Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon Tahun 2017-2022

BAB 2 PROFIL KOTA CIREBON

  2.1. Gambaran Geografi dan Administrasi Wilayah

  Kota Wali, demikianlah julukan untuk Kota Cirebon. Kota Cirebon terletak di daerah pantai utara Propinsi Jawa Barat bagian timur. Dengan Letak geografis yang strategis, yang merupakan jalur utama transportasi dari Jakarta menuju Jawa Barat, Jawa Tengah, yang melalui daerah utara atau pantai utara (pantura). Letak tersebut menjadikan suatu keuntungan bagi Kota Cirebon, terutama dari segi perhubungan dan komunikasi. Geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33˚ dan 6.41˚ Lintang Selatan pada pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur ± 8 kilometer, Utara Selatan ± 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut ± 5 meter dengan demikian Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan luas wilayah administrasi ± 37,35 km2 atau ± 3.735,8 hektar.

Tabel 2.1 Wilayah Administrasi Kota Cirebon

  

No. Kecamatan Kelurahan Luas (Ha)

  1 Kejaksan Kejaksan

  67 Kesenden 125 Kebon Baru

  80 Sukapura

  89 Jumlah 361

  2 Pekalipan Pekalipan

  35 Pekalangan

  51 Pulasaren

  29 Jagasatru

  42

  

No. Kecamatan Kelurahan Luas (Ha)

Jumlah 157

  3 Lemahwungkuk *) Lemahwungkuk *)

  67 Panjunan *) 140 Kasepuhan *)

  72 Pegambiran *) 447 Jumlah 726

  4 Kesambi Kesambi

  92 Drajat

  92 Pekiringan 124 Sunyaragi 244 Karyamulya 253 Jumlah 805

  

5 Harjamukti Harjamukti 223

Kalijaga 464 Argasunya 675 Kecapi 201 Larangan 198 Jumlah 1.761

  

Kota Cirebon Total 3.810

Sumber : Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka, Tahun 2015, BPS Keterangan : *) mengalami penambahan luas dalam bentuk tanah timbul

  Karakter sebagai kota pantai ditandai oleh pendangkalan yang cukup tinggi di daerah pantai, sehingga menyebabkan terjadinya tanah-tanah timbul. Keberadaan tanah-tanah timbul ini telah mempengaruhi luas wilayah administrasi kota, yang diperkirakan telah mencapai penambahan sebesar ± 75 hektar yang tersebar di 4 kelurahan, yaitu : Kelurahan Panjunan, Kelurahan Kasepuhan, Kelurahan Lemahwungkuk dan Kelurahan Pegambiran. Secara administrasi Wilayah Kota Cirebon terdiri atas 5 (lima) kecamatan dan 22 kelurahan, dengan batas wilayah :

  Sebelah Utara : Kabupaten Cirebon

    Sebelah Timur : Laut Jawa Sebelah Selatan : Kabupaten Cirebon

    Sebelah Barat : Kabupaten Cirebon

  Wilayah orientasi Kota Cirebon lebih jelasnya dapat dilihat pada peta berikut :

Gambar 2.1 Peta Orientasi Kota CirebonGambar 2.2 Peta Administrasi Kota Cirebon Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Cirebon memilikiposisi yang strategis (geostrategic) dengan mencermati hal-hal sebagai berikut:

  a) Kabupaten Cirebon berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah sehingga menjadi pintu gerbang masuk ke Provinsi Jawa Barat. Hal ini merupakan potensi pengembangan Kabupaten Cirebon untuk menarik investor ke wilayah ini.

  b) Wilayah Kabupaten Cirebon berada di pantai Utara Jawa yang dilalui oleh jalan arteri primer dan jalan kolektor primer sebagai penghubung antara Jakarta dengan kota-kota besar di wilayah Jawa dan kota-kota di sekitar Cirebon.

  c) Wilayah Kabupaten Cirebon menjadi lintasan ruas jalan bebas hambatan (Jalan Tol) yakni ruas jalan tol Cikampek-Palimanan (Cikapa), ruas jalan tolPalimanan- Kanci (Palikanci), ruas jalan tol Kanci-Pejagan.

  d) Wilayah Kabupaten Cirebon dilalui juga oleh Jalur Kereta Api yakni jalur kereta api Cirebon-Jakarta, jalur kereta api Cirebon-Bandung, jalur kereta api lintas Utara Jawa (Cirebon-Semarang-Surabaya), dan jalur kereta api lintas Selatan Jawa (Cirebon-Yogyakarta-Surabaya).

  e) Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon Electric Power (CEP) di Kecamatan Astanajapura yang merupakan salah satu pemasok listrik jalur transmisi Sumatera-Jawa-Bali.

  2.2. Gambaran Demografi

2.2.1. Jumlah Penduduk

  Menurut hasil Sensus Penduduk Tahun 2014 (lihat tabel 2.2) jumlah penduduk Kota Cirebon telah mencapai jumlah 305.899 jiwa. Dengan komposisi penduduk laki-laki 153.362 jiwa dan perempuan 152.537 jiwa. Penduduk Kota Cirebon tersebar di lima kecamatan, kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Pekalipan sebesar 191 jiwa/Ha, dan yang terendah adalah Kecamatan Harjamukti dengan kepadatan 60 jiwa/Ha. Untuk lebih jelasya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

  

Tahun 2014

Jumlah Luas Wilayah Kepadatan No Kecamatan Penduduk (Ha) (jiwa/Ha) (Jiwa)

  1 Harjamukti 1.761 105.441

  60

  2 Lemahwungkuk 727 54.504

  75

  

3 Pekalipan 156 29.854 191

  4 Kesambi 805 72.443

  90

  

5 Kejaksan 361 43.657 121

Total 3.810 305.899

  80 Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka, Tahun 2015, BPS 250

  191 200 150

  121

  90 100

  75

  60

  50

  • Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan

Gambar 2.3 Kepadatan Penduduk Perkecamatan di Kota Cirebon Tahun 2014 (jiwa/Ha)

2.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

  Pada tahun 2014 Kota Cirebon memiliki penduduk 305.899 jiwa (penduduk laki-laki berjumlah 153.362 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 152.537 jiwa). Sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2013 yaitu sebesar 304.313 jiwa (jumlah penduduk laki- laki 152.573 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 151.740 jiwa). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan

  

Tahun 2014

Jumlah Penduduk No Kecamatan Laki-Laki dan Sex

  

Laki-Laki Perempuan

Perempuan Ratio

  1 Harjamukti 53.237 52.204 105.441 101,98

  2 Lemahwungkuk 27.752 26.752 54.504 103,74

  3 Pekalipan 14.703 15.151 29.854 97,04

  4 Kesambi 36.325 36.118 72.443 100,57

  5 Kejaksan 21.345 22.312 43.657 95,66

  6 Kota Cirebon 153.362 152.537 305.899 100,54

  Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka, Tahun 2015, BPS

2.2.3. Proyeksi Penduduk

  Proyeksi jumlah penduduk didasarkan pada data dasar jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk setiap kecamatan dari data Kota Cirebon mulai dari Tahun 2010 hingga Tahun 2014, yang terdapat pada Kota Cirebon Dalam Angka keluaran BPS Kota Cirebon yang ditunjukan dengan tabel berikut.

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Tahun 2010 sampai dengan 2014

  Jumlah Penduduk No Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014

  1 Harjamukti 102.158 103.559 104.001 104.896 105.441

  2 Lemahwungkuk 52.811 53.530 53.759 54.221 54.504

  3 Pekalipan 28.927 29.321 29.447 29.699 29.854

  4 Kesambi 70.193 71.148 71.453 72.067 72.443

  5 Kejaksan 42.300 42.876 43.060 43.430 43.657

  Total 296.389 300.434 301.720 304.313 305.899 Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka, Tahun 2010 - 2015, BPS

  Data terakhir BPS Kota Cirebon menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Cirebon pada tahun 2013 sebanyak 304.313 jiwa, tahun 2014 sebanyak 305.899 jiwa dan hasil proyeksi pertumbuhan penduduk dapat diperkirakan bahwa jumlah penduduk pada Tahun 2020 sampai dengan 2024 dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 2.5 Proyeksi Penduduk Kota Cirebon

  

Tahun 2020-2024

Proyeksi Jumlah Penduduk No Kecamatan 2020 2021 2022 2023 2024

  

1 Harjamukti 110.366 111.186 112.007 112.828 113.649

  

2 Lemahwungkuk 57.044 57.467 57.890 58.313 58.737

  3 Pekalipan 31.245 31.476 31.708 31.940 32.172

  

4 Kesambi 75.818 76.381 76.943 77.506 78.068

  

5 Kejaksan 45.693 46.032 46.371 46.710 47.050

Total 320.164 322.542 324.919 327.297 329.674 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

  2.3. Gambaran Topografi

  Secara topografis, sebagian besar wilayah Kota Cirebon merupakan dataran rendah dan sebagian kecil merupakan wilayah perbukitan yang berada di Wilayah Selatan kota. Kondisi wilayah kota yang sebagian besar berupa dataran rendah menjadi kendala tersendiri karena kecepatan aliran air hujan yang terbuang ke laut menjadi lambat dan sangat berpotensi menimbulkan genangan banjir di beberapa tempat. Oleh karena itu di beberapa titik dibangun stasiun pompa yang berfungsi mempercepat pembuangan air hujan ke laut. Wilayah Kota Cirebon merupakan dataran rendah dengan ketinggian bervariasi antara 0

  • 200 meter di atas permukaan laut. Peningkatan ketinggian mulai dari daerah pantai menuju ke arah Selatan dengan ketinggian maksimal 200 meter, yaitu di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti. Kemiringan lahan di wilayah Kota Cirebon dapat diklasifikasikan berdasarkan persentase kemiringan sebagai berikut:
    • Kemiringan 0 - 3 % seluas kurang lebih 2 685 Ha lebih terdapat di sebagian besar wilayah Kota Cirebon, kecuali sebagian kecil wilayah di Kecamatan Harjamukti;
    • Kemiringan 3 - 8 % seluas kurang lebih 449 Ha terdapat di sebagian besar wilayah Kelurahan Kalijaga, sebagian kecil di Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Harjamukti;
    • >Kemiringan 8 - 15 % seluas kurang lebih 371 Ha terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamu
    • • Kemiringan 15 - 18 % seluas kurang lebih 303 Ha terdapat di sebagian wilayah

      Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti.

2.4. Geohidrologi

  Potensi air Kota Cirebon meliputi; air tanah dangkal, air tanah dalam, air permukaan, dan air laut. Kondisi air tanah relatif baik dengan kedalaman 5 – 10 meter untuk dataran rendah dan mencapai 20 – 30 meter untuk dataran tinggi (di Wilayah Argasunya). Sementara untuk air tanah di kawasan pantai pada umumnya sudah terkena intrusi air laut. Kota Cirebon memiliki 4 sistem sungai, yaitu Sistem Kedung Pane / Tangkil, Sistem Sukalila, Sistem Kesunean, dan Sistem Kalijaga. Sistem Kedung Pane/ Tangkil memiliki panjang sungai yang terpanjang yaitu 51.850 m dibandingkan dengan sistem sungai lainnya. Sistem sungai yang memiliki panjang sungai yang terpendek adalah Sistem Sukalila dengan panjang 20.400 m. Potensi air Kota Cirebon meliputi; air tanah dangkal, air-tanah dalam, air permukaan, dan air laut. Kondisi air tanah relatif baik dengan kedalaman 5-10 meter untuk dataran rendah dan mencapai 20 - 30 meter untuk dataran tinggi (di Wilayah Argasunya). Sementara untuk air tanah di kawasan pantai pada umumnya sudah terkena intrusi air laut. Kondisi air permukaan berupa air yang mengalir melalui sungai dan anak-anak sungai. Kota Cirebon memiliki 4 sistem sungai, yaitu Sistem Kedung Pane / Tangkil, Sistem Sukalila, Sistem Kesunean, dan Sistem Kalijaga. Adapun kondisi air laut khususnya di kawasan pantai berwarna coklat karena pengaruh pendangkalan oleh lumpur yang dibawa oleh 4 sistem sungai dan sungai-sungai dari wilayah Kabupaten Cirebon. Khusus untuk air bersih sebagai konsumsi rumah tangga, Kota Cirebon masih memiliki kendala utama dimana penyediaannya masih tergantung pada Kabupaten Kuningan. Hal ini dikarenakan sumber air yang digunakan berada di wilayah Kabupaten Kuningan. Maka perlu ada penyelesaian karena masalah air dikategorikan sebagai bidang pelayanan dasar, sebagai solusi bisa berupa kerjasama antar daerah atau kerjasama amalgamasi atau pengelolaan air laut melalui teknologi pengelolaan air bersih yang mutakhir. Terdapat 4 (empat) buah sungai yang cukup besar yaitu :

  • Sungai Kedung
  • Sungai Sukalila •

  Sungai Kesunean

  • Sungai Kalijaga

  Kondisi air tanah agak dipengaruhi oleh intrusi air laut dan relatif dangkal. Kota Cirebon termasuk dalam iklim tropis dengan suhu udara rata-rata 28°C. Kelembaban udara berkisar antara ± 48-93% dengan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Januari-Maret dan angka terendah terjadi pada bulan Juni-Agustus.

2.5. Geologi

  Pada umumnya tanah di Kota Cirebon adalah tanah jenis regosol yang berasal dari endapan lava dan piroklasik (pasir, lempung, tanah liat, breksi lumpur, dan kerikil) hasil intrusi Gunung Ciremai. Secara umum jenis tanah yang tersebar di .Kota Cirebon ini relatif mudah untuk mengembangkan berbagai macam jenis vegetasi. Berdasarkan hasil identifikasi, struktur geologis tanah adalah hasil gunung api muda yang tak terurai (Qyu) seluas 33.740 Ha (34,10%), breksi kompleks Kromong (Qvk) seluas 1.110 Ha (1,12 %), batu gamping kompleks Kromong (MI) seluas 202,60 Ha, formasi Kaliwungu (Pk) seluas 8.964,20 Ha (9,06%), formasi Cijulang (Tpel) seluas 825 Ha (0,83%), formasi Kalibiuk (Tpb) seluas 1.345 Ha (1,36%), dan hasil gunung api tua yang tak terurai (Qvu) seluas 560 Ha (0,63%).Kondisi struktur geologistersebut dipengaruhi oleh keberadaan Gunung Ciremai. Jika ditinjau dari kondisi jenis tanah, wilayah Kabupaten Cirebon didominasi oleh jenis tanah aluvial (aluvial/Qa)seluas 52.224 ha (52,76%),baik aluvial kelabu, aluvial kelabu tua, maupun asosiasi aluvial kelabu tua dan asosiasi regosol kelabu, regosol coklat keterabuan. Jenis-jenis tanah tersebut umumnya sesuai untuk pertanian semusim terutama padi, palawija dan perikanan. Jenis tanah lainnya adalah litosol, grumosol, mediteran, latasol, podsolik, regosol, dan gleihumus. Secara rinci jenis tanah di Kota Cirebon terdiri atas:

  Regosol cokelat kelabu, asosiasi regosol kelabu • Asosiasi regosol kelabu, regosol cokelat kelabu •

  • Asosiasi glei humus rendah/aluvial kelabu

  Asosiasi regosol kelabu, regosol cokelat kelabu, dan latosol • Asosiasi mediteran cokelat dan litosol • Latosol cokelat kemerahan •

  Kedalaman efektif tanah di Kota Cirebon terdiri atas 3 macam, yaitu:

  • Kedalaman 0-30 meter : terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya,

  Kecamatan Harjamukti

  Kedalaman 30-60 meter : terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya, • Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti dan Kelurahan Karyamulya, Kecamatan Kesambi Kedalaman lebih dari 60 meter : Terdapat di seluruh wilayah Kota Cirebon, kecuali • di wilayah-wilayah yang telah disebutkan di atas.

2.6. Klimatologi

  Kota Cirebon termasuk daerah iklim tropis, dengan suhu udara minimum rata-rata 22,3°C dan maksimun rata-rata 33,0°C, Kelembaban udara berkisar antara ± 48-93% dengan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Januari-Maret dan angka terendah terjadi pada bulan Juni-Agustus. Rata-rata curah hujan tahunan di kota Cirebon ± 2260 mm/tahun dengan jumlah hari hujan ± 155 hari. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, iklim di kota Cirebon termasuk dalam tipe iklim C dengan nilai Q ± 37,5% (persentase antara bulan kering dan bulan basah). Musim hujan jatuh pada bulan Oktober-April, dan musim kemarau jatuh pada bulan Juni-September.

Tabel 2.6 Banyaknya Hari dan Curah Hujan Tahun 2011-2013

  Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka Tahun 2014

  Sesuai dengan lokasi wilayah yang berada di tepi laut, Kota Cirebon

  o

  termasuk daerah bertemperatur udara cukup tinggi berkisar antara 24,2 C -

  o

  32,8 C dengan curah hujan per tahun sebanyak 1.351 mm, dan 86 hari hujan.

Tabel 2.7 Rata-rata Curah Hujan Tahun 2011-2013

  Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka Tahun 2014

2.7. Sosialisasi dan Ekonomi

2.7.1. Pendidikan

  Pada bidang pendidikan, Angka Melek Huruf (AMH) atau tingkat literasi menunjukkan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis. Pada kurun 2012-2013, capaian AMH mengalami kenaikan dari 92,50 % menjadi 93,52%. Ini berarti upaya pemberantasan buta huruf berdampak positif bagi pengurangan penderita buta huruf. Juga, angka tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Cirebon masih menyisakan sebesar 6,48% penderita buta huruf. Sementara, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah durasi rata-rata tahun penduduk mencapai pendidikan tertinggi. Pada tahun 2012-2013 capaian RLS mengalami kenaikan dari 6,89 tahun menjadi 7,01 tahun atau kenaikan sebesar 0,12 tahun. Ini menunjukkan program wajib belajar sembilan tahun berdampak positif bagi peningkatan pendidikan penduduk Kabupaten Cirebon. Namun, Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka. Partisipasi Murni (APM) jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA mengalami kenaikan dari tahun 2009-2013. Adapun rasio ketersediaan sekolah jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA relatif tetap. Untuk rasio guru per murid jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA berfluktuatif dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelas, kita dapat mencermati angkaangka pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.8 Capaian Indikator Sasaran Sektor Pendidikan Kota Cirebon Tahun 2009-2013

  Tahun No Indikator Sasaran 2009 2010 2011 2012 2013 Angka Melek Huruf (AMH) 91,55 92,33 92,41 92,5 93,52

  1 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 6,67 6,85 6,87 6,89 7,01

  2 APK – SD 94,45 111,92 106,59 115,24 109,23

  3 APM – SD 86,02 97,36 93,41 99,24 99,99

  4 APK – SMP 80,85 65,78 73 90,63 110,63

  5 APM – SMP 62,65 66,47 66,15 71,31 89,3 APK – SMA 41,03 40,09 47,51 60,02 79,58

  6 APM -SMA 34,25 43,25 40,14 45,25 59,88 Rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah

  • SD 49,4 49,83 49,86 49,86

  7 20,48 26,12 - SMP

  26,18 26,18

  • SMA 14,34 17,93 17,95 17,95

  Rasio Guru per Murid

  • SD 59,74 34,5 32,36 39,67

  8 SMP - 54,05 55,8 43,99 53,43 83,82 64,33 70,18 70,18 - SMA

  Sumber: LKPJ Kota Cirebon

  Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan di Kota Cirebon merupakan salah satu wujud nyata pembangunan dalam bidang pendidikan. Tahun 2011/2012 SD berjumlah 160, dengan jumlah guru sekitar 1.853 orang. SLTP berjumlah 40, dengan jumlah guru 1.145 orang, di tingkat SMU terdapat 23 Sekolah mempunyai guru + 822 orang. Di

  Sekolah Kejuruan (SMK) terdapat 17 Sekolah dengan jumlah guru 704 orang. Untuk Madrasah Ibtidaiyah keagamaan di Kota Cirebon tahun 2010/2011 berjumlah 18, dengan jumlah guru sekitar 240 orang. MTs berjumlah 12, dengan jumlah guru 231 orang, di tingkat MA jumlahnya 7 Sekolah mempunyai guru 164 orang.

2.7.2. Jumlah Penduduk Miskin

  Kemiskinan menjadi salah satu indikator kemakmuran. Pada kurun 2002-2012, tingkat kemiskinan Kabupaten Cirebon masih berada diatas rata-rata nasional dan Jawa Barat. Angka kemiskinan di Kabupaten Cirebon (17,83%) nasional (14,91%), dan Jawa Barat (12,15%). Namun demikian, kinerja penurunan angka kemiskinan Kabupaten Cirebon lebih besar dibandingkan Jawa Barat. Capaian Kinerja Pembangunan menurunkanangka Kemiskinkan Di Kabupaten Cirebon Rata-rata 0,47% per tahun. Rendahnya tingkat daya beli masyarakat terkait dengan kondisi kemiskinan. Jumlah keluarga miskin di Kota Cirebon sejak tahun 2000 hingga tahun 2003 cenderung menurun, namun sejak tahun 2004 hingga tahun 2007 cenderung meningkat. Pada tahun 2000 jumlah KK Miskin adalah sebanyak 12 ribu kepala keluarga, kemudian menurun hingga 11 ribu kepala keluarga pada tahun 2003. Kondisi ini tidak bertahan lama karena pada tahun 2004 jumlah keluarga miskin meningkat kembali menjadi 12 ribu kepala keluarga. Hingga akhir tahun 2007 jumlah keluarga miskin terus mengalami peningkatan hingga terakhir berjumlah 15.449 kepala keluarga miskin. Dilihat dari segi persentase, selama tiga tahun (2000 hingga tahun 2003) persentase keluarga miskin terhadap total jumlah keluarga kota menurun dari 18,98 persen menjadi 17,28 persen. Kemudian pada tahun 2004 hingga tahun 2007 meningkat kembali dari 19,01 persen menjadi 22,65 persen. Fenomena peningkatan keluarga miskin ini bukan hanya terjadi di Kota Cirebon tetapi juga terjadi pada tingkat Provinsi Jawa Barat. Di Jawa Barat pada tahun 2003 penduduk miskin mencapai 27,89 persen dari seluruh jumlah penduduk, atau sekitar 2,6 juta kepala keluarga. Dan pada tahun 2007 diperkirakan meningkat menjadi 3,3 juta kepala keluarga atau mencapai 30 persen dari jumlah penduduk. Untuk mengentaskan kemiskinan tersebut berbagai upaya telah dilakukan. Untuk bidang pendidikan dan kesehatan telah dialokasikan anggaran yang cukup untuk membiayai pendidikan dan kesehatan keluarga miskin. Untuk bidang fisik telah dilakukan berbagai program dan kegiatan seperti perbaikan lingkungan, penyediaan MCK, dan lain sebagainya. Namun untuk bidang pemberdayaan ekonomi, program dan kegiatan yang ada dalam APBD belum fokus pada pengentasan kemiskinan, selain karena porsi anggaran yang dialokasikan termasuk kecil. Ke depan diharapkan fokus pengentasan kemiskinan adalah pada upaya pendampingan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin dengan jaminan ketersediaan pasar dan peluang berusaha yang lebih jelas.

Tabel 2.9 Jumlah Keluarga dan Keluarga Miskin di Kota Cirebon

  

Tahun 2013-2014

Keluarga Miskin No Kecamatan Kelurahan 2013 2014

  

1 Harjamukti Argasunya 1.754 2.222

Kalijaga 1.825 2.206 Harjamukti 936 1.244 Kecapi 901 858 Larangan 257 609

  

2 Lemahwungkuk Pegambiran 870 1.678

Kasepuhan 1.528 1.819 Lemahwungkuk 1.436 996 Panjunan 747 1.149

  

4 Pekalipan Jagasatru 712 692

Pulasaren 948 671 Pekalipan 568 1.076 Pekalangan 467 721

  

5 Kesambi Karyamulya 1.153 1.693

Sunyaragi 627 1.018 Drajat 1.128 1.292 Kesambi 777 1.040 Pekiringan 610 884

  

6 Kejaksan Kejaksan 802 903

Kebon Baru 565 1.150 Sukapura 1.067 710 Kesenden 1.818 1.369

  Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka, BPS

2.7.3. Perkembangan PDRB

  Kondisi perekonomian Kota Cirebon pada Tahun 2013 secara umum mengalami pertumbuhan yang positif, kecuali sektor pertanian. Bila pada Tahun 2011 Kota Cirebon mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,93 % dan pada Tahun 2012 tumbuh 5,57 %, maka pada tahun 2013 pertumbuhannya sebesar 4,79 %.

  Kondisi ekonomi daerah yang diukur berdasarkan nilai PDRB menunjukkan bahwa pada tahun 2013 PDRB Kota Cirebon yang dihitung Atas Dasar Harga Berlaku mencapai angka Rp. 14,698 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 10,79 % dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp. 13,267 trilyun. Sedangkan nilai PDRB secara riil yang dilihat dari PDRB yang didasarkan Atas Dasar Harga Konstan mencapai angka Rp.6,148 trilyun sementara pada tahun 2012 mencapai angka Rp.5,867 trilyun. Dengan membandingkan angka di kedua tahun tersebut terlihat bahwa PDRB atas dasar harga konstan tahun 2013 telah tumbuh sebesar 4,79 % sebagai indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Angka LPE ini ternyata menunjukkan pertumbuhan yang lebih kecil dari LPE tahun sebelumnya yang mencapai 5,57 %. Penurunan angka LPE sebesar 0,78 poin dari LPE tahun sebelumnya menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun ini mengalami sedikit perlambatan. Secara umum kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi tiga sektor ekonomi yaitu :

  1. Sektor Primer, yaitu sektor yang tidak mengolah bahan mentah atau bahan baku melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit didalamnya. Yang termasuk kelompok ini adalah sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian.

  2. Sektor Sekunder, yaitu sektor yang mengolah bahan baku, baik yang berasal dari sektor primer maupun sektor sekunder menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainya.

  Sektor Sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, air bersih dan sektor bangunan/konstruksi.

  3. Sedangkan Sektor Tersier atau dikenal juga sebagai sektor jasa-jasa, yaitu sektor- sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk jasa.

  Yang termasuk sektor ini adalah sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan, sewa rumah, pemerintahan dan jasa- jasa.

  Dari pengelompokkan tersebut tampak bahwa kelompok tersier masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kota Cirebon. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor tersier di tahun 2013 mencapai Rp. 10.207,21 milyar, atau meningkat 11,18 % dibandingkan tahun sebelumnya. Kelompok sekunder mengalami peningkatan sebesar 9,85 % yaitu dari Rp. 4.045,64 milyar di Tahun 2012 menjadi Rp. 4.443,98 milyar di Tahun 2013. Kelompok primer mengalami peningkatan sebesar 14,96 % atau dari Rp. 40,85 milyar pada tahun 2012 menjadi Rp. 46,96 milyar di tahun 2013.