BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga - TRIOGI BELITASARI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga

  1. Definisi Keluarga Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyaiperan masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Keadaan ini perlu disadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagiannya dan di keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti (Friedman, 2010)

  Keluarga menurut Burges (1963) dalam Friedman (2010) adalah sekumpulan yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah dan ikatan adopsi atau ikatan sebuah keluarga yang hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga dan adanya interkasi dan komunikasi satu sama lain dalam peran sosial keluarga seperti suami, istri, ayah, ibu, anak laki-laki, saudara perempuan, saudara dan saudari.

  Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan sekumpulan orang yang terdiri dari satu atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan dimana anggota keluarga saling berinterksi dan berkomunikasi antara satu sama lain yang masing-masing mempunyai peran sosial untuk mencapai tujuan hidup yang sama.

  2. Fungsi Keluarga Friedman, (2010) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu

  a. Fungsi Afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Fungsi afektif berhubungan fungsi internal keluarga diantaranya perlindungan psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Sejumlah penelitian penting dilakukan untuk memastikan pengaruh positif kepribadian yang sehat dan ikatan keluarga pada kesehatan serta kesejahteraan individu.

  b. Fungsi sosialisasi dan status sosial Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga.

  c. Fungsi reproduksi Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

  d. Fungsi ekonomi Untuk memenuhi sandang, papan, pangan maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dijalankan pada keluarga dibawah garis kemiskinan. Perawat bertanggung jawab mencari sumber-sumber masyarakat yang dapat digunakan untuk meningkatkan status kesehatan klien.

  e. Fungsi perawatan kesehatan Yaitu menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan. Fungsi keperawatan kesehatan bukan hanya fungsi esensial dan dasar keluarga namun fungsi yang mengemban fokus sentral dalam keluarga yang berfungsi dengan baik dan sehat. Akan tetapi, memenuhi fungsi perawatan kesehatan bagi semua anggota keluarga dapat sulit akibat tantangan eksternal dan internal. Pratt (1976, 1982) menunjukan bahwa alasan keluarga mengalami kesulitan memberikan perawatan keluarga bagi anggota mereka terletak pada (a) struktur keluarga dan (b) sistem pelayanan kesehatan. Pratt meneukan bahwa saat keluarga memiliki asosiasi yang luas dengan organisasi, terlibat dalam aktivitas umum, dan menggunakan sumber komunitas, mereka memanfaatkan pelayanan perawatan kesehatan dengan lebih cepat. Selain itu praktik kesehatan personal meningkat saat suami secara aktif terlibat dalam urusan internal keluarga , termasuk masalah yang berkenaan dengan sistem pelayanan kesehatan.

  3. Tipe dan Bentuk Keluarga Bentuk keluarga menurut Friedman (2010) adalah Berikut ini akan disampaikan berbagai tipe keluarga :

  a. Tipe keluarga tradisional 1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, anak (kandung atau angkat). Dua bentuk variasi yang sedang berkembang dalam keluarga-keluarga inti adalah keduanya pekerja/berkarier dan keluarga tanpa anak. Keluarga adoptif merupakan satu tipe lain dari keluarga inti yang tercatat dalam literatur karena memliki keadaan dan kebutuhan yang khusus.

  2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga yang lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, keponakan, paman, bibi. Tipe keluarga ini lebih sering terdapat di kalangan kelas pekerja dan keluarga imigran. Karena manusia hidup lebih lama, perceraian , hamil dikalangan remaja, lahir diluar perkawinan semakin meningkat pula ,dan rumah menjadi tempat tinggal bagi beberapa generasi, biasanya hanya bersifat sementara.

  3) Keluarga “Dyad” yaitu satu rumah tangga yang terdiri dari suami,istri dan tanpa anak.

  4) “Single parent” yaitu suatu rumah tagga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung /angkat ). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian. b. Tipe keluarga non tradisonal Tipe keluarga nontradisional menurut Friedman (2010) antara lain keluarga dengan orang tua yang tidak pernah menikah dan anak biasanya ibu dan anak, keluarga pasangan yang tidak menikah dengan anak, pasangan heteroseksual cohabiting (kumpul kebo), keluarga homoseksual, agugmented family, keluarga komuni, keluarga asuh.

  4. Tahap dan Perkembangan Keluarga Menurut Friedman (2010) Perkembangan keluarga terbagi menjadi beberapa tahap dan perkembangan diantaranya yaitu a. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning family).

  Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan istri yang membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.

  b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).

  Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun).

  c. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool ).

  Dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with schoolchildren).

  Dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.

  e. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).

  Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.

  f. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching centerfamilies).

  Yaitu dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah..

  g. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).

  Dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.

  Tugas Perkembangan : menyediakan lingkungan ya ng meningkatkan kesehatan, memepertahankan hubungan antara orang tua, lansia dan anak-anak yang memuaskan, dan umtuk memperkuat hubungan pernikahan.

  Menurut Friedman (1998, hal 132) pada fase ini, masalah kesehatan yang dapat terjadi pada keluarga dewasa pertengahan yaitu :Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang tidak cukup, kegiatan waktu luang dan tidur yang kurang, nutrisi yang tidak baik, program olahraga yang tidak teratur, masalah-masalah hubungan perkawinan, Komunikasi dan hubungan dengan anak- anak dan orang tua yang berusian lanjut,masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang tua yang lanjut usia atau tidak mampu merawat diri. Peran perawat dalam menghadapi masalah kesehatan :memotivasi orang tua usia pertengahan untuk mengatur pola makan,istirahat dan olahraga, menganjurkan mengatasi masalah keluarga dengan cara berembug dengan anak-anaknya, memotivasi keluarga untuk membantu perawatan orang tua yang lanjut usia.

  h. Tahap VIII keluarga usia lanjut.

  Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal, sampai keduanya meninggal.

  5. Struktur Keluarga Menurut Friedman (2010) struktur keluarga terdiri atas:

  a. Pola dan proses komunikasi

  b. Pola interaksi keluarga yang berfungsi: bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berpikiran positif.

  c. Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social yang diberikan. d. Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif.

  6. Struktur Peran Keluarga Peran-peran keluarga sangat penting, dan merupakan peran sentral yang setiap orang harus dipelajari agar dapat dimainkan secara sukses, sedangkan untuk berfungsinya individu secara sukses melainkan juga keberhasilan fungsi keluarga.

  a. Peran formal Yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogeny keluarga membagi peran secara mereka kepada anggota keluarga seperti cara masyarakat membagi peran-perannya. Peran formal yang biasa dalam keluarga yaitu peran sebagai peran pencari nafkah, ibu rumah tangga pengasuh dan lain-lain.

  b. Peran informal Peran informal mempunyai tuntuan yang berbeda tidak terlalu didasarkan pada atribut-atribut /kepribadian anggoata keluarga ondividual. Dengan demikian, seorang anggota keluarga mungkin menjadi penengah, berupaya mencari penyelesaian apabila ada anggota keluarga yang konflik.

  c. Nilai dan norma Nilai adalah keyakinan abadi yang berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku dan dalam keluarga nialiu-nilai tersebut membimbing perkembangan aturan-aturan dan nilai-nilai keluarga yang lebih spesifik daripada norma-norma keluarga.

  Norma adalah rasa perilaku yang dianggap menjadi tahu dari masyarakat tertentu dan pola-pola perilaku semacam ini didasarkan pada nilai-nilai keluarga dan itu merupakan modal perilaku.

  7. Proses dan Strategi Koping Keluarga

  a. Proses dan strategi koping keluarga Strategi koping perilaku, kognitif, dan emosional keluarga serta individu diartikan sebagai masalah atau situasi khusus.

  Perbedaan situasi dan masalah membutuhkan pemecahan yang berbeda: yaitu, respon koping yang berbeda perlu diterapkan..

  b. Strategi koping keluarga internal Dalam strategi ini , tiga jenis strategi koping intra-keluarga yang umum dibahas yaitu strategi hubungan keluarga, kognitif, dan komunikasi. Strategi hubungan : Mengandalkan kelompok keluarga, kebersamaan yang lebih besar, fleksibilitas peran.

  Strategi kognitif : Normalisasi, pengendalian makna masalah dengan pembingkaian ulang dan penilaian pasif, pemecahan masalah bersama, mendapatkan informasi dan pengetahuan. Strategi komunikasi : Terbuka dan jujur, menggunakan humor dan tawa. c. Strategi koping keluarga eksternal Strategi koping keluarga eksternal dalam memelihara jalinan komunitas yang aktif dan menggunakan sistem dukungan sosial serta strategi spiritual.

  8. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan Hal-hal terpenting untuk dicermati bahwa dalam kaitanya dengan perawatan kesehatan adalah sejauh mana keluarga secara mandiri mampu melakukan tugas kesehatannya. Pada dasarnya menurut Friedman (2010) ada 5 yang terkait dengan pelaksanaan asuhan keprawatan jika diterapka pada keluarga Diabtes mellitus yaitu : a. Mengenal masalah kesehatan setiap keluarga yang terkena penyakit diabetes mellitus yaitu untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,mengkaji sejauhmana keluarga mengenal tanda dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda gejala, dan penyebab.

  b. Mengambil keputusan untuk tindakan keperawatan yang tepat bagi anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus meliputi cara mengatasi masalah kesehatan.

  c. Memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus yang meliputi cara perawatan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

  d. Memodifikasi lingkungan rumah yang memenuhi syarat kesehatan untuk penderita diabetes mellitus meliputi memelihara lingkungan yang menguntungkan bagi anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

  e. Menggunakan fasilitas kesehatan Yaitu untuk mengetaui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan masyarakat meliputi cek kesehatan rutin untuk mengetahui kondisi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

  9. Peran Dalam Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah atau melakukan perawatankesehatan keluarga,diantaranya sebagai berkut :

  a. Pendidik Dengan diberikan pendidikan kesehatan / penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatannya.

  b. Kordinator Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai.

  c. Pelaksana Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dalam rumah,klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. d. Pengawas kesehatan Sebagai pengawasan kesehatan perawat harus melakukan home visit atau kunjungan rumah teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

  e. Konsultan Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.

  f. Kolaborasi Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit,puskesmas,dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan.

  g. Fasilitator Peran perawat komunitas disini aadlah membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan didalam menggunakan pelayanan kesehatan,masalah ekonomi,dan sosial budaya.

  h. Penemu kasus Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi kesehatan secara dini,sehingga tidak terjadi ledakan atau kejadian luar biasa (KLB). i. Modifikasi lingkungan Perawat momunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan,baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitarnya gar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

B. Konsep Keperawatan keluarga dan model konseptual keluarga

  Keperawatan keluarga merupakan kekhususan spesialisasi yang terdiri dari ketrampilan berbagai bidang keperawatan. Praktek keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian perawatan menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota- anggotanya dlam situasi sehat dan sakit. Penekanan praktik keperawatan keluarga adalah berorientasi pada kesehatan,bersifat holistik,,dan interaksional, kekuatan keluarga. Tingkatan keperawatan keluarga: Ada empat tingkatan keperawatan keluarga yaitu

  1. Level 1 Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan diintervensi.

  2. Level 2 Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya, masalah kesehatan/ keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan diintervensi bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai unit yang terpisah.

  3. Level 3 Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah su-sistem dalam keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi, fokus intervensi : hubungan ibu dengan anak:hubungan perkawinan,dll.

  4. Level 4 Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang. Keluarga dipandang sebagai interaksional system, fokus intervensi: dinamika internal keluarga;struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-system keluarga dengan lingkungan luar.

  Model Konseptual Keperawatan Keluarga

Konsep model “self care” Dorothea E. Orem (1971) dikutip dalam Friedman (2010)beranggapan bahwa asuhan keperawatan

  dibutuhkan jika seorang dewasa tidak mampu melaksanakan perawatan diri secara memadai untuk mempertahankan kehidupan, memelihara kesehatan, pulih dari penyakit atau cedera, atau mengatasi efek penyakit atau cedera. Model Orem juga mengakomodasi keadaan saat asuhan keperawatan mungkin ditujukan untuk orang tua atau wali yang merawat anak yang sedang sakit. Sebagai contoh asuhan keperawatan dapat ditujukan untuk orang tua atau wali yang merawat anak yang sedang sakit. Enam konsep utama dalam konsep Orem adalah perawatan diri, agensi perawatan diri, kebutuhan keperawatan diri secara terapeutik, deficit perawatan diri, institusi dan sistem keperawatan. Sebuah konsep sekunder, tetapi penting adalah konsep faktor pengondisian landasan yang membahas beragam karakteristik personal dan keadaan klien.

  Gray (1996) dalam Friedman (2010) menyatakan bahwa steiap individu anggota keluarga dapat dipandang sebagai agena perawtan diri yang memberi konstribusi pribadi berkelanjutan bagi kesehatannya sendiri. Anggota keluarga baik secara individu atau kelompok, dapat melakukan atau menjalankan keharusan perawatan diri yang meliputi sikap mengebai kesehatan mereka dan kemampuan mereka untuk melaksanakan perilaku perawatan diri. Perawatan diri dapat digunakan untuk membantu perkembangan promosi kesehatan dalam keluarga dan untuk mengenali serta mengevaluasi beberapa area yang mungkin mengalami penurunan kesehatan.

C. Diabetes Melitus

  1. Pengertian Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa toleransi karbohidrat (Price dan Wilson, 2005).

  Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolime karbohidrat,lemak,dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,makrovaskular,dan neuropati (Yuliana elin, 2009) dikutip dalam (Amin Hardhi, 2013).

  Diabetes mellitus atau kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah ) melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa sama atau diatas 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006) dikutip dalam (Amin Hardhi, 2013).

  Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan Diabetes mellitus adalah keadaan tubuh seseorang dimana terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin yang mengakibatkan kenaikan kadar glukosa (gula darah).

  2. Anatomi dan Fisiologi Gambar I.1 Anatomi Pankreas

  Sumber: (Evelyn C pearce, 2009) Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas sentimeter, mulai dari duodenum sampai limpa, dan dilukiskan sebagai terdiri atas tiga bagian.

  Kepala pankreas yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga abdomen, didalam lekukan duodenum, dan yang paling praktis melingkarinya.

  Badan pancreas merupakan bagian uatama pada organ itu, letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.

  Ekor pankreas adalah bagian yang runcing di sebelah kiri, yang sebenarnya menyentuh limpa.

  Jaringan pankreas terdiri atas lobula daripada sel sekretori yang tersusun mengitari saluran-saluran halus.Saluran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari lobula yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan.

  Saluran-saluran kecil itu menerima saluran dari lobula lain dan kemudian bersatu membentuk saluran utama, yaitu duktus Wirsungi.

  Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu : a. Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum. b. Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau

  • – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1
  • – 3 % dari berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 μ, sedangkan yang terbesar 300 μ, terbanyak adalah yang besarnya
  • – 225 μ. Jumlah semua pulau langerhans di pancreas diperkirakan antara 1
  • – 2 juta. Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :

  1) Sel

  • – sel A ( alpha), jumlahnya sekitar 20 – 40 % : memproduksi glikagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunya i “ anti insulin like activity” .

  2) Sel

  • – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.

  3) Sel

  • – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat somatostatin.

  Masing

  • – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifatpewarnaan.Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler.Pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang
normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia.

  Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan ( perangkai ), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai

  • – B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel. Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi.

  Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun.

  3. Etiologi Amin, Hardi (2013) menyebutkan penyebab dari DM tipe I dan DM tipe II sebagai berikut : a. DM tipe I

  Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan diantaranya oleh faktor penderita tidak diwarisi diabetes itu sendiri,tetapi mewarisi suatu presdiposisi atau kencenderungan genetic kearah terjadinya tipe diabetes tipe I, faktor imunologi. Faktor lingkungan yaitu virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan estruksi sI beta.

  b. DM tipe II Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II yaitu usia, obesitas, riwayat dan keluarga.

  Ada bukti yang menunjukan bahwa etiologi diabetes mellitus bermacam-macam. Meskipun berbagai lesi dengan jenis yang berbeda akhirnya akan mengarah pada insufiensi insulin, tetapi determinan genetic biasanya memegang peranan penting pada mayoritas diabetes melitus. Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit autoimun yang ditentukan secara genetic dengan gejala- gejala yang pada akhirnya menuju proses bertahap perusakan imunologi sel-sel yang memproduksi insulin. Individu yang peka secara genetic tampaknya memberikan respon terhadap kejadian- kejadian pemicu yang diduga berupa infeksi virus,dengan memproduksi autoantiboi terhadap sel-sel beta,yang akan mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin yang dirangsang oleh glukosa.

  Pada pasien-pasien dengan diabetes mellitus tipe 2, penyakitnya mempunyai pola familial yang kuat.Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hampir 100%. Risiko berkembangnya diabetes mellitus tipe 2 pada saudara kandung mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya. Transmisi genetic adalah paling kuat dan contoh terbaik terdapat dalam awitan

  dewasa muda (MODY), yaitu subtype penyakit diabetes yang

  diturunkan sebagai pola autosomal dominan. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan nondiabetes adalah 1:1, dan sekitar 90% pasti membawa (carrier) diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 ditandai dengan kelainan sekresi insulin, serta kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel- sel sasaran terhadap kerja insulin.Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraseluler yang menyebabkabn mobilisasi pembawa GLUT 4 glukosa dan meningkatkan transport glukosa menembus membrane sel.

  4. Patofisiologi Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapt dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangam insulin sebagai berikut : a. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh,dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah sehingga 300 sampai 1200 mg/hari/100ml.

  b. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan asterosklerosis.

  c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus.Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg/dl glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap,maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.

  Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolism karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto-asetat dan asma Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.

  5. Tanda dan Gejala Gejala dan tanda-tanda Diabetes Melitus dapat digolongkan menjadigejala akut dan gejala kronik (Amin, Hardhi,2013) : a. Gejala Akut Penyakit Diabetes Melitus

  Gejala penyakit Diabetes Melitus dari satu penderita ke penderita lain bervariasi, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poli) yaitu banyak makan (poliphagi), banyak minum (polidipsi) dan banyak kencing (poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang/berat badan turun dengan cepat (turun 5

  • – 10 kg dalam waktu 2
  • – 4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik.

  b. Gejala Kronik Diabetes Melitus Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes Melitus diantaranya adalah kesemutan diakibatkan oleh gangguan pada pembuluh darah kapiler yang kecil dan rusaknya pembuluh darah tepi. Hal ini menyebabkan volume darah yang mengalir di ujung saraf berkurang. Jika mengalami hal ini penderita akan mengalami kesemutan terus-menerus di ujung jari dan diikuti oleh rasa sakit lain seperti nyeri di ujung telapak kaki, serta telapak kaki terasa menebal dan panas. Keadaan ini biasanya dirasakan pada malam hari; kulit terasa panas, atau seperti tertusuk jarum; rasa tebal di kulit; kram; capai; mudah mengantuk, mata kabur, biasanya sering ganti kacamata; gatal di sekitar kemaluan terutama wanita; gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg (Soegondo dkk, 2004).

  6. Penatalaksanaan Umum

  a. Penatalaksanaan medis Pengobatan dan Penanganan Penyakit Diabetes

  Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).

  Pada penderita diabetes melitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.

  Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan saja tidak mengalami kesulitan kalau berpuasa. Pasien yang cukup terkendali dengan obat dosis tunggal juga tidak mengalami kesulitan untuk berpuasa. Obat diberikan pada saat berbuka puasa. Untuk yang terkendali dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dosis tinggi, obat diberikan dengan dosis sebelum berbuka lebih besar daripada dosis sahur.

  Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes : Diet, latihan fisik (senam kaki) : Penelitian terkait yang dilakukan oleh Karnirius Harefa (2011), yaitu Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sirkulasi Darah Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Di Ruang Penyakit Dalam RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2011 yang menunjukan hasil penelitian Setelah dilakukan senam kaki didapatkan rata-rata sirkulasi darah kaki responden 1,16 yang berarti bahwa sirkulasi darah responden normal. Hal ini dapat terjadi karena senam kaki dapat memperbaiki peredaran darah yang terganggu dan memperkuat otot-otot kecil kaki pada pasien diabetes melitus. Senam kaki yang dilakukan peneliti di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 sebanyak 29 responden, didapatkan 27 responden (80%) yang mengalami peningkatan sirkulasi darah dengan mean Pre Test dan Post Test adalah -0,240. Pemantauan, terapi (jika diperlukan), dan pendidikan.

  b. Penatalaksanaan keperawatan Diagnosa keperawatan Resiko tinggi infeksi pada keluarga Bpk.S terutama Ibu.K berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes mellitus. Fokus intervensi Diagnose I : Resiko tinggi infeksi pada Keluarga Bpk.S terutama Ibu. K berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes mellitus Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selama 3 hari pertemuan bisa menurunkan diabetes mellitus Intervensi : 1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kekesehatan diabetes mellitus a) Diskusikan dengan keluarga pengertian, penyebab dan tanda gejala dengan menggunakan lefleat dan lembar balik

  b) Evaluasi penjelasan yang telah diberikan

  c) Berikan reinforcement positif atas jawaban yang benar

  2) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan diabetes mellitus.

  a) Diskuskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan Diabetes mellitus dengan menggunakan lefleat dan lembar balik.

  b) Berikan reinforcement positif atas jawaban yang benar c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.

  D.

Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus

  1. Pengkajian Pada bagian pengkajian ini berhubungan dengan informasi dasar tentang keluarga, pendekatan-pendekatan utama yang digunakan untuk menganalisa keluarga, dan tujuan-tujuan utama serta peran- peran yang berkenaan dengan perawat keluarga. Proses pemberian keperawatan kesehatan keluarga dan aspek-aspek perkembangan keluarga juga digali. Kerangka yang digunkan untuk membentuk alat pengkajian dan proses keperawatan keluarga adalah teori structural-fungsional, yang dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan khusus bagi perawatan kesehatan keluarga ; teori perkembangan keluarga‟ dan teori sistem-sistem. Ada lima bidang yang termasuk dalam pendekatan komprehensif ini : (1) mengidentifikasi data, (2) data lingkungan, (3) dimensi structural keluarga, dan (4) fungsi keluarga, (5) strategi dan proses koping keluarga (Friedman, 2010).

  2. Diagnosa Menurut Aplikasi NANDA (2013) diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan Diabetes diantaranya Resiko infeksi, nyeri akut, intoleransi aktivitas.

  3. Perencanaan Pengkajian dan diagnosa membimbing para professional dalam bidang kesehatan dalam merencanakan dan implementasi strategi- strategi. Transisi peran dan masalah-masalah peran dapat menciptakan ketimpangan substansial dan stress dalam seluruh sistem keluarga,meskipun dari luar hanya satu atau orang yang terpengaruh. Oleh sebab itu, strategi-strategi mengajar dan konseling dan strategi rujukan yang sering digunakan untuk memperbaiki transisi peran dan masalah-masalah peran (Friedman, 2010). Fokus Intervensi yang dilakukan pada Diabetes melitus

  a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota dengan diabetes mellitus 1) Tujuan umum

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari resiko infeksi tinggi tidak terjadi

  2) Tujuan khusus

  a) Setelah dilakukan pertemuan selama 1x30 menit keluarga dapat mengenal masalah diabetes mellitus antara lain : pengertian diabetes mellitus, menyebutkan penyebab diabetes mellitus, menyebutkan tanda gejala diabetes mellitus

  Intervensi : dengan menggunakan lembar balik jelaskan arti diabetes mellitus, diskusikan dengan keluarga penyebab diabetes mellitus, kaji pengetahuan keluarga dan diskusikan tentang tanda dan gejala diabetes mellitus b) Mengambil keputusan anggota keluarga untuk mencegah masalah diabetes mellitus

  Intervensi : sebutkan cara pencegahan diabetes mellitus pada ibu K,beri pujian positif pada keluarga atas usahanya

  c) Merawat anggota keluarga yang sakit dengan menyebutkan komplikasi diabetes mellitus Intervensi : sebutkan komplikasi diabetes mellitus, sebutkan alternative pengobatan diabetes mellitus, beri pujian positif pada keluarga atas usahanya

  d) Dapat memodifikasi lingkungan dengan baik dengan cara menjelaskan lingkungan yang baik bagi penderita.

  Intervensi : sebutkan syarat mengontrol makanan, beri pujian positif pada keluarga atas usahanya. e) Dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara atur jadwal rutin ke puskesmas Intervensi : diskusikan manfaat kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan, beri pujian pada keluarga atas usahanya.

  b. Nyeri akut pada Ibu.K berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Diabetes mellitus) Intervensi : 1) Tujuan umum

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari nyeri pada keluarga Bp.S terutama Ibu.K tidak terjadi.

  2) Tujuan khusus

  a) Setelah dilakukan pertemuan selama 1x30 menit keluarga dapat mengenal masalah Diabetes mellitus antara lain : pengertian diabetes mellitus, menyebutkan penyebab diabetes mellitus Intervensi : dengan menggunakan lembar balik jelaskan pengertian diabetes mellitus, diskusikan dengan keluarga penyebab diabetes mellitus

  b) Memutuskan merawat anggota keluarga dengan masalah diabetes mellitus.

  Intervensi : dengan lembar balik jelaskan cara pencegahan diabetes mellitus, gali pendapat keluarga bagaimana cara pencegahan diabetes mellitus pada Ibu.K, beri pujian positif pada keluarga atas usahanya.

  c) Mengetahui cara mengatasi diabetes mellitus pada nggota keluarga yang sakit dengan diabetes mellitus Intervensi : menyebutkan cara mengatasi diabetes mellitus, beri pujian positif pada keluarga atas ushahanya.

  d) Dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi Diabetes mellitus Intervensi : disuksikan manfaat kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan, beri pujian positif pada keluarga atas usahanya.

  c. Intoleransi aktivitas pada keluarga Bp.S terutama Ibu K berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang memiliki intoleransi aktivitas. 1) Tujuan umum

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari intoleransi aktifitas pada keluarga Bpk.S terutama Ibu K tidak terjadi. 2) Tujuan khusus

  a) Setelah dilakukan pertemuan selama 1x30 menit keluarga dapat mengenal masalah kesehatan antara lain : Sebutkan tanda dan gejala kelelahan, dengan menggunakan lembar balik jelaskan tanda dan gejala keleahan, mengambil keputusan anggota keluarga dengan masalah kelelahan

  Intervensi : Dengan lembar balik jelaskan cara pencegahan keleahan ,gali pendapat keluarga bagaimana cara pencegahan kelelahan

  b) Dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada Intervensi : Diskusikan manfaat kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan, sebutkan fasilitas pelayanan kesehatan, beri pujian pada keluarga atas usahnya.

  4. Pelaksanaan Pelaksanaan keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien- keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.

  5. Evaluasi Komponen ke lima dari proses keperawatan adalah evaluasi.

  Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi- intervensi yang dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya. Keefektifan ditentukan dengan melihat respon keluarga dan hasil (bagaimana keluarga memberikan respon), bukan intervensi-intervensi yang diimplementasikan (Friedman, 2010).