ANALISIS KESULITAN GURU BIOLOGI DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN MATERI BIOTEKNOLOGI DI SMP SE KABUPATEN ACEH TAMIANG.

(1)

ANALISIS KESULITAN GURU BIOLOGI DALAM

MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN MATERI

BIOTEKNOLOGI DI SMP SE KABUPATEN

ACEH TAMIANG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Oleh:

NURAINUN NIM : 8116174010

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2014


(2)

ANALISIS KESULITAN GURU BIOLOGI DALAM

MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN MATERI

BIOTEKNOLOGI DI SMP SE KABUPATEN

ACEH TAMIANG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Oleh:

NURAINUN NIM : 8116174010

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2014


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Nurainun, Analisis Kesulitan Guru Biologi Dalam Melaksanakan Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMP SE Kabupaten Aceh Tamiang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang Menyebabkan kesulitan guru SMP dalam mengajarkan materi bioteknologi bagi peserta didik SMP kelas IX di Kabupaten Aceh Tamiang (2) Untuk mengetahui cara mengatasi kesulitan dalam membelajarkan materi bioteknologi bagi peserta didik SMP kelas IX di Kabupaten Aceh Tamiang (3) Untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam pembelajaran bioteknologi peserta didik SMP kelas IX di Kabupaten Aceh Tamiang (4) Untuk mengetahui ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran bioteknologi bagi peserta didik kelas IX SMP di Kabupaten Aceh Tamiang (5) Untuk mengetahui metode pembelajaran yang digunakan dalam membelajarkan materi bioteknologi bagi peserta didik SMP kelas IX di Kabupaten Aceh Tamiang. Populasi penelitian adalah seluruh guru biologi SMP Negeri yang tergabung dalam kelompok kerja Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di Aceh Tamiang berjumlah 112 orang berasal dari 56 sekolah, 12 Kecamatan. Sampel yang diambil dalam penelitian guru MGMP adalah 27 orang guru dari 16 Sekolah SMP Negeri di rayon SMPN 1 Karang Baru. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian langsung lapangan (field research), kepada guru-guru yang melakukan MGMP mata pelajaran biologi di Kabupaten Aceh Tamiang, memalui angket guna memperoleh data yang jelas. Hasil deskripsi diperoleh guru mengalami kesulitan dalam membelajarkan materi bioteknologi yakni fakor konten materi (44,44%) dan praktik (44,44%). Materi yang dianggap guru sulit adalah mengenai rekayasa genetika (41,67%) dan kultur jaringan (16,67%). Selanjutnya, penggunaan bahasa latin (25%), berkenaan dengan ketersediaan alat dan bahan (50%) tidak memadai, waktu yang lama untuk melaksanakan praktik bioteknologi (25%) dan prosedur kerja dalam praktik/eksperimen pembuatan produk bioteknologi (25%). Dalam pengatasan kesulitan dalam membelajarkan materi bioteknologi dilakukan penggunaan media (11,11%), mencari referensi/informasi berkaitan dengan materi bioteknologi (18,51%), melaksanakan praktik/eksperimen (33,33%), menambah waktu dalam membelajarkan materi bioteknologi (7,4%) dan melaksanakan studi lapangan (7,4%), data siswa yang mengalami kesulitan pada konten materi (55,56%) dan praktik/eksperimen (29,62%). Materi yang dianggap sulit bagi siswa berkenaan dengan rekayasa genetika (26,67%), kultur jaringan (33,33%) dan produk bioteknologi (13,33%). Penggunaan bahasa latin (20%), untuk sarana dan prasarana guru menyatakan ketersediaan penunjang pembelajaran bioteknologi memperlihatkan bahwa hanya 33,33% sementara 66,67% guru


(6)

menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah belum memadai untuk menunjang pembeajaran, dari data guru metode yang dilakukan paling banyak digunakan dalam pembelajaran materi bioteknologi adalah diskusi (22,22%) dan praktik/eksperimen (14,81%). Selanjutnya 7,40% digunakan metode pembelajaran diskusi disertai eksperimen dan diskusi disertai tanya jawab sebesar 7,40%.


(7)

ABSTRACT

Nurainun, Error Analysis of Biology Teachers in Teaching Biotechnology in SMP SE Kabupaten Aceh Tamiang.

This study aims to find out: (1) the factors that cause error analysis Biology teachers in SMP in teaching Biotechnology for SMP students in 1st grade in Kabupaten Aceh Tamiang (2) problem solving of error analysis in teaching Biotechnology for SMP students in 1st grade in Kabupaten Aceh Tamiang (3) the problems that the students of SMP students in 1st grade in Kabupaten Aceh Tamiang encounter in studying Biotechnology (4) the readiness of facilitates to support Biotechnology learning process for SMP students in 1st grade in Kabupaten Aceh Tamiang (5) the methods that used by the Biology teachers in teaching Biotechnology Biotechnology for SMP students in 1st grade in Kabupaten Aceh Tamiang. The populations are all of Biology teachers in SMP Negeri that involve in Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP ) in Aceh Tamiang that consist of 112 teachers who come from 56 schools. The samples in this study are 27 teachers from 16 schools rayon SMPN 1 Karang Baru. Field research was used to analyze the data in this study. The problems in teachers consist of ( 44,44 %) the content of material and (44,44 %) practical. The most difficult material is (41,67 %) Rekayasa Genetika and (16,67 %) Kultur Jaringan. Furthermore, the use of Latin (25 %), the less of facilitates and material (50%), the time in doing practice of Biotechnology (25%) and the work procedure in making Biotechnology product. In problem solving to overcome the problems in teaching Biotechnology were done the using of media (11,11%), searching the references/information that relate to Biotechnology (18,51%), experimenting (33,33%), additional time in learning Biotechnology (7,4%) and field study (7,4%), the data of the students, (55,56%) found out the difficulties in the material content, experiment (29,62%). The most difficult material is Rekayasa genetika (26,67%), Kultur jaringan (33,3%) and Biotechnology product (13,33%). The use of Latin (20%), the less of facilitates (33,33%), meanwhile (66,66%)teachers said that the less of facilitates cannot support the Biotechnology learning process. From the teachers data, the most method used was discussion (22,22%) and experiment (14,81%). Then, 7,40% discussion and experiment mix with question-answer (7,4%)


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Analisis Kesulitan Guru Biologi Dalam Melaksanakan Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMP SE Kabupaten Aceh Tamiang.

Pada kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing Dr. Hj. Fauziyah Harahap, M.si selaku Dosen Pembimbing I dengan penuh kesabaran membimbing dan memberi motivasi dalam menyusun tesis ini dan Dr. H. Syahmi Edi, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing penulis serta meluangkan waktu kepada penulis sejak awal kuliah hingga selesainya tesis ini. Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Hasruddin, M.Pd Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Mahmud, M.Sc, Dr. Rachmat Mulyana, M.Si dan Dr. H. Hasrudin, M.Pd selaku narasumber, yang telah memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan tesis ini. Kepada Milanti, S.Pd selaku validator instrument kesulitan guru mengajar Bioteknologi di SMP N 2 Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang dan Ibu Lusni Tampubolon, S.P, M.Pd teman sejawat yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan instrument penelitian.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak H. Muhammad Yasin, S.Pd selaku kepala sekolah SMP N 1 Karang Baru yang telah memberi waktu dan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian dan seluruh guru-guru mata pelajaran Biologi yang mengikuti MGMP di SMP Karang Baru.

Ayahanda H. Abdul Manan dan bunda Sofiah, Suami tercinta Alm. H. Khalil dan anak-anak saya tersayang yang telah memberi semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil selama mengikuti pendidikan sampai selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya para Guru Biologi serta dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Medan, September 2014 Penulis


(9)

iv DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 : Latar Belakang ... 1

1.2 : Identifikasi Masalah ... 6

1.3 : Batasan Masalah ... 7

1.4 : Rumusan Masalah ... 7

1.5 : Tujuan Penelitian ... 8

1.6 : Manfaat Penelitian ... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 : Bioteknologi ... 10

2.2 : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Biologi SMP/MTSs Kelas IX Semester 2 ... 14

2.3 : Manfaat Bioteknologi... 14

2.4 : Dampak Penerapan Bioteknologi ... 17

2.5 : Produk-Produk Bioteknologi... 19

2.6 : Dampak Negatif Penggunaan Bioteknologi ... 20

2.7 : Dampak Positif Penggunaan Bioteknologi ... 21

2.8 : Pengertian Mengajar... 22

2.9 : Kesiapan Guru Mengajar... 23

2.10.Peranan Guru Dalam Proses Pembelajaran... 25

2.11.Kesulitan Guru Dalam Mengajar... 28


(10)

v

2.13.Materi Bioteknologi di SMP... 32

2.14. Penelitian Yang Relevan ... 36

BAB III : METODE PENELITIAN ... 37

3.1 : Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2 : Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.3 : Desain Penelitian ... 38

3.4 : Prosedur Penelitian ... 38

3.5 : Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.6.: Teknik Analisis Data... 40

BAB IV: TINJAUAN PUSTAKA... 42

4,1.Deskripsi Data Hasil Penelitian... 42

4.2.Pembahasan ... 49

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 56

5.1 : simpulan ... 56

5.2 : Implikasi ... 57

5.2 : Saran ... 58


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Daftar Nama SMP Negeri dan jumlah guru IPA yang mengikuti

MGMP di Rayon SMPN 1 Karang baru ... 37 Tabel 4.1.1 Lamanya Bapak/Ibu Mengajar dii Sekolah Ini ... 42 Tabel 4.1.2 Lamanya Pengalaman Bapak/Ibu Guru Mengajar Biologi ... 43 Tabel 4.1.4 Guru-guru yang Mengalami Kesulitan dalam Mengajarkan Materi Kepada Siswa ... 44 Tabel 4.1.5 Faktor Penyebab Kesulitan Guru Membelajarkan Matreri Bioteknologi ... 45 Tabel 4.1.6 Cara Mengatasi Kesulitan Dalam Membelajarkan Materi Bioteknologi ... 46 Tabel 4.1.7 Kesulitan Siswa Dalam Pembelajaran Bioteknologi ... 46 Tabel 4.1.8 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Penunjang Pembelajaran Bioteknologi ... 47 Tabel 4.1.9 Metode Pembelajaran Yang Digunakan Dalam Pembelajaran Materi Bioteknologi ... 48 Tabel 4.1.10 Respon Siswa Dalam Menanggapi Proses Pembelajaran Yang Dilakukan Oleh Guru ... 48


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.

Dalam mewujudkan pembangunan di bidang pendidikan diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan. Peningkatan dan penyempurnaan pendidikan tersebut harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, perkembangan masyarakat, dan kebutuhan pembangunan. Pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang berkaitan dengan kurikulum. Saat ini telah diberlakukan kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum berbasis kompetensi, untuk jenjang pendidikan SD (Sekolah Dasar), Sekolah SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas).

Penyelenggaraan kurikulum 2013 secara serentak dilaksanakan mulai tahun ajaran 2013/2014, dengan terlebih dahulu diawali pelaksanaan pilot project pada beberapa sekolah unggulan di berbagai daerah. Namun pelaksanaan kurikulum 2013 di berbagai sekolah negeri ini banyak mendapatkan kendala yang sifatnya struktural dan sosio-psiko kultural. Komponen strategis pembelajaran, yakni para guru di berbagai daerah, belum banyak memahami apa, bagaimana, dan metode pembelajaran sekolah dengan sistem kurikulum berbasis kompetensi (KBK)(Yulianto, 2004).


(13)

2

Pada prinsipnya pendidikan tidak hanya ditekankan pada penguasaan materi, tetapi juga ditekankan pada penguasaan keterampilan. Peserta didik juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan proses dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai yaitu:

Learning to Know (pembelajaran untuk tahu) dan Learning to Do

(pembelajaran untuk berbuat) harus dicapai. Serangkaian pengajaran yang mencakup prinsip dan ketrampilan merupakan hal-hal yang diharapkan sebagai hasil belajar, yang telah dirumuskan sebagai hasil belajar mengajar yang diikuti oleh peserta didik.

Bioteknologi untuk peserta didik di SMP (Sekolah Menengah Pertama) diharapkan dapat memiliki nilai kreatifitas karena dapat mengatasi permasalahan umat manusia seperti menyangkut pangan, sandang, kesehatan maka dalam hal ini terkait dengan standart kurikulum prinsipnya peserta didik dapat mengimplikasi sains maka dituntut memahami prinsip-prinsip dasar bioteknologi tersebut.

Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia prinsip kerja bioteknologi telah dilakukan secara turun temurun dalam masyarakat tradisional, seperti halnya pembuatan tape, tempe, tuak dan beberapa jenis makanan yang dibuat melalui proses fermentasi lainnya. Bioteknologi sesungguhnya merupakan topik yang menarik karena aplikasinya sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Namun dilain pihak, bioteknologi juga merupakan topik yang relatif sulit karena untuk mendapatkan pemahaman yang baik diperlukan dukungan pemahaman terhadap ilmu-ilmu dasar yang bersifat


(14)

3

abstrak. Karakteristik ini menyebabkan bioteknologi merupakan materi yang dianggap sulit baik oleh guru maupun peserta didik. Guru sebagai komponen strategis dalam proses pembelajaran berpotensi menjadi titik lemah atau penghambat pokok proses pembelajaran berbasis kompetensi ketika tidak mampu mencapai kematangan profesional.

Dalam pembelajaran biologi, adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan. Hal lain yang harus disadari oleh guru dalam mengembangkan pembelajaran biologi adalah mencakup pengetahuan, proses investigasi/eksplorasi, dan nilai yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata. Peningkatan mutu pendidikan hanya mungkin dicapai apabila semua komponen dalam pendidikan yaitu peserta didik, pendidik, sarana serta kurikulum saling berinteraksi dengan baik. Faktor-faktor yang membatasi pengajaran bioteknologi meliputi: kurangnya keahlian guru dalam kompetensi di bidangnya, kurangnya pengalaman dalam kecocokan aktivitas mengajar; kurangnya sumber dan materi kurikulum dan kurangnya waktu mengajar (Dawson dan Schibeci, 2003).

Guru memegang peranan penting dalam hal menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik. Fasilitas belajar tersebut dapat berupa variasi pendekatan pembelajaran, penyediaan media pembelajaran yang kreatif serta yang tidak kalah pentingnya adalah pemberian kesempatan pada peserta didik untuk melakukan pengamatan. Sarana dan prasarana juga dapat mempengaruhi secara langsung keberhasilan proses belajar peserta


(15)

4

didik, kelengkapan sarana dan prasarana akan lebih memudahkan guru untuk berkreasi dan memodifikasi kegiatan pembelajaran.Sedangkan kurikulum merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan tujuan pembelajaran. Dengan adanya kurikulum, seorang peserta didik akan lebih terarah dalam mencapai kompetensi tertentu. Salah satu daerah yang mulai melaksanakan kurikulum 2013 adalah Kabupaten Aceh Tamiang.

Pembelajaran Kompetensi Dasar bioteknologi pada jenjang pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama) diajarkan oleh guru biologi pada semester II kelas IX. Materi ini dirasakan sulit oleh guru dalam penyampaian pembelajaran kepada siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri di kabupaten Aceh Tamiang berjumlah 56 sekolah terdiri dari 12 kecamatan. Penulis mengambil objek penelitian pada MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) rayon SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri 1 Karang Baru dengan jumlah 6 kecamatan dan jumlah guru sebanyak 25 orang. Tujuan penulis untuk mengetahui latar belakang penyebab kesulitan/kendala dalam mengajarkan materi bioteknologi melalui angket. Dari hasil angket tersebut menunjukkan bahwa, kesulitan utama yang dihadapi oleh guru adalah berkaitan dengan substansi materi bioteknologi yang belum mereka pahami secara mendalam. Kesulitan berikutnya adalah kekurangan alat untuk mengamati terjadinya proses bioteknologi. Proses bioteknologi memerlukan waktu beberapa hari, sehingga untuk melakukan pengamatan secara langsung dalam percobaan tidak dapat diperoleh hasilnya dalam waktu 5 jam pelajaran.


(16)

5

Kesulitan lain yang ditemukan oleh guru-guru biologi SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Kabupaten Aceh Tamiang dalam mengajarkan materi bioteknologi berkaitan dengan motivasi belajar siswa yang relatif rendah. Hal ini disebabkan faktor lingkungan siswa yang sebagian besar bertempat tinggal pada daerah pesisir dan daerah perkebunan. Peranan siswa dirumah merangkap sebagai tenaga produktif untuk membantu laju ekonomi keluarga, siswa merupakan aset keluarga yang harus berperan aktif dalam aktivitas perekonomian keluarga. Siswa menjadi sumber daya pendukung bagi kelancaran aktivitas mata pencaharian orang tua. Kondisi seperti ini mempengaruhi phisik disaat mengikuti proses pembelajaran di sekolah karena siswa memiliki peranan ganda sehingga mengurangi gairah siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah, rendahnya motivasi belajar siswa ditandai oleh rendahnya persentase siswa yang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru seperti pekerjaan rumah.

Menurut Steck (2010) bahwa pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi dan kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa metode dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semua sama efektifnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut dapat memilih dan mengembangkan metode pembelajaran yang tepat guna mencapai tujuan pembelajaran.


(17)

6

Berdasarkan temuan fakta tersebut di lapangan, maka perlu dicari akar penyebab timbulnya kesulitan guru biologi SMP (Sekolah Menengah Pertama) dalam mengajarkan bioteknologi di Kabupaten Aceh Tamiang. Oleh karena itu penulis mencoba untuk menemukan permasalahan dasar yang dihadapi guru biologi dalam mengajarkan bioteknologi melalui penelitian dengan judul “Analisis kesulitan guru biologi dalam melaksanakan pembelajaran materi bioteknologi di SMP (Sekoah Menengah Pertama)se kabupaten aceh tamiang”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang berkenaan dengan penelitian ini, yakni:

1. Guru mata pelajaran IPA (Imu Pengetahuan Alam) SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Kabupaten Aceh Tamiang sebagian besar kurang menguasai materi bioteknologi.

2. Laboratorium yang dimiliki oleh SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Aceh Tamiang belum mendukung untuk pelaksanaan praktikum bioteknologi.

3. Metode yang digunakan adalah metode survey pada guru Biologi SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Kabupaten Aceh Tamiang tidak sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan kebutuhan peserta didik. 4. Sumber belajar yang dimiliki oleh guru dan peserta didik sangat


(18)

7

5. Minat peserta didik SMP (Sekolah Menengah Pertama) dalam Kabupaten Aceh Tamiang relatif rendah dalam mempelajari bioteknologi, karena kekurangan pahaman terhadap manfaat bioteknologi bagi kehidupan sehari-hari.

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini fokus dalam membahas permasalahan penelitian secara tuntas dan komprehensif, maka perlu pembatasan penelitian. Penulis membatasi penelitian sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada guru mata pelajaran biologi SMP (Sekolah Menengah Pertama) dalam Kabupaten Aceh Tamiang yang tergabung dalam kelompok MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran ) biologi. 2. Penelitian ini juga dibatasi untuk mengetahui faktor penyebab

kesulitan-kesulitan yang ditemukan oleh guru biologi dalam penguasaan materi bioteknologi.

3. Penelitian ini dilakukan karena faktor guru selama ini melakukan metode konvensional maka adanya pengaruh dalam melakukan strategi dan metode berkaitan dengan memilih jenis strategi dan metode pembelajaran serta media pembelajaran yang cocok digunakan oleh guru biologi dalam mengajarkan materi bioteknologi SMP (Sekolah Menengah Pertama ) di Kabupaten Aceh Tamiang.


(19)

8 1.4. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang hendak dicari jawabannya melalui penelitian. Rumusan permasalahan yang akan dibahas adalah :

1. Apakah faktor-faktor penyebab kesulitan guru membelajarkan materi bioteknologibagi peserta didik SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas IX di Kabupaten Aceh Tamiang?

2. Bagaimana cara mengatasi kesulitan dalam membelajarkan materi bioteknologi bagi peserta didik SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas IX di Kabupaten Aceh Tamiang?

3. Apa yang menyebabkan kesulitan siswa SMP kelas IX dalam mempelajari bioteknologidi Kabupaten Aceh Tamiang?

4. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran bioteknologi bagi peserta didik SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas IX di Kabupaten Aceh Tamiang?

5. Bagaimana penggunaan metode yang digunakan dalam membelajarkan materi bioteknologi bagi peserta didik SMP (Sekoah Menengah Pertama) kelas IX di Kabupaten Aceh Tamiang?

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:


(20)

9

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan guru membelajarkan materi bioteknologi bagi peserta didik SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas IX di Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Untuk mengetahui cara mengatasi kesulitan dalam membelajarkan materi bioteknologi bagi peserta didik SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas IX di Kabupaten Aceh Tamiang.

3. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan kesulitan siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas IX dalam pembelajaran bioteknologidi Kabupaten Aceh Tamiang

4. Untuk mengetahui ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran bioteknologi bagi peserta didik SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas IX di Kabupaten Aceh Tamiang.

5. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam membelajarkan materi bioteknologi bagipeserta didik SMP (Sekolah Menengah Pertama ) kelas IX di Kabupaten Aceh Tamiang.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis: yaitu dapat memberikan input bagi sekolah terhadap tingkat kesulitan guru biologi pada materi Bioteknologi di SMP (Sekolah Menengah Pertama) Aceh Tamiang, dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kompetensi guru agar tercipta pembelajaran yang efektif dan efesien.


(21)

10

2. Secara praktis: yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih pembelajaran biologi sehingga dapat memperbaiki mutu pembelajaran sehingga guru dapat merancang suatu rencana pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan literasi sains siswa.


(22)

56

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa kesulitan guru biologi pada materi bioteknologi di SMP Se Kabupaten Aceh Tamiang adalah :

1. Faktor-faktor penyebab kesultan guru yang paling sering terjadi adalah berkenaan dengan ketersedian alat dan bahan (50%) tidak memadai, kurangnya sumber dan waktu yang lama untuk melaksanakan praktik bioteknologi (25%)

2. Untuk mengatasi kesulitan dalam membelajar materi bioteklogi guru melaksanakan praktik/eksperiman (33,33%), mencari referensi/informasi berkaitan dengan materi bioteknologi (18,51%), menggunakan media adalah (11,11%), menambah waktu dalam membelajarkan materi bioteknologi(7,4%) dan melaksanakan studi lapangan (7,4%).

3. Yang menyebabkan kesulitan siswa dalam mempelajari bioteknologi adalah pada konten materi (55,56%) dan praktik/eksperimen (29,62%). Materi yang dianggap sulit bagi siswa berkenaan dengan rekayasa genetika (26,67%), kultur jaringan (33,33%) dan produk bioteknologi (13,33%). Penggunaan bahasan latin (20%)


(23)

57

4. Guru yang menyatakan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran bioteknologi yang memadai adalah 33,33 % Sedangkan guru yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah belum memadai 66,67 %

5. Metode pembelajaran yang paling banyak digunakan dalam materi bioteknologi adalah diskusi (22,22%) dan praktik/eksperimen (14,81%). Selanjutnya, 7,40% digunakan metode pembelajaran diskusi disertai eksperimen dan diskusi disertai tanya jawab sebesar 7,4%

5.2.Implikasi

Hasil temuan analisis data menunjukkan bahwa tingkat kesulitan guru bidang studi biologi di SMP Negeri Se Aceh Tamiang pada materi bioteknologi termasuk dalam katagori sedang. Kesulitan guru-guru biologi pada materi bioteknologi yakni kurang menguasai materi, kurang sarana dan prasarana,dan kurangnya waktu untuk malakukan praktek sehingga pembelajaran tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin di capai, guru harus lebih kreatif dalam menentukan metode serta media pada saat pembelajaran sehingga suasana kelas dapat lebih baik.

5.3. Saran

Berdasrkan uraian diatas saran-saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut;


(24)

58

1. Guru diharapkan lebih mengoptimalkan fungsi forum MGMP untuk bertukar pikiran serta pengalaman tentang pelaksanaan kesulitan dalam pembelajaran biologi.

2. Sekolah negeri yang ada di Aceh Tamiang diharapkan dapat melengkapi sarana dan prasarana sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan kompetensi yang ingin tercapai.

3. Guru diharapkan mampu mendesain sendiri media yang akan digunakan untuk pembelajaran disesuaikan dengan alokasi waktu yang disediakan.


(25)

DAFTAR PUSTKA

Anis Adiynto. (2008). Jurnal Penelitian Pendidikan Implementasi Pendakatan

Sains Biotecnology Processes”.Journal of Biological Education.

Asdi Mahasatya, dan Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Research & Development.cet. 10 Bandung. Alfabeta.

Binadja,A. (2009) Pedoman Praktis Pengembangan Model Evaluasi Pembelajaran Bervisi dan Berpendekatan SETS Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya Pembelajaran Kimia Bervisi dan Berpendekatan

Biotecnology Processes”. Journal of Biological Education.38 (1). 1-6 Diefus-Dux,H.A Dyehouse, M.Bennelt,D and Imbrie (2007) “ Nanotechnology Awareness Of First Year Food and Agriculture Student Following a Brief Exposure.

Business Higher Education Forum. The STEM Interest and Proficiency Challenge: Creating the Workforce of the Future(Washington, DC, 2011). Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. (2009). Metodologi Penelitian. PT Bumi

Aksara.Jakarta

Cochran, K.F., J.A. DeRuiter, R.A. King (1993) Biotechnology Processes.

Journal of Biological Education.38 (1) . Hal .1-6. Pedagogical Content Knowing: An Integrative

Dawson V.dan Schibeci. R.2003. Western australian High School Student Attitudes toward

Djamarah dan Aswan Zain. (1996). Strategi Belajar Mengaja Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Dawson, V. dan Scibeci, R. (2003). Western Australian High School Students Attitudes towards. Diefus-Dux, H.A., Dyehouse, M., Bennett, D., & Imbrie, P.K.

De Jong, T., Linn, M.C. dan Zacharia, Z.C. Science 340, 305–308 (2013). Mislevy, R.J. Evidence-centered design for simulation-based assessment. CRESST Report 800 (National Center For Research on Evaluation, Standards, and Student Testing, Los Angeles, 2011).

Eko S, dkk. (2008). Mari Belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta.

Fachruddin. (2009). Pengembangan profesionalitas Guru. Gaung Persada. Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Jakarta.


(26)

Gago, J.M. et al. Increasing Human Resources for Science and Technology in Europe. European Commission High Level Group report (2004).

Gunawati, Dewi, dkk. (2008). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta.

Gartman, S., and Freiberg, M., 1993, Metacognition and Problem Solving: Helping Students to Ask The Right Questions, The Mathematics Educator, Volume 6 Number 1, 9–13.

Hendrison dan Knutton. (1990). Bioteknology in School. A Hand Book for Teachers.Buckingham ST.Edmundsbury Press.Ltd

Hilmi, Y.A, Analisis buka ajar Biologi SMA Kelas X, Bandung, Jurusan pendidikan biologi FMIPA Universitas Negeri Indonesia.

Honey, M.A., et al. Committee on Science Learning: Computer Games, Simulations, and Education. (National Research Council, 2011).

Kuswanti, Nur, dkk. (2008). Contextual Teaching and Leraning Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menegah Pertama. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Kicken. W, Gruwel, S.B, dan Slot, W. 2009. The Effects of Portofolio-Based Advice on Development of Self-directed learning Skills in Secondary Vocational Education. Journal Education Tech Research Dev (57) : 439-460.

Lanahan, L., McGrath, D.J., McLaughlin, M., Burian-Fitzgeral, M. dan Salganik, L. 1–32, Fundamental Problems in the Measurement of Instructional Processes: Estimating Reasonable Effect Sizes and Conceptualizing What is Important to Measure (American Institutes for Research, Washington, DC, 2005).

Lexi J. Moleong. (2010). Metodologi Penelitian kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mayer, R.E.Multimedia Learning(Cambridge University Press, 2001).

Mayer, R.E. in The Cambridge Handbook of Multimedia Learning (ed. R.E. Mayer) (Cambridge University Press, 2005).

Mislevy, R.J. Evidence-centered design for simulation-based assessment. CRESST Report 800 (National Center For Research on Evaluation, Standards, and Student Testing, Los Angeles, 2011).

Mulyasa. (2004). Kurikulum berbasis Kompetensi. Remaja Rosdakarya. . Bandung.


(27)

Nana Sudjana. (1999). Penilaian Hasil Proses belajar mengajar. PT.Remaja rosdakarya. Bandung.

Nasution, S (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bina Aksara. Jakarta.

Rochiti Wiriaatmadja. (2005). Metode penelitian tindakan kelas.PT Remaja Rosdikarya. Bandung.

Roberts, T. S., dan McInnerney, J. M. (2007). Seven Problems of Online Group Learning (and Their Solutions).EducationalTechnology& Society, 10 (4), 257-268.257 ISSN 1436-4522 (online) and 1176-3647 (print). © International Forum of Educational Technology dan Society (IFETS).

Sohan, D.E., Waliczeck, T.M., dan Briers, G.E. (2003). “Knowledge, Attitudes and Perception Regarding Biotechnology among College Students”.

J.Nat.Resour.Life.Sci.Educ. 31(5). 5-11

Steck, T. R. (2010) Journal of Microbiologi and Biologi Education

Slameto. (2004). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. PT. Rhineka Cipta. Jakarta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta. PT Syukur, F.F (2010). Menjadi Guru Dasyat Guru yang Memikat.PT.Simbiosa

rekatama media. Bandung.

Sudjarwo (1989). Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Smith. (2004). Mycorrhizal and Molecular journal of Biology Reviews 62: 775-806.

Uno, Hamzah B. (2007). Model pembelajaran. PT Bumi Aksara.Jakarta.

Wariono, Sukis dan Yani Muharomah. (2008). Mari Belajar Ilmi Alam Sekitar Panduan Belajar IPA Terpadu. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta

Wardana, E. (2003). “Menimbang Pendidikan Berbasis Kompetensi”. Artikel.

http://.www.puskur.or.id./2 kurikulum.shtml.26k. 5 Agustus 2004

Yulianto,T. (2004). “Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Artikel

http://.www.puskur.or.id./2kurikulum.shtml.26K. 5 Agustus 2004.

Yuwono, Triwibowo.( 2008). Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.


(1)

56

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa kesulitan guru biologi pada materi bioteknologi di SMP Se Kabupaten Aceh Tamiang adalah :

1. Faktor-faktor penyebab kesultan guru yang paling sering terjadi adalah berkenaan dengan ketersedian alat dan bahan (50%) tidak memadai, kurangnya sumber dan waktu yang lama untuk melaksanakan praktik bioteknologi (25%)

2. Untuk mengatasi kesulitan dalam membelajar materi bioteklogi guru melaksanakan praktik/eksperiman (33,33%), mencari referensi/informasi berkaitan dengan materi bioteknologi (18,51%), menggunakan media adalah (11,11%), menambah waktu dalam membelajarkan materi bioteknologi(7,4%) dan melaksanakan studi lapangan (7,4%).

3. Yang menyebabkan kesulitan siswa dalam mempelajari bioteknologi adalah pada konten materi (55,56%) dan praktik/eksperimen (29,62%). Materi yang dianggap sulit bagi siswa berkenaan dengan rekayasa genetika (26,67%), kultur jaringan (33,33%) dan produk bioteknologi (13,33%). Penggunaan bahasan latin (20%)


(2)

57

4. Guru yang menyatakan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran bioteknologi yang memadai adalah 33,33 % Sedangkan guru yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah belum memadai 66,67 %

5. Metode pembelajaran yang paling banyak digunakan dalam materi bioteknologi adalah diskusi (22,22%) dan praktik/eksperimen (14,81%). Selanjutnya, 7,40% digunakan metode pembelajaran diskusi disertai eksperimen dan diskusi disertai tanya jawab sebesar 7,4%

5.2.Implikasi

Hasil temuan analisis data menunjukkan bahwa tingkat kesulitan guru bidang studi biologi di SMP Negeri Se Aceh Tamiang pada materi bioteknologi termasuk dalam katagori sedang. Kesulitan guru-guru biologi pada materi bioteknologi yakni kurang menguasai materi, kurang sarana dan prasarana,dan kurangnya waktu untuk malakukan praktek sehingga pembelajaran tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin di capai, guru harus lebih kreatif dalam menentukan metode serta media pada saat pembelajaran sehingga suasana kelas dapat lebih baik.

5.3. Saran

Berdasrkan uraian diatas saran-saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut;


(3)

58

1. Guru diharapkan lebih mengoptimalkan fungsi forum MGMP untuk bertukar pikiran serta pengalaman tentang pelaksanaan kesulitan dalam pembelajaran biologi.

2. Sekolah negeri yang ada di Aceh Tamiang diharapkan dapat melengkapi sarana dan prasarana sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan kompetensi yang ingin tercapai.

3. Guru diharapkan mampu mendesain sendiri media yang akan digunakan untuk pembelajaran disesuaikan dengan alokasi waktu yang disediakan.


(4)

DAFTAR PUSTKA

Anis Adiynto. (2008). Jurnal Penelitian Pendidikan Implementasi Pendakatan Sains Biotecnology Processes”.Journal of Biological Education.

Asdi Mahasatya, dan Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Research & Development.cet. 10 Bandung. Alfabeta.

Binadja,A. (2009) Pedoman Praktis Pengembangan Model Evaluasi Pembelajaran Bervisi dan Berpendekatan SETS Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya Pembelajaran Kimia Bervisi dan Berpendekatan

Biotecnology Processes”. Journal of Biological Education.38 (1). 1-6 Diefus-Dux,H.A Dyehouse, M.Bennelt,D and Imbrie (2007) “ Nanotechnology Awareness Of First Year Food and Agriculture Student Following a Brief Exposure.

Business Higher Education Forum. The STEM Interest and Proficiency Challenge: Creating the Workforce of the Future(Washington, DC, 2011). Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. (2009). Metodologi Penelitian. PT Bumi

Aksara.Jakarta

Cochran, K.F., J.A. DeRuiter, R.A. King (1993) Biotechnology Processes. Journal of Biological Education.38 (1) . Hal .1-6. Pedagogical Content Knowing: An Integrative

Dawson V.dan Schibeci. R.2003. Western australian High School Student Attitudes toward

Djamarah dan Aswan Zain. (1996). Strategi Belajar Mengaja Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Dawson, V. dan Scibeci, R. (2003). Western Australian High School Students Attitudes towards. Diefus-Dux, H.A., Dyehouse, M., Bennett, D., & Imbrie, P.K.

De Jong, T., Linn, M.C. dan Zacharia, Z.C. Science 340, 305–308 (2013). Mislevy, R.J. Evidence-centered design for simulation-based assessment. CRESST Report 800 (National Center For Research on Evaluation, Standards, and Student Testing, Los Angeles, 2011).

Eko S, dkk. (2008). Mari Belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta.

Fachruddin. (2009). Pengembangan profesionalitas Guru. Gaung Persada. Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Jakarta.


(5)

Gago, J.M. et al. Increasing Human Resources for Science and Technology in Europe. European Commission High Level Group report (2004).

Gunawati, Dewi, dkk. (2008). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta.

Gartman, S., and Freiberg, M., 1993, Metacognition and Problem Solving: Helping Students to Ask The Right Questions, The Mathematics Educator, Volume 6 Number 1, 9–13.

Hendrison dan Knutton. (1990). Bioteknology in School. A Hand Book for Teachers.Buckingham ST.Edmundsbury Press.Ltd

Hilmi, Y.A, Analisis buka ajar Biologi SMA Kelas X, Bandung, Jurusan pendidikan biologi FMIPA Universitas Negeri Indonesia.

Honey, M.A., et al. Committee on Science Learning: Computer Games, Simulations, and Education. (National Research Council, 2011).

Kuswanti, Nur, dkk. (2008). Contextual Teaching and Leraning Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menegah Pertama. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Kicken. W, Gruwel, S.B, dan Slot, W. 2009. The Effects of Portofolio-Based Advice on Development of Self-directed learning Skills in Secondary Vocational Education. Journal Education Tech Research Dev (57) : 439-460.

Lanahan, L., McGrath, D.J., McLaughlin, M., Burian-Fitzgeral, M. dan Salganik, L. 1–32, Fundamental Problems in the Measurement of Instructional Processes: Estimating Reasonable Effect Sizes and Conceptualizing What is Important to Measure (American Institutes for Research, Washington, DC, 2005).

Lexi J. Moleong. (2010). Metodologi Penelitian kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mayer, R.E.Multimedia Learning(Cambridge University Press, 2001).

Mayer, R.E. in The Cambridge Handbook of Multimedia Learning (ed. R.E. Mayer) (Cambridge University Press, 2005).

Mislevy, R.J. Evidence-centered design for simulation-based assessment. CRESST Report 800 (National Center For Research on Evaluation, Standards, and Student Testing, Los Angeles, 2011).

Mulyasa. (2004). Kurikulum berbasis Kompetensi. Remaja Rosdakarya. . Bandung.


(6)

Nana Sudjana. (1999). Penilaian Hasil Proses belajar mengajar. PT.Remaja rosdakarya. Bandung.

Nasution, S (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bina Aksara. Jakarta.

Rochiti Wiriaatmadja. (2005). Metode penelitian tindakan kelas.PT Remaja Rosdikarya. Bandung.

Roberts, T. S., dan McInnerney, J. M. (2007). Seven Problems of Online Group Learning (and Their Solutions).EducationalTechnology& Society, 10 (4), 257-268.257 ISSN 1436-4522 (online) and 1176-3647 (print). © International Forum of Educational Technology dan Society (IFETS).

Sohan, D.E., Waliczeck, T.M., dan Briers, G.E. (2003). “Knowledge, Attitudes and Perception Regarding Biotechnology among College Students”. J.Nat.Resour.Life.Sci.Educ. 31(5). 5-11

Steck, T. R. (2010) Journal of Microbiologi and Biologi Education

Slameto. (2004). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. PT. Rhineka Cipta. Jakarta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta. PT Syukur, F.F (2010). Menjadi Guru Dasyat Guru yang Memikat.PT.Simbiosa

rekatama media. Bandung.

Sudjarwo (1989). Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Smith. (2004). Mycorrhizal and Molecular journal of Biology Reviews 62: 775-806.

Uno, Hamzah B. (2007). Model pembelajaran. PT Bumi Aksara.Jakarta.

Wariono, Sukis dan Yani Muharomah. (2008). Mari Belajar Ilmi Alam Sekitar Panduan Belajar IPA Terpadu. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta Wardana, E. (2003). “Menimbang Pendidikan Berbasis Kompetensi”. Artikel.

http://.www.puskur.or.id./2 kurikulum.shtml.26k. 5 Agustus 2004

Yulianto,T. (2004). “Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Artikel http://.www.puskur.or.id./2kurikulum.shtml.26K. 5 Agustus 2004.

Yuwono, Triwibowo.( 2008). Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.