan sebelumnya oleh beberapa lembaga diklat dan pelatihan guru SMP. Selain itu, juga dilakukan studi terhadap materi biologi yang dianggap sulit oleh guru.

3) Perancangan Modul Interaktif Bioteknologi

Hasil yang diperoleh dari studi pendahuluan dan literatur digunakan untuk merancang modul interaktif bioteknologi. modul interaktif yang


(23)

dikembangkan didasarkan pada modul cetak yang telah dikembangkan oleh P4TK IPA dengan alasan bahwa modul yang dikembangkan oleh P4TK IPA lebih mengcover cakupan materi bioteknologi dibandingkan dengan modul yang dikembangkan oleh lembaga diklat lainnya. Modul yang dikembangkan ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep oleh guru pada materi bioteknologi.

Pembuatan program modul interaktif dilakukan dengan tiga tahapan pengembangan yiatu: analisis, desain modul interaktif dan pengembangan modul interaktif.

a. Tahap Analisis

Pada tahap analisis dilakukan analisis terhadap karakteristik materi yang tersaji dalam modul cetak yang dikembangkan P4TK. Dari hasil analisis ditemukan beberapa sub materi yang terdapat dalam modul cetak yang akan dikembangkan masih bersifat abstrak diantaranya pada sub konsep Rekayasa genetik dan DNA rekombinan, sehingga pada kedua sub materi tersebut butuh penanganan khusus, untuk membantu visualisasi materi yang bersifat abstrak tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memilih animasi yang berkaitan dengan kedua materi tersebut. Animasi yang representatif diharapkan dapat membantu memvisualkan beberapa konsep yang terdapat dalam sub konsep DNA rekombinan dan Rekayasa genetik.

Sesuai dengan sub konsep yang tercantum dalam modul cetak yang dikembangkan oleh P4TK, modul interaktif yang dikembangkan menyajikan enam sub konsep utama yaitu: pengertian bioteknologi, perkembangan


(24)

bioteknologi, rekayasa genetik, DNA rekombinan, kloning, aplikasi dan dampak bioteknologi. Untuk membantu guru memahami konsep dasar pada setiap sub konsep disajikan animasi, simulasi serta gambar yang digabungkan dengan teks. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan interaksi guru dengan bahan ajar modul interaktif.

Isi modul interaktif dengan berbagai atributnya disajikan dalam bentuk multimedia interaktif yang meliputi: bab I Pendahuluan, bab II Bioteknologi, bab III Aplikasi Dalam Pembelajaran, bab IV Rangkuman dan Evaluasi.

b. Tahap Desain

Tahapan desain adalah tahapan dimana garis besar isi modul interaktif yang akan dikembangkan dijabarkan. Pada tahap ini dilakukan penyusunan story board sebagai pedoman bagi animator dalam menyusun modul interaktif.

c. Tahap Pengembangan

Pengembangan dilakukan menggunakan dukungan software yang sesuai. Modul interaktif dikembangkan mengikuti alur yang telah direncanakan pada Story Board. Untuk mengembangkan modul interaktif digunakan program macromedia flash 8 sebagai software untuk mendukung pengembangan modul interaktif bioteknologi.

Macromedia flash 8 dimanfaatkan untuk merancang modul ineraktif bioteknologi karena kemampuannya menggabungkan animasi, simulasi, teks dan gambar dengan sajian yang menarik. Animasi, gambar dan teks yang akan ditampilkan dapat diatur kecepatannya serta dilengkapi dengan fasilitas


(25)

tombol untuk dapat brpindah dari satu bagian ke bagian lainnya. Adapun tahapan penyusunan modul interaktif bioteknologi adalah sebagai berikut: a) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan atau materi, gambar, animasi yang

akan dituangkan dalam modul interaktif bioteknologi.

b) Menyusun materi ajar yang diambil dari modul cetak bioteknologi yang dikembangkan P4TK IPA untuk dituangkan kedalam modul interaktif dan disajikan dalam modul interaktif. Materi ajar, gambar, animasi kemudian disajikan dalam bentuk storyboard untuk mempermudah pembuatan modul interaktif bioteknologi.

c) Storyboard selanjutnya direalisasikan dalam modul interaktif bioteknologi. Pembuatan modul interaktif bioteknologi dilakukan melalui konsultasi dengan dosen pembimbing.

4) Tahap Uji Coba Modul Interaktif

Tahap uji coba modul interaktif bioteknologi yang telah dikembangkan dilakukan untuk mengukur tingkat keterbacaan modul oleh pengguna modul yang dalam hal ini adalah guru biologi SMP. Uji coba dilakukan terhadap 10 orang guru biologi yang tergabung dalam MGMP IPA kecamatan lembang. Dalam kegiatan tersebut guru secara aktif menggunakan modul interaktif bioteknologi yang telah dikembangkan. Setelah kegiatan itu kemudian guru diwawancara dan diberi angket berisi tanggapan guru terhadap modul interaktif bioteknologi yang telah dikembangkan. Data hasil wawancara dan angket secara umum menunjukan bahwa modul interaktif yang telah


(26)

digunakan sudah cukup layak digunakan sebagai bahan ajar untuk guru. tampilan gambar, huruf, warna, animasi dan suara sudah cukup layak.

5) Tahap Implementasi

Modul interaktif bioteknologi yang telah dikembangkan kemudian diimplementasikan terhadap guru-guru subjek penelitian. Adapun prosedur yang ditepuh pada tahapan ini, yaitu:

a) Melaksanakan Tes awal (pre-tes) penguasaan konsep, tes awal dilakukan untuk mengetahui pemahaman awal guru sebelum diberi perlakuan penggunaan modul interaktif.

b) Melaksanakan kegiatan implementasi modul interaktif bioteknologi, kegiatan implementasi dilakukan di laboratorium komputer. Kegiatan dilakukan dengan sistem tutorial dimana guru menggunakan sendiri modul interaktif yang dikembangkan oleh penulis. Untuk mempermudah guru menggunakan modul interaktif bioteknologi sebelumnya guru diberi penjelasan mengenai tata cara penggunaan modul interaktif. Selain itu, penulis juga mengembangkan buku panduan penggunaan modul interaktif bioteknologi. Selain itu untuk kelancaran kegiatan implementasi penulis secara aktif membimbing guru-guru dalam menggunakan modul interaktif yang dikembangkan penulis. Selama kegiatan implementasi guru secara aktif menggunaka dan mengeksplorasi modul interaktif bioteknologi. Indikator pembelajaran atau tujuan pembelajaran yang dikemukakan dalam modul mengarahkan guru dalam mempelajari materi bioteknologi yang disajikan dalam modul interaktif.


(27)

c) Melaksanakan Tes Akhir (post-tes) penguasaan konsep, tes akhir dilakukan untuk mengetahui pemahaman konsep guru setelah mendapatkan perlakuan berupa penggunaan modul interaktif.

d) Menyebar angket berisi tanggapan guru terhadap modul interaktif bioteknologi.

e) Wawancara kepada guru-guru untuk memperoleh informasi tambahan yang tidak dapat terjaring oleh angket.

6) Analisis dan Interpretasi Data

Data hasil implementasi modul interaktif bioteknologi yang berupa skor pretes dan postes penguasaan konsep, angket, dan hasil wawancara kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Untuk data kuantitatif diolah secara statistik inferensial dan data kualitatif diolah secara deskriptif.


(28)

E. Bagan Alur Penelitian

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian KAJIAN TEORITIS

POST TES

!" # $

% & $

'

% &

PRE TES

"

(

$ '

$ '


(29)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data secara lengkap disajikan dalam Tabel 3.6. Tabel 3.7. Teknik Pengumpulan Data

Data Sumber

Data Jenis Data

Teknik Pengumpulan

data

Instrumen

Utama Guru Penguasaan konsep guru

Tes awal dan tes akhir Butir soal objektif penguasaan konsep. Pendukung Guru Tanggapan guru terhadap materi bioteknologi Penyebaran

kuesioner Kuesioner

Guru Tanggapan guru terhadap penggunaan modul interaktif bioteknologi Penyebaran pernyataan sikap guru

Pernyatataan sikap (skala likert) wawancara Pedoman

wawancara Guru Profil guru subjek penelitian Penyebaran

kuesioner kuesioner

G. Analisis dan Penyajian Data

Analisis data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan pendekatan serta hirarki statistic. Analisis statistik diarahkan pada perbandingan skor tes awal dan tes akhir, dengan tahapan analisis sebagai berikut:

1. Menghitung Skor Gain yang Dinormalisasi

Peningkatan pemahaman konsep guru sebelum perlakuan penggunaan modul interaktif dan setelah penggunaan modul interaktif dihitung dengan menggunakan rumus N-gain. Skor pretes sebelum perlakuan penggunaan modul


(30)

dibandingkan dengan skor postes yang dilakukan setelah perlakuan penggunaan modul oleh guru. Untuk menghitung N-gain digunakan rumus sebagai berikut:

g =

Spost - Spre

Smak-Spre

Sumber (Meltzer, 2002) Keterangan

Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal Smak = skor maksimal

Kriteria tingkat N-gain ditunjukkan pada Tabel 3.8. Tabel 3.8. Kriteria N-gain

Nilai Kriteria

g ≥ 0,7 tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 sedang

g < 0,3 rendah

2. Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas data dilakukan uji normalitas dengan menggunakan program SPSS 14.0 dengan menggunakan uji Kolmologrov-Smirnov. Hasil uji normalitas menunjukkan data terdistribusi dengan normal atau tidak. Jika taraf signifikansi hasil perhitungan lebih besar dari taraf nyata maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal. Dalam perhitungan ini taraf nyata yang digunakan adalah 0,05.


(31)

3. Uji t

Uji t dilakukan pada penelitian ini dikarenakan subjek penelitian tergolong kedalam kelompok kecil. Menurut Stevenson dan Mnium (Russefendi, 1998) bahwa sampel disebut besar apabila jumlahnya paling sedikit 30 berarti apabila dalam penelitian ini sampel atau subjek penelitian berjumlah 15 orang maka tergolong kedalam kelompok kecil.

Uji t dilakukan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep terjadi secara signifikan atau tidak. Uji t dilakukan terhadap nilai N-gain penguasaan konsep oleh guru dan nilai N-gain pada setiap indikator penguasaan konsep.

Nilai hipotesis pada penelitian ini mengacu pada ketuntasan belajar penguasaan konsep dari Depdikbud (1997, dalam Pujiati, 2004) yaitu sekurang-kurangnya dapat mengerjakan soal dengan benar sebanyak 65% untuk ulangan harian dan 60% untuk ulangan umum. Untuk memperoleh nilai hipotesis (value) penguasaan konsep maka skor ketuntasan yang telah dikonversi dikurangi dengan skor rerata tes awal yang telah dikonversikan.

Lebih lanjut untuk menguji signifikansi peningkatan (kebermaknaan) penguasaan konsep digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat peningkatan yang signifikan dalam penguasaan konsep guru setelah implementasi modul interaktif bioteknologi jika guru mendapat skor < 65

H1 : Terdapat peningkatan yang sinifikan dalam penguasaan konsep guru setelah implementasi modul interaktif bioteknologi jika guru mendapat skor >65


(32)

Uji t dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 14.0 (One- Sample T Tes). Jika nilai taraf signifikansi yang lebih kecil dari taraf nyata atau nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan terjadi secara signifikan dan berarti juga Ho ditolak dan H1 diterima.

Peningkatan penguasan konsep juga diukur dengan parameter tingkat penguasaan belajar dengan menggunakan modul. Adapun kriteria tingkat penguasaan belajar menggunakan modul dapat dilihat pada Tabel 3.9

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Penguasaan Belajar Menggunaan Modul

Tingkat Penguasaan Kriteria

90-100% Baik Sekali

80-89% Baik

70-79% cukup

< 70% kurang

Sumber (Redjeki, 2007)

4. Analisis Data Angket

Data yang diperolah melalui angket diolah secara kuantitatif menggunaan skala likert. Untuk pernyataan positif pada angket penskorannya adalah sebagai berikut: skor 4 untuk jawaban sangat setuju, skor 3 untuk jawaban setuju, skor 2 untuk jawaban tidak setuju dan skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pernyataan negatif pensekorannya adalah sebagai berikut: skor 1 untuk jawaban sangat setuju, skor 2 untuk jawaban setuju, skor 3 untuk jawaban tidak setuju dan skor 4 untuk jawaban sangat tidak seuju.


(33)

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang disajikan dalam Bab IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum penggunaan modul interaktif bioteknologi dapat meningkatkan kompetensi profesional guru dalam hal penguasaan konsep bioteknologi. Akan tetapi, modul ini tidak dapat megcover peningkatan seluruh indikator penguasaan konsep yang ingin dicapai. Dari sembilan belas indikator penguasaan konsep yang diajukan, 68% indikator penguasaan konsep sudah mengalami peningkatan secara signifikan dan 32% indikator penguasaan konsep tidak mengalami peningkatan signifikan. Indikator penguasaan konsep no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,13, dan 15 mengalami peningkatan signifikan. Sedangkan pada indikator penguasaan konsep nomor 12, 14, 16, 17, 18 dan 19 tidak mengalami peningkatan signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal Pertama, guru subjek penelitian belum terbiasa menggunakan modul interaktif. Kedua, tidak semua materi ajar yang disajikan dalam modul interaktif menyajikan animasi atau gambar bergerak. Ketiga, keterbatasan yang dimiliki media komputer itu sendiri.

Tanggapan terhadap materi bioteknologi menunjukkan bahwa 53% guru menganggap materi bioteknologi meruakan materi yang sulit. Untuk mengajarkan materi bioteknologi 63,1% guru sering menggunakan pendekatan Sains Lingkungan Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas). Untuk Metode


(34)

pembelajaran yang sering digunakan, guru pada umumnya menggunakan metode diskusi untuk mengajarkan bioteknologi. Untuk sub materi bioteknologi yang dianggap sulit, guru pada umumnya menganggap sub materi rekayasa genetik merupakan sub materi yang sulit dipahami dan diajarkan oleh guru. Tanggapan guru terhadap penggunaan modul interaktif bioteknologi menunjukkan pada umumnya guru memberikan pandangan positif terhadap penggunaan modul interaktif bioteknologi.

B. Keterbatasan

Peneliti menyadari penelitian ini belum sempurna, sebab walaupun penelitian ini telah dilakukan secara optimal dengan menekan seminimal mungkin bias yang terjadi namum faktor kesalahan manusia tidak dapat dihindari. Ketidaksempurnaan penelitian ini nampak dari beberapa hal yaitu:

1. Jumlah subjek penelitian. Jumlah subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini hanya berjumlah 15 orang guru dan ini sangat terbatas, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi.

2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini kurang mengakomodasi informasi yang diperlukan untuk menganalisis hasil penelitian yang diperoleh, sehingga beberapa informasi yang diperlukan, seperti latar belakang pendidikan guru dan pengalaman mengajar tidak dapat diperoleh.

3. Aspek kompetensi guru yang diukur dalam penelitian ini hanya terbatas pada kompetensi profesional saja, sehingga cakupan hasil penelitian sangat terbatas.


(35)

4. Waktu penelitian yang terbatas, sehingga pengambilan data yang relatif singkat sehingga pengambilan data berupa tes penguasaan konsep, angket dan wawancara dilakukan dalam satu waktu, hal ini dapat menyebabkan menyebabkan data yang diperoleh sangat rentan terhadap berbagai bias yang dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian.

C. Rekomendasi

Sejalan dengan temuan dalam penelitian ini, beberapa hal yang direkomendasikan kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut.

1. Untuk Guru-guru Biologi SMP

a Guru hendaknya selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi profesionalnya khususnya dalam hal penguasaan materi pelajaran.

b Guru harus senantiasa berupaya untuk mencoba mengembangkan bahan ajar yang dapat membantu siswa memahami materi ajar terutama pada materi ajar yang dianggap sulit.

c Guru harus senantiasa berupaya untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal pemanfaatan dan penggunaan sumber belajar berbasis multimedia.

2. Untuk Lembaga In service

a Mengembangkan bahan ajar modul berbasis multimedia yang diperuntukkan untuk meningkatkan penguasaan materi ajar oleh guru terutama pada materi-materi yang dianggap sulit oleh guru.


(36)

b Meningkatkan kemampuan guru dalam hal penggunaan dan pemanfaatan sumber belajar berbasis multimedia melalui kegiatan seminar, pelatihan, workshop dan bentuk kegiatan pelatihan lainnya.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Penelitian tidak terbatas pada peningkatan kompetensi professional guru saja tetapi perlu diupayakan penelitian yang ditujukan untuk peningkatan pada kompentensi guru lainnya seperti kompetensi pada kompetensi pedagogik.


(1)

3. Uji t

Uji t dilakukan pada penelitian ini dikarenakan subjek penelitian tergolong kedalam kelompok kecil. Menurut Stevenson dan Mnium (Russefendi, 1998) bahwa sampel disebut besar apabila jumlahnya paling sedikit 30 berarti apabila dalam penelitian ini sampel atau subjek penelitian berjumlah 15 orang maka tergolong kedalam kelompok kecil.

Uji t dilakukan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep terjadi secara signifikan atau tidak. Uji t dilakukan terhadap nilai N-gain penguasaan konsep oleh guru dan nilai N-gain pada setiap indikator penguasaan konsep.

Nilai hipotesis pada penelitian ini mengacu pada ketuntasan belajar penguasaan konsep dari Depdikbud (1997, dalam Pujiati, 2004) yaitu sekurang-kurangnya dapat mengerjakan soal dengan benar sebanyak 65% untuk ulangan harian dan 60% untuk ulangan umum. Untuk memperoleh nilai hipotesis (value) penguasaan konsep maka skor ketuntasan yang telah dikonversi dikurangi dengan skor rerata tes awal yang telah dikonversikan.

Lebih lanjut untuk menguji signifikansi peningkatan (kebermaknaan) penguasaan konsep digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat peningkatan yang signifikan dalam penguasaan konsep guru setelah implementasi modul interaktif bioteknologi jika guru mendapat skor < 65

H1 : Terdapat peningkatan yang sinifikan dalam penguasaan konsep guru setelah implementasi modul interaktif bioteknologi jika guru mendapat skor >65


(2)

Uji t dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 14.0 (One- Sample T Tes). Jika nilai taraf signifikansi yang lebih kecil dari taraf nyata atau nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan terjadi secara signifikan dan berarti juga Ho ditolak dan H1 diterima.

Peningkatan penguasan konsep juga diukur dengan parameter tingkat penguasaan belajar dengan menggunakan modul. Adapun kriteria tingkat penguasaan belajar menggunakan modul dapat dilihat pada Tabel 3.9

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Penguasaan Belajar Menggunaan Modul Tingkat Penguasaan Kriteria

90-100% Baik Sekali

80-89% Baik

70-79% cukup

< 70% kurang

Sumber (Redjeki, 2007) 4. Analisis Data Angket

Data yang diperolah melalui angket diolah secara kuantitatif menggunaan skala likert. Untuk pernyataan positif pada angket penskorannya adalah sebagai berikut: skor 4 untuk jawaban sangat setuju, skor 3 untuk jawaban setuju, skor 2 untuk jawaban tidak setuju dan skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pernyataan negatif pensekorannya adalah sebagai berikut: skor 1 untuk jawaban sangat setuju, skor 2 untuk jawaban setuju, skor 3 untuk jawaban tidak setuju dan skor 4 untuk jawaban sangat tidak seuju.


(3)

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang disajikan dalam Bab IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum penggunaan modul interaktif bioteknologi dapat meningkatkan kompetensi profesional guru dalam hal penguasaan konsep bioteknologi. Akan tetapi, modul ini tidak dapat megcover peningkatan seluruh indikator penguasaan konsep yang ingin dicapai. Dari sembilan belas indikator penguasaan konsep yang diajukan, 68% indikator penguasaan konsep sudah mengalami peningkatan secara signifikan dan 32% indikator penguasaan konsep tidak mengalami peningkatan signifikan. Indikator penguasaan konsep no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,13, dan 15 mengalami peningkatan signifikan. Sedangkan pada indikator penguasaan konsep nomor 12, 14, 16, 17, 18 dan 19 tidak mengalami peningkatan signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal Pertama, guru subjek penelitian belum terbiasa menggunakan modul interaktif. Kedua, tidak semua materi ajar yang disajikan dalam modul interaktif menyajikan animasi atau gambar bergerak. Ketiga, keterbatasan yang dimiliki media komputer itu sendiri.

Tanggapan terhadap materi bioteknologi menunjukkan bahwa 53% guru menganggap materi bioteknologi meruakan materi yang sulit. Untuk mengajarkan materi bioteknologi 63,1% guru sering menggunakan pendekatan Sains Lingkungan Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas). Untuk Metode


(4)

pembelajaran yang sering digunakan, guru pada umumnya menggunakan metode diskusi untuk mengajarkan bioteknologi. Untuk sub materi bioteknologi yang dianggap sulit, guru pada umumnya menganggap sub materi rekayasa genetik merupakan sub materi yang sulit dipahami dan diajarkan oleh guru. Tanggapan guru terhadap penggunaan modul interaktif bioteknologi menunjukkan pada umumnya guru memberikan pandangan positif terhadap penggunaan modul interaktif bioteknologi.

B. Keterbatasan

Peneliti menyadari penelitian ini belum sempurna, sebab walaupun penelitian ini telah dilakukan secara optimal dengan menekan seminimal mungkin bias yang terjadi namum faktor kesalahan manusia tidak dapat dihindari. Ketidaksempurnaan penelitian ini nampak dari beberapa hal yaitu:

1. Jumlah subjek penelitian. Jumlah subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini hanya berjumlah 15 orang guru dan ini sangat terbatas, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi.

2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini kurang mengakomodasi informasi yang diperlukan untuk menganalisis hasil penelitian yang diperoleh, sehingga beberapa informasi yang diperlukan, seperti latar belakang pendidikan guru dan pengalaman mengajar tidak dapat diperoleh.

3. Aspek kompetensi guru yang diukur dalam penelitian ini hanya terbatas pada kompetensi profesional saja, sehingga cakupan hasil penelitian sangat terbatas.


(5)

4. Waktu penelitian yang terbatas, sehingga pengambilan data yang relatif singkat sehingga pengambilan data berupa tes penguasaan konsep, angket dan wawancara dilakukan dalam satu waktu, hal ini dapat menyebabkan menyebabkan data yang diperoleh sangat rentan terhadap berbagai bias yang dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian.

C. Rekomendasi

Sejalan dengan temuan dalam penelitian ini, beberapa hal yang direkomendasikan kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut.

1. Untuk Guru-guru Biologi SMP

a Guru hendaknya selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi profesionalnya khususnya dalam hal penguasaan materi pelajaran.

b Guru harus senantiasa berupaya untuk mencoba mengembangkan bahan ajar yang dapat membantu siswa memahami materi ajar terutama pada materi ajar yang dianggap sulit.

c Guru harus senantiasa berupaya untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal pemanfaatan dan penggunaan sumber belajar berbasis multimedia.

2. Untuk Lembaga In service

a Mengembangkan bahan ajar modul berbasis multimedia yang diperuntukkan untuk meningkatkan penguasaan materi ajar oleh guru terutama pada materi-materi yang dianggap sulit oleh guru.


(6)

b Meningkatkan kemampuan guru dalam hal penggunaan dan pemanfaatan sumber belajar berbasis multimedia melalui kegiatan seminar, pelatihan, workshop dan bentuk kegiatan pelatihan lainnya.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Penelitian tidak terbatas pada peningkatan kompetensi professional guru saja tetapi perlu diupayakan penelitian yang ditujukan untuk peningkatan pada kompentensi guru lainnya seperti kompetensi pada kompetensi pedagogik.