PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) PADA MATERI KOLOID UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA.
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) PADA MATERI KOLOID UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA
Konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Lanjutan
Oleh:
Maimunah NIM 1102529
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
Oleh Maimunah
S.Pd Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010
SebuahTesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Pascasarjana
© Maimunah 2014
UniversitasPendidikan Indonesia Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
(4)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
LEMBAR PENGESAHAN
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) PADA MATERI KOLOID UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA
Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,
Dr. Ratnaningsih Eko Sardjono, M.Si NIP. 196904191992032002
Pembimbing II,
Dr. F. M. Titin Supriyanti, M.Si NIP. 195810141986012001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan IPA Sekolah PascaSarjana UPI
Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si NIP. 195807121983032002
(5)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Sikap Ilmiah Siswa
Maimunah (1102529)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa pada materi koloid dengan menerapkan model pembelajaran science environment technology and society (SETS). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian
“Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design”. Sampel dalam penelitian
ini adalah siswa kelas XI di salah satu SMAN di Kabupaten Majalengka yang berjumlah 62 siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran SETS untuk materi koloid dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan N-Gain sebesar 42% (kategori sedang) dan sikap ilmiah siswa sebesar 72,7% (kategori baik). Indikator kemampuan berpikir kritis yang dapat dikembangkan dengan model SETS adalah mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, membuat dan menentukan hasil pertimbangan, dan menentukan suatu tindakan. Indikator sikap ilmiah yang dapat dikembangkan dengan model SETS adalah bersikap skeptis, dapat menerima perbedaan dan dapat bekerja sama. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen juga berbeda secara signifikan dari kelas kontrol. Dengan demikian, pembelajaran kimia dengan model pembelajaran SETS harus terus dikembangkan karena dengan mengimplementasikan pembelajaran SETS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa
Kata kunci: kemampuan berpikir kritis, science environment technology and society (SETS), sikap ilmiah, sistem koloid
(6)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Using of Learning Model Science Environment Technology and Society (SETS) on Colloidal Materials to Enhance Critical Thinking Skills and
Student’s Scientific Attitudes
Maimunah (1102529)
Abstract
This study aimed to determine the improvement of critical thinking skills and student’s scientific attitudes on the colloidal material by applying the learning model science environment technology and society (SETS). The method was used in this study is quasi-experimental research design "Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design". The sample in this study was a class XI student at one of SMAN in Majalengka, with totaling 62 students. Data collected through a written test and observation sheets. The results showed that SETS learning for colloidal material can enhance student’s critical thinking skills with N-Gain of 42% (moderate category) and the student’s scientific attitude was 72,7 % (excellent category). Indicators of critical thinking skills that can be developed with the SETS model is observing and considering the results of observation, making judgment and determine the results, and determine a course of action. Scientific attitude indicators that can be developed with the SETS model are being skeptical, accepting ambigulity, and being cooperative. Increasing student’s critical thinking skills class experiment also differed significantly from the control class. Thus, learning chemistry with SETS learning model should be developed for the implementation of SETS learning can improve critical thinking skills and
students’ scientific attitudes.
Key words: colloidal systems, critical thinking skills, science environment technology and society (SETS), scientific attitude.
(7)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK. ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI. ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN. ... xi
BAB I PENDAHULUAN………..………...……..…1
A.Latar Belakang ... 1
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi Tesis. ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN……….…….8
A.Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS). ... 8
B.Kemampuan Berpikir Kritis ... 13
C.Sikap Ilmiah ... 20
D.Tinjauan Materi Koloid ... 24
E. Penelitian yang Relevan. ... 34
F. Kerangka Berpikir. ... 36
G.Hipotesis Penelitian. ... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….…..…..39
A.Definisi Operasional. ... 40
B.Metode dan Desain Penelitian ... 41
C.Subyek Penelitian ... 42
D.Waktu dan Lokasi Penelitian. ... 42
E. Prosedur Penelitian ... 42
F. Instrumen Penelitian ... 45
G.Teknik Analisis Data ... 46
(8)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..50
A.Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Koloid ... 50
B.Sikap Ilmiah Siswa pada Materi Koloid ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….……..73
A.Kesimpulan ... 73
B.Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(9)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1. Indikator kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan dengan
menggunakan model SETS. ... 20
2. Tabel 2.2. Indikator sikap ilmiah yang dikembangkan dengan menggunakan model SETS. ... 24
3. Tabel 2.3. Perbandingan sifat larutan, koloid, dan suspensi. ... 25
4. Tabel 2.4. Penggolongan sistem koloid ... 26
5. Tabel 3.1. Desain penelitian. ... 40
6. Tabel 3.2. Kisi-kisi soal kemampuan berpikir kritis ... 45
7. Tabel 3.3. Kisi-kisi lembar observasi sikap ilmiah siswa... 46
8. Tabel 3.4. Kategori Gain ternormalisasi ... 48
9. Tabel 3.5. Tafsiran presentase lembar observasi. ... 49
10. Tabel 3.6. Jadwal pelaksanaan penelitian ... 49
11. Tabel 4.1. Hasil pretest, postest, dan N-Gain kemampuan berpikir kritis siswa. ... 51
12. Tabel 4.2. Hasil uji signifikansi (Mann-Whitney) pretest kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 52
13. Tabel 4.3. Hasil uji signifikansi (Mann-Whitney) postest kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. ... 53
14. Tabel 4.4. Hasil uji signifikansi indikator kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. ... 59
15. Tabel 5.5. Hasil lembar observasi sikap ilmiah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. ... 66
(10)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1. Contoh campuran. ... 25 2. Gambar 2.2. Bagan kerangka berpikir. ... 37 3. Gambar 3.1 Alur penelitian. ... 44 4. Gambar 4.1. Grafik perbandingan nilai N-Gain kemampuan berpikir kritis
kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan kelompok siswa ... 56 5. Gambar 4.2. Grafik perbandingan nilai N-Gain kemampuan berpikir kritis
siswa untuk masing-masing indikator kemampuan berpikir kritis. ... 58 6. Gambar 4.3. Grafik perbandingan sikap ilmiah siswa kelas eksperimen dan
(11)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen. ... 80
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas kontrol. ... 113
3. Lembar kegiatan siswa (LKS) kelas eksperimen. ... 128
4. Lembar kegiatan siswa (LKS) kelas kontrol ... 149
5. Hasil validasi ahli (judgment) soal kemampuan berpikir kritis. ... 165
6. Kisi-kisi, soal kemampuan berpikir kritis, dan pedoman penskoran ... 181
7. Kisi-kisi, lembar observasi, dan pedoman penskoran lembar observasi sikap ilmiah siswa. ... 201
8. Hasil pretest-posttest kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. ... 207
9. Data N-Gain pretest-posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. ... 211
10. Hasil uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis pretest-posttest kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol... 213
11. Data kelompok siswa pada kelas eksperimen... 217
12. Data kelompok siswa ada kelas kontrol. ... 219
13. Data N-Gain tiap indikator kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol. ... 221
14. Hasil uji signifikansi indikator kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. ... 235
15. Hasil skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tiap pertemuan. ... 237
16. Hasil skor rata-rata tiap indikator sikap ilmiah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. ... 241
17. Hasil skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas eksperimen dan kontrol. ... 248
18. Foto penelitian. ... 249
19. Surat izin melakukan penelitian. ... 252
(12)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Anwar, 2010: 1). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa dalam mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Liliasari (2005: 9) yang mengatakan bahwa ide dasar dari kurikulum berbasis kompetensi adalah memperbaiki penguasaan ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Idealnya pendidikan IPA itu dapat berimplikasi langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Pada masa sekarang ini, pelaksanaan pembelajaran IPA kurang dikaitkan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkaitan dengan isu sosial, perkembangan teknologi dan kehadiran produk-produk teknologi yang ada di lingkungan dan masyarakat, serta akibat yang ditimbulkannya. Pengajaran IPA di sekolah semata-mata hanya berorientasi pada tuntutan kurikulum yang telah dituangkan di dalam buku teks. Pembelajaran di kelas pun masih didominasi oleh ceramah guru. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Di sisi lain, kemajuan sains dan teknologi semakin berkembang sehingga menimbulkan dampak kepada lingkungan dan masyarakat. Hal ini menuntut guru untuk mengubah cara pembelajaran yang pasif tersebut kepada pembelajaran yang aktif.
(13)
2
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
Selain itu, dalam proses pembelajaran di kelas siswa didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Kenyataan yang terjadi bahwa dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi. Siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi dan mengaplikasikan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suyanti, 2010: 41).
Kimia merupakan salah satu cabang IPA yang memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Kualitas peserta didik tersebut meliputi kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan memiliki sikap positif terhadap sains, masyarakat serta tanggap dalam menanggapi isu di masyarakat, yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi dengan cerdas dan kritis. Untuk dapat menghasilkan peserta didik yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah, maka guru perlu merancang pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa tersebut.
Mengacu pada tujuan tersebut, guru harus mampu membuat rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang siswa untuk berpikir kritis, dan mengembangkan sikap ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Kegiatan yang mendorong siswa untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.
Kemampuan berpikir kritis siswa merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang penting untuk dimiliki siswa karena kemampuan berpikir kritis dapat membekali siswa dalam menghadapi persoalan di masa depan bukan hanya dalam pembelajaran di kelas (BSNP, 2007: 12). Dengan kemampuan berpikir kritis, seseorang akan mudah untuk mengolah informasi yang ditemukannya dan digunakan untuk memecahkan permasalahan. Begitu juga dengan sikap ilmiah siswa perlu dikembangkan pada siswa di tingkat sekolah menengah karena di dalam belajar sains tidak hanya sekedar aspek kognitif, aspek afektif juga merupakan bagian yang sangat penting dalam perencanaan, penyampaian, dan evaluasi suatu pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang
(14)
3
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
diungkapkan oleh Carin dan Sund (1997: 3) bahwa pendidikan sains harus melahirkan suatu sikap dan nilai-nilai ilmiah.
Memperhatikan permasalahan di atas, salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan menerapkan model pembelajaran SETS. Model pembelajaran SETS sekurang-kurangnya dapat membuka wawasan siswa untuk memahami hakikat pendidikan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (SETS) secara utuh. Hal ini ditujukan untuk membantu siswa mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat dipengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik.
Model pembelajaran SETS ini diharapkan dapat membuat siswa memandang segala sesuatu secara terintegrasi, yaitu dengan memperhatikan unsur-unsur yang terdapat dalam SETS yaitu sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat sehingga guru dapat menghubungkan konsep-konsep sains yang diajarkan dengan permasalahan yang terjadi di masyarakat, dan lingkungan sehari-hari siswa. Hal tersebut dapat membantu siswa menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari, agar pembelajaran yang dilakukan di sekolah bermanfaat bagi masyarakat, dengan tetap memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Selain itu, model pembelajaran SETS juga bertujuan agar siswa mengetahui cara menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat berkembangnya sains dan teknologi yang berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan melalui penyelidikan. Dengan demikian siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.
Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan kefektifan penerapan model pembelajaran SETS. Lestari (2010: 7) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa dengan menggunakan pendekatan SETS dan pendekatan NONSETS. Pembelajaran dengan pendekatan SETS lebih baik daripada pendekatan NONSETS. Siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan SETS memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur SETS (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) sehingga
(15)
4
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang sedang dipelajari. Demikian juga pada penelitian lain, melalui pendekatan STM dengan metode bermain peran dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan pendekatan tersebut mampu mendorong dan memotivasi siswa mengungkapkan gagasan-gagasan atau pemikiran siswa yang diperoleh dari pengalamannya, melibatkan secara aktif baik mental, sikap-sikap ilmiah maupun keterampilan intelektual di dalam menanggapi isu-isu sosial/masalah aktual yang dihadapi dalam kehidupan sebagai angota masyarakat, juga menjadikan lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga timbul keinginan siswa untuk memahami lebih mendalam tentang sains dan teknologi yang dapat berdampak pada perubahan sikap siswa terhadap sains dan teknologi tersebut (Apriana, 2002: 60).
Selain pemilihan wahana yang tepat, pemilihan materi pelajaran juga penting dilakukan agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna. Konsep yang dipelajari hendaknya bersifat kontekstual yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Materi kimia koloid mempunyai karakteristik konkrit dengan contoh konkrit. Materi koloid merupakan materi sederhana dan tidak sulit untuk dipelajari oleh siswa, tetapi pada kenyataannya masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan memahami materi koloid dengan baik. Hal ini disebabkan karena banyaknya konsep dan contoh-contoh pada topik koloid yang dipelajari siswa hanya sekedar hafalan bukan dipelajari secara bermakna, dan pembelajaran yang diterapkan masih menekankan pada penyampaian informasi oleh guru, siswa hanya diajarkan menghafal konsep, prinsip, hukum dan rumus-rumus, pemahaman yang dimiliki siswa tidak sebagai hasil pengalaman tapi transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Untuk itu perlu inovasi dalam penggunaan model pembelajaran materi koloid, salah satu alternatif model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model pembelajaran SETS.
(16)
5
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
Sampai saat ini, belum ada penelitian tentang pengembangan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah melalui model pembelajaran SETS pada materi koloid. Berdasarkan hal tersebut penulis bermaksud untuk meneliti penerapan model pembelajaran SETS dalam pembelajaran materi koloid terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMA.
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kimia memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya menghasilkan siswa yang berkualitas. Yaitu siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan memiliki sikap positif terhadap sains, masyarakat serta tanggap dalam menanggapi isu di masyarakat dengan cerdas dan kritis. Untuk dapat mewujudkan peran tersebut diperlukan model pembelajaran yang variatif serta sesuai dengan karakter materi pelajaran.
2. Kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa sangat penting untuk dikembangkan dengan model pembelajaran SETS dan dievaluasi keberhasilannya.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh model pembelajaran SETS
terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa pada materi koloid?”. Pertanyaan penelitian untuk rumusan masalah tersebut adalah:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran SETS pada materi koloid?
2. Indikator kemampuan berpikir kritis apa yang dapat dikembangkan melalui model pembelajaran SETS pada materi koloid?
3. Bagaimana sikap ilmiah siswa dengan model pembelajaran SETS pada materi koloid?
4. Indikator sikap ilmiah apa dapat dikembangkan dengan model pembelajaran SETS pada materi koloid?
(17)
6
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa C.Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa dengan menerapkan model pembelajaran science environment technology and society (SETS) pada materi koloid.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai model pembelajaran science environment technology and society
(SETS) yang dapat digunakan sebagai pembelajaran alternatif untuk mengajar di kelas, terutama untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.
2. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang lebih mengarah pada kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah.
3. Bagi peneliti yang lain, sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian dengan tema penelitian yang sama pada pokok bahasan yang berbeda.
E.Struktur Organisasi Tesis
Secara garis besar, tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub bab. Bab I berisi uraian tentang latar belakang masalah yang mendasari pentingnya diadakan penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang diharapkan, dan struktur organisasi tesis.
Bab berisi kajian pustaka yang mendeskripsikan pengertian, jenis-jenis dan prinsip dasar, model pembelajaran SETS, kemampuan berpikir kritis, dan sikap ilmiah, materi koloid, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Pada bab III berisi uraian tentang definisi operasional,
(18)
7
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
metode dan desain penelitian, subyek penelitian, lokasi penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.
Bab IV berisi uraian tentang hasil penelitian yang meliputi kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa pada materi koloid. Sedangkan bab V berisi uraian tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran terkait dengan penelitian yang dilakukan yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian
(19)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Definisi Operasional
Penelitian ini memiliki 3 variabel, yaitu model pembelajaran SETS, kemampuan berpikir kritis,dan sikap ilmiah. Dari ketiga variabel tersebut yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran SETS, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah.
Agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam penafsiran maka perlu dijelaskan mengenai definisi dari variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Definisi operasional variabel yang dimaksud adalah:
1. Model pembelajaran SETS yang digunakan dalam penelitian ini adalah model SETS menurut Rosario (2009). Di dalam model SETS ini terdapat tahapan analisis dan penyelidikan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah. Dengan demikian, model ini dapat digunakan untuk pembelajaran materi koloid yang di dalam pembelajaran dikaitkan dengan unsur-unsur sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik. Adapun kegiatan dalam pembelajaran dengan menggunakan model SETS yaitu (1) situasi SETS diperkenalkan dalam bentuk berita dan laporan kejadian lokal oleh guru. Hal ini dimaksudkan untu melatih siswa agar berpikir kritis, memotivasi belajar, meningkatkan kemampuan mengaplikasikan konsep ke dalam kehidupan nyata dan siswa memperoleh pengetahuan mengenai kondisi yang terjadi di lingkungan, sehingga siswa diharapkan dengan pemahaman yang dimilikinya dapat mengintegrasikan ke dalam unsur-unsur SETS, (2) siswa didorong dan dimotivasi untuk bertanya, menjawab pertanyaan dan mencari solusi berdasarkan pemahaman yang dimilikinya tentang permasalahan yang diberikan, (3) pertanyaan-pertanyaan siswa digunakan untuk interaksi lebih lanjut, (4) guru memfasilitasi diskusi kelas, (5) siswa melakukan penyelidikan dalam kelompok penelitian, (6) siswa mempresentasikan hasil penyelidikan, dan (7) analisis dan evaluasi.
(20)
40
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
2. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir dan bertindak siswa berdasarkan pengetahuan yang dimiliknya sebagai hasil belajar. Kemampuan berpikir kritis ini dijaring melalui tes essay yang dibuat berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (1985) yaitu menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan, mempertimbangkan kesesuaian sumber, mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, dan menentukan suatu tindakan.
3. Sikap ilmiah merujuk pada sikap ilmiah menurut Carin dan Sund (1997). Pengelompokkan sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi, tetapi jika ditelaah lebih jauh hampir tidak ada perbedaan yang berarti. Variasi muncul hanya dalam penempatan dan penamaan sikap ilmiah yang ditonjolkan. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus dimiliki oleh siswa ketika melakukan penyelidikan. Sikap tersebut meliputi memiliki rasa ingin tahu, mengutamakan bukti, bersikap skeptis, menerima perbedaan, dapat bekerja sama, dan bersikap positif terhadap kegagalan. Sikap ilmiah diukur melalui lembar observasi sikap ilmiah yang berjumlah 20 pernyataan dan dinilai berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditentukan.
B.Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent control group design (Sugiyono, 2009: 116). Kuasi eksperimen adalah penelitian yang menggunakan kelompok subjek secara utuh dalam eksperimen yang secara alami sudah terbentuk dalam kelas dan tidak mengontrol semua variabel yang ada. Nonequivalent control group design, artinya terdapat kelompok kontrol, pada masing-masing kelompok diberi tes awal dan tes akhir dengan perlakuan yang berbeda.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X1 O2
(21)
41
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
Keterangan: O1 = Tes Awal
O2 = Tes akhir
X1 = Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SETS
X2 = Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional C.Subyek Penelitian
SMA Negeri X di Kabupaten Majalengka memiliki kelas XI sebanyak 2 kelas. Dari kedua kelas tersebut peneliti menganggap responden memiliki ciri-ciri dan karakter yang relatif hampir sama (dalam hal ini kemampuan akademik). Karena memiliki karakter yang relatif sama, maka kedua kelas tersebut dijadikan sampel dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 dengan jumlah siswa seluruhnya 62 orang dengan rincian kelas XI IPA 1= 31 orang, dan kelas XI IPA 2= 31 orang. Untuk menentukan kelas mana yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti akan melihat dari nilai raport mata pelajaran kimia semester genap pada kelas XI IPA 1 dan X1 IPA 2. Setelah ditetapkan kelas bahwa kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol, kedua kelompok kelas tersebut akan memperoleh
pretest kemampuan berpikir kritis. Melalui hasil pretest kemampuan berpikir tersebut akan dibentuk dua “kelompok sejodoh” antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peneliti membentuk kelompok kontrol yang anggotanya mempunyai “jodohnya” atau “padanannya” dalam kelompok eksperimen. Jodoh yang dimaksud adalah orang yang mempunyai ciri-ciri yang sama, dalam penelitian ini adalah nilai pretest kemampuan berpikir kritisnya adalah sama (Emzir, 2012: 88 dan Nasution, 2011: 32). Jadi penelitian ini dilakukan dengan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang menerima pembelajaran dengan model SETS sedangkan kelompok kontrol akan menerima pembelajaran dengan model konvensional.
(22)
42
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa D.Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13−29 Agustus 2013 pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Majalengka.
E.Prosedur Penelitian
Berdasarkan desain penelitian, maka dilakukan langkah-langkah kegiatan penelitian sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan a. Pendahuluan
1) Melakukan studi lapangan dan menggunakan berbagai sumber di lapangan untuk mengidentifikasi masalah
2) Menentukan masalah dan tujuan penelitian
3) Menganalisis konsep koloid berdasarkan standar isi KTSP SMA 4) Menganalisis indikator kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah
yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran SETS b. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
1) Penyusunan perangkat pembelajaran yaitu RPP, LKS
2) Penyusunan instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan lembar observasi sikap ilmiah siswa
3) Penyusunan LKS berbasis model pembelajaran SETS yang diawali dengan melakukan optimasi prosedur percobaan
4) Melakukan validasi oleh ahli 5) Revisi instrumen penelitian 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Memberikan pretest kemampuan berpikir kritis berupa tes tertulis berbentuk essay sebelum penerapan pembelajaran
b. Penerapan model pembelajaran SETS pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Pembelajaran dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan.
(23)
43
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
c. Melakukan observasi sikap ilmiah siswa selama pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
d. melaksanakan posttest kepada siswa untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
3. Tahap Analisis Data
a. Mengolah data hasil penelitian
b. Menganalisis dan membahas hasil penelitian c. Menarik kesimpulan
(24)
44
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tahap Pelaksanaan
Implementasi pembelajaran pada kelas kontrol
Implementasi pembelajaran pada kelas eksperimen Pretes KBKr
Observasi sikap ilmiah
Pengolahan dan analisis data
Temuan
Kesimpulan Postes KBKr
Tahap Analisis Data
Tahap Persiapan
Analisis konsep koloid
Analisis rumusan masalah dan tujuan penelitian
Analisis indikator keterampilan berpikir kritis
Analisis indikator sikap ilmiah
Penyusunan perangkat pembelajaran Pengembangan rencana kegiatan pembelajaran
Penyusunan instrumen
(25)
45
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa F. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab penelitian.
1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes kemampuan berpikir krtis terdiri atas pretest (tes awal) dan posttest
(tes akhir) yang berbentuk essay. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa terhadap konsep koloid. Tes kemampuan berpikir kritis dibuat berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis. Penskoran soal kemampuan berpikir kritis mengikuti pedoman penyekoran essay. Kisi-kisi soal kemampuan berpikir kritis yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.2, sedangkan instrumen tes kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada lampiran 6 (halaman 181). Tabel 3.2. Kisi-kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
No Indokator
kemampuan berpikir kritir No. soal Jml
1 Bertanya dan menjawab pertanyaan 1, 2, 3, 4 4
2 Mepertimbangkan kesesuaian sumber 5, 6 2
3 Menganalisis argumen 7, 8 2
4 Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil
observasi 9, 10 2
5 Membuat dan menentukan hasil pertimbangan 11, 12 2 6 Mendefinisikan istilah dan membuat suatu definisi 13, 14 2
7 Menentukan suatu tindakan 15, 16 2
Jumlah 16 16
Penskoran jawaban keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada lampiran 6 halaman (196 dan 200).
2. Lembar Observasi Sikap Ilmiah Siswa
Lembar observasi yang digunakan berupa lembar observasi sikap ilmiah siswa selama pembelajaran di kelas. Pedoman observasi yang digunakan berupa daftar cheklist (√) berdasarkan pernyataan-pernyataan yang telah disusun sebelumnya dalam lembar observasi. Checklist atau daftar cek merupakan daftar yang berisi aspek-aspek yang diamati, checklist dapat menjamin bahwa peneliti dapat mencatat tiap-tiap kejadian sekecil apapun yang dianggap penting (Riduwan, 2002: 48). Kisi-kisi lembar observasi
(26)
46
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
sikap ilmiah siswa yang digunakan ditunjukkan pada tabel 3.3, sedangkan instrumen lembar observasi sikap ilmiah siswa dapat dilihat pada lampiran 7 (halaman 201).
Tabel 3.3. Kisi-kisi Lembar Observasi Sikap Ilmiah Siswa
No Indikator Sub Indikator No. Butir Jml
1 Rasa ingin tahu Antusias mencari jawaban 1, 18 2 Perhatian terhadap percobaan 4, 2, 5 2 Menanyakan materi yang
belum difahami 20 1
2 Mengutamakan bukti
Mengambil keputusan sesuai
fakta 3, 19 2
3 Bersikap skeptis Mempertanyakan temuan
teman 11 2
Tidak mengabaikan data
percobaan meskipun kecil 6,7 2
4 Menerima perbedaan
Menghargai temuan teman 13, 14, 15 3 Mau merubah pendapat jika
data masih kurang 17 1
Menerima saran dari teman 16 1
5 Dapat bekerja sama
Berpartisipasi aktif dalam
kelompok 8, 9 2
Berkomunikasi dengan baik
dalam kelompok 10 1
6 Bersikap positif terhadap
kegagalan
Melengkapi satu kegiatan meskipun teman sekelasnya selesai lebih awal
12 1
Jumlah 20 20
Kriteria penskoran lembar observasi sikap ilmiah siswa dapat dilihat pada lampiran 7 (halaman 204).
G.Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini diperoleh data hasil tes, dan data hasil observasi. Pengolahan data diawali dengan mengukur validitas dan reliabilitas pada instrumen tes penelitian.
(27)
47
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
1. Analisis Butir Soal
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya dilakukan validasi konstruk oleh dosen (judgment). Adapun tujuan uji coba instrumen adalah agar dari kegaiatan ini dapat diketahui:
a. Validitas soal
Validitas tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006: 168). Sebuah alat ukur dikatakan valid apabila dapat mengukur pada yang hendak diukur. Dalam hal ini validasi butir soal dilakukan berdasarkan pertimbangan (judgement) dari dosen ahli dengan menganalisis kesesuaian butir soal dengan pencapaian indikator keterampilan berpikir kritis yang hendak diukur. Pada awalnya soal yang diajukan kepada dosen ahli sebanyak 24 soal, tetapi ada beberapa soal yang tidak sesuai dengan sub indikator yang hendak diukur, sebagian ada yang kurang tepat dalam penyusunan kalimat dan pilihan jawaban. Dari hasil validasi dan perbaikan, diperoleh 16 soal yang mewakili tiap sub indikator yang ingin diteliti.
b. Reliabilitas Tes
Reliabilitas bermakna keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, atau konsistensi; dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya atau konsisten. Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas, berkisar 0 sampai 1 (Sofyan et al., 2006).
Reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut (Sofyan et al., 2006):
[ ∑ ]
Keterangan:
ri = Koefisien reliabilitas
K = Jumlah butir valid pi.qi = Varians skor butir
(28)
48
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
qi = Proporsi jawaban salah untuk butir no. i
St2 = Varians skor total
2. Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Pengolahan data pretes dan postes kemampuan berpikir kritis siswa akan dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, serta uji signifikansi untuk melihat pengaruh model pembelajaran SETS pada konsep sistem koloid terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, jika data normal dan homogen maka akan digunakan uji statistik parametrik yakni uji t, sedangkan jika tidak normal dan homogen maka akan digunakan uji statistik nonparametrik yakni uji Mann-Whitney. Dalam uji normalitas, homogenitas dan uji signifikansi dalam penelitian ini akan diolah dengan bantuan SPSS versi 16.
Sedangkan untuk melihat besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran SETS maka akan dicari gain ternormalisasi dengan rumus (Meltzer, 2002: 1260):
N-Gain=
Kategorisasi perolehan skor N-Gain dapat dilihat pada Tabel 3.4. (Hake, 1998: 65)
Tabel 3.4. Kategori Gain Ternormalisasi
Gain ternormalisasi (g) Kategori
g<0,30 Rendah
0,30≤g≤0,70 Sedang
g>0,70 Tinggi
3. Analisis Lembar Observasi Sikap Ilmiah Siswa
Data kualitatif berupa hasil lembar observasi sikap ilmiah siswa selama proses pembelajaran. Setelah diskor kemudian data diubah dalam bentuk presentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Persentase yang diperoleh kemudian ditafsirkan dalam bentuk kalimat seperti yang terdapat pada tabel 3.5 berikut ini.
(29)
49
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
Tabel 3.5. Tafsiran Persentase Lembar Observasi
Persentase (%) Kategori
80-100 Baik sekali
66-79 Baik
56-65 Cukup
40-55 Kurang
0-39 Kurang sekali
Arikunto (2006: 245)
Hasil pengolahan lembar observasi sikap ilmiah siswa kemudian dianalisis. Lembar observasi sikap ilmiah siswa ini didapatkan selama proses pembelajaran, data ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan sikap ilmiah siswa saat pembelajaran di kelas.
H. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran
Jadwal pelaksaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.6 Tabel 3.6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Hari/ Tanggal Kegiatan
1 Selasa, 13 Agustus 2013 Pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol 2 Kamis, 22 Agustus 2013 Pertemuan 1 kegiatan pembelajaran SETS
dengan metode praktikum (LKS 1) pada kelas eksperimen
3 Kamis, 22 Agustus 2013 Pertemuan 1 kegiatan pembelajaran konvensional dengan metode praktikum (LKS 1) pada kelas kontrol
4 Sabtu, 24 Agustus 2013 Pertemuan 2 kegiatan pembelajaran SETS dengan metode praktikum (LKS 2) pada kelas eksperimen
5 Sabtu, 24 Agustus 2013 Pertemuan 2 kegiatan pembelajaran konvensional dengan metode praktikum (LKS 2) pada kelas kontrol
6 Rabu, 28 Agustus 2013 Pertemuan 3 kegiatan pembelajaran SETS dengan metode praktikum (LKS 3) pada kelas eksperimen
7 Rabu, 28 Agustus 2013 Pertemuan 3 kegiatan pembelajaran konvensional dengan metode praktikum (LKS 3) pada kelas kontrol
(30)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran SETS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Secara keseluruhan kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dengan N-Gain sebesar 42% (kategori sedang), sedangkan kelas kontrol dengan N-Gain sebesar 28% (kategori rendah). Secara statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 2. Indikator kemampuan berpikir kritis yang dapat dikembangkan dengan
model pembelajaran SETS adalah indikator mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, membuat dan menentukan hasil pertimbangan, dan menentukan suatu tindakan.
3. Secara keseluruhan, hasil skor rata-rata sikap ilmiah siswa dengan model pembelajaran SETS sebesar 72,7% (kategori baik).
4. Indikator sikap ilmiah yang dapat dikembangkan dengan model pembelajaran SETS adalah indikator bersikap skeptis, menerima perbedaan, dan dapat bekerja sama.
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis memberikan beberapa rekomendasi antara lain:
1. Pembelajaran kimia dengan model pembelajaran SETS harus terus dikembangkan karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa
(31)
74
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
2. Agar siswa merespon permasalahan yang diberikan guru pada awal pembelajaran, maka pada tahap pertama dengan model SETS (penyampaian situasi SETS) hendaknya guru menyajikan topik permasalahan yang lebih menarik dan kontekstual.
3. Untuk mengembangkan indikator kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah yang lebih baik, guru harus memilih dan menentukan metode, dan pendekatan yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran SETS. Diantaranya adalah dengan menggunakan metode proyek dan pendekatan inkuiri
(32)
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
DAFTAR PUSTAKA
A’Echavarria, P. (2011). Strategi Pengajaran Berpikir. Bandung: Erlangga. Ahmadi, A. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Akhyani, A. (2008). Model Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuiri Laboratorium untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Amin, M. (1994). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Metode Discovery and Inkuiri. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Anwar, M. (2010). Penerapan Pendekatan SETS (Science Technology and Social) pada Pembelajaran Fisika pada Diklat Guru Mapel Fisika MA. Apriana, E. (2002). Penerapan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
Dengan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Sikap dan Keterampilan Siswa SMU Menerapkan Konsep Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Aprijum. (2012). Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Arifin, M., et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Binadja, Achmad. (1999). “Pendidikan SETS (Science, Environment,
Technology, and Society) Penerapan pada Pengajaran”. Makalah pada Seminar Lokakarya Pendidikan SETS, Semarang.
Brady, J. E. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur. Edisi Kelima Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara
BSNP, (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2o Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta. Carin, A., & Sund, B., (1997). Teaching Science Through Discovery.
(33)
76
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
Costa, A. L. (1985). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASDC
Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Dayakisni, T. & Husnaidah. (2006). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
Del Rosario, Bernadete I. (2009). “Science, Technology, Society and
Environment (STSE) Approach in Environmental Science for
Nonscience Students in a Local Culture”. Liceo Journal of Higher
Education Research Science and Technology Section. 6, (1), 2094-1064 Depdiknas. (2002). Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata
Pelajaran Biologi. Jakarta: Depdiknas.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Ennis, R.H. (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum, Developing
Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASDC. Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga
Galib, La Maronta (2003). “Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam
Pembelajaran Sains di Sekolah”. Editorial Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan.
Gerungan. (1998). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco
Hake, R. (1998). Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A six-thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. Journal American Association of Physics Teacher. 66, (1), 64-74.
Hanaswati. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Pencemaran Air Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah Melalui Belajar Kooperatif. Tesis PPS UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.
Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. London: David Fulton Publisher. Hassoubah, Z. I. (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills.
(34)
77
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
Hulu, F. L. W. (2009). Penggunaan Praktikum Konfrontatif untuk Memfasilitasi Peningkatan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII pada Pokok Bahasan Organisasi Kehidupan. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Inch, E., Warnick, B., dan Endres, D. (2006) Fifth Edition, Critical Thinking and Communication: The Use of Argument. United States America: Pearson Education.
Jacobsen, A. D., dan Eggen, P. (2009). Methods for Teaching. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Johnson, E. (2012). CTL: Contextual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa Juniati. (2009). Peningkatan Aktivitas, Motivasi dan Hasil Belajar Peserta
Didik dengan Metode SETS di Kelas IX E SMP Negeri 3 Purworejo, Jawa Tengah Pada Konsep Energi dan Daya Listrik. Jurnal Berkala Fisika Indonesia. 2 (1), 16
Lee. M. K, and Erdogan, I. The Effect of Science Technology Society
Teaching on Students’ Attitude toward Science and Certain Aspects of
Creativity. International Journal of Science Education. 29, (11), 1315– 1327
Lang, H. R. & Evans, D. N. (2006). Models, Strategies, and Methods for Effective Teaching. USA: Pearson Education Inc.
Lestari, I., Fahriyanti, A., dan Rosiyanti A. (2010). “Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dalam Pembelajaran
Sistem Periodik dan Struktur Atom Kelas X SMA”. Jurnal Pendidikan
Jurusan FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia melalui Pendidikan Sains (Pidato pengukuhan Guru Besar Tetap IPA).
Bandung: UPI.
Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Grains in Physics: A Possible “Hidden Variable”
in Diagnostice Pretest Scores”. American Journal Physics. 70, (12),
1259-1286.
Morell, D. P. & Lederman, N. L. (1998). Students’ attitudes towards school
and classroom science: are they independent phenomena? Journal of School Science and Matemathics.
(35)
78
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
Poedjiadi, A. 2005. Sains Teknologi Masyarat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pressein, B. Z. (1985). Thinking Skills, meanings and Models, in Costa, A. L (ed) Developing Mind. A Resource book for Teaching Thinking 3rd Edition. Virginia: ASDC Alexandria.
Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Pusat Kurikulum. (2007). Model Kurikulum Pendidikan yang Menerapkan Visi
SETS (Science, Environment, Technology, And Society. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Pusat Kurikulum. (2007). Model-model Kurikulum Pendidikan yang Menerapkan Visi SETS. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rusmansyah dan Irhasyuryana. (2003). Implementasi Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Kimia di SMU Negeri Kota Banjarmasin. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 040,95-109.
Russefendi, T. E. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Rustaman, N.Y. et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sofyan, A., Fenonika, T., dan Milama, B. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Suanda, D. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
(36)
79
Maimunah, 2014
Penggunaan Model Pembelajaran Science Environment Technology and Society (SETS) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa
Sunarya, Y. (2001). Kimia untuk SMU Kelas II. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Sunarya, Y. (2002). Kimia Dasar 2 Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia Moderen. Bandung : Alkemi Grafisindo Press.
Suyanti, D. R. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Uno, H. B. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Walgito, B. (2002). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.
Widyatiningtyas, R. Pembentukan Pengetahuan Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam Pandangan Pendidikan IPA. Jurnal Pendidikan dan Budaya Educare. Tersedia [http://educare.e-fkipunla.net].
Yager, R. E. (1992). The STS Approach Parralels Constructivist Practices.
Science Education International Journal. 3, (2), 20
Yoruk, N., Morgil, I., and Secken, N. (2009). “The Effect of Science,
Technology, Society and Environment (STSE) Education on Students’
Career Planning”. US-China Education Review. 6, (8), 1548-6613.
Yoruk, N., Morgil, I., and Secken, N. (2010). “The Effect of Science,
Technology, Society and Environment (STSE) interactions on Teaching
Chemistry”. Natural Science. 2, (12), 1417-1424.
Zulfiani. (2003). Model Pembelajaran Teknologi DNA untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
(1)
74
2. Agar siswa merespon permasalahan yang diberikan guru pada awal pembelajaran, maka pada tahap pertama dengan model SETS (penyampaian situasi SETS) hendaknya guru menyajikan topik permasalahan yang lebih menarik dan kontekstual.
3. Untuk mengembangkan indikator kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah yang lebih baik, guru harus memilih dan menentukan metode, dan pendekatan yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran SETS. Diantaranya adalah dengan menggunakan metode proyek dan pendekatan inkuiri
(2)
DAFTAR PUSTAKA
A’Echavarria, P. (2011). Strategi Pengajaran Berpikir. Bandung: Erlangga. Ahmadi, A. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Akhyani, A. (2008). Model Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuiri Laboratorium untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Amin, M. (1994). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Metode Discovery and Inkuiri. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Anwar, M. (2010). Penerapan Pendekatan SETS (Science Technology and Social) pada Pembelajaran Fisika pada Diklat Guru Mapel Fisika MA. Apriana, E. (2002). Penerapan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
Dengan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Sikap dan Keterampilan Siswa SMU Menerapkan Konsep Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Aprijum. (2012). Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Arifin, M., et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Binadja, Achmad. (1999). “Pendidikan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) Penerapan pada Pengajaran”. Makalah pada Seminar Lokakarya Pendidikan SETS, Semarang.
Brady, J. E. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur. Edisi Kelima Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara
BSNP, (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2o Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta. Carin, A., & Sund, B., (1997). Teaching Science Through Discovery.
(3)
76
Costa, A. L. (1985). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASDC
Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Dayakisni, T. & Husnaidah. (2006). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
Del Rosario, Bernadete I. (2009). “Science, Technology, Society and Environment (STSE) Approach in Environmental Science for
Nonscience Students in a Local Culture”. Liceo Journal of Higher Education Research Science and Technology Section. 6, (1), 2094-1064 Depdiknas. (2002). Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata
Pelajaran Biologi. Jakarta: Depdiknas.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Ennis, R.H. (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum, Developing
Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASDC. Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga
Galib, La Maronta (2003). “Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam
Pembelajaran Sains di Sekolah”. Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerungan. (1998). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco
Hake, R. (1998). Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A six-thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. Journal American Association of Physics Teacher. 66, (1), 64-74.
Hanaswati. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Pencemaran Air Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah Melalui Belajar Kooperatif. Tesis PPS UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.
Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. London: David Fulton Publisher. Hassoubah, Z. I. (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills.
(4)
Hulu, F. L. W. (2009). Penggunaan Praktikum Konfrontatif untuk Memfasilitasi Peningkatan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII pada Pokok Bahasan Organisasi Kehidupan. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Inch, E., Warnick, B., dan Endres, D. (2006) Fifth Edition, Critical Thinking and Communication: The Use of Argument. United States America: Pearson Education.
Jacobsen, A. D., dan Eggen, P. (2009). Methods for Teaching. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Johnson, E. (2012). CTL: Contextual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa Juniati. (2009). Peningkatan Aktivitas, Motivasi dan Hasil Belajar Peserta
Didik dengan Metode SETS di Kelas IX E SMP Negeri 3 Purworejo, Jawa Tengah Pada Konsep Energi dan Daya Listrik. Jurnal Berkala Fisika Indonesia. 2 (1), 16
Lee. M. K, and Erdogan, I. The Effect of Science Technology Society
Teaching on Students’ Attitude toward Science and Certain Aspects of
Creativity. International Journal of Science Education. 29, (11), 1315– 1327
Lang, H. R. & Evans, D. N. (2006). Models, Strategies, and Methods for Effective Teaching. USA: Pearson Education Inc.
Lestari, I., Fahriyanti, A., dan Rosiyanti A. (2010). “Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dalam Pembelajaran
Sistem Periodik dan Struktur Atom Kelas X SMA”. Jurnal Pendidikan Jurusan FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia melalui Pendidikan Sains (Pidato pengukuhan Guru Besar Tetap IPA). Bandung: UPI.
Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Grains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostice Pretest Scores”. American Journal Physics. 70, (12), 1259-1286.
Morell, D. P. & Lederman, N. L. (1998). Students’ attitudes towards school and classroom science: are they independent phenomena? Journal of School Science and Matemathics.
(5)
78
Poedjiadi, A. 2005. Sains Teknologi Masyarat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pressein, B. Z. (1985). Thinking Skills, meanings and Models, in Costa, A. L (ed) Developing Mind. A Resource book for Teaching Thinking 3rd Edition. Virginia: ASDC Alexandria.
Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Pusat Kurikulum. (2007). Model Kurikulum Pendidikan yang Menerapkan Visi
SETS (Science, Environment, Technology, And Society. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Pusat Kurikulum. (2007). Model-model Kurikulum Pendidikan yang Menerapkan Visi SETS. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rusmansyah dan Irhasyuryana. (2003). Implementasi Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Kimia di SMU Negeri Kota Banjarmasin. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 040,95-109.
Russefendi, T. E. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Rustaman, N.Y. et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sofyan, A., Fenonika, T., dan Milama, B. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Suanda, D. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
(6)
Sunarya, Y. (2001). Kimia untuk SMU Kelas II. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Sunarya, Y. (2002). Kimia Dasar 2 Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia Moderen. Bandung : Alkemi Grafisindo Press.
Suyanti, D. R. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Uno, H. B. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Walgito, B. (2002). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.
Widyatiningtyas, R. Pembentukan Pengetahuan Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam Pandangan Pendidikan IPA. Jurnal Pendidikan dan Budaya Educare. Tersedia [http://educare.e-fkipunla.net].
Yager, R. E. (1992). The STS Approach Parralels Constructivist Practices. Science Education International Journal. 3, (2), 20
Yoruk, N., Morgil, I., and Secken, N. (2009). “The Effect of Science,
Technology, Society and Environment (STSE) Education on Students’ Career Planning”. US-China Education Review. 6, (8), 1548-6613.
Yoruk, N., Morgil, I., and Secken, N. (2010). “The Effect of Science, Technology, Society and Environment (STSE) interactions on Teaching
Chemistry”. Natural Science. 2, (12), 1417-1424.
Zulfiani. (2003). Model Pembelajaran Teknologi DNA untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.