ANALISIS PETA POSITIONINGPRODUK KARTU GSMDI KALANGAN MAHASISWAUNIVERSITAS TEUKU UMARDENGAN METODE ATTRIBUTE RATING DAN CORRESPONDENCE ANALYSIS - Repository utu
ANALISIS PETA POSITIONINGPRODUK KARTU GSMDI KALANGAN
MAHASISWAUNIVERSITAS TEUKU UMARDENGAN METODE
ATTRIBUTE RATING DAN CORRESPONDENCE ANALYSIS
TUGAS AKHIR
DiajukanSebagai Salah SatuSyaratUntukMenyelesaikan Program Sarjana(S1) TeknikPadaFakultasTeknikUniversitasTeuku Umar
DisusunOleh:
Nama : IingPamungkas NIM :09C10207008 Bidang : ManajemenRekayasa&SistemProduksi
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nanggro Aceh Darussalam, Indonesia. Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai ke sisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km. Sesudah dimekarkan luas wilayah menjadi 2.927,95 km² , kecamatan Johan Pahlawan sebagai salah satu pusat kota , yang sangat besar masalah kapasitas arus lalu lintasnya sudah menjadi masalah sehari-hari penduduk kota khususnya Kecamatan Johan Pahlawan. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 47409 jiwa berdasarkan sumber setcam johan pahlawan, aktivitas kendaraan moda darat sangat padat terutama pada jam–jam sibuk di pagi dan sore hari. Kapasitas di Jalan Gajah Mada Dan Jalan Manekroo ini dapat terjadi karena ruas jalan yang ada kapasitasnya sudah tidak mencukupi lagi dengan banyaknya jumlah kendaraan yang melaju di jalan tersebut, belum lagi pengaruh hambatan yang lain yang memakan badan jalan cukup signifikan.
Jalan Gajah Mada merupakan suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ketempat lainnya. Lalu lintas menyangkut semua benda dan makhluk hidup yang melewati jalan tersebut, baik kendaraan ataupun kendaraan tak bermotor seperti sepeda maupun manusia. (djamal Abdat 1981). Kemudian jalan manekroo juga merupakan suatu lintasan melewatkan lalulintas dari suatu tempat ketempat lainnya. Seiring perkembangan kota maka kebutuhan transportasi ruas jalan menjadi sangat kompleks sehingga diperlukan tindakan penanganan segera mungkin. Upaya mengantisipasi atau mengurangi permasalahan kemacetan dan kapasitas pada ruas jalan Gajah Mada dan Manekroo di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat ini diperlukan kajian kinerja jalan dengan menggunakan metode MKJI 1997 diharapkan dapat memberi manfaat pada lembaga / instansi terkait dalam pengelolaan kajian kinerja jalan sebagai pengendali lalu lintas . khususnya untuk meningkatkan keamanan dan kelancaran pada sistem jalan
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan permasalahan dalam studi kasus ini berkaitan dengan kajian kinerja jalan berdasarkan metode manual kapasitas jalan indonesia (MKJI) 1997 studi kasus jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo Meulaboh, Sebagai Berikut : a. Apakah kajian kinerja jalan sebagai alat bantu mampu menghitung jumlah kendaraan pada suatu ruas jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo Meulaboh b. Dengan adanya kinerja jalan Apakah kemacetan yang terjadi pada suatu ruas jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo dapat diprediksikan sebelumnya?
c. Apakah kajian kinerja jalan kondisi ruas jalan Gajah Mada dan jalan
Manekroo Meulaboh, dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaca dalam proses pengambilan keputusan, khususnya untuk perhitungan kapasitas (C).
1.3 Batasan Masalah
1. Studi kasus ini di batasi untuk daerah jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo serta tidak membahas jalan lokal yang ada di jalan tersebut. Jalan ini merupakan
2. Volume kendaraan yang di teliti berdasarkan pengambilan data di lapangan secara langsung, Jumlah penduduk yang di teliti berdasarkan data sekunder yang diambil dari instansi tertentu yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) dan data yang di ambil sebagian dari data di dinas yang terkait.
1.4 Tujuan studi kasus
Tujuan melakukan studi kasus ini adalah:
1. Untuk mencari nilai kapasitas (C) dan nilai kendaraan pada ruas jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo Meulaboh
2. Untuk memberikan informasi tentang kinerja jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo Meulaboh dengan menggunakan metode manual kapasitas jalan indonesia (MKJI) 1997.
3. Untuk mengetahui kapasitas jalan Gajah Mada dan manekroo Meulaboh dengan menggunakan metode manual kapasitas jalan indonesia (MKJI) 1997.
1.5. Manfaat Studi kasus
Studi kasus ini sebagai bahan masukan akan penelitian dasar dan kajian awal sistem informasi pada perencanaan perhubungan darat berkenaan dengan kondisi ruas jalan yang ada pada Jalan Gajah Mada Dan jalan Manekroo Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Dapat juga di pakai sebagai data base awal kondisi ruas jalan utama di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
1.6. Lokasi Studikasus
Lokasi yang di tinjau dalam studi kasus ini adalah jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh barat. Jalan Gajah Mada terdiri dari satu jalur dua lajur, satu arah, sedangkan pada ruas jalan manekroo yang terdiri dari dua jalur dua lajur, dua arah yang mana meliputi berbagai Gampong. Di antaranya Gampong Drien Rampak, Gampong Rundeng, Gampong Kuta Padang, dan Gampong Seuneubok.
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Umum
Yang dimaksud dengan jalan seperti yang tertera dalam Undang- UndangnRepublik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan, menerangkan bahwa Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada dipermukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan atau air serta di atas permukaan air, kecuali jalan lori, jalan kerata api, dan jalanmkabel. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum sedangkan jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan. Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan, penyususnan rencana umum, dan penyusunan peraturan perundangan-undangan jalan. Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standart teknis , pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan jalan. Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran , perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujutkan tertib pengaturan, pembinaan dan pembangunan jalan. Sementara bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang melekat dan tidak dapat dipisahkan dari badan jalan itu sendiri, seperti jembatan, ponton, lintas atas (overpass), lintas bawah (underpass), tempat parkir, gorong-gorong, tembok dan marka jalan, pagar pengaman lalu lintas, pagar daerah milik jalan serta lampu lalu lintas. Jalan mempunyai suatu sistem jaringan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam hubungan hierarki. Menurut perananan pelayanan jasa distribusi, terdapat 2 macam jaringan jalan yaitu sistem jaringan jalan primer dan sistem jalan sekunder.
2.2 Macam-macam Jalan
Jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan yang sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah-daerah terpencil yang merupakan sentra produksi pertanian.
Pada tugas akhir ini penulis memanfaatkan sistem pemetaan sebagai sarana memberikan informasi tentang sistem transportasi darat, dalam hal inipenulis membatasi hanya pada sistem transportasi jalan raya di Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat. Informasi yang akan diberikan untuk sistem transportasi jalan raya ini berupa kapasitas kepadatan ruas jalan, derajat kejenuhan.
Berdasarkan data peta administrasi Kecamatan Johan Pahlawan didapat bahwasanya di kecamatan ini meliki beberapa tipe jalan diantaranya :
1. Jalan Kolektor Primer (K1)
2. Jalan Kolektor Primer (K2/Provinsi)
3. Jalan Lokal Primer
4. Jalan Lain
1. Jalan Kolektor Primer (K1) Jalan Kolektor Primer (K1) adalah jalan yang menghubungkan secara efisien dengan pusat kegiatan lokal.
2. Jalan Kolektor Primer (K2/Provinsi) Jalan Kolektor Primer (K2/Provinsi) merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan Lokal Primer Jalan lokal primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya.
4. Jalan Lain jalan lain dimaksud juga jalan lingkungan, jalan lingkungan adalah jalan umum yang melayani ankutan lingkungan, perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata- rata rendah.
2.3 Fungsi Jalan
Berdasarkan buku Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota fungsi dari Jalan raya merupakan tempat atau media berkendara semua orang menuju tempat yang diinginkan. Namun untuk menjaga keselamatan dari jalan itu sendiri maka fungsi jalan diklasifikasikan menurut fungsinya kedalam jalan alteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
1. Jalan alteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2. Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk di batasi.
3. Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan adalah jalan yang melayani angkutan lingkungan dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
2.4 Kelas Jalan
Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 1992, tentang lalulintas dan angkutan jalan terdiri dari:
1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
3. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton; dan 4. kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
2.5 Ruas Jalan
Ruas Jalan adalah bagian atau penggal jalan di antara dua simpul/persimpangan sebidang atau tidak sebidang baik yang dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalu lintas ataupun tidak. Dalam studi kasus ini penulis mencoba melakukan penggambaran ruas jalan gajah mada dan ruas jalan manekroo yang terdapat dikecamatan Johan Pahlawan dengan proses pemetaan kepadatan pada ruas-ruas jalan, Dengan proses pemetaan penulis juga mencoba menggamnbarkan secara langsung keadaan ruas jalan gajah mada dan ruas jalan manekroo di Kecamatan Johan Pahlawan, baik itu dari gangguan samping dan sebagainya.
2.6 Arus Lalulintas
Arus lalulintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara dan kendaraan yang melakukan interaksi satu sama lain pada suatu ruas jalan dan lingkungan Arus lalulintas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Makroskopik: arus lalulintas secara umum.
2. Mikroskopik: prilaku kendaraan individu dalam bagian arus lalulintas terkait interaksi satu sama lainnya.
Jenis arus lalulintas yaitu :
- ditentukan oleh interaksi kedaraan-kendaraan, dan kendaraan jalan.
- ex, arus kendaraan dijalan tol atau jalan antar kota.
2.Arus terganggu (Interupted Flow)
- kondisi arus lalulintas yang ditentukan atau diatur dengan alat, misalnya lampu atau marka lalulin
2.7 Volume Lalu lintas
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu jalur gerak persatuan waktu. Data lalu lintas suatu jalan dilakukan oleh dinas yang biasa melakukan survey lalu lintas seperti Dinas Perhubungan. Data yang ada mencakup pengelompokan kendaraan berdasarkan jenis dan muatan sumbu.
Satuan yang umum untuk lalu lintas adalah lalu lintas harian rata-rata (LHR), LHR didapat dari jumlah lalu lintas pada satu tahun dibagi 365, tetapi dengan alasan tertentu LHR pun dapat dihitung dengan berbagai metode.
Untuk menjadikan satuan mobil penumpang (SMP) harus dikalikan suatu faktor, dimana faktor tersebut dipengaruhi oleh kondisi geometrik jalan, lokasi jalan, kondisi cuaca, jenis jalur gerak ( ruas/simpang ). Nilai SMP untuk masing- masing jenis kendaraan dapat dicari dari data empiris. “ Das’at Widodo (1996) “
2.8 Kecepatan Arus Bebas kendaraan ringan
Kecepatan arus bebas (FV) adalah kecepatan pada tingkat arus nol yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa pengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan. Kecepatan arus bebas kendaraan ringan telah dipilih sebagai kriteria dasar untuk kinerja segmen jalan pada arus = 0, kecepatan arus bebas untuk kendaraan berat dan sepeda motor juga diberikan lebih tinggi dari tipe kendaraan ringan lain. Persamaan untuk penentuan kecepatan arus bebas menurut Manual Kapsitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. mempunyai bentuk umum berikut:
O W SF CS
FV = (FV + FV ) x FFV x FFV FV =Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan (km/jam)
O =
FV Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yangvdiamati
W =
FV Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (km/jam)
SF =
FFV Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu atau jarak kereb penghalang
CS
FFV = Faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota
2.9 Kapasitas Jalan Raya
Pada kenyataannya kapasitas jalan ini sangat tergantung Pada keadaan
masing-masing jalan. Dapat dibayangkan bahwa jalan yang bebas dari gangguan dalam arti kata perjalanan tidak terganggu, akan berbeda bila kendaraan sebentar- sebentar harus diperlambat, berhenti dan sebagainya. Persamaan untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut:
C = Co x FCw x FCsp x FCcf
Dimana : C : Kapasitas (smp/jam) Co : Kapasitas dasar (smp/jam) Fcw : Faktor penyesuaian lebar jalan FCsp : Faktor penyesuaian pemisah arah
FCsf : Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan yaitu :
3 Faktor kapasitas jalan kota, Faktor kapasitas jalan kota adalah lebar jalur atau lajur, ada tidaknya pemisah/median jalan, hambatan bahu/kerb jalan, gradient jalan, didaerah perkotaan atau luar kota, ukuran kota.
Tabel 2.1 Kelas Ukuran KotaUKuran kota Kelas ukuran kota (juta pend.) ( CS)
< 0,1 Sangat kecil 0,1-0,5 Kecil 0,5-1,0 Sedang 1,0-3,0 Besar
>3,0 Sangat Besar Sumber: MKJI (1997)
4 Faktor kapasitas dasar, Faktor kapasitas dasar adalah kapasitas dasar dari jalan tersebut atau daya tampung kenderaan pada proses perencanaan awal.
Faktor kapasitas dasar (Co) ditunjukkan dalam tabel 2.6 berikut ini :
Tabel 2.2Kapasitas Dasar jalan Antar Kota Tipe jalan Kapasita Keterangan Dasar
4 lajur terbagi
(smp/ja
- Datar 190
- Berbukit Per Pegunungan lajur
185 4 lajur tak terbagi
180
- Datar
Per
- Berbukit lajur
- Pegunungan 170 2 lajur tak
3. Faktor penyesuaian lebar jalur jalan.
Faktor penyesuaian lebar jalur jalan adalah Semakin lebar lajur jalan semakin tinggi kapasitas demikian sebaliknya semakin sempit semakin rendah kapasitas, karena pengemudi harus lebih waspada pada lebar lajur yang lebih sempit.
Tabel 2.3Penyesuaian Kapasitas akibat Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas Tipe Jalan Lebar Efektif Jalan FCw
Empat - lajur Terbagi Per lajur Enam - lajur Terbagi 3,00 0,91
3,25 0,96 3,50 1,00 3,75 1,03
Empat – lajur tak Per lajur terbagi 3,00 0,91 3,25 0,96 3,50 1,00 3,75 1,03
Dua – lajur Tak Total kedua arah terbagi
5 0,69
6 0,91
7 1,00
8 1,08
9 1,15
10 1,21
11 1,27
Sumber : MKJI (1997)
4. Faktor penyesuaian pemisah arah, Faktor penyesuaian pemisah arah adalah untuk jalan tak berbagi, peluang terjadinya kecelakaan depan lawan depan atau lebih dikenal dengan laga kambing lebih tinggi sehingga menambah kehati-hatian pengemudi sehingga dapat mengurangi kapasitas.Sementara untuk jalan berbagi sebaliknya dari jalan tak berbagi. Faktor penyesuaian kapasitas akibat pemisah arah (FCSP) tercantum pada tabel 3 berikut ini :
Pemisah arah SP % - % 50 - 50 55 - 45 60 - 40 65 – 35 70 - 30 Dua – lajur (2/2) 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 Empat – lajur (4/2) 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90
VL
Sumber : MKJI (1997 ) 6. Faktor penyesuaian ukuran kota.
VL 0,80 0,83 0,88 0,93
VL 0,97 0,99 1,00 1,02 L 0,93 0,95 0,97 1,00 M 0,88 0,91 0,94 1,98 H 0,84 0,87 0,91 0,95
VH 0,88 0,90 0,93 0,96 2/2 UD 4/2 UD
0,90 0,92 0,95 0,97
L 0,96 0,97 0,99 1,01 M 0,93 0,95 0,96 0,99 H
0,99 1,00 1,01 1,03
4/2 D
Tabel 2.4 Penyesuaian Kapasitas akibat pemisah ArahLebar jalur efektif (WS) < 0,5 1,0 1,5 > 2,0
)
aktor penyesuaian akibat hambatan samping (FCSF
F
Tipe jalan Kelas hambatan jalan
Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping5. Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan, Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan,adalah semakin dekat hambatan samping semakin rendah kapasitas. Penurunan kapasitas ini terjadi karena terjadi peningkatan kewaspadaan pengemudi untuk melalui jalan tersebut sehingga pengemudi menurunkan kecepatan menambah jarak antara yang ber berdampak pada penurunan kapasitas jalan. Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping (FCSF) dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Sumber : MKJI (1997)
Adalah berdasakan kajian yang dilakukan oleh Swee Road dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia, semakin besar ukuran kota semakin besar kapasitas jalannya. Berdasarkan MKJI ukuran kota merupakan jumlah penduduk di dalam
Tabel 2.6 Kelas ukuran kotaUkuran kota (jita pend.) Kelas jalan (CS) < 0,1 Sangat kecil
0,1-0,5 Kecil 0,5-1,0 Sedang 1,0-3,0 Besar
3,0 Sangat besar
Sumber : MKJI (1997)
2.10 Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas dinyatakan dalam smp/jam. Derajat kejenuhan digunakan untuk untuk analisa perilaku lalu lintas berupa kecepatan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi pada dasarnya adalah merupakan disiplin ilmu yang menjelaskan
tentang metode-metode ilmiah untuk mengkaji kebenaran dan mengembangkan pengetahuan yang menyangkut bidang keilmuan.
3.1 Alur Penelitian
Dari alur penelitian melakukan proses pengumpulan data untuk melakukan pemetaan kapasitas arus lalulintas Gajah Mada dan ruas jalan Manekroo di Kecamatan Johan Pahlawan, dimana, Observasi lapangan penulis lakukan dengan mengumpulkan berbagai data pelengkap baik itu data skunder maupun data primer sebagai penunjang untuk melakukan proses pengkajian kinerja jalan. Data sekunder penulis kumpulkan dari berbagai Instansi setempat.
Dari data sekunder tersebut kemudian penulis lengkapi dengan melakukan pengumpulan data primer dilapangan, dimana hasil volume lalulintas pada ruas jalan didapatkan sesuai dengan perhitungan kapasitas pada jam-jam sibuk.
Dari kedua data tersebut yaitu data primer dan data sekunder maka penulis melakukan proses perhitungan pengkajian kinerja jalan dengan menggunakan metode MKJI 1997.
3.2 Tahapan Persiapan
Adapun tahapan–tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini yaitu :
1. Observasi lapangan yaitu dengan cara mengumpulkan data–data yang dibutuhkan. Dalam pengumpulan data ini, dibagi menjadi 2 bagian :
A. Data Primer, yaitu data yang didapat langsung dari lapangan. Contohnya Data:
a). Data geometrik jalan
b). Volume lalu lintas
c). Data jenis kendaran
B. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan penelitian ini. Misalnya BPS (Badan Pusat Statistik), Kecamatan dan Kelurahan dimana data yang diambil dari berbagai instasi tersebut di masukkan sebagai atribut seperti yang tertera di bawah ini: a).Data JumlahPenduduk b).Data Kendaraan c).Data Angkutan Kerja
2. Dari pengumpulan data-data tersebut dilakukan penyusunan data base.
Penyusunan data base menggunakan software Microsoft office excel 2007.
3. Setelah dilakukan penyusunan data base, baru kita olah dengan menggunakan Metode manual kapastas jalan indonesia (MKJI) 1997.
3.3 Lokasi Dan Waktu Survei
Lokasi survei berada di STa 000+246m jalan yang diamati, tepatnya pada ruas jalan Gajah Mada dan pada ruas jalan Manekroo berada di STA000+250m dari arah simpang kisaran Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat. Survei volume lalu lintas dilakukan selama tujuh hari, diambil pada kondisi yang mewakili setiap harinya untuk satu minggu, mulai Hari Senin tanggal19 Agustus 2013 sampai tanggal 24 agustus 2013. untuk satu minggunya mewakili selama satu bulan, data yang satu bulan dapat mewakili untuk satu tahunnya. Hari-hari yang akan di survei dilakukan selama dua jam pada penentuan jam-jam sibuk yang dapat mewakili jam biasa yaitu dari jam 07.00-09.00, dari jam 12.00-14.00, dan dari jam 16.00-18.00, kecuali pada hari jum’at pengambilan data pada 07.00-09.00 dan pada jam 10.00- 12.dan dari jam 16.00-18.00 karena jam sibuknya berbeda dengan hari lainnya jam sibuk siang antara jam 10.00-12.00 dimana data tersebut kemudian dimasukkan pada kertas pengisian data jumlah volume kendaraan, Survey ini dilakukan untuk mengetahui data existing (apa adanya) pada ruas jalan Gajah Mada dan pada ruas jalan Manekroo Kecamatan Johan Pahlawan Kabuapten Aceh Barat, format tabel survei terlampir.
3.4 Survei Geometrik Jalan
Survei Geometrik jalan merupakan bagian dari survei jalan yang dititik beratkan pada fisik jalan. Elemen dari survei geometrik jalan adalah: a) Penampang melintang jalan
Pada pengukuran melintang jalan alat utama yang dipakai meteran biasa untuk mengukur ukuran lebar, Trotoal, dan bahu jalan.. Format tabel untuk pengambilan data geometrik jalan terlampir pada tabel lampiran.
Bagan Alur Penelitian
Desain percobaan dijelaskan pada gambar di bawah ini STAR OBSERVASI LAPANGAN PENGUMPULAN DATA PRIMER PENYUSUNAN DATA SEKUNDER
a. Jumlah Penduduk
a) Data geometrik BASE MENGGUNAKAN
b. Jumlah kendaraan jalan MICROSOFT OFFICE c. Data angkutan
b) Volume lalulintas EXCEL kerja c) Jenis kendaraan
KAJIAN KINERJA JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 STUDI KASUS RUAS JALAN GAJAH MADA DAN MANEKROO MEULABOH SELES AI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian penulis dapat menguraikan kondisi eksisting dari ruas
jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
4.1 Hasil
Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa jauh informasi tentang Kajian kinerja jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo yang mampu menerima arus kendaraan pada jam sibuk. Untuk Hasil data survey geometrik jalan, volume lalu lintas, dan data jenis kendaraan pada ruas jalan Gajah Mada dan Manekroo Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Berat.
4.1.1 Data Geometrik Jalan
4.1.1.1 Data Geometrik Jalan Gajah Mada
Data Geometrik jalan Gajah Mada didapatkan melalui pengukuran secara manual dengan menggunakan meteran, dan untuk mengukur panjang jalan tersebut menggunakan meteran sorong, sebagai alat utama yang dipakai pada saat pengambilan data geometrik jalan Gajah Mada Kecamatan Johan Pahlawan. Adapun data geometrik jalan yang diukur antara lain :
1. Panjang jalan gajah mada yang diamati
2. Lebar jalan Gajah Mada
3. Lebar Trotoal
4. Ketinggian trotoal Kondisi jalan Gajah Mada jalan dua lajur satu arah(2/1) dengan lebar efektis jalur lalu
TYpical Cross Section ruas jalan gajah mada L C drynase drynase badan jalan
63,6 badan jalan 63,6
Bahu Bahu
140 150 511 511 150 140 10 1022
10 Gambar 1: Potongan Melintang jalan Gajah Mada
Dari hasil gambar potongan melintang jalan Gajah Mada di atas maka dapat diperjelaskan ukuran kondisi exsisting melintang ruas jalan pada saat penelitian. Adapun data yang di Rekapitulasi hasil perhitungan untuk di ruas Gajah Mada diberikan di tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Geometrik jalan Gajah Mada.Nama jalan Panjang Jalan Lebar efektif jalan Lebar Trotoal Tinggi Trotoal Gajah Mada 675m 10.22 1.40m
0.63 Sumber lapangan
4.1.1.2 Data Geometrik Jalan Manekroo
Data Geometrik jalan Manekroo didapat melalui pengukuran secara manual dengan menggunakan meteran, dan meteran sorong sebagai alat utama yang dipakai pada saat pengambilan data geometrik jalan Manekroo. Adapun data geometrik jalan Manekroo meliputi: 1. Panjang jalan yang diamati.
3. Lebar Trotoal
4. Ketinggian trotoal Kondisi jalan Manekroo jalan dua lajur satu arah(2/2) dengan lebar efektis jalur lalu linta untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini .
TYpical Cross Section ruas jalan manekroo L C drynase drynase
Bahu badan jalan badan jalan Bahu
63
63 90 150 525 525 150
90
10 1050
10 Gambar 2: Potongan Melintang Jalan Manekroo
Dari hasil pengukuran data berdasarkan hasil gambar di atas dapat di perjelaskan dalam tabel berikut ini: Tabel 4. 2 Data Geometrik Jalan Manekroo
Nama Jalan Arah Panjang Jalan Lebar Efektif jalan Lebar Trotoaltinggi Trotoal Bahu Manekroo Kiri 1267m 10.50m 0.90m 0.63m 1.50m
Sumber lapangan
4.1.2 Volume Lalu lintas
4.1.2.1 Volume Lalu lintas pada Ruas jalan Gajah Mada
Volume Kendaraan adalah merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah pergerakan persatuan waktu pada lokasi tertentu, pada prinsipnya pengambilan data volume lalu lintas bervariasi dan tergantung dengan interval waktu yang digunakan. Interval waktu pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 menit (1 jam) selama 7 hari).
Dari hasil data lapangan pada ruas jalan Gajah Mada yang dilakukan selama 6 jam/hari dari jam 07.00-08.00, 09.00-09.00, dari jam 12.00-13.00,13.00- 14.00,16.17.00 dan jam 17.00-18.00 wib selama (satu) minggu dimana dalam seminggu pengambilan data dilaksanakan 7 (tujuh) hari (Senin, selasa, rabu, kamis, Jumat, sabtu dan hari Minggu) diperoleh jenis kendaraan maksimum yaitu pada hari selasa tanggal 20 Agustus 2013 pada pukul 13.00 s.d 14.00 sebesar 1727 kendaraan/jam. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Volume kendaraan lalu lintas jalan Gajah MadaKend Tak Kendaraan Bermotor Total Waktu Bermotor Volume Tiap 1
Sepeda
perjam Car(Roda4Bus/Truck Becak sepeda jam
Motor
Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus 07_0843 7 1459
82 4 1595 08_09 72 13 1586
57 2 1730 12_13 34 7 1360
83 13 1497 13_14 242 38 1321 114 12 1727 16_17 134 61 861 83 1139 17_18
92 31 1014
61 2 1200 Jumlah 617 157 7601 480 33 8827 Sumber lapangan.
Pengambilan data volume lalu lintas di atas dapat dibagi dalam 4 kelompok lalu lintas yang memberikan pengaruh yang berbeda yaitu : kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV), sepeda motor (MC) dan kendaraan tak bermotor. Data pengamatan dicatat dan dikelompokkan pada setiap arah pergerakan di lembar pengisian data jumlah kendaraan yang sudah disiapkan. Data volume lalu lintas dalam satuan kend / jam dan kemudian dikalikan dengan faktor ekivalen mobil penumpang (emp) sebagai berikut :
No Jenis Kendaraan faktor emp
1 Car(roda4)
1
2 Bus/Truck
1.3
3 Sepeda Motor
0.4
5 Sepeda
1 LV
Tabel 4.5 Arus kendaraan/jam ruas jalan Gajah Mada hari selasaSumber MKJI 1997 Dari hasil perkalian volume lalulintas dengan faktor ekivalen mobil penumpang(emp) tersebut volume lalu lintas pada ruas jalan Gajah Mada sebesar 690.8 smp/jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Jenis kendaraan pada ruas jalan Gajah MadaTipe Kendaraan Data arus kendaraan
1 HV
1
31
14.00 Luru s
242 242
38 49.4 1435 574 50 1727 690.8 16.00-
17.00 Luru s
134 134
61 79.3 944 377.6 50 1139 455.6 17.00-
18.00 Luru s
31
34
31 40.3 1075 836 50 1139 455.6 Kend Ringan Kend,berat Spd Motor+Bck motor
Arah Jam Arus total Q
% pem isah Kend
Ken d per
Smp
per
Kend per Smp per0.4 Kend per Smp per
1.3 MC
Sumber MKJI 1997
7 9.1 1443 577.2 50 1497 598.8 13.00-
34
2
10
3
4
5
6
7
8
9
11 07.00-
13.00 Luru s
08.00 Luru s
43
/jam Smp per 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1jam 1jam
7 9.1 1541 616.4 50 1595 638 08.00-
09.00 Luru s
72
72
13 16.9 1643 657.2 50 1730 692 12.00-
43
4.1.2.2 Volume Lalu lintas pada Ruas jalan Manekroo
Volume Kendaraan adalah merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah pergerakan persatuan waktu pada lokasi tertentu, pada prinsipnya pengambilan data volume lalu lintas bervariasi dan tergantung dengan interval waktu yang digunakan. Interval waktu pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 menit (1 jam) selama 7 hari).
Dari hasil data lapangan pada ruas jalan Manekroo yang dilakukan selama 6 jam/hari dari jam 07.00-08.00, 09.00-09.00, dari jam 12.00-13.00,13.00- 14.00,16.17.00 dan jam 17.00-18.00 wib selama (satu) minggu dimana dalam seminggu pengambilan data dilaksanakan 7 (tujuh) hari (Senin, selasa, rabu, kamis, Jumat, sabtu dan hari Minggu) diperoleh jenis kendaraan maksimum yaitu pada hari senin tanggal 20 Agustus 2013 pada pukul 12.00 s.d 13.00 sebesar 2896 kendaraan/jam. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6 Volume kendaraan lalu lintasKend Tak Kendaraan bermotor Waktu Total Bermotor tiap 1
Volum Cas(Roda 4) Bus/Truck Becak Sepeda
jam Sepeda motor e/jam
Kiri KananKiri KananKiri Kanan Kiri KananKiri Kanan07_08
63
81
12 18 1435 1003
97
43
8 3 2763 08_09
79
58
4 29 813 1025
72
89
13 2 2184 12_13
82
68
26 17 1497 1118
53
31
2 2 2896 13_14 113
91
32 44 916 1078
92
86 3 2455
16_17
74
89
31 27 968 1048
63
88
3 8 2399 17_18 82 113
53 26 940 701
61
45
6 2 2029 Jumlah 493 500 158 161 6569 5973 438 382
32 20 14726 Sumber Lapangan Pengambilan data volume lalu lintas di atas dapat dibagi dalam 4 kelompok lalu lintas yang memberikan pengaruh yang berbeda yaitu : kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV), sepeda motor (MC) dan kendaraan tak bermotor. Data pengamatan dicatat dan dikelompokkan pada setiap arah pergerakan di lembar pengisian data jumlah kendaraan yang sudah disiapkan. Data volume lalu lintas dalam satuan kend / jam dan kemudian dikalikan dengan faktor ekivalen mobil penumpang (emp) sebagai berikut.
Tabel 4.7 Jenis kendaraan pada ruas jalan ManekrooFaktof EMP No Jenis Kendaraan
1,0
1 Car(roda4) 1,3
2 Bus/Truck 0,4
3 Seped Motor 1,0
5 Sepeda
Sumber MKJI 1997 Dari hasil perkalian volume lalulintas dengan faktor ekivalen mobil penumpang(emp) tersebut volume lalu lintas pada ruas jalan Manekroo sebesar 735.8 smp/jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini:
LV
1 HV
1.3 MC
74
82
26 33.8 1550 620 50 1658 735.8 12.-13 Kiri
68
68
17 22.1 1149 459.6 50 1234 549.7 Kanan 113 113
32 41.6 1008 403.2 50 1153 557.8 13-14 Kiri
91
91
44 57.2 1164 465.6 50 1299 613.8 Kanan
74
89
31 40.3 1031 412.4 50 1136 526.7 16-17 Kiri
29 37.7 1114 445.6 50 1201 541.3 Kanan
89
27 35.1 1031 412.4 50 1147 536.5 17-18 Kanan
82
82
53 68.9 1001 400.4 50 1136 551.3 Arus total Q Jam Arah
Kend Ringan Kend,berat Sepeda Motor Tipe Kendaraan
Tabel 4.8 Arus kendaraan/jam ruas jalan Manekroo hari seninSumber: MKJI
4.1.3.1 Kelas Hambatan Samping Jalan Gajah Mada Dari pengamatan dilapangan kelas hambatan samping lalulintas pada ruas jalan Gajah Mada tidak terlalu mempengaruhi ruas jalan. Perhitungan penentuan kajadian hambatan samping di tinjau pada saat jam puncak yang tinggi yang terjadi pada ruas jalan Gajah Mada di bawah 100 yang berpangaruh pada kapasitas sangat rendah(VL). Untuk lebih jelas dilihat pada tabel berikut:
82
58
0.4 Kend per Smp per
9
Kend per Smp per
Kend per Smp per
Ara h % Kend per
Smp per 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1jam 1jam
2
3
4
5
6
7
8
10
58
11
12 Kanan
63
63
12 15.6 1532 612.8 50 1607 691.4 07.-08 Kiri
81
81
18 23.4 1046 418.4 50 1145 522.8 Kanan
79
79
4 5.2 885 354 50 968 438.2 08.-09 Kiri
4.1.3 Kelas Hambatan Samping
Tabel 4.9 Penentuan frekuensi kejedian hambatan sampingFrekuensi kondisi Berbobot Kelas Hambatan Samping Khusus Kejadian Permukiman, hampir tidak < 100 sangat rendah
VL ada kegiatan permukiman, beberapa
100-299 Rendah L angkutan umum, dll Daerah industri
300-499 dengan toko- sedang M toko di sisi jalan Daerah Niaga dengan
500-899 aktivitas sisi Tinggi H jalan yang tinggi Daerah Niaga dan aktivitas
> 900 pasar sisi sangat tinggi
VH jalan yang sangat tinggi
Sumber : MKJI 4 1.3.2 Kelas Hambatan Samping Jalan Manekroo Dari pengamatan dilapangan kelas hambatan samping lalulintas pada ruas jalan Manekroo yang mempengaruhi ruas jalan. Perhitungan penentuan kajadian hambatan samping di tinjau pada saat jam puncak yang tinggi yang terjadi pada ruas jalan Manekroo yang berpangaruh pada kapasitas. Untuk lebih jelas dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10 Penentuan frekuensi kejedian hambatan sampingFrekuensi kondisi Kelas Hambatan Samping Berbobot Khusus Kejadian Permukiman, hampir tidak
< 100 sangat rendah
VL ada kegiatan permukiman, beberapa
100-299 Rendah L angkutan umum, dll Daerah industri
300-499 sedang M dengan toko- toko di sisi jalan Daerah Niaga dengan aktivitas 500-899 Tinggi H sisi jalan yang tinggi Daerah Niaga dan aktivitas
> 900 pasar sisi jalan sangat tinggi
VH yang sangat tinggi
Sumber MKJI
4.1.4 Penentuan Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan
4.1.4.1 Penentuan kecepatan arus bebas kendaraan ringan jalan gajah mada
Kecepatan kendaraan sangat dipengaruhi oleh kapasitas dan derajat kejenuhan semakin sempit jalan maka kecepatan kendaraan akan semakin rendah. Dibawah ini adalah grafik kecepatan kendaraan pada hari Jumat tanggal 27 Pebruari 2009. Berdasarkan perhitungan data geometrik jalan Gajah Mada dan data jumlah penduduk maka dapat ditentukan nilai kecepatan arus kendaraan ringan pada jalan Gajah Mada. untuk hasil penentuan angka kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada ruas jalan Gajah Mada dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Tabel Penentuan kecepatan arus bebas kendaraan ringan jalan Gajah mada.Faktor penyesuaian soal Faktor Kecepatan /ar
Hambatan Ukuran penyesuaian Kecepatan arus ah arus bebas Fvo + FVw samping Kota lebar jalur Bebas (FV) dasar (Fvo) /ti p
(FFVsf) (FFvc) (FVw) e k
en Tabel B-1:1 Tabel B-2:1 (2) + (3) Tabel B-3:1/2Tabel B-4:1 ( 4 ) x ( 5 ) x ( 6 )
d(KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam)
1
2
3
4
5
6
7 Lurus LV
57
4
61
1.01 0.9 55.449 HV
50
4
54
1.01 0.95 51.813 MC
47
4
51
1.01
1
51.51 Semua
55
4
59
1.01 1.03 61.3777 kend
Sumber: (MKJI)
4.1.4.2 Penentuan kecepatan arus bebas kendaraan ringan jalan Manekroo
Berdasarkan perhitungan data geometrik jalan Manekroo dan data jumlah penduduk maka dapat ditentukan nilai kecepatan arus kendaraan ringan pada jalan Manekroo. untuk hasil penentuan angka kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada ruas jalan Manekroo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Tabel Penentuan kecepatan arus bebas kendaraan ringan Jalan Manekroo Faktor penyesuaiansoal Kecepatan Faktor /ar penyesuaian Kecepatan arus Hambatan Ukuran ah arus bebas Fvo + FVw dasar (Fvo) lebar jalur Bebas (FV) samping Kota /tip (FVw) (FFVsf) (FFvc) e k Tabel B-1:1 Tabel B-2:1 (2) + (3) Tabel B-3:1/2Tabel B-4:1 ( 4 ) x ( 5 ) x ( 6 ) en Lurus LV HV d 1 (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) 44 40 2 4 3 4 44 48 4 1.01 1.01 5 0.95 42.218 0.9 43.632 6 7 Semua kend MC 42 40 4 4 46 44 1.01 1.01 1.03 47.8538 1 44.44 Sumber(MKJI)
4.1.5 Kapasitas
Dari hasil perhitungan data volume lalulintas ruas jalan Gajah Mada dilakukan dengan menggunakan metode MKJI 1997 sebagai pedoman yang dibuat oleh Dirjen Bina Marga untuk perhitungan kapasitas jalan di Indonesia. Adapun perhitungan kapasitas meliputi:
4.1.5.1 Kapasitas Ruas jalan Gajah Mada
Pada perhitungan kapasitas ruas jalan Gajah Mada Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.13 Kapasitas ruas jalan Gajah Mada Penentuan Nilai Kapasitas ( C ) ruas jalan Gajah Mada.Faktor penyesuaian Kapasitas (Co) soal/ Kapasitas Pemisah Hambatan Ukuran Kapasitas ( C ) lebar lajur arah dasar (Co) Arah samping Kota (smp/Jam) (FCw) (FCsp) (FFVsf) (FFvc)
Tabel C-1:1 Tabel C-2:1 tabel c-3:1 Tabel C-4:1/2 Tabel C-5:1 (9)x(10)x(11)x(12)x(13)
(smp/jam)(smp/jam)
8
9
10
11
12
13
14 lurus 1650
1.08
0.95 0.9 1523.61 kiri
Sumber: MKJI
4.1.5.2 Kapasitas Ruas jalan Manekroo
Pada perhitungan kapasitas ruas jalan Gajah Mada Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.14 Kapasitas ruas jalan ManekrooPenentuan Nilai Kapasitas ( C ) ruas jalan Manekroo Faktor penyesuaian Kapasitas (Co) soal/ar Kapasitas Kapasitas ( C ) Pemisah Hambatan Ukuran lebar lajur ah dasar (Co)