Pembuatan Dan Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

(1)

PEMBUATAN DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

KRIM MINYAK KELAPA MURNI (VCO/virgin coconut oil) TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

SKRIPSI

DELLA PRIANA Br.GINTING NIM : 030814003

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PEMBUATAN DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM MINYAK KELAPA MURNI (VCO/virgin coconut oil) TERHADAP Staphylococcus aureus

ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

DELLA PRIANA Br. GINTING NIM 030814003

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PEMBUATAN DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM MINYAK KELAPA MURNI (VCO/virgin coconut oil) TERHADAP Staphylococcus aureus

ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

Oleh:

DELLA PRIANA Br. GINTING NIM 030814003

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : Desember 2008 Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji

(Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.) (Dra. Masfria, MS., Apt.) NIP 131 831 534 NIP 131 569 406

Pembimbing II, (Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.) NIP 131 831 534

(Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt.) (Dra. Saodah, M.Sc., Apt.) NIP 131 126 695 NIP 130 535 836

(Drs. Immanuel S.Meliala, M.Si., Apt.) NIP 131 383 718

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 131 283 716


(4)

KATA PENGANTAR

Segala pujian, hormat, dan kemuliaan penulis panjatkan kepada Allah atas segala kasih dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada almarhum Ayahanda B. Ginting dan Ibunda M. Bangun, serta abang dan kakak saya Natanael Ginting, Mansur Ginting dan Prestarina Br. Ginting atas kasih sayang, doa serta dukungan dan semangat kepada penulis selama ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi petunjuk, serta membimbing penulis mulai dari penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

Penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dekan Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan fasilitas kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt. selaku dosen wali yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis selama masa pendidikan. 3. Bapak dan Ibu staf penguji yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu staf Laboratorium Teknologi Formulasi Steril dan Fitokimia yang telah memberikan petunjuk dan fasilitas laboratorium selama penulis


(5)

5. Bang Ari laboran sebagai Laboratorium Teknologi Formulasi Steril dan Fitokimia yang telah memberikan bantuan dan masukan kepada penulis selama masa pendidikan dan penelitian hingga selesai.

6. Kepada rekan-rekan mahasiswa Farmasi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan bantuan dan semangat selama ini sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat selesai.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun pada skripsi ini. Semoga skripsi ini menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya.

Medan, Desember 2008 Penulis


(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan pembuatan krim tipe emulsi minyak dalam air yang mengandung minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dengan berbagai konsentrasi dan menguji aktivitas antibakteri nya terhadap Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa.

Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan secara invitro dengan metode difusi agar mengunakan cincin pencadang.

Hasil pengujian stabilitas fisis sediaan krim minyak kelapa murni (VCO/virgin

coconut oil) yang mengandung nipagin menunjukan bahwa semua formula stabil

selama 12 minggu penyimpanan pada suhu kamar, suhu 4oC, dan suhu 40oC. Hasil pengujian stabilitas fisis sediaan krim tanpa nipagin ternyata kurang stabil, yang ditunjukkan pada perubahan penampilan setelah 9 minggu penyimpanan pada suhu 40oC.

Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa krim minyak kelapa murni tanpa nipagin telah bersifat antibakteri pada konsentrasi 2% dengan diameter hambat sebesar 21,00 mm terhadap Staphylococcus aureus dan 15,93 mm terhadap


(7)

ABSTRAC

A making of oil type cream containing virgin coconut oil (VCO) in various concentrations has been done along with test of its antibacterial activity against

Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa.

The test of antibacterial activity was done in vitro with diffusion method so reservoir ring could be used.

The result of physical stability test of virgin coconut oil cream preparations containing nipagine shows that all formulas were stable during 12 weeks of storage in room temperature, 4oC temperature and 40oC temperature. The result of physical stability test of the cream without nipagine shows a rather un stable result, visible in the change in look after 9 weeks of storage in 40oC temperature.

The result of antibacterial activity test shows that virgin coconut oil cream without nipagine already has antibacterial activity in concentration of 2% with barrier diameter of 21,00mm against Staphylococcus aureus and 15,93mm against

Pseudomonas aeruginosa.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 2

1.3 Hipotesis... 3

1.4 Tujuan Penelitian... 3

1.5 Manfaat... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Uraian Kelapa... 4

2.2 Sistematika Tumbuhan... 4


(9)

2.3.2 Prinsip Pembuatan Mnyak Kelapa Murni... 6

2.3.3 Kerusakan Minyak... 7

2.4 Krim... 7

2.4.1 Stabilitas Krim... 8

2.4.2 Pembuatan Krim... 10

2.5 Absorbsi Obat Melalui Kulit... 11

2.5.1 Penyakit Dan Kelainan Pada Kulit... 11

2.6 Bakteri... 12

2.6.1 Fase Pertumbuhan Bakteri... 12

2.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme... 13

2.6.3 Obat Antimikroba... 15

2.7 Uji Kepekaan Terhadap Antibakteri Secara In Vitro... 16

2.8 Bakteri Staphylococcus aureus... 16

2.9 Bakteri Pseudomonas aeruginosa... 17

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 19

3.1 Alat-alat yang digunakan... 20

3.2 Bahan-bahan yang digunakan... 20

3.3 Pengambilan Sampel... 20

3.4 Sterilisasi Alat... 20

3.5 Pembuatan Dasar Krim... 21

3.6 Pemeriksaan Sediaan Krim Minyak Kelapa Murni... 24


(10)

3.6.2 Pemeriksaan Homogenitas... 25

3.6.3 Pemeriksaan pH... 25

3.6.4 Pemeriksaan Tipe Emulsi... 25

3.6.5 Pemeriksaan Stabilitas Fisik Sediaan Krim... 25

3.7 Pembuatan Media... 26

3.7.1 Nutrien Agar... 26

3.7.2 Pembuatan Agar Miring... 26

3.8 Pembiakan Bakteri... 27

3.8.1 Pembuatan Stok Kultur... 27

3.8.2 Penyiapan Inokulum... 27

3.9 Pengenceran Minyak Kelapa Murni Berbagai Konsentrasi... 28

3.10 Uji Aktivitas Antibakteri dari Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil)... 28

3.8.1 Uji Aktivitas Antibakteri dari Minyak Kelapa Murni Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus... 28

3.8.2 Uji Aktivitas Antibakteri dari Minyak Kelapa Murni Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa... 29

3.11 Uji Aktivitas Antibakteri dari Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil)... 29

3.8.1 Uji Aktivitas Antibakteri dari Krim Minyak Kelapa Murni Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus... 29

3.8.2 Uji Aktivitas Antibakteri dari Krim Minyak Kelapa Murni Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa... 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 31


(11)

4.1.1 Hasil Pemeriksaan Homogenitas... 31

4.1.2 Hasil Pemeriksaan Organoleptis Sediaan Krim... 31

4.1.3 Hasil Pengukuran pH Krim Minyak Kelapa Murni... 33

4.1.4 Hasil Pemeriksaan Stabilitas Fisis Sediaan Krim... 34

4.2 Hasil Pemeriksaan Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni... 35

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 38

5.1 Kesimpulan... 38

5.2 Saran... 38

DAFTAR PUSTAKA... 39

LAMPIRAN... 43


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Krim Minyak Kelapa Murni...43

2. Gambar Hasil Pemeriksaan Organoleptis Krim Minyak Kelapa Murni...49

3. Krim VCO dengan penambahan nipagin 0.5% dan tanpa penambahan nipagin...50

4. Gambar Minyak Kelapa Murni Buatan Norman Perangin-angin...51

5. Gambar Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni...52


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Formula Dasar Krim...22

Tabel 2. Formula Krim dengan Variasi Konsentrasi minyak kelapa murni...22

Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni Terhadap

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa...35

Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni tanpa Nipagin Terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa...36


(14)

ABSTRAK

Telah dilakukan pembuatan krim tipe emulsi minyak dalam air yang mengandung minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dengan berbagai konsentrasi dan menguji aktivitas antibakteri nya terhadap Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa.

Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan secara invitro dengan metode difusi agar mengunakan cincin pencadang.

Hasil pengujian stabilitas fisis sediaan krim minyak kelapa murni (VCO/virgin

coconut oil) yang mengandung nipagin menunjukan bahwa semua formula stabil

selama 12 minggu penyimpanan pada suhu kamar, suhu 4oC, dan suhu 40oC. Hasil pengujian stabilitas fisis sediaan krim tanpa nipagin ternyata kurang stabil, yang ditunjukkan pada perubahan penampilan setelah 9 minggu penyimpanan pada suhu 40oC.

Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa krim minyak kelapa murni tanpa nipagin telah bersifat antibakteri pada konsentrasi 2% dengan diameter hambat sebesar 21,00 mm terhadap Staphylococcus aureus dan 15,93 mm terhadap


(15)

ABSTRAC

A making of oil type cream containing virgin coconut oil (VCO) in various concentrations has been done along with test of its antibacterial activity against

Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa.

The test of antibacterial activity was done in vitro with diffusion method so reservoir ring could be used.

The result of physical stability test of virgin coconut oil cream preparations containing nipagine shows that all formulas were stable during 12 weeks of storage in room temperature, 4oC temperature and 40oC temperature. The result of physical stability test of the cream without nipagine shows a rather un stable result, visible in the change in look after 9 weeks of storage in 40oC temperature.

The result of antibacterial activity test shows that virgin coconut oil cream without nipagine already has antibacterial activity in concentration of 2% with barrier diameter of 21,00mm against Staphylococcus aureus and 15,93mm against

Pseudomonas aeruginosa.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang

Minyak Kelapa Murni (MKM) atau yang sering disebut dengan VCO/virgin coconut oil adalah minyak yang memiliki kadar air yang rendah (0,02-0,03%) dan kadar asam lemak bebas yang rendah (0,02%), berwarna bening, dan berbau harum. Daya simpannya lebih lama dari minyak biasa, bisa lebih dari 12 bulan (Anonim, 2006)

Minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) berkasiat sebagai antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. Hal tersebut dikarenakan kandungan asam laurat, asam kaprilat dan asam kaprat didalamnya. Sementara, jenis minyak lain tidak memiliki sifat antimikroba. Manfaat dari asam laurat antara lain dapat membunuh berbagai macam jenis mikroba yang membran sel nya, berasal dari asam lemak (lipid coated microorganism). Sifat asam laurat dapat melarutkan membran bakteri berupa lipid sehingga akan mengganggu kekebalan bakteri atau virus. Hal ini akan membuat bakteri atau virus inaktivasi. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh mikroba jenis ini seperti influenza, Streptococcus sp., Stapilococcus sp., gram positive, dan gram negative (Sutarmi, 2005).

Berdasarkan hasil analisis Norman Perangin-Angin, 2008, disimpulkan bahwa minyak kelapa murni olahan pabrik memiliki kemampuan menurunkan kadar kolesterol dengan tingkat persentase penurunan 31,70% dan 36,10% untuk minyak kelapa murni olahan sendiri (Norman, 2008).


(17)

Menurut Sutarmi, 2005, minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dapat digunakan untuk mengobati penyakit pada kulit misalnya herpes dan cacar. Pada dasarnya, dalam mengobati penyakit masyarakat lebih menyukai pemakaian obat secara praktis misalnya pemakaian topikal, untuk itu peneliti membuat minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dalam bentuk sediaan krim tipe minyak dalam air.

Dari sudut pandang terapi bentuk krim tipe minyak dalam air cocok untuk luka topikal karena mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cairan yang keluar dari dalam kulit yang terbuka (Ansel, 1989). Keuntungan sediaan krim tipe minyak dalam air mudah dicuci, tidak meninggalkan bekas pada kulit, pakaian, menimbulkan rasa nyaman dan dingin setelah air menguap pada daerah yang digunakan (Lachman, dkk, 1994).

Berdasarkan hal tersebut, peneliti hendak membuat krim yang mengandung minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dengan berbagai konsentrasi dan menguji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri penyebab penyakit pada kulit. Bakteri uji yang digunakan adalah

Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan pada sediaan krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) yang mengandung nipagin dan yang tidak mengandung nipagin terhadap stabilitas krim tersebut.


(18)

2. Apakah krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa.

1.3 Hipotesis

1. Ada perbedaan yang nyata antara sediaan krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) yang mengandung nipagin dan yang tidak mengandung nipagin terhadap stabilitas krim tersebut.

2. Krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa.

1.4 Tujuan

1. Untuk melihat pengaruh nipagin terhadap stabilitas krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil)

2. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) terhadap Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa.

1.5 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai krim antiseptik terhadap penyakit pada kulit.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Kelapa

Kelapa termasuk tanaman berkeping satu (monocotyledone), berakar serabut dan merupakan golongan palem (palmae) (Warisno,2002). Kelapa terdiri dari batang, sabut, tempurung, daging buah, dan air kelapa. Seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan sehingga tidak ada yang terbuang dan dapat dibuat untuk menghasilkan produk industri. Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa. Minyak kelapa dapat diperoleh dari daging buah segar (Suhardiyono, 1988).

Buah kelapa terdiri dari bagian-bagian :

- Epicarp, yaitu klit bagian luar yang permukaannya licin, dan agakkeras.

- Mesokarp, yaitu kulit bagian tengah terdiri dari serat-serat keras dengan ketebalan

3- 5 cm yang dibuat sabut.

- Endocarp, yaitu bagian tempurung yang keras sekali.

- Endosperm, yaitu daging buah yang tebalnya 8-10 mm

2.2 Sistematika Tumbuhan

Divisio : Spermatophyta


(20)

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Genus : Cocos

Species : Cocos nucifera (Suhardiman,1999).

2.3 Minyak Kelapa Murni

Minyak kelapa murni atau VCO (virgin coconut oil) merupakan salah satu olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera) (Sutarmi, 2005).

Minyak kelapa trdiri dari 90% asam lemak jenuh dan 10% asam lemak tidak jenuh. Asam laurat merupakan asam lemak yang paling besar dibandingkan dengan asam lemak lainnya yaitu sekitar 44-52% (Alamsyah, 2005). Asam laurat ini merupakan asam lemak jenuh dengan rantai sedang yang lebih dikenal dengan medium chain fatty acids (MCFA) (Rindengan dan Hengki, 2005).

2.3.1 Manfaat Minyak Kelapa Murni

Minyak kelapa murni atau VCO (virgin coconut oil) mengandung asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acids,MCFA) yang mudah diurai dalam tubuh. Kandungan asam lemak rantai sedang ini sangat berperan dalam menjaga kesehatan, misalnya asam laurat. Asam laurat merupakan suatu monogliceride yang bersifat antibakteri.

Adanya kandungan asam lemak rantai sedang tersebut, maka VCO mempunyai kemampuan menangkal beberapa jenis penyakit, diantaranya:


(21)

1) Membantu mengatasi infeksi bakteri

2) Membunuh jamur yang menyebabkan keputihan 3) Membnatu kulit tetap lembut dan halus

4) Membantu dalam pencegahan sakit jantung, stroke,dan

artherosclerosis

5) Membantu meredakan gejala-gejala dan mengurangi resiko kesehatan yang dihubungkan dengan diabetes mellitus

6) Membantu mencegah kegemukan ( Bambang, 2006 )

2.3.2 Prinsip Pembuatan Minyak Kelapa Murni

Kandungan kimia minyak yang paling tinggi dalam sebutir kelapa yaitu air, protein, dan lemak. Ketiga senyawa tersebut tergabung dalam bentuk emulsi. Emulsi adalah suatu sistem dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa (fase terdispers) yang tidak saling bercampur (Ansel, 1989). Sebaliknya yang dimaksud dengan pengemulsi (emulgator) yaiut zat yang berfungsi untuk mempererat (memperkuat) mencampurnya kedua fase tersebut. Protein sebagai emulgator akan mengurangi tegangan antar muka minyak dan air sehingga minyak dan air tidak saling menyatu dan masing-masing tidak membentuk lapisan sendiri. Emulsi tersebut tidak akan pernah pecah karena masih ada tegangan muka protein air yang lebih kecil dari protein minyak. Dngan demikian, air merupakan fase kontinu (terdispers), sedangkan miyak merupakan fase diskontinu (pendispers). Minyak kelap murni baru bias keluar dari ikatan emulsi tersebut jika emulgatornya dirusak. Untuk merusak emulsi tersebut ada beberap cara, yaitu fermentasi,


(22)

pemanasan bertahap, enzimatis, tehnik pemancingan, pengasaman dan sentrifugasi.

2.3.3 Kerusakan Minyak

Bahan makanan berlemak merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan beberapa jenis jamur dan bakteri. Kerusakan lemak di dalam bahan pangan dapat terjadi selama proses pengolahan dan selama penyimpanan. Kerusakan lemak ini, menyebabakan bahan pangan berlemak mempunyai baud an rasa yang tidak enak, sehingga dapat menurunkan mutu dan nilai gizi bahan pangan ersebut. Tipe penyebab ketengikan dalamlemak dapat dibagi atas 3 golongan yaitu :

1. ketengikan oleh oksidasi (oxidative rancidity)

2. ketengikan oleh enzim (enzymatic rancidity)

3. ketengikan oleh proses hidrolisa (hidrolitic rancidity)

2.4 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsentrasi relatif cair yang diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air atau lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).


(23)

Fungsi krim adalah sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit, sebagai bahan pelumas untuk kulit, dan sebagi pelindung untuk kulit yaitu mncegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsangan kulit ( Anief, 2000).

Syarat-syarat krim yang baik adalah :

- Stabil selama dalam pemakaian pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar

- lunak yait semua zat dalam keadaan halus

- seluruh produk homogen

- mudah dipakai

2.4.1 Stabilitas Krim

Pertimbangan yang terpnting bagi sediaan emulsi seperti krim di bidang farmasi dan kosmetika adalah stabilitas dari produk jadi. Menurut Anief, 2000, ketidakstabilan emulsi dapat digolongkan menjadi :

a. flokulasi atau creaming

b. Koalesen atau pecahnya emulsi (breaking, cracing) c. Macam-macam perubahan fisika dan kimia

d. Inverse

Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua lapiasan, dimana lapisan yang satu mengandung butir-butir tetesan (fase terdispers) lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming merupakan proses


(24)

bolak-balik, sedangkan pemecahan merupakan proses searah. Krim yang menggumpal bisa didispersikan kembali dengan mudah, dan dapat terbentuk kembali suatu campuran yang homogen dari suatu emulsi yang membentuk krim dengan pengocokan, karena bola-bola minyak masih dikelilingi oleh suatu lapisan pelindung dari zat pengemulsi. Jika terjadi pemecahan, pencampuran biasa tidak bisa mensuspensikan kembali bola-bola tersebut dalam suatu emulsi yang stabil (Martin, 1993).

Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi dari tipe M/A menjadi A/M atau sebliknya. Inverse dapat dipengaruhi oleh suhu, atau inverse merupakan fungsi suhu (Anief, 2000).

Faktor-faktor yang dapat memecah emulsi digolongkan dalam:

1. pemecahan emulsi secara kimia, contohnya; penambahan zat yang dapat menarik air seperti CaCl2 eksikatus dan CaO

2. pecahnya emulsi secara fisika, yaitu;

- Kenaikan suhu, dapat menyebabkan perubahan viskositas, mengubah sifat emulgator dan menaikkan benturan butir-butir tetesan.

- Pendingin menyebabkan terpisahnya air dari sistem emulsi - Penambahan ganul kasar

- Pengenceran emulsi yang berlebihan

- Penyaringan, karena kedua fae melalui pori-pori dan butir-butir fase intern akan menggumpal menjadi satu


(25)

3. Efek elektrolit terhadap stabilitas emulsi, tergantung dari jenis emulator yang ada. Bila ada reaksi dari elektrolit dengan emulsi maka emulsi akan pecah (Anief, 2000).

2.4.2 Pembutan Krim

Dalam pembuatan krim dari formula dengan tipe emulsi minyak dalam air (M/A), metode pembuatan secara umum meliputi proses peleburan, emulsifikasi dan saponifikasi. Komponen yang tidak berampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan di atas penangas air pada temperature sekitar 70 sampai 75oC. sementara itu, semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air, dibuat dalam sejumlah air yang dimurnikan, khususnya dalam formula dan dipanaskan pada temperatur yang sama dengan komponen berlemak. Larutan berair diolah dalam komponen berlemak yang cair dalam keadaan hangat dengan pengadukan kontinu sampai campuran membeku/mengental.apabila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka lemak akan menjadi padat.

2.5Absorbsi Obat Melalui Kulit

Tujuan umum pengunaan obat topikal pada terapi adalah untuk menghasilkan efek terapetik pada tempat-tempat spesifik di jaringan epidermis. Daerah yang terkena, umumnya epidermis dan dermis, sedangkan obat-obat topical tertentu seperti emoliens (pelembab), dan antimikroba bekerja dipermukaan kulit saja (Lachman, dkk, 1994).


(26)

Faktor-faktor yang mempengaruhi penetrasi kulit sangat bergantung dari sifat fisika kimia obat dan juga bergantung pada zat pembawa, pH dan konsentrasi. Perbedaan fisiologis melibatkan kondisi kulit yaitu apakah kulit dalam keadaan baik atau terluka, umur kulit, perbedaan spesies dan kelembaban yang dikandung oleh kulit (Lachman, dkk, 1994).

2.5.1 Penyakit dan Kelainan pada Kulit

Penyakit dan kelainan pada kulit diantaranya adalah:

a. Jerawat

Jerawat merupakan penyakit kulit yang sudah dikenal secara luas dan sering timbul pada wajah, baik wajah para remaja maupun dewasa. Jerawat terjadi karena adanya peradangan yang disertai penyumbatan pada saluran kelenjar minyak dalam kulit dan rambut (Wirakusumah dan Setyowati, 1999).

b. Infeksi pada kulit

Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur atau virus ini dapat berupa bisul, cacar air, kusta atau jamuran. Umumnya infeksi di sela paha dan telapak kaki (Wirakusumah dan Setyowati, 1999).

c. Penuaan dini pada kulit

Penyebabnya demam yang tinggi dan berkepanjangan atau terkena sinar matahari yang terlalu lama (Wirakusumah dan Setyowati,1999).

d. Noda-noda hitam

Kelainan kulit ini disebabkan oleh sinar ultra violet mathari yang memacu pembentukan pigmen warna kulit secara berlebihan.


(27)

Akibatnya, timbul bercak atau noda hitam pada bagian-bagian kulit yang sering terkena sinar matahari (Wirakusumah dan Setyowati,1999).

2.6 Bakteri

Bakteri termasuk kedalam golongan prokariota, ukurannya sangat kecil dan tidak dapat dilihat secara visual (Tim mikrobiologi FK Unibraw, 2003).

2.6.1 Fase Pertumbuhan Bakteri

Ada empat fase pada pertumbuhan bakteri yaitu :

1. Fase Penyesuaian Diri (Lag Phase)

Kurun waktu ini merupakan penyesuaian bakteri ke suatu lingkungan baru. Pada fase ini tidak ada kenaikan jumlah sel, melainkan peningkatan ukuran dan besar sel.

2. Fase Logaritmik (Exponential Phase)

Pada fase ini bakteri berkembang biak, jumlah bakteri meningkat secara eksponensial. Untuk kebanyakan bakteri, fase ini berlangsung 18-24 jam. Pada pertengahan fase ini pertumbuhan bakteri sangat ideal, pembelahan terjadi secara teratur, semua bahan dalam sel berada dalam seimbang (Chatim, 1994).

3. Fase Stasioner (Stationary Phase)

Pada fase ini terjadi penumpukan racun akibat metabolisme sel dan kandungan nutrien mulai habis, akibat terjadinya kompetisi nutrisi sehingga


(28)

beberapa sel mati dan yang lainnya tetap tumbuh. Jumlah sel menjadi konstan.

4. Fase Kematian (Death Phase)

Pada fase ini terjadi akumulasi bahan toksik, zat hara yang diperlukan oleh bakteri juga berkurang, sehingga bakteri akan memasuki fase kematian. Fase ini merupakan kebalikan dari fase logaritmik pertumbuhan. Jumlah sel menurun terus sampai didapatkan jumlah sel yang konstan untuk beberapa waktu (Roday S., 1999).

2.6.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mikroorganisme

a. Suplai Zat Gizi

Seperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai makanan yang akan menjadi sumber energi dan menyediakan unsur-unsur kimia dasar untuk pertumbuhan sel.

b. Waktu

Bila suatu sel mikroorganisme diinokulasi pada nutrient segar, pertumbuhan yang terlihat mula-mula adalah suatu pembesaran ukuran, volume dan berat. Ketika ukurannya telah mencapai kira-kira dua kali dari besar normal, sel tersebut membelah dan menghasilkan empat sel. Selama kondisi memungkinkan, pertumbuhan dan pembelahan sel berlangsung terus sampai sejumlah besar populasi sel terbentuk.


(29)

Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan organisme. Suhu dapat mempengaruhi mikroorganisme dalam dua cara yang berlawanan yaitu :

1. Apabila suhu naik, kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, kecepatan metabolisme juga turun dan pertumbuhan diperlambat.

2. Apabila suhu naik atau turun, tingkat pertumbuhan mungkin terhenti, komponen sel menjadi tidak aktif dan sel-sel dapat mati. d. Nilai pH

Setiap organisme mempunyai kisaran nilai pH dimana pertumbuhan masih memungkinkan dan masing-masing biasanya mempunyai pH optimum. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 6,0-8,0 dan nilai pH diluar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat merusak. Beberapa mikroorganisme dalam bahan pangan tertentu dapat tumbuh dengan baik pada kisaran nilai pH 3,0-6,0.

e. Aktivitas Air

Semua organisme membutuhkan air untuk kehidupannya. Air

berperan dalam reaksi metabolik dalam sel dan merupakan alat pengangkut zat-zat gizi atau bahan limbah kedalam dan keluar sel.


(30)

f. Ketersediaan Oksigen (O2)

Tidak seperti bentuk kehidupan lainnya, mikroorganisme berbeda nyata dalam kebutuhan oksigen guna metabolismenya. Beberapa kelompok dapat dibedakan atas :

1. Mikroba Aerob, mikroba yang membutuhkan oksigen (O2) didalam

pertumbuhannya.

2. Mikroba Anaerob, mikroba yang tidak membutuhkan oksigen (O2)

didalam pertumbuhannya, bahkan oksigen (O2) ini dapat menjadi

racun bagi mikroba tersebut.

3. Mikroba Anaerob Fakultatif, mikroba yang dapat hidup tumbuh dengan/tanpa adanya oksigen (O2).

4. Mikroba Mikro-Aerofilik, mikroba yang membutuhkan hanya sedikit oksigen (O2) dalam pertumbuhannya.

g. Bahan Kimia

Adanya bahan kimia berupa zat pengawet dan bakterisidal dapat menghambat/mematikan pertumbuhan mikroorganisme, misalnya : fenol, alkohol, deterjen dan antibiotika (Roday S., 1999).

2.7. Obat Antimikroba

Obat antimikroba dapat berarti terhadap bakteri, jamur dan virus. Untuk maksud penggunaan secara sistematik diperlukan toksisitas selektif yang tinggi dari obat antimikroba. Antimikroba dapat digolongkan berdasarkan kemampuan mematikan (diberi akhiran-sidal) atau hanya menghambat pertumbuhan mikroba (diberi akhiran-statika). Berdasarkan


(31)

kemampuan mempengaruhi banyaknya jenis bakteri, dikenal antibakteri berspektrum sempit dan berspektrum luas (Mikrobiologi Tim, 2003).

2.8 Uji Kepekaan Terhadap Antibakteri Secara In Vitro

Aktivitas (potensi) antibakteri dapat ditunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap bakteri. Ada dua metode umum yang dapat digunakan yaitu penetapan dengan lempeng silinder atau ”lempeng” dan penetapan dengan cara ”tabung” atau turbidimetri. Metode pertama berdasarkan difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri, sehingga bakteri yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran atau ”zona” disekeliling silinder yang berisi larutan antibiotik. Metode turbidimetri berdasarkan atas hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serba sama antibiotik dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik (Ditjen POM, 1995).

2.9 Bakteri Staphylococcus aureus

Sistematika bakteri Staphylococcus aureus menurut Bergey edisi ke-7 (Dwidjoseputro, 198ke-7) adalah sebagai berikut :

Domain : Bacteria

Phylum : Protophyta

Class : Bacilla


(32)

Familia : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram negatif dan mikroba flora normal yang terdapat pada permukaan tubuh, seperti pada permukaan kulit, rambut, hidung, mulut dan tenggorokan (Jawetz et all, 2001).

2.10 Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Sistematika bakteri Pseudomonas aeruginosa menurut Bergey edisi ke-7 (Dwidjoseputro, 1987) adalah sebagai berikut :

Domain : Bacteria

Phylum : Protophyta

Class : Schizomycetes

Ordo : Pseudomonadales

Familia : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Species : Pseudomonas aeruginosa

Kelompok Pseudomonas adalah batang gram negatif dan terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan dan kadang-kadang membentuk rantai yang pendek ; berukuran sekitar 0,6 x 2 μm, bergerak, aerob, ditemukan secara luas ditanah, air, tumbuhan dan hewan, tumbuh baik pada suhu 37-42


(33)

°C. Pseudomonas aeruginosa tersebar luas dialam dan biasanya terdapat di lingkungan yang lembab. Bakteri ini dapat tinggal pada mamalia yang normal dan menyebabkan penyakit bila pertahanan tubuh inang abnormal (Jawetz et all, 2001).


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Formulasi Steril. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimental parametrik, meliputi penyiapan bahan, pembuatan krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dengan teknik aseptis, pegujian stabilitas terhadap krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) yang mengandung nipagin dan yang tidak mengandung nipagin, serta uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

Parameter yang dilihat untuk stabilitas krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) meliputi sifat fisik secara organoleptis, homogenitas, pH, dan tipe emulsi dan parameter untuk aktivitas antibakteri nya yang diukur adalah zona hambatan pertumbuhan bakteri oleh krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) terhadap bakteri

Staphylococcus aureus untuk bakteri gram positif dan Pseudomonas aeruginosa untuk bakteri gram negatif. Metode yang digunakan adalah metode difusi agar.

Pada uji aktivitas antibakteri krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) yang digunakan adalah dasar krim yang tidak mengandung nipagin.


(35)

3.1 Alat-Alat yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan adalah: tabung reaksi (Pyrex), gelas ukur

(Pyrex), gelas ukur (Pyrex), labu tentukur (Pyrex), oven (Memmert),

(Gallenkamp), autoklaf (Fison), inkubator (Fisher Scientific), lemari pendingin (Uchida), laminar airflow cabinet (Astec HLF 1200 L), neraca kasar (Ohanus), neraca analitik (Mettler AE 200), jarum ose, lampu bunsen, mikro pipet, pipet tetes, bola karet, pH meter, alumunium foil, kertas perkamen, tissu, pencadang logam, cawan petri, kapas steril, jangka sorong, lumpang, stamfer, spatula.

3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah: Etanol proanalis

(Merck), NaCl pro analis (Merck), akuades, bakteri Staphylococcus aureus

(ATCC 29737), bakteri Pseudomonas aeruginosa (ATCC 25619), nutrien agar (difco), asam stearat (Brataco Chemica), gliserin (Brataco Chemica), trietanolamin (Brataco Chemica), nipagin (Brataco Chemica), natrium biborat (Brataco Chemica).

3.3 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah minyak kelapa murni hasil pembuatan Norman Perangin-Angin (Norman, 2008).

3.4 Sterilisasi Alat

Bahan-bahan yang tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 1100C dan 1210C, disterilkan terlebih dahulu didalam


(36)

autoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit dan bahan-bahan dan alat-alat gelas disterilkan di oven suhu 150-170 °C selama 2 jam (Lay dan Hastowo S., 1992).

3.5 Pembuatan Dasar Krim

Sediaan krim yang digunakan adalah krim tipe minyak dalam air berdasarkan formula standart Formularium Indonesia (Ditjen POM, 1984) dengan dasar vanishing cream yaitu:

R/ Asam stearat 142

Gliserin 100

Natrium bibobarat 2,5

Trietenolamin 10

Air suling 750

Nipagin q.s.

m.f. cream

Sediaan krim yang mengandung minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dibuat dengan variasi konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%.


(37)

Tabel 1. Formula Dasar Krim

BAHAN FORMULA

A

Minyak Kelapa Murni(VCO)

-

Asam stearat 14,2

Trietanolamin 1

Gliserin 10

Natrium biborat 0,25

Akuades hingga 100

Tabel 2. Formula Krim dengan Variasi Konsentrasi Minyak Kelapa Murni

Formula B C D E F

Minyak Kelapa Murni(VCO) 2 4 6 8 10

Dasar krim 98 96 94 92 90

Keterangan : Semua bahan dalam satuan % b/b


(38)

Formula B : Krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dengan kadar minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) 2%

Formula C : Krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dengan kadar minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) 4%

Formula D : Krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dengan kadar minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) 6%

Formula E : Krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dengan kadar minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) 8%

Formula F : Krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dengan kadar minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) 10%

Cara pembuatan:

Pembuatan krim dilakukan dalam ruang steril yang terdapat kap laminar air flow dengan teknik aseptik. Langkah – langkah pembuatan krim sebagai berikut :

a. Pembuatan Krim Minyak Kelapa Murni Tanpa Nipagin

 Ditimbang semua bahan yang diperlukan

 Asam stearat dalam cawan penguap disterilkan dalam oven suhu 150oC selama 1 jam

 Trietanolamin, gliserin, dan natrium biborat masing-masing dilarutkan dalam air panas kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit


(39)

 Asam sterat steril dimasukkan ke dalam lumpang yang telah disterilkan terlebih dahulu kemudian larutan panas trietanolamin, gliserin dan natrium biborat ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalamnya dengan pengadukan yang konstan sampai diperoleh massa krim

 Dalam lumpang yang terpisah yang telah disterilkan terlebih dahulu dasar krim sebanyak yang diperlukan digerus bersama minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dengan berbagai konsentrasi dan dimasukkan dengan sudip film dalam wadah tertutup rapat, krim disimpan di tempat yang terlindung cahaya.

b. Pembuatan Krim Minyak Kelapa Murni Dengan Penambahan

Nipagin

Dalam lumpang yang telah disterilkan terlebih dahulu digerus halus nipagin kemudian ditambahkan dasar krim sedikit demi sedikit dan digerus homogen,

3.6. Pemeriksaan Sediaan Krim Minyak Kelapa Murni 3.6.1 Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi pemeriksaan warna, bau, dan penampilan (konsistensi) dari sediaan.

Sediaan dinyatakan stabil apabila warna, bau, dan penampilan tidak berubah secara visual selama penyimpanan, dan juga secara visual tidak ditumbuhi jamur.


(40)

3.6.2 Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas sediaan krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) dilakukan dengan cara: Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas kaca, kemudian ditutup dengan kaca yang lain lalu diratakan. Sediaan yang memenuhi persyaratan homogenitas harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir yang kasar (Ditjen POM, 1979).

3.6.3 Pengukuran pH

Pemeriksaan pH sediaan dilakukan satu hari setelah pembuatan sediaan dan setelah penyimpanan pada waktu tertentu. Caranya adalah satu gram sediaan diencerkan dengan akuades sampai 10 ml di dalam satu wadah, kemudian pH sediaan diukur dengan menggunakan indikator universal (Rawlins, 2002).

3.6.4 Pemeriksaan Tipe Emulsi

Pemeriksaan Tipe emulsi dilakukan dengan metode pengenceran, yaitu sejumlah tertentu sediaan diencerkan dengan akuades. Jika emulsi tersebut bercampur sempurna dengan air, maka emulsi tersebut bertipe minyak dalam air, dan bila tidak bercampur sempurna dengan air, maka emulsi tersebut bertipe air dalam minyak (Martin, 1993).

3.6.5 Pemeriksaan Stabilitas Fisik Sediaan Krim

Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan krim dilakukan dengan menyimpan sediaan pada suhu kamar, suhu 4oC, dan suhu 40oC dan diamati


(41)

setiap 1 minggu selama 12 minggu. Bagian yang diamati meliputi pecah atau tidaknya emulsi dan pemisahan kedua fase yaitu fase air dan fase minyak (Lachman, 1994).

3.7 Pembuatan Media 3.7.1 Nutrien Agar

Komposisi: Bacto-beef extract 3 g

Bacto-peptone 5 g

Bacto-agar 15 g

Cara pembuatan :

Ditimbang sebanyak 23 g serbuk nutrien agar kemudian disuspensikan dengan air suling yang ditambahkan sedikit demi sedikit dalam erlenmeyer hingga 1000 ml, dipanaskan sampai bahan larut sempurna. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit (Difco, 1977).

3.7.2 Pembuatan Agar Miring

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 3 ml media nutrien agar, didiamkan pada suhu kamar sampai sediaan membeku pada posisi miring, kemudian disimpan dalam lemari pendingin.


(42)

3.8 Pembiakan Bakteri 3.8.1 Pembuatan Stok Kultur

- Bakteri Staphylococcus aureus

Diambil satu koloni bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan jarum ose steril, lalu ditanamkan pada media nutrien agar miring dengan cara menggores, setelah itu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2oC selama 18-24 jam.

- Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Pembuatan stok kultur bakteri Pseudomonas aeruginosa dilakukan prosedur yang sama dengan pembuatan stok kultur terhadap bakteri

Staphylococcus aureus tetapi yang digunakan adalah Pseudomonas aeruginosa.

3.8.2 Penyiapan Inokulum

- Bakteri Staphylococcus aureus

Dari stok kultur bakteri Staphylococcus aureus diambil dengan menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan dalam tabung yang berisi 10 ml larutan NaCl 0,9 % steril lalu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2oC selama 3 jam sampai diperoleh transmitan 25 % pada panjang gelombang 530 nm, menggunakan spektrofotometer (Ditjen POM, 1995).


(43)

- Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Dari stok kultur bakteri Pseudomonas aeruginosa diambil dengan menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan dalam tabung yang berisi 10 ml larutan NaCl 0,9 % steril lalu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2oC selama 3 jam sampai diperoleh transmitan 25 % pada panjang gelombang 580 nm, menggunakan spektrofotometer (Ditjen POM, 1995).

3.9 Pengenceran Minyak Kelapa Murni Dengan Berbagai Konsentrasi

Vial dikalibrasi 10 ml. Kemudian sebanyak 1 ml minyak kelapa murni dimasukkan kedalam vial yang telah dikalibrasi lalu dicukupkan dengan gliserin hingga batas kalibrasi. Konsentrasi minyak kelapa murni adalah 10%, kemudian dibuat pengenceran selanjutnya sampai diperoleh minyak kelapa murni dengan konsentrasi 8%, 6%, 4%, dan 2%.

3.10 Uji Aktivitas Antibakteri dari Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil)

3.10.1 Uji Aktivitas Antibakteri dari Minyak Kelapa Murni Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Dipipet sebanyak 0,1 ml suspensi bakteri menggunakan mikropipet ke dalam cawan petri yang berisi media NA dengan suhu 45-50 °C sebanyak 15 ml, kemudian cawan digoyang-goyang agar media dan suspensi bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat ditanam cincin pencadang logam, dan ditetesi ekstrak sebanyak 0,1 ml dengan berbagai konsentrasi dan sebagai blanko digunakan etanol, kemudian diinkubasi pada


(44)

suhu 35° ± 2 °C selama 18-24 jam. Selanjutnya diameter bening disekitar cincin pencadang diukur menggunakan jangka sorong. Pekerjaan dilakukan sebanyak tiga kali. Data dapat dilihat pada tabel 3 halaman 35.

3.10.2 Uji Aktivitas Antibakteri dari Minyak Kelapa Murni Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Uji aktivitas antibakteri dari sampel terhadap Pseudomonas aeruginosa dilakukan prosedur yang sama seperti pada bakteri

Staphylococcus aureus hanya bakterinya diganti dengan Pseudomonas aeruginosa. Dilakukan tiga kali pengulangan.

3.11 Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil).

3.11.1 Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media nutrien agar sebanyak 15 ml dengan suhu 45-50o-C. Selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja, agar media dan suspensi bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat diletakkan beberapa pencadang gelas, kemudian krim minyak kelapa murni sebanyak 0,1 g yang ditambah beberapa tetes akuades steril, dimasukkan ke dalam pencadang dengan berbagai konsentrasi minyak kelapa murni, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35±2oC selama 18-24 jam, setelah itu diukur diameter daerah hambatan (zona jernih) pertumbuhan di sekitar


(45)

pencadang dengan menggunakan jangka sorong (Brooks, 1983). Hasil dapat dilihat pada tabel 4 halaman 36.

3.11.2Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Uji aktivitas antibakteri dari krim minyak kelapa murni terhadap

Pseudomonas aeruginosa dilakukan prosedur yang sama seperti pada bakteri Staphylococcus aureus hanya bakterinya diganti dengan


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAHAN 4.1 Hasil Pemeriksaan Krim

4.1.1 Hasil Pemeriksaan Homogenitas

Hasil pemeriksaan homogenitas diketahui bahwa selama 12 minggu masing-masing krim yang mengandung nipagin mempunyai konsistensi yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar pada objek glass, sedangkan krim minyak kelapa murni tanpa nipagin pada minggu ke 9 tidak homogen karena adanya butir-butir kasar pada objek glass. Hal ini kemungkinan disebabkan karena beberapa faktor yaitu, tidak adanya nipagin didalam sediaan sehingga dasar krim sendiri tidak mampu mempertahankan konsistensinya, ketidak seimbangan fase air dan fase minyak dalam sediaan juga merusak homogenitas sediaan tersebut serta pengaruh dari minyak kelapa murni yang bersifat asam yang dapat menyebabkan pecahnya emulsi yang ditandai dengan terbentuknya butir-butir kasar, dimana semakin banyak jumlah minyak kelapa murni yang terkandung didalam sediaan krim akan menyebabkan krim tersebut semakin bersifat asam sehingga mempercepat terbentuknya butir-butir kasar (Data dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 43).

4.1.2 Hasil Pemeriksaan Organoleptis Sediaan Krim

Pada pemeriksaan penampilan dapat dilihat bahwa formula A (dasar krim) yang mengandung nipagin mempunyai penampilan setengah padat


(47)

dan secara visual mempunyai konsistensi yang lunak, berwarna putih, tidak berbau dan tidak mengalami perubahan penampilan warna dan bau selama pengamatan (12 minggu). Demikian juga formula B, formula C, formula D, formula E, dan formula F. Hal ini disebabkan karena didalam sediaan mengandung bahan gliserin, yang merupakan fase berair yang tidak mudah menguap, sehingga dapat mempertahankan konsistensi sediaan menjadi tetap stabil (lunak), selain itu juga mengandung bahan-bahan tambahan pengawet seperti nipagin sehingga sediaan krim tersebut tidak terurai dengan adanya mikroba (Anief, 1999). Demikian juga krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) yang tidak mengandung nipagin, hal ini dikarenakan dalam minyak kelapa murni mengandung asam laurat paling besar dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Asam ini merupakan asam lemak jenuh yang tergolong ke dalam kelompok asam lemak rantai sedang (MCFA/Medium Chain Faty Acids) yang berfungsi sebagai antibakteri. Tingginya asam lemak jenuh menyebabkan minyak kelapa tahan terhadap proses ketengikan akibat oksidasi. MCFA stabil pada suhu tinggi, misalnya tidak mengental meskipun dalam waktu yang lama digunakan pada suhu penggorengan (suhu tinggi). Warna MCFA juga tidak berubah akibat penambahan panas, sehingga krim yang mengandung minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) tetap stabil tidak mengalami perubahan penampilan secara organoleptis (Syah, A.N, 2005).


(48)

4.1.3 Hasil Pengukuran pH Krim Minyak Kelapa Murni Mengandung Nipagin Dan Tidak Mengandung Nipagin

Selama pengamatan 12 minggu pH formula A (dasar krim) mengalami kenaikan menjadi sedikit basa dari pH 7,5 menjadi 7,8 hal ini disebabkan karena bahan-bahan yang digunakan sebagai dasar krim mengandung asam stearat dan trietanolamin yang bereaksi membentuk trietanolaminstearat yaitu suatu sabun yang bersifat basa lemah (Voight, 1994).

Formula B (krim dengan kadar minyak kelapa murni 2%) mempunyai pH 7,5, setelah pengamatan pada minggu pertama stabil tetapi pada minggu ke 12 pHnya turun menjadi 6,7. Begitu juga dengan formula C (krim dengan kadar minyak kelapa murni 4%), formula D (krim dengan kadar minyak kelapa murni 6%), formula E (krim dengan kadar minyak kelapa murni 8%), dan formula F (krim dengan kadar minyak kelapa murni 10%) masing-masing mengalami penurunan pH yaitu formula C dari 7,5 menjadi 6,5, formula D dari 7,5 menjadi 6,5 formula E dari 7,5 menjadi 6,5 dan formula F dari 7,5 menjadi 6,4. Penurunan pH yang terjadi pada krim minyak kelapa murni disebabkan karena banyaknya asam-asam organik yang terkandung dalam minyak kelapa murni sehingga mempengaruhi penurunan pH dari krim minyak kelapa murni, dimana semakin besar konsentrasi minyak kelapa murni dalam sediaan krim maka sediaan tersebut akan semakin bersifat asam. Data dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 46.


(49)

4.1.4 Hasil Pemeriksaan Stabilitas Fisik Sediaan Krim

Pada pemeriksaan stabilitas sediaan yang mengandung nipagin (data dapat dilihat pada lampiran 1), formula A, formula B, formula C, formula D, formula E, dan formula F selama penyimpanan pada suhu kamar, suhu 4oC, dan suhu 40oC tetap stabil tidak mengalami pemisahan fase, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu karena adanya nipagin yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berasal dari kontaminasi udara pada lingkungan penyimpanan sehingga krim minyak kelapa murni yang mengandung nipagin tidak dapat terurai oleh mikroorganisme dari udara, dan asam lemak rantai sedang yang terkandung didalam minyak kelapa murni dimana sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Alamsyah, A.N, 2005, “Dalam minyak kelapa murni terdapat Medium Chain Fatty Acids (MCFA). MCFA merupakan komponen asam lemak rantai sedang. MCFA stabil pada suhu tinggi dan rendah, misalnya tidak mengental meskipun dalam waktu yang lama digunakan pada suhu penggorengan (suhu tinggi). Warna MCFA juga tidak berubah hitam akibat penambahan panas”. Selain itu adanya pengawet seperti nipagin membuat sediaan krim tersebut tidak terurai dsengan adanya mikroba (Anief, 1999).

Pada sediaan tanpa nipagin terlihat kurang stabil. Pemisahan fase ini disebabkan karena ketidak seimbangan volume dari fase air dan fase minyak dalam sediaan sehingga menyebabkan pecahnya sediaan. Perbandingan volume fase dari suatu emulsi mempunyai pengaruh skunder terhadap kestabilan produk. Umumnya suatu perbandingan fase volume 50/50 menghasilkan emulsi yang paling stabil. Kenyataan ini ditemukan secara


(50)

empiris oleh ahli farmasi bertahun-tahun yang lalu, dan emulsi-emulsi obat umumnya dibuat dengan perbandingan 50 bagian minyak dengan 50 bagian air (Martin, 1993). Kenaikan temperatur serta tidak adanya nipagin sehingga mikroorganisme dari udara dapat memacu peruraian zat-zat ataupun mengoksidasi asam lemak sehingga minyak rusak yang dapat menyebabkan emulsi pecah karena terjadinya perubahan viskositas dan naiknya butiran-butiran kasar yang diakibatkan oleh perubahan sifat dari emulgator (Anief, 1999). Data dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 47.

4.2 Hasil Pemeriksaan Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil)

Hasil analisis minyak kelapa (VCO/virgin coconut oil) terhadap daya aktivitasnya sebagai antibakteri adalah sangat besar karena pada konsentrasi 2% masih mempunyai daya hambat 40,48 mm terhadap

Staphylococcus aureus dan 35,63 mm untuk Pseudomonas aeruginosa.

Data dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

Diameter hambat pertumbuhan (mm)* No Konsentrasi

VCO (%)

Staphylococcus aureus Pseudomonas aeruginosa

1 10 43,38 40,36

2 8 42,96 37,68

3 6 41,83 37,39

4 4 41,22 36,27

5 2 40,48 35,63

6 Blanko -


(51)

* = Hasil rata-rata tiga kali pangamatan

- = Tidak ada diameter hambatan pertumbuhan bakteri

Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni dalam Sediaan Krim Tanpa Nipagin Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa hal ini disebabkan oleh kandungan asam lemak rantai sedang yang dikenal sebagai Medium Chain Fatty Acids (MCFA). MCFA merupakan asam lemak khusus yang mempunyai rantai karbon yang panjang dari C8-C12 yang bersifat jenuh (asam kaprat, kaprilat, dan laurat) yang bermanfaat sebagai antibakteri, antijamur, antivirus dan antiprotozoa. Asam lemak dari MCFA yang paling aktif sebagai antibakteri adalah asam laurat (Ahkam Subroto, 2006). Bagian-bagian tertentu bakteri tersusun dari lemak, misalnya membrane sel serta bagian tertentu dinding sel nya. Bakteri memiliki enzim lipase yang dapat memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol (Tim mikribiologi FK Unibraw, 2003).

Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni tanpa Nipagin Terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

Diameter hambatan pertumbuhan (mm)* No Konsentasi

VCO (%)

Staphylococcus aureus Pseudomonas aeruginosa

1 10 22,96 19,73

2 8 22,43 18,45

3 6 22.00 17,66

4 4 21,20 16,76

5 2 21.00 15,93

6 0 10,58 10.23


(52)

 = Hasil rata-rata tiga kali pangamatan

Dari tabel diatas terlihat bahwa krim dari minyak kelapa murni mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri sangat baik pada

Staphylococcus aureus maupun Pseudomonas aeruginosa.

Kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa minyak kelapa murni disebabkan karena bahan-bahan yang digunakan sebagai dasar krim mengandung asam stearat dan trietanolamin yang bereaksi membentuk trietanolaminstearat yaitu suatu sabun anionik yang bersifat basa lemah (Voight, 1994) yang dapat membantu menghambat pertumbuhan bakteri dan juga karena minyak kelapa murni sendiri mempunyai kandungan asam lemak rantai sedang yang dikenal sebagai Medium Chain Fatty Acids (MCFA). MCFA merupakan asam lemak khusus yang mempunyai rantai karbon yang panjang dari C8-C12 yang bersifat jenuh (asam kaprat, kaprilat, dan laurat) yang bermanfaat sebagai antibakteri, antijamur, antivirus dan antiprotozoa. Asam lemak dari MCFA yang paling aktif sebagai antibakteri adalah asam laurat (Ahkam Subroto, 2006). Bagian-bagian tertentu bakteri tersusun dari lemak, misalnya membrane sel serta bagian tertentu dinding sel nya. Bakteri memiliki enzim lipase yang dapat memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol (Tim mikribiologi FK Unibraw, 2003). Adanya enzim lipase pada bakteri maka trigleserida minyak kelapa murni dapat diubah menjadi bentuk asam lemak yang memiliki sifat antimikroba.


(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) yang mengandung nipagin lebih stabil dibandingkan dengan krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) yang tidak mengandung nipagin. Krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) yang mengandung nipagin tidak mengalami perubahan penampilan dan warna setelah disimpan selama 12 minggu. Untuk krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) yang tidak mengandung nipagin mengalami perubahan penampilan pada minggu ke 9.

Dari penelitian yang dilakukan, ternyata krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) tanpa nipagin sudah bersifat antibakteri pada konsentrasi 2% dengan diameter daya hambat 40,48 mm untuk

Staphylococcus aureus dan 34,48 mm untuk Pseudomonas aeruginosa.

Penambahan nipagin pada sediaan krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) hanya berfungsi sebagai penambah stabilitas sediaan tersebut.

5.2 Saran

Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk memformulasi minyak kelapa murni dalam bentuk lotion, sabun atau sampo.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1999). Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi.

Yogyakarta: UGM Press. Hal. 107.

Anief, M. (2000). Farmasetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 111, 125-136.

Anonim. (2006). ”Kelapa”. Online. 2007.

http://www.warintek.progressio.or.id/perkebunan/kelapa.htm

Ansel, Howard C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke empat. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Hal : 513-515.

Bambang, S. dan Surip, P. (2006). Membuat VCO Berkualitas Tinggi. Seri Agritekno. Cetakan Pertama. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 16-17.

Brooks, G.F. (1983). Biology of Microorganism. Seventh edition. Peaseon Prentice Hall. Machigan. P. 483-484.

Chatim, A. (1994). Mikrobiologi Kedokteran. Sterilisasi dan Desinfeksi. Edisi Revisi. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal. 42-43

Difco. (1977). Difco of Dehydrate Culture Media Reagent for Microbiology and Clinical Laboratory Procedures. Ninth edition, Michigan Detroit : Difco Laboratories. Page : 269-339.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 32-33


(55)

Ditjen POM. (1984). Formularium Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 198.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta. Hal. 891-897.

Dwidjoseputro. (1987). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Cetakan ke-9. Surabaya: Depkes RI. Hal. 116-144.

Jawetz, Melnick, Adelberg’s. (2001). Mikrobiologi Kedokteran. Penerjemah : Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Edisi I. Jakarta. Penerbit Salemba Medika. Hal. 317-326 dan 371-374.

Kabara, J., ”Health oils from the three of life”. Online. 2005

http://www.coconutoil.com/jhon/kabara.pdf

Lachman, L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Kedua. Jilid Kedua. Jakarta: UI Press. Hal. 1098, 1105.

Lay, B.W. dan Hastowo, S. (1992). Mikrobiologi. Bogor : Penerbit Institut Pertanian Bogor. Hal. 79.

Martin, A.N. dkk. (1993). Farmasi Fisik. Penerjemah : Yoshita. Edisi Ketiga. Jilid kedua. Jakarta : UI Press. Hal : 1102-1103, 1174-1177.

Norman, P. (2008). Pengaruh Pemberian Minyak Kelapa Murni Olahan Sendiri dsn Minyak Kelapa Murni Olahan Pabrik Terhadap Kadar Kolesterol Darah Marmot Dibandingkan Dengan Simvastatin. Medan : USU-Press. Hal. 29.


(56)

Pelczar, Michael J. (1985). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerjemah : Ratna Siri Hadioetomo, dkk. Edisi I. Jakarta : UI-Press. Hal. 86 dan 137.

Rawlins, E. (2002). Bentley’s : Textbook of Pharmaceutics. Eightenth edition. London : Bailliere Tindall. Page : 22, 355.

Rindengan, B. dan Novarianto, H. (2005). Pembuatan dan Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni. Seri Agritekno. Cetakan Keempat. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 22-23.

Roday, S., (1999). Hygiene and Sanitation In Food Industry. Tata Mc. Graw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi. P. 13-22.

Sutarmi dan Hartin, R. (2005). Taklukkan Penyakit dengan VCO (Virgin Coconut Oil). Seri Agrisehat. Cetakan Ketiga. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 8-19, 88-92.

Subroto, A. (2006). VCO Dosis Tepat Taklukkan Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 22-23.

Suhardiman, P. (1999). Bertanam Kelapa Hibrida. Cetakan Kesepuluh. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 7-11, 16.

Suhardiyono,l. (1988). Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya.

Yogyakarta: Penerbit Kanisus. Hal. 116.

Sonnenwirth, A.C. (1980). Growohl’s Clinical Laboratory Methods and Diagnostic. Vol 2. London : The CV Mosby Company. Page : 1578.


(57)

42

Syah , Andi Nur Alam. (2005). Virgin Coconut Oil. Cetakan Kedua. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. 8-19, 88-92.

Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya. (2003). Bakteriologik Medik.

Edisi Pertama. Malang: Bayumedia Publishing.

Hal. 12, 139, 197-198.

Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah: Soendani Noerono. Edisi Kelima. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hal. 436.

Warisno. (1998). Budidaya Kelapa Kopyor. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 13.

Wrakusumah, E. S., & Setyowati, R. N. (1999). Cantik Dan Bugar Dengan Ramuan Nabati. Cetakan Keempat. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal.9-11.


(58)

Lampiran 1. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Jenis pemerik saan Konsentrasi Hari 1 Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V Minggu VI Minggu VII Minggu VIII Minggu IX Minggu X Minggu XI Minggu XII Konsist ensi

Dasar Krim SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP

2 % SP SP SP SP SP SP SP SP SP - - - -

*2% SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP

4 % SP SP SP SP SP SP SP SP SP - - - -

*4% SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP

6 % SP SP SP SP SP SP SP SP SP - - - -

*6% SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP

8 % SP SP SP SP SP SP SP SP SP - - - -

*8% SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP

10% SP SP SP SP SP SP SP SP SP - - - -

*10% SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP

Bau Dsr Krim TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB

2 % VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO

*2% VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO

4 % VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO

*4% VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO

6 % VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO

*6% VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO


(59)

*8% VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO 10% VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO

*10% VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO VCO

Homog enitas

Dsr Krim H H H H H H H H H H H H H

2 % H H H H H H H H H - - - -

*2% H H H H H H H H H H H H H

4 % H H H H H H H H H - - - -

*4% H H H H H H H H H H H H H

6 % H H H H H H H H H - - - -

*6% H H H H H H H H H H H H H

8 % H H H H H H H H H - - - -

*8% H H H H H H H H H H H H H 10% H H H H H H H H H - - - - *10% H H H H H H H H H H H H H Ada/Tid

ak ditumbu

hi Jamur (Visual)

Dsr Krim Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

2 % Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak *2% Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 4 % Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak *4% Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 6 % Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak *6% Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 8 % Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak *8% Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 10% Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak


(60)

*10% Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Pencuci

an

Dsr Krim Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci

2 % Dapat

dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci

*2% Dapat

dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci

4 % Dapat

dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci

*4% Dapat

dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci

6 % Dapat

dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci

*6% Dapat

dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci

8 % Dapat

dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci

*8% Dapat

dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci

10% Dapat

dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci

*10% Dapat

dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Dapat dicuci Tipe Emulsi

Dsr Krim M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A

2 % M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A

*2% M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A

4 % M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A

*4% M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A


(61)

*6% M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A

8 % M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A

*8% M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A

10% M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A

*10% M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A

pH Dsr Krim 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,6 7,6 7,7 7,7 7,7 7,8 7,8 7,8

2 % 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,4 6,8 6,8 6,7

*2% 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,4 6,8 6,8 6,7

4 % 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,3 6,7 6,7 6,7

*4% 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,3 6,7 6,7 6,7

6 % 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,4 7,2 6,6 6,6 6,5

*6% 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,4 7,2 6,6 6,6 6,5

8 % 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,4 7,4 7,1 6,6 6,6 6,5

*8% 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,4 7,4 7,1 6,6 6,6 6,5 10% 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,3 7,2 6,8 6,5 6,5 6,4 *10% 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,3 7,2 6,8 6,5 6,5 6,4


(62)

Stabilitas (Suhu Kamar)

Dsr Krim TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

2 % TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*2% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

4 % TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*4% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

6 % TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*6% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

8 % TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*8% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

10% TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*10% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

Stabilitas (40oC) Dsr Krim TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

2 % TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*2% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

4 % TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*4% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

6 % TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*6% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

8 % TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*8% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

10% TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*10% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

Stabilitas (4oC) Dsr Krim TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

2 % TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*2% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

4 % TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*4% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

6 % TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*6% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

8 % TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -

*8% TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

10% TM TM TM TM TM TM TM TM TM M - - -


(63)

Keterangan : SP : Setengah Padat TB : Tidak Berbau

H : Homogen - : Tidak diperiksa * : +Nipagin TM : Tidak Memisah M/A : Minyak dalam Air


(64)

Lampiran 2: Gambar Hasil Pemeriksaan Organoleptis Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil)


(65)

Lampiran 3: A. Krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) tanpa nipagin

B. Krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) mengandung nipagin

KETERANGAN:

Ai = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Tanpa Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 2%

Aii = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Tanpa Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 4%

Aiii = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Tanpa Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 6%

Aiv = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Tanpa Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 8%

Av = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Tanpa Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 10%

Bi = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) mengandung Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 2%

Bii = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) mengandung Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 4%

Biii = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil)mengandung Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 6%

Biv = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil)mengandung Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 8%

Bv = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) mengandung Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 10%


(66)

Lampiran 4: Gambar Minyak Kelapa Murni Buatan Norman Perangin-angin


(67)

Lampiran 5: Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil)

A Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin

coconut oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737

2% & 4% Krim VCO tanpa Nipagin 2% Krim VCO dengan Nipagin

6% Krim VCO tanpa Nipagin 4% Krim VCO dengan Nipagin

8% Krim VCO tanpa Nipagin 6% Krim VCO dengan Nipagin

10% Krim VCO tanpa Nipagin 8% Krim VCO dengan Nipagin


(68)

B. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin

coconut oil) Terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

2% Krim VCO tanpa Nipagin 2% Krim VCO dengan Nipagin

4% Krim VCO tanpa Nipagin 4% Krim VCO dengan Nipagin

6% Krim VCO tanpa Nipagin 6% Krim VCO dengan Nipagin

8% Krim VCO tanpa Nipagin 8% Krim VCO dengan Nipagin

10% Krim VCO tanpa Nipagin 10% Krim VCO dengan Nipagin


(69)

Lampiran 6. Gambar Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni (VCO/ virgin coconut oil)

A. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni (VCO/ virgin coconut

oil) terhadap Staphylococcus aureus

2% Minyak Kelapa Murni (VCO/ virgin coconut oil)


(70)

B. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni (VCO/ virgin coconut

oil) terhadap Pseudomonas aeruginosa

2% Minyak Kelapa Murni (VCO/ virgin coconut oil)


(1)

Lampiran 3: A. Krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) tanpa nipagin

B. Krim minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) mengandung nipagin

KETERANGAN:

Ai = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Tanpa Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 2%

Aii = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Tanpa Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 4%

Aiii = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Tanpa Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 6%

Aiv = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Tanpa Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 8%

Av = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Tanpa Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 10%

Bi = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) mengandung Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 2%

Bii = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) mengandung Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 4%

Biii = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil)mengandung Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 6%

Biv = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil)mengandung Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 8%

Bv = Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) mengandung Nipagin dengan Kadar Minyak Kelapa Murni(VCO/virgin coconut oil) 10%


(2)

(3)

Lampiran 5: Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil)

A Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737

2% & 4% Krim VCO tanpa Nipagin 2% Krim VCO dengan Nipagin

6% Krim VCO tanpa Nipagin 4% Krim VCO dengan Nipagin

8% Krim VCO tanpa Nipagin 6% Krim VCO dengan Nipagin

10% Krim VCO tanpa Nipagin 8% Krim VCO dengan Nipagin


(4)

B. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

2% Krim VCO tanpa Nipagin 2% Krim VCO dengan Nipagin

4% Krim VCO tanpa Nipagin 4% Krim VCO dengan Nipagin

6% Krim VCO tanpa Nipagin 6% Krim VCO dengan Nipagin

8% Krim VCO tanpa Nipagin 8% Krim VCO dengan Nipagin

10% Krim VCO tanpa Nipagin 10% Krim VCO dengan Nipagin


(5)

Lampiran 6. Gambar Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni (VCO/ virgin coconut oil)

A. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni (VCO/ virgin coconut oil) terhadap Staphylococcus aureus

2% Minyak Kelapa Murni (VCO/ virgin coconut oil)


(6)

oil) terhadap Pseudomonas aeruginosa

2% Minyak Kelapa Murni (VCO/ virgin coconut oil)


Dokumen yang terkait

Pembuatan Sabun Madu Transparan Dengan Minyak Kelapa Murni (VCO), Minyak Kelapa Sawit, dan Minyak Kedelai Serta Uji Aktivitas Antibakteri

14 74 77

Sifat Antibakteri Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

7 51 67

Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Dan Ekstrak Etanol Dari Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa

13 106 76

Pembuatan Dan Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/virgin coconut oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 25619

9 76 70

Analisa Komponen Kimia dan Uji Antibakteri Asap Cair Tempurung Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Bakteri Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa

2 6 109

Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923

1 34 73

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Durian (Durio zibethinus L), Daun Lengkeng (Dimocarpus longan Lour), dan Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L), Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25925 dan Escherichia coli ATCC 25922

8 60 79

Sifat Antibakteri Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Murni - Sifat Antibakteri Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

0 0 11

Sifat Antibakteri Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

0 0 13