Register yang digunakan dalam tabloid Burung edisi Januari 2010 - USD Repository

REGISTER YAN
NG DIGUN
NAKAN DALAM TABL
LOID BURUNG
EDISII JANUARI 2010
Skripsi
Diaju
ukan untuk M
Memenuhi Saalah Satu Syyarat
Mem
mperoleh Gellar Sarjana Sastra
S
Indoneesia
Program Studi
S
Sastra Indonesia
I

Disusun oleh :
Vincensius Padm
madi

0024114042

PROG
GRAM STU
UDI SASTR
RA INDONE
ESIA
JU
URUSAN SA
ASTRA IND
DONESIA, FAKULTA
AS SASTRA
A
UN
NIVERSITA
AS SANATA
A DHARMA
A
YOGYAKART
TA

Deesember 20110

REGISTER YAN
NG DIGUN
NAKAN DALAM TABL
LOID BURUNG
EDISII JANUARI 2010
Skripsi
Diaju
ukan untuk M
Memenuhi Saalah Satu Syyarat
Mem
mperoleh Gellar Sarjana Sastra
S
Indoneesia
Program Studi
S
Sastra Indonesia
I


Disusun oleh :
Vincensius Padm
madi
0024114042

PROG
GRAM STU
UDI SASTR
RA INDONE
ESIA
JU
URUSAN SA
ASTRA IND
DONESIA, FAKULTA
AS SASTRA
A
UN
NIVERSITA
AS SANATA
A DHARMA

A
YOGYAKART
TA
Deesember 20110

i

ii

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

KUPERSEMBAHKAN CORETAN INI UNTUK MU
Alvin Wibi Wisanggeni
Anake
Padmadi ro Meikasari
Ponakane
Sarmidi ro Veni Ikawati
Pracoyo Djati ro Ratnawati

Putune
Barnabas Juwari ro Sumarah
Setyani ro Sugirah
Adine
Abie
Prajanawa
9 Peluk maafku atas keterlambatan yang t’lah terjadi.

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar-benar hasil dari kerja saya
sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang pernah
dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah digunakan sebagai
persyaratan penyelesaian studi di perguruan tinggi lain, kecuali pada bagianbagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan.
Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak benar, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 10 Desember2010


Vincensius Padmadi
NIM 02411404

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama

: Vincensius Padmadi

Nomor Mahasiswa : 024114042
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
REGISTER YANG DIGUNAKAN DALAM TABLOID BURUNG
EDISI JANUARI 2010
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 28 April 2011
Yang menyatakan

(Vincensius Padmadi)
 

ABSTRAK

Padmadi Vincensius, 2010. REGISTER YANG DIGUNAKAN DALAM
TABLOID BURUNG EDISI JANUARI 2010, Yogyakarta: Sastra
Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
Hobi dapat membentuk suatu komunitas. Dalam kelompok tersebut

terdapat orang-orang yang memiliki kesamaan dalam kegemaran dan aktifitas.
Register merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh masyarakat untuk
membentuk suatu komunikasi sesuai keahlian, profesi dalam melakukan tindak
tutur. Dalam penelitian ini penulis bermaksud I) mendeskripsikan satuan-satuan
lingual yang menjadi register dalam tabloid Burung edisi Januari 2010. II).
Mendeskripsikan bahasa sumber yang digunakan komunitas pencinta burung
berkicau. Penelitian menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan hasil
yang akurat. Langkah pertama tahap pengumpulan data.
Pengumpulan data ditentukan objek penelitian, yaitu register yang
digunakan dalam tabloid Burung edisi Januari 2010. Data penelitian berupa
kalimat yang terdapat dalam tabloid Burung edisi Januari 2010. Data yang
diperlukan dari sumber tertulis, yaitu tabloid Burung edisi Januari 2010. Metode
yang digunakan, penulis menggunakan metode simak, yaitu dengan cara
menyimak pengguna bahasa yang terdapat dalam tabloid Burung edisi Januari
2010. Metode simak memiliki banyak teknik penyediaan data, tetapi dalam
penelitian ini hanya menggunakan teknik catat. Setelah kalimat-kalimat dalam
setiap artikel dalam majalah disimak, kemudian dicatat pada lembar-lembaran
kertas. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode padan, yaitu dengan menggunakan alat penentu di luar, terlepas, dan tidak
menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode analisis data memiliki

teknik dasar dan teknik lanjutan tertentu. Teknik dasar analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pilah unsur penentu, teknik dasar
metode padan yang menggunakan daya pilah mental yang dimiliki oleh peneliti.
Teknik lanjutannya adalah teknik lanjutan hubungan banding memperbedakannya,
teknik lanjutan metode padan yang menggunakan piranti daya banding yang
dimiliki oleh peneliti dengan standar pembedaan sebagai alat.
Hasil dari analisis, dapat disimpulkan bahwa register yang
digunakan dalam tabloid Burung edisi Januari 2010 meliputi: (i) Register yang
digunakan peternak burung kicauan, yang berupa kata dan frase. (ii) Register jenis
burung hasil peternakan, yang berupa kata. (iii) Register yang digunakan
komunitas kicauan dalam komunikasi, yang berupa kata dan frase (iv) Register
yang digunakan komunitas burung kicauan dalam perlombaan burung kicauan,
yang berupa kata dan frase.
Bahasa sumber yang digunakan dalam tabloid Burung edisi Januari 2010
yaitu; bahasa Inggris, bahasa Cina, bahasa kreasi komunitas burung yang dapat
berupa bahasa daerah dari masing-masing komunitas di Indonesia.

vi

Bahasa sumber yang paling banyak ditemukan adalah bahasa Indonesia dan

bahasa kreasi dari daerah masing-masing komunitas.
Hasil analisis ini bertujuan untuk menambah data register dalam bahasa
Indonesia dalam bentuk kata dan frase. Selain itu juga memberi manfaat bagi
perkembangan sosiolinguistik, terutama dalam khasanah dan kajian tentang
register.

vii

ABSTRACT

Vincensius

Padmadi,

2010.

THE

REGISTRY


IN

BIRD-LOVERS

COMMUNITY, Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Sanata
Dharma University.
A hobby may become a cause to form a group or special community where
the people in this group have the same hobby or interest. Some words or terms in
this group are unique and not easy to understand for the outsiders. For this reason,
the author tries to describe the registry in bird-lovers community which has been
presented in Burung, January 2010.
In this research aims to 1) describe what register that are used in birdlovers community. 2) Describe the source of languages for the registry in birdlovers community. This research uses some methods to get good results. The
first was data collecting. This step was determined by the research object, data and
data sources, and the technique of data collecting. The object of this research is
the register of bird-lovers community in Burung January 2010 edition and the
research data are in the sentences. Data are collected from the printed source;
Burung January 2010 edition. The method of this research is scrutinizing method
by scrutinizing the user in Burung January 2010 edition. Author used the writing
technique. After scrutinizing the sentences or words, those sentences or words
would be written in papers. Those data would be analyzed then. The author also
uses element choosing-analyzing technique and advance comparison-technique to
differentiate them.
The results of this research would be formed in this model. Chapter I.
Preface which contain of the Background, Problem Formulation, The Purpose of
The Research, The Research Usage, The Literature Purpose, The Basic Theory,
and The Research Methodology.

viii

Chapter II. The study of registry in bird-lovers community in Burung January
2010 edition. Chapter III. The source languages of the registry. Chapter IV.
Conclusion. The last chapter is about the conclusions and suggestions.
The results of this research may useful for the development of
sociolinguistic, especially to provide more discussion about registry.

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Cinta memberi kekuatan jiwa dan
raga sehingga dapat menyelesaikan seperempat perjalanan petualanganku dalam
membuat skripsi ini. Sungguh sangat berharga bagiku, perjuangan dalam
pencapaian menuju keberhasilan hidup.
Bagi semua yang telah memberikan dorongan dan memberi santunan
pikirannya, mulai dari awal melangkah hingga terciptanya karya yang jauh dari
sempurna ini. Oleh karena itu, menjadi kewajiban untuk menyampaikan rasa
terimakasih dengan penuh rasa tulus dan penghargaan yang tinggi kepada :
1. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum, pembimbing I.
2. Drs. Hery Antono, M. Hum, pembimbing II.
3. Drs. B. Rahmanto, M. Hum, Kaprodi Sastra Indonesia.
4. S. E. Peni Adji, S.S, M. Hum, Wakil Kaprodi Sastra Indonesia.
5. Dra. Fransiska Tjandrasih Adji, M. Hum.
6. Drs. P Ari Subagyo, M. Hum.
7. Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum.
8. Sekretariat Fakultas Sastra Indonesia.
9. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
10. Babe Barnabas Juwari, Enyak Menik Sumarah, tak bisa aku tuliskan kata
terimakasih dan permintaan maafku. Kakang Fx. Sarmidi, Pracoyo Djati.
Mbakyu Modiste Veni Ikawati, Dorotea Ratnawati. Ponakan Alkuin Abimanyu,
Mas Prajanawa terimakasih, semangat bantuan kalian akan selalu teringat.
Belahan jiwaku Andita Meikasari, anakku Alvin Wibi Wisanggeni untuk kalian
semua arti dan hasil perjuangan ini.
11. Pejuang angkatan 2002 Sastra Indonesia, Anang Joko, Dominikus Ganang,
dan semua teman yang tidak dapat saya tuliskan namanya, terimakasih atas rasa
kekeluargaan yang kalian berikan.
Yogyakarta, 10 Desember 2010
Penyusun

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………… . iv
PERNYATAAN………………………………………………………………..

v

ABSTRAK……………………………………………………………………. . vi
ABSTRAK……………………………………………………………………. . vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………....

x

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. .. xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................

1

1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah ...........................................................................

6

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................

6

1.4. Manfaat Penelitian ...........................................................................

7

1.5. Tinjauan Pustaka ..............................................................................

7

1.6. Landasan teori ..................................................................................

8

1.7. Metodologi Penelitian ...................................................................... 12
1.8. Sistem penyajin ................................................................................ 14

BAB

II

REGISTER

YANG

DIGUNAKAN

KOMUNITAS

BURUNG

BERKICAU DALAM MAJALAH BURUNG EDISI JANUARI 2010 15

xi

2.1. Pengantar .......................................................................................... 15
2.2.1 Register yang Digunakan Penangkar Burung Berkicau ................ 15
2.2.1.1 Register yang Digunakan Penangkar Burung yang Berupa
Kata ................................................................................. ..16
2.2.1.2 Register yang Digunakan Penangkar yang Berupa Frase .. 26
2.2.2 Register Jenis Burung Hasil dari Penangkaran .............................. ..31
2.2.2.1 Register Jenis Burung Hasil Dari Penangkaran yang Berupa
Kata. ............................................................................ ..31
2.2.3 Register yang Digunakan Komunitas Burung Kicauan. ................ ..32
2.2.3.1 Register yang Digunakan Komunitas Burung Kicauan yang
Berupa Kata........................................................................ ..32
2.2.3.2 Register yang Digunakan Komunitas Burung Kicauan yang
Berupa Frase......................................................................... 41
2.2.4 Register yang Digunakan Komunitas Burung Kicauan dalam
Perlombaan.................................................................................. . 44
2.2.4.1 Register yang digunakan komunitas burung Kicauan dalam
Perlombaan yang Berupa Kata ........................................... ..44
2.2.4.2 Register yang Digunakan Komunitas Burung Kicauan dalam
Perlombaan yang Berupa Frase............................................64

2.2.5 Register Perlengkapan yang Digunakan Komunitas Burung Berkicau
.................................................................................................. .73

xii

2.2.5.1 Register Perlengkapan yang Digunakan Komunitas Burung
Berkicau yang Berupa Kata ............................................... ..73
2.2.5.2 Register Perlengkapan yang Digunakan Komunitas Burung
Berkicau yang Berupa Frase............................................... 78
BAB III BAHASA SUMBER REGISTER YANG DIGUNAKAN KOMUNITAS
PENCINTA BURUNG BERKICAU DALAM MAJALAH BURUNG EDISI
JANUARI 2010................................................................................................... 81
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 86
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 86
3.2 Saran.................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 88

xiii

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa dan masyarakat merupakan dua hal yang saling berkaitan,
keduanya mempunyai hubungan layaknya hubungan dua makhluk hidup yang
saling menggantungkan dan menguntungkan. Anggota masyarakat dapat bertahan
dan berkembang dengan menggunakan bahasa, untuk berkomunikasi antarindividu dalam menyampaikan maksud dan pemikiran. Bahasa dilembagakan oleh
masyarakat kemudian berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan
kelompok masyarakat.
Dalam skripsi ini akan dibahas mengenai register yang digunakan
komunitas pecinta burung berkicau yang ada disekitar kita. Skripsi ini membahas
istilah atau kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi antar pengemar
burung berkicau. Ada beberapa pendapat yang membahas tentang teori register
menurut bidang dan tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok
individu.
Register adalah variasi bahasa bila dilihat dari segi pemakaian yang
berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan seseorang (Pateda, 1990:61).
Holliday (1992:49-50) membagi menjadi dua jenis, yaitu register selingkungan
terbatas dan register yang lebih terbuka. Dua register ini dibedakan oleh jumlah
makna yang mungkin dihasilkan olehnya.

1

2

Register selingkungan terbatas adalah register yang dipergunakan dalam
bidang tertentu, yang jumlah maknanya secara keseluruhan tetap dan tertentu dan
mungkin sangat kecil. Dengan demikian , register jenis ini tidak memberikan
tempat bagi individu untuk mengembangkan kreativitas penafsir makna. Contoh
bidang yang dijangkau oleh register selingkungan terbatas, bidang penerbangan,
bidang pemograman, menu makanan dan lain-lain. Register yang lebih terbuka
ditafsirkan dengan memunculkan kreativitas penafsiran makna.
Kicaumania merupakan sebutan bagi seseorang atau kelompok yang
menyukai burung berkicau. Sebagai kicaumania, seseorang memang sudah
mendalami burung berkicau. Istilah yang digunakan oleh para pecinta burung
berkicau kadang terasa aneh bagi orang tidak mengenal dunia perburungan.
Burung berkicau semakin berkembang di daerah Yogyakarta saat ini.
Berbagai perlombaan sering dilaksanakan di daerah Yogyakarta ini. Bukan hanya
perlombaan yang semakin bergengsi pada saat ini, melainkan peternak burungburung jawara yang berkelas sudah dilakukan oleh masyarakat untuk dijadikan
sarana bisnis yang menjanjikan. Apabila burung hasil ternak menjadi burung
jawara dalam perlombaan, tak hanya nama peternaknya yang tersohor, namun
harga burung pun melejit tak terkira harganya. Maka dari itu penulis tertarik untuk
meneliti seluk beluk dunia kicaumania.
1)

Selain itu, kini juga sudah mengoleksi sejumlah pelapis, seperti khasandra
dan klimax.

2)

“menurut saya, kalau burung dirawat berlebihan, terlalu diumuk-umuk,
malah jadinya kurang bagus”.

3

3)

Jenis burung Murai Batu misalnya, sebaiknya tidak mendengar suara burung
kacer dan tledekan beberapa hari sebelumnya sampai digantang.

4)

H. Suwadi kalau nyetel Murai Batu selalu memilih tempat yang jauh dari
kawan-kawan, bias ratusan meter dari lapangan.
Dari contoh di atas beserta uraiannya, tampak jelas terdapat beberapa

istilah yang digunakan para penghobi burung berkicau, ada beberapa istilah
khusus yang digunakan dan hanya diketahui oleh komunitas pecinta burung
berkicau.
Pada contoh (1) terdapat istilah pelapis. Jika istilah tersebut digunakan
pada hal kuliner dapat digambarkan seperti, mentega, selai, coklat, gula, dan lainlain. Dalam dunia militer dapat diartikan barisan pengganti 1, 2, 3, dan seterusnya.
Akan tetapi dalam dunia perburungan diartikan sebagai penganti burung yang
diandalkan jika burung itu kurang prima ( tidak siap untuk dilombakan ). (02)
Terdapat istilah diumuk-umuk, dalam dunia kicaumania diartikan; terlalu dimanja
dengan merawatnya secara berlebihan, dari segi pemberian makan, minum dan
memandikannya. Kata diumuk-umuk diambil dari bahasa Jawa yang artinya
terlalu dimanja. Pada contoh (03) terdapat istilah digantang, dapat diartikan
memasuki perlombaan. Sementara itu pada contoh (04) terdapat istilah nyetel,dan
kawan-kawan. Nyetel yang dimaksud dalam komunitas kicaumania diartikan cara
dalam meletakan burung di arena perlombaan ( sebelum dilombakan burung harus
diletakkan di tempat yang sesuai menurut perawatnya ). Sedangkan kata kawankawan yang dimaksudkan adalah burung sejenis. Jadi di saat burung memasuki

4

arena perlombaan, sebelum masuk waktu lomba, burung harus dijauhkan dari
burung yang sejenis.
Dari contoh di atas juga didapatkan istilah register dengan bahasa yang
berbeda-beda atau bahasa yang digunakan. Misalnya; diumuk-umuk, digantang,
nyetel. Istilah tersebut diambil dari bahasa jawa, akan tetapi istilah tersebut tidak
dapat diganti dengan bahasa yang umum seperti bahasa Indonesia. Jika istilah itu
diganti dengan menggunakan bahasa yang lain maka lain pula arti dan lain juga
daerahnya.
5)

Cucak Hijau ini tampil fighter, tipe ngerol, dengan senjata greja dan
lovebird.

6)

Gus Mat menjelaskan, sebelum ngurak burung ini juga langganan juara
diberbagai lomba.

7)

Si Bagus kerjanya bagus, tanpa ngete`m dengan gaya teler mentok kiri
kanan.

8)

Materi lagu yang dimiliki serta tembakan-tembakanya disertai isian cucak
jenggot sangat terdengar dengan jelas.

9)

Selain gacor dengan tembakan yang kristal, gayanya juga aduhai.
Dari contoh (5) terdapat isilah fighter ‘petarung’ atau ‘memberi

perlawanan’, ‘melawan’. Sedangkan kata ngerol berarti; ‘memutar’, ‘naik turun’, ‘
menggulung, mengeluarkan suara dengan nada naik turun. Istilah fighter dalam
dunia kicaumania diartikan burung yang bersifat petarung, memberikan
perlawanan saat dilombakan. Ngerol merupakan nada atau kicauan yang
dikeluarkan burung dengan nada yang dihentak-hentakkan.

5

Dalam contoh (6) terdapat istilah ngurak merupakan register bahasa kusus
kicaumania yang diartikan dalam bahasa jawa ‘ambrol’, ‘brodol’, ‘rontok’. Istilah
ini digunakan untuk menyebut burung yang sedang mengalami pergantian bulu,
biasanya terjadi 1 tahun sekali dengan masa pergantian selama 3-6 bulan.
Dalam contoh (7) terdapat istilah ngetem, istilah ini diambil dari bahasa
jawa yang artinya dalam bahasa Indonesia berhenti menunggu untuk menunggu
waktu. Tak lain halnya dalam dunia perkicauan, istilah ngetem tersebut diartikan
burung berhenti berkicau sesaat, itu dapat dikarenakan kondisi burung yang lelah
atau kurang bagus. Biasanya kondisi tersebut dapat mengurangi penilaian saat
lomba. Terdapat juga istilah teler, istilah tersebut diambil dari bahasa Jawa dan
dapat juga pengambilan dari bahasa gaul yang diartikan ‘mabuk’. Dalam
perburungan istilah tersebut hanya diambil dari segi sifatnya. Orang yang teler
atau mabuk ditandai dengan jalannya yang sempoyongan sama halnya dengan
sifat dari burung yang berkicau dengan gaya seperti orang yang sedang teller atau
mabuk. Dalam contoh (8) terdapat istilah tembakan-tembakanya, dilihat dari
istilah seperti halnya berondongan peluru senjata api atau berkali-kali
menembakan peluru. Akan tetapi lain halnya dalam dunia perburungan, tembakan
yang dimaksudkan adalah kicauan burung yang melengking diserukan berkalikali.
Dalam contoh (9) terdapat istilah gacor merupakan istilah khusus
kalangan kicaumania yang berhubungan dengan suara. Didalam kalangan
komunitas burung istilah gacor diartikan sifat burung yang rajin berbunyi dengan
waktu yang lama.

6

Contoh di atas merupakan istilah register yang digunakan para pecinta
burung berkicau dilihat dari segi karakter atau sifat burung dalam majalah Burung
edisi Januari 2010.
Alasan penulis memilih topik ini, pertama, karena saat ini burung kicauan
banyak digemari masyarakat. Terutama di Yogyakarta baik dari generasi muda
hingga tua gemar dengan burung kicauan. Kedua, sebagai konsekuensinya,
komunitas pecinta burung kicauan dan register tentang komunitas burung kicauan
dalam tabloid Burung mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sejauh dari
pengamatan penulis belum pernah ada penelitian tentang register yang digunakan
dalam tabloid Burung edisi Januari 2010, sehingga topik ini patut diangkat.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Satuan lingual apa saja yang menjadi register dalam tabloid Burung edisi
Januari 2010?
1.2.2 Berasal dari bahasa sumber apa saja yang digunakan dalam tabloid
Burung edisi Januari 2010?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mendeskripsikan satuan-satuan lingual yang menjadi register dalam
tabloid Burung edisi Januari 2010
1.3.2 Mendeskripsikan bahasa sumber yang digunakan dalam tabloid Burung
edisi Januari 2010

7

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini berupa register yang digunakan dalam tabloid Burung,
sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan sosiolinguistik, terutama dapat
menambah khazanah dan kajian tentang register dalam tabloid Burung yang saat
ini banyak dinikmati dari berbagai kalangan masyarakat yang mencakup segala
usia. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis, yaitu menambah
wawasan bagi khalayak pemakai bahasa, terutama bagi semua pecinta burung
berkicau yang semakin banyak.

1.5 Tinjauan Pustaka
Kajian tentang register telah diteliti beberapa orang tetapi dalam bidang yang
berbeda-beda.
Kingkin Kartikarini (2006) meneliti “Register Game Komputer dalam Majalah
Game 21 edisi Januari-Desember 2004. Dalam sekripsinya dibahas mengenai
jenis register yang terdapat dalam register game computer dalam majalah Game
21 edisi Januari s.d. Desember 2004. Kedua, bahasa sumber register game
computer dalam majalah Game 21 edisi Januari s.d. Desember 2004. berikut
contoh register game computer yang dibahas: - Game dengan sudut pandang first
person terkini biasanya menjadi ajang pameran teknologi terbaru. (Game 21,
48:48). Register first person ‘orang pertama’ menyangkut tentang cara pandang
dalam game computer.
Purwanto (2004) meneliti tentang register dengan judul “Register Abaaba Peraturan Militer Dasar”. Penelitian itu membahas tentang register aba-aba

8

peraturan militer dasar. Permasalahan yang dibahas adalah struktur, sungsi dan
unsure suprasegmental dari Aba-aba Peraturan Militer Dasar.
Sukamti (2000) meneliti register dengan judul ”Register Humor pada Kaos
Dadung”. Penelitian ini mendiskripsikan aspek-aspek kebahasaan dan aspekaspek sosiokultural yang mempengaruhi register humor pada kaos Dadung serta
faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya humor tersebut.
Setelah dilakukan tinjauan atas berbagai pustaka tersebut, dapat
disimpulkan hal-hal penting. Pertama, kajian tentang register yang digunakan
komunitas burung berkicau belum pernah dibahas sebelumnya. Kedua, tabloid
Burung edisi Januari 2010 belum pernah dipergunakan sebagai alat sumber
analisis. Dengan demikian, topik tentang register yang digunakan komunitas
pencinta burung berkicau dalam majalah Burung edisi Januari 2010 layak
diangkat dan dibahas dalam penelitian.

1.6 Landasan Teori
Untuk kepentingan ini, perlu dikemukakan teori tentang register dan teori
tentang istilah.

1.6.1 Teori tentang Register
Pateda (1990: 61) register adalah variasi bahasa bila dilihat dari segi
pemakaiannya yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan seseorang.
Menurut Pateda, register dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu oratorika (frozen),
deliberatif

(formal),

konsultatif,

kasual

dan

intime.

Register

oratorika

9

dipergunakan oleh para pembicara profesional seperti ahli pidato yang
dipergunakan untuk menarik perhatian. Register deliberatif ditujukan kepada
pendengar untuk memperluas pembicaraan. Kedua register ini bersifat monolog.
Register konsultatif terdapat pada transaksi perdagangan, khususnya saat dialog
untuk memperoleh kesepakatan. Register kasual untuk menghilangkan rintanganrintangan komunikasi. Register intime dipergunakan dalam suasana kekeluargaan.
Wardhaungh (1991: 49) mengemukakan bahwa register merupakan
sekelompok kosa kata yang dipakai dalam bidang pekerjaan tertentu atau
kelompok-kelompk sosial tertentu. Hal itu dapat ditunjukan dengan bahasa yang
digunakan oleh ahli bedah, pilot-pilot pesawat terbang, manager bank,
pramuniaga, ahli arkeologi, pendaki gunug dan ahli ekonomi.
Halliday

(1992:40-59)

register

adalah

ragam

bahasa

berdasar

pemakaiannya, atau bahasa yang digunakan saat ini; tergantung pada apa yang
sedang dikerjakan, dan sifat kegiatannya. Register juga merupakan susunan
makna yang dihubungkan secara khusus dengan konteks situasi tertentu dari
medan (field), pelibat (tenor), dan sarana (mode). Penjabarannya: medan atau
medan wacana merujuk pada hal yang sedang terjadi, pada sifat atau tindakan
social yang sedang berlangsung.
Hal ini berhubungan dengan apa yang sesungguhnya disibukan oleh
pelibat; yang didalamnya bahasa ikut serta sebagai unsure pokok tertentu. Pelibat
atau pelibat wacana menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagian; pada
sifat para pelibat; serta pada sifat dan peran mereka. Sarana atau sarana wacana
menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, atau hal yang diinginkan

10

oleh para pelibat diperankan oleh bahasa dalam situasi itu; berupa organisasi
simbolik teks, kedudukan yang dimiliki, dan fungsi dalam konteks, salurannya
dan metode retorinya.
Halliday membagi menjadi dua jenis, yaitu register selingkungan terbatas
dan register yang lebih terbuka. Dua register ini dibedakan oleh jumlah makna
yang mungkin dihasilkan olehnya. Register selingkungan terbatas adalah register
yang dipergunakan dalam bidang tertentu, yang jumlah maknanya secara
keseluruhan tetap dan tertentu dan mungkin sangat kecil. Dengan demikian ,
register jenis ini tidak memberikan tempat bagi individu untuk mengembangkan
kreativitas penafsir makana. Contoh bidang yang dijangkau oleh register
selingkungan terbatas, bidang penerbangan, bidang pemograman, menu makanan
dan lain-lain.
Register yang lebih terbuka ditafsirkan dengan memunculkan kreativitas
penafsiran makna. Bahasa percakapan spontan dapat menjadi register golongan ini
karena di dalam peristiwa percakapan ada siasat dan gaya makna yang khusus dan
tertentu. Dalam percakapan, pelaku komunikasi tidak pernah dengan penuh
kebebasan dengan memilih semua sumber sistem kebahasaan yang dikuasainya.
Bila hal itu terjadi, maka komunikasi tidak akan pernah terjadi. Hal ini terjadi
karena dalam komunikasi, pelaku komunikasi dapat memahami satu dengan yang
lain karena mereka saling memprediksi atau dugaan dibawah sadar tentang apa
yang akan dikatakan mitra komunikasinya.
Register yang lebih terbuka seperti judul berita, ucapan selamat pada kartu
ucapan, dan lain-lain.

11

Berdasar pemaparan diatas, register adalah sekelompok kosakata yang
digunakan dalam pemakaiannya, yang konkret, bersifat khusus, digunakan pada
situasi tertentu dan pada bidang pekerjaan tertentu, pada profesi tertentu,oleh
masyarakat tertentu, dengan maksud dan tujuan tertentu pula.

1.6.2 Teori tentang Istilah
Kridalaksana (2002:86) mengemukakan bahwa istilah merupakan kata
atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan
atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.

1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap, yaitu (1) tahap pengumpulan
data, (2) analisis data, (3) tahap penyajian hasil analisis.

1.7.1 Tahap Pengumpulan Data
Dalam tahap pengumpulan data ini, ditentukan objek penelitian, data dan
sumberdata, serta metode dan teknik pengumpulan data.

1.7.1.1 Objek Penelitian, Data, dan Sumber Data
Objek penelitian ini adalah register yang digunakan pencinta burung
berkicau dalam tabloid Burung edisi Januari 2010. Data penelitian terdapat dalam
data, berupa kalimat register yang digunakan pencinta burung berkicau. Data
diperoleh dari sumber data tertulis, yaitu tabloid Burung edisi Januari 2010.

12

1.7.1.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah metode simak. Menurut Sudaryanto
(1993:133), metode simak merupakan metode yang dilakukan dengan menyimak
penggunaan bahasa, dalam hal ini penggunaan bahasa dalam tabloid Burung edisi
Januari 2010. Metode simak ini memiliki banyak teknik penyediaan data, tetapi
peneliti hanya menggunakan teknik catat. Setelah kalimat-kalimat dalam setiap
artikel dalam tabloid Burung disimak, kemudian setiap register yang digunakan
pencinta burung dicatat pada lembaran-lembaran kertas. Data yang sudah
terkumpul kemudian dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Tahap berikutnya adalah menganalisis data. Data yang sudah diklasifikasi
dianalisis dengan menggunakan metode padan. Metode padan adalah metode
penelitian yang menggunakan alat penentu di luar, terlepas, dan tidak menjadi
bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Untuk
menerapkan metode padan, analisis data ini menggunakan alat penentu, yaitu
referen dan langue lain. Metode yang menggunakan alat penentu referen disebut
metode padan referensial, sedangkan metode yang menggunakan alat penentu
langue lain disebut metode translasional.
Metode analisis data memiliki teknik dasar dan teknik lanjutan tertentu.
Teknik dasar analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pilah
unsur penentu dan teknik lanjutannya adalah teknik lanjutan hubungan banding
memperbedakan.

13

Teknik dasar pilah unsur penentu adalah teknik dasar metode padan yang
menggunakan daya pilah mental yang dimiliki oleh peneliti. Teknik lanjutan
hubungan banding memperbedakan adalah teknik lanjutan metode padan yang
menggunakan piranti daya banding yang dimiliki peneliti dengan standar
pembedaan sebagai alat. Berikut contoh analisis dengan metode padan:
3) Jenis burung Murai Batu misalnya, sebaiknya tidak mendengar suara burung
kacer dan tledekan beberapa hari sebelumnya sampai digantang.
5) Cucak Hijau ini tampil fighter, tipe ngerol, dengan senjata greja dan lovebird.
Dalam contoh 3 dan 5 terdapat register digantang ‘diadu’, ’masuk arena
lomba’ atau ‘dilombakan’, fighter ‘petarung’ atau ‘berani diadu’ dan ngerol
‘bergelombang’ atau ‘menggulung’. Kedua register istilah yang digunakan
pencinta burung kicauan tersebut mempunyai perbedaan. Dalam contoh (3)
digantang ‘diadu’ atau ‘dilombakan’ merupakan register tentang cara perlombaan
burung berkicau. Dalam contoh (5) fighter ‘petarung’ atau ‘berani diadu’ dan
ngerol ‘bergelombang’ atau ‘menggulung’ merupakan register tentang sifat dan
suara dari burung saat dilombakan. Metode yang digunakan dalam analisis ini
adalah metode padan referensial, dengan menggunakan alat penentu, yaitu
referen.
Dalam contoh (3) kata digantang diambil dari bahasa jawa yang berarti
1.‘diadu’, 2.‘masuk arena lomba’ 3. ‘dilombakan’ 4. ’dipasang’. Kata digantang
dalam istilah pencinta burung berkicau adalah mengikutsertakan burung yang
akan diadu kedalam arena yang telah disediakan dengan cara menggantungkan
sangkar burung ditempat arena lomba. Dalam contoh (5) fighter diambil dari

14

bahasa Inggris yang berarti 1. ’petarung’, 2. ‘berani diadu’. Kata fighter dalam
istilah pencinta burung berkicau merupakan sifat dari burung yang berani untuk
diadu dalam lomba ( berani mengeluarkan suara kicauan dan gerakan yang
dimiliki).
1.7.3 Metode dan Penyajian Hasil Analisi Data
Hasil penelitian berupa register yang digunakan komunitas burung
berkicau. Dalam penelitian ini digunakan metode penyajian informal, yaitu
penyajian hasil analisis data yang dirumuskan dengan kata-kata biasa, meskipun
tetap

menggunakan

terminologi-terminologi yang

sifatnya

tetap

khusus

(Sudaryanto, 1993: 144-145).
1.8 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian tentang register yang digunakan pencinta burung
berkicau dalam tabloid Burung edisi Januari 2010 ini adalah sebagai berikut : Bab
I merupakan pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori dan Metodologi
Penelitian.
Bab II berisi pembahasan mengenai register yang digunakan komunitas
burung berkicau dalam tabloid Burung edisi Januari 2010. Bab III Berisi
pembahasan bahasa sumber register yang digunakan komunitas pencinta burung
berkicau dalam tabloid Burung edisi Januari 2010. Bab IV penutup. Bab terakhir
berisi kesimpulan dan saran.

15

BAB II
PEMBAHASAN
SATUAN LINGUAL YANG MENJADI REGISTER DALAM TABLOID
BURUNG EDISI JANUARI 2010.
2.1 Pengantar
Pada bab ini dibahas mengenai register yang digunakan komunitas burung
berkicau, baik dalam bidang penangkaran, perawatan burung, dan dalam
perlombaan. Selain itu, juga dibahas mengenai bahasa sumber yang digunakan
oleh para pecinta burung berkicau dalam tabloid Burung edisi Januari-Juli 2010.
2.2 Register yang Digunakan Komunitas Burung Berkicau dalam Tabloid
Burung edisi Januari 2010.
Dalam analisis ini penulis meneliti kata dan frase yang digunakan
sebagai register dalam tabloid Burung edisi Januari 2010.
2.2.1 Register yang Digunakan Penangkaran Burung Berkicau
Register yang digunakan penangkaran burung berkicau tak begitu asing
ditelinga komunitas burung kicauan. Kicaumania sangatlah mengenal istilahistilah yang digunakan seorang penangkar burung kicauan, yang keberadaannya
memang sangat terbatas. Pada umumnya, kicaumania sejati pasti mengenal atau
dapat memahami semua kata-kata dalam percakapan antar komunitas burung
kicauan, karena memang sangat terbatas. Register dalam tabloid Burung edisi
Januari 2010 ditemukan berupa kata dan frase yang digunakan komunitas burung
berkicau dalam berkomunikasi.

15

16

2.2.1.1 Register yang Digunakan Penangkaran Burung Berkicau yang
Berupa Kata
Berikut adalah beberapa contoh register yang digunakan penangkaran
burung berkicau dalam tabloid Burung edisi Januari 2010 yang berupa kata:
10)

Salah satu burung langka asli Indonesia yang dilindungi dan sejauh ini
dicitrakan sangat eksotik sehingga memiliki nilai yang sangat tinggi adalah
jalak bali. (tabloid Burung, edisi Januari 2010)

Dicitrakan pada contoh (10) memiliki kata dasar yaitu citra yang berarti; 1 rupa,
gambar, gambaran; 2 Man gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai
pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk; 3 Sas kesan mental atau bayangan
visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase, atau kalimat, dan merupakan
unsure dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi; 4 Hut data atau informasi
dari potret udara untuk bahan evaluasi. (KBBI 1995:192). Dicitrakan pada contoh
(10) dalam komunitas kicaumania berarti ; sesuatu yang indah, menarik,
menggagumkan karena langka.
Kata eksotik pada contoh (10) berarti ; 1 memiliki dayatarik khas karena belum
banyak dikenal umum; 2 diperkenalkan atau dimasukan di luar negeri ( tentang
mode, gagasan, dan sebagainya); 3 bergaya asing; luarbiasa; istimewa; aneh;
ganjil. (KBBI 1995:253). Dalam komunitas kicaumania kata eksotis berarti
‘langka’, ‘ jarang didapatkan’.
11)

Padahal jenis jalak sebenarnya termasuk jenis burung yang secara teknis ela
ditangkarkan, bahkan banyak yang mengatakan
Burung, edisi Januari 2010 ).

elative mudah. (tabloid

17

Ditangkarkan pada contoh (11) berkata dasar tangkar yang berarti 1; Jw n tulang
– tulang iga atau tulang – tulang paha ( belakang ) sapi, kambing yang masih
berdaging sedikit – sedikit dan masih dapat digulai. Tangkar 2; v menangkarkan, v
1 membiakkan; menetaskan; 2 menggandakan. (KBBI 1995:1007). Dalam
komunitas kicaumania kata ditangkarkan berarti ‘diternakkan’.
12)

Sebab, mengurus ijin kalau belum terbukti punya kecakapan atau kelayakan
untuk melakukan usaha breeding jalak bali, secara teori juga tidak bisa.
(tabloid Burung, edisi Januari 2010).

Kecakapan pada contoh (12) berarti 1 kemampuan; kesanggupan; 2 kepandaian
atau kemahiran dalam mengerjakan sesuatu. Dalam komunitas kicaumania kata
kecakapan berarti ‘orang yang pandai dalam peternakan’.
13)

Kalau ijin dipermudah, para penangkar akan semakin banyak jumlahnya,
produksi melimpah, dan pasar segera dibanjiri burung-burung jalak bali
yang legal untuk diperjual belikan. (tabloid Burung, edisi Januari 2010).

Penangkar pada contoh (13) berarti; 1 orang yang mengembangbiakan ( ternak,
tanaman ). 2 orang yang menggandakan. (KBBI 1995:1007)
Dalam komunitas kicaumania kata penangkar berarti orang yang beternak,
mengembangbiakkan. Kata penangkar digunakan dalan bidang peternakan. Legal
pada contoh (13) berarti; sesuai dengan undang – undang atau hokum. ( KBBI
1995:575). Legal dalam komunitas kicauan berarti sah, bebas hukum.
14)

Harga anakan maupun indukan diseragamkan, anakan dibawah umur 4
bulan dibanderol Rp 12,5 juta sepasang. (tabloid Burung, edisi Januari
2010)

18

Diseragamkan pada contoh (14) memiliki kata dasar seragam yang berarti ‘sama
ragamnya( coraknya, bentukya, susunannya). (KBBI 1995:921). Diseragamkan
dalam komunitas kicaumania berarti disamakan susunannya, bentuknya.
Sepasang pada contoh (14) memiliki arti 1.’satu pasang (sejodoh,selengkap,
sesetel)’, 2.’sepadan (dengan)’, ‘sesuai (dengan)’, 3. ’Merupakan pasangan atau
selengkap (seperangkat)’. (Poerwadarminta 1984:713-714). Sepasang dalam
komunitas kicauan berarti satu pasang. Kata sepasang digunakan juga dalam
istilah peternakan.
15)

Sedangkan harga indukan yang siap produksi bervariasi antara Rp 25 juta
hingga Rp 30 juta sepasang. (tabloid Burung, edisi Januari 2010)

Bervariasi pada contoh (15) berarti ; mempunyai variasi; mempunyai berbagai
bentuk ( rupa, jenis, dan sebagainya). (KBBI 1995:1117)
Bervariasi berarti selang-seling atau lain-lain dalam artian harga dapat berbedabeda.
16)

Belakangan ini mulai berpikir bagaimana nasib kelangsungan Jalak Bali
yang akan datang, jika nilai komersil menjadi prioritas para penangkar.
(tabloid Burung, edisi Januari 2010).

Komersil pada contoh (16) berarti; 1 bersangkutan niaga atau prdagangan; 2
dimaksudkan untuk diperdagangkan; 3 bernilai niaga tinggi. Kadang – kadang
mengorbankan nilai – nilai lain ( sosial, budaya, dan sebagainya). (KBBI
1995:515)
Komersil dalam komunitas kicauan berarti nilai jual. Dalam komunitas
kicaumania kata komersil digunakan untuk harga burung.

19

17)

Kalau hanya mau kita eksploitasi hasilnya saja,mungkin juga kurang
nyaman,

sehingga

hasilnya

jadi

kurang

bagus,”

jelas

Ir.

Agus

Gamping,sekertaris PBI Sleman”. (tabloid Burung, edisi Januari 2010)
Eksploitasi pada contoh (17) memiliki arti 1 penggusahaan; 2 pemanfaatan untuk
keuntungan sendiri; pengisapan; pemerasan (tentang tenaga orang). (KBBI
1995:254). Dalam komunitas kicaumania eksploitasi berarti terus mengambil hasil
dari penangkaran. Kata eksploitasi biasanya digunakan dalam bidang perusahaan
yang berarti mengeruk kekayaan atau memeras tenaga.
18)

Aturan ini diharapkan mampu lebih menggairahkan kelas ring. (tabloid
Burung, edisi Januari 2010).

Menggairahkan pada contoh (18) memiliki arti; membangitkan keinginan (hasrat,
keberahian) yang keras. (KBBI 1995:285). Menggairahkan dalam komunitas
kicauan

berarti

membangkitkan,

memberi

semangat.

Dalam

komunitas

kicaumania kata menggairahkan digunakan untuk rasa ketertarikan.
19)

Keberadaannya di alam sudah semakain brkurang bahkan jalak putih Nusa
Penida yang berwarna spesifik sudah semakin langka keberadaannya di
alam. (tabloid Burung, edisi Januari 2010).

Spesifik pada contoh (19) memiliki arti khusus ; yang bersifat khusus ; khas.
(KBBI 1995:960). Spesifik dalam komunitas kicauan digunakan untuk burungburung yang langka atau sulit didapat.
20)

“kalau musim pancaroba seperti sekarang, terkadang molor dan bahkan
berhenti,” ujar Pratama dan menduga Jalak putih suka berbiak didalam
suhu yang agak dingin. (tabloid Burung, edisi Januari 2010)

20

1Molor

pada contoh (20) mempunyai arti: Cak 1.’tidur’,

2Molor:

Cak 1 bertambah panjang (karet), 2 Ki bertambah lama; mundur (waktu)’.

(KBBI 1995:663). Molor dalam komunitas kicauan berarti bertambah lama.
Dalam komunitas kicaumania kata molor digunakan dalam istilah peternakan
yang diartikan masa bertelur menjadi lama. Berbiak pada contoh (20) memiliki
arti: v bertumbuh (berkembang) menjadi banyak (tentang binatang, tumbuhtumbuhan, dsb). (KBBI 1995:128). Berbiak dalam komunitas kicauan berarti mau
bertelur, menghasilkan telur. di dalam komunitas kicaumania yang bermaksud
digunakan untuk burung yang memiliki sifat bertelur pada cuaca tertentu.
21)

Selain itu setiap hari disediakan bak mandi karena jalak putih doyan mandi
walaupun sedang mengeram sekalipun. (tabloid Burung, edisi Januari 2010)

Doyan pada contoh (21) memiliki arti: v Cak suks sekali; gemar sekali. (KBBI
1995:243). Doyan dalam kicauan berarti suka. Kata doyan juga dalam bidang
kuliner atau makanan. Mengeram pada contoh (21) berarti 1.’duduk memanaskan
telur

supaya menetas (tentang burung,ayam)’, ‘lama sekali’, 2.’ duduk

menderum’, ‘mendekam’, 3.’

tinggal di rumah saja (tidak pernah keluar)’,

4.’turun (lendut,cengkung) tentang lantai, tanah, jalan’. (Poerwadarminta
1984:277). Mengeram dalam komunitas kicauan berarti duduk memanaskan telur
supaya menetas. Kata mengeram digunakan dalam bidang peternakan
(ayam,burung).
22)

Jangkrik yang diberikan utuh mengikuti cara yang diberikan indukan ketika
masih ngeloloh di kandang. (tabloid Burung, edisi Januari 2010)

21

Ngeloloh pada contoh (22) memiliki arti: 1 loloh v, meloloh v menyuapi; 2 loloh
MK

a longgar (tentang baju, licin, dsb). (KBBI 1995:600). Ngeloloh berarti

menyuapi anaknya dalam komunitas kicauan. Kata ngeloloh dikhususkan pada
peternak burung.
23)

Namun, di lapangan harga Lovebird anakan ternyata ditentukan oleh varian
lovebird yang didasarkan oleh warna bulunya. (tabloid Burung, edisi Januari
2010)

Varian pada contoh (23) memiliki arti 1.’penyimpangan’, ‘kelainan’, ‘perubahan’,
2.’cara system permainnan yang menyimpang (berubah) dari system yang ada
semula’, 3.’orang (binatang,tumbuh-tumbuhan) yang mempunyai kelainan’.
(Poerwadarminta 1984:1141). Varian dalam komunitas kicaumania berarti
‘bermacam bentuk’.
24)

Bentuk badan, pada umumnya jantan kecil dan betina besar itu masih sangat
rancu, tidak bisa dijadikan jaminan. (tabloid Burung, edisi Januari 2010)

Rancu pada contoh (24) memiliki arti: tidak teratur; campur aduk; kacau (tentang
pikiran, bahasa, dsb). (KBBI 1995:815). Rancu dalam komunitas kicauan berarti
‘rawan’. Rancu yang digunakan kicaumania sebagai pangganti kata rawan.
25)

Kalau sudah ketemu satu pasang dlm artian satu jodoh, yaitu jantan dan
betina, memang segalanya tampak mudah, ibaratnya asal dikasih pakan dan
minum cukup, ada gelodok, pasti akan bertelur dan menetas. (tabloid
Burung, edisi Januari 2010)

Gelodok pada contoh (25) berarti: kotak; peti. (KBBI 1995:304). Gelodok oleh
komunitas kicaumania artinya ‘tempat bertelur dan mengerami burung’. Bentuk

22

dari gelodok tersebut bisa berbentuk kotak, dan bulat biasanya berada di dalam
kandang peternakan.
26)

Namun, burung jantan dan betina pun belum tentu mau jodoh, sehingga
perlu dioplos dengan pasangan yang lain. (tabloid Burung, edisi Januari
2010)

Dioplos pada contoh (26) dalam pengertian komunitas kicaumania berarti:
diganti-ganti, selang-seling dalam artian perjodohan burung. (Gunungkidul Bird
Club). Kata dioplos dalam istilah umum berarti mencampurkan sesuatu untuk
mendapatkan hasil yang berbeda biasanya dalam bidang kuliner atau resep
masakan (makanan dan minuman).
27)

Salah satu kiat membreending lovebird tanpa pusing menjodohkan satu
pasang-satu pasang adalah dengan cara ombyokan. (tabloid Burung, edisi
Januari 2010)

Ombyokan pada contoh (27) merupakan istilah yang diambil dari bahasa jawa
yang artinya dalam bahasa umum ‘dikumpulkan jadi satu’ (kicaumania
Gunungkidul). Dari contoh (31) kata ombyokan digunakan untuk menjodohkan
burung dengan beberapa pasang burung hingga puluhan pasang.
28)

Untuk menjual anakan Siwi tak mengalami kesulitan, tiap ada anakan
langsung disambar kicaumania. (tabloid Burung, edisi Januari 2010)

Disambar pada contoh (28) memiliki kata dasar ‘sambar’. Sambar artinya
sambar v, menyambar v 1 menangkap dengan cepat (sambil terbang, lari,dsb); 2
menjilat; membakar; 3 mengenai; 4 Ki merampas; 5 Ki membawa lari. (KBBI

23

1995:870). Disambar dalam komunitas kicauan berarti diambil langsung ada yang
membeli (burung hasil peternakan).
29)

Siwi akan membangun beberapa petak lagi,” banyak lahan kosong disini,
eman kalau tidak dimanfaatkan. (tabloid Burung, edisi Januari 2010)

Eman pada contoh (29) merupakan kata yang diambil dari bahasa jawa yang arti
dalam

bahasa

Indonesia

‘sia-sia’,

‘jangan

sampai

rugi’.

(kicaumania

Gunungkidul). Kata eman yang dimaksud pada contoh (29) dalam komunitas
kicaumania adalah sia-sia kalau tidak dimanfaatkan.
30)

Terjun ternak lovebird, menurut Siwi, dirinya memang belum lama. (tabloid
Burung, edisi Januari 2010)

Terjun pada contoh (30) berarti v 1 melompat turun; 2 turun (lebih rendah jika
dibandingkan dengan yang lain); 3 menceburkan diri kedalam. (KBBI
1995:1047). Dalam komunitas kicaumania kata terjun berarti menekuni,
mendalami. Kata terjun biasanya digunakan dalam bidang keahlian khusus.
31)

Untuk planning jangka panjang, Siwi tak hanya menekuni lovebird tapi
juga akan merambah keternak burung lain. (tabloid Burung, edisi Januari
2010)

Planning pada contoh (31) berarti: n Cak rencana; perencanaan. (KBBI 1995:776).
Dalam komunitas kicaumania kata plaining diartikan rencana. Kata planning
juga

bisa

digunakan

masyarakat

umum

sebagai

pengganti

kata

perencanaan,rencana. Merambah pada contoh (31) memiliki arti: v 1 membabat;
memangkas (tumbuh-tumbuhan); 2 membuka hutan; merintis (jalan); 3 memarang
(menembaki, memukuli banyak-banyak sekaligus); 4 menjelajahi. (KBBI

24

1995:813). Merambah dalam komunitas kicaumania berarti ‘mencoba’. Kata
merambah biasanya digunakan pada bidang kehutanan yang artinya membuka
lahan baru.
32)

Untuk bisa menjadi induk, menurut Bardek burung jantan khususnya harus
punya postur yang besar, sosoknya simetris dan pernah menjadi juara.
(tabloid Burung, edisi Januari 2010)

Simetris pada contoh (32) mempunyai arti: a 1 sama kedua belah bagiannya;
setangkup; 2 Graf keseimbangan letak unsure cetak 100% terhadap garis poros.
(KBBI 1995:941). Simetris dalam komunitas kicaumania berarti sama atau
memiliki kesamaan (burung yang satu pasang memiliki ciri yang sama). Kata
simetris juga digunakan dalam istilah umum dapat juga dikhususkan dalam
bidang pendidikan.
33)

Untuk jenis pastel dan kepala emas perpasangnya sekitar Rp 550an, dan bila
ingin membawa pulang jenis lutino, saat ini bandrolnya sudah mendekati
angka 2 juta perpasang. (tabloid Burung, edisi Januari 2010)

1Pastel

pada contoh (33) mempunyai arti n 1 panganan yang dibuat dari tepung

terigu, bentuknya seperti kerang atau bulat pisang, didalamnya diisi dengan
daging, dsb (biasanya digoreng atau dipanggang).

2

Pastel: n 1 kapur berwarna

untuk menggambar; 2 gambar atau sketsa yang dibuat dari kapur warna; 3 warna
lembut polos. (KBBI 1995:735). Pastel dalam komunitas kicaumania berarti
warna seperti ‘pastel pensil warna’. Kata pastel digunakan khusus kicaumania
dalam warna burung jenis love bird. Bandrolnya pada contoh (33) memiliki arti: n
pita cukai (pada rokok, cerutu, dsb), sebagai tanda bahwa pajak sudah dibayar.

25

Dalam komunitas kicaumania bandrol mempunyai arti harga. Kata bandrolnya
biasanya dipakai untuk transaksi harga barang.
34)

Perkawinan ini akan cenderung dominan mengeluarkan anakan warna
putih. (tabloid Burung, edisi Januari 2010)

Dominan pada contoh (34) memiliki arti: a 1 bersifat sangat menentukan karena
kekuasaan, pengaruh, dsb; 2 berpengaruh kuat; tampak menonjol (tentang warna,
dsb). Dominan biasanya digunakan untuk menilai materi kicauan dan warna.
35)

Bahkan yang betina bisa lebih keras atau ngropel. Sesungguhnya tidak sulit
mencetak cucak rawa agar bersuara ropel dan juga tidak sulit mengubah
cucak rawa ropel menjadi engkel. (tabloid Burung edisi Januari 2010)

Ngropel pada contoh (35) dalam komunitas kicaumania berarti ‘diulang’, ’dua
kali’. (Gunungkidul Bird Club). Kata ngropel biasanya digunakan untuk menilai
suara kicauan. Engkel pada contoh (35) dalam