Metafora dalam tabloid bola edisi Januari-Maret 2008 - USD Repository

  

METAFORA DALAM TABLOID BOLA

EDISI JANUARI-MARET 2008

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh

Natalis Candra Setyawan

NIM: 044114017

  

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

METAFORA DALAM TABLOID BOLA

EDISI JANUARI-MARET 2008

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh

Natalis Candra Setyawan

NIM: 044114017

  

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran (Amsal 17:17)

  Kupersembahkan kepada:

1.

   Bapak dan ibuku

2.

Adik-adikku, Wulan dan Nia

3.

Heti Susilo Asih

KATA PENGANTAR

  Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Metafora dalam Tabloid Bola Edisi Januari-Maret 2008” disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 di Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya kebaikan, bantuan, dan dukungan baik secara material maupun spiritual dari berbagai pihak. Kebaikan, bantuan, dan dukungan tersebut senantiasa hadir dalam kehidupan penulis terutama saat menjalani perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.

  Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses penulisan skripsi ini.

  1. Bapak Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku pembimbing I yang dengan sabar dan penuh perhatian memberi dorongan, masukan, dan kritikan kepada penulis.

  2. Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku pembimbing II yang telah memberi masukan kepada penulis dengan penuh perhatian.

  3. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Bapak Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., Bapak Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Bapak Drs. F.X Santosa, M.S., Ibu S.E Peni Adji, S.S., M.Hum., dan Ibu Dra. Tjandrasih Adji, M.Hum. atas bimbingannya selama penulis menjalani studi di Universitas Sanata Dharma.

  4. Staf Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma atas pelayanannya dalam bidang administrasi.

  5. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberi peminjaman buku dan tabloid yang diperlukan penulis serta fasilitas komputer yang membantu penulis dalam pengetikan skripsi ini.

  6. Bapak T. Martin dan Ibu Chatarina Sri Wahini yang selalu mendoakan, memberi semangat, dukungan, dan usaha keras untuk memenuhi kebutuhan penulis selama studi di Yogyakarta.

  7. Adik-adikku, Wulan Daru Agustina dan Nia Dewi Nugrahaningrum yang selalu memberi dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

  8. Heti Susilo Asih yang telah memberikan semangat, dorongan, dan cinta kasih kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

  9. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2004 yang telah memberikan arti sebuah persahabatan dan kesatuan dalam studi di Universitas Sanata Dharma.

  10. Teman-teman KKN Cangkring yang telah memberi semangat dalam penulisan skripsi.

  11. Pengurus dan jemaat GITJ Jepara Pepanthan Yogyakarta yang selalu mendoakan dan memberi semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

  12. Teman-teman The Frontier dan PELITA yang telah memberi semangat dan dorongannya dalam menyelesaikan skripsi.

  13. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu penyelesaian skripsi ini.

  Penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin dalam menyusun skripsi ini, namun penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna. Penulisan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan skripsi ini.

  Yogyakarta, 10 Februari 2009 Penulis

  

ABSTRAK

Setyawan, Natalis Candra. 2008. Metafora Dalam Tabloid Bola Edisi Januari- Maret 2008. Skripsi Strata I (S-1). Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini membahas metafora dalam Tabloid Bola edisi Januari-Maret 2008. Tujuanya adalah (1) mendeskripsikan jenis-jenis metafora dalam Tabloid Bola edisi Januari-Maret 2008 dan (2) mendeskripsikan bentuk satuan lingual metafora dalam Tabloid Bola edisi Januari-Maret 2008.

  Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa yang disimak dalam penelitian ini pemakaian metafora dalam Tabloid Bola edisi Januari-Maret 2008. Metode ini diterapkan dengan teknik catat, yaitu kegiatan mencatat data yang telah diperoleh dalam kartu data.

  Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode agih dan metode padan referensial. Metode agih diterapkan dengan teknik dasar bagi unsur langsung, dilanjutkan dengan teknik ganti dan teknik parafrasa. Teknik ganti digunakan untuk menganalisis data yang makna kiasnya sama dengan makna kias dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005), dan teknik parafrasa digunakan untuk menganalisis data yang maknanya tidak sama dengan makna yang ada dalam KBBI. Metode padan referensial digunakan untuk menganalisis data yang maknanya belum terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005).

  Hasil penelitian ini berupa deskripsi jenis-jenis metafora yaitu metafora yang yang maknanya sudah terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005) dan metafora yang maknanya belum terdapat dalam Kamus Besar Bahasa

  

Indonesia Edisi Ketiga (2005), sedangkan satuan lingual yang membentuk metafora dalam Tabloid Bola edisi Januari-Maret 2008 meliputi: kata polimorfemik, kata monomorfemik, frase, dan klausa.

  Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan sumbangan terhadap studi linguistik dalam bidang semantik dan sintaksis, dalam bidang sintaksis, penelitian ini dapat memperkaya kajian bentuk satuan lingual metafora. Manfaat praktis penelitian ini dapat membantu pembaca dalam memahami bentuk-bentuk satuan lingual penelitian ini dapat memperkaya kajian tentang metafora dalam tabloid. Manfaat praktis dapat membantu pembaca untuk memahami metafora berdasarkan konteks yang membentuknya.

  

ABSTRACT

Setyawan, Natalis Candra. 2008. Metafora Dalam Tabloid Bola Edisi Januari- Maret 2008. Skripsi Strata I (S-1). Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.

  This research discussed metaphors in Bola tabloid, January-March 2008 edition. The purpose of conducting this research was (1) to describe the kinds of metaphor in Bola magazine and (2) to describe metaphor’s unit of language in Bola magazine.

  Data gathering technique that was used was identification method. It was conducted by identifying the use of language. The use of language that was analyzed in this research was the use of metaphor in Bola tabloid, January-March 2008 edition. This method was applied by note technique, which is an activity of noting data that was founded in data card.

  Method that was used in analyzing the data was distributional method and referential method. Distributional method was applied with segmenting immediate constituents technique. It was continued by change technique and paraphrase technique. Change technique was used to analyze the data, which intrinsic meaning was the same with the extrinsic founded in Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI), while paraphrase technique was used to analyze the data, which meaning is not the same with what is found in KBBI. Referential method was used to analyze the data which meaning is not yet found in KBBI.

  Results of this research were in the form of descriptions on the kinds of metaphor. They were metaphors, which meaning were not found in KBBI and metaphors, which meaning were not yet found in the KBBI. Besides, the unit of language that formed the metaphor in Bola tabloid, January-March 2008 edition involved: Polymorphism words, monomorpheme words, phrase and clause.

  The results of this research could be used to enrich the linguistic study especially in semantic and syntax and on the study of metaphor in magazine. Besides, it could help readers to understand metaphor in context. In syntax, this research could develop the study of metaphor’s unit of language and could help readers to understand the kinds of language unit.

DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL …………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBINBING ………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ……………………… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………… v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ………………….. vi

KATA PENGANTAR ………………………………………….. vii

ABSTRAK ………………………………………………………. x

ABSTRACT ……………………………………………………… xii

DAFTAR ISI ……………………………………………………. xiv

BAB I PENDAHULUAN

  1.1

  1 Latar Belakang ………………………………………..

  1.2

  4 Rumusan Masalah ……………………………………

  1.3

  4 Tujuan Penelitian …………………………………….

  1.4

  5 Manfaat Hasil Penelitian ……………………………

  1.5

  5 Tinjauan Pustaka …………………………………….

  1.6

  7 Landasan Teori ………………………………………

  1.6.1

  7 Makna Leksikal …………………............. ……

  1.6.2 Makna Kias ……………………………………

  8

  2.2 Metafora dalam Tabloid Bola Edisi Januari-Maret 2008 yang Maknanya Sudah Terdapat dalam

  19

  2.1 Pengantar ……………………………………………

  17 BAB II JENIS-JENIS METAFORA DALAM TABLOID BOLA

  17

  1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data …………………………………

  13

  1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ………. …...

  13

  1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………

  13

  12

  1.6.11 Bahasa Jurnalistik …………………………..

  12

  1.6.10 Klausa ……………………………………….

  11

  1.6.3 Referen ………………………………………..

  8

  1.6.4 Konteks …………………………………. ……

  9

  1.6.5 Medan Makna …………………………… ……

  9

  1.6.6 Gaya Bahasa …………………………………..

  10

  1.6.7 Metafora ……………………………………...

  10

  1.6.8 Kata …………………………………………..

  11

  1.6.9 Frase …………………………………….. ….

1.7 Metode Penelitian ……………………………………

1.8 Sistematika Penyajian ……………………………….

EDISI JANUARI-MARET 2008

  2.2.1 Metafora dalam Tabloid Bola Edisi Januari-Maret 2008 yang Makna Kiasnya Sama dengan Makna Kias dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005)………………………………..

  43

  50 2.3.6 Metafora Profesi ………………………………..

  2.3.5 Metafora Tindakan ………………………………

  49

  2.3.4 Metafora Energi …………………………………

  44

  2.3.3 Metafora Nama Daerah …………………………

  38 2.3.2 Metafora Tempat ……………………………….

  19

  38 2.3.1 Metafora Julukan ……………………………….

  Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005)…

  2.3 Metafora dalam Tabloid Bola Edisi Januari-Maret 2008 yang Maknanya Belum Terdapat dalam

  34

  Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005) ………………………………..

  2.2.2 Metafora dalam Tabloid Bola Edisi Januari-Maret 2008 Makna Kiasnya Tidak Sama dengan Makna Kias dalam

  54

  2.3.8 Metafora Bagian …………………………………

  3.2.1.2 Metafora Berbentuk Kata Polimorfemik………………. ……

  65 3.3.1 Metafora Berbentuk Kata…………………….

  Edisi Ketiga (2005) ………..……………………

  Kamus Besar Bahasa Indonesia

  3.3 Bentuk-Bentuk Satuan Lingual Metafora yang Maknanya Belum Terdapat dalam

  64

  63 3.2.3 Metafora Berbentuk Klausa ………………….

  3.2.2 Metafora Berbentuk Frase ……………………

  62

  62

  57

  3.2.1.1 Metafora Berbentuk Kata Monomorfemik ………………….

  61

  3.2.1 Metafora Berbentuk Kata ………………………

  61

  3.2 Bentuk-Bentuk Satuan Lingual Metafora yang Maknanya Sudah Terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005)………………………………….

  61

  DALAM TABLOID BOLA EDISI JANUARI-MARET 2008 3.1 Pengantar ……………………………………………..

  59 BAB III BENTUK-BENTUK SATUAN LINGUAL METAFORA

  2.3.9 Metafora Alat ……………………………………

  65 Kata Monomorfemik…………………

  66

  3.3.1.2 Metafora Berbentuk Kata Polimorfemik……………………

  66 3.3.2 Metafora Berbentuk Frase …………………..

  67 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

  3.1 Kesimpulan ………………………………………..

  70

  3.2 Saran ……………………………………………….

  71 TABEL DAN DIAGRAM Diagram 1. Metafora yang makna kiasnya sama dengan makna kias dalam KBBI………

  33 Tabel 1. Perbedaan Makna Kias yang Ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005) dengan Makna Kias Berdasarkan Konteks ……..

  37 Tabel 2. Kaitan Metafora dan Pihak yang Dijuluki ………

  43 Tabel 3. Bentuk-Bentuk Satuan Lingual Metafora yang Maknanya Sudah Terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005) ………………..………

  65 Tabel 4. Bentuk-Bentuk Satuan Lingual Metafora yang Maknanya Belum Terdapat Edisi Ketiga (2005) ………………………

  69 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………

  73 LAMPIRAN ……………………………………………………..

  75

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Hubungan dalam masyarakat tidak terlepas adanya sebuah komunikasi. Dalam hubungan ini, pesan yang akan disampaikan oleh setiap peserta komunikasi diwujudkan dalam kode-kode tertentu, yaitu dalam bentuk lisan dan tulis. Komunikasi dapat berjalan baik bila pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik pula. Hubungan komunikatif yang demikian disebut peristiwa bahasa (Tarigan, 1987:8).

  Bahasa sering digunakan untuk mengukapkan sesuatu hal, baik itu secara langsung atau pun tidak langsung. Bahasa secara langsung merupakan penyampaiam bahasa yang langsung berdasarkan makna yang ingin disampaikan atau bermakna leksikal, sedangkan bahasa tidak langsung merupakan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan hal dengan menggunakan bahasa kias (Sri Utami, 2004:1).

  Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, makna metafora adalah makna kias. Metafora memegang penting dalam menentukan hubungan antara pengetahuan manusia dengan dunia yang ingin dinyatakan (Keraf, 1984:139). Menurut Kridalaksana (1993:136) metafora adalah pemakaian kata atau ungkapan lain atau objek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan.

  Metafora juga terdapat dalam ragam jurnalistik seperti di dalam Tabloid Bola. Metafora digunakan di dalam ragam jurnalistik karena untuk menarik dan memperindah bahasa jurnalistik. Menurut Rahardi (2006:21) bahasa dalam jurnalistik harus memiliki sifat-sifat khusus atau ciri-ciri khas, seperti harus singkat, padat, sederhana, lugas, jelas dan menarik.

  Bertolak dari hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti metafora dalam Tabloid Bola edisi Januari-Maret 2008. Peneliti memilih Tabloid Bola karena tabloid tersebut sudah mencakup Pulau Jawa, Sumatra, Bali, dan NTB. Selain itu, Tabloid

  

Bola mempunyai tiras yang sangat tinggi. Peneliti akan meneliti jenis-jenis metafora

  berdasarkan maknanya yang sudah terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005) dan maknanya tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa

  

Indonesia Edisi Ketiga (2005) serta bentuk-bentuk satuan lingual metafora dalam

Tabloid Bola edisi Januari-Maret 2008.

  Hal pertama yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah jenis-jenis metafora yang maknanya sudah terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005) ataupun metafora yang maknanya tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005). Perhatikan data berikut.

  (1) Tim yang diketuai Jopie Leepel dengan tiga pelatih kawakan, Tumpak

  Sihite, Max Pieters, dan Muhardi, ini juga sudah menentukan kriteria guna menjaring pemain terbaik. (Bola, 11/1/08/ 8) Pada data (1) ditemukan metafora, yaitu menjaring. Salah satu makna menjaring menurut KBBI adalah ‘ki menyeleksi’ (2005:460). Dilihat dari makna tersebut menyeleksi karena kata menjaring biasanya digunakan untuk menjaring ikan. Pada konteks ini ada perpindahan makna yang semula menjaring digunakan untuk mengambil ikan tetapi pada data (1) menjaring digunakan untuk menyeleksi pemain. Pada data (1) menjaring dapat diganti dengan menyeleksi.

  (2) Konsentrasi pencarian Lazio terpusat pada kiper dan striker. Si Elang memang membutuhkan portiere baru.(Bola, 1/1/08/7) Makna elang, menurut KBBI adalah ‘burung buas yang mempunyai daya penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan cengkeramannya kuat, menangkap mangsanya dengan menyambar’ (2002 : 292). Dilihat dari makna tersebut, kata elang mempunyai unsur makna burung (hewan), perkasa, dan mahir menyambar (dalam menangkap mangsanya). Makna elang tersebut digunakan untuk memetaforakan Lazio (tim sepak bola dari Italia) dengan sebutan Si Elang. Lambang bendera Lazio bergambarkan elang, sehingga Lazio dijuluki Si Elang.

  Metafora juga terbentuk oleh beberapa satuan lingual seperti kata, frase, dan klausa. Berikut contoh metafora yang terbentuk oleh kata, frase dan klausa.

  (3) Tottenham mendatangkan Huddlestone dari Derby Country pada Juli 2005.

  Tom, yang saat itu berusia 18 tahun, pindah ke White Hart Line dengan nilai tranfer 2,5 juta pound (Rp 46,5 miliar). Namun, pihak Spurs menganggapnya masih terlalu hijau untuk dipromosikan ke tim utama guna mendampingi Edgar Davids atau Michael Carrick. (Bola, 8/1/08/ 12)

  Pada data (3) di atas, ditemukan metafora hijau,. Metafora ini merupakan satuan lingual yang berupa kata.

  Pada data berikut ditemukan juga metafora yang berbentuk satuan lingual berupa klausa.

  (4) Fergie pun menegaskan ia tidak akan menganakemaskan siapa pun dari pemainnya untuk tampil di final.(Bola, 20/6/08/hlm.12)

  1.2 Rumusan Masalah

  Peneniti merumuskan masalah penelitiannya sebagai berikut: 1.

  Apa saja jenis metafora dalam Tabloid Bola edisi Januari-Maret 2008 berdasarkan makna yang sudah terdapat dalam Kamus Besar Bahasa

  Indonesia Edisi Ketiga (2005) dan makna yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005)?

  2. Apa saja bentuk satuan lingual metafora yang terdapat dalam Tabloid Bola edisi Januari-Maret 2008?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah : 1.

  Mendeskripsikan jenis-jenis gaya bahasa metafora dalam Tabloid Bola edisi Januari-Maret 2008 berdasarkan makna yang sudah terdapat dalam

  Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005) dan makna yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005).

2. Mendeskripsikan bentuk satuan lingual gaya bahasa metafora dalam Tabloid Bola edisi Januari-Maret 2008.

  1.4 Manfaat Hasil Penelitian

  Hasil penelitian ini berupa metafora yang maknanya sudah terdapat dalam KBBI dan metafora yang maknanya tidak terdapat dalam KBBI serta bentuk- bentuk satuan lingual yang membentuk metafora. Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan sumbangan terhadap studi linguistik dalam bidang semantik dan sintaksis, dalam bidang sintaksis, penelitian ini dapat memperkaya kajian bentuk satuan lingual metafora. Manfaat praktis penelitian ini dapat membantu pembaca dalam memahami bentuk-bentuk satuan lingual.

  Penelitian ini juga dapat memperkaya kajian tentang metafora dalam bidang olah raga. Manfaat praktis dapat membantu pembaca untuk memahami metafora berdasarkan konteks yang membentuknya. Manfaat lain yaitu di bidang leksikografi tentang metafora yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa

  Indonesia.

  1.5 Tinjauan Pustaka

  Sri Utami (2004) dalam skripsinya “ Metafora dalam novel Jendela – Jendela,

  

Pintu, dan Atap karya Fira Basuki Tinjauan Semantik dan Pragmatis”: membagi

  jenis – jenis metafora berdasarkan leksem yang menbentuknya menjadi enam, yakni metafora antropomorfis, metafora binatang, metafora sinestetik, metafora antropomorfis dan binatang, metafora tumbuhan, dan metafora ukuran. Metafora antropomorfis merupakan metafora yang menghubungkan dengan manusia. Hal – hal dan segala perasaannya. Metafora binatang adalah metafora yang berhubungan dengan sifat – sifat binatang. Kegiatan atau segala hal yang berhubungan dengan binatang dapat diasosiasikan untuk membentuk metafora binatang. Metafora binatang muncul akibat pemilihan kata – kata diambil dari kegiatan yang biasa dilakukan binatang atau hal yang berhubungan unsur binatang.

  Metafora sinestika ialah metafora yang didasarkan pada perubahan indera satu ke indera yang lain. Metafora sinestetik diklasifikasikan berdasarkan perubahan indera yang terjadi dalam metafora tersebut. Metafora antropomorfis dan binatang adalah metafora yang leksem pembentuknya berhubungan dengan manusia dan binatang. Segala sesuatu yang bisa dilakukan manusia ataupun binatang termasuk dalam metafora ini. Metafora tumbuhan adalah metafora yang berhubungan dengan tumbuhan. Hal – hal yang berhubungan dengan berbagai tumbuhan , misalnya bagian

  • – bagian dari tumbuhan dalam metafora ini. Metafora ukuran adalah metafora yang berhubungan dengan ukuran. Hal – hal yang berhubungan dengan ukuran seperti berat, ringan, panjang, pendek, dan sebagainnya.

  Maya Meliawati (2000) dalam skripsinya “Metafora dalam Kumpulan Sajak Potret Pembangunan dalam Puisi Karya Rendra dan Implementasinya sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMU”, mengkaji bahwa metafora merupakan ungkapan sesuatu dengan perantaraan benda lain atau menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama. Metafora ini terdiri dari dua term atau dua bagian yaitu term pokok dan term kedua. Term pokok disebut dibandingkan dan term kedua atau vehicle adalah hal yang dipergunakan sebagai pembanding. Metafora yang langsung menyebutkan term pokok atau tenor disebut metafora implicit. Disamping itu, ada metafora yang disebut metafora mati, yaitu metafora yang sudah klise sehingga tidak dikenal lagi sebagai metafora.

  Pada penelitian ini metafora dibagi menjadi dua yaitu metafora yang maknanya terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005) dan metafora yang maknanya belum terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005).

1.6 Landasan Teori

  Dalam landasan teori ini dipaparkan tentang makna leksikal, makna kias, referen, konteks, gaya bahasa, metafora, satuan lingual berupa kata, frase, dan klausa.

1.6.1 Makna Leksikal

  Makna leksikal adalah Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita (Chaer, 1990:62). Berikut contoh makna leksikal pada kata merumput.

  (5) Ayah sedang merumput di sawah. Makna kata merumput dalam KBBI mempunyai arti ‘menyambit rumput’ (2005:969). Jadi makna leksikal merupakan makna yang sesuai dengan referen atau makna yang sesuai dengan hasil penglihatan.

  Sementara itu Kridalaksana (1993:133) berpendapat makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa dan lain-lain;makna leksikal ini dipunyai unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya.

  Dari pengertian di atas, makna leksikal adalah makna yang sebenarnya atau makna yang mempunyai referen dengan hasil penglihatan.

  1.6.2 Makna Kias

  Semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut makna kias (Chaer, 1990:79). Makna kias menurut Kridalaksana (1993:132) adalah pemakaian kata dengan makna yang tidak sebenarnya.

  Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa makna kias merupakan makna yang tidak merujuk pada makna yang sebenarnya.

  1.6.3 Referen

  Menurut Lyons (via Brown, 1996:28) referen adalah hubungan yang ada antara kata-kata dan barang-barang adalah hubungan referensi: kata-kata mengacu pada (refer to) barang-barang. Menurut Kridalaksana (1993:186) Referen adalah unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa:mis. benda yang kita sebut ‘rumah’ adalah referen dari rumah.

  Kedua pendapat mengenai referen di atas peneliti menggunakan pendapat Kridalaksana sebab sebuah referen adalah dalam penyebutan nama benda nyata dan otak sudah mempunyai gambaran dalam nama benda tersebut.

  1.6.4 Konteks

  Kontek adalah 1. Aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait-mengait dengan ujaran tertentu; 2. Pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham akan apa yang dimaksud pembicara (Kridalaksana, 1993:120).

  Konteks adalah satu situasi yang terbentuk karena terdapat setting, kegiatan, dan relasi. Jika terjadi interaksi antara tiga komponen itu, maka terbentuklah konteks (Parera, 2004:227).

  Pengertian tentang konteks dapat disimpulkan bahwa konteks merupakan hubungan yang saling kait mengkait dalam sebuah ujaran, pengetahuan yang sama- sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham akan apa yang dimaksud pembicara.

  1.6.5 Medan Makna

  Medan makna adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian bidang kehidupan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan (Kridalaksana, 1993:134).

  Medan makna adalah satu jaringan asosiasi yang rumit berdasarkan pada similaritas/kesamaan, kontak/hubungan, dan hubungan-hubungan asosiatif dengan penyebutan satu kata (Parera, 2004:138).Dapat disimpulkan dari berbagai pendapat bahwa medan makna adalah penyebutan sebuah kata yang maknanya saling

  1.6.6 Gaya Bahasa

  Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa harus mengandung tiga unsur berikut: Kejujuran, sopan-santun, dan menarik (Keraf, 1981:113).

  Menurut Tarigan (1985:5) gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk menyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca.

  Jenis-jenis gaya bahasa yaitu gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa metafora termasuk gaya bahasa perbandingan.

  1.6.7 Metafora

  Menurut Tarigan (1985:15) metafora merupakan sejenis gaya bahasa perbandingan yang sangat singkat, jelas, dan tersusun rapi. Di dalamnya terlihat dua gagasan, yang satu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek dan yang satu lagi merupakan pembanding antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu leksem mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan secara ekplisit dengan penggunaan kata – kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka,

  serupa seperti pada perumpamaan ( Dale dalam Tarigan, 1985:15)

  Menurut Chaer (1984:9) metafora dilihat dari segi penggunaannya terhadap sesuatu berfungsi untuk membandingkan yang satu dengan yang lain.

  Metafora adalah semacam anlogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi bentuk yang singkat (Keraf, 1984:139).

  Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metafora adalah salah satu gaya bahasa yang membandingkan hal yang satu dengan hal yang lain tanpa menggunakan kata pembanding dan mempunyai makna kias.

  1.6.8 Kata

  Kata adalah 1. Morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas;2.

  Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (mis. batu,

  

rumah, datang, dsb) atau gabungan morfem (mis. pejuang, mengikuti, pancasila,

mahasiswa dsb) (Kridalaksana, 1993:98). Menurut Ramlan (1980:12) Kata ialah

  bentuk bebas yang paling kecil atau dengan kata lain, setiap satu bentuk bebas merupakan kata. Jadi, kata dapat disimpulakan yaitu satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri, terjadi morfem tunggal atau gabungan morfem.

  1.6.9 Frase

  Frase ialah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak (Parera, 1988:32).

  Sementara Kridalaksana (1993:59) berpendapat frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat renggang; mis.

  

Gunung tinggi adalah frase karena merupakan konstruksi nonpredikatif, konstruksi

ini berbeda dengan gunung itu tinggi yang bukan frase karena bersifat predikatif.

  1.6.10 Klausa

  Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang- kurangnya terdiri dari subyek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 1993:110). Berikut contoh klausa yang terdiri dari subyek dan predikat.

  (6) Ibu pergi. S P Klausa dijelaskan sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari P, baik disertai

  S, O, PEL, dan KET ataun tidak. Dengan ringkas, klausa adalah (S) P (O) (PEL) (KET) (Ramlan, 1981:62).

  Dari pengertian di atas klausa adalah kelompok kata yang mempunyai predikat, karena predikat merupakan inti dari sebuah kalimat.

  1.6.11 Bahasa Jurnalistik

  Kalimat jurnalistik yang baik mempunyai ciri yang enak dan terus mengalir, bersifat lugas dan tegas, padat dan tidak berbelit, cermat, sehingga orang merasa mudah menangkap makna atau memahami maksudnya (Rahardi, 2006:5).

  Masih menurut Rahardi (2006:21) bahasa dalam jurnalistik harus memiliki sifat-sifat khusus atau ciri-ciri khas, seperti harus singkat, padat, sederhana, lugas, jelas dan menarik.

  Bertolak dari hal tersebut, peneliti menemukan gaya bahasa metafora yang dipakai dalam ragam bahasa jurnalistik. Metafora digunakan untuk menarik dan memperindah bahasa. Metafora yang dipakai dalam Tabloid Bola berupa metafora yang maknanya sudah terdapat dalam KBBI dan metafora yang maknanya tidak terdapat dalam KBBI.

1.7 Metode Penelitian

  Setiap penelitian bahasa memiliki tiga tahapan strategis, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data.

  Pembagian itu dikatakan menurut tahapan strategisnya karena terkumpulnya data dan terolahnya data serta disajikannya hasil analisis data itu berturut – turut merupakan strategi yang kedua dan ketiga (Sudaryanto, 1984:30).

  1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode simak.

  Metode simak yaitu cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2006:90).

  Untuk melaksanakan metode simak dipergunakan teknik tertentu, yaitu teknik catat. Tenik catat adalah kegiatan mencatat data yang telah diperoleh dalam kartu data (Sudaryanto, 1984:40).

  1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

  Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode agih. Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Metode agih dengan teknik dasar Teknik ganti digunakan untuk menganalisis data yang sama maknanya dengan makna yang ada dalam KBBI, seperti data di bawah ini.

  (7) Tim yang diketuai Jopie Leepel dengan tiga pelatih kawakan, Tumpak Sihite,

  Max Pieters, dan Muhardi, ini juga sudah menentukan kriteria guna menjaring pemain terbaik. (Bola, 11/1/08/ 8) Pada data (7) ditemukan metafora. Metafora itu adalah menjaring. Salah satu makna menjaring menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005) adalah ‘ki menyeleksi’ (2005:460). Dilihat dari makna tersebut menjaring mempunyai arti ‘menyeleksi’. Pada data (7) menjaring dapat diganti dengan menyeleksi. Hal itu terbukti dengan penggantian sebagai berikut

  (7a) Tim yang diketuai Jopie Leepel dengan tiga pelatih kawakan, Tumpak Sihite, Max Pieters, dan Muhardi, ini juga sudah menentukan kriteria guna menyeleksi pemain terbaik.

  Teknik lain dalam menganalisis data yaitu menggunakan teknik parafrasa (lihat Sudaryanto, 1993:83). Teknik parafrasa digunakan untuk menganalisis data yang maknanya tidak sama dengan makna yang ada dalam KBBI, seperti data di bawah ini.

  (8) Bila Federer sudah kenyang makan asam garam dengan mengumpulkan 12 gelar grand slam, Djokoviv baru dalam tahap untuk mengejar titel grand slam meskipun kemampuannya dari hari ke hari makin baik. (Bola, 25/1/08/ 11) Pada data (8) ditemukan metafora. Metafora itu adalah kenyang makan asam garam.

  Makna kenyang makan asam garam, menurut KBBI adalah ‘ki pengalaman hidup, liku-liku hidup, suka duka dlm kehidupan’ (2005:69). Dilihat dari makna tersebut kehidupan’ dan mempunyai unsur makna pengalaman dalam kehidupan. Pada data (8) kenyang makan asam garam bukan bermakna pengalaman hidup karena data (8) berhubungan dengan dunia olah raga. Jadi kenyang makan asam garam pada data (8) mempunyai makna ‘berpengalaman bermain’. Hal itu terbukti dengan penggatian sebagai berikut:

  (8a) Bila Federer sudah berpengalaman bermain dengan mengumpulkan 12 gelar grand slam, Djokoviv baru dalam tahap untuk mengejar titel grand meskipun kemampuannya dari hari ke hari makin baik.

  slam

  Kata hidup diganti bermain. Hal itu untuk menunjukkan keberadaan metafora asam garam dengan konteks data (8).

  Teknik lain dalam menganalisis data yaitu menggunakan teknik perluas (lihat Sudaryanto, 1993:37). Teknik perluas digunakan untuk menentukan metafora, dengan cara memperluas sebuah data. Seperti data di bawah ini

  (9) Setahun kemudian, di turnamen yang sama, dia kembali ke babak akhir.

  Kali ini dia menantang Xia Xuanze (Cina). Namun, lagi-lagi dia tak mampu memecahkan telor menjadi juara All England. (Bola, 04/03/08/1). Dalam data (9) untuk mengidentifikasi memecahkan telor merupakan metafora dapat dibandingkan dengan kalimat sebagai berikut

  (10) Heru memecahkan telor ayam. Data (10) menggunakan teknik perluasan dengan menambah kata ayam, sehingga data (10) memecahkan telor bukan metafora karena konteks data tersebut mengacu pada telur ayam. Memecahkan telor pada data (9) berupa metafora karena memecahkan telor dapat diganti dengan kata berhasil. Berikut penggantiannya.

  (9a) Setahun kemudian, di turnamen yang sama, dia kembali ke babak akhir. Kali ini dia menantang Xia Xuanze (Cina). Namun, lagi-lagi dia tak mampu berhasil menjadi juara All England.

  Metode lain yang digunakan dalam analisis data yaitu metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Pada penelitian ini digunakan metode padan referensial. Metode padan referensial yaitu metode yang menggunakan alat penentunya berupa referen bahasa (Sudaryanto, 1993:14). Berikut contoh analisis data menggunakan metode padan referensial.

  (11) Konsentrasi pencarian Lazio terpusat pada kiper dan striker. Si Elang memang membutuhkan portiere baru.(Bola, 1/1/08/7) Makna elang, menurut KBBI adalah ‘burung buas yang mempunyai daya penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan cengkeramannya kuat, menangkap mangsanya dengan menyambar’ (2005 : 292). Dilihat dari makna tersebut, kata elang mempunyai unsur makna burung (hewan), perkasa, dan mahir menyambar (dalam menangkap mangsanya). Makna elang tersebut digunakan untuk memetaforakan Lazio (tim sepak bola dari Italia) dengan sebutan Si Elang. Referen elang yang ditunjuk oleh kata elang dalam data (11) dipadankan dengan hal tertentu-dalam hal ini tim sepakbola Lazio- yang memeliki gambaran seperti referen elang dan mempunyai lambang bendera bergambarkan elang. Hal itu terbukti dengan penggantian berikut (11a) Konsentrasi pencarian Lazio terpusat pada kiper dan striker.

  Lazio memang membutuhkan portiere baru. Data (11a) menyatakan bahwa julukan Lazio adalah Elang. Hal itu dapat diperoleh dari pemahaman makna yang tersusun dari konteks penggunaan satuan lingual tersebut. Jelaslah dalam data (11) yang dimaksud Elang bukanlah burung karena ungkapan itu digunakan dalam pernyataan yang berkaitan dengan konteks dunia persepakbolaan. Tampak dalam contoh itu hubungan antara kata Lazio, kiper, dan striker. Dari keadaan itu dapat dikatakan bahwa Si Elang merupakan metafora yang mengiaskan Lazio sebagai suatu tim dalam dunia olah raga.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

  Hasil analisis data disajikan secara informal dan formal. Metode penyajian informal adalah perumusan hasil analisis data dengan kata-kata biasa, dengan terminologi yang bersifat teknis (Sudaryanto, 1993:145). Penyajian hasil analisis data secara informal karena peneliti menyajikan hasil analisis dengan kata-kata biasa.

  Metode penyajian formal adalah perumusan analisis data dengan tanda dan lambang (Sudaryanto, 1993:145). Penyajian hasil analisis data secara formal berupa diagram dan tabel.

1.8 Sistematika Penyajian

  Laporan penelitian ini dibagi menjadi tiga bab. Bab I berisi (1) pendahuluan,

  (4) manfaat penelitian, (5) tinjauan pustaka, (6) landasan teori, (7) metode penelitian, (8) sistematika penyajian. Bab II berisi tentang apa saja jenis-jenis gaya bahasa metafora. Bab III berisi apa saja bentuk satuan lingual yang menyatakan gaya bahasa metafora. Bab VI berisi kesimpulan dan saran.

BAB II JENIS-JENIS METAFORA DALAM TABLOID BOLA EDISI JANUARI-MARET 2008

  2.1 Pengantar

  Pada bab ini akan dipaparkan jenis-jenis metafora yang terdapat dalam Tabloid

  

Bola edisi Januari-Maret 2008. Dalam penelitian ini ditemukan dua jenis metafora,