BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pisang Sebagai Terapi - IGA NURCAHYANI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pisang Sebagai Terapi Buah Pisang (Musa paradisiaca L) adalah tanaman buah berupa herba

  yang dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai makanan dan dapat dijadikan sebagai obat. Di kalangan masyarakat Asia Tenggara (termasuk Indonesia) tanaman pisang telah lama dimanfaatkan, terutama tunas dan pelepahnya dapat dijadikan sebagai sayur. Morfologi tanaman buah pisang di dukung oleh komponen utamanya yaitu : akar, daun, batang, bunga, dan buah sehingga pertumbuhanya bisa optimal (Mudjajanto, 2002).

  Berdasarkan taksonominya, tanaman pisang diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi Spermatophyta Sub Divisi Angiospermae Kelas Monocotyledonae Keluarga Musaceae Genus Musa Spesies Musa spp.

  Nama binomial Musa paradisiaca L Kesner (2008), mengatakan untuk menurunkan tekanan darah tidak hanya dengan mengurangi makanan yang mengandung natrium, tetapi juga harus meningkatkan asupan kalium karena akan mempercepat ekskresi natrium tubuh. Pisang ambon khususnya merupakan salah satu buah yang populer dan mengandung kalium tinggi.

  Pisang berasal dari daerah tropik Asia Tenggara di sekitar kawasan Malaysia dan Indonesia dan merupakan tanaman dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang dapat tumbuh baik pada tanah liat dan tanah yang banyak mengandung humus. Pisang terdiri dari tiga jenis yaitu pisang serat, pisang hias dan pisang buah (Suyanti, 2008).

  Pisang yang sering ditemukan dipasaran diantaranya pisang ambon ,barangan, badak, raja bulu, tanduk, susu, pisang nagka, dan pisang kapok.

  Kulit buah berwarna kuning bila matang. Daging buah tebal, lunak berwarna putih dan rasanya manis. Kandungan zat gizi dan fitronutrien dari pisang adalah karbohidrat dalam bentuk pati dan gula (Hartini, 2002).

  Menurut Cordoba (2009), buah pisang memiliki sifat rasanya manis, sifatnya dingin, astrigen. Pisang bermanfaat untuk melumas (lubricate) usus, penawar racun, penurun panas (antipiretik), antiradang, peluruh kencing (diuretik), tekanan darah tinggi (hipertensi)

  Bagi penderita hipertensi, selain mengkonsumsi obat-obatan dan berolahraga, pengaturan pola makan meliputi, pengurangan asupan kalori terutama bagi penderita yang mengalami kegemukan, membatasi asupan garam, serta memperbanyak asumsi buah dan sayuran (Wirakusumah, 2002).

  Lois et al. (2006), buah pisang memiliki banyak kandungan gizi, mengandung banyak mineral seperti kalium , magnesium, besi , fosfor dan kalsium, mengandung vitamin A(betakaroten), vitamin B (tiamin, riboflavin, niasin dan vitamin B6) dan C vitamin serta mengandung serotonin. Setiap 100 gr buah pisang matang mengandung kalori 99 kal, lemak 0,2 gram, protein 1,2 gram, kerbohidrat 25,8 gram, serat 0,7 gram, besi 0,5 gram, fosfor 28 gram, kalsium 8mg, vitamin C 3 mg, vitamin B 0,08 mg, vitamin A 44 RE dan air 72 gr.

  Menurut Damasceno et al (2010), buah pisang yang berukuran sedang mengandung 425 mg potasium sehingga dapat meningkatkan asupan kalium yang tinggi. Peningkatan kalium berguna untuk mencegah penyakit kardiovaskuler.

B. Tekanan Darah

  Secara umum ada 2 komponen tekanan darah yaitu tekanan sistolik ( angka atas ) yaitu tekanan yang timbul akibat pengerutan bilik jantung sehingga ia akan memompa darah dengan tekanan terbesar dan tekanan distolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan penahan pada dinding pembuluh darah saat jantung mengembang antar denyut, terjadi pada saat jantung dalam keadaan mengembang (saat beristirahat) sehingga tekanan darah akan berkurang. Tekanan darah normal (normotensif) sangat di butuhkan untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat – zat gizi. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan memiliki kekuatan untuk menekan dinding pembuluh darah tersebut, inilah yang disebut sebagai tekanan darah. Tekanan darah terendah ada di pembuluh darah, sedangkan tekanan darah tertinggi ada dalam arteri terbesar. Detak jantung yang kita rasakan , berkisar 60 -70 kali permenit dalam keadaan istirahat, menunjukan bahwa jantung sedang memompa darah kita melewati pembuluh darah. Dinding pembuluh darah bersifat elastis dan memiliki ketahanan kuat sehingga muncul tekanan setiap kali jantung berdenyut (Martuti, 2009).

  Menurut Woods et al (2004), tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding pembuluh darah. Ini adalah variabel yang kompleks yang melibatkan mekanisme fisiologis yang mempengaruhi volume darah yang dipompa oleh jantung setiap menit (curah jantung) dan derajat dilatasi atau penyempitan arteri (Breen, 2008).

  Secara umum tekanan darah yang ideal adalah 120 / 80 mmHg.

  

International society of hypertension working group (ISHWG) dan WHO telah

  mengklasifikasikan tekanan darah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

  KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK Normal < 130 < 85 Ringan 140 - 159 90 – 99 Sedang 160 – 179 100 – 109 Berat >180 >110 C.

   Hipertensi

  Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg (milimeter air raksa) dan juga disertai tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg pada dua atau tiga kali pemeriksaan (Price & Wilson, 2005).

  Hipertensi adalah tekanan darah atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer, 2000).

  Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolikmelebih dari 140 mmHg atau tekanan darah sistolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001).

  Beberapa gejala yang sering terdapat pada penderita hipertensi meskipun secara tidak sengaja muncul secara bersamaan antara lain : sakit kepala, muka merah, keluar darah dari hidung secara tiba – tiba , cepat merasa lelah dan tengkuk terasa pegal (Ridwan, 2009).

  Jika hipertensinya berat dan atau menahun dan tidak di obati bisa menimbulkan gejala seperti : sakit kepala, kelelahan , mual, muntah, sesak napas, napas pendek, ( terengah – engah ), gelisah, pandangan mata kabur dan berkunang – kunang, emosional, telinga berdengung, sulit tidur, tengkuk terasa berat, nyeri kepala bagian belakang dan di dada, otot lemah, terjadi pembengkakan di kaki dan pergelangan kaki, keringat berlebih, kulit tampak pucat atau kemerahan, denyut jantung yang kuat, cepat atau tidak teratur, impotensi, perdarahan di urin, bahkan mimisan ( meskipun ini sangat jarang terjadi ). Melakukan kontrol rutin bagi yang berusia di atas 40 tahun atau usia 20 – 30 bagi mereka yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi, membantugejala penyakit hipertensi ini lebeh awal (Martuti, 2009).

  Menurut Lany (2004), menyebutkan juga bahwa gejala – gejala hipertensi antara lain sakit kepala, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdering ( tinnitus ), penglihatan kabur, dan sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban yang berat.

  Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan (Ridwan, 2009) yaitu: 1.

  Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, stres lingkungan, hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah, hiperaktifitas susunan saraf simpatik, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca interselular dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti : obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

  2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Dari sisa 5 sampai 10% pasien hipertensi arterial, bisa diidentifikasikan suatu sebab yang dapat dikenali atau penyakit yang dikenal. Orang ini dikatakan menderita bentuk sekunder dari hipertensi, berbeda dengan pasien yang menderita apa yang dinamai hipertensi esensial atau primer (Chung, 1995).

  Banyak faktor yang berperan terjadinya hipertensi meliputi faktor yang tidak dapat di ubah seperti :

1. Keturunan ( Herediter )

  Apabila riwayat hipertensi di temukan pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot ( satu sel telur ) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi maka dugaan bahwa kembarannya juga mengalami hipertensi.

  2. Jenis Kelamin Laki – laki mempunyai peluang yang lebih besar terserang hipertensi dari pada perempuan. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula di pengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita sering kali di picu oleh perilaku yang tidak sehat seperti konsumsi garam yang berlebih dan kelebihan berat badan. Sedangkan pada laki – laki lebih berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis yang kuat.

  3. Usia Tekanan darah seseorang akan meningkat seiring bertambahnya usia, semakin tua usianya semakin besar resiko terkena hipertensi.

  Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolikterus naik sampai usia 55 – 60 tahun kemudian secara perlahan akan menurun. Sedangkan faktor yang dapat di ubah (Martuti, 2009) seperti: 1.

  Obesitas Obesitas atau kegemukan merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer pembuluh darah berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.

  2. Stress Seseorang yang berada di lingkungan dengan kondisi stessor tinggi akan mudah terkena hipertensi. Stress akan berakibat pada penurunan permukaan filtrasi, aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta produksi berlebih renin angiotensin. Aktivitas saraf simpatis yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Produksi renin angiotensin yang berlebih mengakibatkan konstriksifungsionil dan hipertrofi structural sehingga tekanan darah dapat meningkat.

3. Gaya Hidup.

  Gaya hidup seperti merokok, minum- minuman yang beralkohol dan kurang olah raga dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah.

  Gaya hidup yang kurang baik juga memicu hipertensi seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan makanan olahan dengan kandungan garam yang tinggi (Kristanti, 2009).

  Akibat yang di timbulkan dari penyakit hipertensi adalah penyakit gagal jantung, serangan jantung, arteri coroner, pembesaran ventrikel kiri jantung, penyakit ginjal kronis dan serangan stroke (Martuti, 2009).

  Menurut Beevers (2001), akibat dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat pecahnya pembuluh darah dan mengakibatkan kematian pada otak yang kemudian menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu kerusakan pada ginjal dan pada organ mata yang dapat mengakibatkan kebutaan.

  Kebutuhan klien hipertensi dalam menstabilkan tekanan darahnya membutuhkan bantuan dan tindakan perawat. Pemberian buah pisang ambon pada klien hipertensi dipantau, yang bertujuan agar tidak menyebabkan hipotensi (Kozier et al., 2002) Pemanfaatan teori perawatan diri sebagai dasar teoritis untuk pengabaian diri menyebutkan bahwa pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan mengenai pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam konsep kebutuhan dasar yang terdiri dari: udara, air, makanan, pembuangan, istirahat dan aktivitas, kemandirian dan interaksi sosial (Lauder, 2002)

  Istirahat dan aktifitas merupakan kebutuhan dasar pada klien hipertensi. Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat harus dijaga, bagi klien hipertensi karena jika seseorang yang terkena hipertensi kurang istirahat atau tidur maka mengakibatkan tekanan darah seseorang itu naik.

  Kemandirian dan interaksi sosial. Pemeliharaan keseimbangan antara kemandirian dan interaksi sosial, dimaksudkan untuk dapat mengendalikan tekanan darah agar tidak naik dan menstabilan tekanan darah kembali ke tekanan darah yang normal. Dalam penelitian ini interaksi sosialnya adalah dilakukan di komunitas dan berinteraksi langsung dengan masyarakat (Lauder, 2002)

  Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya (Benzel- Lindley, 2005). Dalam konsep praktik keperawatan Orem (2001) mengembangkan tiga bentuk teori Self care, di antaranya: a.

  Perawatan Diri Sendiri (Self Care)

  Self care adalah aktivitas dan inisiatif dari individu serta

  dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan. Kondisi klien yang dapat mempengaruhi self care berasal dari faktor internal dan eksternal, faktor internal meliputi usia, tinggi badan, berat badan, budaya atau suku, status perkawinan, agama, pendidikan dan pekerjaan. Sedangkan faktor eksternal meliputi dukungan keluarga dan budaya masyarakat dimana klien tinggal. Untuk menstabilkan tekanan darah, klien hipertensi harus mengatur istirahat dan aktifitasnya. Selain itu juga mengetahui alternatif penurun tekanan darah seperti daun seledri dan buah pisang (Potter & Perry, 2005).

  Self care agency adalah suatu kemampuan individu dalam

  melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain. Faktor resiko klien hipertensi yaitu: Umur, jenis kelamin, keturunan, obesitas, stres, gaya hidup (Ridwan, 2009). Tekanan darah sistolik akan terus meningkat sampai pada umur 80 tahun, dimana kemampuan dalam perawatan diri sendiri berkurang, sehingga peran perawat dalam teori

  

merupakan sebagai agen yang mampu membantu klien dalam

mengembalikan perannya untuk mengembalikan kemampuan

perawatan diri sendiri.

  Therapeutic self care demand adalah tuntutan atau permintaan

  dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat (Potter & Perry, 2005)

  Self care requisites adalah suatu tindakan yang ditujukan pada

  penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self care requisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu: universal self care requisites (kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar), developmental self care

  requisites (kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu),

health deviation requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari

  kondisi klien).

  b.

  Self Care Defisit

  Self care defisit adalah perawatan secara umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan.

  Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus. Self care

  

defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan

  yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care. Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, membimbing orang lain, memberi support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain (Yoshioka et al., 2012) c. Teori Sistem Keperawatan

  Teori Sistem Keperawatan merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi oleh perawat atau klien sendiri. Dalam pandangan sistem ini, Orem memberikan identifikasi dalam sistem pelayanan keperawatan diantaranya: 1) Sistem bantuan secara penuh (wholly copensatory system).

  Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan, dan ambulansi serta adanya manipulasi gerakan. 2) Sistem bantuan sebagian (partially compensatory system).

  Merupakan sistem dalam pemberian perawatan diri sendiri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal. Contoh: perawatan pada klien hipertensi dimana klien tidak mengetahui alternatif penurun hipertensi.

  Dalam penelitian ini peneliti berperan di dalam sistem bantuan sebagian karena peneliti memberikan bantuan secara minimal yaitu memberikan terapi buah pisang ambon.

  3) Sistem supportif dan edukatif. Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada klien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan klien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agar klien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran. Pemberian sistem ini dapat dilakukan pada klien yang memerlukan informasi.

  Dalam penelitian ini, peneliti memberikan pendidikan tentang hipertensi dan alternatif penurun tekanan darah yang berupa pemberian atau terapi buah pisang ambon.

D. Kerangka Teori

  Faktor penyebab (dapat diubah): Klien Hipertensi a.Obesitas b.Stres

c. Gaya hidup

  Sistem kompensasi penuh: Tindakan perawat:

  • Membantu klien melakukan self- care.
  • Mengkompensasi ketidakmampuan pasien dalam melakukan self-care.
  • Mendukung dan melindungi klien. Sistem kompensasi sebagian:

  Perubahan

  Pemberian Tindakan perawat:

  tekanan

  (terapi) buah

  • Melakukan pengkajian kebutuhan

  darah

  pisang ambon perawatan diri klien.

  • Membantu keterbatasan perawatan diri pasien.
  • Membantu pasien sesuai kebutuhan.

  Tindakan pasien

  • Menerima asuhan dan bantuan perawat.

  Sistem suportif dan edukatif: Tindakan perawat: • Mangatur latihan danagensi.

  Tindakan pasien:

  • Mendapat bantuan perawatan diri

Gambar 2.1. Kerangka teori intervensi perawat pada pada klien hipertensi, adaptasi dari modifikasi (Orem, 2001 ; Ridwan, 2009)

  E. Kerangka Konsep Perlakuan

Gambar 2.2 Pengaruh buah pisang ambon ( Musa paradisiaca L) terhadap perubahan tekanan darah pada klien hipertensi.

  F. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh buah pisang ambon terhadap perubahan tekanan darah pada klien hipertensi. Pemberian buah pisang ambon

  Perubahan tekanan darah (sistolik dan diastolik)