Ujipotensi antibakteri ekstrak polar daun binahong [Anredera cordifolia [Ten.] Steenis] terhadap baacillus subtilis ATCC 6633 dan pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK POLAR
DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steen)
TERHADAP Bacillus subtilis ATCC 6633
DAN Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Christina Dewi Nelawati
NIM : 038114023

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Diantara letih masih ada bahagia
Diantara sedih masih ada tawa
Diantara semua… ada banyak cahaya
yang akan menerangi perjalanan panjang yang telah terlewati
hingga aku tertawa dalam bahagia
Aku yakin…….
Langkah adalah kenyataan
Tangis adalah luapan
Bahagia adalah bentuk….
Dan bentuk luapan kenyataan adalah sebuah keberhasilan

By. Me
Kupersembahkan karya kecil ini untuk
Tuhan dan Bunda Maria
Bapak dan Ibu tercinta
Mas Aru
My dearest one Yulius
Almamaterku

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Bapa di surga atas segala rahmat, kekuatan, dan
kasih yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK POLAR DAUN BINAHONG
(Anredera cordifolia (Tenore) Steen) TERHADAP Bacillus subtilis ATCC
6633 DAN Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program
Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan bebagai pihak dalam bentuk doa, tenaga, waktu, semangat, kritik, saran,
serta bimbingan dan pengarahan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bersedia membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1.

Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.

2. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing utama yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dengan sabar, menguji,
dan memberikan banyak masukan kepada penulis.
3. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. selaku dosen penguji yang bersedia
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran
kepada penulis.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji yang bersedia
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran
kepada penulis.
5. Adek, sahabat, dan teman seperjuanganku Tina, terima kasih atas
kebersamaan, pengalaman, kerjasama, dukungan, doa, dan semangat yang kita
bangun sampai selesainya skripsi ini.
6. Sahabat-sahabatku di Farmasi, Wati, Ratih, Totok, Bambang, Bangun, terima
kasih atas segala bantuan, kebersamaan, kerjasama, dan dukunganya.
7. Sahabat-sahabatku Curut, Rosa pi, Linda, dan Emitha, terimakasih kita pernah
saling berbagi rasa, canda, semangat, dan pengalaman bersama.
8. Teman-teman seperjuanganku di lantai 3, Rosa, Vian, Yohana, dan Dita,
terima kasih untuk masukan dan sarannya.
9. Semua teman-teman farmasi ’03 kelas A especially kelompok B, terima kasih
atas pengalaman, kebersamaan, kekeluargaan dan canda tawa yang selalu
menyertai kebersamaan kita.
10. Untuk teman-teman seperjuangan di Januari 2007, Priska, Rindu, Eliz, Lusi,
Tatik, Agung, Adi, Toto, terimakasih untuk kebersamaan dan pengalaman
yang tak kan pernah aku lupakan.
11. Seluruh laboran dari lantai 1 sampai 4 terutama Mas Sarwanto, Mas Wagiran,

Mas Sigit, Mas Otok, Pak Mukmin yang telah banyak membantu sampai
terselesaikannya skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dari awal sampai
akhir skripsi ini.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang berguna demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga Tuhan selalu memberkati semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.

Yogyakarta,
Penulis

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

INTISARI
Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) merupakan tanaman
familia Basellaceae. Secara empiris, daun binahong dapat digunakan untuk
mengobati beberapa penyakit seperti infeksi. Salah satu contohnya adalah infeksi
kulit yang biasa disebabkan oleh bakteri Bacillus subtilis dan Pseudomonas
aeruginosa. Maka dilakukan penelitian mengenai uji potensi antibakteri ekstrak
polar daun binahong terhadap Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa
untuk mengetahui potensi daun binahong sebagai antibakteri. Senyawa kimia
yang terkandung dalam daun binahong belum diketahui secara pasti maka dalam
penelitian ini dilakukan uji tabung dan KLT untuk mengidentifikasi senyawa
kimia yang mungkin terkandung dalam daun binahong.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola satu arah. Uji potensi antibakteri ekstrak polar daun
binahong terhadap Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa dilakukan
dengan metode difusi paper disk. Uji kandungan kimia terhadap serbuk daun

binahong dilakukan dengan uji tabung dan uji kandungan kimia ekstrak polar
daun binahong dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Analisis hasil KLT dilakukan secara deskriptif komparatif.
Hasil uji potensi antibakteri dengan metode difusi paper disk
menunjukkan bahwa ekstrak polar daun binahong tidak memiliki potensi
antibakteri. Berdasarkan uji tabung, serbuk daun binahong diketahui mengandung
flavonoid, alkaloid, polifenol, dan tanin. Untuk uji KLT, diketahui bahwa ekstrak
polar daun binahong mengandung flavonoid, alkaloid, dan tanin.

Kata kunci : potensi antibakteri, daun binahong, Bacillus subtilis, Pseudomonas
aeruginosa, metode difusi, uji tabung, KLT

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) is a plant of Basellaceae.
Binahong is often traditionally used to treat some illness as infection. One
example is skin infection disease which is caused by Bacillus subtilis and

Pseudomonas aeruginosa. Based on that phenomena, the writer would like to
conduct a research about antibacterial potential test from polar extract of binahong
leaf to Bacillus subtilis and Pseudomonas aeruginosa to know the potential of
binahong leaf as an antibacterial. The chemical compounds of binahong leaf have
not been known. So, the writer conducted tube test and TLC.
This research was a pure experimental research with the one way pattern
of complete-random research design. Antibacterial potency test from polar extract
of binahong leaf against Bacillus subtilis and Pseudomonas aeruginosa conducted
by paper disk diffusion method and the result was analyzed by one way ANOVA.
The test to chemical material compounds performed with tube test and thin layer
chromatography (TLC). The TLC result was analysed using comparativedescriptive analysis method.
The result of this research showed that polar extract of binahong leaf have
not antibacterial activity against Bacillus subtilis and Pseudomonas aeruginosa.
Based on tube test, the powder of binahong leaf related to flavonoid, alkaloid,
polyphenol, and tannin. The TLC result showed that polar extract of binahong
leaf contain of flavonoid, alkaloid, and tannin.
Keywords : antibacterial potency, binahong leaf, Bacillus subtilis, Pseudomonas
aeruginosa, diffusion method, tube test, TLC

x


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... viii
INTISARI......................................................................................................... ix
ABSTRACT....................................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii
BAB I. PENGANTAR ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1. Permasalahan ....................................................................................... 3

2. Keaslian Penelitian............................................................................... 3
3. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................. 5
A. Binahong .................................................................................................... 5
1. Deskripsi .............................................................................................. 5

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Kandungan Kimia ................................................................................ 6
3. Khasiat dan Kegunaan ......................................................................... 6
B. Penyarian.................................................................................................... 6
C. Ekstrak Etanol ............................................................................................ 9
D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ............................................................... 9
E. Uraian Kandungan Kimia Tumbuhan ........................................................ 11
1. Alkaloid................................................................................................ 11
2. Flavonoid ............................................................................................. 13
3. Fenolik ................................................................................................. 13

4. Tanin .................................................................................................. 14
F. Media ......................................................................................................... 15
G. Sterilisasi .................................................................................................... 16
H. Metode Pengujian Potensi Antibakteri....................................................... 18
I. Bakteri Uji.................................................................................................. 20
J. Antibakteri ................................................................................................. 21
K. Keterangan Empiris.................................................................................... 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 23
A. Jenis Penelitian........................................................................................... 23
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................ 23
1. Variabel Penelitian ............................................................................... 23
2. Definisi Operasional ............................................................................ 23
C. Bahan dan Alat Penelitian.......................................................................... 25
1. Bahan .................................................................................................. 25

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Alat

.................................................................................................. 25

D. Tata Cara Penelitian ................................................................................... 26
1. Identifikasi Tanaman............................................................................ 26
2. Pengumpulan Bahan dan Pengeringan................................................. 26
3. Pembuatan Serbuk................................................................................ 26
4. Uji Tabung ........................................................................................... 26
5. Pembuatan Ekstrak Polar Daun Binahong ........................................... 28
6. Pembuatan Sampel untuk KLT ............................................................ 29
7. Identifikasi Kualitatif Senyawa Ekstrak Polar Daun Binahong
dengan metode KLT............................................................................. 29
8. Uji potensi ekstrak polar daun binahong terhadap B. subtilis
dan P. aeruginosa dengan metode difusi paper disk ......................... 30
E. Analisis Hasil ............................................................................................. 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 33
A. Identifikasi Tanaman.................................................................................. 33
B. Pengumpulan Bahan, Pengeringan, dan Pembuatan Serbuk...................... 33
C. Identifikasi Kandungan Senyawa Aktif Ekstrak Polar Daun
Binahong dengan Uji Tabung ................................................................... 35
D. Pembuatan Ekstrak Polar ........................................................................... 40
E. Identifikasi Kualitatif Senyawa Ekstrak Polar Daun Binahong
dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)..................................... 42
F. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Polar Daun Binahong
Terhadap Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan Metode Difusi paper disk .............................................................. 49
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 53
A. Kesimpulan ................................................................................................ 53
B. Saran........................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54
LAMPIRAN..................................................................................................... 57
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 72

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I.

Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak polar daun binahong ........ 30

Tabel II.

Hasil pengamatan uji tabung terhadap serbuk daun binahong....... 35

Tabel III. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong
untuk pemeriksaan alkaloid secara KLT dengan fase diam
silika gel GF 254 dan fase gerak etil asetat: metanol: air
(70:20:10)....................................................................................... 44
Tabel IV. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong
untuk pemeriksaan fenolik secara KLT dengan fase diam silika
gel GF 254 dan fase gerak toluen: etil asetat: metanol
(70:20:10)……………………………………………….............. 45
Tabel V.

Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong untuk
pemeriksaan flavonoid secara KLT dengan fase diam selulosa
dan fase gerak butanol: asam asetat: air (4:1:5) ............................. 47

Tabel VI. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak polar daun binahong untuk
pemeriksaan tanin secara KLT dengan fase diam silika gel
GF 254 dan fase gerak etil asetat: metanol: air (100:13,5:10) ....... 48
Tabel VII. Rata-rata diameter zona hambat amoksisilin terhadap Bacillus
subtilis dengan metode difusi paper disk ....................................... 50
Tabel VIII.Rata-rata diameter zona hambat ekstrak polar daun binahong
terhadap Pseudomonas aeruginosa dengan metode difusi
paper disk ....................................................................................... 51

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Reaksi antara senyawa fenolik dengan FeCl3………………

39

Gambar 2. Reaksi antara NaCl dengan senyawa fenolik………………

39

Gambar 3. Reaksi antara flavonoid dengan NH3………………………

46

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Surat pengesahan determinasi .............................................. 57

Lampiran 2.

Foto tanaman binahong (Anredera cordifolia (Tenore)
Steen) .................................................................................... 58

Lampiran 3.

Foto serbuk daun binahong……………………………... .... 59

Lampiran 4.

Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Pendahuluan……………. .... 60

Lampiran 5.

Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Antrakinon………………… 60

Lampiran 6.

Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Alkaloid ………………....... 61

Lampiran 7.

Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Senyawa
Fenolik………………… ...................................................... 62

Lampiran 8.

Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Tanin…………………… .... 63

Lampiran 9.

Foto Hasil Identifikasi Kualitatif Uji Tabung Serbuk Daun
Binahong untuk Pemeriksaan Saponin………………… .... 63

Lampiran 10.

Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Polar
Daun Binahong untuk Pemeriksaan Alkaloid dengan
Deteksi UV 254 nm, 365 nm, dan pereaksi semprot
Dragendorff………… ........................................................... 64

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 11.

Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Polar
Daun Binahong untuk Pemeriksaan Senyawa Fenolik
dengan Deteksi UV 254 nm, 365 nm, dan pereaksi
semprot FeCl3 ............................................................................................................ 65

Lampiran 12.

Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Polar
Daun Binahong untuk Pemeriksaan Flavonoid dengan
Deteksi UV 254 nm, 365 nm, dan Uap Amonia ................... 66

Lampiran 13.

Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Polar
Daun Binahong untuk Pemeriksaan Tanin dengan deteksi
UV 254 nm, 365 nm, dan pereaksi semprot FeCl3 ................ 67

Lampiran 14.

Kontrol konatminasi media dan kontrol pertumbuhan
bakteri Bacillus subtilis ........................................................ 68

Lampiran 15.

Foto Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Polar Daun Binahong
terhadap Bacillus subtilis dengan Metode Difusi
paper disk………… .............................................................. 69

Lampiran 16.

Kontrol kontaminasi media dan kontrol pertumbuhan
Bakteri Pseudomonas aeruginosa......................................... 70

Lampiran 17.

Foto Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Polar Daun Binahong
terhadap Pseudomonas aeruginosa dengan Metode Difusi
paper disk .............................................................................. 71

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENGANTAR

A. Latar Belakang
Daun tanaman binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) secara
tradisional telah dikenal oleh masyarakat sebagai obat alami, diantaranya
berkhasiat sebagai obat gatal-gatal pada kulit, obat infeksi pada luka, mengobati
luka setelah operasi, mengobati luka bakar, dan disentri. Selain itu, daun, umbi,
dan herba tanaman binahong juga dapat digunakan untuk memulihkan stamina
yang loyo, typus, maag, radang usus dan ambeien. Dapat pula mengatasi
pembengkakan dan pembekuan darah, memulihkan kondisi lemah setelah sakit,
rematik, luka memar terpukul, asam urat, dan mencegah stroke (Anonim, 2006).
Meskipun dalam masyarakat binahong telah digunakan sebagai obat,
penelitian pendukung mengenai kandungan kimia yang terdapat pada tanaman
belum diketahui dengan pasti. Penelitian mengenai kegunaan binahong juga masih
terbatas. Dari penelitian yang pernah dilakukan mengemukakan bahwa ekstrak
kloroform herba (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) dapat menghambat
pertumbuhan beberapa bakteri (Meyer, 2004).
Di masyarakat, binahong biasa digunakan dalam bentuk rebusan atau
seduhan. Selain itu, ada juga yang dimakan secara langsung atau ditumbuk
kemudian dioleskan secara langsung pada daerah yang akan diobati. Untuk
pemakaian dalam, umbi atau daun binahong direbus atau diseduh kemudian
diminum. Cara ini misalnya digunakan untuk mengobati luka bekas operasi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

maag, typus, disentri, mencegah stroke, asam urat, dan sakit pinggang. Untuk
pemakaian luar, daun dan batang ditumbuk halus kemudian dioleskan pada bagian
yang sakit. Misalnya untuk menyembuhkan memar karena terpukul, terkena api,
rheumatik, pegal linu, nyeri urat, gatal-gatal dan menghaluskan kulit (Anonim,
2006).
Penyari yang digunakan pada seduhan maupun rebusan adalah air. Air
digunakan sebagai penyari karena mudah didapat, murah, stabil, tidak mudah
menguap, tidak mudah terbakar, tidak beracun, dan alamiah. Namun, sebagai
penyari air juga mempunyai beberapa kerugian yaitu tidak selektif, sari dapat
ditumbuhi kapang dan kuman, serta cepat rusak dan untuk pengeringan
dibutuhkan waktu lama. Oleh karena itu, sediaan dalam penelitian ini dibuat
dalam bentuk ekstrak polar dengan penyari etanol. Etanol dipilih sebagai penyari
karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas,
tidak beracun, netral, serta dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan
(Anonim, 1986). Sebelum dimaserasi dengan etanol, dilakukan penyarian dengan
kloroform untuk menghilangkan senyawa kurang polar seperti lemak dan klorofil
yang dapat mengganggu penyarian (Mursyidi, 1990).
Pseudomonas aeruginosa dipilih sebagai bakteri uji karena merupakan
bakteri patogen utama pada manusia. P. aeruginosa

bersifat invasif dan

toksigenik, menimbulkan infeksi pada penderita bila fungsi pertahanan inang
abnormal (Jawetz, Melnick dan Adelbergs, 1996). Sedangkan Bacillus subtilis
adalah bakteri Gram positif yang mempunyai spora. Dalam jumlah banyak dapat
memproduksi enterotoksin yang dapat meracuni makanan (Jawetz et al, 1996).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

Berdasarkan manfaat daun binahong dalam bidang pengobatan, khususnya
sebagai antibakteri, maka perlu adanya penelitian mengenai potensi antibakteri
ekstrak polar daun binahong terhadap P. aeruginosa dan B. subtilis yang
ditunjukkan dengan diameter zona hambat, Kadar Hambat Minimum (KHM), dan
Kadar Bunuh Minimum (KBM). Penelitian juga bertujuan untuk mengetahui
kandungan kimia yang mungkin terdapat dalam daun binahong yang memiliki
potensi antibakteri terhadap P. aeruginosa dan B. subtilis.
1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
a. Apakah ekstrak polar daun binahong memiliki potensi antibakteri terhadap
P. aeruginosa dan B. subtilis ?
b. Berapa KHM dan KBM ekstrak polar daun binahong yang mampu
membunuh atau menghambat pertumbuhan P. aeruginosa dan B. subtilis?
c. Apa senyawa kimia yang terdapat dalam serbuk dan ekstrak polar daun
binahong yang diduga memiliki potensi antibakteri terhadap P.
aeruginosa dan B. subtilis?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran penulis, pernah dilakukan penelitian tentang aktivitas
antimikrobia ekstrak kloroform herba Anredera cordifolia (Tenore) Steen
terhadap Bacillus cereus, Bacillus pulmilus, Bacillus subtilis, Staphylococcus
aureus,

Enterobacter

cloacae,

Escherichia

coli,

Klebsiella

pnemoniae,

Pseudomonas aeruginosa, Serratia marcescens, dan Enterobacter aerogenes

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

(Meyer, 2004). Sedangkan penelitian tentang potensi antibakteri ekstrak polar
daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap P. aeruginosa dan
B. subtilis belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
Penelitian mengenai potensi antibakteri ekstrak polar daun binahong
diharapkan memiliki beberapa manfaat antara lain:
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang potensi
antibakteri ekstrak polar daun binahong sebagai antibakteri pada pengobatan
tradisional.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi alternatif penggunaan daun
binahong sebagai obat yang berkhasiat antibakteri.

B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui ada atau tidak potensi antibakteri ekstrak polar daun binahong
terhadap P. aeruginosa dan B. subtilis.
2. Mengetahui KHM dan KBM ekstrak polar daun binahong yang mampu
membunuh atau menghambat pertumbuhan P. aeruginosa dan B. subtilis.
3. Mengetahui senyawa kimia yang terdapat dalam serbuk dan ekstrak polar
daun binahong yang diduga memiliki potensi antibakteri terhadap P.
aeruginosa dan B. subtilis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA

A. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen)

1. Deskripsi
Binahong merupakan tumbuhan yang termasuk dalam familia Basellaceae
dengan genus Anredera dan spesies Anredera cordifolia (Tenore) Steen.
Sinonim

tanaman

binahong

yaitu

Boussingaultia

cordifolia,

Boussingaultia gracilis, dan Boussingaultia pseudobasselloides. Nama lain
tanaman binahong yaitu ‘uala hupe, anredera, enredadera del mosquito
(Spanish), filikafa, gulf madeiravine, heartleaf madeiravine, lamb’s tails, madeira
vine, mignonette vine, parra de madeira (Spanish), dan tapau (Vivian, 2005).
Tanaman binahong merupakan tanaman menjalar dengan batang kecil,
lunak, warna merah tua kehijauan, permukaan halus dan licin. Daun tunggal, tata
letak daun tersebar, permukaan halus dan licin, daging daun tebal, warna hijau
muda, pertulangan daun menyirip, helaian daun bentuk jantung, ujung runcing,
tepi rata-bergelombang, pangkal berbelah, panjang helaian daun 2-10 cm, lebar 17 cm, panjang tangkai daun kurang lebih 1 cm. Bunga merupakan bunga
majemuk, bertandan atau malai bercabang, panjang perbungaan 10-35 cm,
kelopak daun pada bagian basal berdekatan dengan daun mahkota, warna putihkrem, bentuk oval-memanjang, panjang 1-2 mm, lebar 1 mm, ujung membulat;
daun mahkota pada bagian basal berlekatan, warna putih krem, bentuk ovalmembulat, panjang 2-3 mm, lebar 1-2 mm. Benang sari berdaging, tangkai sari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

pada bagian basal berlekatan, panjang 2-4 mm, putik satu dengan panjang 1-2
mm. Akar merupakan akar tunggang (Webb et al., 1988).
2. Kandungan Kimia
Anredera cordifolia (Tenore) Steen mengandung asam askorbat dan fenol
dalam jumlah kecil (Sato, Nagata, dan Engle, 2005). Basellaceae lainnya yaitu
Anredera diffusa mengandung asam oleanolik yang berperan dalam proses wound
healing (Moura-Letts dan Marcalo, 2006).
3. Khasiat dan Kegunaan
Bagian dari tanaman ini yang berkhasiat sebagai obat yaitu umbi, daun,
dan akarnya (Anonim, 1994). Tanaman ini memiliki khasiat sebagai antiinflamasi,
anti ulcer, dan perlindungan terhadap hati (hepatic) (Anonim, 2005). Selain itu,
tanaman binahong secara empiris digunakan untuk mengobati gatal-gatal pada
kulit, mengobati infeksi pada luka, mengobati luka setelah operasi, mengobati
luka bakar, memulihkan stamina yang loyo, typus, maag, radang usus, disentri,
dan ambeien. Dapat pula mengatasi pembengkakan dan pembekuan darah,
memulihkan kondisi lemah setelah sakit, rematik, luka memar terpukul, asam urat
dan mencegah stroke (Anonim, 2006).

B. Penyarian
Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang mempengaruhi kecepatan
penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas
antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Zat aktif yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam alkaloida,
glikosida, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan
mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap
pemanasan, logam berat, udara, cahaya, dan derajat keasaman. Dengan
diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan
cairan

penyari

dan

cara

penyarian

yang

tepat.

Penyarian

disamping

memperhatikan sifat fisik simplisia dan zat aktifnya, harus juga memperhatikan
zat-zat yang sering terdapat dalam simplisia seperti protein, karbohidrat, lemak
dan gula. Dalam pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak
faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria murah dan mudah
diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap
dan tidak mudah terbakar, selektif, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, serta
diperbolehkan oleh peraturan (Anonim, 1986).
Cara penyarian dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Penyarian dilakukan dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90˚C selama
15 menit. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh
dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

2. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Maserasi dilakukan
untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam
cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan
penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain- lain. Cairan penyari yang
digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Keuntungan cara
penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kerugiannya yaitu pengerjaan lama
dan penyariannya kurang sempurna. Maserasi umumnya dilakukan dengan cara
10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam
bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari (Anonim, 1986).
3. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi
yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya
kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim, 1986).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

4. Penyarian Berkesinambungan
Prinsip kerjanya yaitu, cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia
diisikan pada tabung dari kertas saring atau tabung yang berlubang- lubang dari
gelas baja tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan
hingga mendidih. Uap penyari akan naik ke atas melalui serbuk simplisia. Uap
penyari mengembun karena didinginkan oleh pendingin balik. Embun turun
melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat aktifnya dan kembali ke labu.
Cairan akan menguap kembali berulang proses seperti di atas (Anonim, 1986).

C. Ekstrak Etanol
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh
cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk
(Anonim, 1993).
Etanol meskipun harganya mahal, tetap dipertimbangkan sebagai penyari
karena lebih selektif; kapang, khamir dan kuman lebih sulit tumbuh dalam etanol
20% keatas; dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan; pengeringan
diperlukan waktu sebentar. Etanol dapat melarutkan alkaloid, glikosida, flavonoid,
damar, klorofil, lemak, tanin dan saponin (Anonim, 1986).

D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan
yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran
yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal).
Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi
larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama
perambatan kapiler (pengembangan) (Stahl, 1985). Macam-macam fase diam
antara lain: (Sastrohamidjojo, 1991)
1). Silika, untuk memisahkan asam-asam amino, alkaloid, gula, asam lemak,
minyak atsiri, terpenoid, anion dan kation organik.
2). Alumina, untuk memisahkan alkaloid, zat warna, steroid, vitamin, asam
amino.
3). Kieselguhr, untuk memisahkan gula, asam-asam dibasa, asam lemak, asam
amino, steroid.
4). Selulosa, untuk memisahkan asam amino, alkaloid.
5). Sephadex, untuk memisahkan asam amino.
Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel. Fase diam terikat dan
melekat pada pelat kaca karena adanya pengikat, misalnya kalsium sulfat hidrat
(CaSO. n H2O), pati atau silikat berbobot molekul rendah. Untuk membentuk
penampakan bercak, sering ditambahkan indikator fluoresensi, yaitu senyawa
yang memancarkan sinar tampak jika disinari dengan sinar berpanjang gelombang
lain, contoh: sulfida anorganik (memancarkan cahaya jika disinari pada 254 nm).
Jika senyawa pada bercak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi atau cincin
aromatik jenis apa saja, sinar UV juga mengeksitasi tidak dapat mencapai
indikator fluoresensi (Gritter, 1991).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri dari satu atau beberapa
pelarut. Fase gerak bergerak dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena
adanya gaya kapiler. Yang digunakan adalah pelarut yang bertingkat mutu analitik
dan bila diperlukan sistem pelarut multi komponen maka harus berupa suatu
campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen
(Stahl, 1985).
Deteksi senyawa yang dipisah dapat dilakukan dengan lampu UV untuk
eksitasi fluoresensi, pereaksi semprot yang dilanjutkan dengan pemanasan agar
memperoleh warna yang optimum, dan deteksi biologi (Stahl, 1985).
Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan
dengan angka Rf atau hRf. Harga Rf dinyatakan sebagai perbandingan antara
jarak titik pusat bercak dari titik awal dengan jarak garis depan dari titik awal.
Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal.
hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0
sampai 100 (Stahl, 1985).

E. Uraian tentang Kandungan Kimia Tumbuhan
1. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa basa nitrogen organik yang terdapat dalam
tumbuhan, akan tetapi beberapa alkaloid (misalnya ergometrina, fisostigmina,
kafeina) mempunyai lebih dari satu nitrogen dalam molekulnya. Atom nitrogen
dapat sebagai amin primer (RNH2), amin sekunder (RN+X-) (Mursyidi, 1990).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

Kebanyakan alkaloid menunjukkan aktifitas fisiologis tertentu. Alkaloid
seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi
yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Harborne,
1987).
Alkaloid biasanya tanwarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan
berbentuk kristal, tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada
suhu kamar (Harborne, 1987).
Secara kimia, alkaloid merupakan suatu golongan heterogen. Ia berkisar
dari senyawa sederhana seperti koniina, yaitu alkaloid utama Conium maculatum,
sampai ke struktur pentasiklik seperti strikhnina, yaitu racun kulit stychnos
(Harborne, 1987).
Identifikasi alkaloid dengan KLT dapat dilakukan menggunakan fase diam
silika gel, alumina, serbuk selulosa atau Kieselguhr (Stahl, 1969). Sedangkan
untuk fase geraknya dapat menggunakan toluen: etil asetat: dietilamin (70:20:10).
Deteksi dapat dilakukan dengan mengamati di bawah lampu UV 254 nm dan 365
nm. Kebanyakan alkaloid menunjukkan pemadaman fluoresensi yang jelas pada
UV 254 nm (misalnya striknin, brusin, purin). Beberapa alkaloid berfluoresensi
biru atau kuning pada UV 365 nm. Selain itu, deteksi dapat juga dilakukan dengan
reagen semprot Dragendorff dan iodoplatinat. Dengan penyemprotan reagen
Dragendorff, menunjukkan warna cokelat atau orange (visibel) yang tidak stabil.
Dengan reagen iodoplatinat, setelah penyemprotan alkaloid nampak berwarna
cokelat, biru atau agak putih (visibel) (Wagner, 1984).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

2. Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir semua
tumbuhan dari bangsa Algae hingga Gymnospermae. Pada tumbuhan tinggi,
flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Sebagai
pigmen bunga, flavonoid berperan jelas dalam menarik burung dan serangga
penyerbuk bunga (Robinson, 1991). Flavonoid menunjukkan aktivitas sebagai anti
alergi, antiinflamasi, antimikroba, dan antikanker (Anonim, 2007).
KLT untuk analisis senyawa flavonoid dapat dilakuakan dengan fase diam
selulosa (sangat cocok untuk isolasi flavonoid), silika, dan poliamid. Butanol:
asam asetat: air (4:1:5) fase atas, merupakan fase gerak yang sering digunakan
(Mursyidi, 1990).
Pada UV 254 nm, semua flavonoid menyebabkan pemadaman fluoresensi,
dimana terlihat sebagai warna biru gelap pada lempeng KLT. Pada UV 365 nm,
tergantung pada strukturnya, flavonoid berfluoresensi kuning, biru, atau hijau
(Wagner, 1984).
3. Fenolik
Beberapa senyawa fenolik bersifat racun terhadap hewan pemangsa
tumbuhan dan beberapa bersifat racun serangga. Senyawa fenolik lain mempunyai
aktivitas antiinflamasi, karena dapat menghambat sintesis prostaglandin
(Robinson, 1991).
Pemisahan secara KLT dapat dilakukan dengan fase diam silika gel. Untuk
fase gerak antara lain dapat dilakukan dengan campuran toluen: kloroform: aseton
(40:25:35) atau toluen: etil format: asam format (50:40:10) dan beberapa pilihan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

fase gerak lain tergantung jenis polifenol yang terdapat dalam tanaman. Deteksi
dapat dilakukan dengan Besi (III) klorida yang akan menghasilkan warna kuning
tua sampai violet yang intensif. Bercak biru atau kehijauan juga dihasilkan (Stahl,
1969).
Hanya antosianin dan beberapa derivat quinon yang dapat dideteksi secara
langsung dengan sinar tampak pada lempeng silika gel. Senyawa fenolik lainnya,
merupakan senyawa yang tidak berwarna dan harus diwarnai (Stahl, 1969).
4. Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin,
yaitu tanin terkondensasi dan terhidrolisis (Harborne, 1987).
Tanin terhidrolisis dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim seperti tanase.
Tanin jenis ini terbentuk dari beberapa molekul asam fenolik seperti asam galat
dan asam heksahidroksidipenik yang disatukan oleh ikatan ester dengan molekul
glukosa. Sedangkan tanin terkondensasi tidak terhidrolisis menjadi molekul yang
lebih sederhana dan tidak mengandung gugus gula (Trease dan Evans, 2002).
Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air, dan makin
mudah diperoleh dalam bentuk kristal. Tanin larut pula, setidak-tidaknya sampai
batas tetentu dalam pelarut organik yang polar, tetapi tidak larut dalam pelarut
organik non polar seperti benzena atau kloroform. Larutan tanin dalam air dapat
diendapkan dengan penambahan asam mineral atau garam (Robinson, 1991).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

F. Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai
untuk menumbuhkan mikrobia. Selain untuk menumbuhkan mikrobia, medium
dapat digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat- sifat fisiologi
dan perhitungan jumlah mikrobia (Jutono, 1980).
Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai
sumber karbon, nitrogen, sulfur, phosphat, oksigen, hidrogen, serta trace
elements. Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri terdapat
dalam bentuk padat ( padat datar, padat miring, dan padat tegak) , semi padat, dan
cair. Media padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar berasal dari
ganggang merah. Agar digunakan sebagai bahan pemadat karena tidak diuraikan
mikroorganisme. Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media adalah
1,5-2% (Lay, 1994).
Secara kimiawi, media biakan dipilahkan menjadi media sintetik dan
media non sintetik. Pada media sintetik, kandungan dan isi bahan yang
ditambahkan diketahui secara terperinci. Media sintetik sering digunakan untuk
mempelajari sifat faali dan genetika mikroba. Senyawa inorganik dan organik
yang ditambahkan dalam media sintetik harus murni sehingga harganya seringkali
mahal. Media non sintetik menggunakan bahan yang terdapat di alam; bahanbahan ini biasanya tidak diketahui kandungan kimiawinya secara rinci. Sebagai
contoh, bahan yang sering digunakan dalam media non sintetik adalah ekstrak
daging, pepton, ekstrak ragi, dan kaldu daging. Media non-sintetik sering

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

digunakan dalam laboratorium mikrobiologi karena mudah disiapkan dan
harganya lebih murah dibandingkan media sintetik (Lay, 1994).

G. Sterilisasi
Sterilisasi ialah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahanbahan dari segala macam bentuk kehidupan terutama mikrobia. Cara sterilisasi
yang dipakai tergantung pada macamnya bahan dan sifat bahan yang disterilkan
(ketahanan terhadap panas, bentuk bahan yang disterilkan: padat, cair atau
berbentuk gas) (Jutono, 1980).
Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam diagnosa mikrobiologis,
sterilitas sangat diutamakan baik alat-alat yang dipakai maupun medianya.
Terdapat berbagai cara sterilisasi yang dikenal: (Anonim, 1993)
1. Pemanasan
Tujuan dari sterilisasi dengan pemanasan yaitu untuk merusak atau
membunuh mikroba. Sterilisasi dengan pemanasan dapat dilakukan dengan panas
kering dan panas basah.
a. Panas Kering
- Dengan membakar: cara ini digunakan untuk sterilisasi alat-alat yang berupa
logam seperti ose, pinset dan alat gelas seperti ujung pipet, bibir tabung, bibir
atau mulut erlenmeyer pada penuangan media. Alat yang digunakan yaitu lampu
spiritus atau bunsen.
- Dengan menggunakan udara panas (hot air oven): cara ini digunakan untuk
sterilisasi alat-alat laboratorium dari gelas misalnya petri, tabung gelas, botol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

pipet, juga untuk bahan-bahan minyak dan powder, misalnya talk. Sterilisasi
dikerjakan dengan panas 175˚C selama 1,5- 2 jam.
b. Panas Basah
- Dengan merebus: digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang berupa gunting,
pinset, scalpel, jarum, spuit injeksi dengan cara direbus dalam suasana mendidih
selama 30-60 menit.
- Dengan uap air panas: digunakan terutama untuk mensterilkan media-media
yang akan mengalami kerusakan bila dikerjakan sterilisasi uap panas dengan
tekanan, ataupun untuk alat-alat tertentu. Cara ini dilakukan dengan pemanasan
100˚C selama 1 jam.
- Dengan uap air bertekanan (autoclave): cara ini dipakai untuk sterilisasi media
yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi dijalankan dengan
menggunakan panas 121˚C selama 10-30 menit tergantung kebutuhan.
Sterilisasi basah lebih cepat dibanding sterilisasi kering.
- Pasteurisasi: digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas
yang digunakan 61,7˚C selama 30 menit.
2. Filtrasi
Cara sterilisasi ini digunakan untuk media yang tidak tahan terhadap pemanasan
misalnya urea broth ataupun untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim, dan vitamin.
Kelemahannya golongan virus mampu menembus filter sterilisasi.
3. Penyinaran atau radiasi
Beberapa macam radiasi mengakibatkan letal terhadap sel-sel jasad renik dan
mikroorganisme lain. Jenis radiasi ini termasuk bagian dari spektrum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

elektromagnetik, misalnya sinar ultra violet, sinar gamma, sinar X, dan juga
sinar katoda (elektron kecepatan tinggi).
4. Khemis
Sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia yang disebut desinfektan.
Biasanya digunakan untuk obyek yang tidak hidup, karena akan merusak
jaringan. Prosesnya disebut disinfeksi.

H. Metode Pengujian Potensi Antibakteri
Metode pengukuran potensi antibakteri dapat dilakukan dengan :
1. Metode Difusi
Metode ini mengukur aktivitas mikroba berdasarkan pengamatan luas
daerah hambat pertumbuhan mikroba karena obat berdifusi dari titik awal
pemberian ke daerah difusi. Mikroba ditanam pada media yang sesuai dan di
atasnya diletakkan kertas cakram yang mengandung bahan obat atau dibuat
sumuran dengan diameter tertentu yang diisi larutan bahan obat dengan obat
dengan kadar tertentu (Hugo dan Russel, 1987).
a. Cara Kirby Bauer
Metode ini dilakukan dengan mengoleskan suspensi bakteri dengan
konsentrasi tertentu, umumnya 108 Colony Forming Unit (CFU)/ml permukaan
media hingga rata. Kertas yang mengandung antibiotika diletakkan di atas media
lalu diinkubasikan pada 37ºC selama 18-24 jam, kemudian dibaca hasilnya.
Potensi antibakteri ditentukan dengan mengukur diameter zona hambat yang
terbentuk. Pada zona hambat akan terlihat pertumbuhan yang kurang subur jika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

dibandingkan daerah di luar pengaruh antibiotik tersebut (Hugo dan Russel,
1987).
b. Cara sumuran
Penyiapan dilakukan seperti cara Kirby Bauer. Pada agar yang telah
diolesi bakteri uji dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu dan tegak lurus
terhadap permukaan media. Kemudian ke dalam sumuran ini diberi larutan uji dan
diinkubasi pada 37ºC selama 24-28 jam, hasilnya dibaca seperti cara Kirby Bauer
(Hugo dan Russel, 1987).
c. Cara Pour Plate
Mula-mula satu mata ose suspensi bakteri dicampur dengan 4 ml agar
1,5% pada temperatur 50ºC. Setelah suspensi mikrobia homogen, tuangkan di atas
Mueller Hinton Agar dan dibiarkan membeku, kemudian di atasnya diletakan disk
dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam, hasilnya dibaca dengan
mengukur diameter hambat (Hugo dan Russel, 1987).
Hasil metode difusi adalah: (Anonim, 1992)
a. Zona irradikal adalah suatu daerah di sekitar disk atau sumuran yang
menunjukkan pertumbuhan bakteri yang kurang subur atau jarang karena
bakteri hanya dihambat, tidak dimatikan.
b. Zona radikal adalah suatu daerah di sekitar disk atau sumuran yang sama
sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri.
2. Metode Dilusi
Prinsip metode ini adalah larutan uji diencerkan sehingga diperoleh
beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

dibuat tersebut ditambahkan suspensi bakteri uji ke dalam media, sedangkan pada
dilusi padat masing-masing konsentrasi obat yang telah dibuat dicampurkan ke
dalam media agar dan setelah menjadi padat baru ditanami bakteri uji dan
diinkubasi (Hugo dan Russel, 1987). Keuntungan metode ini dibandingkan
dengan metode difusi adalah dapat menentukan KHM dan KBM dari larutan uji
tersebut (Anonim, 1992).
I. Bakteri Uji
1. Bacillus subtilis
Bacillus subtilis termasuk dalam familia Bacillaceae, merupakan bakteri
Gram positif, berbentuk batang silinder, berdiameter 1µm dengan panjang 3-4
µm, lurus atau sedikit lengkung dengan ujung bulat, tunggal atau rantai.
Organisme ini bergerak aktif dengan peritritik flagella. Spora berbentuk oval dan
terletak di tengah (Salle, 1961).
Basil saprofit menggunakan sumber-sumber nitrogen dan karbon untuk
energi dan pertumbuhan. Spora resisten terhadap panas, kering, dan desinfektan
kimia tertentu selama waktu yang cukup lama dan tetap ada selama bertahuntahun dalam tanah kering (Jawetz et al, 1996).
B. subtilis adalah organisme spesifik yang lazim terdapat dalam tanah, air,
udara dan tumbuh-tumbuhan. Bakteri ini jarang menimbulkan penyakit. Tetapi
pada umumnya golongan B. subtilis dapat menimbulkan keracunan makanan
karena kemampuan mereka menghasilkan enterotoksin bila berada dalam
makanan dalam jumlah besar (Salle, 1961).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

2. Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa termasuk dalam familia Pseudomonadaceae,
merupakan bakteri berbentuk batang, Gram-negatif, bergerak, aerob, berukuran
sekitar 0,6 x 2 µm dan terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, kadangkadang membentuk rantai yang pendek, dan membentuk koloni halus bulat
dengan warna fluoresensi kehijauan (Jawetz et al, 1996).
P. aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka dan luka bakar,
menimbulkan nanah hijau kebiruan; meningitis, bila masuk bersama punksi
lumbal; dan infeksi saluran kemih, bila masuk bersama kateter dan instrumen lain
atau dalam larutan untuk irigasi. Keterlibatan saluran napas, terutama dari
respirator yang terkontaminasi, mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis.
Bakteri ini dapat menyebabkan otitis eksterna invasif (maligna) pada penderita
diabetes ( Jawetz et al, 1996).
J. Antibakteri
Antibakteri adalah obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang
merugikan manusia. Obat yang digunakan untuk membasmi bakteri, ditentukan
harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya obat tersebut
haruslah bersifat t

Dokumen yang terkait

Pembuatan Dan Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

9 76 70

Uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (crinum asiaticum L) terhadap bekteri penyebab jerawat

2 51 103

Uji antioksidan dan antibakteri ekstrak air daun kecombrang (etlingera elatior) (Jack) R.M.Smith) sebagai pengawet alami terhadap escherichia coli dan staphylococus aureus

1 23 84

Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923

1 34 73

Pengaruh salep ekstrak daun binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) terhadap re-epitelisasi epidermis pada luka bakar tikus sprague dawley: studi pendahuluan lama paparan 10 detik dengan plat besi

1 14 63

Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun garcinia benthami pierre terhadap beberapa bakteri patogen dengan metode bioautografi

1 10 92

PENINGKATAN KESTABILAN ENZIM LIPASE DARI Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 DENGAN AMOBILISASI MENGGUNAKAN BENTONIT

3 96 80

Aktivitas antibakteri salep ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betleL.) Terhadap infeksi bakteri Staphylococcus aureus

0 0 6

Keywords : antibacterial, Andrographis paniculata (green chiretta), ethyl acetate fraction, Bacillus subtilis ATCC

0 0 5

Efek Anti Inflamasi Ekstrak Daun Binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] Topikal terhadap Jumlah PMN Neutrofil pada Tikus Jantan Sprague Dawley

0 1 7