PERANAN ORANG TUA DALAM MENGARAHKAN BAKAT ANAK TUNARUNGU JENJANG SDLB DI SLB NEGERI CICENDO BANDUNG.

(1)

PERANAN ORANG TUA DALAM MENGARAHKAN BAKAT ANAK TUNARUNGU JENJANG SDLB DI SLB NEGERI CICENDO BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Khusus

Oleh :

Mutiara Sharaswati 1001456

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

Oleh Mutiara Sharaswati

1001456

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Mutiara Sharaswati, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

MUTIARA SHARASWATI

PERANAN ORANG TUA DALAM MENGARAHKAN BAKAT ANAK TUNARUNGU JENJANG SDLB DI SLB NEGERI CICENDO BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd NIP. 196302081987032001

Pembimbing II

Dr. Hj. Ehan, M.Pd 195707121984031002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Khusus

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 19560722 198501 1 001


(4)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Masalah ... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 6

BAB II PERANAN ORANG TUA DALAM MENGARAHKAN BAKAT ANAK TUNARUNGU A. Pengertian Bakat ... 7

B. Hakikat Tunarungu ... 10

1. Pengertian Tunarungu ... 10

2. Klasifikasi Tunarungu ... 11

3. Dampak Ketunarunguan ... 16

C. Peranan Orang Tua ... 19

1. Pengertian Peranan ... 19

2. Orang Tua dalam Mengarahkan Bakat Anak ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 24

B. Tempat dan Subjek penelitian ... 25


(5)

1. Instrument Penelitian ... 26

2. Teknik Pengumpulan Data ... 27

a. Wawancara ... 28

b. Observasi ... 29

c. Studi Dokumentasi ... 29

D. Pengujian Keabsahan Data ... 30

E. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 33

1. Bakat yang Dimiliki Anak Tunarungu... 33

2. Cara Orang Tua untuk Mengarahkan Bakat yang dimiliki Anak Tunarungu………...35

3. Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Bakat yang Dimiliki Anak Tunarungu ... 38

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 42

1. Bakat yang Dimiliki Anak Tunarungu ... 42

2. Cara Orang Tua untuk Mengarahkan Bakat yang Dimiliki Anak Tunarungu ... 43

3. Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Bakat yang Dimiliki Anak Tunarungu ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 47

B. Rekomendasi ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

ABSTRAK

MUTIARA SHARASWATI : 1001456. PERANAN ORANG TUA DALAM MENGARAHKAN BAKAT ANAK TUNARUNGU JENJANG SDLB DI SLB NEGERI CICENDO BANDUNG.

Penelitian ini mengkaji peranan orang tua dalam mengarahkan bakat anak tunarungu tingkat SDLB. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak tunarungu kelas 6 SDLB di SLB Negeri Cicendo Bandung yang memiliki bakat dibidang modelling. Subjek penelitian dipilih menggunakan teknik sampling purposive, atas masukan guru dan pembina ekstrakurikuler di SLB Cicendo yang mengetahui Sy dan kegiatan yang diikuti Sy di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai peranan orang tua dalam mengarahkan bakat anak tunarungu dan cara mengembangkan bakat tersebut. Data yang diolah dihasilkan dari wawancara langsung terhadap kedua orang tua Sy dan observasi serta studi dokumentasi yang dilakukan di sekolah dan di rumahnya. Hasil yang ditunjukan bahwa orang tua berperan sebagai pembimbing dalam mengarahkan bakat anak tunarungu. Orang tua tidak menganggap anaknya memiliki kekurangan dibanding anak pada umumnya. Orang tua Sy mencari apa yang menjadi kelebihan dari anaknya yang mengalami tunarungu. Peranan orang tua tersebut memiliki dampak terhadap perkembangan bakat anak dan prestasinya. Kemampuan yang anak miliki diketahui oleh orang tua dan semaksimal mungkin berusaha dikembangkan menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian, orang tua melihat apa saja kemampuan yang dapat dilakukan oleh Sy dan berusaha untuk mengarahkan kemampuannya, karena orang tua mempunyai peran yang penting sebagai pembimbing bagi perkembangan kemampuan Sy disegala bidang, seperti mengarahkan kesenangan anak terhadap sesuatu yang positif. Selain mengarahkan, orang tua juga membimbing setiap kegiatan dengan mengatur jadwal latihan untuk mengembangkan bakatnya. Dukungan lain yang dilakukan adalah memfasilitasi segala kebutuhan untuk mengembangkan bakat Sy dan tidak membeda-bedakan kemampuan anaknya dengan anak pada umumnya walaupun mempunyai keterbatasan dalam pendengaran atau disebut dengan tunarungu.


(7)

ABSTRACT

MUTIARA SHARASWATI : 1001456. PERANAN ORANG TUA DALAM MENGARAHKAN BAKAT ANAK TUNARUNGU JENJANG SDLB DI SLB NEGERI CICENDO BANDUNG.

MUTIARA SHARASWATI : 1001456. THE ROLE OF PARENTS IN DIRECTING TALENT OF DEAF CHILDREN WITH SDLB LEVEL AT SLB NEGERI CICENDO BANDUNG.

This study examines the parents role in directing of deaf children at SDLB level. It used a qualitative descriptive method with data collecting technique by interview, observation and documentation study. The subjects in this study was a deaf child in 6th grade SDLB who has a modeling tallent at SLB Negeri cicendo Bandung. The subject has been chosen using sampling purposive technique, as suggestion by extracurricular teachers and mentor at SLB Negeri Cicendo those who know Sy and her activities pursued in schools. This research aims to gain an overview of the parents role directing of deaf children talent and the way to get a proggress of it. The processed data generated from Sy parrents interviews with observation and documentation study conducted at school and home’s. The results are indicated that’s parrents have role as adviser in dirrecting their children. They do not consider their children have a deficiency than ordinary children. Sy’s parrents looking for the excess form her who are a deaf person. Parrents roll have an impact for her talents proggress and her performance. The ability of the children is known by parents and they trying to insisted a better proggress. Based on the results of research, they look everything what Sy can do and trying to dirrect for sy’s ability, therefore they have a important role as adviser for Sy’s proggress in all things, such a dirrecting to a good things. Besides directing, parrents have to guide for all activity by scheduling it. Other support that parrents can do are to facilitating what Sy needs and does not discriminate against her ability’s than general children despite the limitations in hearing or deaf-call.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aspek yang terlupakan oleh orang tua dalam mendidik anaknya ialah melihat bakat anak dalam bidang tertentu di luar pendidikan akademik khususnya. Anak harus dapat diarahkan sesuai dengan bakatnya dari sejak dini, karena bakat anak akan terasah sesuai berjalannya waktu, tidak terkecuali anak tunarungu yang memiliki bakat dalam dirinya yang perlu diperhatikan dan dikembangkan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Somantri (2007, hlm. 100) “Lingkungan keluarga merupakan faktor yang mempunyai pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan anak terutama anak luar biasa”. Lingkungan keluarga di sini berarti bahwa berhasil tidaknya anak tunarungu mengembangkan bakatnya sangat tergantung pada bimbingan dan pengaruh keluarga.

Bakat anak termasuk penting, karena selain prestasi akademik anak dapat mendapatkan prestasi non-akademik saat kemampuan akademiknya tidak dapat menjadikan anak tersebut menjadi seseorang yang berprestasi. Bakat ada dalam diri setiap anak dan bakat anak akan mudah diarahkan juga dikembangkan tidak hanya di lingkungan sekolah saja, tetapi dirumah anak itu sendiri bersama keluarga dan orang tua khususnya. Lingkungan keluarga akan sangat mendukung bakat anak agar berkembang menjadi hal positif.

Beberapa sikap orang tua dalam buku Psikologi Anak Luar Biasa mengungkapkan bahwa: “Orang tua cenderung menyembunyikan anaknya atau menahannya di rumah karena malu atau tidak menerima keadaan anaknya”. (Somantri, 2012, hlm. 25). Orang tua harus dapat bersikap menerima kenyataan terhadap anak dengan hambatan yang dimilikinya,


(9)

2

tidak berpikir bahwa anak tidak dapat diapa-apakan lagi karena hambatan yang dimilikinya dan sikap tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kepribadian anaknya.

Seperti yang dijelaskan oleh Surbakti (2012:25) bahwa „Orang tua merupakan tokoh utama (paling penting) yang membentuk karakter, kepribadian, dan tempramen anak-anak‟. karena orang tua mempunyai kontak bathin yang lebih. Kedekatan orang tua dengan anak sehari-hari yang akan berpengaruh bagi kehidupan anak dimasa yang akan datang.

Bakat dapat menjadi kelebihan anak dan peran orang tualah yang menjadi penyokong penting dalam pengembangan bakat anak dari sejak dini. Tidak semua anak mempunyai prestasi di bidang akademik, banyak anak yang menemui kesulitan dalam mengejar prestasi di bidang akademik, terutama untuk anak tunarungu yang kurang mempunyai daya saing dilihat dari segi kemampuan akademik di masyarakat luas dengan anak pada umumnya, namun jika dilihat dari segi bakat dan kemampuan non-akademik banyak anak dengan ketunarunguan yang mempunyai prestasi dan daya saing sama dengan anak pada umumnya. Contohnya dalam bidang modeling yang dirangkum dalam sebuah situs (http://forum.viva.co.id/tokoh-dunia/352916-foto-angkie-yudistia-wanita-tunarungu-yang-sukses-menjadi-ceo.html), seorang model tunarungu yang sudah terkenal. Angkie Yudistia adalah salah satunya, Lahir di Medan 5 Juni 1987, meski menyandang tunarungu, ia bukan termasuk orang yang mudah menyerah dan hanya diam berpangku tangan di rumah. Hari-harinya diisi berbagai kesibukan sebagai penulis buku, model, dan penggiat sosial. Alat bantu dengar yang berada di kedua telinganya seperti sebuah penghias. Beruntung Angkie memiliki keluarga yang selalu memberikan dukungan kepadanya, khususnya orangtuanya. Mereka selalu siap sedia mengantarkan dia berkegiatan dan mendampingi dirinya dalam segala hal yang Angkie inginkan. "Keluarga adalah energi buat aku," kata Angkie. "Kasih sayang mereka tak pernah pupus”. Angkie merasa keluarganya tidak pernah membedakan dirinya dengan yang lain. Orang


(10)

tuanya memandang bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan dengan kekurangan dalam dirinya, sehingga ia yakin bahwa keterbatasan dirinya justru menjadi sebuah kelebihan. Angkie mendirikan Disable Enterprise, perusahaan yang bertujuan memberdayakan anak-anak penyandang disabilitas. "Para penderita tunarungu seperti saya perlu dibantu kepercayaan dirinya bahwa kekurangan bukan sebuah bentuk alasan untuk tidak dapat maju dan hidup normal," kata Angkie. Itu merupakan salah satu contoh betapa pentingnya peran orang tua dalam mendukung bakat anak khususnya di bidang non-akademik.

Cerita di atas menunjukkan bahwa setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan yang dimiliki perlu lebih diperhatikan dengan tidak mengabaikan kekurangan yang ada. Seperti anak tunarungu yang tidak memiliki nilai yang baik dalam mata pelajaran, tetapi dapat saja anak tersebut memiliki sesuatu yang dapat dikembangkan dalam bidang non akademik. Latihlah anak tersebut sesuai dengan apa yang dapat dikuasainya, itu akan menjadi sebuah jalan dimana anak tersebut akan menemukan kelebihan dalam dirinya. Di masa yang akan datang anak akan menjalani apa yang dikuasainya tanpa mempermasalahkan kekurangannya khususnya ketunarunguannya.

Orang tualah yang harus banyak berperan dalam hal ini karena terkadang tenaga pendidik yang hanya mengajar anak di sekolah lebih mengetahui apa yang menjadi kelebihan dari anak tersebut. Orang tua harus mengetahui apa yang perlu dikembangkan dan dapat mengarahkan bakat anak tersebut. Oleh karena itu orang tua mempunyai bagian dan peran yang penting dalam mengarahkan masa depan anak, termasuk untuk mengarahkan bakatnya. Peran orang tua lebih dibutuhkan dalam mengarahkan bakat anak dibandingkan dengan peran guru di sekolah.

Pertanyaan yang sering muncul saat anak lulus sekolah ialah akan menjadi apa? apa hanya di rumah saja atau memiliki kegiatan yang bermanfaat untuk dirinya dan sekitarnya? tentunya setiap orang tua ingin anaknya menjadi produktif setelah lulus sekolah kelak. Semua kemampuan


(11)

4

anak dapat menjadi kegiatan setelah lulus sekolah jika orang tua ikut mendukung kemampuan anaknya tersebut.

Dalam sebuah media online DetikHot, anak dengan ketunarunguan yang memiliki bakat adalah Rafi Abdurrahman Ridwan. Ia terkena virus rubela saat dalam kandungan ibunya, membuat Rafi Abdurrahman Ridwan menjadi tuna rungu. Keterbatasan alat indera tidak lantas membuat Rafi harus diam meratapi nasib. Lewat rancangan bajunya, nama Rafi melambung di luar negeri. Bahkan sekelas super model Amerika Serikat, Tyra Banks memuji Rafi setinggi langit. Awal kegemaran mendesain Rafi ini karena dia melihat tokoh kartun putri duyung terkenal bernama Little Mermaid dan ingin mengubah gaya berpakaiannya. Alasan memilih Little Mermaid sangat lucu, ingin menampilkan putri duyung tersebut sosok yang lebih sopan dalam berpakaian. Banyak juga desain Rafi yang memiliki detail guratan sangat rumit. Siapa sangka, berawal dari coretan itu, karya Rafi diakui tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri. The Jakarta Fashion Week 2012, ajakan Dinas Pariwisata Pemprov DKI ke Melbourne, Hijabersmom Community hingga Indonesia Creative Week hingga America's Next Top Model menjadi bukti karya anak yang tidak terjebak dalam keterbatasannya. Semua itu berkat dukungan orang tua Rafi yang mengembangkan bakatnya di bidang desain. Hanya berawal dari coretan biasa namun minat dalam mendesain didukung penuh oleh orang tuanya. Sehingga bakat tersebut berkembang dengan baik sampai mengantarkan Rafi ke luar negeri. Kelak saat Rafi lulus sekolah akan menjadi suatu kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya.

Peran orang tua berpengaruh besar dalam perkembangannya, guru di sekolah tidak akan optimal untuk mendukung sepenuhnya karena tidak hanya mengajar satu anak saja. Peran setiap orang tua yang satu dengan yang lainnya akan berbeda. Setiap orang tua ingin anaknya berguna, terutama setelah di sekolahkan akankah anak akan menjadi berguna atau dapat bekerja. Apakah hanya dirumah saja atau dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dengan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat sesuai


(12)

dengan keahlian yang dimilikinya. Anak tunarungu dapat menggali bakatnya dalam bidang visual dan segala hal yang berhubungan dengan fisik. Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak dengan ketunarunguan, seperti modeling, tata rias, seni tari, seni rupa, pantomim, tata boga, desain grafis, komputer, dan membatik.

Bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) bukanlah alasan bahwa anak tunarungu tidak dapat mengembangkat bakat. Program pendidikan yang diberikan di sekolah seharusnya mendukung kegiatan non-akademik siswanya, dimana anak dapat mengembangkat bakat beriringan dengan belajar akademik di sekolah. Orang tua tidak perlu khawatir jika anaknya bergaul dengan anak lain yang mempunyai hambatan yang sama, karena anak tunarungu tidak akan mengalami kecemasan atau rasa rendah diri jika berada di lingkungan yang sama.

B. Fokus Masalah

Fokus penelitian berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya adalah peranan orang tua terhadap keterarahan bakat siswa tunarungu di SLB Negeri Cicendo Bandung. Pertanyaan penelitian ini merupakan cara atau perlakuan orang tua yang akan memperlihatkan bagaimana orang tua tersebut mengarahkan minat dan bakat anaknya. Menurut latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti memfokuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah bakat yang dimiliki anak tunarungu?

2. Bagaimana cara orang tua untuk mengarahkan bakat yang dimiliki anak tunarungu?

3. Bagaimana peran orang tua dalam mengembangkan bakat yang dimiliki


(13)

6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian:

a. Tujuan Umum:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan orang tua dalam mengarahkan bakat anak yang mengalami tuanrungu.

b. Tujuan Khusus:

1) Mengetahui bakat yang anak miliki.

2) Mengetahui bagaimana cara orang tua dalam mengarahkan bakat anaknya yang mengalami ketunarunguan.

3) Mengetahui bagaimana peran orang tua dalam mengembangkan bakat anak.

2. Kegunaan Penelitian

Setelah melakukan penelitan diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat dari penelitian ini, salah satunya ialah betapa pentingnya peran orang tua dalam mengarahkan bakat anak yang mengalami ketunarunguan dari sejak dini. Adapun beberapa manfaat lain dari penelitian ini adalah:

a. Orang tua: menyadari bahwa betapa pentingnya peran dirinya untuk mengarahkan bakat anak untuk perkembangan anaknya yang lebih baik.

b. Guru: mengembangkan ilmu dan mengadakan komunikasi dengan orang tua dalam bagaimana cara mengembangkan kelebihan yang ada dalam diri anak.


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara atau usaha yang dilakukan secara sistematis, ilmiah, rasional dan empiris untuk mendapatkan suatu informasi atau data yang digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sugiyono (2009, hlm. 1)

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu, dimana cara ilmiah ini berarti kegiatan keilmuan itu dilandasi oleh metode. Dengan cara ilmiah ini diharapkan data yang diperoleh lebih objektif, valid, dan reliable.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif sendiri termasuk pada jenis-jenis penelitian berdasarkan pendekatan dan fungsinya, penelitian juga dapat dibedakan berdasarkan tujuannya. Dalam buku yang ditulis oleh Sukmadinata (2012, hlm. 18) dijelaskan bahwa :

Penelitan deskriptif (descriptive research) ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya. Dalam studi ini peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya.

Penelitian secara kualitatif sendiri studi lapangan yang mengharuskan peneliti terjun langsung ke tempat dimana akan dilakukan penelitian,peneliti sendiri yang akan mengumpulkan data dalam rentang waktu yang cukup.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2012, hlm. 60) mengungkapkan bahwa :

Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,


(15)

25

peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.

Sugiyono (2013, hlm. 14) menyatakan bahwa “Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting)”

Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah orang yang akan memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh peneliti baik melalui wawancara, pemikiran, observasi langsung. Pada penelitian ini peneliti tidak mengubah apapun saat dilapangan, benar-benar secara alami seperti biasanya.

Peneliti ikut secara langsung ke lapangan untuk melihat apa yang menjadi kegiatan dari yang diteliti dan dilakukan secara intensif. “…. Peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati

apa yang terjadi”. (Sugiyono, 2012, hlm. 10)

Sementara Bogdan dan Taylor (Moleong, 2011, hlm. 4) mendefinisikan “metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SLB-B Negeri Cicendo Bandung. Di Jalan Cicendo No. 2, Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung.

2. Subjek Penelitian

Teknik yang dipakai dalam penentuan subjek penelitian adalah Sampling Purposive. Sugiyono (2012, hlm. 53) menjelaskan bahwa “Pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita


(16)

harapkan, atau dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi yang diteliti”.

Sumber untuk dimintai informasi mengenai anak yang memiliki bakat dalam bidang non-akademik adalah guru kelas, wakil kepala sekolah bagian humas, dan koordinator ekstrakurikuler tata rias dan modeling sebagai orang yang paling tahu siapa anak yang memiliki bakat jenjang sekolah dasar. Setelah bertanya dan meminta pendapat maka didapatkan satu anak yang paling menonjol terpilih dengan inisial SY dari kelas VI SDLB di SLB Negeri Cicendo. Peneliti melakukan obseravi terhadap SY untuk mengetahui bakat apa yang dimiliki SY. Alasan SY cocok dijadikan sebagai subjek penelitian karena melihat dari kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan sering mengikuti berbagai kegiatan seperti lomba atau sebagai pengisi acara. Berikut adalah identitas dari subjek yang diteliti: Nama : Sy

Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelainan : Tunarungu

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 13 April 2002 Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Alamat : Jl. Melang Asih no. 20 Cijerah Nama Orang Tua :

Ayah : Agun Gunaefi (Wiraswasta)

Ibu : Sartika Natalya Cahyati (Ibu Rumah Tangga)

C. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri sebagai instrument utama penelitian (human instrument) karena peneliti sendiri yang akan mengumpulkan berbagai data dari sumber dan subjek yang akan diteliti. Sebelum mengumpulkan data, peneliti akan menyiapkan data yang telah ada terlebih dahulu dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh


(17)

27

sekolah mengenai siswa yang tercatat mempunyai bakat juga melalui prestasi yang telah dicapai oleh siswa tersebut, yang selanjutnya akan dilakukan penelitian terhadap orangtua siswa tersebut melalui wawancara.

Menurut Sugiyono (2012:61) :

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangakan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui hasil catatan lapangan dan wawancara.

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrument yang dibuat hanyalah sebagai

penunjang untuk mengumpulkan berbagai data. “Variasi jenis instrumen

penelitian adalah angket, ceklis, atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan”. (Arikunto, 2010: 203)

Menurut Suryana (2008: 159), bahan untuk mendapatkan sebuah instrumen penelitian yang baik atau memenuhi standar, minimal ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu reliabilitas dan validitas. Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan sebuah instrumen. Relitabilitas menunjukkan apakah instrumen tersebut secara konsisten memberikan hasil ukuran yang sama tentang sesuatu yang di ukur pada waktu yang berlainan (ajeg). Sedangkan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen.

2. Teknik Pengumpulan Data

Agar peneliti memperoleh data sesuai dengan yang diharapkan maka teknik yang dipakai peneliti adalah berupa wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

a. Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik wawancara (interview) yang banyak digunakan pada penelitian deskriptif kualitatif, wawancara


(18)

dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan langsung dengan subjek yang akan diteliti. Dijelaskan pula “wawancara banyak digunakan dalam penelitian kualitatif, malah boleh dikatakan sebagai teknik pengumpulan data utama” (Sukmadinata, 2012:216). Sama dengan yang dijelaskan oleh Bungin (2001, hlm. 100) bahwa :

Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi (pengamatan).

Wawancara dilakukan pada orang tua siswa atau wali jika siswa tidak tinggal bersama orang tua. Aspek yang ingin diungkap melalui wawancara ialah peran orang tua dalam mengarahkan bakat siswa. Beberapa aspek tersebut antara lain :

1) Bakat yang dimiliki anak tunarungu.

2) Cara orang tua untuk mengarahkan bakat yang dimiliki anak tunarungu.

3) Peran orang tua dalam mengembangkan bakat yang dimiliki anak tunarungu.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara terstruktur. Menurut Moleong (2011:190), “Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang pewawancaranya (interviewer) menetapkan sendiri masalah-masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan”.

Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber merupakan pertanyaan yang dibuat oleh peneliti sesuai masalah yang ingin diungkap pada penelitian ini. Namun jika pada saat pelaksanaan wawancara terdapat hal lain yang perlu diungkap maka peneliti mengajukan pertanyaan yang sebelumnya tidak terdapat pada pedoman wawancara yang telah dibuat.


(19)

29

b. Observasi

Selain wawancara, peneliti mengunakan teknik pengumpulan data dengan observasi (observation) atau pengamatan yang merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan disini ialah kegiatan siswa dan orang tua begitu juga dengan guru pada saat disekolah. “Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung” (Sukmadinata, 2012, hlm. 220)

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 66) :

Observasi yang akan dilakukan merupakan observasi terus terang atau tersamar karena “… pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian”.

Peneliti datang langsung ke lapangan untuk mengamati subjek yang diteliti, baik kegiatan sehari-hari yang dilakukan disekolah dan pada saat melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler atau acara tertentu. Dari hasil pengamatan ini akan dihasilkan sebuah pemaparan deskriptif mengenai hal-hal yang terjadi dilapangan.

c. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan dengan studi dokumentasi menurut Sugiyono (2012, hlm. 329) “Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”.

Hasil penelitian yang dilakukan lebih kredibel atau terpercaya apabila didukung oleh foto-foto atau tulisan-tulisan yang sesuai setelah dilakukannya penelitian. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji dan menafsirkan.


(20)

Dalam teknik pengumpulan data ini peneliti menggunakan wawancara dan observasi yang dimana wawancara yang dilakukan meliputi:

1) Pertanyaan yang diajukan kepada guru mengenai anak yang di teliti.

2) Pertanyaan kepada orang tua yang bersangkutan mengenai riwayat hidup anak dan perkembangannya.

D. Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, pengujian keabsahan data penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi data

Peneliti akan mengecek kembali data yang telah didapat dari berbagai sumber, teknik dan waktu untuk mengetahui data yang didapat apakah sama atau ada kesenjangan. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah triangulasi sumber, dimana untuk menguji krredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Mengadakan member check

Untuk mengetahui apakah data yang dimiliki peneliti sama dengan apa yang diberikan oleh sumber data maka dilakukan member check.

Proses pengeceken data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.(Sugiyono, 2012:128)

Dalam member check ini peneliti mengolah data yang telah didapatkan dan diperlihatkan kembali kepada narasumber yaitu orang tua Sy untuk mengecek apakah ada kesenjangan dalam data yang diolah dengan data yang telah diberikan oleh narasumber.


(21)

31

3. Dokumentasi

Sebagai bukti untuk memperkuat bahwa penelitian benar dilakukan maka dibutuhkan dokumentasi untuk memperlihatkan kegiatan penelitian dalam bentuk foto.

E. Teknik Analisis Data

Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis data kualitatif, teknik ini bersifat interaktif dan berlangsung berkaitan satu sama lain. Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan yang ada pada data-data yang telah diperoleh.Analisis sendiri bertalian dengan pengumpulan data yang dilakukan, data tersebut biasanya diperoleh dari wawancara dan observasi.

Dikemukakan pula oleh Sukmadinata (2012, hlm. 114) Pengumpulan dan anlisis data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam lingkaran yang tumpang tindih.Langkah-langahnya biasa disebut strategi pengumpulan dan analisis data, teknik yang digunakan fleksibel, tergantung pada strategi terdahulu yang digunakan dan data yang diperoleh.Secara umum langkah-langkahnya ada kesamaan antara satu penelitian dengan ptntlitian lainnnya, tetapi di dalamnya ada variasi.

Teknik analisis yang digunanakan ialah analisis selama di lapangan Model Miles and Huberman (1984), yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secra interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1. Reduksi data; meringkas atau merangkum dan memilih hal-hal pokok juga memfokuskan pada hal-hal yang penting dari hasil pengumpulan data agar diketahui makna dan inti dari data yang diperoleh.

2. Display data; setelah direduksi ialah mendisplay atau menyajikan data data sesuai dengan pokok permasalahan agar semakin mudah dipahami dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.


(22)

3. Conclusion Drawing (verifikasi); langkah selanjutnya menarik kesimpulan dan verifikasi dapat dengan mencari hubungan, persamaan atau perbedaan dari data yang diperoleh dari awal hingga akhir penelitian.


(23)

47

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Orang tua merupakan hal utama dan pertama dalam perkembangan anak, setiap anak terlahir berbeda dan unik terutama anak dengan ketunarunguan. Ketunarunguan bukan berarti menghambat segala perkembangannya dan tugas orang tualah dalam mengembangkan segala kemampuan yang dimiliki anak. Orang tua yang memahami kelebihan anaknya akan berusaha semaksimal mungkin agar anaknya dapat mempunyai kegiatan yang bermanfaat dan memiliki prestasi tidak kalah dengan anak pada umumnya. Menyembunyikan dan sikap pesimis yang dimiliki orang tua tentu akan berpengaruh kepada anaknya sendiri. Sikap ini tentu tidak dilakukan oleh orang tua dari Sy yang menganggap bahwa Sy memiliki sesuatu yang hebat dalam dirinya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Modeling merupakan bakat yang dimiliki Sy karena ia dapat menekuninya dengan baik dan memperlihatkan perkembangannya dengan sangat baik. Sy pun mengikuti berbagai kegiatan di bidang modeling dan dijadikan kesenangan untuk berkegiatan sesudah pulang sekolah.

Cara orang tua Sy dalam mengarahkan bakat yaitu meminta informasi mengenai kelebihan dan kekurangan saat di sekolah kepada guru kelas, bertanya mengenai kesenangan anak, memperhatikan kesehatan anak sebelum melakukan aktifitas, mengajak langsung anak ke toko tempat membeli baju untuk dipakai atau diperagakan, melihat contoh para model professional saat modeling, dan memberi nasihat juga masukan untuk mengarahkan bakat anak. Arahan dan dukungan diberikan secara terus menerus oleh orang tua Sy, seperti memenuhi segala kebutuhan yang diinginkan Sy untuk kegiatan yang akan diikutinya. Peran Guru dalam


(24)

memberikan masukan pun menjadi acuan untuk mengarahkan bakat Sy. Bakat yang telah memberikan pengalaman dan prestasi ini tentunya dengan arahan orang tua, jika tidak adanya arahan dan masukan orang tua maka Sy tidak akan mengenal kelebihannya dan mengikuti berbagai kegiatan.

Guru di sekolah mengakui bahwa orang tua Sy sangat baik dalam mendukung dan menunjang bakat Sy dibandingkan dengan orang tua peserta didik lain yang mempercayakan semua kepada gurunya saja. Orang tua pada umumnya sering merasa repot untuk mengurus diluar kegiatan sekolahnya, karena merasa terbebani dengan biaya lebih yang harus dikeluarkan dan waktu utnuk terus mendampingi anaknya. Peran orang tua yang hanya sebatas menjemput dan mengantar saja sudah dirasa cukup, tetapi dibalik itu semua peran orang tua sangat berpengaruh terhadap pengembangan bakat anak.

Peran orang tua sebagai pembimbing Sy merupakan hal yang mendukung dalam mengarahkan dan mengembangkan bakat yang dimiliki oleh Sy. Tanpa peran orang tua tentunya Sy tidak dapat mengembangkan bakatnya lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Semua dukungan berupa fasilitas, materi dan moril diberikan secara bertahap untuk Sy, tentunya tanpa dukungan itu semua Sy tidak dapat mengembangkan bakatnya lebih baik lagi. Peranan orang tua seperti itulah yang patut untuk dilakukan oleh setiap orang tua yang memiliki anak tunarungu yang memiliki kemampuan lain.

B. Rekomendasi a. Untuk Orang tua

Peran orang tua tidak hanya sebatas menyekolahkan dan memberikan kasih sayang lahir dan bathin, tetapi juga berperan terhadap perkembangan kelebihan yang dimiliki anak terutama anak dengan ketunarunguan. Orang tua seharusnya mengetahui kesenangan anak atau hobi yang dilakukan di


(25)

49

rumah, selanjutnya memahami keinginan anak untuk menunjang aktifitas yang menjadi kesenangannya.

Anak tunarungu bukan berarti tidak dapat memiliki bakat atau kemampuan yang sama dengan anak pada umumnya. Arahan orang tua dapat membantu anak untuk mengetahui apa kemampuan yang dapat dikembangkan. Selanjutnya perhatian orang tua untuk mendukung bakat anak sangat dibutuhkan. Mintalah penjelasan dan rekomendasi guru untuk mengetahui kemampuan apa yang dimiliki anak. Orang tua jangan berputus asa dan merasa sudah cukup hanya menyekolahkan anak saja, tetapi juga perlu mengembangkan hal lainnya dari kemampuan yang anak miliki.

Menjadi orang tua yang baik adalah usaha yang dilakukan setiap orang tua, namun setiap orang tua harus mengetahui peranannya untuk perkembangan anaknya. Anak akan termotivasi atas dukungan orang tuanya sendiri terhadap kemampuan dan kesenangannya dalam hal-hal tertentu.

b. Untuk Guru

Sebagai guru, jalinlah komunikasi yang baik dengan setiap orang tua murid agar dapat mengetahui kemampuan anak dan memerlukan perhatian dengan baik. Mendengarkan berbagai masukan dan keluhan orang tua dapat menjadi pengalaman untuk mengembangkan ilmu mengenai bakat anak dan hubungannya dengan orang tua itu sendri.

Memantau dan mengetahui perkembangan mengenai bakat anak adalah tugas guru di sekolah, agar dapat memahami sejauh mana kemampuan anak dan fasilitas seperti apa yang dapat dibantu di sekolah untuk mengembangkan bakat anak.

c. Untuk Peneliti Selanjutnya

Banyak informasi dan ilmu yang perlu dikembangkan lagi dalam penelitian ini. Masih banyak hal yang bermanfaat untuk dipelajari, khususnya informasi mengenai berbagai peranan orang tua anak berkebutuhan khusus, karena anak berkebutuhan khusus tidak hanya


(26)

belajar melalui pelajaran di sekolah saja. Anak berkebutuhan khusus dengan ketunarunguan membutuhkan berbagai pengalaman dan sosialisasi lebih luas untuk pembelajaran hidupnya. Membantu perkembangan anak tunarungu tidak selalu melalui pembelajaran dengan menggunakan berbagai media pembelajaran saja agar anak tersebut dapat memperlihatkan kemajuan atau perkembangannya. Orang tua adalah salah satu faktor perkembangan anak tunarungu, karena tanpa adanya dorongan dari orang tua, maka anak hanya mengerti pelajaran yang diajarkan saja, bukan aspek kehidupan lainnya.

Semoga penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi dalam mengolah informasi dan banyak ilmu yang dapat dibagikan. Informasi dan ilmu dapat berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, diharapkan ilmu yang telah ada dapat lebih dikembangkan demi kemajuan informasi untuk bidang pendidikan anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tunarungu dalam bidang non-akademiknya.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Bahri Djamarah, S. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.Bungin, B. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pengembangan Bakat Non

Akademik. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Jenny, D. (2011). Fungsi dan Peran Orang Tua. [Online]. Tersedia di:

http://www.duniapsikologi.com/fungsi-dan-peran-orang-tua/ [31 Mei 2013]

Moleong, J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munandar, U. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Redaksi Moogi. (2013). Tips Sederhana Untuk Mengetahui Bakat Anak Sejak Dini. [Online]. Tersedia di:

http://www.majalahmoogi.com/2013/04/913/tips-sederhana-mengetahui-bakat-anak-sejak-dini/ [20 September 2014) Semiawan, C. (1997). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta:

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Shochib, M. (2000). Pola Asuh Orang Tua.Jakarta: PT. Rineka Cipta. Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu.

Bandung: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Somantri, Sutjihati T. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sugiyono.(2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta


(28)

Sukmadinata, Nana S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryana, Y. & Priatna, T. (2008).Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Sahifa

Syalima. (2011). Mengenali Minat dan Bakat. [Online]. Tersedia di: http://misscounseling.blogspot.com/2011/09/mengenali-bakat-dan-minat.html [31 Mei 2013]

Yaumi, M. (2012). Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegences. Jakarta: Dian Rakyat.

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Orang tua merupakan hal utama dan pertama dalam perkembangan

anak, setiap anak terlahir berbeda dan unik terutama anak dengan ketunarunguan. Ketunarunguan bukan berarti menghambat segala perkembangannya dan tugas orang tualah dalam mengembangkan segala kemampuan yang dimiliki anak. Orang tua yang memahami kelebihan anaknya akan berusaha semaksimal mungkin agar anaknya dapat mempunyai kegiatan yang bermanfaat dan memiliki prestasi tidak kalah dengan anak pada umumnya. Menyembunyikan dan sikap pesimis yang dimiliki orang tua tentu akan berpengaruh kepada anaknya sendiri. Sikap ini tentu tidak dilakukan oleh orang tua dari Sy yang menganggap bahwa Sy memiliki sesuatu yang hebat dalam dirinya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Modeling merupakan bakat yang dimiliki Sy karena ia dapat menekuninya dengan baik dan memperlihatkan perkembangannya dengan sangat baik. Sy pun mengikuti berbagai kegiatan di bidang modeling dan dijadikan kesenangan untuk berkegiatan sesudah pulang sekolah.

Cara orang tua Sy dalam mengarahkan bakat yaitu meminta informasi mengenai kelebihan dan kekurangan saat di sekolah kepada guru kelas, bertanya mengenai kesenangan anak, memperhatikan kesehatan anak sebelum melakukan aktifitas, mengajak langsung anak ke toko tempat membeli baju untuk dipakai atau diperagakan, melihat contoh para model professional saat modeling, dan memberi nasihat juga masukan untuk mengarahkan bakat anak. Arahan dan dukungan diberikan secara terus menerus oleh orang tua Sy, seperti memenuhi segala kebutuhan yang diinginkan Sy untuk kegiatan yang akan diikutinya. Peran Guru dalam


(2)

48

memberikan masukan pun menjadi acuan untuk mengarahkan bakat Sy. Bakat yang telah memberikan pengalaman dan prestasi ini tentunya dengan arahan orang tua, jika tidak adanya arahan dan masukan orang tua maka Sy tidak akan mengenal kelebihannya dan mengikuti berbagai kegiatan.

Guru di sekolah mengakui bahwa orang tua Sy sangat baik dalam mendukung dan menunjang bakat Sy dibandingkan dengan orang tua peserta didik lain yang mempercayakan semua kepada gurunya saja. Orang tua pada umumnya sering merasa repot untuk mengurus diluar kegiatan sekolahnya, karena merasa terbebani dengan biaya lebih yang harus dikeluarkan dan waktu utnuk terus mendampingi anaknya. Peran orang tua yang hanya sebatas menjemput dan mengantar saja sudah dirasa cukup, tetapi dibalik itu semua peran orang tua sangat berpengaruh terhadap pengembangan bakat anak.

Peran orang tua sebagai pembimbing Sy merupakan hal yang mendukung dalam mengarahkan dan mengembangkan bakat yang dimiliki oleh Sy. Tanpa peran orang tua tentunya Sy tidak dapat mengembangkan bakatnya lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Semua dukungan berupa fasilitas, materi dan moril diberikan secara bertahap untuk Sy, tentunya tanpa dukungan itu semua Sy tidak dapat mengembangkan bakatnya lebih baik lagi. Peranan orang tua seperti itulah yang patut untuk dilakukan oleh setiap orang tua yang memiliki anak tunarungu yang memiliki kemampuan lain.

B. Rekomendasi

a. Untuk Orang tua

Peran orang tua tidak hanya sebatas menyekolahkan dan memberikan kasih sayang lahir dan bathin, tetapi juga berperan terhadap perkembangan kelebihan yang dimiliki anak terutama anak dengan ketunarunguan. Orang tua seharusnya mengetahui kesenangan anak atau hobi yang dilakukan di


(3)

rumah, selanjutnya memahami keinginan anak untuk menunjang aktifitas yang menjadi kesenangannya.

Anak tunarungu bukan berarti tidak dapat memiliki bakat atau kemampuan yang sama dengan anak pada umumnya. Arahan orang tua dapat membantu anak untuk mengetahui apa kemampuan yang dapat dikembangkan. Selanjutnya perhatian orang tua untuk mendukung bakat anak sangat dibutuhkan. Mintalah penjelasan dan rekomendasi guru untuk mengetahui kemampuan apa yang dimiliki anak. Orang tua jangan berputus asa dan merasa sudah cukup hanya menyekolahkan anak saja, tetapi juga perlu mengembangkan hal lainnya dari kemampuan yang anak miliki.

Menjadi orang tua yang baik adalah usaha yang dilakukan setiap orang tua, namun setiap orang tua harus mengetahui peranannya untuk perkembangan anaknya. Anak akan termotivasi atas dukungan orang tuanya sendiri terhadap kemampuan dan kesenangannya dalam hal-hal tertentu.

b. Untuk Guru

Sebagai guru, jalinlah komunikasi yang baik dengan setiap orang tua murid agar dapat mengetahui kemampuan anak dan memerlukan perhatian dengan baik. Mendengarkan berbagai masukan dan keluhan orang tua dapat menjadi pengalaman untuk mengembangkan ilmu mengenai bakat anak dan hubungannya dengan orang tua itu sendri.

Memantau dan mengetahui perkembangan mengenai bakat anak adalah tugas guru di sekolah, agar dapat memahami sejauh mana kemampuan anak dan fasilitas seperti apa yang dapat dibantu di sekolah untuk mengembangkan bakat anak.

c. Untuk Peneliti Selanjutnya

Banyak informasi dan ilmu yang perlu dikembangkan lagi dalam penelitian ini. Masih banyak hal yang bermanfaat untuk dipelajari, khususnya informasi mengenai berbagai peranan orang tua anak


(4)

50

belajar melalui pelajaran di sekolah saja. Anak berkebutuhan khusus dengan ketunarunguan membutuhkan berbagai pengalaman dan sosialisasi lebih luas untuk pembelajaran hidupnya. Membantu perkembangan anak tunarungu tidak selalu melalui pembelajaran dengan menggunakan berbagai media pembelajaran saja agar anak tersebut dapat memperlihatkan kemajuan atau perkembangannya. Orang tua adalah salah satu faktor perkembangan anak tunarungu, karena tanpa adanya dorongan dari orang tua, maka anak hanya mengerti pelajaran yang diajarkan saja, bukan aspek kehidupan lainnya.

Semoga penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi dalam mengolah informasi dan banyak ilmu yang dapat dibagikan. Informasi dan ilmu dapat berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, diharapkan ilmu yang telah ada dapat lebih dikembangkan demi kemajuan informasi untuk bidang pendidikan anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tunarungu dalam bidang non-akademiknya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Bahri Djamarah, S. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.Bungin, B. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pengembangan Bakat Non

Akademik. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Jenny, D. (2011). Fungsi dan Peran Orang Tua. [Online]. Tersedia di:

http://www.duniapsikologi.com/fungsi-dan-peran-orang-tua/ [31 Mei 2013]

Moleong, J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munandar, U. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Redaksi Moogi. (2013). Tips Sederhana Untuk Mengetahui Bakat Anak Sejak Dini. [Online]. Tersedia di:

http://www.majalahmoogi.com/2013/04/913/tips-sederhana-mengetahui-bakat-anak-sejak-dini/ [20 September 2014) Semiawan, C. (1997). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta:

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Shochib, M. (2000). Pola Asuh Orang Tua.Jakarta: PT. Rineka Cipta. Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu.

Bandung: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Somantri, Sutjihati T. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sugiyono.(2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta


(6)

Sukmadinata, Nana S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryana, Y. & Priatna, T. (2008).Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Sahifa

Syalima. (2011). Mengenali Minat dan Bakat. [Online]. Tersedia di:

http://misscounseling.blogspot.com/2011/09/mengenali-bakat-dan-minat.html [31 Mei 2013]

Yaumi, M. (2012). Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegences. Jakarta: Dian Rakyat.

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.