KAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA Kajian Resiko Penggunaan Kontrasepsi Suntik Dan Pil Terhadap Tekanan Darah Wanita Di Puskesmas Kabupaten Ngawi.

(1)

KAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK

DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA

DI PUSKESMAS KABUPATEN NGAWI

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

ALIN YAMA PUSPITA

K100100081

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA


(2)

(3)

KAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS

KABUPATEN NGAWI

THE STUDY OF RISK OF CONTRACEPTIVE INJECTION USAGE AND PILLS TOWARD WOMEN BLOOD PRESSURE IN PUBLIC HEALTH CENTERS

AT NGAWI

Alin Yama Puspita dan Nurul Mutmainah Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

E-mail : alinyama12345@gmail.com ABSTRAK

Kontrasepsi adalah suatu cara yang efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan. Namun, dalam penggunaan kontrasepsi sering menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, salah satunya adalah peningkatan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor resiko penggunaan kontrasepsi hormonal suntik dan pil terhadap peningkatan tekanan darah wanita akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental (observasional) dengan desain cross sectional.

Penentuan Puskesmas dilakukan secara area sampling, dimana tiap Puskesmas diambil dari bagian barat, timur, selatan, dan utara Kabupaten Ngawi. Sedangkan cara pengambilan sampel secara purposive sampling pada 42 akseptor KB suntik, 16 akseptor KB pil, dan 44 akseptor KB IUD (kontrasepsi nonhormonal sebagai kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi hormonal KB suntik dan KB pil yang mengandung kombinasi estrogen dan progesteron merupakan faktor resiko terjadinya peningkatan tekanan darah terhadap wanita akseptor KB hormonal berturut-turut sebesar 1,08 dan 1,34 kali dibandingkan dengan kontrasepsi IUD (nonhormonal).

Kata kunci: Kontrasepsi, suntik dan pil, tekanan darah ABSTRACT

Contraception is an effective way to prevent pregnancy. However, the uses of contraceptives often cause unwanted side effects, one of which is an increase in the blood pressure. This study was conducted to determine the risk factor of hormonal contraceptive injection usage and pills toward the increase of woman's blood pressure acceptors in PHC at Ngawi. This research is non experimental (observational) with a cross-sectional design. Determination of PHC was conducted with sampling area of each health center located in the west, east, south, and north of Ngawi. Meanwhile the sampling method was done by purposive sampling at 42 acceptors injection, pill acceptors 16 and 44 IUD acceptors (non-hormonal contraception as a control). The results calculated by Prevalence Ratio (PR> 1), which indicates that hormonal contraceptive injections and birth control pills that contain estrogen and progesterone combination is a risk factor for the increase of blood pressure for women hormonal acceptors respectively by 1.08 and 1.34 times compared with the IUD (non-hormonal).


(4)

PENDAHULUAN

Dewasa ini telah diketahui banyak metode dan alat kontrasepsi meliputi suntik, pil, IUD, implan, kontap dan kondom. Metode KB suntik merupakan salah satu metode keluarga berencana nasional yang penggunaannya semakin bertambah. Hal ini dikarenakan penggunaan aman, sederhana dan efektif (Manuaba, 1998). Begitu juga dengan kontrasepsi pil, keuntungan utama dalam penggunaan adalah keefektifannya sangat tinggi bila digunakan dengan tepat dan benar. Selain itu juga memenuhi unsur sederhana dalam penggunaan tanpa memerlukan pemeriksan medis (Siswosudarmo, dkk, 2001).

Keluarga berencana (KB) adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Terkait dengan hal ini telah dibuat beberapa cara untuk mencegah atau menunda kehamilan. Salah satu caranya yaitu dengan penggunaan kontrasepsi (Sulistyawati, 2011). Pemilihan kontrasepsi yang digunakan oleh wanita perlu dipertimbangkan karena berpengaruh terhadap fungsi reproduksi. Efek samping merupakan salah satu alasan penghentian atau perubahan penggunaan kontrasepsi. Hingga saat ini penggunaan kontrasepsi masih belum bebas dari kegagalan, efek samping dan komplikasi yang ditimbulkan (Hartanto, 2004). Timbulnya berbagai jenis efek samping merupakan alasan kebanyakan wanita untuk menghentikan penggunaan kontrasepsi hormonal, selain itu juga timbul rasa takut sulit mempunyai anak lagi (Baziad, 2008)

Keefektifan kontrasepsi suntik sangat tinggi, tetapi memiliki efek samping yang sering dikeluhkan oleh akseptor KB misal timbul jerawat, gangguan perdarahan dan lain-lain (Siswosudarmo, dkk, 2001). Sedangkan penggunaan pil kontrasepsi berakibat pada peningkatan ringan tekanan darah sistolik dan diastolik wanita pada 2 tahun pertama penggunaan (Baziad, 2008).

Tekanan darah diartikan sebagai kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam mmHg (Syamsudin, 2011). Standar tekanan darah normal yang digunakan pada orang dewasa adalah 120/80 mmHg. Nilai 120 menunjukkan tekanan pembuluh arteri saat jantung berkontraksi atau disebut sistolik, sedangkan nilai 80 menunjukkan tekanan darah relaksasi yang disebut diastolik (Suryaningsih, 2009). Dengan demikian, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal yang meliputi kontrasepsi suntik dan pil terhadap tekanan darah pada wanita akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi.


(5)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat non eksperimental (observasional) dan menggunakan pendekatan survey analitik cross sectional untuk mengetahui besarnya prevalensi terjadinya peningkatan tekanan darah pada akseptor KB hormonal suntik dan pil di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan kontrasepsi pil dan suntik, sedangkan variabel terikatnya adalah tekanan darah, dan sebagai kontrol adalah wanita akseptor KB nonhormonal (IUD).

Populasi

Populasi penelitian ini adalah wanita akseptor KB suntik, pil dan IUD yang merupakan peserta KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi.

Cara Pengambilan Sampel

Dengan kriteria inklusi, wanita usia 20-40 tahun yang sedang menggunakan KB suntik 1 bulan (Medroksi Progesteron Asetat 25 mg dan Estradiol Sipionat 5 mg), KB pil kombinasi (Etinilestradiol 0,03 mg dan Levonogestrel 0,15 mg) atau KB IUD, (4) yang sebelum penggunaan kontrasepsi tekanan darahnya normal dan minimal 6 bulan pemakaian.

Alat dan Bahan

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpul data dan bahan yang digunakan adalah catatan medik yang berisi tekanan darah, berat badan, umur, lama pemakaian, dan jenis KB hormonal (KB pil kombinasi dan KB suntik 1 bulan) yang mengandung estrogen dan progesteron.

Cara Analisis Data

1. Dihitung persentase yaitu pada wanita pengguna kontrasepsi suntik dan pil berdasarkan klasifikasi tekanan darah :

Misal : Wanita kriteria hipertensi stage I 100%

x sampel

I stage hipertensi Wanita

2. Dihitung rasio prevalensi peningkatan tekanan darah dengan menggunakan rumus Rasio Prevalensi (RP)

D) (C

C : B) (A

A RP

+ +


(6)

A : Jumlah responden dengan kontrasepsi hormonal yang mengalami peningkatan tekanan darah.

B : Jumlah responden dengan kontrasepsi hormonal yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah.

C : Jumlah responden yang menggunakan kontrasepsi non hormonal (IUD) yang mengalami peningkatan tekanan darah.

D : Jumlah responden yang menggunakan kontrasepsi non hormonal (IUD) yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah.

Nilai prevalensi diklasifikasikan dengan interpretasi hasil yaitu jika :

1. Ratio Prevalensi sama dengan 1 berarti kontrasepsi hormonal bukan merupakan faktor resiko atau tidak ada pengaruhnya untuk terjadinya peningkatan atau bersifat netral 2. Ratio prevalensi lebih dari 1 berarti kontrasepsi hormonal tersebut merupakan faktor

resiko untuk timbulnya peningkatan tekanan darah

3. Ratio prevalensi kurang dari 1 berarti kontrasepsi hormonal diteliti justru mengurangi timbulnya peningkatan tekanan darah (Chandra, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh peningkatan tekanan darah pengguna kontrasepsi suntik, pil, dan IUD dengan total populasi yaitu 20273 akseptor, tapi diambil sampel minimal 102 akseptor yang memenuhi kriteria inklusi yang sudah ditetapkan. Sebanyak 42 akseptor pengguna kontrasepsi suntik, 16 akseptor pengguna kontrasepsi pil, dan 44 akseptor untuk pengguna kontrasepsi IUD. Pada penelitian ini diambil data akseptor KB IUD (nonhormonal) karena digunakan sebagai pembanding tekanan darah dengan akseptor KB hormonal, sehingga kenaikan tekanan darah antara penggunaan kontrasepsi nonhormonal dan kontrasepsi hormonal dapat dibedakan.

Data diambil di Puskesmas Ngawi, Puskesmas Walikukun, Puskesmas Ngrambe, dan Puskesmas Karanganyar yang berada di Kabupaten Ngawi. Penentuan puskesmas dipilih berdasarkan area sampling, dengan harapan pengambilan sampel bisa merata untuk mewakili Kabupaten Ngawi.

Tabel 1 Demografi Umum data akseptor KB hormonal dan nonhormonal di Kabupaten Ngawi Data Akseptor Kontrasepsi

Suntik

Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi IUD

Jumlah % Umur

21-25 9 1 5 15 14,7


(7)

Lama Pemakaian

< 1 tahun 13 2 6 21 20,6

1-5 tahun 15 6 26 47 46,1

> 5 tahun 14 8 12 34 33,3

Dilihat dari tabel 1 kebanyakan akseptor mulai menggunakan kontrasepsi dari umur 21 tahun sampai umur 35 tahun, dimana pada rentang umur tersebut adalah merupakan usia subur bagi para akseptor untuk mempunyai anak. Sedangkan dilihat dari segi lama pemakaian, akseptor pengguna kontrasepsi hormonal dan nonhormonal yang memiliki persentase tertinggi terhadap peningkatan tekanan darah pada lama pemakaian 1 – 5 tahun. Tabel 2 Distribusi akseptor KB hormonal dan nonhormonal terhadap tekanan darah sistolik di

Puskesmas Kabupaten Ngawi Tekanan Darah Kontrasepsi

Suntik

Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi IUD

Jumlah

Tetap 10 1 13 26

Meningkat 32 15 31 76

Jumlah 42 16 44 102

Pada tabel 2 dapat dilihat peningkatan tekanan darah sistolik pada akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Akseptor KB yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah atau memiliki tekanan darah tetap sebanyak 26 akseptor. Pada KB suntik yang mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 32 dari 42 akseptor, pada KB pil yang mengalami peningkatan tekanan darah 15 dari 16 akseptor, dan pada kontrasepsi IUD yang mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 31 dari 44 akseptor. Peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan oleh kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen menghambat sekresi FSH dan hormon progesteron menghambat pelepasan LH. Bila FSH dan LH dihambat maka akan terjadi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh yang memicu terjadinya gangguan pada pembuluh darah yang dimanifestasikan dengan peningkatan tekanan darah.

Tabel 3 Distribusi akseptor KB hormonal dan nonhormonal terhadap tekanan darah diastolik di Puskesmas Kabupaten Ngawi

Tekanan Darah Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi IUD

Jumlah

Tetap 16 11 21 48

Meningkat 26 5 23 54

Jumlah 42 16 44 102

Tabel 3 menunjukkan perubahan tekanan darah diastolik pada akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Ada 48 akseptor KB yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah. Pada KB suntik ada 26 dari 42 akseptor mengalami peningkatan tekanan darah, pada KB pil 5 dari 11 akseptor, dan pada kontrasepsi IUD mengalami peningkatan


(8)

tekanan darah sebanyak 23 dari 44 akseptor. Kalau dilihat lagi pada tabel 2, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kontrasepsi lebih mempengaruhi peningkatan tekanan

Dilihat dari tabel 1 kebanyakan akseptor mulai menggunakan kontrasepsi dari umur 21 tahun sampai umur 35 tahun, dimana pada rentang umur tersebut adalah merupakan usia subur bagi para akseptor untuk mempunyai anak. Sedangkan dilihat dari segi lama pemakaian, akseptor pengguna kontrasepsi hormonal dan nonhormonal yang memiliki persentase tertinggi terhadap peningkatan tekanan darah pada lama pemakaian 1 – 5 tahun. Tabel 2 Distribusi akseptor KB hormonal dan nonhormonal terhadap tekanan darah sistolik di

Puskesmas Kabupaten Ngawi Tekanan Darah Kontrasepsi

Suntik

Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi IUD

Jumlah

Tetap 10 1 13 26

Meningkat 32 15 31 76

Jumlah 42 16 44 102

Pada tabel 2 dapat dilihat peningkatan tekanan darah sistolik pada akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Akseptor KB yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah atau memiliki tekanan darah tetap sebanyak 26 akseptor. Pada KB suntik yang mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 32 dari 42 akseptor, pada KB pil yang mengalami peningkatan tekanan darah 15 dari 16 akseptor, dan pada kontrasepsi IUD yang mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 31 dari 44 akseptor. Peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan oleh kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen menghambat sekresi FSH dan hormon progesteron menghambat pelepasan LH. Bila FSH dan LH dihambat maka akan terjadi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh yang memicu terjadinya gangguan pada pembuluh darah yang dimanifestasikan dengan peningkatan tekanan darah.

Tabel 3 Distribusi akseptor KB hormonal dan nonhormonal terhadap tekanan darah diastolik di Puskesmas Kabupaten Ngawi

Tekanan Darah Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi IUD

Jumlah

Tetap 16 11 21 48

Meningkat 26 5 23 54

Jumlah 42 16 44 102

Tabel 3 menunjukkan perubahan tekanan darah diastolik pada akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Ada 48 akseptor KB yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah. Pada KB suntik ada 26 dari 42 akseptor mengalami peningkatan tekanan darah, pada KB pil 5 dari 11 akseptor, dan pada kontrasepsi IUD mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 23 dari 44 akseptor. Kalau dilihat lagi pada tabel 2, dapat


(9)

tekanansistolik dibanding tekanan darah diastolik, karena hanya 54 akseptor saja yang mengalami peningkatan tekanan darah dari 102 sampel yang diambil.

Tabel 4 Persentase jumlah akseptor yang mempunyai tekanan darah normal prehipertensi dan hipertensi setelah pemakaian kontrasepsi di Puskesmas Kabupaten Ngawi

Jenis Kontrasepsi

Jumlah Akseptor

Persentase Akseptor dengan Tekanan Darah < 120 mmHg

(Normal)

120-139 mmHg (PreHipertensi)

140-159 mmHg Hipertensi Stage 1

Suntik 42 23,8 61,9 14,3

Pil 16 12,5 37,5 50,0

IUD 44 27,3 65,9 6,8

Tabel 5 Rata-rata dan standar deviasi tekanan darah (mmHg) sebelum dan sesudah menggunakan kontrasepsi di Puskesmas Kabupaten Ngawi

Jenis Kontrasepsi

Jumlah Akseptor

Tekanan darah (mmHg) sebelum dan sesudah Menggunakan kontrasepsi

Sebelum Sesudah Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik Suntik 42 112,73±4,505 75,68 ± 5,011 121,14 ± 9,454 83,66 ± 4,925 Pil 16 115,63 ± 5,123 78,13 ± 4,031 131,88 ± 11,673 81,87 ± 4,031 IUD 44 112,73 ± 4,505 75,68 ± 5,011 121,14 ± 9,454 83,86 ± 4,925

A. Analisis Data dengan Menghitung Ratio Prevalensi (RP)

Dari hasil pengambilan data di Puskesmas Walikukun, Puskesmas Ngrambe, Puskesmas Ngawi, dan Puskesmas Karanganyar kemudian dianalisis dengan uji statistik menggunakan rasio prevalensi yang dibantu dengan tabel yang berfungsi menentukan nilai prevalensinya.

Tabel 6 Hasil uji rasio prevalensi akseptor kontrasepsi hormonal dan nonhormonal yang mengalami peningkatan tekanan darah (≥120/80 mmHg)

Cross Sectional Efek

Ya Tidak Jumlah

Kontrasepsi Suntik 32 10 42

Pil 15 1 16

IUD 31 13 44

Jumlah 78 24 102

Dilihat dari tabel 6 yang mengalami peningkatan tekanan darah pada penggunaan KB suntik sebanyak 32 akseptor dan yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah 10 akseptor. Setelah dihitung nilai rasio prevalensi akseptor KB suntik diperoleh hasil 1,08 yang berarti KB suntik sebagai faktor resiko terhadap peningkatan tekanan darah sebesar 1,08 kali dibandingkan dengan kontrasepsi IUD. Pada penggunaan KB pil, 15 akseptor mengalami peningkatan tekanan darah dan 1 akseptor saja yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah. Diperoleh nilai rasio prevalensi sebesar 1,34 yang berarti KB pil sebagai faktor resiko peningkatan tekanan darah sebesar 1,34 kali dibanding dengan


(10)

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dihitung juga rasio prevalensi antara kontrasepsi pil dan kontrasepsi suntik dengan hasil 1,24 yang berarti kontrasepsi pil sebagai faktor resiko terhadap peningkatan tekanan darah sebesar 1,24 kali dibanding dengan kontrasepsi suntik. Tetapi dalam penelitian ini masih ada kelemahan yaitu kepatuhan, pola makan, gaya hidup akseptor KB tidak diketahui, selain itu lama pemakaian kontrasepsi tidak dibatasi, sehingga perlu dilakukan pemantauan tekanan darah serta mengontrol faktor lain yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah yaitu faktor makanan. Pada penelitian Febrianto (2005), penggunaan kontrasepsi kombinasi estrogen dan progesteron ada pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan tekanan darah akseptor KB di Kecamatan Serengan Kotamadya Surakarta. Sedangkan menurut Wenner dan Stachenfeld (2012), adanya hormon ovarium pada wanita muda perlu adanya kontrol untuk mencegah efek estrogen dan progesteron yang terkait dengan peningkatan tekanan darah.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Penggunaan kontrasepsi hormonal merupakan faktor resiko terjadinya peningkatan tekanan darah wanita akseptor Keluarga Berencana di Puskesmas Kabupaten Ngawi . 2. Akseptor KB suntik memiliki resiko terjadinya peningkatan tekanan darah 1,08 kali

dibanding dengan kontrasepsi IUD.

3. Akseptor KB pil memiliki resiko terjadinya peningkatan tekanan darah 1,34 kali dibanding dengan kontrasepsi IUD.

4. Akseptor KB pil memiliki resiko terjadinya peningkatan tekanan darah 1,24 kali dibanding dengan kontrasepsi suntik.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah :

1. Perlu dilakukan penelitian dengan metode cohort/prospektif untuk mengontrol tekanan darah wanita akseptor KB, selain itu juga perlu diketahui faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah.

2. Akseptor diharapkan untuk waspada dan disarankan memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi tubuh.


(11)

Chandra, B., 2011, Dasar Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, EGC

Febrianto, T., 2005, Kontrasepsi Kombinasi Estrogen Dan Progesteron Terhadap Peningkatan Tekanan Darah, (Online), (http://digilib.uns.ac.id/ pengguna.php?mn=detail&d_id=1242, diakses 30 Desember 2014)

Hartanto, H., 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan Manuaba, L. B., 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta, EGC

Siswosudarmo, H. R., Anwar, H. M. dan Emilia, O., 2001, Teknologi Kontrasepsi, Yogyakarta, Gajah Mada University Press

Sulistyawati, A., 2011, Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta, Salemba Medika

Suryaningsih, E. K., 2009, Mengenal dan Mencegah Penyakit Jantung, Kanker, dan Stroke, Yogyakarta, Kirana Publisher

Syamsudin, 2011, Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal, Jakarta, Salemba Medika

Wenner, M. M., dan Stachenfeld, N. S., 2012, Blood Pressure and water regulation : Understanding Sex Hormone Effects within and between Men and Women, (Online), (http://jp.physoc.org/content/590/23/5949, diakses 30 Desember 2014)


(1)

A : Jumlah responden dengan kontrasepsi hormonal yang mengalami peningkatan tekanan darah.

B : Jumlah responden dengan kontrasepsi hormonal yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah.

C : Jumlah responden yang menggunakan kontrasepsi non hormonal (IUD) yang mengalami peningkatan tekanan darah.

D : Jumlah responden yang menggunakan kontrasepsi non hormonal (IUD) yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah.

Nilai prevalensi diklasifikasikan dengan interpretasi hasil yaitu jika :

1. Ratio Prevalensi sama dengan 1 berarti kontrasepsi hormonal bukan merupakan faktor resiko atau tidak ada pengaruhnya untuk terjadinya peningkatan atau bersifat netral 2. Ratio prevalensi lebih dari 1 berarti kontrasepsi hormonal tersebut merupakan faktor

resiko untuk timbulnya peningkatan tekanan darah

3. Ratio prevalensi kurang dari 1 berarti kontrasepsi hormonal diteliti justru mengurangi timbulnya peningkatan tekanan darah (Chandra, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh peningkatan tekanan darah pengguna kontrasepsi suntik, pil, dan IUD dengan total populasi yaitu 20273 akseptor, tapi diambil sampel minimal 102 akseptor yang memenuhi kriteria inklusi yang sudah ditetapkan. Sebanyak 42 akseptor pengguna kontrasepsi suntik, 16 akseptor pengguna kontrasepsi pil, dan 44 akseptor untuk pengguna kontrasepsi IUD. Pada penelitian ini diambil data akseptor KB IUD (nonhormonal) karena digunakan sebagai pembanding tekanan darah dengan akseptor KB hormonal, sehingga kenaikan tekanan darah antara penggunaan kontrasepsi nonhormonal dan kontrasepsi hormonal dapat dibedakan.

Data diambil di Puskesmas Ngawi, Puskesmas Walikukun, Puskesmas Ngrambe, dan Puskesmas Karanganyar yang berada di Kabupaten Ngawi. Penentuan puskesmas dipilih berdasarkan area sampling, dengan harapan pengambilan sampel bisa merata untuk mewakili Kabupaten Ngawi.

Tabel 1 Demografi Umum data akseptor KB hormonal dan nonhormonal di Kabupaten Ngawi Data Akseptor Kontrasepsi

Suntik

Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi IUD

Jumlah % Umur

21-25 9 1 5 15 14,7


(2)

Lama Pemakaian

< 1 tahun 13 2 6 21 20,6

1-5 tahun 15 6 26 47 46,1

> 5 tahun 14 8 12 34 33,3

Dilihat dari tabel 1 kebanyakan akseptor mulai menggunakan kontrasepsi dari umur 21 tahun sampai umur 35 tahun, dimana pada rentang umur tersebut adalah merupakan usia subur bagi para akseptor untuk mempunyai anak. Sedangkan dilihat dari segi lama pemakaian, akseptor pengguna kontrasepsi hormonal dan nonhormonal yang memiliki persentase tertinggi terhadap peningkatan tekanan darah pada lama pemakaian 1 – 5 tahun. Tabel 2 Distribusi akseptor KB hormonal dan nonhormonal terhadap tekanan darah sistolik di

Puskesmas Kabupaten Ngawi Tekanan Darah Kontrasepsi

Suntik

Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi IUD

Jumlah

Tetap 10 1 13 26

Meningkat 32 15 31 76

Jumlah 42 16 44 102

Pada tabel 2 dapat dilihat peningkatan tekanan darah sistolik pada akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Akseptor KB yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah atau memiliki tekanan darah tetap sebanyak 26 akseptor. Pada KB suntik yang mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 32 dari 42 akseptor, pada KB pil yang mengalami peningkatan tekanan darah 15 dari 16 akseptor, dan pada kontrasepsi IUD yang mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 31 dari 44 akseptor. Peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan oleh kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen menghambat sekresi FSH dan hormon progesteron menghambat pelepasan LH. Bila FSH dan LH dihambat maka akan terjadi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh yang memicu terjadinya gangguan pada pembuluh darah yang dimanifestasikan dengan peningkatan tekanan darah.

Tabel 3 Distribusi akseptor KB hormonal dan nonhormonal terhadap tekanan darah diastolik di Puskesmas Kabupaten Ngawi

Tekanan Darah Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi IUD

Jumlah

Tetap 16 11 21 48

Meningkat 26 5 23 54

Jumlah 42 16 44 102

Tabel 3 menunjukkan perubahan tekanan darah diastolik pada akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Ada 48 akseptor KB yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah. Pada KB suntik ada 26 dari 42 akseptor mengalami peningkatan tekanan darah, pada KB pil 5 dari 11 akseptor, dan pada kontrasepsi IUD mengalami peningkatan


(3)

tekanan darah sebanyak 23 dari 44 akseptor. Kalau dilihat lagi pada tabel 2, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kontrasepsi lebih mempengaruhi peningkatan tekanan

Dilihat dari tabel 1 kebanyakan akseptor mulai menggunakan kontrasepsi dari umur 21 tahun sampai umur 35 tahun, dimana pada rentang umur tersebut adalah merupakan usia subur bagi para akseptor untuk mempunyai anak. Sedangkan dilihat dari segi lama pemakaian, akseptor pengguna kontrasepsi hormonal dan nonhormonal yang memiliki persentase tertinggi terhadap peningkatan tekanan darah pada lama pemakaian 1 – 5 tahun. Tabel 2 Distribusi akseptor KB hormonal dan nonhormonal terhadap tekanan darah sistolik di

Puskesmas Kabupaten Ngawi Tekanan Darah Kontrasepsi

Suntik

Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi IUD

Jumlah

Tetap 10 1 13 26

Meningkat 32 15 31 76

Jumlah 42 16 44 102

Pada tabel 2 dapat dilihat peningkatan tekanan darah sistolik pada akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Akseptor KB yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah atau memiliki tekanan darah tetap sebanyak 26 akseptor. Pada KB suntik yang mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 32 dari 42 akseptor, pada KB pil yang mengalami peningkatan tekanan darah 15 dari 16 akseptor, dan pada kontrasepsi IUD yang mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 31 dari 44 akseptor. Peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan oleh kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen menghambat sekresi FSH dan hormon progesteron menghambat pelepasan LH. Bila FSH dan LH dihambat maka akan terjadi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh yang memicu terjadinya gangguan pada pembuluh darah yang dimanifestasikan dengan peningkatan tekanan darah.

Tabel 3 Distribusi akseptor KB hormonal dan nonhormonal terhadap tekanan darah diastolik di Puskesmas Kabupaten Ngawi

Tekanan Darah Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi Pil

Kontrasepsi IUD

Jumlah

Tetap 16 11 21 48

Meningkat 26 5 23 54

Jumlah 42 16 44 102

Tabel 3 menunjukkan perubahan tekanan darah diastolik pada akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Ada 48 akseptor KB yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah. Pada KB suntik ada 26 dari 42 akseptor mengalami peningkatan tekanan darah, pada KB pil 5 dari 11 akseptor, dan pada kontrasepsi IUD mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 23 dari 44 akseptor. Kalau dilihat lagi pada tabel 2, dapat


(4)

tekanansistolik dibanding tekanan darah diastolik, karena hanya 54 akseptor saja yang mengalami peningkatan tekanan darah dari 102 sampel yang diambil.

Tabel 4 Persentase jumlah akseptor yang mempunyai tekanan darah normal prehipertensi dan hipertensi setelah pemakaian kontrasepsi di Puskesmas Kabupaten Ngawi

Jenis Kontrasepsi

Jumlah Akseptor

Persentase Akseptor dengan Tekanan Darah < 120 mmHg

(Normal)

120-139 mmHg (PreHipertensi)

140-159 mmHg Hipertensi Stage 1

Suntik 42 23,8 61,9 14,3

Pil 16 12,5 37,5 50,0

IUD 44 27,3 65,9 6,8

Tabel 5 Rata-rata dan standar deviasi tekanan darah (mmHg) sebelum dan sesudah menggunakan kontrasepsi di Puskesmas Kabupaten Ngawi

Jenis Kontrasepsi

Jumlah Akseptor

Tekanan darah (mmHg) sebelum dan sesudah Menggunakan kontrasepsi

Sebelum Sesudah Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik Suntik 42 112,73±4,505 75,68 ± 5,011 121,14 ± 9,454 83,66 ± 4,925 Pil 16 115,63 ± 5,123 78,13 ± 4,031 131,88 ± 11,673 81,87 ± 4,031 IUD 44 112,73 ± 4,505 75,68 ± 5,011 121,14 ± 9,454 83,86 ± 4,925

A. Analisis Data dengan Menghitung Ratio Prevalensi (RP)

Dari hasil pengambilan data di Puskesmas Walikukun, Puskesmas Ngrambe, Puskesmas Ngawi, dan Puskesmas Karanganyar kemudian dianalisis dengan uji statistik menggunakan rasio prevalensi yang dibantu dengan tabel yang berfungsi menentukan nilai prevalensinya.

Tabel 6 Hasil uji rasio prevalensi akseptor kontrasepsi hormonal dan nonhormonal yang mengalami peningkatan tekanan darah (≥120/80 mmHg)

Cross Sectional Efek

Ya Tidak Jumlah

Kontrasepsi Suntik 32 10 42

Pil 15 1 16

IUD 31 13 44

Jumlah 78 24 102

Dilihat dari tabel 6 yang mengalami peningkatan tekanan darah pada penggunaan KB suntik sebanyak 32 akseptor dan yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah 10 akseptor. Setelah dihitung nilai rasio prevalensi akseptor KB suntik diperoleh hasil 1,08 yang berarti KB suntik sebagai faktor resiko terhadap peningkatan tekanan darah sebesar 1,08 kali dibandingkan dengan kontrasepsi IUD. Pada penggunaan KB pil, 15 akseptor mengalami peningkatan tekanan darah dan 1 akseptor saja yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah. Diperoleh nilai rasio prevalensi sebesar 1,34 yang berarti KB pil sebagai faktor resiko peningkatan tekanan darah sebesar 1,34 kali dibanding dengan kontrasepsi IUD.


(5)

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dihitung juga rasio prevalensi antara kontrasepsi pil dan kontrasepsi suntik dengan hasil 1,24 yang berarti kontrasepsi pil sebagai faktor resiko terhadap peningkatan tekanan darah sebesar 1,24 kali dibanding dengan kontrasepsi suntik. Tetapi dalam penelitian ini masih ada kelemahan yaitu kepatuhan, pola makan, gaya hidup akseptor KB tidak diketahui, selain itu lama pemakaian kontrasepsi tidak dibatasi, sehingga perlu dilakukan pemantauan tekanan darah serta mengontrol faktor lain yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah yaitu faktor makanan. Pada penelitian Febrianto (2005), penggunaan kontrasepsi kombinasi estrogen dan progesteron ada pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan tekanan darah akseptor KB di Kecamatan Serengan Kotamadya Surakarta. Sedangkan menurut Wenner dan Stachenfeld (2012), adanya hormon ovarium pada wanita muda perlu adanya kontrol untuk mencegah efek estrogen dan progesteron yang terkait dengan peningkatan tekanan darah.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Penggunaan kontrasepsi hormonal merupakan faktor resiko terjadinya peningkatan tekanan darah wanita akseptor Keluarga Berencana di Puskesmas Kabupaten Ngawi . 2. Akseptor KB suntik memiliki resiko terjadinya peningkatan tekanan darah 1,08 kali

dibanding dengan kontrasepsi IUD.

3. Akseptor KB pil memiliki resiko terjadinya peningkatan tekanan darah 1,34 kali dibanding dengan kontrasepsi IUD.

4. Akseptor KB pil memiliki resiko terjadinya peningkatan tekanan darah 1,24 kali dibanding dengan kontrasepsi suntik.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah :

1. Perlu dilakukan penelitian dengan metode cohort/prospektif untuk mengontrol tekanan darah wanita akseptor KB, selain itu juga perlu diketahui faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah.

2. Akseptor diharapkan untuk waspada dan disarankan memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi tubuh.


(6)

Chandra, B., 2011, Dasar Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, EGC

Febrianto, T., 2005, Kontrasepsi Kombinasi Estrogen Dan Progesteron Terhadap Peningkatan Tekanan Darah, (Online), (http://digilib.uns.ac.id/ pengguna.php?mn=detail&d_id=1242, diakses 30 Desember 2014)

Hartanto, H., 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan Manuaba, L. B., 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta, EGC

Siswosudarmo, H. R., Anwar, H. M. dan Emilia, O., 2001, Teknologi Kontrasepsi, Yogyakarta, Gajah Mada University Press

Sulistyawati, A., 2011, Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta, Salemba Medika

Suryaningsih, E. K., 2009, Mengenal dan Mencegah Penyakit Jantung, Kanker, dan Stroke, Yogyakarta, Kirana Publisher

Syamsudin, 2011, Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal, Jakarta, Salemba Medika

Wenner, M. M., dan Stachenfeld, N. S., 2012, Blood Pressure and water regulation : Understanding Sex Hormone Effects within and between Men and Women, (Online), (http://jp.physoc.org/content/590/23/5949, diakses 30 Desember 2014)


Dokumen yang terkait

KAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA Kajian Resiko Penggunaan Kontrasepsi Suntik Dan Pil Terhadap Tekanan Darah Wanita Di Puskesmas Kabupaten Ngawi.

0 3 11

PENDAHULUAN Kajian Resiko Penggunaan Kontrasepsi Suntik Dan Pil Terhadap Tekanan Darah Wanita Di Puskesmas Kabupaten Ngawi.

0 3 6

HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Resiko Penggunaan Kontrasepsi Suntik Dan Pil Terhadap Tekanan Darah Wanita Di Puskesmas Kabupaten Ngawi.

0 2 4

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI PILKOMBINASI DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Pil Kombinasi Dengan Peningkatan Tekanan Darah Di Puskesmas Kartasura.

0 1 15

PENDAHULUAN Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Pil Kombinasi Dengan Peningkatan Tekanan Darah Di Puskesmas Kartasura.

0 2 4

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH WANITA Pengaruh Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Wanita Akseptor KB Hormonal Di Puskesmas Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri.

0 2 14

Perbandingan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Penggunaan Pil Kontrasepsi Hormonal Oral Kombinasi Di Puskesmas Helvetia

0 0 14

Perbandingan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Penggunaan Pil Kontrasepsi Hormonal Oral Kombinasi Di Puskesmas Helvetia

0 0 2

Perbandingan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Penggunaan Pil Kontrasepsi Hormonal Oral Kombinasi Di Puskesmas Helvetia

0 0 6

Perbandingan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Penggunaan Pil Kontrasepsi Hormonal Oral Kombinasi Di Puskesmas Helvetia

0 0 17