ANALISIS KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI PERAN ORANG TUA : Penelitian Deskriptif terhadap anak tunarungu Kelas 1 SDLB Di SLB Prima Bhakti Mulia Cimahi.

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK

TUNARUNGU DITINJAU DARI PERAN ORANG TUA

( Penelitian Deskriptif terhadap anak tunarungu Kelas 1 SDLB

Di SLB Prima Bhakti Mulia Cimahi )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh :

AMILIA WAHYUNI 0900869

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

ANALISIS KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK

TUNARUNGU DITINJAU DARI PERAN ORANG TUA

( Penelitian Deskriptif terhadap anak tunarungu Kelas 1 SDLB

Di SLB Prima Bhakti Mulia Cimahi )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh :

AMILIA WAHYUNI 0900869

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(3)

ANALISIS KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI PERAN ORANG TUA

( Penelitian deskriptif terhadap anak tunarungu Kelas 1 SDLB di SLB Prima Bhakti Mulia Cimahi )

Oleh Amilia Wahyuni

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Amilia Wahyuni 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

(5)

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI PERAN ORANG TUA

(

Penelitian Deskriptif terhadap anak tunarungu Kelas 1 SDLB Di SLB Prima Bhakti Mulia Cimahi )

Anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam mendengar sehingga memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek dalam dirinya. Salah satunya adalah pada kemampuan bahasanya. Akibat dari ketidakberfungsian organ pendengaran, sehingga individu tunarungu tidak dapat mengakses bunyi bahasa dengan kata lain sulit bagi anak tunarungu memperoleh pengalaman bahasa. Akan tetapi, masalah serta keterbatasan itu dapat diupayakan dengan diberikan pelayanan berupa intervensi dini, program layanan di sekolah dan peran terpenting adalah keluarga khususnya orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Sebagaimana anak normal lain pada umumnya, anak tunarungu juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan fase perkembangannya. Namun, dalam perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri anak dan faktor ekternal yang berasal dari luar diri anak yaitu keluarga khususnya orang tua. Faktor yang berasal dari luar diri anak inilah yang juga memiliki peran penting dalam mengembangkan kemampuan berbahasa. Melalui studi pendahuluan dan tes yang diberikan kepada anak dan rekomendai dari guru kelas, kemudian dilakukan pengamatan terhadap kemampuan berbahasa pada tiga anak dari siswa kelas I SDLB SLB-B Prima Bhakti Mulia Cimahi yang memiliki tingkat kemampuan berbahasa yang berbeda diantara ketiganya. Dari masalah tersebut, melalui penelitian ini peneliti ingin mengungkap mengenai peran orang tua dalam mengembangankan kemampuan berbahasa pada masing-masing anak tersebut. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa anak akan memiliki kemampuan berbahasa yang baik jika didukung oleh peran orang tua yang baik pula dalam mengupayakan perkembangan bahasa anak, begitu pula sebaliknya. Peran orang tua yang kurang akan mempengaruhi kemampuan bahasa anak pun menjadi kurang. Rekomendasi dari penelitian ini khususnya kepada orang tua yaitu agar hasil penelitian ini menjadi sumber bahan evaluasi dan masukan tentang bagaimana upaya yang seharusnya dilakukan untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak tunarungu. Kata Kunci : Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu, Peran Orang Tua


(6)

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstract

analysis ability tunarungu review of the speaking roles parents

( research descriptive against children tunarungu 1st class in sdlb slb prima bhakti mulia cimahi )

Deaf children have hearing limitations in so it has an impact on various aspects of himself. One of them is on the ability of its language. The result of the auditory organ malfunctions, allowing deaf individuals cannot access the sound language in other words difficult for deaf children language gain experience. However, problems and limitations that can be supported by a given form of early intervention services, school services program and the most important is the role of the family in particular parents in developing children's language proficiency. As other normal children in General, deaf children also experienced growth and development according to the phases of its development. However, in its development is influenced by several factors, namely the internal factors that come from deep within the child and ekternal factors from outside the family, especially the children themselves parents. Factors that are coming from outside this child self and also have an important role in developing the ability to speak. Through the introduction and study of the test given to children and the rekomendai of the classroom teacher, then conducted observation of language proficiency on three children from Grade I SDLB SLB-B Prima Mulia Bhakti Cimahi which has different levels of language proficiency among the three. Of the issue, through this research researchers want to reveal about the role of parents in the cultivate our language proficiency on each child. The approach used was qualitative research with a descriptive method. This research resulted in the conclusion that the child will have a good language proficiency if supported by good parents role in seeking child's language development, and vice versa. The role of the old man who less will affect language child has become less.Recommendations of the research was particularly to parents namely to this research result be a source of materials evaluation and input about how the efforts should be done to develop the ability of language deaf children.


(7)

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah Penelitian ... 7

C. Pertanyaan Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Struktur Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Tentang Anak Tunarungu ... 10

1. Pengertian Anak Tunarungu ... 10

2. Karakteristik Anak Tunarungu ... 12

3. Klasifikasi Anak Tunarungu ... 15

B. Konsep Dasar Bahasa ... 17

1. Pengertian Bahasa ... 18

2. Ragam dan Perkembangan Bahasa ... 18

C. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Tunarungu ... 26

1. Pengertian Peran Orang Tua ... 26

2. Fungsi Orang Tua sebagai Pendidik Dalam Keluarga ... 27

3. Peran Orang Tua dalam pendidikan Anak Tunarungu ... 29

4. Pentingnya Pengembangan Bahasa Sejak Dini ... 31

5. Masalah yang dihadapi orang tua anak tunarungu ... 33


(8)

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian Analisis ... 34

2. Teknik menganalisis kemampuan berbahasa ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Metode Penelitian ... 37

B. Subjek dan Tempat Penelitian ... 38

1. Subjek Penelitian ... 38

2. Tempat Penelitian ... 38

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 40

1. Teknik Pengumpulan Data ... 40

2. Instrumen Penelitian ... 42

D. Prosedur Penelitian ... 44

1. Tahap Pra Lapangan ... 44

2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 45

3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data ... 47

4. Tahap Analisis dan Penafsiran Data ... 47

E. Pengujian Keabsahan Data ... 47

1. Perpanjangan Pengamatan ... 47

2. Triangulasi ... 48

3. Member Check ... 48

F. Pengolahan dan Teknik Analisis Data ... 49

1. Reduksi Data ... 49

2. Penyajian Data ... 50

3. Penarikan Kesimpulan ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian ... 51

1. Hasil tes ... 51

2. Hasil wawancara ... 71

B. Pembahasan ... 80


(9)

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 88

1. Bagi Orang Tua ... 88

2. Bagi Guru ... 88

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(10)

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keterampilan Bahasa ... 18

Tabel 3.1 Data Subjek Siswa ... 39

Tabel 3.2 Data Subjek Orang Tua Siswa ... 39

Tabel 3.3 Data Subjek Guru ... 39

Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen penelitian ... 43

Tabel 4.1 Kemampuan TY menunjukkan ... ... 51

Tabel 4.2 Kemampuan TY mengucapkan ... 53

Tabel 4.3 Kemampuan TY menuliskan ... 55

Tabel 4.4 Matriks Kemampuan berbahasa TY ... 57

Tabel 45 Kemampuan DN menunjukkan ... ... 58

Tabel 4.6 Kemampuan DN mengucapkan ... 60

Tabel 4.7 Kemampuan DN menuliskan ... 62

Tabel 4.8 Matriks Kemampuan berbahasa DN ... 63

Tabel 4.9 Kemampuan AZ menunjukkan ... ... 64

Tabel 4.10 Kemampuan AZ mengucapkan ... 66

Tabel 4.11 Kemampuan AZ menuliskan ... 68


(11)

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia yang berpendengaran normal memiliki latar belakang kemampuan mempersepsi bunyi-bunyian. Dimana bunyi-bunyian memberikan arti yang amat penting bagi manusia untuk terus menerus berinteraksi dengan orang lain di sekelilingnya. Peristiwa interaksi tersebut dapat terjadi karena masing-masing mendapatkan akses melalui pendengarannya serta saling mengerti dan memahami makna yang dikomunikasikan dalam interaksi tersebut.

Seperti yang kita ketahui, bahwa keterampilan berbahasa seringkali ditentukan oleh seberapa sering seseorang mendengar orang lain berbicara. Manusia belajar bahasa/bicara dengan cara meniru kata-kata sebagai hasil dari kemampuan mendengar dari lingkungannya. Karena, pemerolehan dan perkembangan kemampuan berbahasa dalam prosesnya banyak dipengaruhi oleh sedikit banyaknya akses bunyi dari lingkungan, khusus nya akses bunyi bahasa yang diperoleh dan berkembang di lingkungannya. Namun lain hal nya dengan anak tunarungu, dimana anak tunarungu mengalami gangguan pada fungsi pendengaran yang memberikan dampak kepada individu yang mengalaminya.

Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mengakses bunyi bahasa yang terjadi di lingkungannya. Akibat dari ketidakmampuan menggunakan fungsi pendengaran dengan baik maka berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak tunarungu menjadi sangat minim dan juga keterampilan berbicaranya menjadi terhambat. Hal tersebut disebabkan oleh bunyi-bunyi di lingkungannya tidak memberi pengaruh kepadanya dan modalitas utama untuk melakukan peniruan pola-pola bunyi bahasa tidak dimilikinya, artinya kemampuan pendengarannya tidak cukup untuk mengakses pola bunyi bahasa di lingkungannya.


(12)

2

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ketunarunguan juga memberi pengaruh terhadap bidang perkembangan kemampuan komunikasi seseorang yang mengalaminya. Adapun masalah yang dihadapi anak tunarungu adalah terhambatnya komunikasi dengan lingkungan. Hal ini disebabkan karena masyarakat kurang mengerti komunikasi anak tunarungu. Komunikasi mengandung makna yang luas, melalui komunikasi manusia mampu menciptakan interaksi dua arah dengan sesamanya. Sedangkan untuk menciptakan interaksi digunakan bahasa untuk memperlancar komunikasi, dengan menggunakan bahasa anatar pemberi pesan dan penerima pesan akan saling memahami apa yang di maksud. Seperti yang dikatakan Henry Guntur Tarigan (1994:78), bahwa: “ ... adalah suatu kenyataan bahwa manusia menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital. Bahasa adalah suatu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya di dunia ini“.

Uraian tersebut mengandung makna bahwa bagaimana keterlibatan antara kedua manusia untuk berkomunikasi. Dapat kita menduga apa yang terjadi seandainya salah satu diantara pelaku komunikasi mengalami hambatan, atau penerima pesan kurang/tidak dapat menangkap pesan. Maka yang terjadi adalah penyampai dan penerima pesan mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Dengan memperhatikan kondisi anak tunarungu yang mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicaranya sebagai akibat ketidakberfungsian sebagian atau seluruh alat pendengarannya, maka diperlukan perhatian dan pelayanan dalam pemanfaatan sisa pendengarannya. Sisa pendengaran yang ada dilatih untuk terbiasa mengenal bunyi bahasa bagi kepentingan perkembangan kemampuan berbahasa nya. Untuk dapat berbahasa, baik secara resepstif (menerima bahasa orang lain) maupun ekspresif (yang bersifat menyatakan/menyampaikan) tidak luput dari proses belajar, begitu pula bagi anak tunarungu. Seperti dikemukakan Edja Sadja’ah (2008:39) bahwa,


(13)

3

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

... Agar anak yang mengalami gangguan pendengaran dapat berbahasa lisan mendekati kemampuan orang yang mendengar, mereka perlu dilatih kemampuan sisa-sisa pendengarannya sehingga dapat dioptimalkan untuk mengakses bunyi bahasa dan perlu diberikan pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan cara pengucapannya, dan apabila ini sulit dilakukan maka orang yang mengalami gangguan pendengaran akan mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa lisannya.

Perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal yaitu faktor dalam diri anak sendiri juga faktor eksternal yaitu faktor di luar diri anak dalam hal ini keluarga/orang tua. Lingkungan keluarga terutama orang tua merupakan faktor yang mempunyai peran penting dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak. Orang tua merupakan lingkungan pertama bagi anak dimana anak belajar segala hal sebelum anak mendapatkan pembelajaran formal. Orang tua berperan memelihara anak-anaknya dengan cara mendidik, menanamkan budi pekerti yang baik, mengajarinya akhlak-akhlak yang mulia melalui keteladanan dari orang tuanya, dan juga berusaha memenuhi kebutuhan anak baik lahir maupun batin secara proporsional sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi anak.

Mendidik dan memberikan tuntunan merupakan sebaik-baik hadiah dan perhiasan paling indah yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Sudah menjadi keharusan bagi orang tua memberikan kontribusi secara aktif dan positif dalam membentuk kualitas anak baik secara intelektual, emosional, maupun spiritualnya. Sama halnya dengan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, merawat, mendidik, dan mengasuh anak ini memiliki tantangan tersendiri, dan tidak dapat disamakan dengan orang tua lainnya. Tantangan ini dapat diartikan bahwa tidaklah ada orang tua yang dipersiapkan menjadi orang tua anak berkebutuhan khusus. Dalam mendidik, mengasuh, dan merawat anak, ada hal yang perlu diperhatikan orang tua yaitu mengenai tahap perkembangan anak. Setiap anak memiliki tahap pertumbuhan dan perkembangan yang memerlukan perhatian dari


(14)

4

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

orang tua agar bisa mencapai tahap perkembangan yang optimal, terutama di periode emas kehidupan anak. Adapun perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak, hal ini merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput juga dari perhatian orang tua. Oleh sebab itu adanya peran orang tua dalam perkembangan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu memiliki pengaruh yang sangat besar.

Peran serta orang tua dalam pemerolehan dan perkembangan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu menjadi faktor yang sangat penting. Karena orang tua adalah pengelola dini juga sebagai orang yang pertama dan utama bagi anak dirumah, yang paling dekat dan sering berada dalam kebersamaan dengan anak. Selain itu, pemerolehan bahasa pertama pun di dapat anak dilingkungan keluarga, oleh karena itu peran aktif orang tua dalam pemberian stimulus dapat mendorong anak untuk lebih meningkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas kemampuan bicara dan bahasanya. Selain itu, pengembangan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu dengan orang tua tidak akan berlangsung efektif tanpa didukung pengetahuan, keterampilan, serta kesiapan dari orang tua. Hal ini penting karena dalam mengenali anak tunarungu dibutuhkan keterampilan dalam memberikan stimulasi serta keteliitian dalam mengamati respon yang diberikan anak. Jika berbicara tentang komunikasi, seperti yang kita ketahui bahwa komunikasi anak tunarungu sangat tergantung pada komunikasi non-verbal yaitu gerak tubuh dan ekspresi wajah. Gerak tubuh dan ekspresi wajah sangat membantu mereka untuk mengerti apa yang disampaikan. Dalam kaitannya dengan interaksi komunikasi bersama anak tunarungu, orang tua dituntut untuk mampu memahami bentuk komunikasi anak tunarungu. Meskipun komunikasi yang dilakukan anak tunarungu tidak berbentuk bahasa verbal, sangat penting untuk orang tua dapat memahami apa yang dimaksudnya bahkan hal itu merupakan kesempatan untuk mengajarkan bahasa kepada anak.


(15)

5

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemberian bahasa oleh orang tua di rumah sejak dini/sejak anak diketahui mengalami hambatan fungsi pendengaran menjadi hal yang dapat memberikan kemajuan berarti pada perkembangan bahasa anak selanjutnya.

Sikap orang tua juga menjadi tolak utama dalam menjalankan peran sebagai pendidik anak tunarungu. Setiap orang tua pasti tidak pernah membayangkan bahwa anaknya akan menyandang predikat anak luar biasa atau berkelainan. Masa-masa yang paling kritis dalam kehidupan orang tua adalah ketika mereka harus mengakui bahwa anaknya berkelainan dalam hal ini ketunarunguan. Keadaan tersebut akan menimbulkan berbagai macam reaksi. Beberapa diantaranya akan berusaha menghindari dari kenyataan ini, seperti dengan menyembunyikan anak tersebut. Tetapi ada juga yang berhati mulia menghadapi kenyataan bahkan sekaligus memikirkan masa depan anak tersebut.

Penting untuk disadari bahwa penerimaan yang secepatnya dari orang tua terhadap kelainan anaknya serta membuat rencana untuk masa depan anaknya adalah merupakan suatu kebijakan yang paling besar. Baik untuk kebahagiaan anak itu sendiri maupun untuk orang tua atau keluarganya. Sikap positif yang dituntut dari orang tua adalah sikap menerima sebagaimana adanya yaitu sikap yang bijaksana yang mencerminkan ketulusan terhadap kehendak ilahi, sehingga dapat mengasuh dan mendidik anak tunarungu. Sikap menerima tidak berarti menyerah kepada nasib dirinya maupun anaknya tanpa memikirkan dan merencanakan prospek kehidupan masa depan anaknya. Sikap menerimajustru mendorong motivasi untuk merencanakan kesejahteraan kehidupan lahir dan batin yang layak sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya sebagai individu, sebagai anggota keluarga, maupun sebagai anggota masyarakat.

Ada persepsi lain bahwa pada awalnya banyak orang tua yang bersikap kurang bisa menerima ketika anaknya divonis mengalami hambatan pendengaran atau tunarungu. Biasanya sikap yang muncul


(16)

6

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah sikap menolak dan tidak mau menerima terhadap kekurangan anaknya. Bahkan kadangkala orang tua atau keluarga saling menyalahkan dan saling tuding sehingga akan menimbulkan kekacauan baru berupa keretakan rumah tangga. Adapula sikap orang tua terhadap anak yaitu sikap terlalu melindungi (over protection) dan semua gerak anak selalu diawasi.Seiring dengan berkembangnya anak, maka kesulitan lainnya yang muncul adalah masalah penciptaan bahasa bagi anak.

Selanjutnya, diadaptasi dari kutipan Sagap Korompot (2002:2) yang mengemukakan bahwa,

Secara umum masalah yang dihadapi orang tua yang memiliki anak tunarungu adalah kebanyakan orang tua ketika awal mengetahui anak nya mengalami gangguan pada fungsi pendengaran adalah sulit mengenali gangguan pendengaran yang dialami anak dan orang tua pun akan merasa bingung apa yang harus dilakukan terhadap kondisi anak.

Hal ini menyebabkan orang tua tidak menyadari perkembangan bahasa yang dilalui oleh anak, karena kurangnya pemahaman tentang tahapan-tahapan perkembangan bahasa. Sehingga orang tua tidak menyadari hambatan perkembangan bahasa anak tunarungu.

Dari hasil studi pendahuluan terhadap 3 anak tunarungu A, B, dan C dimana anak A memiliki kemampuan bahasa baik, anak B memiliki kemampuan bahasa sedang, dan anak C memiliki kemampuan bahasa kurang. Adapun pada anak yang memiliki kemampuan bahasa kurang, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pemahaman orang tua tentang perannya dalam mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu. Akibat dari kurangnya pemahaman tersebut, orang tua terkadang merasa kebingungan untuk menciptakan situasi komunikasi efektif bersama anak sehingga antara orang tua dan anak pun tidak saling mengerti maksud dari apa yang diungkapkan anak. Oleh karena itu, apabila masalah itu tidak ditangani sedini mungkin maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa anak baik


(17)

7

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara Reseptif maupun Ekspresif menjadi kurang optimal. Sehingga, anak akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Berpijak pada permasalahan tersebut, melalui studi ini peneliti terdorong untuk mencoba menggali dan menganalisis dengan membandingkan peran orang tua dalam pemerolehan dan pengembangan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah “Bagaimana peran orang tua dalam pengembangan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu”.

C. Pertanyaan Penelitian

Dari fokus penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti merincinya menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan berbahasa anak tunarungu ?

2. Apa hambatan yang dihadapi orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu ?

3. Bagaimana upaya orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu ?

D. Tujuan

Melalui penelitian ini penulis merumuskan tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan berbahasa anak tunarungu dikaitkan dengan peran orang tua dalam pemerolehan dan pengembangan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan berbahasa anak tunarungu.


(18)

8

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Untuk mengidentifikasi hambatan yang di hadapi orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu.

c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu.

E. Manfaat

1 Manfaat Praktis a. Bagi Orang tua

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan, informasi, inspirasi dan masukan bagi orang tua khususnya dalam upaya mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu.

b. Bagi Sekolah

Sebagai bahan kajian, masukan dan pertimbangan bagi sekolah dalam hal ini khususnya guru-guru untuk memberikan pengetahuan kepada orang tua siswa tunarungu dalam proses mengembangkan kemampuan berbahasa, sehingga apa yang diajarkan di sekolah dapat di lanjutkan oleh orang tua dirumah.

2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini akan memberi manfaat yang sangat berharga khusunya bagi peneliti berupa pengetahuan dan pengalaman praktis dalam penelitian ilmiah. Sekaligus dapat dijadikan referensi ketika mengamalkan ilmu di lapangan.

F. Struktur Penulisan

Dalam struktur organisasi skripsi ini berisi rincian tentang urutan penulisan skripsi dari setiap bab dan bagian bab, yaitu:


(19)

9

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah dalam penelitian ini, fokus dari penelitian ini, tujuan penelitian dari penelitian ini yang di bagi dua menjadi tujuan umum dan tujuan khusus penelitian, manfaat penelitian ini, dan struktur organisasi skripsi ini.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, yang terdiri dari landasan teori anak tunarungu seperti pengertian anak tunarungu, klasifikasi anak tunarungu, dan karakteristik anak tunarungu. Selain itu, landasan teori tentang pemerolehan dan perkembangan bahasa anak tunarungu, kemampuan berbahasa anak tunarungu. Dalam bab ini juga dijelaskan tentang peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak tunarungu mulai dari upaya apa saja yang dilakukan orang tua, hambatan yang dihadapi orang tua sampai dengan cara orang tua menghadapi hambatan yang dihadapi dalam pengembangan kemampuan berbahasa anak tunarungu.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang metode yang di gunakan dalam penelitian, termasuk pendekatan yang digunakan, subjek dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, teknik pemeriksaan keabsahan data, serta pengolahan dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dijelaskan hasil dari penelitian yang dilakukan, serta pembahasannya berupa analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu dan upaya yang dilakukan orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak tunarungu.


(20)

10

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini dijelaskan kesimpulan dari penelitian, serta saran bagi peneliti, pihak sekolah, dan orang tua pada khususnya dan pembaca pada umumnya.


(21)

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan pertimbangan bahwa masalah yang diteliti adalah gejala sosial yang nampak, hal tersebut sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2001:64) bahwa,

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan fakta-fakta dari hasil pengamatan empiris di lapangan dan mengkaji secara mendalam berdasar teori-teori yang mendukung maupun berdasarkan pengalaman-pengalaman.

Gejala sosial yang nampak dan yang akan ditemui oleh penulis merupakan sumber penelitian seperti Peran Orang Tua dalam perkembangan kemampuan berbahasa anak tunarungu merupakan satu hal yang hasilnya tidak dapat di hitung oleh angka-angka namun hanya dapat dideskripsikan melalui kata-kata.

Sedangkan pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2009:1) :

Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang biasa disebut juga dengan penelitian naturalistik karena penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), digunakan untuk mendapatkan data yang mendlam dan mengandung makna. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif juga tidak dipandu oleh teori namun dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan dan kemudian di deskripsikan oleh peneliti. Oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktfberdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikontruksikan menjadi hipotesis dan teori.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Meneliti subjek yang bersifat alamiah tanpa ada perlakuan (sebagai lawannya adalah eksperimen)


(22)

38

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Data bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan lebih banyak dalam bentuk kata-kata (deskripsi) dan /atau gambar dibandingkan angka-angka 3. Peneliti bertindak sebagai instrumen utama atau instrumen kunci

4. Hasil penelitian lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi

B. Subjek dan Tempat Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penentuan subjek dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Sugiyono (2009;54) menjelaskan makna dari teknik Purposive Sampling, yaitu,

Pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau orang tersebut sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.

Melalui teknik Purposive Sampling ini peneliti menjadikan guru lebih tepat nya wali kelas 1 SDLB B di SLB B Prima Bhakti Mulia Cimahi sebagai orang yang paling tahu siapa saja anak tunarungu yang memiliki kemampuan berbahasa bagus, sedang, dan kurang. Sehingga, didapatkan 3 anak dengan inisial TY, DN, AZ sebagai nominasi dari wali kelas maka kemudian peneliti mengadakan pengamatan langsung dan memberikan tes untuk memastikan nominasi tersebut sesuai atau tidak untuk dijadikan subjek penelitian. Melalui hasil pengamatan dan tes ternyata didapat hasil bahwasanya ke 3 nominasi tersebut memenuhi kriteria yang akan di jadikan subjek penelitian. Kemudian orang tua dari ke 3 nominasi tadi yang akan juga dimintai keterangan/ dwawancarai secara mendalam mengenai peran mereka dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak tunarungu.

Selain itu, karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber untuk mengecek keabsahan data maka peneliti mencoba pula mewawancarai wali kelas dari 3 nominasi tadi dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sebagai pembanding untuk kesesuaian data.


(23)

39

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun data subjek penelitian, orang tua subjek penelitian, dan guru kelas adalah sebagain berikut :

Tabel 3.1 Data Subjek Siswa

No Nama Inisial Jenis Kelamin Kelas Keterangan

1 TY Perempuan 1

2 DN Laki-laki 1

3 AZ Laki-laki 1

Tabel 3.2

Data Subjek Orang Tua Siswa

No Nama Inisial Jenis Kelamin Keterangan

1 DT Perempuan

2 NR Perempuan

3 DA Perempuan

Tabel 3.3 Data Subjek Guru

No Nama

Inisial

Jenis

Kelamin Status

Lama Mengajar

Pendidikan Terakhir

1 SR Perempuan Guru/

wali kelas 1


(24)

40

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SLB Prima Bhakti Mulia Cimahi. yang beralamat di Jl. Budi 123 Rt 006/13 Pasirkaliki, Cimahi Utara Kota Cimahi dan rumah subjek/responden.

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian maka digunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara :

a.Observasi langsung

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau prilaku obyek sasaran saat ini. Hal tersebut selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lexy J. Moleong (2007:174) bahwa,

“Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan

yang langsung diperoleh dari data.”

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan berbahasa anak tunarungu. Observasi dilakukan peneliti ketika proses kegiatan belajar mengajar di kelas juga di lingkungan sekolah. Observasi peneliti lakukan dalam hal ini bertujuan untuk memotret, melihat, dan memastikan perilaku subjek penelitian apakah sesuai dengan rekomendasi guru. Selain itu, observasi ini juga dijadikan catatan tersendiri bagi peneliti mengenai hal baru yang diperoleh yang kemudian dikaitkan dengan masalah yang akan diteliti.


(25)

41

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Secara operasional tes dapat didefinisikan sejumlah tugas yang harus

dikerjakan oleh yang dites”. Moleong (2007:183).

Tes dilakukan untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek kemampuan seseorang dengan menggunakan pengukuran yang menghasilkan suatu deskriptif kuantitatif tentang aspek yang diteliti. Dalam penelitian ini dilakukan tes kemampuan bahasa Reseptif dan Ekspresif kepada 3 subjek penelitian yang dibagi ke dalam beberapa indikator soal.

c.Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak peneliti sendiri sebagai instrumen dan diberikan terhadap responden. Kedudukan kedua pihak secara berbeda ini terus berlangsung selama proses tanya jawab, pada wawancara. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahmat Fathoni (dalam Moleong. 2007:105) bahwa, “Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai”.

Wawancara ini dilakukan dengan guru (pihak sekolah) dan orang tua siswa khususnya sebagai responden dalam penelitian ini. Adapun aspek yang ingin diungkap melalui wawancara ini yaitu dimensi atau aspek dari peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Dimensi-dimensi tersebut nantinya akan menggambarkan bagaimana upaya yang dilakukan orang tua, adakah hambatan yang ditemui, dan bagaimana upaya mengatasi hambatan tersebut. Adapun wawancara juga dilakukan dengan guru kelas yang bertujuan untuk mengungkap kemampuan bahasa pada ketiga subjek penelitian.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara terstruktur. Menurut Moleong (2007;190), “Wawancara terstruktur yaitu wawancara


(26)

42

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang pewawancaranya (interviewer) menetapkan sendiri masalah- masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan”.

Dalam hal ini peneliti membuat pedoman wawancara sesuai dengan informasi data yang akan diungkap dari responden. Namun, jika terdapat hal lain pada saat wawancara terdapat data yang perlu diungkap dari orang yang diwawancarai maka peneliti langsung melakukan wawancara dengan pertanyaan yang tidak terdapat dalam pedoman wawancara yang telah dibuat (emergency).

d. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa berbentuk tulisan catatan peristiwa yang berbentuk tulisan, gambar maupun rekaman audio visual dari sumber data. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009;329) bahwa,

Dokumen sendiri terdiri dari tulisan seperti buku harian, surat surat dan dokumen resmi. Dalam studi dokumentasi ini peneliti memanfaatkan segala sumber data yang telah disebutkan di atas (jika ada) sebagai penambah dan penjelas data yang diperoleh peneliti lewat observasi dan wawancara.

2.Instrumen Penelitian

Pencapaian suatu kegiatan memerlukan berbagai penunjang. Salah satu diantaranya adalah berupa alat/instrumen yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat digunakan sebagai alat/instrumen penelitian. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Lexy J. Moleong (2007:9) sebagai berikut:

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.


(27)

43

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kutipan di atas menggambarkan fungsi peneliti sebagai alat penelitian. Dengan demikian yang berfungsi sebagai instrumen penelitian adalah diri peneliti sendiri dengan mempertimbangkan bahwa peneliti sebagai instrumen mudah menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi yang ada di lapangan. Untuk mempermudah dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti dilengkapi dengan perangkat pedoman observasi, pedoman wawancara, studi dokumentasi.

Berikut adalah kisi-kisi umum instrumen penelitian yang peneliti buat dengan tujuan agar dapat memudahkan pelaksanaan penelitian di lapangan

Tabel 3.4

Kisi-kisi umum instrumen penelitian

No. Fokus Penelitian Tujuan

Teknik Pengumpulan

Data

Sumber Data 1. Gambaran Kemampuan

Berbahasa Anak

Tunarungu secara Reseptif dan Ekspresif

Untuk mengetahui bagaimana gambaran kemampuan berbahasa anak tunarungu baik secara Reseptif maupun Ekspresif  Tes  Wawancara  Dokumentasi Subjek TY, DN, dan AZ

Guru kelas

2. Gambaran hambatan yang dihadapi orang

tua dalam

mengembangkan kemampuan berbahasa

Untuk mengetahui gambaran

hambatan yang dihadapi orang

 Wawancara

 Dokumentasi

 Catatan Lapangan

Orang Tua TY, DN, dan AZ


(28)

44

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada anak tunarungu secara Internal dan Eksternal

tua dalam

mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu baik secara Internal maupun Eksternal

3. Gambaran upaya orang tua dalam mengatasi hambatan

mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu secara Internal dan Eksternal

Untuk mengetahui gambaran

tentang upaya yang dilakukan orang tua dalam mengatasi hambatan

mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu baik secara Internal maupun Eksternal

 Wawancara

 Dokumentasi

 Catatan Lapangan

Orang Tua TY, DN, dan AZ

D. Prosedur Penelitian

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Moleong (2007:127-151) bahwa, “secara garis besar tahapan penellitian dimulai dari tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan sampai dengan tahap penganalisisan


(29)

45

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Tahap Pra Lapangan

a) Menyusun Rencana Penelitian

Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses penelitian. Masalah yang diajukan dalam sebuah proposal dengan urutan rancangan penelitian ini dibuat untuk memenuhi syarat untuk melakukan penelitian dengan melewati kegiatan seminar agar dapat diketahui kelayakan untuk melakukan penelitian.

b) Memilih Lapangan Penelitian

Proses pemilihan masalah penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti pada bagaimana peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak tunarungu.

c) Mengurus Perizinan

Pengurusan perizinan yang bersifat administratif dilakukan dengan memulai dari tingkat Jurusan, Fakultas, tingkat Universitas, Kesbangpol, sampai dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, dan terakhir ke SLB Prima Bhakti Mulia Cimahi sebagai tempat penelitian dilakukan. d) Menyiapkan Peralatan Penelitian

Pada tahap ini peneliti berusaha menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan selama berada di lapangan dengan maksud untuk memperjelas dan mempermudah melakukan kegiatan pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian. Adapun perlengkapan tersebut anatara lain ialah instrumen penelitian yang terdiri atas pedoman wawancara, pedoman observasi, pedoman tes dan media yang mendukung penelitian seperti penyediaan kamera sebagai alat dokumentasi dan handphone sebagai alat perekam wawancara.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan a) Memahami Latar Penelitian

 Pembatasan penelitian. Pemahaman latar penelitian menjadi sangat penting, sehingga upaya dan cara dalam pengumpulan data menjadi


(30)

46

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

efektif. Adapun latar penelitian ini dibatasi pada lokasi dimana kasus berada.

 Penampilan. Dalam melakukan penelitian, peneliti juga sangat memperhatikan penampilan. Karena penelitian ini dilakukan dan berhubungan dengan pihak orang tua, maka peneliti berusaha untuk tampil dengan sopan, formal dan senantiasa ramah.

 Pengenalan hubungan peneliti di lapangan. Penelitian ini bersifat langsung tanpa berperan serta, maka peneliti berusaha agar hubungan dengan lingkungan yang ada di lokasi penelitian tetap penuh keakraban, tanpa mempengaruhi situasi dan perilaku alami yang ada di lokasi penelitian.

 Jumlah waktu studi. Peneliti mengalokasikan waktu di lapangan selama tiga minggu, diharapkan dengan jumlah waktu yang sangat terbatas ini berbagai informasi juga data-data yang diperlukan dapat terkumpul dan diperoleh dengan baik.

b) Memasuki lapangan

 Keakraban hubungan. Keakraban hubungan peneliti dengan lingkungan sosial di lokasi penelitian selalu dijaga dengan baik oleh peneliti, agar mempermudah peneliti dalam memperoleh berbagai informasi dan data-data yang dibutuhkan .

 Peranan peneliti. Peran peneliti dalam aktivitas yang ada di lokasi penelitian tidak besar. Karena penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung tanpa berperan serta, sehingga peneliti menghindari peran serta langsung karena dikhawatirkan hal tersebut akan mempengaruhi kondisi dan perilaku yang terjadi di lokasi penelitian.

 Berperan serta dan Mengumpulkan Data :

1) Pengarahan Batas Studi. Pengarahan batas studi dilakukan dengan memperhatikan batasan masalah dan fokus penelitian yang diteliti, yaitu bagaimana peran orang tua dalam pengembangan kemampuan


(31)

47

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbahasa pada anak tunarungu berikut dengan upaya yang dilakukan orangtua, hambatan yang dihadapi orang tua, sampai kepada cara menghadapi hambatan yang dihadapi. Pengarahan studi ini menjadi penting, agar pada saat berada di lokasi penelitian, peneliti tidak terjebak pada masalah-masalah yang berada di luar fokus masalah penelitian.

2) Mencatat Data. Pencatatan data dilakukan pada saat di lapangan dan sesudah pengumpulan data dari lapangan, baik pada saat kegiatan wawancara, observasi atau pada saat pengumpulan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data

Pada tahap pemeriksaan keabsahan data peneliti melakukan dengan tiga teknik yaitu teknik Triangulasi, member check, dan perpanjangan pengamatan.

4. Tahap Analisis dan Penafsiran Data

Pada tahap terakhir adalah analisis. Pada tahap ini peneliti melakukan reduksi data, penyajian data dan terakhir adalah penarikan kesimpulan data dan verifikasi.

E. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data digunakan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kepercayaan atau kredibilitas dari data yang diperoleh. Adapun pengujian keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perpanjangan pengamatan, triangulasi sumber melalui teknik wawancara kepada beberapa sumber dan member check.

1.Perpanjangan Pengamatan

“Perpanjangan Pengamatan artinya peneliti kembali lagi kelapangan untuk melakukan wawancara atau pengamatan lagi


(32)

48

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan sumber data yang pernah ditemui ataupun yang baru”. (Sugiyono,2009:122)

Dengan perpanjangan pengamatan berarti diharapkan hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk semakin akrab, semakin terbuka, dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang tersembunyikan. Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih merasa malu, belum terlalu terbuka, takut menyinggung, dan menyita waktu subjek penelitian serta orang-orang yang akan memberikan data. Dengan perpanjangan pengamatan inilah peneliti nantinya akan mengecek data yang telah diperoleh, dan jika data yang diperoleh tidak sesuai dengan data yang sebenarnya maka peneliti akan terus melakukan penelitian secara luas dan mendalam sehingga data yang diperoleh benar benar sama dengan data seharusnya yang ada di lapangan. 2.Triangulasi

“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. (Moleong, 2007:178)

Triangulasi yang peneliti gunakan disini adalah triangulasi sumber data, yaitu didapat dari beberapa sumber melalui teknik wawancara seperti wawancara yang dilakukan terhadap Ayah, Ibu, dan juga kepada wali kelas subjek. Kemudian data tersebut dideskripsikan, dikategorisasikan antara pandangan yang sama dan beda juga dilihat data mana yang lebih spesifik dari ketiga sumber data tadi. Data kemudian dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan

member check kepada ketiga sumber tadi.


(33)

49

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah melakukan Triangulasi melalui teknik wawancara, kemudian data tersebut dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda, dan mana spesifik dari ketiga sumber data tersebut. Data kemudian dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber tersebut. Jika ketiga sumber tersebut tidak menerima atau tidak menyepakati hasil penelitian karena dianggap jauh berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya maka peneliti mengadakan diskusi kesepakatan yang lebih lanjut dengan ketiga pemberi sumber data tersebut. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:129) :

Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaan nya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data

F. Pengolahan dan Teknik Analisis Data

Analisa data yang dilakukan penulis adalah dimulai dari awal hingga akhir penelitian. Nasution ( dalam Sugiyono, 2009:242) menyebutkan bahwa

“analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”.

Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen, (dalam Moleong, 2007:248) mengemukakan bahwa,

Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.


(34)

50

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data yaitu setelah data dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka selanjutnya data direduksi, disajikan dan ditarik kesimpulan serta verifikasinya.

Agar memudahkan dalam menganalisa dan mengolah maka penulis memproses hasil daripada penelitian adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Mereduksi data sangat diperlukan karena data yang sudah diperoleh melalui observasi, tes, wawancara maupun studi dokumentasi begitu banyak dan komplek, serta mungkin masih campur aduk, maka tidak mungkin disajikan secara keseluruhan. Pada tahap ini data yang diperoleh kemudian diseleksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan, dan dibuang yang tidak perlu dengan tujuan untuk mengetahui data yang benar-benar representatif yang sesuai dengan tujuan penelitian. Mereduksi data akan lebih mudah dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu sehingga mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan

Selain itu, agar mempermudah mereduksi data maka hasil penelitian yang telah didapat dari lapangan diberikan kode/tanda sesuai dengan fokus penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Bagian-bagian data hasil penelitian yang diberi kode/tanda tersebut adalah data-data terpenting yang merupakan jawaban-jawaban dari fokus penelitian.

2. Penyajian Data (Display Data)

Dari hasil mereduksi data perlu disajikan dalam laporan secara sistematik yang mudah dipahami dan mudah dibaca, baik secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya. dengan cara mengelompokkan data. Dalam penelitian ini, data hasil penelitian yang telah direduksi disajikan dalam bentuk data hasil wawancara dari ketiga sumber wawancara atau informan.


(35)

51

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada kegiatan ini penulis melakukan verifikasi data yang diperoleh dari responden dengan cara memeriksa data, mengecek dan meneliti ulang dari kebenaran/keabsahan data tentang tujuan, materi, metode, proses, alat dan evaluasi dalam pembelajaran, untuk kemudian ditarik kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat meneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(36)

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kemampuan berbahasa anak tunarungu dapat berkembang dengan baik atau sebaliknya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Khususnya faktor di luar diri anak yaitu orang tua. Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama memberikan pengaruh yang sangat besar terutama dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak tunarungu.

Orang tua dituntut untuk dapat menerima anaknya secara realistis, positif serta mampu menjalankan peran dalam mengembangkan bahasa anak tunarungu. Peran orang tua dalam hal ini yaitu mencakup pada penerimaan terhadap anak, memahami perkembangan bahasa anak, serta terampil dalam menciptakan dan memberikan kesempatan berbahasa kepada anak sejak dini. Karena, keterampilan berbahasa didapat oleh anak dengan cara proses meniru, peniruan terjadi apabila ada motivasi dari anak untuk mau berbahasa/bicara dan motivasi tersebut akan muncul apabila orang tua dapat menjalankan perannya dengan baik.

B. Saran

1.Bagi Orang Tua

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan kepada orang tua yang memiliki anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan berbahasa. Hasil penelitian ini diperoleh gambaran hambatan yang ditemui sekaligus upaya yang dilakukan orang tua anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan berbahasa. Adapun hal yang dapat dilakukan orang tua adalah sebagai berikut :

1) Orang tua dapat dan mampu menerima kehadiran anak dan keberadaan diri anak dengan penuh kasih sayang yang sama seperti terhadap kaka/adik yang normal.


(37)

89

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Kesediaan dan kesabaran orang tua diharapkan untuk memberi/membina bahasa dengan cara berulang-ulang, menggunakan bahasa yang mudah dan contoh ucapan yang jelas. 3) Menyediakan waktu atau kesempatan memberi dan menerima

bahasa/bicara dimana saja dan dalam situasi apapun.

4) Kesempatan menerima bahasa dari anak, artinya apabila telah memahami bahasa ia akan selalu bertanya, maka saat itu orang tua sebaiknya membahasakan bahasa tersebut dan memberi makna dari bahasa anak.

5) Perlu adanya peningkatan komunikasi/kerjasama orang tua dengan ahli dan lembaga pendidikan sebagai sumber referensi orang tua

2.Bagi Guru

Tugas seorang guru bukan hanya menstransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik namun lebih dari itu guru hendaknya juga mendorong, membimbing, dan memotivasi agar anak didik nya mampu berkembang seoptimal mungkin terutama dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak dalam ruang lingkup pembelajaran di kelas. Guru juga sebaiknya memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam memberikan pelayanan yang sesuai untuk anak. Selain itu, untuk membantu berhasilnya proses pengembangan kemampuan anak dalam pengembangan kemampuan berbahasa, maka perlu adanya komunikasi juga kerjasama antara guru dan orang tua

3.Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak tunarungu yang didalamnya terdapat hambatan dan upaya yang dilakukan orang tua. Peneliti mengharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat diungkap


(38)

90

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan lebih spesifik tentang pengaruh peran orang tua terhadap anak tunarungu yang memiliki kemampuan berbahasa rendah.


(39)

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Bunawan, L. dan Yuwati S.C. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama

Busono, M. (1993). Pendidikan Anak Tunarungu. Yogyakarta: P3T IKIP Yogyakarta Dwidjosumarto. A. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Depdikbud

Firman. (2010). Perkembangan Bahasa Reseptif dan Ekspresif (bagi anak tunarungu). Tersedia [ online ] : http://ryaneducationforall.blogspot.com/ [8 Agustus 2012 ] Fatih. (2013). Pengertian Analisis Menurut Para Ahli. Tersedia [ online ] :

http://fatih-io.biz/definisi_pengertian_analisis_menurut_para_ahli.html/ [4 Juli 2014] Hasbullah, 1999. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Hernawati, T. et al. (2008). Artikulasi dan Optimalisasi Fungsi Pendengaran (Modul). Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Biasa UPI Bandung

Korompot, S. (2002). Peran Orang Tua dalam Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu

Usia Dini. ( makalah). Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung

Moeliono, A. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat Jakarta:PT.Gramedia Pustaka.

Mohammad, E. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Rusyani, E. (2004). Bahasa dan Ketunarunguan (modul). Bandung: PLB FIP UPI.

Sadja’ah, E. (2005). Gangguan Bicara-Bahasa. Bandung: San Grafika

Sadja’ah, E. (2008). Layanan dan Artikulasi Anak Tunarungu. Bandung: San Grafika

Sadja’ah, E. (2013). Bina Bicara,Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: Refika Aditama Sarosa, S. (2012). Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta : PT. Indeks


(40)

91

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soejadi, E. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Departemen Pendidikan RI Soelaiman, M.I. (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung: C.V Alfabeta

Soekanto, S. (1997). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada Somad, P dan Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung:

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Somantri,S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama Sudjana, N. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: C.V Alfabeta

Tarigan, H.G. (1994). Membaca sebagai sesuatu keterampilan berbahasa. Bandung: ANGKASA

Tarmansyah, (1996). Gangguan Komunikasi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Winasrih, M. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu Dalam pemerolehan Bahasa. Jakarta. Direktorat

Wikipedia Bahasa Indonesia, (2008) Tersedia [ online ] : http://Analisis.Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.com/ [ diakses 2 Juli 2014]


(1)

51

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada kegiatan ini penulis melakukan verifikasi data yang diperoleh dari responden dengan cara memeriksa data, mengecek dan meneliti ulang dari kebenaran/keabsahan data tentang tujuan, materi, metode, proses, alat dan evaluasi dalam pembelajaran, untuk kemudian ditarik kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat meneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(2)

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kemampuan berbahasa anak tunarungu dapat berkembang dengan baik atau sebaliknya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Khususnya faktor di luar diri anak yaitu orang tua. Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama memberikan pengaruh yang sangat besar terutama dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak tunarungu.

Orang tua dituntut untuk dapat menerima anaknya secara realistis, positif serta mampu menjalankan peran dalam mengembangkan bahasa anak tunarungu. Peran orang tua dalam hal ini yaitu mencakup pada penerimaan terhadap anak, memahami perkembangan bahasa anak, serta terampil dalam menciptakan dan memberikan kesempatan berbahasa kepada anak sejak dini. Karena, keterampilan berbahasa didapat oleh anak dengan cara proses meniru, peniruan terjadi apabila ada motivasi dari anak untuk mau berbahasa/bicara dan motivasi tersebut akan muncul apabila orang tua dapat menjalankan perannya dengan baik.

B. Saran

1.Bagi Orang Tua

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan kepada orang tua yang memiliki anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan berbahasa. Hasil penelitian ini diperoleh gambaran hambatan yang ditemui sekaligus upaya yang dilakukan orang tua anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan berbahasa. Adapun hal yang dapat dilakukan orang tua adalah sebagai berikut :

1) Orang tua dapat dan mampu menerima kehadiran anak dan keberadaan diri anak dengan penuh kasih sayang yang sama seperti terhadap kaka/adik yang normal.


(3)

89

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Kesediaan dan kesabaran orang tua diharapkan untuk memberi/membina bahasa dengan cara berulang-ulang, menggunakan bahasa yang mudah dan contoh ucapan yang jelas. 3) Menyediakan waktu atau kesempatan memberi dan menerima

bahasa/bicara dimana saja dan dalam situasi apapun.

4) Kesempatan menerima bahasa dari anak, artinya apabila telah memahami bahasa ia akan selalu bertanya, maka saat itu orang tua sebaiknya membahasakan bahasa tersebut dan memberi makna dari bahasa anak.

5) Perlu adanya peningkatan komunikasi/kerjasama orang tua dengan ahli dan lembaga pendidikan sebagai sumber referensi orang tua

2.Bagi Guru

Tugas seorang guru bukan hanya menstransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik namun lebih dari itu guru hendaknya juga mendorong, membimbing, dan memotivasi agar anak didik nya mampu berkembang seoptimal mungkin terutama dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak dalam ruang lingkup pembelajaran di kelas. Guru juga sebaiknya memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam memberikan pelayanan yang sesuai untuk anak. Selain itu, untuk membantu berhasilnya proses pengembangan kemampuan anak dalam pengembangan kemampuan berbahasa, maka perlu adanya komunikasi juga kerjasama antara guru dan orang tua

3.Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak tunarungu yang didalamnya terdapat hambatan dan upaya yang dilakukan orang tua. Peneliti mengharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat diungkap


(4)

90

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan lebih spesifik tentang pengaruh peran orang tua terhadap anak tunarungu yang memiliki kemampuan berbahasa rendah.


(5)

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Bunawan, L. dan Yuwati S.C. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama

Busono, M. (1993). Pendidikan Anak Tunarungu. Yogyakarta: P3T IKIP Yogyakarta Dwidjosumarto. A. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Depdikbud

Firman. (2010). Perkembangan Bahasa Reseptif dan Ekspresif (bagi anak tunarungu). Tersedia [ online ] : http://ryaneducationforall.blogspot.com/ [8 Agustus 2012 ] Fatih. (2013). Pengertian Analisis Menurut Para Ahli. Tersedia [ online ] :

http://fatih-io.biz/definisi_pengertian_analisis_menurut_para_ahli.html/ [4 Juli 2014] Hasbullah, 1999. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Hernawati, T. et al. (2008). Artikulasi dan Optimalisasi Fungsi Pendengaran (Modul). Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Biasa UPI Bandung

Korompot, S. (2002). Peran Orang Tua dalam Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu Usia Dini. ( makalah). Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Moeliono, A. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat Jakarta:PT.Gramedia Pustaka.

Mohammad, E. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Rusyani, E. (2004). Bahasa dan Ketunarunguan (modul). Bandung: PLB FIP UPI.

Sadja’ah, E. (2005). Gangguan Bicara-Bahasa. Bandung: San Grafika

Sadja’ah, E. (2008). Layanan dan Artikulasi Anak Tunarungu. Bandung: San Grafika

Sadja’ah, E. (2013). Bina Bicara,Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: Refika Aditama Sarosa, S. (2012). Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta : PT. Indeks


(6)

91

Amilia Wahyuni, 2014

Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soejadi, E. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Departemen Pendidikan RI Soelaiman, M.I. (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung: C.V Alfabeta

Soekanto, S. (1997). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada Somad, P dan Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung:

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Somantri,S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama Sudjana, N. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: C.V Alfabeta

Tarigan, H.G. (1994). Membaca sebagai sesuatu keterampilan berbahasa. Bandung: ANGKASA

Tarmansyah, (1996). Gangguan Komunikasi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Winasrih, M. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu Dalam pemerolehan Bahasa. Jakarta. Direktorat

Wikipedia Bahasa Indonesia, (2008) Tersedia [ online ] : http://Analisis.Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.com/ [ diakses 2 Juli 2014]


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI: Penelitian Eksperimen dengan Desain Single Subject Research pada Anak Tunarungu Kelas VI SLB-B Pri

0 0 48

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI.

4 12 31

PERANAN ORANG TUA DALAM MENGARAHKAN BAKAT ANAK TUNARUNGU JENJANG SDLB DI SLB NEGERI CICENDO BANDUNG.

0 0 28

PENGARUH KECEPATAN RUNNING TEXT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA ANAK TUNARUNGU:Penelitian Single Subject Pada Anak Tunarungu Kelas VIII SMPLB B Prima Bhakti Mulia Cimahi.

0 4 33

POLA ASUH ORANGTUA ANAK TUNARUNGU USIA DINI YANG MEMILIKI KETERAMPILAN SOSIAL BAIK DI SLB PRIMA BHAKTI MULIA, KOTA CIMAHI.

0 0 44

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS IV DI SLB BHAKTI KENCANA BERBAH.

0 1 215

PENERAPAN METODE MATERNAL REFLEKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TUNARUNGU (Studi eksperimen pada anak tunarungu kelas 3 SDLB di SLB BC Al Barkah Garut) - repository UPI S PLB 1105643 Title

0 0 2

PENERAPAN METODE MATERNAL REFLEKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TUNARUNGU (Studi eksperimen pada anak tunarungu kelas 3 SDLB di SLB BC Al Barkah Garut) - repository UPI S MRL 1102762 Title

0 0 3

ANALISIS KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI PERAN ORANG TUA : Penelitian Deskriptif terhadap anak tunarungu Kelas 1 SDLB Di SLB Prima Bhakti Mulia Cimahi - repository UPI S PKH 0900869 Title

0 0 4

PERILAKU SOSIAL ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH DASAR SLB B PRIMA BAKTI MULIA : Studi Deskriptif pada Anak Tunarungu kelas V sekolah dasar - repository UPI S PLB 1102045 Title

0 0 3